1. ordo serangga

45
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertaniannya. Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarang yang gagal dalam panen. Hal tersebut dikarenakan pada tanaman tersebut terserang oleh hama yang menyerang pada tanaman. Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman. Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. Gangguan yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman (Pracaya, 2007). Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan kerusakan secara fisik pada tanaman dan

Upload: yan-rustan

Post on 26-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

serangga

TRANSCRIPT

30

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertaniannya. Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarang yang gagal dalam panen. Hal tersebut dikarenakan pada tanaman tersebut terserang oleh hama yang menyerang pada tanaman. Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman.

Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. Gangguan yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman (Pracaya, 2007).

Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas insecta (serangga), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman (Siregar, 2005).

(1)

Bagian-bagian tubuh serangga pada umumnya terdiri atas 3 daerah yaitu caput, toraks dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antenna, sepasang mata majemuk, 3 buah ocelli, serta seperangkat alat mulut. Toraks didukung oleh 3 segmen masing-masing segmen terdapat sepasang kaki. Serangga yang memiliki sayap umumnya mempunyai 2 pasang sayap yang melekat pada segmen ke-2 dan ke-3 dari toraks. Abdomen disokong oleh 11 segmen yang ditumbuhi oleh spirakel, tympanum, alat genitalia dan dilengkapi oleh ovipositor (Ayurlianah , 2006).

Berdasarkan urairan diatas maka hal yang melatar belakangi praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui morfologi dari serangga dan gejala serangan serta dapat mengetahui macam macam ordo.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari Praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman Tentang Pengenalan Ordo Ordo Serangga adalah untuk mengetahui ordo ordo dari setiap serangga dan morfologinya serta dapat mengetahui gejala tanaman yang terserang serangga.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui morfologi serangga dan gejala serangan yang di timbulkan akibat hama dan agar memudahkan pengkalsifikasikan serangga hama tersebut.

II. TINJAUAN PUSTKA

2.1 Ordo Orthoptera

Ordo orthoptera termasuk herbivora namun ada beberapa diantaranya berperan sebagai predator pada serangga lain. Ordo ini mengalami metamorfosis sederhana (paurometabola) dengan siklus hidup melalui tahapan: telur, nimfa, kemudian imago (dewasa) (Triharso, 2005).

Metamorfose sederhana dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Contohserangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga nigricornis) (Arief, 2009).

Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen) (Triharso,2005).

(3)

2.1.1 Belalang (Valangan nigroconis)

2.1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi Belalang ( Valangan nigricornis ), Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta ,Ordo Orthoptera, Famili Acridoidae, Genus Valanga, Spesies Valanga nigricornis (Istamar Syamsuri, 2007).

Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton) (Hasagewa, 2006).

2.1.1.2 Daur Hidup

Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram. Belalang betina berukuran lebih besar dari pada belalang jantan. Belalang dapat hidup hampir di semua penjuru dunia kecuali kutub utara dan selatan (Campbell, 2009).

2.1.1.3 Gejala Serangan

Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya mengigit, mengunyah, dan menggerek.Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun (Hasagewa, 2006).

2.2 Ordo Hemiptera

Ordo hemiptera hemi artinya setengah dan pteron artinya sayap. Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur > nimfa > dewasa (Pracaya, 2007).

Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah (Sudormono,2009).

2.2.1 Kepik Hijau (Nezara viridula)

2.2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi Kepik Hijau (Nezara viridula), KingdomAnimalia, Famili Pentatomidae, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera, Subordo Heteroptera, Genus Nezara , Spesies Nezara viridula(Matnawy, 2006).

Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan,kuning kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur,kemudian menyebar. Pada kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong (Pracaya, 2007).

2.2.1.2 Daur Hidup

Jumlah telurnya lebih kurang 1.100 butir. Telur diletakkan berkelompok pada daun dengan masing-masing berjumlah 10-90 butir. Perkembangan telur sampai dewasa lebih kurang 4-8 minggu. Jumlah daur hidupnya lebih kurang 60-80 hari, bahkan ada yang bias mencapai setengah tahun. Warna nimfa cerah (Pracaya, 2007).

2.2.1.3 Gejala Serangan

Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritistanaman terhadap serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisapcairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering.Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk (Pracaya,2007).

