laporan asidi alkali

Upload: rabitha-rosseani

Post on 19-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

farmasi 2012

TRANSCRIPT

16

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangFarmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang mempunyai kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia. Dalam farmasi tidak hanya mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, dan mengidentifikasi bahan obat, tetapi juga mempelajari ilmu kimia. Salah satu ilmu kimia yang dipelajari oleh seorang farmasis adalah kimia analisis.Kimia analisis merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel yang dianalisis, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar yang terkandung dalam suatu sampel (1).Dalam kimia analisis terdapat dua metode yaitu, metode klasik dan metode modern. Salah satu metode yang termasuk dalam metode klasik adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode analisis yang digunakan pada zat (yang dianalisis) yang konsentrasinya belum diketahui tetapi dibiarkan untuk bereaksi dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya (2).Titrasi di klasifikasikan dalam empat kategori yaitu titrasi asam-basa (meliputi reaksi asam dan basa), titrasi redoks (meliputi hampir semua reaksi oksidasi-reduksi), titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri. Zat yangdigunakan dalam titrimetri harus memiliki kemurnian yang tinggi. Titrasi asam-basa yang sering disebut adalah titrasi asidi-alkalimetri (3). Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari senyawa asam dengan ion hidroksida yang berasal dari senyawa basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton dengan penerima proton (2).Dalam kehidupan sehari-hari aplikasi dari metode asidi-alkalimetri digunakan untuk membuat senyawa obat, oleh karena itu pemahaman akan asidi-alkalimetri penting untuk dipelajari agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk beberapa larutan. Oleh karena itu pada praktikum ini dilakukan agar dapat memahami konsep asidi-alkalimetri serta mengetahui konsentrasi dari larutan asam sitrat dan asam asetat dengan menggunakan indikator fenolftalein.1.2 Maksud dan Tujuan1.2.1 Maksud PercobaanMaksud dari percobaan yaitu, untuk mengetahui dan mempelajari analisis titrimetri dengan menggunakan metode alkalimetri.1.2.2 Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan yaitu :1. Menentukan pembakuan natrium hidroksida.2. Menetapkan persen kadar dari asam sitrat dan asam asetat dengan menggunakan metode alkalimetri.3. Menghitung pH asam sitrat dan asam asetat.1.3 Prinsip percobaan Prinsip percobaan ini didasarkan pada titrasi asidi-alkalimetri yaitu suatu reaksi antara ion hidrogen (H+) yang berasal dari senyawa asam dengan ion hidroksida (OH-) yang berasal dari senyawa basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral (2).Pada percobaan pertama titrasi asidi-alkalimetri terjadi reaksi antara ion hidrogen dari senyawa asam sitrat dengan ion hidroksida dari senyawa basa NaOH untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Pada percobaan kedua titrasi asidi-alkalimetri terjadi reaksi antara ion hidrogen dari senyawa asam asetat dengan ion hidroksida dari senyawa basa NaOH untuk menghasilkan air yang netral.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 TeoriAnalisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dari larutan dengan zat yang akan ditetapkan.Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui disebut larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang mengandung reginsia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume larutan tertentu. Konsentrasi dilakukan dalam molaritas dan normalitas. Sedangkan larutan standar primer adalah larutan dimana dapat diketahui kadarnya dan stabil pada proses penimbangan, pelarutan, dan penyimpanan. Suatu zat primer harus memenuhi syarat dibawah ini (4):1. Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam keadaan murni.2. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 0,02) atau dapat dimurnikan dengan penghabluran kembali.3. Tidak berubah selama penimbangan (zat higroskopis bukan merupakan baku primer)4. Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara.5. Susunan kimianya tepat sesuai dengan jumlahnya.6. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan menjadi lebih kecil.7. Mudah larut.8. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur.Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai volumetri merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran. Untuk dapat dilakukan analisis volumetri harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut (5):1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat. Kebanyakan reaksi ion memenuhi syarat ini.2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi. Bahan yang diselidiki bereaksi sempurna dengan senyawa baku dengan perbandingan kesetaraan stoikiometris.3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik secara kimia atau fisika.4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator juga dapat diamati dengan pengukuran daya hantar listrik (titrasi potensiometri/konduktormetri).Salah satu golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan, atau asidimetri-alkalimetri. Metode asidi-alkalimetri digunakan untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang jumlahnya belum diketahui. Pada titrasi asidi-alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan perhitungan adalah perubahan pH titrat. Asidi-alkalimetri bisa digunakan untuk mereaksikan asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah atau sebaliknya, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan sebaliknya (6).Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi ion hidrogen yang berasal dari senyawa asam dengan ion hidroksida yang berasal dari senyawa basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).H+ + OH- H2OAsidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa (7).Dalam titrasi langsung asam-basa dalam larutan air terbagi menjadi empat, yaitu (8):1. Titrasi asam dengan basa kuatDiakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. Misalnya :HCl + NaOH NaCl + H2O2. Titrasi asam lemah dan basa kuatPada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Misalnya : CH3COOH dan NaOHCH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O3. Titrasi basa lemah dan asam kuatPada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat. Misalnya : NH4Cl dan HClNH4OH + HCl NH4Cl + H2O4. Titrasi asam lemah dan basa lemahPada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Misal : CH3COOH dan NH4OHCH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2OTitrasi asam-basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen (secara stoikiometri, titran dan titer habis bereaksi). Keadaan ini disebut titik ekivalen. Adapun cara mengetahui titik ekivalen yaitu (9):1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi, titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekivalen.2. Memakai indikator asam-basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, pada saat inilah titrasi hentikan.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam-basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada titrasi asam-basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan, dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL) indikator ( 0,1 % dengan berat formula 100) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M (10).

