laporan batuan metamorf acc.docx
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disadari ataupun tidak kita sadari bahwa Bagian luar bumi ini tertutupi oleh
daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan.
Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati
langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan
cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh
beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan
tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalahbatuan
beku(igneous rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks), dan batuan metamorf
(metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan
berbeda pula proses terbentuknya.
Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk.
Batuan yang terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan temperatur.
Jika mencapai suhu tertentu, batuan tersebut akan melebur jadi magma. Namun saat
belum mencapai titik peleburan kembali menjadi magma, batuan tersebut berubah
menjadi batuan metamorf.Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami
proses metamorfosis. Proses metamorfosis hanya terjadi di dalam bumi. Proses
tersebut mengubah tekstur asal batuan, susunan mineral batuan, atau mengubah
keduanya sekaligus. Proses ini terjadi dalam solid state, artinya batuan tersebut tidak
melebur. Meskipun demikian, penting diingat bahwa fluida (terutam air) memiliki
peranan yang penting dalam proses metamorfosis.Batu gamping termetamorfosis
menjadi marmer. Butiran halus kalsit pada batu gamping terkristalisasi menjadi
butiran besar. perubahan yang terjadi hanya pada teksturnya. Batu serpih
termetamorfosis menjadi mika dengan butir besar. Mineral lempung pada serpih
tidak stabil pada temperatur tinggi. Perubahan yang terjadi selain pada teksurnya,
juga mencakup pembentukan mineral baru. Dan melalui laporan ini, kami membahas
mengenai praktikum kami tentang batuan metamorf. Hal ini dianggap perlu
sebagaimana batuan beku, batuan metamorf juga banyak dijumpai di lapangan.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dilakukannya praktikum ini yaitu sebagai syarat kelulusan
dalam mata kuliah petrologi dan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di jurusan
teknik pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Kami dapat menjelaskan pembentukan batuan metamorf.
2. Kami dapat menjelaskan proses metamorfisme kontak, dinamik dan regional.
3. Kami dapat meyebutkan jenis-jenis mineral penyusun batuan metamorf.
4. Kami dapat menjelaskan tekstur dan struktur batuan metamorf.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis
2. Clipboard
3. Lap kasar dan lap halus
4. Problem set
5. Loupe perbesaran 10x
1.3.2 Bahan
1. Batuan metamorf
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB IITEORI DASAR
2.1 Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme
batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme
terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi
dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama
sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk.Banyak mineral yang
mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan
temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan
dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh
tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida
(H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang
pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.Batuan metamorf disebut juga batuan malihan. Proses metamorfisme
atau malihan merupakan himpunan mineral, dan tekstur batuan. Namun dibedakan
dengan proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan proses
perubahan. Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan
yang tinggi, di atas 200 °C dan tekanan 300 Mpa, dalam keadaan padat, sedangkan
proses diagenesa berlangsung di bawah suhu 200 °C dan proses pelapukan pada suhu
dan tekanan jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfer. Proses metamorfosa
dapat didefenisikan sebagai perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam
keadaan padat (solid state) pada suhu di atas 200 °C dan tekanan 300 Mpa.
2.2 Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia,
dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami
metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair
(Diktat Praktikum Petrologi, 2006).Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida
atau gas (Huang, 1962).Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai
macam sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan
perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat
adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada
batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C
+ 500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg – carpholite,
Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas
atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-
11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi
dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan
permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi
pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar
(Bucher & Frey, 1994).Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan
antara butir batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida
aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan
hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven
serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT,
1962).Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf
mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur
pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau
blastik/idioblastik.
Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses
rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi
terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau
membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya.
Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik, contohnya yaitu dalam golongan
metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang fragmental sifatnya.
2.3 Tipe-tipe Metamorfisme
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang
sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik,
burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses
yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
c. Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di
sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang
dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar
antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan
menjadi :
a. Metamorfosa Kontak
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa
batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas
dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus. Metamorfosa kontak dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu:
1. Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal, adalah jenis khusus
metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada
kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh
pada xenolith atau pada zone dike.
2. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik, terjadi pada daerah
yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi
murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan sranulasi
batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault
breccia, fault gauge, atau milonit.
3. Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme, terjadi akibat adanya perkolasi fluida
atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan
sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga
dipengaruhi oleh adanya confining pressure.
b. Metamorfosa Impact
Metamorfosa Impact Merupakan proses metamorfosa yang terjadi akibat
adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa
mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan
stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).
c. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris merupakan proses metamorfisme yang
terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah. (Combs, 1961)
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
Tabel 2.1 Hubungan antara tipe metamorfisme dengan agen yang mempengaruhinya Tipe
MetamorfismeAgen Deskripsi
Kontak PanasAureole sekitar intrusi batuan
beku
Burial(terpendam) Panas, tekanan bebanPada dasar batuan sedimen yang
tebal
Dinamik Tekanan langsung Zona Patahan
Regional
Panas,tekanan
beban,tekanan langsung
dan fluida kimia aktif
Daerah yang luas, daerah
pembentukan pegunungan
RetrogresifTekanan langsung dan
fluida kimia aktifZona gerusan (shear)
TumbukanTekanan dan panas
langsungKawah meteorit
Gambar 2.1 Tipe-tipe metamorfisme
2.4 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih
besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
1. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik.
a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal
besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk
euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
2. Tekstur Palimpset/Sisa
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata–blasto.
a. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
c. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya
sama dengan pasir.
d. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.
2.5 Struktur Batuan Metamorf
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur
foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
1. Foliasi
Struktur foliasi yaitu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah meurut bidang
yang sejajar dengan permukaan mineral (identik dengan pelapisan pada batuan
sedimen) yang disebabkan oleh pembedaan sifat dari mineral itu sendiri dan juga
pengaruh proses metamorfisme. Struktur ini dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit,
muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2. Non Foliasi
Struktur non foliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral, tetapi menunjukan agregasi mineral-mineral
equigranular/equidimensional atau butiran. Struktur jenis ini dapat dibagi menjadi :
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif
seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi
mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan
yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur
milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk
lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir
felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk
jarus ataufibrous.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Data 01
No. Urut : 01
No. Peraga : -
Jenis Batuan : Metamorf
Warna Lapuk : Putih kecoklatan
Warna Segar : Putih
Tekstur : Kristaloblastik (Granoblastik)
Struktur : Non-Foliasi (Granulose)
Komposisi Mineral :
Mineral Warna BentukPersentase (%)
I II III Rata-rata
Kalsit Putih Tulang Prismatik 90 90 90 90
Kuarsa Putih Bening Hexagonal 10 10 10 10
Nama Batuan : Marmer
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.1.2 Data 02
No. Urut : 02
No. Peraga : -
Jenis Batuan : Metamorf
Warna Lapuk : Putih keabu-abuan
Warna Segar : Putih
Tekstur : Kristoblastik (Granoblastik)
Struktur : Non-Foliasi (Granulose)
Komposisi Mineral :
Mineral Warna BentukPersentase (%)
I II III Rata-rata
Kuarsa Putih Bening Hexagonal 100 100 100 100
Nama Batuan : Kuarsit
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.1.3 Data 03
No. Urut : 03
No. Peraga : -
Jenis Batuan : Metamorf
Warna Lapuk : Coklat
Warna Segar : Hitam Keabu-abuan
Tekstur : Kristoblastik (Nematoblastik)
Struktur : Foliasi (Gneissic)
Komposisi Mineral :
Mineral Warna BentukPersentase (%)
I II III Rata-rata
Amphibole Hitam/HijauPrismatik
Menjarum70 70 70 70
Mika Coklat Pipih 20 20 20 20
Plagioklas Putih Pucat Prismatik 10 10 10 10
Nama Batuan : Gneis s
3.1.4 Data 04
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
No. Urut : 4
No. Peraga : -
Jenis Batuan : Metamorf
Warna Lapuk : Coklat
Warna Segar : Hijau
Tekstur : Kristoblastik (Grano Nematoblastik)
Struktur : Non-Foliasi (Hornfelsik)
Komposisi Mineral :
Mineral Warna BentukPersentase (%)
I II III Rata-rata
Garnet Hijau Tabular 50 50 50 50
Kuarsa Putih Bening Hexagonal 25 25 25 25
Biotit Hitam Pipih 25 25 25 25
Nama Batuan : H ornfels
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.1.5 Data 05
No. Urut : 5
No. Peraga : -
Jenis Batuan : Metamorf
Warna Lapuk : Coklat Muda
Warna Segar : Hijau Muda
Tekstur : Kristoblastik (Lepidoblastik)
Struktur : Foliasi (Phylitik)
Komposisi Mineral :
Mineral Warna BentukPersentase (%)
I II III Rata-rata
Epidot Hijau Tabular 60 60 60 60
Plagioklas Putih Susu Prismatik 30 30 30 30
Klorit Hijau Tabular Pipih 10 10 10 10
Nama Batuan : Filit
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.2 Pembahasan
3.2.1 Data 01
Gambar 3.1 Marmer
Pada praktikum yang telah dilakukan, batuan metamorf (terbentuk karena
proses metamorfisme yang disebabkan oleh temperature dan tekanan yang tinggi
sehingga mengubah bentuk dan komposisi mineral batuan asal) yang pertama
dideskripsi memiliki kenampakan fisik berupa warna lapuk yang putih kecoklatan
dan warna segar yang putih. Warna lapuk pada batuan ini menandakan bahwa batuan
tersebut telah terkontaminasi oleh cuaca dari luar sedangkan warna segar pada batuan
ini menyatakan warna batuan yang belum terkontaminasi oleh apapun (masih murni).
