laporan 1 (analisis biokimia darah)

58
KATA PENGANTAR LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA “Analisis Biokimia Darah” Disusun Oleh : Dina Haryanti 108102000035 Faritz Azhar 108102000031 Septi Purnamasari 108102000027 Siti Mardiyanti 108102000029 Sivia Nurullina 108102000025 Ummu Hikamah 108102000010 Kelompok 4 Farmasi V A FAKULTAS KEDOKTERAN DAN 2010

Upload: dina-haryanti

Post on 30-Nov-2015

486 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Uji BIokimia Darah

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

KATA PENGANTAR

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

“Analisis Biokimia Darah”

Disusun Oleh :

Dina Haryanti 108102000035Faritz Azhar 108102000031Septi Purnamasari 108102000027Siti Mardiyanti 108102000029Sivia Nurullina 108102000025Ummu Hikamah 108102000010

Kelompok 4Farmasi V A

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

2010

Page 2: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

berkah dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikankan

laporan Praktikum biokimia yang berjudul “Analisis Biokimia Darah”. Adapun

tujuan dari pembuatan laporan praktikum biokimia ini ialah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Praktikum Biokimia pada semester lima ini.

Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan Ibu

Dosen Mata Kuliah Praktikum Biokimia, orang tua kami atas dukungannya,

beserta pihak-pihak lain yang namanya tak bisa disebutkan satu-persatu yang

telah banyak membantu atas terselesainya laporan ini baik moril maupun materil

berupa buku-buku referensi, dan yang lainnya.

Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan laporan ini. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca tetap kami

tunggu untuk penyempurnaan pembuatan selanjutnya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi

para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Oktober 2010

Penyusun

Page 3: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................... i

Daftar isi......................................................................................................... ii

1.1 Tujuan.......................................................................................................1

1.2 Waktu dan Tempat...................................................................................1

1.3 Tinjauan Pustaka......................................................................................1

1.4 Materi dan Metode.................................................................................14

1.5 Hasil Pengamatan dan Lampiran Foto.....................................................16

1.6 Pembahasan............................................................................................23

1.7 Kesimpulan..............................................................................................30

Daftar Pustaka................................................................................................ iii

Page 4: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

ANALISIS BIOKIMIA DARAH

1.1 Tujuan

1.Untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan metode Folin-Wu

2.Untuk menghitung kadar glukosa darah dengan metode Folin-Wu

3.Untuk menghitung kadar kreatinin darah/plasma dengan bantuan larutan

pikrat-basa metode Jaffe menggunakan Filtrat Folin-Wu.

1.2 Waktu dan Tempat

07 Oktober 2010 di Laboratorium Biokimia Klinis

1.3 Tinjauan Pustaka

a. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein (Folin-Wu)

a. Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi

mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan

oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan

kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai

pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.

Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali

dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari

bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah

terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen.

Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan

(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang

merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Page 5: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Komposisi Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang

membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit

atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai

47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium

cairan darah yang disebut plasma darah.

Korpuskula darah terdiri dari:

Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak

dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin

dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam

penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita

penyakit anemia.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas

untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya

oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak

memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita

penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita

penyakit leukopenia.

Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:

1. Air: 91,0%

2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)

3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,

fosfor, magnesium dan zat besi, dll)

Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-

albumin

bahan pembeku darah

immunoglobin (antibodi)

Page 6: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

hormon

berbagai jenis protein

berbagai jenis garam

Serum merupakan bagian dari plasma darah yang

telah dihilangkan fibrinogen terlebih dahulu. Plasma

terdiri dari 4 jenis tergantung pada kandungan di

dalamnya. Empat serum itu adalah serum albumin,

serum globulin, dan serum wewenang. Salah satu zat

yang terkandung di dalam serum adalah albumin yang

merupakan protein globular (Podjiadi, 1994). Protein ini

memiliki sifat-sifat yang khas, salah stunya dapat

terdenaturasi atau terjadi perubahan struktur, hal ini dapat di tandai dengan

terbentuknya endapan. Terbentuknya endapan dapat di lakukan dengan

penambahan asam, ion logam, gram divalent, atau dengan pemanasan (Arakawa

dan Timashiff, 1984).

b. Pemisahan Protein

Pada analisis kuantitatif darah senyawa tertentu, protein dapat

mengganggu, terutama pada analisis senyawa yang mengandung nitrogen amin

atau amido serta reaksi yang melibatkan reduksi atau oksidasi ion metal.

Sebelum analisis dilakukan, protein dapat harus dipisahkan terlebih dahulu

dengan cara pengendapan. Cara pengendapan protein yang biasa dilakukan

antara lain dengan penambahan asam tungstat, seng hidroksida dan asam

trikoloasetat.

