laporan aspirin

15
A.Kepustakaan Furniss BS. et al. 1978. Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry. 4 th edition. London : The English Language Book Society and Longman. page 831-832 Fessenden RJ. Fessenden JS. 1994. Organic Chemistry. 5 th edition. Callifornia : Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove. page 512-513 Mc Murry J. Orgnic Chemistry. 5 th edition. USA : Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove. page 864 B.Dasar Teori Aspirin atau asam-2-asetil oksibenzoik, asam asetil salisilat, asetosal adalah turunan asam karboksilat yang dapat disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asetat serta menggunakan katalisis H 2 SO 4 sebagai zat penghidrasi. Reaksi pembentukannya disebut esterifikasi fenol. Sebagai fenol adalah asam salisilat dan sebagai turunan asam karboksilat adalah anhidrida asetat. Esterifikasi fenol tidak melibatkan pemecahan ikatan C-O dari fenol tetapi tergantung pada pemecahan ikatan O-H. Meskipun asam karboksilat dapat digunakan untuk esterifikasi fenol, tetapi hasilnya sedikit. Untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak, digunakan turunan asam karboksilat. Misalnya anhidrida asetat yang bersifat lebih reaktif dibanding asam asetat. 1

Upload: finna-triani

Post on 28-Sep-2015

61 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan aspirin ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Kimia Organik II

TRANSCRIPT

A. Kepustakaan

Furniss BS. et al. 1978. Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry. 4th edition. London : The English Language Book Society and Longman. page 831-832

Fessenden RJ. Fessenden JS. 1994. Organic Chemistry. 5th edition. Callifornia : Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove. page 512-513

Mc Murry J. Orgnic Chemistry. 5th edition. USA : Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove. page 864

B. Dasar Teori

Aspirin atau asam-2-asetil oksibenzoik, asam asetil salisilat, asetosal adalah turunan asam karboksilat yang dapat disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asetat serta menggunakan katalisis H2SO4 sebagai zat penghidrasi.

Reaksi pembentukannya disebut esterifikasi fenol. Sebagai fenol adalah asam salisilat dan sebagai turunan asam karboksilat adalah anhidrida asetat. Esterifikasi fenol tidak melibatkan pemecahan ikatan C-O dari fenol tetapi tergantung pada pemecahan ikatan O-H. Meskipun asam karboksilat dapat digunakan untuk esterifikasi fenol, tetapi hasilnya sedikit. Untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak, digunakan turunan asam karboksilat. Misalnya anhidrida asetat yang bersifat lebih reaktif dibanding asam asetat.

Komponen penyusun aspirin adalah asam salisilat dan anhidrisa asetat.

a. Asam salisilat

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol akan menghasilkan meitl salisilat.

b. Anhidrida asetat

Anhidrida asetat, (Nama IUPAC: etanoil etanoat) dan disingkat sebagai Ac2O, adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini merupakan reagen penting dalam sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau cuka karena reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat. Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai persamaan:

Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium asetat.

Proses pembuatan aspirin mengikuti reaksi esterifikasi. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol dan anhidrida asam asetat sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO) berasal dari anhidrida asam asetat sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.

Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat (H2SO4) yang berfungsi sebagai zat penghidrasi. Hasil samping berupa asam asetat akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.Tetapi reaksi tidak benar-benar terjadi sebelum dipanaskan. Reaksi akan berlangsung dengan baik pada suhu 500-600 C. Endapan putih (aspirin) baru akan terbentuk setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni. Untuk pemuriannya aspirin tak murni di tambahi larutan NaHCO3.

Adapun aspirin berfungsi sebagai inhibitor siklooksigenase (CoX) non selektif, antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan antikoagulan.