Batuan ini memiliki tekstur yangkristoblastik karena tekstur batuan ini berasal dari
proses rekristalisasi dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya
perubahan bentuk dan komposisi mineral. Lebih rinci, spesifikasi tekstur
kristaloblastik batuan ini yaitu granoblastik (kristal atau mineral mempunyai bentuk
equigranular atau bentuk kristalnya seragam). Struktur batuan ini adalah non- foliasi
karena tidak menampakkan adaanya pensejajaran mineraldengan spesifikasi lebih
khusunya adalah granulose karena struktur dari mineral-mineralnya equigranular
tanpa terjadi pensejajaran mineral pipih. Batuan ini tersusun oleh mineral kalsit
berbentuk prismatic dan berwarna putih tulang dengan jumlah sekitar 90% dari
jumlah mineral penyusun batuan dan juga mineral kuarsa yang memiliki bentuk
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
hexagonal dan berwarna putih bening dengan jumlah sekirat 10% dari jumlah
mineral penyusun batuan. Dari hasil deskripsi dan teori yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa batuan ini bernama marmer.
Marmer atau biasa disebut batu pualam merupakan batuan hasil proses
metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batu kapur. Pengaruh dari
temperatur dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadinya
kristalisasi kembali pada batuan tersebut. Akibat rekristalisasi tersebut akan
menghilangkan tekstur dan struktur batukapur dan membentuk struktur dan tekstur
baru. Dari hasil metamorfisme inilah yang membentuk batukapur menjadi marmer.
Marmer di Indonesia diperkirakan berumur 30-60 juta tahun atau berumur kuarter
sampai tersier. Marmer selalu berasosiasi dengan batu gamping. Marmer banyak
ditemukan dipangkep, sulawesi selatan.Marmer digunakan sebagai bahan ornamen,
bahan utama pembuatan tehel dan sebagai objek untuk seni pahat dan patung. Sistem
pertambangannya dapat digunakan adalah tambang terbuka (surface mining) dengan
metode quarry mining.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.2.2 Data 02
Gambar 3.2 Kuarsit
Pada praktikum yang telah dilakukan, batuan metamorf (terbentuk karena
proses metamorfisme yang disebabkan oleh temperature dan tekanan yang tinggi
sehingga mengubah bentuk dan komposisi mineral batuan asal) yang kedua
dideskripsi memiliki kenampakan fisik berupa warna lapuk yang putih keabu-abuan
dan warna segar yang putih. Warna lapuk pada batuan ini menandakan bahwa batuan
tersebut telah terkontaminasi oleh cuaca dari luar sedangkan warna segar pada batuan
ini menyatakan warna batuan yang belum terkontaminasi oleh apapun (masih murni).
Batuan ini memiliki tekstur yangkristoblastik karena tekstur batuan ini berasal dari
proses rekristalisasi dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya
perubahan bentuk dan komposisi mineral. Lebih rinci, spesifikasi tekstur
kristaloblastik batuan ini yaitu granoblastik (kristal atau mineral mempunyai bentuk
equigranular atau bentuk kristalnya seragam). Struktur batuan ini adalah non- foliasi
karena tidak menampakkan adaanya pensejajaran mineraldengan spesifikasi lebih
khusunya adalah granulose karena struktur dari mineral-mineralnya equigranular
tanpa terjadi pensejajaran mineral pipih. Batuan ini seluruhnya oleh mineral kuarsa
(SiO2) dengan bentuk hexagonal dan berwarna putih bening. Dari hasil deskripsi dan
teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa batu ini bernama kuarsit.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
Kuarsit termasuk salah satu jenis batuan metamorf yang kelas dan kaya akan
mineral-mineral kuarsa. Terbentuk karena batu pasir kuaraa atau batu pasir dari urat-
urat kuarsa yang tersemenkan dengan silika mengalami proses metamorfisme atau
mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi selama jangka waktu lama atau
tertentu. Panas yang intens dan tekanan dar metamorfosis menyebabkan butir kuarsa
untuk kompak dan menjadi erat, sehingga membentuk kuarsit sangat keras dan padat.