Pemisahan protein acap kali dilakukan dengan menggunakan berbagai

pelarut, elektrolit atau keduanya, untuk mengeluarkan fraksi protein yang

berbeda menurut karakteristiknya (Murray et al., 1990). Pemisahan protein dari

berbagai campuran yang terdiri dari berbagai macam sifat asam-basa, ukuran

dan bentuk protein dapat dilakukan dengan cara elektrofesa, kromatografi,

Page 7: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

pengendapan, dan perbedaan kelarutan (Wirahadikusumah, 1981). Prinsip dari

masing-masing metode pemisahan fraksi protein tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Elektroforesa

Elektroforesa merupakan teknik pemisahan senyawa yang tergantung dari

pergerakan molekul bermuatan. Jika suatu larutan campuran protein diletakkan

di antara kedua elektroda, molekul yang bermuatan akan berpindah ke salah

satu electrode dengan kecepatan tergantung pada muatan bersihnya, dan

tergantung pada medium penyangga yang digunakan (Montgomery et al., 1983).

Kecepatan gerak albumin dalam elektroforesa adalah 6,0 dalam buffer

berkekuatan ion 0,1 pH 8,6 (Pesce and Lawrence, 1987)

2. Kromatografi

Kromatografi meliputi cara pemisahan bahan terlarut dengan

memanfaatkan perbedaan kecepatan geraknya melalui medium berpori

(Sudarmadji, 1996). Metode ini didasarkan pada perbedaan kelarutan dan sifat

asam basa pada masing-masing fraksi protein. Ada tiga teknik kromatografi yang

biasanya dipergunakan untuk pemisahan protein yaitu kromatografi partisi dan

kromatografi penukar ion, dan kromatografi lapis tipis (WIrahadikusumah, 1981).

3. Pengendapan protein sebagai garam

Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan

penambahan asam tertentu, seperti asam triklorasetat dan asam perklorat.

Penambahan ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat

pengendap lainnya adalah asam tungstat, fosfotungstat, dan metafosfat. Protein

juga dapat diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn dan Pb

(Wirahadikusumah, 1981).

4. Pengendapan protein dengan penambahan garam

Pengendapan protein dengan cara penambahan garam didasarkan pada

pengaruh yang berbeda daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan

protein globuler (Wirahadikusumah, 1981). Lebih lanjut Thena wijaya (1987)

menjelaskan bahwa pada umunya dengan meningkatnya kekuatan ion, kelarutan

Page 8: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

protein semakin besar, tetapi setelah mencapai titik tertentu kekuatannya justru

akan semakin menurun. Pada kekuatan ion rendah gugus protein yang terionisasi

dikelilingi oleh ion lawan sehingga terjadinya interaksi antar protein, dan

akibatnya kelarutan protein akan menurun. Jenis garam netal yang biasa

digunakan untuk pengendapan protein adalah magnesium klorida, magnesium

sulfat, natrium sulfat, dan ammonium sulfat.

5. Pengendapan pada titik isoelektik

Titik isoelektrik adalah pH pada saat protein memiliki kelarutan terendah

dan mudah membentuk agregat dan mudah diendapkan (Sudarmadji, 1996).

Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air.

Variable yang mempengaruhi kelarutan ini dalah pH, kekuatan ion, sifat

dielektrik pelarut dan temperature. Setiap protein mempunyai pH isoelektrik,

dimana pada pH isoelekrik tersebut molekul protein mempunyai daya kelarutan

yang minimum. Thenawijaya (1987) menjelaskan bahwa perubahan pH akan

mengubah ionisasi gugus fungsional protein, yang berarti pula mengubah

muatan protein. Protein akan mengendap pada titik isoelektiknya, yaitu titik yang

menunjukkan muatan total protein sama dengan nol (0), sehingga interaksi antar

protein menjadi maksimum.

6. Pengedapan protein dengan pemanasan

Temperature dalam batas-batas tertentu dapat menaikkan kelarutan

protein. Pada umunya kelarutan protein naik pada suhu lebih tinggi (0-40°C).

pada suhu di atas 40°C kebanyakan protein mulai tidak mantap dan mulai terjadi

denaturasi (Wirahadikusumah, 1981). Suwandi dkk. (1989) menjelaskan bahwa

denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan struktur sekunder, tersier, dan

kuartener dari molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan peptide.

Peristiwa denaturasi biasanya diikuti dengan koagulasi (penggumpalan). De Man

(1989) menjelaskan bahwa rentang suhu denaturasi dan koagulasi sebagian

besar protein sekitas 55 sampai 75°C. suhu koagulasi albumin telur 56°C, albumin

serum sapi 67°C, dan albumin susu dapi 72°C.

Page 9: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

c. Metode Folin-Wu

Pada tahun 1919 Folin dan Wu (1) mengusulkan persiapan protein

bebas filtrat darah dengan presipitasi dari protein dengan asam tungstat

terbentuk dengan penambahan 1 bagian 10 per tungstat natrium persen dan 1

bagian 8 N asam sulfat untuk 1 darah bagian dan 7 bagian air. Mereka

menyatakan bahwa filtrat hampir "netral,". filtrat harus memerlukan hanya

sekitar 0,2 ml sebesar 0,1 N NaOH untuk netralisasi; nilai pH filtrat tidak

diberikan. Merrill melaporkan bahwa pengendapan maksimal nitrogen dari

serum antitoksin difteri oleh asam tungstat terjadi pada pH 5.0 atau lebih

rendah. Pengendap protein asam Tungstat biasanya dianggap hasil dari

kombinasi dari anion asam dengan bentuk kationik protein (protein +), kembali

yang membutuhkan protein untuk berada di sisi asam dari titik isoelektriknya.