Tabel 1. Indikator yang biasa digunakan dalam asidi-alkalimetriIndikatorTrayek pHWarna

AsamBasa

Kuning metal2,4 4,0MerahKuning

Biru bromfenol3,0 4,6KuningBiru

Jingga metal3,1 4,4JinggaMetil

Hijau bromkresol3,8 5,4KuningBiru

Merah metal4,2 6,3MerahKuning

Ungu bromkresol5,2 6,8KuningUngu

Biru bromtimol6,1 7,6KuningBiru

Merah fenol6,8 8,4KuningMerah

Merah kresol7,2 8,8KuningMerah

Biru timol8,0 9,6KuningBiru

Fenolftalein8,2 10,0Tak berwarnaMerah

Timolftalein9,3 10,5Tak berwarnaBiru

Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri dalam farmakope indonesia edisi IV adalah : amfetamin sulfat dan sediaan tabletnya, amonia, asam asetat, asam asetat glacial, asam asetil salisilat, asam benzoat, asam fosfat, asam klorida, asam nitrat, asam retinoat (tretionin), asam salisilat, asam sitrat, asam sorbat, asam sulfat, asam tartrat, asam undesilenat, benzil benzoat, busulfan dan sediaan tabletnya, butil paraben, efedrin dan sediaan tabletnya, etenzamida, etil paraben, etisteron, eukuinin, furosemida, glibenklamida, kalamin, ketoprofen, kloralhidrat, klonidin hidroklorida, levamisol HCL, linestrenol, magnesium hidroksida, magnesium oksida, meprobamat, metenamin, metil paraben, metil salisilat, naproksen, natrium bikarbonat serta sediaan tablet dan injeksinya, natrium hidroksida, natrium tetraborat, neostigmin metil sulfat, propil paraben,propil tiourasil, sakarin natrium, dan zink oksida.II.2 Uraian BahanII.2.1 Air suling (FI III: 96)Nama resmi:Aqua destillataNama lain:Air suling, aquadestRM/BM:H2O/18,02Rumus Struktur : Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasaKelarutan:-Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKhasiat:-Kegunaan:Sebagai pelarutII.2.2 Alkohol (FI III: 65)Nama resmi:AethanolumNama lain:Etanol, alkohol, ethyl alkoholRM/BM:C2 H6O/46,07Rumus struktur:

Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasapKelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eterPenyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala apiKhasiat:Sebagai antiseptikKegunaan:Sebagai larutan yang digunakan untuk mensterilkan alatII.2.3 Asam Asetat (FI IV: 45)Nama Resmi: Acidum AceticumNama lain: Asam AsetatRM/BM: C2H4O2/60,05Rumus Struktur:

Pemerian: Hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoid. Agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air.Kelarutan: Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapatKhasiat:-Kegunaan:Sebagai sampelII.2.4 Asam Sitrat (FI III: 50)Nama resmi:Acidum CitricumNama lain:Asam SitratRM/BM:C6H8O7.H2O/210,14Rumus Struktur:

Pemerian:Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat asam, agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panasKelarutan:Larut dalam kurang dari 1 bagian air, dan dalam 1,5 bagian etanol (95%), sukar larut dalam eterPenyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKhasiat: -Kegunaan: Sebagai sampelII.2.5 Fenolftalein (FI III: 675)Nama resmi:PhenolftaleinNama lain:FenolftaleinRM/BM:C20H14O4/318,32Rumus Struktur:

Pemerian:Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.Kelarutan:Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKhasiat:-Kegunaan:Sebagai indikatorII.2.6 Kalium Biftalat (FI III: 686)Nama resmi:Kalium hidrogenftalatNama lain:Kalium biftalatRM/BM:CO2.C6H4.CO2K/204,2Rumus struktur:

Pemerian:Serbuk hablur, putih tidak berwarnaKelarutan:Larut perlahan-lahan dalam air, larutan jernih Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan:Sebagai baku primerII.2.7 Natrium hidroksida (FI III: 412)Nama resmi:Natrii hydroxydumNama lain:Natrium hidroksidaRM/BM:NaOH/40,00Rumus struktur:Na O HPemerian:Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKhasiat:-Kegunaan:Sebagai zat tambahan

BAB IIIMETODE KERJAIII.1Alat dan Bahan III.1.1 Alat1. Batang pengaduk 2. Botol 60 mL dan 100 Ml3. Botol 1 Liter4. Buret 5. Corong 6. Gelas kimia 7. Gelas ukur 8. Kaca arloji 9. Labu erlenmeyer 10. Neraca analitik 11. Pipet tetes 12. Sendok tanduk 13. Statif dan klem III.1.2 Bahan 1. Alkohol 70%2. Aluminum foil3. Aqua destilata4. Asam asetat5. Asam sitrat6. Fenoftalein7. Natrium hidroksida 8. Tissue III.2.Cara kerjaIII.2.1 Pembuatan air bebas CO21. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%3. Diukur 500 mL air4. Dituangkan pada gelas kimia5. Dipanaskan dengan kompor listrik sampai mendidih6. Didiamkan sampai dingin III.2.2Pembuatan larutan NaOH 1 N1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%3. Ditimbang NaOH sebanyak 20 gram4. Dilarutkan dengan air bebas CO2 sebanyak 500 mL5. Diaduk hingga homogenIII.2.3Pembakuan NaOH 1 N dengan kalium biftalat 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%3. Ditimbang kalium biftalat sebanyak 0,3 gram4. Dikeringkan pada suhu 1500 C kurang lebih 30 menit5. Diukur air bebas CO2 sebanyak 75 mL6. Dilarutkan kalium biftalat dengan air bebas CO2 7. Diaduk hingga homogen8. Dipipet 3 mL larutan NaOH9. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer10. Ditambahakan 3 tetes indikator fenoftalein11. Dititrasi dengan larutan NaOH 1 N sampai terjadi perubahan warnaIII.2.4Penetapan kadar asam sitrat1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%3. Ditimbang 300 mg asam sitrat4. Dilarutkan dalam 100 mL air5. Dimasukkan 50 mL NaOH kedalam buret6. Dimasukkan asam sitrat sebanyak 20 mL kedalam labu erlenmeyer7. Ditetesi Fenolftalein 2-3 tetes8. Dititrasi dengan NaOH 1 N, sampai terjadi perubahan warna ungu mudaIII.2.5Penetapan kadar asam asetat1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%3. Diukur asam asetat 10 mL4. Diencerkan dalam 10 mL air5. Dimasukkan 50 mL NaOH kedalam buret6. Dimasukkan asam asetat sebanyak 20 mL kedalam labu erlenmeyer7. Ditetesi Fenolftalein 2-3 tetes8. Dititrasi dengan NaOH 1 N, sampai terjadi perubahan warna ungu muda

BAB IVHASIL PENGAMATANIV.1Tabel PengamatanIV.1.1Penetapan Kadar Penetapan Kadar asam sitrat sampelVol. titratVol. Titran (mL)IndikatorPerubahan warna

V1V2X

Asam Sitrat2011,11,05FenoftaleinBening ke ungu muda

Penetapan kadar asam asetatsampelVol. titratVol. Titran (mL)IndikatorPerubahan warna

