tugas klasifikasi batuan karbonat

21
SARI BACAAN Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin. Batuan karbonat terbentuk dari sisa-sisa jasad renik binatang dan tumbuhan (shellfish dan algae). Sedangkan kalsium karbonat (mineral kalsit, CaCO3) sebagai bagian inti dari batuan karbonat dapat dengan mudah terlarutkan oleh air. Klasifikasi batuan sedimen didasarkan pada komponen penyusunnya yang terdiri dari Non Skeletal grain (Ooid dan Pisoid, Peloid, Agregat dan Intraklas), Skeletal Grain, Lumpur Karbonat atau Mikrit, Semen.

Upload: joa-jia

Post on 23-Nov-2015

126 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

SARI BACAANBatuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin.Batuan karbonat terbentuk dari sisa-sisa jasad renik binatang dan tumbuhan (shellfish dan algae). Sedangkan kalsium karbonat (mineral kalsit, CaCO3) sebagai bagian inti dari batuan karbonat dapat dengan mudah terlarutkan oleh air. Klasifikasi batuan sedimen didasarkan pada komponen penyusunnya yang terdiri dari Non Skeletal grain (Ooid dan Pisoid, Peloid, Agregat dan Intraklas), Skeletal Grain, Lumpur Karbonat atau Mikrit, Semen.

PENDAHULUAN

Batuan karbonat terbentuk dari sisa-sisa jasad renik binatang dan tumbuhan (shellfish dan algae). Sedangkan kalsium karbonat (mineral kalsit, CaCO3) sebagai bagian inti dari batuan karbonat dapat dengan mudah terlarutkan oleh air, sehingga sangat mungkin terjadi pelarutan dan proses kristalisasi kembali (recrystallization) setelah batuan ini ter-bentuk. Pelarutan ini mengakibatkan ter-bentuknya kavitasi sehingga dapat meny-impan minyak dalam jumlah yang banyak.Selain itu, karena sifat batuan karbonat yang lebih rentan terhadap patahan dan pelipatan, dibandingkan dengan sandstone, maka akan me-mungkinkan terbentuknya rekahan (fractures) sebagai jalan untuk men-galirkan fluida reservoar (minyak, gas, dan air) (Aprilian, 2001). Batuan karbonat mengandung beberapa tekstur, struktur, dan fosil yang berbeda-beda. Oleh karenanya, karakter karbonat di tiap daerah akan berbeda dengan daerah lainnya.

I S IKlasifikasi Batuan KarbonatBatuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah batugamping.Menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping dibedakan atas nonskeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen (Gambar 1).1. Non Skeletal grain, terdiri dari :a. Ooid dan Pisoid. Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat ataubutiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.b. Peloidadalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing, Ukuran peloid antara 0,1 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).c. Agregat dan Intraklas. Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).

Gambar 1. Principle carbonate grain types

2. Skeletal Grain.Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

3. Lumpur Karbonat atau Mikrit.Mikrit merupakan matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker,1991).

4. Semen.Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran danmengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapatberupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

Klasifikasi Batuan Karbonat1. Klasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959). Kriteria Dunham lebih condong pada fabric batuan, misal mud supported atau grain supported bila bandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama-nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir ( 20 mikrometer. Lumpur karbonat / mikrit, berukuran < 20 mikrometer.

Gambar 3. Klasifikasi Mount (1985)

3. Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)

Embry dan Klovan membagi batugamping menjadi batugamping allocthonous dan autocthonous. Batugamping allocthon dibagi menjadi Floatstone dengan komponen butir >10% didukung oleh matrik dan Rudstone dengan komponen saling menyangga. Batugamping autochton dibagi menjadi bafflestone dengan komponen organisme yang menyerupai cabang, bindstone dengan komponen organisme yang berbentuk pipih dan framestone dengan komponen organisme yang berbentuk masif.

Gambar 4. Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)

4. Klasifikasi Folk (1959)

Klasifikasi Folk lebih cocok digunakan pada deskripsi sayatan (thin section). Hal yang perlu diingat adalah dalam klasifikasi ini, batugamping yang memiliki matriks cukup banyak dinamakan micrites, sedangkan batugamping yang tidak memiliki matriks dan tersusun atas semen kalsit (sparry calcite) disebut sparites. Folk mengklasifikasikan tekstur batugamping berdasarkan rasio antara mikrit dengan sparit dan sebagai komponen utamanya adalah allochem (fosil, ooid, pellet dan intraklas). Tekstur menurut Folk antara lain, biosparit, oomikrit, pelmiksparit, intramikrit dan biolitit.

Gambar 5. Klasifikasi Folk (1959)

5. Klasifikasi Choquette dan Pray (1970)Choquette dan Pray, (1970), telah mem-perkenalkan klasifikasi porositas dalam batuan karbonat yang didasarkan pada konsep penyeleksian kemasan (fabric), dengan tujuan sebagai panduan jenis-jenis pengamatan yang dibutuhkan untuk me-mahami asal-usul dan modifikasi dari po-rositas. Klasifikasi digambarkan pada skala core tapi juga diadaptasi terhadap skala mikroskopik dan skala lapangan.