Kuarsit terbentuk oleh panas dan tekanan tinggi pada metamorfosis regional dan
metamorfisme kontak.Keterdapatan batuan ini terutama di Indonesia terdapat
disepanjang pantai barat Sumatra, Jawa bagian selatan dan utara juga di Sulawesi
Tengah.Kuarsit biasa ditemukan bersama-sama dengan batupasir kuarsa. Kuarsit
menjadi lebih populer sebagai batu dimensi dalam industri konstruksi. Penggunaan
kuarsit sebagai batu hias di konstruksi bangunan tumbuh setiap tahunnya. kuarsit di
poles salah satu permukaan datarnya digunakan untuk menutupi dinding, sebagai alas
lantai dan anak tangga. Kuarsit juga digunakan, untuk tingkat kecil, seperti batu
hancur digunakan dalam konstruksi jalan dan perbaikan.Sistem pertambangannya
dapat digunakan adalah tambang terbuka (surface mining) dengan metode quarry
mining.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.2.3 Data 03
Gambar 3.3 GNEISS
Pada praktikum yang telah dilakukan, batuan metamorf (terbentuk karena
proses metamorfisme yang disebabkan oleh temperature dan tekanan yang tinggi
sehingga mengubah bentuk dan komposisi mineral batuan asal) yang ketiga
dideskripsi memiliki kenampakan fisik berupa warna lapuk yang coklat dan warna
segar yang hitam keabu-abuan. Warna lapuk pada batuan ini menandakan bahwa
batuan tersebut telah terkontaminasi oleh cuaca dari luar sedangkan warna segar pada
batuan ini menyatakan warna batuan yang belum terkontaminasi oleh apapun (masih
murni). Batuan ini memiliki tekstur yang kristoblastik karena tekstur batuan ini
berasal dari proses rekristalisasi dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak
akibat adanya perubahan bentuk dan komposisi mineral. Lebih rinci, spesifikasi
tekstur kristaloblastik batuan ini yaitu nematoblastikkarena tekstur batuan ini
tersusun oleh mineral-mineral berbentuk prismatik yang tersusun searah dan teratur.
Struktur batuan ini adalah foliasikarena batuan ini menampakkan adanya
pensejajaran mineraldengan spesifikasi lebih khusunya adalah gneissickarena
mineral prismatic lebih dominan dibandingkan dengan mineral pipih.. Batuan ini
seluruhnya oleh mineral amphibole berbentuk prismatic menjarum berwarna hitam
dengan jumlah sekitar 70%, mineral mika berbentuk pipih berwarna coklat dengan
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
jumlah sekitar 20% dan mineral plagioclase dengan bentuk prismatik berwarna putih
pucat dengan jumlah 10%. Dari hasil deskripsi dan teori yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa batu ini bernama gneiss.
Gneiss terbentuk pada saatbatuan beku yang berada didalam permukaan bumi
mengalami proses metamorfisme dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Gneiss
adalah batuan metamorf yang granular, berbutir kasar dengam foliasi hasil
perselingan antara mineral gelap dan mineral terang. Tersusun atas kristal-kristal
yang kasar dan berlapis-lapis akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda
sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar. Terbentuk pada tempat yang
dalam dan pada tingkat metamorfisme yang tinggi bersama-sama dengan struktur
pegunungan lipatan. Pada prinsipnya, batuan ini berasal dari batuan beku sillicauos
seperti granit, granodiorit, syenit dan monzonit kuarsa yang mengalami proses
metamorfisme sehingga terjadi perubahan bentuk dan komposisi mineral. Kegunaan
dan manfaat batuan gneiss banyak yaitu sebagai bahan untuk membuat kerajinan
seperti asbak, patung dan dapat digunakan juga sebagai agregat atau sebagai batu
pondasi untuk bangunan. Sistem pertambangannya dapat digunakan adalah tambang
terbuka (surface mining) dengan metode quarry mining.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.2.4 Data 04
Gambar 3.4 Hornfels
Pada praktikum yang telah dilakukan, batuan metamorf (terbentuk karena
proses metamorfisme yang disebabkan oleh temperature dan tekanan yang tinggi
sehingga mengubah bentuk dan komposisi mineral batuan asal) yang keempat
dideskripsi memiliki kenampakan fisik berupa warna lapuk yang coklat dan warna
segar yang hijau. Warna lapuk pada batuan ini menandakan bahwa batuan tersebut
telah terkontaminasi oleh cuaca dari luar sedangkan warna segar pada batuan ini
menyatakan warna batuan yang belum terkontaminasi oleh apapun (masih murni).
