laporan audit bentuk baku

Upload: ayu-dewi-riharna

Post on 13-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Laporan Audit Bentuk Baku dan Laporan Audit Tidak Baku

Makalah Auditing

LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU DANLAPORAN AUDIT TIDAK BAKU

Disusun oleh:

KELOMPOK 9

NUR REZEKI ASRIFA SALAMA32112013SRI ASRIYANI SUMADIA32112024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2012LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU DANLAPORAN AUDIT TIDAK BAKU

LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU1. Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan KeuanganSeorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, ia juga dianggap berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, meskipun ia tidak mencantumkan namanya dalam laporan tersebut. Meskipun akuntan dapat berpartisipasi dalam penyusutan laporan keuangan, laporan keuangan merupakan representasi manajemen, dan kewajaran penyajiannya sesuaidengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan tanggung jawab manajemen. Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan keuangan auditan atau yang tidak diaudit.Laporan keuangan disebut telah diaudit bila akuntan telah menerapkan prosedur auditing yang cukup untuk memungkinkannya menyatakan pendapat atau laporan tersebut. Laporan keuangan (informasi keuangan) interim entitas publik yang tidak diaudit disebut sebagai di-review bila akuntan menerapkan prosedur yang memungkinkannya untukmenyatakan pendapat atas laporan (informasi) tersebut.

Standar pelaporan keempat berbunyai sebagai berikut:Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.

Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Atas Laporan Keuangan Yang TidakDiauditJika seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan suatu entitas publik, namunbelum mengaudit atau me-review laporan tersebut, bentuk laporan yang diterbitkan oleh akuntan tersebut adalah sebagai berikut:

[Pihak yang dituju oleh akuntan]Neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X2, laporan laba-rugi, laporanperubahan equitas, dan laporan arus kas terlampir untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut tidak kami audit dan, oleh karena itu, kami tidak menyatakanpendapat atas laporan keuangan tersebut.[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntanpublik][Tanggal]

Pernyataan tidak memberikan pendapat merupakan cara yang digunakan oleh akuntan untuk mematuhi standar pelaporan keempat yang alam hal ini nama akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan yang tidak diaudit. Pernyataan tidak memberikan pendapat dapat dilampirkan pada laporan keuangan yang tidak diaudit atau dimasukkan ke dalam laporan keuangan tersebut. Sebagai tambahan, setiap halaman laporan keuangan tersebut harus secara jelas diberi tanda tidak diaudit. Bila akuntan menerbitkan bentuk pernyataan tidak memberikan pendapat semacam ini, ia tidak bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur apa pun selain hanya membaca laporan keuangan tersebut untuk menemukan salah saji material yang nyata. Jika akuntan menyadari bahwa dimasukkan dalam komunikasi tertulis suatu entitas publik yang disusun oleh klien yang berisi laporan keuangan yang tidak diaudit atau di-review, ia harus meminta (a) bahwa namanya tidak dimasukkan dalam komunikasi tersebut, (b) bahwa laporan keuangan diberi tanda sebagai tidak diaudit dan terdapat catatan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Jika klien tidak mematuhi permintaan tersebut, akuntan harus menasihati kliennya bahwa ia tidak mengizinkan penggunaan namanya dan harus mempertimbangkan tindakan lain yang mungkin sesuai.

Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Atas laporan Keuangan yang Tidak Diaudit yang disusun Berdasarkan Basis Akuntansi Komprehensif.Jika akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan entitas publik yang tidak diaudit yang disusun berdasarkan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, ia harus mengikuti panduan kecuali bahwa ia harus memodifikasi identifikasinya terhadap laporan keuangan dalam pernyataan tidak memberikan pendapat tersebut. Sebagai contoh, pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis kas dapat berbunyi sebagai berikut:

[Pihak yang dituju oleh auditor]Laporan aktiva dan kewajiban yang timbul dari transaksi kas perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X1 serta laporan pendapatan yang diterima serta biaya yang dibayar untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut tidak kami audit, oleh karena itu kami tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik][Tanggal]

Catatan atas laporan keuangan harus menjelaskan perbedaan basis penyajian tersebut dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, namun dampak keuangan perbedaan tersebut tidak perlu dinyatakan.

Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Bila Auditor Tidak IndependenStandar umum kedua mengharuskan: Dalam semua hal yang behubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Auditor independen harus tidak memihak kepada kliennya; jika tidak, ia akan dapat memisahkan diri agar temuan-temuannya dapat diandalkan. Mengenai independensi akuntan, hal ini merupakan sesuatu yang harus diputuskan oleh akuntan yang bersangkutan dan merupakan pertimbangan profesional.Jika akuntan tidak independen, prosedur apa pun yang dilaksanakan tidak akan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, dan ia akan terhalang dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, ia harus menyatakan tidak memberikan pendapat terhadap laporan keuangan dan harus menyatakan secara khusus bahwa ia tidak independen.Jika suatu laporan keuangan merupakan laporan keuangan entitas nonpublik, dan akuntan tidak independen, ia harus mengacu ke Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review. Dalam semua keadaan yang lain, tehadap dari luasnya prosedur yang diterapkan, akuntan harus melaksanakan panduan kecuali bahwa pernyataan tidak memberikan pendapat harus dimodifikasi untuk menyatakan secara spesifik bahwa ia tidak independen. Alasan ketidakindependensian dan prosedur apa pun yang dilaksanakan tidak perlu dijelaskan; termasuk masalah-masalah yang mungkin membingungkan pembaca tentang pentingnya sesuatu yang merusak independensinya. Contoh laporan semacam itu disajikan berikut ini:

[Pihak yang dituju oleh auditor]Kami tidak independen dalam hubungannya dengan PT KXT, dan neraca tanggal 31 Desember 20X1, dan laporan laba rugi, laporan perubahan equitas, dan laporan arus kas terlampir yang berakhir pada tanggal tersebut tidak kami audit, oleh karena itu, kami tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik][Tanggal]

Keadaan Yang Memerlukan Modifikasi Atas Pernyataan Tidak Memberikan PendapatJika akuntan menyimpulkan bahwa atas dasar fakta yang diketahuinya, laporan keuangan yang terhadapnya ia tidak menyatakan pendapat, disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk pengungkapannya, ia harus menyarankan kepada klien untuk melakukan revisi semestinya. Jika klien tidak melaksanakan saran yang diberikan oleh akuntan, ia harus menjelaskan penyimpangan tersebut dalam pernyataan tidak memberikan pendapatnya. Penjelasan ini harus merujuk secara spesifik mengenai sifat penyimpangan dan, jika dapat dilaksanakan, menyatakan dampaknya atas laporan keuangan atau memasukkan informasi yang diperlukan untuk pengungkapan memadai.Bila dampak penyimpangan tesebut atas laporan keuangan tidak dapat ditentukan secara beralasan, pernyataan tidak memberikan pendapat harus menyatakan hal itu. Bila penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup pengungkapan yang tidak memadai, tidak mungkin bagi akuntan untuk memasukkan pengungkapan yang tidak dicantumkan tersebut dalam laporan auditnya. Sebagai contoh, jika manajemen menghilangkan semua pengungkapan penting, akuntan harus secara jelas menunjukkan hal tersebut di dalam laporan auditnya, namun akuntan tidak diharapkan untuk memasukkan pengungkapan tersebut dalam laporan auditnya. Jika klien tidak setuju dengan revisi atas laporan keuangannya atau tidak mau menerima pernyataan tidak memberikan pendapat dari akuntan dengan penjelasan mengenai penyimpangan dari prinsip akuntansi yangberlaku umum di Indonesia tersebut, akuntan harus menolak pengaitan namanya dengan laporan keuangan dan, jika perlu, menarik diri dari perikatan.