Titik isoelektrik protein serum jatuh pada kisaran sekitar pH 5 sampai 7 .

Ini yang diharapkan, karena itu, bahwa filtrat Folin-Wu akan harus memiliki pH

sekitar 5 atau kurang dengan kadar protein yang minimal.

Metode

Asam sulfat yang digunakan adalah dibuat dari grade reagen analitis dan

0.663 telah disesuaikan sampai dititrasi 0,663 N. 10 per natrium persen tungstat

(Na2W04.2Hz0) dibuat dari dua analisis kelas yang berbeda reagen dengan

perbedaan signifikan dalam hasil di penelitian ini. Kecuali jika tercatat

antikoagulan yang digunakan dalam pengumpulan darah 1 tetes 20 persen

kalium oksalat kering dalam tabung per 5 ml. Penyaring yang dilakukan dengan

kertas Whatman No 1. Konsentrasi protein dalam filtrat ditentukan dengan

metode Looney dan Walsh.\

Page 10: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

b. Pengukuran Kadar Gula Darah (Kuantitatif)

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting

yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan

salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Dalam respirasi, melalui

serangkaian reaksi terkatalisis

enzim, glukosa teroksidasi hingga

akhirnya membentuk karbon

dioksida dan air, menghasilkan

energi, terutama dalam bentuk

ATP. Sebelum digunakan, glukosa

dipecah dari polisakarida.

Glukosa dan fruktosa

diikat secara kimiawi menjadi

sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida).

Glukosa merupakan hasil fotosintesis pada tumbuhan dan beberapa prokariota. Glukosa

juga terbentuk dalam hati dan otot rangka dari pemecahan simpanan glikogen (polimer

glukosa) serta disintesis dalam hati dan ginjal dari zat antara melalui proses yang disebut

glukoneogenesis.

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang

menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan karbohidrat

(misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama glukosa. Melalui glikolisis,

glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energi sel. Di sisi lain, glukosa

sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada

sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada

glukosa.

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan.

Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang

lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan

sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi

cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih

banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan,

lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa,

Page 11: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang

mengkonversinya menjadi glukosa.

Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi

tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah

setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu,

jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita

diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per

100 ml darah (Poedjiadi, 1994).

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur

dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber

utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-

batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat

setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang

makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh

gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita

juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun

demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin.

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai

glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon

yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon,

dan somatostatin.

Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini

mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa

dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot;

mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan

meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara

keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan

meningkatkan pemakaian glukosa. Sedangkan, Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α,

meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen

cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin

dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga

Page 12: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong

sekresi tiroid dan adrenal.

Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang

merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah

lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi

atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang

tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa

darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat

berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa

plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir)

sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl,

dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya

menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Metode Reduksi Karbohidrat

1. Metode Somogyi-Nelson

Metode Nelson/Somogyi merupakan yang terbaik bila digunakan untuk uji aktivitas

enzim karena memberikan respon pewarnaan stoikiometri dengan oligosakarida

homolog dengan berbagai derajat polimerisasi sehingga memberikan pengukuran

yang benar dari ikatan-ikatan glikosida yang terpotong yang menunjukkan aktivitas

enzimnya

2. Fehling

Fehling adalah salah satu metode reduksi yang digunkan untuk mengidentifikasi gula

pereduksi. Gula reduksi adalah gula yang dapat mereduksi Fehling menjadi tembaga

oksida yang mengendap berwarna merah merah (ion kupri tereduksi menjadi ion

kupro). Larutan Fehling A mengandung ionkupri CuSO4, sedangkan Fehling B

mengandung campuran alkali (NaOH dan KNaC4H4O6). Gula reduksi dengan alkali

(Fehling B) akan bereaksi membentuk enediol, kemudian enediol ini dengan ion

kupri (Fehling A) membentuk ion kupro dan campuran asam-asam. Selanjutnya ion

kupro dalam suasana basa akan membentuk kupro hidroksidayang dalam keadaan

Page 13: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

panasa akan mendidih dan mengendap menjadi endapan kupro oksida (Cu2O) yang

berwarna merah bata (Kuswurj 2009).

3. Metode Follin Wu

Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip

pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan

direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu 2O.

Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan

menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang

terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat

yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo

dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 660 nm. Dalam penentuan kadar glukosa darah, protein yang

juga terkandung dalam darah harus diendapkan atau didenaturasi terlebih dahulu.

Setelah proses tersebut barulah darah mengalami proses pemanasan dan

penambahan reagen Cu alkanis dan reagen fosfomolibdat untuk memberikan warna

biru secara bervariasi tergantung konsentrasi dari molekul. Hal ini perlu dilakukan

( penambahan fosfomolibdat ) agar pengukuran dapat dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometri UV/Vis karena Cu+ memiliki warna yang sangat

kurang kuat (merah) sehingga kuran sensitif yang dapat mengakibatkan kesalahan

pengukuran menjadi besar. Variasi warna tersebut kemudian diukur absorbannya

dengan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi yang

terbentuk. penentuannya cukup mudah, yaitu dengan menggunakan kurfa kalibrasi

dari Absorbansi Cu alkanis yang terukur.

