laporan biokimia

41
Laporan Praktikum Biokimia di Laboratorium Universitas Udayana Oleh : I WAYAN YOGA ADI PURNAMA NIM. P07120214025 D-IV Keperawatan Tingkat 1, Semester II KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Upload: yoga-adi-purnama

Post on 27-Sep-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Praktek Biokimia

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Biokimia

di Laboratorium Universitas Udayana

Oleh :

I WAYAN YOGA ADI PURNAMA

NIM. P07120214025

D-IV Keperawatan Tingkat 1, Semester II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

LAPORAN PRAKTIKUM I

PENENTUAN GOLONGAN DARAH

I. TUJUAN :

Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah secara singkat dan akurat.

II. DASAR TEORI :

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein) (Subowo 1992: 113).

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfusi darah karena pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah. Berdasarkan Sloane (2003), penentuan golongan darah dilakukan sebagai berikut:

a. Teknik Slide. Dalam teknik slide bisa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop.

b. Setetes serum yang mengandung aglutinin anti-A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satu tetes darah, sedangkan setetes serum yang mengandung aglutinin anti-B (dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.

1. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).

2. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B).

3. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).

4. Jika kedua serum anti-A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).

Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring.Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca2+ (Kimball 1999: 158). Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistemABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau disebut juga aglutinin (Anonim 2013: 1).

Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atauAB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O.

III. CARA KERJA:

Alat dan bahan:

1. Buffer antigen

2. Darah segar

3. Alcohol 70%

4. Kapas

5. Kaca obyek

Relawan/mahasiswa yang akan dites golongan darahnya ditentukan. Selanjutnya, mensterilkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan alcohol 70%. Setelah ujung jari dinyatakan steril, kemudian menggunakan jarum steril untuk mengambil darah dan.meneteskan darah relawan sebanyak 3 tetes pada objek gelas yang telah disediakan. Setelah itu meneteskan buffer antigen pada masing-masing tetesan darah dan memperhatikan perubahan pada tetesan darah apakah masih encer atau terjadi penggumpalan darah.

IV. HASIL

NO

NAMA

GOLONGAN DARAH

O

A

B

AB

1

Nyoman Wita Wihayati

2

Ni Made Ayu Lisna Pratiwi

3

Agustina Rahayu

V. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh kami mengambil beberapa contoh dengan 3 golongan darah dari 3 orang . Nyoman Wita Wihayati dan Ni Made Ayu Lisna Pratiwi golongan darahnya diketahui darah 0 dimana pada saat pemberian anti A tidak terjadi penggumpalan, anti B tidak terjadi penggumpalan dan anti AB tidak terjadi penggumpalan. Sedangkan praktikan Agustina Rahayu diketahui golongan darahya AB karena darah yang di beri anti AB menggumpal. Percobaan sederhana dapat dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring.Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca2+ (Kimball 1999: 158).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring.Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca2+ (Kimball 1999: 158). Penggolongan darah ini sangat berguna pada saat melaksanakan trasfusi darah.

2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan yaitu waktu praktikum agar diperpanjang untuk memperjelas materi yang didapat, kenyamanan dalam perkuliahn agar ditingkatkan dengan memperlengkap dan memperbanyak alat dan bahan dalam praktikum dan bila dapat disediakan konsumsi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Soewoto, Hafiz. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta :WidyaMedika

Anonim. 2013. Penentuan Golongan Darah dan Kelainan-kelainan yang terjadi pada Darah. http://www.tanyadok.com/anak/mengenai-eritroblastosis-fetalis. Diakses tanggal 28 April 2015

Chintya, Fitra. Teori Kebutuhan Manusia. (Online). Available: https://www.academia.edu/5514928/Teori_Kebutuhan_Dasar_Manusia (diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 16.00 WITA)

Syaifuddin,2006.Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

LAPORAN PRAKTIKUM II

UJI KABOHIDRAT DENGAN YODIUM

I. TUJUAN

Untuk mengidentifikasi kandungan kabohidrat secara kualitatif, dengan menggunakan iodin.