Pelaporan Atas Laporan Keuangan Auditan Atau Yang Tidak Diaudit Dalam Bentuk KomparatifBila laporan keuangan yang tidak diaudit disajikan dalam bentuk komparatif dengan laporan keuangan auditan dalam dokumen yang diserahkan kepada Bapepam, laporan keuangan yang tidak diaudit tersebut harus secara jelas diberi tanda tidak diaudit, namun tidak perlu diacu dalam laporan auditor.Bila laporan keuangan yang tidak diaudit disajikan dalam bentuk komparatif dengan laporan keuangan auditan dalam dokumen lain, laporan keuangan yang tidak diaudit harus diberi tanda tidak diaudit untuk menunjukkan statusnya dan (a) laporan atas periode sekarang diterbitkan kembali atau (b) laporan atas periode sekarang harus berisi penjelasan semestinya tentang tanggung jawab yang dipikul atas laporan keuangan periode yang lalu dalam suatu paragraf terpisah. Bila penerbitan kembali maupun pengacuan ke paragraf terpisah dapat diterima, dalam dua keadaan tersebut, akuntan harus mempertimbangkan bentuk dan cara penyajian sekarang laporan keuangan tahun yang lalu tersebut dalam hubungannya dengan informasi yang diketahuinya dalam perikatan sekarang. Bila laporan keuangan periode yang lalu telah diaudit dan laporan atas periode sekarang berisi paragraf terpisah, laporan tersebut harus menunjukkan: (a) bahwa laporan keuangan tahun yang lalu telah diaudit sebelumnya, (b) tanggal laporan audit sebelumnya, (c) tipe pendapat yang dinyatakan sebelumnya, (d) jika pendapat yang dinyatakan selain pendapat wajar tanpa pengecualian, alasan yang menguatkannya, (e) bahwa tidak ada prosedur audit yang dilaksanakan setelah tanggal laporan audit sebelumnya. Suatu contoh paragraf terpisah disajikan berikut ini:Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20X1 telah kami audit (atau diaudit oleh auditor independen lain) dan kami (a) menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan tesebut dalam laporan kami (laporannya) bertanggal 1 Maret 20X2, namun kami (ia) tidak melaksanakan prosedur audit apa pun setelah tanggal laporan audit kami (auditnya) tersebut.Bila laporan keuangan periode yang lalu tidak diaudit dan laporan atas periode sekarang berisi paragraph terpisah, laporan auditor harus memasukkan (a) suatu pernyataan tentang jasa yang dilaksanaka dalam periode yang lalu, (b) tanggal laporan tesebut, (d) suatu pernyataan bahwa jasa tersebut berlingkup lebih sempit dari pada audit dan tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika laporan keuangan merupakan laporan entitas publik, paragraf terpisah harus berisi pernyataan tidak memberikan pendapat atau penjelasan suatu review. Jika laporan keuangan tersebut merupakan laporan entitas nonpublik, dan laporan keuangan dikompilasi atau di review, paragraf terpisah harus berisi penjelasan semestinya tentang kompilasi dan review tersebut. Sebagai contoh, suatu paragraf terpisah yang menjelaskan suatu review disajikan dengan kata-kata sebagai berikut:Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20X1 telah kami review (atau di-review oleh auditor independen lain) dan laporan kami (laporannya) atas laporan keuangan tersebut, bertanggal 1 Maret 20X2, berisi pernyataan bahwa kami (a) tidak mengetahui adanya modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Namun, suatu review sangat terbatas lingkupnya dibandingkan dengan audit dan tidak memberikan dasar bagi kami (baginya) untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.Suatu paragraf terpisah yang menjelaskan suatu kompilasi disajikan dengan kata-kata sebagai berikut:Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20X1 telah kami kompilasi (atau dikompilasi oleh auditor independen lain) dan laporan kami (laporannya) atas laporan keuangan tersebut, bertanggal 1 Maret 20X2, berisi pernyataan bahwa kami (ia) tidak mengaudit atau me-review laporan keuangan tersebut dan, oleh karena itu, kami (ia) tidak memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas laporan keuangan tersebut.