C. Tujuan

Terampil dalam melakukan rekasi asetilasi

Terampil dalam melakukan pemurnian aspirin dengan cara rekristalisasi menggunakan dua pelarut campuran

D. Alat dan Bahan

Alat :

1. Labu Erlenmeyer (3 buah)

2. Termometer (1 buah)

3. Corong Buchner (1 buah)

4. Kaca Arloji (2 buah)

5. Labu Hisap (1 buah)

6. Batang Pengaduk (2 buah)

7. Gelas Ukur (2 buah)

8. Timbangan Gram dan Anak Timbangan (1 set)

9. Kertas Perkamen (4 lembar)

10. Corong kaca (1 buah)

11. Kertas Saring (4 lembar)

12. Pipet tetes (3 buah)

13. Sudip (1 buah)

14. Kapas (secukupnya)

15. Penangas Air dan Bunsen (1 set)

16. Pompa Hisap (1 set)

17. Sumbat Gabus (1 buah)

18. Beaker Gelas (1 buah)

19. Magnetic Stirrer (1 set)

20. Magnetic Bar (1 buah)

21. Oven (1 buah)

22. Kaleng (1 buah)

23. Botol dan etiket (1 buah)

Bahan :

1. 3 gram asam salisilat

2. 4,25 ml anhidrida asetat

3. 2 tetes H2SO4 pekat

4. 50 ml air dingin

5. 9-10 ml etanol panas

6. 25 ml air panas

E. Mekanisme Reaksi

F. Skema Kerja dan Cara Kerja

Cara kerja :

1. Dimasukkan 3 gram asam salisilat dan 4,25 ml anhidrida asetat ke dalam labu Erlenmeyer kering. Di goyang-goyang hingga homogen. Lalu ditambah 2 tetes H2SO4 pekat sambil terus digoyang-goyang hingga terasa hangat dan berbentuk endapan

2. Menyiapkan kertas saring untuk corong Buchner

3. Labu Erlenmeyer tersebut dimasukkan ke dalam tangas air dengan temperatur 50-60 C, diaduk selama 15 menit. Kemudian labu Erlenmeyer dikeluarkan dari tangas air dan sambil diaduk-aduk, dibiarkan labu sampai dingin

4. Kemudian dilakukan test FeCl3 dengan cara padatan diambil sedikit, diletakkan pada kaca arloji. Kemudian ditambahkan larutan FeCl3 secukupnya. Jika padatan berwarna ungu, maka dipanaskan kembali selama 5 menit kemudian test lagi dengan FeCl3. Jika larutan tidak berwarna, berarti asam salisilat telah bereaksi semua menjadi asam asetil salisilat

5. Setelah menjadi padat, tambahkan 50 ml air, lalu aduk dan segera dilakukan penyaringan dengan corong buchner dan labu hisap

6. Hasil penyaringan dipindah ke dalam erlenmeyer dan dilakukan proses rekristalisasi dengan cara :

a. 9-10 ml etanol yang telah dipanaskan mengguanakan magnetic stirrer ditambahkan kedalam labu Erlenmeyer berisi padatan tadi dan di beri magnetic bar kemudian dipanaskan lagi dengan magnetic stirrer hingga tepat larut

b. 25 ml air panas dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer tadi. Bila ada kotoran, disaring dengan corong panas

c. Didinginkan sampai terbentuk kristal jarum

d. Disaring dengan corong buchner, kemudian dikeringkan dalam oven (520C).

7. Hasil ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam botol hasil, lalu diberi etiket/label.

Skema kerja :

3 gram asam salisilat + 4,25 ml anhidrida asetat ke dalam labu erlenmeyer yang kering ; goyang ad homogen, tambah 2 tetes H2SO4 pekat

(goyang ad homogen, terbentuk endapan, dan hangat)

panaskan di waterbath (suhu 50 60 C) sambil diaduk 15 menit

didinginkan hingga terbentuk kristal kasar / padat

test dengan larutan FeCl3

berwarna ungu

tidak berwarna ungu

panaskan lagi

+ 50 ml air dingin

saring dengan corong buchner dan labu hisap

lakukan rekristalisasi

kristal kasar aspirin + 9-10 ml etanol yang telah dipanaskan di hot plate + 25 ml air panas

ada kotoran

tidak ada kotoran

disaring panas

didinginkan

saring dengan corong buchner

dikeringkan dalam oven (520C)

G. Gambar Penggunaan dan Pemasangan Alat

H. Hasil Percobaan

Hasil teoritis : 3,9 gram

Hasil praktis : 2,9 gram

Presentase hasil :

I. Ketetapan Alam

Titik leleh: 129 - 133 C

J. Pembahasan

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan yaitu menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai prosedur, dan memastikan labu erlenmeyer yang digunakan dalam keadaan kering. Karena aspirin yang terkena air akan berubah kembali menjadi asam asetat atau anhidrida asetat (reaksinya reversibel) dan tidak dapat dipakai kembali. Bila dalam pencampuran, labu erlenmeyer tidak kering maka campuran asam salisilat, anhidrida asetat serta H2SO4 akan berwarna hitam yang berarti gagal.