Penentuan kadar selanjutnya dilakukan dengan cara

spektrofotometri. Untuk mengukur absorbansinya maka

ditambahkan Cu alkanis dan juga fosfomolibdat.

Absorbansi ini sebanding dengan konsentrasi glukosa

yang akan diukur. Makin biru pekat warna larutan maka

makin besar konsentrasi glukosa yang terkandung.

Kadar glukosa yang diketahui ini bisa membantu

kita memprediksi metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula

yang tersedia. Jika kandungan lglukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa

tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan

Page 14: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

energy. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam

piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara

anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar

normal glukosa dalam darah ( dalam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL

(3,6-6,1 mmol/L),

NILAI RUJUKAN

Gula darah sewaktu

a. DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap

: sampai dengan 120 mg/dl

b. ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

c. LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap :

sampai dengan 140 mg/dl.

Gula darah puasa

a. DEWASA : Serum dan plasma : 70 – 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 – 100

mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl

b. ANAK : Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl; Anak : 60 – 100 mg/dl

c. LANSIA : 70 – 120 mg/dl.

Gula darah post prandial

a. DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap

: sampai dengan 120 mg/dl

b. ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

c. LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap :

sampai dengan 140 mg/dl.

c.Kreatinin darah

Page 15: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang

terjadi di otot yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang

yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin

yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin,

dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah asam organic

bernitrogen yang terdapat secara alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin

dapat membantu menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf.

Kreatin ditemukan pertama kali oleh Derek Edward Bye pada tahun 1832 sebagai

komponen dari otot rangka. Nama kreatin sendiri berasal dari bahasa Yunani,

dari kata Kreas yang berarti daging. Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl. Batas

normal kreatinin : 0,5–1,5 mg/dl (Tanyuri, 2008). Kreatinin terbentuk akibat

penguraian otot. Tingkat kreatinin dalam darah mengukur fungsi ginjal. Tingkat

yang tinggi biasanya karena masalah dalam ginjal. Rasio kadar asam

urat/kreatinin dalam urin sewaktu: Rasio > 0.8 menandakan over-production.

Bila rasio ini > 0.9, menandakan adanya acute uric acid nephropathy. Bila rasio ini

< 0.7 , menandakan terjadi hiperurisemia akibat gagal ginjal (Schlattner dkk.,

2006).

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati

dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam

bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.

Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),

kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase

(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah

secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus

dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung

pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,

walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian

umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit

degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.

Page 16: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka

yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu

senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari

ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan

katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian

energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang

selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Anonim,

2008).

Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis

keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Oleh

karena itu rasio konsentrasi kreatinina di dalam darah dan urin, dapat digunakan

untuk menghitung rasio tapis kreatinina (bahasa Inggris: creatinine clearance,

CrCl), yang setara dengan laju filtrasi glomerular (bahasa Inggris: glomerular

fltration rate, GFR).

Perhitungan kadar kreatinin menggunakan metode Jaffe yang merupakan

salah satu pengembangan metode kolorimetri. berdasarkan reaksi antara

kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin

pikrat berwarna jingga yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer visibel

pada alpha 492 nm. Protein darah dapat mengganggu penetapan kadar

kreatinin.

Perhitungan kadar kreatinin darah/plasma

AU-AB / AS-AB X (5 X 0,006) X 15/25 X 100 (10 X 0,1) X mg/dl

1.4 Materi (Alat dan Bahan)

Alat

1. Gelas Beker

2. Pipet tetes dan pipet volumetri

3. Corong

4. Tabung Reaksi

5. Kertas Saring

Page 17: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

6. Gelas Ukur

7. Kuvet dan Spektrofotometer

8. Mikro pipet

Page 18: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Bahan untuk pembuatan filtrat bebas protein

1. Darah Segar

2. Na-tungstat 10 %

3. Asam sulfat 2/3 N

4. Aquadest

Bahan untuk pengukuran kadar glukosa

1. Filtrat darah Folin-Wu

2. Larutan tembaga alkalis

3. Pereaksi asam fosfomolibdat

4. Larutan standar glukosa 0,1 mg/ml

Bahan untuk penetapan kadar kreatinin

1. Darah/plasma bebas protein

2. Larutan asam pikrat jenuh

3. Larutan NaOH 10%

4. Larutan standar kreatinin mengandung 0,006 mg/ml

5. Larutan pikrat alkalis

1.5 Metode (Cara Kerja)

a. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein

1. Darah disiapkan sebanyak 3 ml

2. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi aquadest 21 ml

3. Dimasukkan Na-Tungstat 10 % sebanyak 3 ml dan asam sulfat (H2S04) sebanyak 3 ml

4. Beker gelas digoyangkan hingga semua larutan tercampur

5. Didiamkan selama 5 menit lalu disaring dengan kertas saring

6. Filtrat ditampung ke dalam tabung reaksi

Page 19: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

b. Penetapan kadar glukosa darah (kuantitatif)