Keyakinan NegatifBila akuntan, dengan alasan apa pun, menyatakan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan, pernyataannya tersebut tidak boleh bertentangan dengan dicantumkannya suatu pernyataan keyakinan mengenai tidak diketahuinya adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali yang secara spesifik diakui sebagaimana mestinya menurut standar yang ditetapkan Akuntan Indonesia.Sebagai contoh, keyakinan negatif, diperbolehkan dalam surat untuk penjamin emisi yang di dalamnya auditor independen melaporkan atas dasar prosedur terbatas yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan yang tidak diaudit atau data keuangan lain yang terdapat dalam pernyataan pendaftaran yang diserahkan kepada Bapepam.2. Bentuk Baku Laporan Auditor atas Laporan KeuanganLaporan audit bentuk baku (standar unqualified audit report) adalah laporan yang diterbitkan oleh seorang auditor ketika seluruh kondisi audit terpenuhi, tidak diketemukan kesalahan saji yang signifikan yang tergeletak tak diperbaiki, serta laporan ini berisi pendapat auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP/PSAK.Unsur-Unsur Laporan Audit Bentuk Baku:a) Judul laporan.Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam judul tersebut tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang tepat adalah laporan auditor independen, laporan dari auditor independen, atau pendapat akuntan independen. Kewajiban untuk mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk memberitahu para pengguna laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif/tidak memihak.b) Alamat laporan audit.Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.c) Paragraf pendahuluan.Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal: Pertama, membuat suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah melaksanakan audit. Paragraf scope (lihat unsur ke-4) akan menjelaskan maksud dari kata audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan ini adalah untuk mengkomunikasikan bahwa manajemen bertanggung jawab atas pemilihan prinsip akuntansi yang tepat, atas keputusan mereka memilih ukuran yang digunakan serta pengungkapan mereka tentang penggunaan prinsip-prinsip tersebut serta untuk mengklarifikasikan peran manajemen dan auditor.d) Paragraf Ruang Lingkup.Paragraf ruang lingkup ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan auditor selama proses audit. Sesuai dengan SAS 93 mewajibkan bahwa negara asal prinsip akuntansi itu digunakan dalam mempersiapkan laporan keuangan dan standar audit yang diikuti oleh auditor yang identifikasikan dalam laporan audit.

e) Paragraf pendapat.Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga seringkali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor.f) Nama KAP.Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.g) Tanggal laporan audit.Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan.

Kondisi-Kondisi bagi Laporan Audit Wajar Tanpa PengecualianLaporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa pengecualian) diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi:1) Seluruh laporan keuangan-neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas-telah lengkap.2) Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan audit tersebut.3) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah melaksanakan pengugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.4) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal tersebut berarti bahwa pengungkapan informatif yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan tersebut.5) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.

3. Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan Dalam Laporan Auditor Bentuk BakuSuatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan.Laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat adalah suatu laporan wajar tanpa pengecualian untuk suatu penyajian laporan keuangan yang wajar, tetapi auditor menyakini bahwa merupakan hal yang penting, atau wajib, untuk memberikan tambahan informasi.Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku: Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern) Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

Tidak Adanya Konsistensi dalam Penerapan GAAP/PSAKStandar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk menaruh perhatian pada kondisi- kondisi yang membuat prinsip akuntansi tidak diberlakukan secara konsisten antara prinsip akuntansi yang digunakan pada tahun sebelumnya. GAAP/PSAK menghendaki agar perubahan dalam prinsip atau metode akuntansi yang digunakan serta sifat dan pengaruh perubahan tersebut diungkapkan secukupnya. Materialitas perubahan prinsip akuntansi dievaluasi berdasarkan efek perubahan prinsip akuntansi tersebut pada tahun berjalan.Konsistensi versus Komparabilitas. Auditor harus dapat menentukan perbedaan antara perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan serta perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi pelaporan. Berikut ini adalah contoh-contoh perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan dan memerlukan suatu paragraf penjelasan saat perubahan tersebut bersifat material:1. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi LIFO.2. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan baru dalam laporan keuangan gabungan.3. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima secara umum pada prinsip akuntansi yang diterima secara umum, termasuk di dalamnya perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip akuntansi tersebut.Termasuk dalam perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi pelaporan sehingga tidak perlu dicantumkan dalam laporan audit adalah sebagai berikut:1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis suatu aktiva untuk tujuan perhitungan depresiasi.2. Perbaikan kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, misalnya kesalahan perhitungan matematis dalam laporan keuangan terdahulu.3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan.4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti suatu proyek penelitian dan pengembangan yang baru atau penjualan sebuah anak perusahaan.

Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern).SAS 59 (AU 341) membahas masalah ini di bawah judul Pertimbangan Hidupnya. Contoh keberadaan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini dapat menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya:1. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang signifikan.2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh temponya.3. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau suatu masalah ketenagakerjaan yang tidak umum.4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal lainnya yang serupa yang dapat mengancam kemampuan operasional perusahaan.SAS 59 mengizinkan tetapi tidak mewajibkan suatu penolakan pemberian pendapat ketika terdapat suatu ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan. Suatu contoh tentang penolakan pemberian pendapat terjadi ketika suatu lembaga pengatur, seperti Badan Perlindungan Lingkungan, telah memutuskan untuk membebankan sejumlah denda yang sangat besar kepada sebuah perusahaan, dan jika hal tersebut mengakibatkan suatu hasil akhir yang kurang menyenangkan, maka perusahaan mungkin terpaksa dilikuidasi.

Auditor Menyetujui Terjadinya Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku UmumAturan 203 dari Kode Etik Profesional AICPA menyatakan dari prinsip akuntasi yang telah disusun sebuah lembaga untuk digunakan oleh AICPA sebagai panduan prinsip akuntansi, barangkali tidak memerlukan suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Bagaimanapun, agar memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor harus merasa puas serta harus menyatakan dan menjelaskan. Prinsip akuntansi yang dapat menimbulkan suatu hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.

Penekanan MasalahDalam beberapa situasi, akuntan publik barangkali ingin memberikan penekanan pada beberapa masalah tertentu yang terkait dengan laporan keuangan,walaupun ia bermaksud untuk memberikan suatu pendapat wajar tanpa syarat. Biasanya, beberapa informasi tambahan yang menjelaskan masalah tersebut harus dinyatakan pada suatu paragraf terpisah dalam laporan audit. Berikut adalah contoh-contoh kasus yang menyebabkan seorang auditor berpikir bahwa ia harus menjelaskan permasalahan yang terjadi : terdapat transaksi dengan pihak terkait yang bernilai sangat besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca, penjelasan masalah akutansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya, serta ketidakpastian material yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Laporan yang Melibatkan Auditor LainnyaKetika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan publik lain untuk melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka kantor akuntan publik utama memiliki tiga alternatif pilihan, yaitu:1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit. Ketika tak ada referensi yang dibuat untuk auditor lainnya, maka suatu pendapat wajar tanpa syarat yang diberikan kecuali terdapat kondisi lain yang mengharuskan dikeluarkannya pendapat lain di luar pendapat wajar tanpa syarat. Pendekatan ini dilakukan pada saat auditor lain mengaudit laporan keuangan dengan proporsi yang tidak material, auditor lain sangat dikenal atau disupervisi secara ketat oleh auditor utama, atau auditor utama telah melakukan review yang mendalam pada pekerjaan yang dilakukan oleh auditor lain.2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Modifikasi Kalimat). Jenis laporan ini disebut pula sebagai suatu laporan atau pendapat bersama. Suatu laporan bersama wajar tanpa syarat merupakan laporan yang tepat untuk diterbitkan bila merupakan hal yang tidak praktis untuk mereview kembali pekerjaan auditor lain atau ketika proporsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain material terhadap keseluruhan laporan keuangan.3. Mengeluarkan Pendapat Wajar dengan Pengecualian. Auditor utama dapat menyimpulkan bahwa perlu diterbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian. Suatu pendapat wajar tanpa syarat atau tidak memberikan pendapat (disclaimer), tergantung pada materialitasnya, diperlukan jika auditor utama tidak menginginkan untuk mengambil tanggung jawab apapun atas pekerjaan auditor lainnya.

LAPORAN AUDIT TIDAK BAKULaporan audit tidak baku merupakan laporan yang menyimpang dari laporan audit bentuk baku. Penyimpangan dari laporan audit bentuk baku merupakan hal yang penting bagi para auditor dan pembaca laporan audit untuk memahami kapan kondisi-kondisi yang tidak tepat untuk menerbitkan suatu laporan audit bentuk baku serta jenis laporan audit yang harus diterbitkan dalam setiap kondisi tersebut.Dalam studi laporan audit yang menyimpang dari laporan audit bentuk baku, terdapat tiga topik yang saling terkait satu sama lain : kondisi-kondisi yang menyebabkan dari laporan audit bentuk baku, jenis laporan/pendapat audit lainnya selain laporan audit bentuk baku, serta materialitas.