2.2.2 Walang Sangit (Leptocorixa acuta)

2.2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi dari Walang sangit (Leptocorixa acuta), yaitu Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera, Famili Alydidae, Genus Leptocorixa, Spesies Acuta (Istamar Syamsuri, 2007).

Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 30 mm. Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun (Siregar dkk, 2007).

2.2.2.2 Daur Hidup

Walang sangit (Leptocorixa acuta) biasanya bertelur pada waktu sore hari atau senja. Umunya telur diletakkan pada permukaan daun di dekat malai yang segera muncul. Tujuannya agar pada waktu menetas nimfa segera dapat mengisap malai yang masih masak susu. Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago (Pracaya, 2007).

Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Pracaya, 2009).

2.2.2.3 Gejala Serangan

Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Nimfa lebih aktif dari pada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang mencerna karbohidrat (Siregar dkk, 2007).

2.3 Ordo Celeoptera

Ordo Coleoptera coleos artinya seludang pteron sayap. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur > larva > kepompong (pupa) > dewasa (imago). Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik (Siregar, 2005).

Anggota ordo coleopteran ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra (Pracaya, 2009).

2.3.1 Kumbang Kelapa (Oryctes rhynoceros)

2.3.1.1Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi kumbang kelapa (Oryctes rhynoceros) adalah Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Scarabaeidae, Genus Oryctes, Spesies Oryctes rhinoceros L (Sudarmono, 2009).

Morfologi kumbang kelapa (O rhynoceros) memiliki ukuran 20-40 mm warna hitam. Bagian kepala terdapat cula seperti badak. Panjang kumbang 5 cm-6 cm. Morfologi larva dewasa ukuran panjang 12 mm dengan kepala merah coklat. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Badan berbulu pendek dan bulu ekor tumbuh rapat. Sedangkan kumbang dewasa (imago) berukuran 3-5 cm, warna merah sawo, memiliki ciri morfologi seperti terdapat caput, antena, tanduk/ cula, mulut, mata, thoraks, tunkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa (Pracaya, 2007).

2.3.1.2 Daur Hidup

Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. Bertelur di tanah yang banyak humus atau bahkan bahan organic yang telah mulai membusuk. Jumlah telurnya 45 butir. Setelah 13-23 hari, telur akan menetas dan menjadi ulet. Perkembangan dari telur sampai dewasa kira-kira 7-8 bulan(Sudarmono, 2009).

2.3.1.3Gejala Serangan

Gejala serangan hama pada daun terjadi setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, yaitu memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang sedang terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bekas guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa. Pada tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menyebabkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak (Triharso, 2005).

2.4Ordo Lepidoptera

Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos sisik dan pteron artinya sayap. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur > larva > kepompong > dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna (Matnawy, 2006).

2.4.1 Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua)

2.4.1.1Klasifikasi dan Morfologi

Berikut ini sistematika atau klasifikasi dari Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua), yaitu Famili Noctuidae, Ordo Lepidoptera, Spesies Spodoptera exigua (Pracaya, 2007).

Ciri morfologi adalah seluruh tubuh berwarna hijau muda dengan sungut yang sulit terlihat karena ukurannya yang relatif kecil. Hama ini memiliki struktur tubuh yang lunak. Ulat ini pada umumnya menyerang tanaman pada sore hari sampai malam hari tetapi apabila jumlah populasi sangat banyak ulat ini juga menyerang pada siang hari (Semangun, 2004).

2.4.1.2 Daur Hidup

Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang (Pracaya, 2009).

2.4.1.3Gejala Serangan

Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih tembus pandang. Larva muda umumnya berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Sedangkan ulat yang besar(larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Umumnya warna larva dewasa adalah hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat(Susetya, 2004).

2.4.2 Pengerek Buah Kakao (Conopomorphia cramerolla)

2.4.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi atau sistematika penggerek buah kakao (Conopomorphia cramerolla) yaitu Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Class Insecta, Ordo Lepidoptera, Family Gracillariidae, Genus Conopomorphia, Species Conopomorphia cramerella (Semangun, 2004).