II. DASAR TEORI

Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. (Tim Pengajar: 2013). Karbohidrat (dalam hal ini pati, gula, atau glikogen) merupakan zat gizi sumber energy paling penting bagi makhluk hidup karena molekulnya menyediakan unsur karbon yang siap digunakan oleh sel. Kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut

Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan iodium akan memberikan warna ungu kehitaman (Mustaqim, 2012). Amilopektin dengan ioduim akan memberikan warna ungu dan merah lembayunng. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita.

Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. (Tim Pengajar: 2013). Karbohidrat (dalam hal ini pati, gula, atau glikogen) merupakan zat gizi sumber energy paling penting bagi makhluk hidup karena molekulnya menyediakan unsur karbon yang siap digunakan oleh sel. Secara kimia, karbohidrat dapat didefinisikan sebagai turunan aldehid atau keton dari alcohol polihidrik (karena mengandung gugus hidroksi lebih dari satu), atau sebagai senyawa yang menghasilkan turunan tersebut apabila dihidrolisis. (Muchtadi, Deddy: 2009)

III. CARA KERJA

1. Alat

1) 2 Buah tabung reaksi

2) 1 Buah pemanas air

3) 1 Buah penjepit tabung reaksi

4) Pipet tetes

5) Gelas Kimia (untuk memanaskan air)

6) 1 Buah Penjepit tabung reaksi

2. Bahan

1) Air

2) Larutan pati 1 %

3) Larutan yodium 0, 01 M

4) Larutan Na2S2O3

3. Cara Kerja

Setelah alat dan bahan disiapkan, lalu menyediakan 2 buah tabung reaksi, tabung pertama dimasukan dengan larutan pati 1% sebanyak 5ml ( 30 tetes ) dengan menggunakan pipet tetes. Tabung Ke dua dimasukan larutan yodium 0, 01 M ke kedalam tabung reaksi dengan pipet tetes sebanyak 3 tetes, tabung dikocok perlahan sehingga warna larutan akan berubah menjadi warna biru pekat kehitaman. selanjutnya membuat perlakuan yang berbeda pada kedua tabung yaitu :

1) Tabung I dipanaskan sampai warna biru menghilang

2) Tabung II ditetesi larutan Na2S2O3 tetes demi tetes kedalamnya hingga warna biru menghilang

IV. HASIL

No.

Perlakuan I

Perubahan Yang Terjadi

1

Di tetesi yodium 0, 01 M sebanyak 3 tetes (tabung I)

Warna larutan pati dari putih berubah menjadi biru pekat.

2

Di tetesi yodium 0, 01 M sebanyak 3 tetes (tabung II)

Warna larutan pati dari putih berubah menjadi biru pekat.

No.

Perlakuan II

Perubahan Yang Terjadi

1

Dipanaskan (tabung I)

Setelah dipanaskan selama 6 menit 15 detik warna larutan berubah menjadi bening kembali

2

Ditetesi Larutan Na2S2O3 (tabung II)

Setelah diteteskan Na2S2O3 sebanyak 9 tetes warna larutan berubah menjadi bening.

No.

Perlakuan III

Perubahan Yang Terjadi

1

Didiamkan di udara terbuka (tabung I)

Setelah didiamkan beberapa saat terjadi perubahan warna larutan dari bening menjadi biru pekat ( terdapat endapan biru pekat)

2

Didiamkan di udara terbuka (tabung II)

Setelah didiamkan beberapa saat tidak terjadi perubahan warna pada larutan, warna larutan tetap bening.

V. PEMBAHASAN

Pada uji karbohidrat dengan yodium, yang menunjukan reaksi positif bila direaksikan dengan yodium adalah pati. Hal ini terjadi karena pada larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini dapat menyebabkan warna biru tua pada komplek tersebut.

Selain itu, warna biru khas yang ditimbulkan pada larutan pati disebabkan oleh amilum yang dilarutkan dalam air, amilosa dalam pati akan membentuk Micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya dapat dilihat pada tingkat molekuler.

Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang. Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali muncul.