Gambar 6. Klasifikasi Porositas menu-rut Choquette dan Pray (1970) Dari 15 jenis porositas pada gambar 4 di atas, hanya delapan jenis yang umum diamati, diantaranya (a).interpartikel, (b).interkristal, (c).Intrapartikel, (d).Moldik, (e).fracture (retakan), (f).channel, (g).porositas vuggy (gerowongan), dan (h).stylolit. Masing-masing jenis pori dibe-dakan secara fisis atau genetis dan dide-finisikan oleh ukuran pori, bentuk pori, genesis, dan kemasan (fabric). Beberapa contoh thin slice di atas se-suai dengan klasifikasi sistem pori dalam batuan karbonat menurut Choquette dan Pray (1970) yang diteliti oleh Scholle dan Ulmer-Scholle (2003).

Gambar 7. Sayatan Tipis yang umum diteliti

Fasies Karbonat

Fasies didefinisikan sebagai kumpulan keterangan keterangan dari atribut sedimen, seperti karakteristik litologi, tekstur, kandungan fosil, struktur sedimen, warna dan sebagainya (Tucker, 1990). Dunbar dan Rodger mendefinisikan fasies yang berarti aspek-aspek umum dari suatu batuan, litologi dan biologis, termasuk struktur atau tektonik. Aspek tersebut merefleksikan kondisi lingkungan di mana batuan diendapkan, sehingga dapat disebut dengan istilah fasies pengendapan.Fasies pengendapan merupakan suatu masa batuan yang dapat ditentukan dan dibedakan dengan lainnya oleh geometri, litologi, struktur sedimen, pola arus purba dan fosilnya (Selley, 1970). Fasies pengendapan menggambarkan variasi proses kimia, biologi dan fisika yang berlangsung pada suatu lingkungan pengendapan yang berhubungan dengan lithofacies dan atau biofacies. Litofasies adalah fasies pengendapan karbonat yang terdiri dari mineralogi, kelimpahan butiran, tipe butiran, struktur sedimen dan tekstur. Biofasies terdiri dari kumpulan skeletal yang merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan system karbonat.Fasies pengendapan adalah produk dari suatu lingkungan pengendapan tertentu, sehingga lingkungan dan fasies tidak dapat dicampur aduk. Dengan menentukan fasies pengendapan, maka kita dapat menginterpretasikan di mana fasies tersebut diendapkan. Pemodelan fasies yang digunakan dalam penelitian ini adalah fasies model dan lingkungan pengendapan menurut Reeckman dan Friedman (1982).Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat

Lingkungan pengendapan didefinisikan sebagai kondisi geografik yang ada pada saat sedimen terakumulasi (Reeckmann,1982). Sedimen tersebut digolongkan sebagai kelompok yang mempunyai parameter biologi, fisika dan kimia sendiri. Interaksi dari parameter di atas menghasilkan perbedaan tipe sedimen atau fasies yang mewakili kondisi lingkungan yang berbeda.Lingkungan pengendapan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu marine dan non marine dimana keduanya dipisahkan oleh shoreline (garis pantai). Sedimen dari lingkungan nonmarine secara umum sangat dipengaruhi oleh meteoric water dan kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya proses diagenesa pada batuan karbonat. Lingkungan marine dapat dikelompokkan ke dalam subdivisi menjadi shelf, basin slope dan deep ocean basin. Kedalaman air dari lingkungan shelf berkisar antara 0 200 m. Break of slope membatasi lingkungan shelf dari deep ocean basin yang kedalamannya bisa mencapai lebih dari 1000 m.Lingkungan shelf dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa subdivisi berdasarkan karakteristik morfologi, sirkulasi air, salinitas dan daya tembus cahaya. Variasi dan interaksi dari komponen tersebut adalah sebagai pengontrol pertumbuhan karbonat pada lingkungan shelf. Lingkungan shelf dibagi menjadi inner shelf yang lebih dekat dengan kontinen dan outer shelf yang lebih dekat dengan basin. Beberapa fasies pengendapan pada lingkungan ini antara lain, fasies supratidal dan intertidal atau fasies tidal flat, fasies subtidal atau fasies lagoonal, fasies barrier reef terdiri dari fasies back reef, fasies reef bank. Dan fasies fore reef.

Gambar 8. Model Lingkungan Pengendapan Karbonat (Reeckmann, 1982)

DAFTAR PUSTAKA

Mount, J.F., 1984, The Mixing of Silisiclastic and carbonate sediments in the shallow shelf environment, Geologi, 12, p 432 435

Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd ed, Harper & Row, New York, 628 pp

Tucker, M.E., 1991, Sedimentary Petrologi : An Introduction to the Origin of Sedimentary Rocks, 2nd ed, Blackwell Scentific Publi-cations, London, 260 pp

http://docs.google.com/viewer?url=http://pkukmweb.ukm.my/~kamal/sedimentologi/kuliah8-batu-sedimen-kimia-biokimia.pdf&chrome=truehttp://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/pengaruh-matriks-dan.10http://pdf.kq5.org/doc/komponen-batuan-karbonathttp://valentinomalau31.blogspot.com/2010/04/klasifikasi-batuan-karbonat.html

6