V1V2X

Asam Asetat2023,42423,7FenoftaleinBening ke ungu muda

IV.2 PerhitunganIV.2.1Kadar Asam SitratDiketahui :- Volume NaOH= 1,05 mL- Normalitas NaOH = 1 N- Volume Asam Sitrat = 20 mLDitanya : Normalitas Asam Sitrat?Penyelesaian:V1.N1 = V2.N21,05 x 1 = 20 x N2N2 = = 0,05 N

IV.2.2% Kadar Asam SitratDiketahui: Vtitran = 1,05 mL Ntitran = 1 N Vsampel = 20 mLBEtitrat= = = 24Dit : % Kadar NaOH ?Penyelesaian :

IV.2.3pH Asam SitratDiketahui : Asam sitrat = 0,3 g Mr asam sitrat = 192Ka = 1,5 x 10-4Ditanya: pH asam sitrat .?Penyelesaian : [H+] = (ka x M)m = = = 0,001 molM = = = 0,05 M[H+]= (1,5x10-4 .5x10-2)= (7,5x10-6)= 2,73x10-3pH= - log [H+]= - log [2,73x10-3]= 3 - log 2,73= 3 - 0,43= 2,57IV.2.4Kadar Asam AsetatDiketahui :- Volume NaOH (V1) = 23,7 mL- Normalitas NaOH = 1 N- Volume Asam Asetat = 20 mLDitanya : Normalitas Asam Asetat?Penyelesaian : V1.N1 = V2.N223,7 x 1 = 20 x N2N = = 1,185 NIV.2.5% Kadar Asam AsetatDiketahui: Vtitran = 23,7 mL Ntitran = 1 N Vtitrat = 20 mLBEtitrat= = = 2,5Dit : % Kadar NaOH ?Penyelesaian :

IV.2.6pH Asam AsetatDIk: Asam asetat = 10 mLMr asam asetat = 60Ka = 1,8 x 10-5Vair = 10 mLDit: pH asam asetat?Penyelesaian: mol= = = 0,0002 molM= == 0,02 M[H+]= (Ka x M)= (1,8x10-5 . 2x10-2)= (36x10-8)= 6x10-4 pH= - log [H+]= - log [6x10-4]= 4 log 6= 4 0,8= 3,2IV.3 Reaksi-reaksi Pembakuan NaOH dengan kalium biftalat KHC8H4O4 + NaOH KNaC8H4O4 + H2O Titrasi asam basa (reaksi Asam sitrat dan Natrium hidroksida)C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O Titrasi asam basa (reaksi Asam asetat dan Natrium hidroksida)CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