Batuan ini memiliki tekstur yang kristoblastik karena tekstur batuan ini berasal dari
proses rekristalisasi dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya
perubahan bentuk dan komposisi mineral. Lebih rinci, spesifikasi tekstur
kristaloblastik batuan ini yaitu granonematoblastik (merupakan tekstur gabungan dari
tekstur granoblastik dan nematoblastik)karena tekstur batuan ini tersusun oleh
mineral-mineral berbentuk prismatik dan tabular yang tersusun searah dan teratur.
Struktur batuan ini adalah non-foliasi karena batuan ini tidak menampakkan adanya
pensejajaran mineraldengan spesifikasi lebih khusunya adalah hornfelsikkarena
adanya kenampakan dari agregasi mineral-mineral equidimensional tanpa terjadi
pensejajaran mineral pipih. Batuan ini seluruhnya oleh mineral garnet berbentuk
tabular berwarna hijau dengan jumlah sekitar 50%, mineral kuarsa berbentuk
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
hexagonal berwarna putih bening dengan jumlah sekitar 25% dan mineral
biotitdengan bentuk pipih berwarna hitam dengan jumlah 25%. Dari hasil deskripsi
dan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa batu ini bernama hornfels.
Hornfels terbentukketika shale dan clay stone (batulempung) mengalami
metamorfosis oleh temperatur dan intrusi batuan beku. Batuan ini terbentuk dekat
dengan sumber panas seperti dapur magma (batholit), sill, dike dan sebagainya.
Terbentuk melalui metamorfisme kontak dimana temperature memainkan peranan
yang besar dalam proses pembentukannya. Ketika magma bergerakkeatas dan pada
saat melewati batuan yang ada disekitarnya terutama batuan asal dari hornfels, akan
membuat tekstur dan struktur batuan asalnya beruah total. Membentukbatuan baru
yaitu hornfels. Hornfels dapat ditemuan di sekitar gunung api. Hornfels bersifat padat
tanpa foliasi. Hornfels dapat digunakan sebagai bahan pndasi bangunan karena
sifatnyayang padat. Tidak ada suatu penambangan secara khusus untuk menambang
hornfels. Jika ditambang maka dapat menggunakan Sistem tambang terbuka (surface
mining) dengan metode quarry mining.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
3.2.5 Data 05
Gambar 3.5 Filit (Phylite)
Pada praktikum yang telah dilakukan, batuan metamorf (terbentuk karena
proses metamorfisme yang disebabkan oleh temperature dan tekanan yang tinggi
sehingga mengubah bentuk dan komposisi mineral batuan asal) yang kelima
dideskripsi memiliki kenampakan fisik berupa warna lapuk yang coklat muda dan
warna segar yang hijau muda. Warna lapuk pada batuan ini menandakan bahwa
batuan tersebut telah terkontaminasi oleh cuaca dari luar sedangkan warna segar pada
batuan ini menyatakan warna batuan yang belum terkontaminasi oleh apapun (masih
murni). Batuan ini memiliki tekstur yang kristoblastik karena tekstur batuan ini
berasal dari proses rekristalisasi dimana tekstur batuan asal sudah tidak nampak
akibat adanya perubahan bentuk dan komposisi mineral. Lebih rinci, spesifikasi
tekstur kristaloblastik batuan ini yaitu lepidoblastikkarena tekstur batuan ini tersusun
oleh mineral-mineral berbentuk tabular (pipih) yang tersusun searah dan teratur.