Kondisi-kondisi yang Menyebabkan Penyimpangan Dari Laporan Audit Bentuk Baku. Ketiga kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, yaitu:1) Ruang Lingkup Audit Dibatasi ketika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang memadai untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK, maka terdapat suatu pembatasan atas lingkup audit. Terdapat dua penyebab utama atas pembatasan lingkup audit ini : pembatasan oleh klien dan pembatasan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di luar kendali klien atau auditor.2) Penyajian Laporan Keuangan tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Akutansi yang belaku Umum (Penyimpangan dari GAAP/PSAK) Sebagai contoh, jika seorang klien bersikeras untuk menggunakan harga penggantian (replacement cost) bagi aktiva tetapnya atau menilai persediaannya berdasarkan harga jual daripada harga historis, maka perlu diberikan pendapat di luar pendapat wajar tanpa syarat.3) Auditor tidak Independen independensi umumnya ditentukan berdasarkan Aturan 101 dari Aturan Kode Etik Profesional.

Jenis Laporan/Pendapat Audit Lainnya Selain Laporan Audit Bentuk Baku.Ketika salah satu dari ketiga kondisi di atas menunjukan gejala bahwa suatu penyimpangan dari laporan bentuk baku hadir dan bernilai material, maka suatu laporan selain laporan bentuk baku/laporan wajar tanpa pengecualian harus diterbitkan. Tiga jenis laporan audit yang dapat diterbitkan di bawah ketiga kondisi ini adalah laporan wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), serta menolak memberikan pendapat (disclaimer). Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion).Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) merupakan suatu laporan yang diterbitkan ketika auditor menyakini bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar tetapi terdapat suatu pembatasan lingkup audit atau terindikasi bahwa terdapat suatu kegagalan dalam mematuhi GAAP/PSAK. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion).Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) merupakan suatu laporan yang diterbitkan ketika auditor meyakini bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah salah saji sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan GAAP/PSAK. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).Pernyataan menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) merupakan suatu laporan audit yang diterbitkan ketika auditor tidak dapat memuaskan dirinya bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar atau auditor merasa tidak independen.

Materialitas.Kesalahan saji yang material merupakan suatu kesalahan dalam laporan keuangan, suatu pengetahuan yang dapat memberikan pengaruh pada keputusan yang dibuat oleh para pengguna laporan.Tingkat Materialitas.Dalam penerapan definisi ini, terdapat tiga tingkat materialitas yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan. Nilainya tidak material. Ketika suatu kesalahan penyajian terjadi dalam laporan keuangan tetapi salah saji tersebut tidak mungkin mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh si pengguna laporan, maka hal tersebut dikategorikan sebagai tidak material. Dalam kondisi tersebut sangat pantas untuk menerbitkan pendapat wajar tanpa syarat. Nilainya Material tetapi tidak Mempengaruhi Keseluruhan Penyajian Laporan Keuangan. Tingkat materialitas yang kedua hadir pada saat terdapat suatu kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan seorang pengguna laporan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan tetap disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan. Ketika auditor berkesimpulan bahwa suatu kesalahan penyajian bersifat material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan keuangan, maka pendapat auditor yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (menggunakan kecuali untuk). Nilainya Sangat Material Sehingga Kewajaran Seluruh Laporan Keuangan Dipertanyakan. Tingkat materialitas tertinggi hadir saat terdapat probabilitas yang sangat tinggi bahwa pengguna laporan akan membuat keputusan yang tidak benar jika pengguna laporan menyandarkan dirinya pada keseluruhan laporan keuangan dalam pembuatan keputusan mereka.