Morfologi dari PBK yaitu telur berbentuk oval dan berwarna kuning oranye pada saat baru diletakkan. Panjang telur 0,45-0,50 mm dan lebar telur 0,25-0,30 mm. Larva yang baru keluar dari telur berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm. Dalam kondisi pertumbuhan penuh, panjang larva dapat mencapai 12 mm dan berwarna hijau muda. Pupa berwarna kecokelatan panjang 7-8 mm dan lebar 1mm. Ngengat (serangga dewasa) memiliki panjang tubuh 7 mm dan lebar 2 mm, dengan panjang rentang sayap 12 mm. Warna dasar ngengat adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap (Susetya, 2004).

2.4.2.2 Daur Hidup

Siklus hidup PBK terdiri dari stadium telur 2-7 hari, larva 14-18 hari, dan pupa 5-8 hari, serta ngengat 5-8 hari. Sekurangnya dibutuhkan waktu 35 45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa), sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat perkembangan hama PBK ini sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini sama seperti umumnya serangga lain yaitu telur, larva, pupa dan imago (Semangun, 2004).

2.4.2.3 Gejala Serangan

Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi. Serangan PBK menyebabkan kematian jaringan plasenta biji sehingga biji tidak dapat berkembang sempurna lalu menjadi lengket. Serangan pada buah muda mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar sebab buah akan mengalami masak dini sehingga buah tidak dapat dipanen (Susetya, 2004).

2.5 Ordo Homptera

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Sudarmono, 2009).

2.5.1 Kutu Daun (Aphis Sp)

2.5.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi kutu daun (Aphis Sp) adalah sebagai berikut Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Kelas Insekta ,Ordo Hemiptera, Famili Aphididae , Genus Myzus, Aphis, Toxoptera , Spesies : Myzus persicae, Aphis gossypii, Toxoptera, aurantii, Toxoptera citricidus (Sosromarsono, 2009)

Morfologi Kutu dewasa berbentuk bulat memanjang (oval), lunak dengan segmen yang jelas, biasanya tertutup lilin yang berbentuk seperti tepung atau kapas. Warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua, panjang 3 4 mm dan lebar 1,5 2 mm. Telur berwarna kuning yang diletakkan di dalam kantong yang berbulu. Nimfa yang baru menetas dari telur berwarna hijau muda, kuning pucat atau merah tua tergantung stadianya. Serangga jantan lebih kecil dari yang betina, mempunyai dua sayap (Wigman, 2010).

2.5.1.2 Daur Hidup

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur > nimfa > dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman (Triharso, 2005).

2.5.1.3 Gejala Serangan

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh. Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui air ludahnya sehingga timbul gejalakerdil, deformasi danterbentuk puru pada helaian daun. Di antara kutu daun yang menyerang tanaman jeruk, kutu daun coklat dan hitam merupakan yang terpenting karena menularkan virus penyebab penyakit Tristeza (Wigman, 2010).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman di Laboraturtium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 06 November 2014, pada pukul 10.00-14.30 WITA.

3.2Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Ordo-Ordo Serangga yaitu papan bedah, jarum pentul, alkohol 70% serta alat tulis menulis seperti buku gambar, pensil, mistar dan pulpen.

Bahan yang digunakan adalah belalang (Valanga nigricornis) dan gejala serangannya, kepik hijau (Nezara Viridula) dan gejala serangannya, walang sangit (Leptocorixa acuta)dan gejala serangannya, kumbang helm (Coccinela acuta) kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, ulat pada daun bawang (Spodoptera exiqua) dan gejala serangannya, kutu daun (Aphis Sp) dan gejala serangannya, serta penggerek buah kakao (Conophomorpa cramela) dan gejala serangannya.

(17)

3.3 Cara Kerja

Langkah awal menyiapkan bahan hama dan gejala serangannya, lalu mengambil dan mengamati morfologi spesimen tersebut satu-persatu, kemudian merendam serangga yang belum mati kedalam gelas yang berisi alkohol agar lebih muda dalam pengamatan, kemudian menggambarkan spesimen beserta gejala serangnnya pada buku gambar dan memberikan keterangan pada setiap gambar tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil

Berdasarakan hasil pengamatan pada morfologi serangga, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

(Keterangan :Kepala (Caput)Dada (Thoraks)Perut (Abdomen)MataAntena )

Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigrocornis).

(Keterangan :Terdapat lubang pada daun akibat gigitan hama belalang.)