Selain itu ,ini terjadi karena adanya pemutusan ikatan yodium dengan glukosa tadi atau terjadi penguraian ion atau dapat digambarkan seperti pelepasan iod dari amilum, karena adanya perubahan suhu yang tinggi. Setelah didinginkan, larutan kembali berwarna biru. Ini menunjukkan bahwa ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan (Raandesky, 2011).

Pada tabung 2 yang sudah berubah warna menjadi biru pekat skemudian diteteskan Na2S2O3 sebanyak 9 tetes warna larutan berubah menjadi bening. Kemudian setelah itu larutan pada tabung 2 didiamkan di udara terbuka dan larutan pada tabung 2 tetap bening. Hal ini disebabkan karena iod yang terikat menjadi hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan berubah menjadi bening. Larutan Na2S2O3 menyebabkan adanya pemutusan ikatan permanen pada iodium dengan glukosa, maka dari itu setelah didiamkan di udara terbuka tidak akan kembali lagi menjadi berwarna biru.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Pada uji karbohidrat dengan yodium, yang menunjukan reaksi positif bila direaksikan dengan yodium adalah pati. Hal ini terjadi karena pada larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini dapat menyebabkan warna biru tua pada komplek tersebut. Larutan Na2S2O3 menyebabkan adanya pemutusan ikatan permanen pada iodium dengan glukosa, maka dari itu setelah didiamkan di udara terbuka tidak akan kembali lagi menjadi berwarna biru.

2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan yaitu waktu praktikum agar diperpanjang untuk memperjelas materi yang didapat, kenyamanan dalam perkuliahn agar ditingkatkan dengan memperlengkap dan memperbanyak alat dan bahan dalam praktikum dan bila dapat disediakan konsumsi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Christian. 2013. Uji Karbohidrat. (Online). Available : https://christianthp2010.wordpress.com/2013/10/21/uji-karbohidrat/. (28 April 2015)

Faidan, Faza. 2011. Laporan Uji Identifikasi Karbohidrat. (Online). Available : https://www.academia.edu/8982729/laporan_uji_identifikasi_karbohidrat (28 April 2015)

Diwan, 2011.Percobaan Iod. Online Available : http://www.scribd.com/doc/100878743/Biokimia-1-3. (28 April 2015)

LAPORAN PRAKTIKUM III

UJI XANTHOPROTEIN

I. TUJUAN

Untuk mengetahui beberapa uji kualitatif protein

II. DASAR TEORI

Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifatdan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.

Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati. Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.

Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Contohnya adalah uji kualitatif protein menggunakan Xanthoprotein. Uji Xantoprotein adalah uji untuk menentukan apakah suatu protein mengandung gugus benzena (cincin fenil). 20 jenis asam amino esensial dalam organisme kehidupan yang mengandung gugus benzena ada tiga yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin. Maka uji xantoprotein ini hanya positif jika asam amino tirosin, triptofan dan fenil alanin ditambahkan asam nitrat pekat terbentuk endapan putih dan berubah menjadi kuningsewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. Reaksinya sebagai berikut:

Reaksi antara tirosin dengan asam nitrat pekat

Rumus kimia dari fenil alanin, tirosin dan triptofan sebagai berikut:

Fenilalanin

Fenilalanin banyak terdapat pada ragi, lobak, telur, keju, alpukat

Tirosin

Tirosin banyak terdapat ayam, ikan tuna

Triptofan

Triptofan banyak terdapat susu, pisang, daging seperti kambing, ayam dan kalkun; yoghurt, ikan, telur, beras merah. Reagent xantoproteat yaitu HNO3pekat dan larutan NaOH 10%

Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein.

III. CARA KERJA

1. Alat

7) 1 Buah tabung reaksi

8) 1 Buah pemanas air

9) 1 Buah penjepit tabung reaksi

10) Pipet tetes

11) Gelas Kimia (untuk memanaskan air)

2. Bahan

5) Larutan Albumin telur

6) Reagent HNO3 pekat.

7) Reagent NaOH pekat.