BAHAN Tabung 1 3 4Filtrat folin wu (ml) 2 - -standar glukosa 0,1 g/ml (ml) - 2 -aquadest (ml) - - 2tembaga alkalis (ml) 2 2 2panaskan dalam air 1000 C selama 8 menit, dinginkan selama 3 menitas.fosfomolibdat (ml) 2 2 2encerkan sampai 25 ml, kemudian baca pada λ=420 nm KETERANGAN :

Tabung 1 = larutan unknown

Tabung 3 = larutan standard

Tabung 4 = blanko

c. Penetapan Kadar Kreatinin

1. Siapkan 3 tabung, Tabung 1 sebagai blanko, Tabung 2 sebagai standart, dan

tabung 3 sebagai uji

2. Pada tabung 1, dimasukkan 1ml aquadest, 0,5ml larutan pikrat alkalis, dan

NaOH 10% sebanyak 0,1ml

3. Pada tabung 2, dimasukkan 0,5ml larutan standart kreatinin, 1,5ml

aquadest, 0,5ml larutan pikrat alkalis dan 0,1ml NaOH 10%

4. Pada tabung 3, dimasukkan 1ml filtrate Folin-Wu, 0,5ml larutan pikrat alkalis

dan 0,1ml larutan NaOH 10%

5. Masing – masing tabung dicampurkan dengan baik, dan didiamkan selama

15menit.

6. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

7. Baca serapan masing – masing tabung pada Spektrofotometer pada λ = 520

nm.

Page 20: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

1.6 Hasil Pengamatan dan Lampiran Foto

a. Hasil Pengamatan Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein

Perlakuan terhadap sampel darah

Adam (1 ml) Yuni (3 ml)

Setelah penambahan aquadest

Setelah ditambahkan aquadest 7 ml berwarna

merah

Setelah pemberian aquadest 21 ml

berwarna merahSetelah penambahan Na

TungstatMerah pekat Merah pekat

Setelah ditambahkan H2SO4

Merah hitam Merah hitam

Filtrat yang dihasilkan setelah disaring

Tidak begitu bening Filtrat bening

b. H asil Pengamatan Pengukuran Kadar Glukosa

Tabung 1: filtrate folin wu + tembaga alkalis = berwarna biru, jika

dipanaskan menjadi warna hijau kebiruan, kemudian ditambahkan

as.fosfomolibdat menghasilkan warna bening putih.

Tabung 3: standar glukosa + tembaga alkalis = berwarna biru, jika

dipanaskan menjadi warna hijau yang kemudian berubah menjadi warna

coklat, kemudian diberi as.fosfomolibdat menghasilkan warna biru

dongker.

Tabung 4: aquadest + tembaga alkalis = biru, jika dipanaskan menjadi

warna biru, kemudian ditambahkan as. Fosfomolibdat menghasilkan

warna bening dan berbusa.

Tabung ke- Absorban

1 0,066 Å

3 0,735 Å

4 0,009 Å

Page 21: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

c. Hasil Pengamatan penetapan kreatinin darah

Blanko = kuning Standar = orange kemerahan (senja) Uji = kuning

Absorbansi spektro uv-visible

Au (adam) = 0,270 A

AB (adam) = 0,077 A

As (adam) = 3,350 A

Au (yuni) = 0,089 A

AB (yuni) = 0,077 A

As (yuni) = 3,35

Page 22: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

b. Lampiran Foto

Pembuatan filtrat bebas protein (adam)

(Darah adam) (darah + na tungstat) (darah +H2SO4)

Page 23: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

(darah + aquadest) (darah

diaduk)

Pembuatan filtrat bebas protein (yuni)

Page 24: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

(darah segar) (darah + as.sulfat+na tungstat) (saat t=0’)

Page 25: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

(setelah 5’)(reagen yang dipergunakan)

Page 26: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

(menyaring darah)(filtrate darah bebas protein)

Penentuan kadar glukosa darah

Dari kiri ke kanan = 1,3,4

1 = larutan unknown

2 = larutan standar

3 = larutan blanko

PENETAPAN KADAR KREATININ

Page 27: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Reagen yang dipergunakan

larutan blangko, standar, uji.

Page 28: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Absorbsi larutan blankoabsorbsi larutan uji (adam)

1.7 Pembahasan

a. Filtrat bebas protein

Page 29: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Pada praktikum ini kita mencoba untuk

mengukur kadar gula darah, dan penetapan kadar

kreatinin. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,

hal pertama yang harus dilakukan adalah

membuat filtrat darah bebas protein. Pada uji

penetapan kreatinin, protein darah dapat

mengganggu penetapan kadar kreatinin. Maka

dibutuhkan filtrat darah bebas protein untuk

melakukan penetapan kadar kreatinin. Selain itu

filtrat darah bebas protein juga digunakan untuk

pengukuran kadar urea, asam amino, klorida, dan

NPN (Non Protein Nitrogen).