(19)Gambar 2. Gejala Serangan Belalang (Valanga nigrocornis) pada Tanaman Daun Jagung (Zea mays).

(Keterangan :Kepala (Caput)Dada (ThoraksPerut (Abdomen)MataAntena )

Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridula).

(Keterangan :Biji hitam, busuk dan bercak bercak coklat.)

Gambar 4. Gejala Serangan Kepik Hijau (Nezara viridula) pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) .

(Keterangan Kepala (Caput)Dada (ThoraksPerut (Abdomen)MataAntena )

Gambar 5. Morfologi Walang Sangit (Leptoricixa acuta)

(Keterangan :Bulir padi tampak kecoklatan dan hampa)

Gambar 6. Gejala Serangan Walang Sangit (Leptocorixa acuta) pada Tanaman Padi (Oryza sativa).

(Keterangan :Kepala (Caput)Kaki semuPerut (Abdomen))

Gambar 7. Morfologi Penggerek Buah Kakao (Conophomorpa cramerella).

(Keterangan :Adanya lubang akibat gigitan ulat)

Gambar 8. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conophomorpa cramerella) pada Tanaman Kakao.

(Keterangan :Kepala (Caput)Dada (Thoraks)Kaki semu)

Gambar 9 : Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua).

Gambar 9. Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua).

(Keterangan :Lubang pada daun bawang ( Allium ceppa ))

Gambar 10. Gejala Serangan Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua) pada Daun Bawang (Allium ceppa).

(Keterangan Kepala (Caput)Dada (ThoraksPerut (Abdomen)MataAntena )

Gambar 11. Morfologi Kumbang Helm (Coccinela acuta).

(Keterangan Kepala (Caput)Dada (Thoraks)Perut (Abdomen)MataAntena )

Gambar 12. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)

(Keterangan :Daun tampak bercak coklat)

Gambar 13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada Kelapa (Coconus nucifera)

(KeteranganKepala (Caput)Dada (Thoraks)Perut (Abdomen)MataAntena )

Gambar 14. Morfologi Kutuh Putih Daun (Aphis Sp).

(Keterangan :Daun tampak bercak bercak coklat)

Gambar 15. Gejala Serangan Kutu Putih Daun (Aphis sp) pada Daun Mangga (Mangifera indica).

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi belalang (Valanga nigricornis) (Gambar 01) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala, sepasang mata, antena, sayap, kaki, thoraks.

Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Belalang kayu merupakan filum arthropoda yang mempunyai type mulut penggigit pengunyah. Alat mulut tipe menggigit dan mengunyah ini akan merusak tanaman atau membuat terowongan ke dalam bagian tanaman (Hasagewa, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan belalang (Valanga nigricornis) (Gambar 02) pada daun jagung (Zea mays) diperoleh bahwa daun yang terserang akan mengalami kerusakan dari bagian samping, dan berlubang-lubang.

Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya mengigit, mengunyah, dan menggerek.Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun (Hasagewa, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi morfologi kepik hijau (Nezera viridula) (Gambar 03) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala, sepasang mata, thoraks, antena dan abdomen.

Kepik hijau memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek dari pada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli (Pracaya, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan kepik hijau (Nezera viridula) (Gambar 04) pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus) akan terlihat biji bewarna hitam, busuk dan bercak bercak coklat.

Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji (Pracaya, 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi walang sangit (Laptocorixa acuta ) (Gambar 05) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala, sepasang mata, antena, thoraks , abdomen dan sayap.

Walang sangit (L acuta) memiliki warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 30 mm. Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun. (Siregar dkk, 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan walang sangit (L acuta) (Gambar 06) pada tanaman padi (Oryza sativa) terlihat bulir padi tampak kecokelatan dan hampa.

Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang mencerna karbohidrat (Siregar dkk, 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi Penggerak Buah Kakao (Conophomorpa cramerella) (Gambar 07) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala (Caput), Kaki semu, Perut (Abdomen).