Struktur batuan ini adalah foliasi karena batuan ini menampakkan adanya
pensejajaran mineraldengan spesifikasi lebih khusunya adalah philitik (rekristalisasi
lebih kasar daripada slaty cleavage). Batuan ini seluruhnya oleh mineral epidot
berbentuk tabular berwarna hijau dengan jumlah sekitar 60%, mineral plagioklas
berbentuk prismatik berwarna putih susu dengan jumlah sekitar 30% dan mineral
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
klorit dengan bentuk tabular pipih berwarna hitam dengan jumlah 10%. Dari hasil
deskripsi dan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa batu ini bernama filit.
Filit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari hasil metamorfisme
batu shale dan merupakan proses lanjutan dari metamorfisme batu slate. Batu filit
merupakan batuan metamorf berbutir halus yang terbentuk pada temperature dan
tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan batu slate tetapi pada temperature
yang lebih rendah dibandingkaan dengan batu sekis. Batu filit ini dihasilkan oleh
proses metamorfisme tingkat sedang. Tekstur dan struktur slate dan filit hampir
sama, namun yang memebedakan filit lebih kasar dari slate dan lebih mengkilap.
Filit dihasilkan oleh metamorfisme regional rendah.Filit digunakan sebagai bahan
isoator yang tahan api, bahan interior untuk lantai dan dinding. Dan juga sebagai
bahan kontruksi bangunan. Sistem pertambangannya dapat digunakan adalah
tambang terbuka (surface mining) dengan metode quarry mining.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa,
batuan metamorf merupakan batuan hasil ubahan dari batuan asalnya (batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf) yang mengalami proses metamorfisme, proses
metamorfisme dibagi menjadi 3 yaitu metamorfisme kontak (dipengaruhi oleh suhu),
dan metamorfisme dinamik (dipengaruhi oleh tekanan) dan metamorfisme regional
(dipengaruhi oleh suhu dan tekanan).
Dalam pembentukan batuan metamorf, pasti akan memiliki mineral penyusun,
mineral-mineral penyusunnya terbagi menjadi dua yaitu mineral stress atau mineral
stabil contoh mika, kuarsa, epidot dan lain-lain. Dan juga mineral anti stress atau
mineral tahan tekanan contoh mika, zeolit, tremolit, aktinolit, glaukofan,
hornblenblende, serpentin dan lain-lain. Dan juga mineral anti stress yaitu mieral
yang terbentuk bukan dalam kodisi tekanan, umumnya berbentuk equidimensional
contohnya kuarsa, garnet, kalsit, stroulit, feldpar, kordierit, epidot dll.
Tekstur batuan metamrf dibagi menjadi dua yaitu kristoblastik dan tektur yang
berasal dari proses rekristalisasi dan juga tekstur sisa. Struktur batuan metamorf
terbagi menjadi dua yaitu foliasi (memperlihatkan adanya pensejajaran mineral) dan
non foliasi (tidak memperlihatkan adanya pensejajaran mineral.
4.2 Saran
Saran saya kepada asisten agar pada saat praktikum, jangan memaksakan
mamasukkan semua praktikan dalam satu ruangan karena proses praktikum yang
berjalan tidak akan efektif, sebaiknya memanfaatkan ruangan yang lebih besar jika
jumlah praktikan terlalu banyak.
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM BATUAN DAN DINAMISJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF
DAFTAR PUSTAKA
Budi Setiawan Orisa, 2009. Geologi Dasar II: Palu, sulawesi tengah.
Graha Setia Doddy, 1987. Batuan dan Mineral. Nova : Bandung
Korps, Asisten, 2015. Buku Penuntun Praktikum Petrologi. Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia :
Makassar.
Marwadi, Ir. 2007. Modul Deskripsi Batuan, SMK NEGRI 2 Depok : Sleman
Yogyakarta
https://Dunia-atas-blogspot.com/2012/10/mineralmarmer.html (diakses pada tanggal
26 mei pukul 15.23 dimakassar)
http://rizkimartarozzi.blogspot.com/2011/01/geologi-dan potensi bahan
galian.html(diakses pada tanggal 26 mei 2015 pukul 15.23 dimakassar)
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/klasifikasi-batuan-metamorf .html
http://diajengsurendeng.blogspot.com/2012/01/tekstur-dan-struktur-batuan-metamorf
http://ptbudie.wordpress.com/category/basic-geology/petrology/batuan-metamorf/
http://lupustm.blogspot.com/2014/10/tugas-pendahuluan-batuan-metamor f.html
AHMAD JELI RINALDI YUSFALDIN09320130079