Keputusan MaterialitasTingkat materialitas berpengaruh langsung terhadap jenis opini yang diterbitkan. Evaluasi materialitas tergantung pula pada apakah dalam suatu situasi tertentu terdapat suatu ketidaksesuaian dengan GAAP/PSAK atau terdapat suatu pembatasan lingkup audit. Keputusan Materialitas-Kondisi Non-GAAP. Ketika seorang klien gagal dalam mengikuti prinsip-prinsip GAAP, maka laporan audit yang diterbitkan apakah berupa pendapat wajar tanpa syarat, hanya pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Perbandingan Nilai Dollar pada Suatu Patokan Tertentu. Pada saat seorang klien gagal mematuhi prinsip-prinsip GAAP maka yang menjadi perhatian utama dalam pengukuran materialitasnya umumnya adalah nilai uang dari total kesalahan pada akun-akun yang terkait, dibandingkan pada suatu patokan tertentu. Terukur. Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur secara akurat. Pertanyaan materialitas yang harus dievaluasi oleh auditor dalam situasi-situasi seperti ini adalah pengaruh dari kegagalannya dalam mengungkapkan hal-hal tersebut pada para pengguna laporan. Karakteristik Item itu Sendiri. Keputusan seorang pengguna laporan mungkin pula dipengaruhi oleh jenis kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna laporan serta mempengaruhi pula pendapat auditor dalam suatu pendekatan yang berbeda dengan mayoritas kesalahan penyajian.a) Transaksi-transaksi tersebut bersifat ilegal atau curang.b) Suatu item secara material dapat mepengaruhi penyajian dalam beberapa periode mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat material bagi penyajian laporan pada periode berjalan.c) Suatu item mempunyai suatu pengaruh fisik.d) Suatu item mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas konsekuensi yang timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah disepakati bersama. Keputusan Materialitas-Kondisi pembatasan Lingkup Audit. Ketika terdapat suatu pembatasan lingkup audit, laporan audit dapat berupa wajar tanpa syarat, wajar dengan pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit, atau penolakan pemberian pendapat, tergantung dari materialitas pembatasan lingkup audit tersebut.Umumnya melakukan evaluasi materialitas atas kesalahan saji yang potensial yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit lebih sulit dilakukan daripada melakukan evaluasi materialitas yang disebabkan oleh ketidakpatuhan pada prinsip-prinsip GAAP.

Lingkup Audit Auditor telah DibatasiDua kategori utama dari pembatasan lingkup audit adalah: pembatasan lingkup audit yang disebabkan oleh klien serta pembatasan lingkup audit yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di luar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis pembatasan lingkup audit tersebut memiliki pengaruh yang sama pada laporan auditor, tetapi interprestasi materialitasnya kemungkinan besar berbeda. Ketika pembatasan lingkup audit terjadi akibat kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor, maka laporan audit wajar dengan pengecualian pada lingkup dan pendapat audit lebih tepat untuk diterbitkan.

Penyajian Laporan Keuangan tidak Sesuai dengan GAAPKetika auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan pengguna laporan karena laporan keuangan tersebut penyusunannya tidak sesuai dengan GAAP/PSAK, maka ia harus menerbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau suatu pendapat tidak wajar, tergantung dari tingkat materialitas dari item yang dipertanyakan tersebut.Ketika seorang klien gagal menampilkan informasi yang wajib disampaikan agar ia dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar, baik menampilkan informasi tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan yang terkait, maka merupakan tanggung jawab auditor untuk menyajikan informasi tersebut dalam laporan auditnya serta menerbitkan pula suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau suatu pendapat tidak wajar.Laporan Aturan 203. Menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK dapat menjadi suatu tugas yang sulit. Dari Kode Etik Profesional, mengizinkan adanya penyimpangan dari buletin penelitian akuntansi, pendapat Dewan Prinsip-Prinsip Akuntansi, serta dari pernyataan FASB ketika sang auditor menyakini bahwa ketaatan pada ketiga hal diatas dapat menyebabkan kesesatan pada laporan keuangan.Aturan 203-Prinsip-Prinsip Akuntansi Seorang anggota tidak diperbolehkan untuk (1) mengeluarkan suatu pendapat atau pernyataan afirmatif bahwa laporan keuangan atau data keuangan lainnya pada suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak menyadari bahwa diperlukan suatu modifikasi yang material pada laporan keuangan atau data keuangan lainnya agar laporan keuangan dan data keuangan lainnya tersebut disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Ketiadaan Laporan Arus Kas. Ketidakbersediaan klien untuk memasukkan laporan arus kas dapat dilihat dengan lebih spesifik dalam SAS 58 (AU 508). Ketika laporan arus kas ini ditiadakan, harus dibuat paragraf ketiga yang menyatakan tentang penghapusan laporan tersebut serta penerbitan suatu pendapat wajar dengan pengecualian kecuali untuk.