Ada 2 metode dalam pembuatan filtrat

darah bebas protein yaitu metode Somogy dan

metode Folin-wu. Seperti yang kita ketahui

metode Follin Wu menggunakan 2 pereaksi yaitu

Na tungstat dan Asam sulfat. Dalam metode Folin-

Wu dimana darah segar ditambahkan aquadest

yang tujuan utamanya sebagai pengencer agar

protein larut dalam bagian air sehingga mudah

untuk diendapkan. Na- tungstat 10% digunakan

sebagai pengendap proteinnya seperti albumin

yang terlarut dalam air. Fungsi tersebut terlihat

jelas pada saat praktikum dimana setelah

penambahan Na- tungstat terjadi penggumpalan.

Sedangkan Asam sulfat 2/3 N digunakan sebagai

katalisator sehingga reaksi berjalan lebih cepat

tanpa ikut bereaksi sehingga tidak mempengaruhi

hasil. Setelah didiamkan selama 5 menit darah

yang sudah ditambahkan 2 reagen tersebut

Page 30: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

berwarna coklat pekat yang menunjukan darah

sudah mengalami kerusakan.

Kemudian darah disaring dengan kertas

saring atau bisa juga disentrifuge dan

menghasilkan filtrat berupa cairan bening yang

sudah bebas dari protein dan berwarna bening.

Filtrate darah dari probandus perempuan

berwarna bening sedangkan pada probandus laki-

laki berwarna bening agak kekuningan. Menurut

kami hal ini terjadi karena reaksi pengendapan

yang belum sempurna. Seharusnya filtrate yang

sudah jadi diuji menggunakan peraksi biuret

dimana jika masih berwana biru maka di dalam

filtrate masih terdapat protein yang belum

diendapkan. Namun praktikum kali ini kami tidak

menggunakan uji kualitatif tersebut, sehingga

ditakutkan akan mempengaruhi hasil pengukuran

kadar glukosa ataupun kadar kreatinin.

Protein dapat diendapkan karena memiliki

berbagai sifat diantaranya bersifat sebagai

amfoter yakni memiliki 2 muatan yang berlainan

dalam satu molekul atau dikenal juga sebagai

zwitter ion. Sifat ini membuat protein memiliki

muatan yang berbeda pada ph yang berbeda pula

akibatnya protein dapat larut pada rentang pH

tertentu dimana protein bermuatan. Suatu saat di

pH tertentu protein akan mencapai titik iso

elektrik, yakni pH dimana jumlah total muatan

protein sama dengan nol (muatan positif =

muatan negatif), hal ini akan mempengaruhi

Page 31: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

kelarutan protein. Pada titik iso elektrik, kelarutan

protein sangat rendah sehingga protein dapat

mengendap.

Metode yang kami gunakan merupakan

metode pengendapan protein dengan

penambahan garam. Penambahan garam

didasarkan pada pengaruh yang berbeda dari

pada penambahan garam tersebut pada kelarutan

protein globular. Pada umumnya dengan

meningkatnya kekuatan ion, kelarutan protein

semakin besar, tetapi setelah mencapai titik

tertentu kekuatannya justru akan semakin

menurun. Pada kekuatan ion rendah, gugus

protein yang terionisasi dikelilingi oleh ion lawan

sehingga terjadinya interaksi antar protein dan

akibatnya kelarutan protein akan menurun.

b. Pembahasan Pengukuran kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah perlu diketahui

karena dapat membantu kita memprediksi

metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel

dengan kandungan gula yang tersedia. Jika

kandungan glukosa dalam tubuh normal maka

glukosa tersebut akan mengalami reaksi

katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan

energy. Akan tetapi, jika kadar glukosa darah

sangat berlebih dan kelebihan tersebut tidak

dapat dimetabolisme karena ketidakmampuan

insulin untuk memetabolismenya. Namun jika

kandungan glukosa tersebut dibawah batas

Page 32: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari

proses katabolisme bisa mengalami proses

enzimatik secara anabolisme melalui

glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan

memenuhi kadar normal glukosa dalam darah

( dalam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110

mg/dL (3,6-6,1 mmol/L).

Begitu pentingnya mengetahui kadar gula

darah sehingga penghitungan akan kadar gula

darah sangat dianjurkan untuk mencegah kejadian

yang tidak diinginkan seperti diabetes mellitus.

Praktikum kali ini mencoba menghitung kadar

gula darah pada probandus. Dalam penentuan

kadar glukosa darah ini digunakan filtrate bebas

protein karena jika filtrate mengandung protein

akan mengganggu hasil reaksi.

Pada pengukuran kadar glukosa darah

dipersiapkan tiga tabung reaksi, ketiga tabung diisi

dengan 2 ml filtrate, 2 ml standar glukosa dan 2

ml aquades, masing-masing tabung ditambahkan

2 ml larutan tembaga alkalis (cupri tartrat).

Larutan kupritartrat ditambahkan untuk

membentuk warna biru ketika ditambahkan

pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini

mengandung asam laktat dan ion Cu+. Hal ini

sesuai dengan prinsip uji tauber yang memberikan

hasil positif (warna biru) pada larutan yang

mengandung monosakarida (glukosa).