Temperatur reaksi dilakukan pada 500-600 C karena suhu tersebut merupakan suhu optimal pembentukan aspirin. Jika suhu yang digunakan di atas 600 C maka ester yang terbentuk akan terurai. Sebaliknya apabila suhu di bawah 500 C maka reaksi akan berjalan lambat.

Hasil reaksi diuji dengan larutan FeCl3 untuk mengetahui apakah masih ada asam salisilat yang tersisa dalam bahan. Reaksinya adalah FeCl3 akan positif berwarna ungu jika masih ada gugus OH terikat pada gugus aromatis (gugus fenol). Sedangkan FeCl3 akan negatif tidak terjadi perubahan warna (kuning) apabila tidak ada gugus OH terikat pada gugus aromatis (gugus fenol). Apaila masih ada asam salisilat yang tersisa pada bahan maka ketika ditambahkan FeCl3 akan berwarna ungu karena asam salisilat mengandung gugus fenol. Jika tidak ada gugus fenol, maka warna larutan tidak berubah (kuning). Apabila terjadi perubahan warna (ungu), maka bahan tersebut masih mengandung asam salisilat sehingga harus dipanaskan kembali agar asam salisilat yang tersisa bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk aspirin. Apabila saat ditambahkan FeCl3 larutan tidak berubah menjadi warna ungu berarti semua asam salisilat telah bereaksi sempurna menjadi aspirin.

Setelah hasil reaksi menjadi padat segera ditambahkan sejumlah air agar anhidrida asetat bereaksi membentuk asam asetat sehingga produk yang pada awalnya larut pada anhidrida asetat akan mengendap dan terbentuk padatan (kristal). Akan tetapi air yang ditambahkan tidak boleh terlalu banyak karena aspirin sedikit larut dalam air. Oleh karena itu digunakan air dingin agar dengan berkurangnya suhu, berkurang pula kelarutan aspirin dalam air. Kemudian bahan ini harus segera disaring karena reaksinya bersifat reversible.

Rekristalisasi harus dilakukan dengan 2 pelarut untuk mendapatkan kristal yang bagus dan maksimal. Pelarut etanol bersifat melarutkan sedangkan pelarut air tidak melarutkan, sehingga dapat terbentuk kristal. Jika digunakan satu pelarut saja maka kurang memenuhi syarat sebagai pelarut rekristalisasi.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil yaitu :

Pengukuran dan penimbangan zat tidak akurat

Labu erlenmeyer yang digunakan tidak dalam keadaan kering.

Waktu rekristalisasi, penambahan pelarut terlalu banyak sehingga zat yang sudah mengkristal terlarut kembali.

Pada waktu menyaring, banyak zat yang tertinggal di kertas saring sehingga tidak semuanya terrekristalisasi.

Fungsi H2SO4 yang ditambahkan adalah sebagai katalis. Selain menggunakan katalis H2SO4, dapat pula digunakan H3PO4. Reaksi ini dilakukan pada air yang dipanaskan agar memepercepat tercapainya energi aktivasi, sedangkan pendinginan dimaksudkan untuk membentuk kristal. Karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya berkumpul membentuk endapan. Pengadukan pada proses kristalisasi adalah agar dua pelarut dapat tercampur secara sempurna sehingga akan memepercepat proses pembentukan kristal. Suhu oven yang digunakan untuk pengeringan yaitu 520 C karena merupakan suhu optimal untuk pengeringan setelah kristalisasi. Titik leleh aspirin yaitu 129 - 133 C, sedangkan suhu optimal untuk dilakukakan pengeringan yaitu 500C di bawah titik leleh. Jika suhu diatas 520 C, maka aspirin akan terurai menjadi asam salisilat kembali, sedangkan jika suhu dibawah 520 C, maka proses pengeringan akan berjalan sangat lama.

K. Tanda Tangan Peserta Praktikum

Eunike Lavenia Nobel Finna Triani

1130139 1130141

11