3. Cara Kerja

Alat dan bahan disiapkan, lalu disediakan 1 buah tabung reaksi. Dalam tabung reaksi diisi larutan albumin telur sebanyak 2 ml (12 tetes), lalu ditambahkan 1 ml (6 tetes) HNO3 pelan-pelan. Terlihat dalam tabung reaksi terbentuknya presipitat putih. Larutan dalam tabung reaksi dipanaskan, selama pemanasan warna presipitat terlihat berubah menjadi kuning dan akhirnya larut sehingga berwarna kuning. Tabung reaksi didinginka, setelah dingin dengan hati-hati NaOH pekat ditambahkan tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi sehingga warnya tampak berubah menjadi orange.

IV. HASIL

Bahan

Pereaksi

Warna

Sebelum

Dipanaskan

Sesudah

Dipanaskan

Sesudah

dipanaskan

dan

ditambah

NAOH

Albumin

Telur

HNO3 Pekat

Terbentuk presipitat berwarna putih

Presipitat berubah warna menjadi kuning

Presipitat menjadi berwarna orange

V. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah pada zat uji albumin , terjadi perubahan warna menjadi jingga disertai terbentuknya endapan. Ini menunjukkan bahwa terdapat asam amino pada albumin.

Berdasarkan teori,ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalin, tirosin, albumin, triptofan dan lain sebagainya. Reaksi yang terjadi pada uji Xantoprotein ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Pada percobaan yang telah dilakukan, hasil positif pada uji Xantoprotein terhadap albumin menunjukkan bahwa terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga. Dan hasil yang diperoleh ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan, hasil positif pada uji Xantoprotein terhadap albumin menunjukkan bahwa terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga. Dan hasil yang diperoleh ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning

2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan yaitu waktu praktikum agar diperpanjang untuk memperjelas materi yang didapat, kenyamanan dalam perkuliahn agar ditingkatkan dengan memperlengkap dan memperbanyak alat dan bahan dalam praktikum dan bila dapat disediakan konsumsi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Rizhwandi.A. Percobaan Kualitatif Biomolekul. (Online) Available : https://www.academia.edu/4559390/percobaan_ix_analisa_kualitatif_biomolekul tanggal 28 April 2015-05-03

Marks, Down B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta:ECG

LAPORAN PRAKTIKUM IV

( UJI PRESIPITASI )

I. TUJUAN

Untuk mengetahui beberapa uji kualitatif protein.

II. DASAR TEORI

Presipitasi protein adalah pengendapan yang terjadi karena penggumpalan yang parsial. presipitasi disebabkan oleh berkurangnya kelarutan protein (perubahan fisik) yang terjadi karean perubahan kimia. Seperti halnya denaturasi protein, presipitasi juga disebabkan oleh factor kimia dan fisika. Semua faktor yang terjadi pada denaturasi juga terjadi pada presipitasi protein. Semua faktor yang dapat menimbulkan denaturasi protein, juga dapat menyebabkan perubahan kelarutan protein. Dengan demikian presipitasi protein merupakan fenomena fisika yang disebabkan oleh perubahan struktur kimia. Presipitasi disebabkan oleh pengembangan molekul protein akibat unfolding atau membukanya heliks-heliks protein. Presipitasi disebabkan oleh pengembangan molekul protein akibat unfolding atau membukanya heliks-heliks protein. Presipitasi juga terjadi akibat terganggunya kesetabilan koloid yang disebabkan oleh menurunnya muatan elektrostatik protein sehingga gaya gravitasi akan lebih dominan dibandingkan gaya tolak-menolak antar molekul. Jadi dapat disimpulkan bahwa presipitasi protein merupakan fenomena berkurangnya kelarutan suatu protein yang disebabkan oleh perubahan struktur kimia (Genius, 2010).Presipitasi juga terjadi akibat terganggunya kesetabilan koloid yang disebabkan oleh menurunnya muatan elektrostatik protein sehingga gaya gravitasi akan lebih dominan dibandingkan gaya tolak-menolak antar molekul.