Dari data pengamatan terlihat pada

tabung 4 (blanko) warna biru yang dihasilkan pada

Page 33: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

penambahan antara aquadest 2ml dengan

tembaga alkalis 2ml itu dikarenakan warna dari

tembaga alkalisnya itu sendiri, dan ketika

dipanaskan warnanya tidak berubah karena tidak

terjadi reaksi, dan ketika ditambahkan asam

fosfomolibdat 2 ml mengkasilkan warna bening

berbusa karena asam fosfomolibdat sendiri

termasuk senyawa saponin (senyawa sabun).

Pada tabung 3 (standar) dari data yg

terlihat ketika standar glukosa 0,1 g/ml sebanyak

2 ml ditambahkan + tembaga alkalis 2 ml

menghasilkan warna biru, warna ini dihasilkan

dari tembaga alkalisnya itu sendiri. Dan ketika di

panaskan warnanya berubah menjadi hijau yang

kemudian berubah jadi coklat. Setelah

ditambahkan asam fosfomolibdat warna larutan

berubah menjadi biru pekat, hal ini karena

pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan

warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida

Molibdat.

Pada tabung 1 (uji) penambahan filtrate

folin wu 2 ml dengan tembaga alkalis 2ml

menghasilkan warna biru. Dan ketika di panaskan

warnanya berubah menjadi bening. Setelah

ditambahkan asam fosfomolibdat warna berubah

menjadi bening.

Pada prinsipnya pengukuran kadar glukosa

darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri

akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi

kupro dan mengendap menjadi Cu2O.

Page 34: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan

melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru

tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian,

banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan

linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah.

Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk

akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat

diukur kadar glukosanya dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 420

nm.

Pengukuran dengan spektrofotometer uv-

visible menghasilkan serapan untuk blangko

0.010, standar uji 0.735 dan untuk uji 0.066

sehingga jika dihitung dengan rumus yang ada

Didapatkan kadar glukosa darah probandus yaitu

7.724 mg/dL. Sebenarnya kadar glukosa normal

seorang sebelum makan 70-120 mg/dL. Hasil yang

didapat memang tidak baik. Namun menurut kami

angka tersebut dikarenakan pembanding yang

dipakai itu adalah 0.1mg/ml atau sebanding

dengan 10 mg/dL. Selain itu, kami juga

memperkirakan penyebab hasil yang tidak baik

adalah karena filtrat yang digunakan masih

mengandung protein, sehingga protein tersebut

menggangu absorbance.

Penetapan Kadar Kreatinin

Page 35: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Darah adalah cairan yang terdapat pada

hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat

transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil

metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari

serangan kuman, dan lain sebagainya. Darah pada

tubuh manusia mengandung 55% plasma darah

(cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah

padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita

yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang

dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.

Darah cair atau plasma darah adalah

cairan darah berbentuk butiran-butiran darah. Di

dalamnya terkandung benang-benang fibrin /

fibrinogen yang berguna untuk menutup luka

yang terbuka.

Isi Kandungan Plasma Darah Manusia :

1. Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida

2. Protein seperti fibrinogen, albumin dan

globulin

3. Enzim

4. Antibodi

5. Hormon

6. Urea

7. Kreatinin

8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa,

gliserin, asam lemak, asam amino,

kolesterol, dsb.

Dengan kadungan seperti ini, darah dapat

dijadikan tes untuk menentukan kadar ataupun

penyakit yang dapat diderita seseorang.

Page 36: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Praktikum kali ini dilakukan pengujian

biokimia darah yaitu penggujian kreatinin. Seperti

yang diketahui kreatinin merupakan produk sisa

dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di

otot yang merupakan zat racun dalam darah,

terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah

tidak berfungsi dengan normal. Sejumlah besar

kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan

ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak

diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah

asam organik bernitrogen yang terdapat secara

alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat

membantu menyediakan cadangan energi bagi

jaringan otot dan saraf. Penetapak kiadar kreatini

dapat dijadikan acuan untuk mengetahui CGF

ginjal.

Metode yang digunakan unutk mendeteksi

kreatinin adalah dengan metode jaffe. Prinsipnya

adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat

dalam suasana basa, membentuk kompleks

kreatinin pikrat berwarna jingga dan diukur

menggunakan spektrofotometer visibel pada

nm. Metode spektrofotometer ini

berdasarkan absorban yang diserap oleh kreatinin

pikrat sehingga kadarnya akan dapat diperiksa.

Kali ini dilakukan terhadap 2 probandus. Yaitu

perempuan usia 20tahun dengan berat

Page 37: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

dan lelaki usia 20 tahun dengan berat badan

.

Filtrate yang digunakan adalah filtrate

follin wu yang merupakan filtrate bebas protein.

Filtrate inilah yang ditambahkan dengan larutan

pikrat alkalis dalam suasana basa yaitu dengan

penambahan NAOH 10%. Selain filtrate,

dibutuhkan juga larutan blangko yaitu larutan

aquadest yang ditambahakan pereaksi yang sama

dengan filtrate serta dibuat pula larutan standar

uji dengan konsentrasi kreatinin 0.006 mg/mL.

Reaksi tersebut berdasarkan tautometer

kreatinin pikrat yang berwarna merah bila

kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.