Morfologi dari PBK yaitu telur berbentuk oval dan berwarna kuning oranye pada saat baru diletakkan. Ngengat (serangga dewasa) memiliki panjang tubuh 7 mm dan lebar 2 mm, dengan panjang rentang sayap 12 mm. Warna dasar ngengat adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap (Susetya, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan Penggerak Buah Kakao (Conophomorpa cramerella) (Gambar 08) pada tanaman kakao adanya lubang akibat gigitan ulat yang menyababkan buah kakao menjadi busuk.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) adalah melubangi kulit buah dan mengeluarkan lendir sehingga kulit buah menjadi berwarna kecoklatan (Matnawy, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi ulat daun Bawang (Spodoptera exigua) (Gambar 09) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala (Caput), Kaki semu, Perut (Abdomen).

Ciri morfologi dari ulat daun bawang adalah seluruh tubuh berwarna hijau muda dengan sungut yang sulit terlihat karena ukurannya yang relatif kecil. Hama ini memiliki struktur tubuh yang lunak (Semangun, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan ulat daun (Spodoptera exigua) pada daun bawang ( Allium ceppa ) (Gambar 10) terdapat lubang pada daun.

Ulat yang besar(larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat(Susetya, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi kumbang helm (Coccinela Acuta) (Gambar 11) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala (Caput), sepasang mata, antena, dada (Thoraks) dan abdomen.

Kumbang helem (Coccinella arcuta F.) memiliki bentuk bulat kecil dengan warna kuning kemerahan dengan bercak berwarna hitam. Terdiri dari kepala (caput). Antena, dada (thoraks), kaki dan perut (abdomen) (Wigman, 2010).

Berdasarkan hasil pengamatan pada Morfologi Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) (Gambar 12) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala (Caput), antena, mata, thoraks (dada) , perut (Abdomen).

Morfologi hama kumbang kelapa (Oryctes rhynoceros) memiliki bagian badan dan kepala yang keras, pada bagian kepala terdapat tanduk, memiliki 6 kaki, memiliki mata, sayap luar, sayap dalam, abdomen, dan ofipositor (Pracaya, 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan gejala serangan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) pada kelapa (Coconus nucifera) (Gambar 13) adanya daun bercak bercak kecoklatan.

Gejala serangan hama pada daun terjadi setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, yaitu memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang mudah menjadi patah, pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam jumlah besar kadang pucuk tanaman akan busuk dan tanaman kelapa akan mati (Triharso, 2005).

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi kutu putih daun (Aphis Sp) (Gambar 14) memiliki bagian kepala (Caput), mata, antena, dada (Thoraks) perut (Abdomen).

Morfologi Kutu dewasa berbentuk bulat memanjang (oval), lunak dengan segmen yang jelas, biasanya tertutup lilin yang berbentuk seperti tepung atau kapas. Warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua, panjang 3 4 mm dan lebar 1,5 2 mm. Serangga jantan lebih kecil dari yang betina, mempunyai dua sayap (Wigman, 2010).

Gejalah Serangan yang ditimbulkan oleh kutu putih daun (Aphis Sp) pada daun mangga (Mangifera indica) (Gambar 15) yaitu terdapat bercak- becak coklat pada daun.

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui air ludahnya sehingga timbul gejalakerdil, deformasi danterbentuk puru pada helaian daun (Wigman, 2010).

Pengendalian hama secara umum terbagi atas pengendalian secara mekanik, fisik, pengandalian fisik dan pengendalian secar hayati.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah yang di peroleh maka dapat disimpulkan bahwa :

1. kita bisa mengetahui berbagai macam bentuk serangga hama dan ordo-ordonya.

2. Gejala serangan yang di timbulkan hampir setiap terdapat pada daun yang robek.

3. Setiap ordo memiliki bentuk fisik yang berbeda. dari bentuk mulutnya yang panjang, tubuhnya kecil, memiliki sayap yang tebal dan tipis, dan lain-lain.

4. Dengan mempunyai ciri fisik yang seperti itu serangga hama ini dengan mudahnya merusak semua pertumbuhan tanaman.

5. Pengendalian hama secara umum terbagi atas pengendalian secara mekanik, fisik, pengandalian fisik dan pengendalian secar hayati.

5.2Saran

Pelaksanaan praktikum ini pada umumnya sudah baik, namun untuk praktikum selanjutnya ketertiban dan kedisiplinan perlu ditingkatkan lagi baik untuk asisten ataupun praktikan agar pada pelaksanaan praktikum dapat berjalan lancar.

(30)