BAB VPEMBAHASANAnalisis volumetri atau titrimetri merupakan suatu analisis berdasarkan pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan ditentukan).Berdasarkan jenis reaksinya, metode titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri dan titrasi pengendapan. Asidi-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam basa atau prinsip netralisasi. Larutan analit yang berupa larutan asam dititrasi dengan titran yang berupa larutan basa atau sebaliknya (2).Pada praktikum ini penetapan kadar asam sitrat dan asam asetat dengan natrium hidroksida menggunakan metode alkalimetri untuk menitrasi asam lemah dengan basa kuat. Dalam titrasi ini digunakan indikator fenolftalein yang berfungsi sebagai zat penunjuk yang akan memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi telah tercapai. Indikator fenolftalein digunakan dalam titrasi ini karena indikator ini memiliki rentang trayek pH pada suasana basa yaitu : 8,3 10,0 sehingga apabila larutan telah bersuasana basa maka indikator akan mengalami perubahan warna (5).V.1 Pembakuan NaOH 1 N dengan kalium biftalat 1 NSebelum penetapan kadar asam sitrat dan asam asetat dengan natrium hidroksida, langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan air bebas CO2 dengan mengukur air sebanyak 500 mL dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian memindahkan air yang telah diukur tadi kedalam gelas kimia. Setelah dipindahkan, air tersebut dipanaskan menggunakan kompor listrik sampai mendidih, lalu biarkan air sampai dingin. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan CO2 yang terdapat dalam air (3). Langkah kedua yang dilakukan yaitu membuat larutan NaOH 1 N dengan menimbang NaOH sebanyak 20 gram dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian, dilarutkan NaOH 20 gram tersebut kedalam 500 mL air bebas CO2, lalu diaduk hingga larut. Pada percobaan ini menggunakan air bebas CO2 karena NaOH bersifat higroskopis, jadi NaOH tersebut tidak bisa bereaksi jika air yang digunakan mengandung CO2 dan akan menyebabkan kekeruhan pada larutan tersebut. Selanjutnya langkah ketiga yaitu membakukan larutan NaOH dengan menggunakan larutan baku primer kalium biftalat. Pertama, menimbang kalium biftalat sebanyak 0,3 gram dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian, mengeringkannya pada suhu 1500C selama 30 menit. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam larutan baku. Setelah itu melarutkan kalium biftalat dalam 75 mL air bebas CO2 dalam gelas kimia. Kemudian diambil larutan kalium biftalat sebanyak 3 ml dan memasukkannya kedalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna.V.2 Penetapan kadar asam sitratSetelah melakukan pembakuan NaOH dengan kalium biftalat, langkah selanjutnya adalah menetapan kadar asam sitrat dengan natrium hidroksida. Pertama, menimbang asam sitrat sebanyak 300 mg, kemudian dilarutkan dalam 100 mL air kedalam gelas kimia dan diaduk hingga homogen. Kemudian memasukkan larutan natrium hidroksida sebanyak 50 mL ke dalam buret. Lalu, memasukkan asam sitrat sebanyak 20 mL kedalam labu erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan NaOH 1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu muda. Pada percobaan ini menggunakan indikator fenolftalein karena jika meggunakan indikator lain, kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen (6). Hasil akhir dari titrasi NaOH yang keluar secara berturut-turut sebanyak 1 mL dan 1,1 mL. Untuk kadar asam sitrat yang didapat 0,05 N dengan persen kadar dari asam sitrat yaitu 8,4% dan normalitas NaOH 1 N. Sedangkan pH dari asam sitrat yaitu 2,57.V.3 Penetapan kadar asam asetatTerakhir adalah penetapan kadar asam asetat dengan natrium hidroksida. Pertama, mengukur asam asetat sebanyak 10 mL. Kemudian diencerkan dengan air bebas CO2 sebanyak 10 mL dalam gelas kimia dan diaduk hingga homogen. Kemudian memasukkan larutan natrium hidroksida sebanyak 50 mL ke dalam buret. Lalu, memasukkan larutan asam asetat sebanyak 20 mL ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan NaOH 1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu muda. Hasil akhir dari titrasi secara berturut-turut menghabiskan NaOH sebanyak 23,4 mL dan 24 mL. Untuk kadar asam asetat yang didapat yaitu 1,185 N dengan persen kadar dari asam sitrat yaitu 0,29 % dan normalitas NaOH 1 N. Sedangkan pH dari asam asetat yaitu 3,2. Asam asetat memiliki tingkat keasaman lebih tinggi dari pada asam sitrat, sehingga volume larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen lebih banyak (13).

BAB VIPENUTUPVI.1KesimpulanDari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :1. Pembakuan natrium hidroksida, digunakan kalium biftalat yang dilarutkan dengan air bebas CO2 dengan menggunakan indikator fenolftalein sehingga terjadi perubahan warna ungu muda.2. Persen kadar dari asam sitrat adalah , sedangkan persen kadar dari asam asetat adalah .3. PH dari asam sitrat adalah 2,57 dan ph asam asetat adalah 3,2.VI.2SaranDisarankan untuk pengelola laboratorium untuk menambah alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum dan untuk praktikan sebaiknya lebih teliti dalam menimbang, mengukur, dan menghitung persen kadar pada larutan yang dianalisis agar data yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA(1) Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 3. Bandung: ITB.(2) Basset J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.(3) Khopkar, S M. 2003. Konsep Dasar Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.(4) Sudjadi. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.(5) Day R.A dan Underwood A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.(6) Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.(7) Hasan, H dan Madania. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Analisis I. Gorontalo: UNG.(8) Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara.(9) Keenan, C.W, dkk. 1988. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.(10) Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2008. Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: UGM.(11) Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(12) Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(13) Fauzi, dkk. 2011. Praktikum Titrasi Asam Basa. (online) (id.sribd.com/doc/77003229/praktikum-titrasi-asam-basa. Diakses pada tanggal 24 april 2013).