Auditor Tidak IndependenJika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi sebagaimana yang dinyatakan dalam Kode Etik Profesional, maka penolakan pemberian pendapat harus dilakukan walaupun seluruh prosedur audit yang dilaksanakan dianggap telah sesuai dengan kondisi yang ada. Ketidak independensi akan menyingkirkan semua pembatasan lingkup audit jenis lainnya, selanjutnya, tidak ada alasan untuk tidak memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat. Di dalam laporan audit yang memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat, tidak boleh menuliskan satupun kalimat tentang pelaksanaan atas prosedur audit apapun.

Proses Pembuatan Keputusan Auditor Untuk Penerbitan Laporan Audit.Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun baik dalam memutuskan laporan audit apa yang tepat untuk diterbitkan pada serangkaian kondisi tertentu. Menentukan Apakah Terdapat Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku. Para auditor mengidentifikasikan kondisi-kondisi ini saat mereka sedang melaksanakan proses audit serta memasukan berbagai informasi yang ada ke dalam kertas kerja mereka sebagai bahan diskusi untuk menentukan laporan audit apa yang tepat untuk diterbitkan. Memutuskan Tingkat Materialitas Tiap-tiap Kondisi. Dalam kondisi terdapat penyimpangan dari GAAP atau pembatasan lingkup audit, auditor harus memutuskan apakah hal tersebut tidak material, material, atau sangat material. Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat bagi Kondisi Tertentu, pada Tingkat Materialitas Tertentu. Setelah memutuskan kedua hal yang pertama, maka merupakan hal yang mudah untuk memutuskan jenis pendapat yang akan diberikan dengan bantuan suatu alat pembantu pembuat keputusan.

Menuliskan Laporan AuditMayoritas kantor akuntan publik memiliki suatu file computer yang telah berisi kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda-beda yang dapat membantu auditor menuliskan laporan auditnya. Selain itu, satu atau lebih rekanan dalam mayoritas kantor akuntan publik memiliki keahlian khusus dalam menuliskan laporan audit.

Terdapat Lebih dari Satu Kondisi yang Membutuhkan Penyimpangan atau ModifikasiPara sering kali menemui situasi-situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang membutuhkan suatu penyimpangan dari laporan audit wajar tanpa syarat atau modifikasi dari laporan audit bentuk baku. Situasi-situasi berikut ini merupakan contoh-contoh ketika diperlukan lebih dari datu modifikasi kalimat untuk dicantumkan dalam laporan: Auditor tidak independen serta ia mengetahui bahwa perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Terdapat suatu pembatasan lingkup audit serta terdapat pula keragu-raguan akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup. Terdapat suatu keragu-raguan akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan atas laporan keuangannya. Terdapat suatu penyimpangan terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, serta telah diterakannya suatu prinsip akuntansi dimana penerapannya tidak konsisten dengan penerapan prinsip akuntansi pada tahun sebelumnya.

Jumlah Paragraf dalam LaporanBanyak pembaca laporan menginterprestasikan bahwa jumlah paragraf dalam laporan audit merupakan suatu tanda yang penting tentang apakah penyajian laporan keuangan tersebut benar. Suatu laporan audit yang terdiri dari tiga paragraf umumnya mengindikasikan bahwa tidak terdapat suatu pengecualian apa pun dalam audit. Lebih dari tiga paragraph mengindikasikan tentang jenis laporan audit wajar dengan pengecualian atau menyertakan suatu penjelasan. Ketika suatu laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan diterbitkan, maka paragraf penjelasan umumnya diletakan setelah paragraf pendapat. Paragraf penjelasan tidak ditambahkan dalam suatu laporan audit wajar tanpa pengecualian yang melibatkan auditor independen lain, tetapi kalimat dalam ketiga paragraf mengalami modifikasi.

Nur Rezeki Asrifa Salam (A32112013) & Sri Asriyani Sumadi (A32112024)16