III. CARA KERJA

1. Alat

1 buah tabung reaksi kimia

2 buah pipet ukur

1 buah labu Erlen Meyer

2. Bahan

Larutan albumin telur

Garam dari logam berat yaitu reagent CuSO3

3. Cara Kerja

Alat dan bahan disediakan, kemudian 1 buah tabung reaksi ditetesi larutan albumin telur menggunakan pipet ukur sebanyak 12 tetes. Kemudian ditambahkan dengan larutan CuSO3 sebanyak 3-5 tetes ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi larutan albumin menggunakan pipet ukur lainnya. Kocok larutan tersebut sampai terbentuk endapan putih.

IV. HASIL PENGAMATAN

NO

HASIL PENGAMATAN

SEBELUM

SESUDAH

1

Sebelum albumin ditambahkan dengan garam logam berat yaitu reagent CuSO3 berwarna tetap

Setelah penambahan larutan CuSO3 warna albumin telur berubah menjadi warna biru dan terdapat endapan putih

V. PEMBAHASAN

Protein pada albumin telur akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam. Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan ph larutan diatas pi karena protein bermuatan negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph larutan dibawah pi karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat. (Anna, P., 1994).Setelah pemberian Reagent CuSO3 terjadi perubahan warna menjadi ungu atau biru. Pada uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptide yang diperoleh hasil reaksi berupa warna biru pada larutan albumin yang menunjukan adanya protein. Hal ini terjadi karena ion Cu2+ dari pereaksi biuret yang berasal dari penambahan CuSO3 dalam suasana basa yang akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks bewarna ungu seperti yang dihasilkan. Reaksi ini positif karena terbentuk terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih asam amino esensial yang bereaksi. Yang menandakan positif adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida lebih banyak, dapat dibuktikan saat penambahan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan dikocok larutan tetap berwarna biru, hal ini menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat, karena apabila ikatan peptidanya lemah maka saat larutan protein ditambahkan tembaga sulfat warna birunya akan memudar saat dikocok

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan ph larutan diatas pi karena protein bermuatan negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph larutan dibawah pi karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat. (Anna, P., 1994). Setelah pemberian Reagent CuSO3 terjadi perubahan warna menjadi ungu atau biru. Pada uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptide yang diperoleh hasil reaksi berupa warna biru pada larutan albumin yang menunjukan adanya protein. Hal ini terjadi karena ion Cu2+ dari pereaksi biuret yang berasal dari penambahan CuSO3 dalam suasana basa yang akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks bewarna ungu seperti yang dihasilkan.

2. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu waktu praktikum agar diperpanjang untuk memperjelas materi yang didapat, kenyamanan dalam perkuliahn agar ditingkatkan dengan memperlengkap dan memperbanyak alat dan bahan dalam praktikum dan bila dapat disediakan konsumsi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Togatorop, Ervan. 2014. Analisa Kadar Protein ( online ). Available : https://www.academia.edu/9341152/Analisa_KadarProtein ( 28 April 2015 )

Wijaya, Wendi.2011. Identifikasi Kualitatif Protein ( online ). Available : https://www.academia.edu/7478626/PERCOBAAN_1_Identifikasi_Kualitatif_Protein_I ( 2 Mei 2015 )

Anonim. Uji Presipitasi Protein. Online available : https://www.academia.edu/1123025/Contoh_Laporan_Kimia_Dasar ( 28 April 2015 )

LAPORAN PRAKTIKUM V

UJI LEMAK (PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN)

I. TUJUAN

Untuk mengetahui beberapa uji kualitatif lemak.

II. DASAR TEORI

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak. Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibedakan menjadi 2 yaitu asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh

Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya.Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti minyak tersebut mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH atau KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak (Herina, 2002).