Kejadian ini terlihat saat praktikum, untuk larutan

standar uji terlihat warna yang menjadi merah ,

sedangkan untuk larutan blangko tidak terlihat

warna merah sedikitpun dan itu membuktikan

bahwa tidak ada kreatinin yang terkandung.

Sedangkan pada larutan uji masih terlihat

lembayung-lembayung merah meskipun terlihat

juga kuningnnya. Larutan uji tersebut membuktikn

bahwa didalamnya mengandung kreatinin dalam

kadar yang sangat sedikit.

Reaksiya dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 38: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

Pada pemeriksaan kadar kreatinin dalam

darah probandus laki-laki yaitu sekitar

sedangkan pada

probandus perempuan absorban yang didapat

. setelah perhitungan kadar didapatkan

kadar probandus laki-laki 0.107 mg/dL sedangkan

probandus perempuan didapat kadar 7.694x10-3.

Jika dilihat normalnya, kadar normal laki-laki

dewasa 0.7 – 1.2 mg/dL dan yang perempuan 0.5

– 0.9 mg/dL. Menurut rentan yang ada, kadar

kreatinin probandus laki-laki berada dibawah

batas. Namun kadar kreatinin yang ada masih

dapat menunjukan bahwa ginjal masih berfungsi

dengan baik, jika kadar kreatinin melebihi normal

menunjukan fungsi ginjal menurun. Oleh karena

itu kreatinin dianggap lebih sensitif dan

merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal

dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea

darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN

dapat menandakan terjadinya hipovolemia

(kekurangan volume cairan); namun kadar

kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi

Page 39: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna

untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan setiap

organisme setiap hari berbeda-beda. Pernyataan

iini tebukti dengan 2orang probandus yang

bebeda kadarnya berbeda pula. Biasanya lelaki

memiliki kadar kreatinin lebih besar disbanding

dengan perempuan, karena kadar kreatinin

bergantung pada massa otot total daripada

aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein.

Selain itu, ada keadaan-keadaan yang membuat

kreatinin meningkatan seperti : gagal ginjal akut

dan kronis, nekrosis tubular akut,

glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis,

eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial,

dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok

berkepanjangan, gagal jantung kongestif),

rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus,

kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia,

penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging

sapi kadar tinggi [ karena terjadi penyerapan

kretiinin dari luar], unggas, dan ikan [efek

minimal]).

Selain makanan ada pula obat-obatan yang

mempengaruhi kadar kreatinin darah. Obat-

obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin

adalah : Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin,

sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin,

metisilin, simetidin, asam askorbat, obat

kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat,

Page 40: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

litium karbonat, mitramisin, metildopa,

triamteren. Selain itu pula, terdapat Penurunan

kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot

(tahap akhir), myasthenia gravis.

1.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh

maka dapat disimpulkan, bahwa,

1. Protein di dalam darah / plasma dapat

diendapkan dengan metode Folin.

2. Metode follin wu berdasarkan

pengendapan dengan penambahan garam.

3. Filtrat yang dihasilkan akan berwarna

bening.

4. Perbandingan kadar gula darah uji dan

absorban dengan kadar gula darah standar

dan absorbanya sebanding

5. Kadar gula akan naik sesaat setelah kita

makan.

6. Intensitas warna biru merupakan ukuran

banyaknya tembaga yang direduksi

sebanding dengan jumlah glukosa yang

ada.

7. Absorbance yang didapat unutk

pengukuran kadar glukosa adalah 0.066

amstrong.

8. Absorbance kreatinin yang dihasilkan

probandus laki-laki 0.270 A, dan

probandus perempuan 0.089A.

9. Tidak mungkin kadar kreatinin tidak ada

dalam darah.

Page 41: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

10. Kadar kreatinin dapat dipengaruhi oleh

aktivitas, asupan protein dll.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2004. Gula dan Lemak Darah.

Yayasan Spiritia: Jakarta.

[Anonim]. 2007. Hukum Beer-Lambert.

http://www.chem-is-try.org (22 Desember

2007).

[Anonim]. 2007. Pengenalan Kepada

Glukosa.

http://dianais82.tripod.com/id1.html (22

Desember 2007).

[Anonim]. 2007. Spectrophotometer

Absorbsi UV/VIS.

http://sentrabd.com/main/info/Insight/Sp

ectrophotometer.htm (22 Desember

2007).

Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar

Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.

Girinda A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor:

IPB

Robert.K.Murray.”biokimia

harper”.macGraw and hill.2000. page 829.

(1 Juni 2010).

Schlattner U, Tokarska-Schlattner M,

Wallimann T. 2006. Mitochondrial creatine

Page 42: Laporan 1 (Analisis Biokimia Darah)

kinase in human health and disease. 2006

Feb;1762(2):164-80. Review. Biochim

Biophys Acta.

http://digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/

F_724_1940808/F_724_Bab%20II.pdf

Azizahwati, Penuntun Praktikum Biokimia,

Laboratorium Biokimia Jurusan Farmasi

FMIPA UI, 1994, Hal 36-44.

Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi

14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih

bahasa oleh dr. Petrus Andrianto.

Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter

A. Mayes, Victor W.R, Biokimia Harper

edisi 22, Penerbit bku kedokteran, EGC.