Rumus angka penyabunan :

Angka penyabunan =

Keterangan :

n.HCl = 0,5

BM.KOH = 56

Berat minyak = volume x BJ

= 5 x 0,8

= 4 gram

III. CARA KERJA

1. Alat dan Bahan

Alat :

Pipet ukur

Labu Erlen Meyer

Gelas ukur

Penangas air mendidih

Bahan :

Minyak

Aquades

KOH-alkohol (KOH 4% dengan alkohol 95% 1:1)

Larutan HCl 0,5 N

Indikator Phenolpthalin

2. Cara Kerja :

Diambil minyak 5 ml dan aquades 5 ml dengan menggunakan pipet ukur lalu masukkan ke dalam labu Erler Meyer yang berbeda. Kemudian, ditambahkan 30 ml larutan KOH-alkohol ke dalam masing-masing larutan dengan menggunakan gelas ukur. Lalu, dimasukkan kedua buah labu ke dalam penangas air mendidih kira-kira 20-30 menit ( jangan dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus). Setelah 20-30 menit, diambil kedua buah labu dan didinginkan. Kemudian, ditambahkan 1 tetes indikator phenolpthalin ke masing-masing larutan minyak dan aquades.Setelah itu, dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah menghilang pada masing-masing larutan.

IV. HASIL

Setelah dilakukan titrasi pada masing-masing larutan terjadi perubahan warna dengan menghabiskan volume HCl yang berbeda-beda. Pada larutan aquades, warna merah mulai menghilang dan terjadi perubahan warna menjadi bening saat penggunaan volume HCl sebanyak 2 ml. Sedangkan, pada larutan minyak, warna merah mulai menghilang dan terjadi perubahan warna menjadi merah muda saat penggunaan volume HCl sebanyak 10 ml.

Angka penyabunan =

=

= - 69,5

V. PEMBAHASAN

Penambahan alkohol pada minyak yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya bertujuan untuk melarutkan minyak saat proses pemanasan. Alkohol yang ada pada KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak adalah gliserol dan asam lemak bebas (ALB). Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas (ALB) yang terbentuk. Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sangat merugikan.

Setelah dipanaskan, larutan minyak harus didinginkan terlebih dahulu sebelum di titrasi untuk menurunkan suhu larutan sehingga ketika titrasi tidak terlalu panas. Apabila suhu terlalu tinggi dikhawatirkan akan terjadi penguapan. Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi adalah dari merah kemudian bening kembali. Berdasarkan volume titrasi pada saat praktikum kelompok kami membutuhkan 10 mL HCl yang terpakai. Maka dari itu, untuk mengetahui hasil pengujian ini benar atau salah, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko aquades. Pada titrasi blanko terjadi perubahan warna dari yang sebelumnya bening, kemudian merah, dan kembali menjadi bening.

Jadi, larutan blanko aquades merupakan larutan pembanding untuk menentukan besarnya angka penyabunan. Pada titrasi ini kelompok kami membutuhkan 2 mL HCl yang terpakai dan kami mendapatkan bilangan penyabunan sebesar -69,5.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui hasil pengujian ini benar atau salah, maka perlu dibandingkan dengan titrasi blanko aquades. Pada titrasi blanko terjadi perubahan warna dari yang sebelumnya bening, kemudian merah, dan kembali menjadi bening. Jadi, larutan blanko aquades merupakan larutan pembanding untuk menentukan besarnya angka penyabunan. Pada titrasi ini kelompok kami membutuhkan 2 mL HCl yang terpakai dan kami mendapatkan bilangan penyabunan sebesar -69,5.

2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan yaitu waktu praktikum agar diperpanjang untuk memperjelas materi yang didapat, kenyamanan dalam perkuliahn agar ditingkatkan dengan memperlengkap dan memperbanyak alat dan bahan dalam praktikum dan bila dapat disediakan konsumsi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, Ilyas.___. Penentuan Angka Penyabunan. (Online) available: https://www.academia.edu/9258116/Penentuan_Angka_Penyabunan_CPO_Crude_Palm_Oil_ (tanggal 28 Mei 2015)

Arifin. Saponifikasi. Available : https://www.scribd.com/doc/246879455/Saponifikasi (Tanggal 28 April 2015)

Fadel. 2014. Laporan Lengkap Bilangan Asam. Available : http://smakmakassarfadelmuhammad3a.blogspot.com/2014/09/laporan-lengkap-bilangan-asam-dan_3.html (Tanggal 28 April 2015)