laporan akhir silvika kelompok 1

46
PENGENALAN BEBERAPA TINGKAT HIDUP POHON DAN PENGENALAN BEBERAPA STRUKTUR TAJUK TEGAKAN HUTAN ALAM Di susun oleh : Fajar Ramadhan (201410320311009) Freda Bayu Kusnanto (201410320311025) Moh. Ali Mudhofir (201410320311026) Racha Pratama Supriadi (201410320311031) Riza Rahman Prihandoko (201410320311037) Chyntia Eka Pratiwi (201410320311048) Bias Riantaka Charisma P B (201410320311049) Rinda Laca Lora (201410320311050) Ade Irma Yunita Prasojo (201410320311051) Dwi Anggraeni Irawan (201410320311052) Ayu Purnamaningtyas (201410320311053) LABORATORIUM KEHUTANAN

Upload: jharz-nagh-smataygcalucheerfuleveryday

Post on 16-Feb-2016

458 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Silvika UMM FAJAR

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

PENGENALAN BEBERAPA TINGKAT HIDUP POHON

DAN

PENGENALAN BEBERAPA STRUKTUR TAJUK TEGAKAN HUTAN

ALAM

Di susun oleh :

Fajar Ramadhan (201410320311009)

Freda Bayu Kusnanto (201410320311025)

Moh. Ali Mudhofir (201410320311026)

Racha Pratama Supriadi (201410320311031)

Riza Rahman Prihandoko (201410320311037)

Chyntia Eka Pratiwi (201410320311048)

Bias Riantaka Charisma P B (201410320311049)

Rinda Laca Lora (201410320311050)

Ade Irma Yunita Prasojo (201410320311051)

Dwi Anggraeni Irawan (201410320311052)

Ayu Purnamaningtyas (201410320311053)

LABORATORIUM KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Page 2: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirobbilalamin kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas berkat dan rahmat-Nyalah, Laporan Fieldtrip pengenalan beberapa tingkat

hidup pohon dan pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Fieldtrip pengenalan beberapa tingkat

hidup pohon dan pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan kami susun

sebagai prasyarat dalam menyelesaikan praktikum klimatologi dasar pada

semester ganjil ini.

Tentunya dalam penyusunan laporan Fieldtrip ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Wiwin W selaku Instruktur praktikum silvika.

2. Yoga eko P selaku Assisten praktikum silvika.

3. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang

telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan fieldtrip penganalan

beberapa tingkat hidup pohon dan pengenalan beberapa struktur tajuk

tegakan hutan di taman hutan rakyat R.soerjo.

Kami mengharapkan semoga laporan yang kami susun dapat bermanfaat

bagi pihak yang mau memanfaatkannya. Dan kami menyadari dalam penyusunan

laporan laporan fieldtrip penganalan beberapa tingkat hidup pohon dan

pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan ini, kami banyak melakukan

kesalahan. Untuik itu kami penyusun mengharap kritik dan saran yang sifatnya

membangun.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 12 Desember 2015

Penulis

1

Page 3: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................................2

Pengenalan Beberapa Tingkat Hidup Pohon ......................................................4

A. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................................5

1.2 Tujuan.............................................................................................6

B. BAB II TINJUAN PUSKA ..................................................................7

C. BAB III METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan ......................................................9

3.2 Alat dan bahan ...............................................................................9

3.3 Cara kerja .......................................................................................10

D. BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN ............................................11

4.2 Hasil pengamatan ...........................................................................11

4.3 Pembahasan ....................................................................................15

E BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................19

5.2 Saran ..............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................21

2

Page 4: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Pengenalan Struktur Tajuk Tegakan Hutan Alam .............................................22

A. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................................22

1.2 Tujuan.............................................................................................23

B. BAB II TINJUAN PUSKA ..................................................................24

C. BAB III METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan ......................................................26

3.2 Alat dan bahan ...............................................................................26

3.3 Cara kerja .......................................................................................27

D. BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil pengamatan ..........................................................................28

4.2 Pembahasan ....................................................................................29

E BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................32

5.2 Saran ..............................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................33

3

Page 5: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

PENGENALAN BEBERAPA TINGKAT HIDUP POHON

4

Page 6: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman yang tumbuh pada hutan alam menghasilkan tanaman dengan

tinggi dan diameter yang berbeda – beda karena tidak ada perlakuan khusus pada

tumbuhan di hutan alam seperti penjarangan. Selama masa hidupnnya sampai

dengan mencapai umur fisik pohon akan melalui berbagai tingkat hidup yag

berkaitan dengan tinggi dan diameter pohon tersebut. Perbedaan tinggi dan

diameter pohon di hutan alam ini, akan membentuk tingkat hidup pohon yang

beranekaragam. Istilah yang biasa digunakan untuk macam – macam tingkat

kehidupan pohon adalah semai (seedling), sapihan (sapling), tiang (poles) dan

pohon (trees).

Masing – masing tingkat kehidupan pohon telah ditetapkan ukuran tinggi

dan diameternya yang dapat digunakan oleh semua orang.Ketentuan yang biasa

dipakai antara lain semai (seedling) merupakan anakan pohon sejak berkecambah

hingga tinggi mencapai 15 m, sapling dengan tinggi 1,5 – 3 m dengan diameter

tidak lebih dari 15 cm, poles dengan diameter 15 – 30 cm, dan pohon (tress)

berdiameter lebih dari 30 cm. Tingkatan – tingkatan hidup pohon tersebut dapat

diukur dengan cara Nosted Sampling dengan membuat petak – petak ukuran

dengan ukuran 2 x 2 m untuk seedling, 5 x 5 m untuk sapling, 10 x 10 m untuk

poles dan 20 x 20 m untuk trees.

Tingkat hidup pohon dihitung atau diukur untuk mengetahui potensi

tegakan yang ada saat ini. Potensi tegakan yang ada saat ini juga dapat

mencerminkan tegakan di masa yang akan datang (standing stock). Selain potensi

tegakan yag ada, jenis vegetasi dan komposisi dari hutan juga dapat diketahui

(analisa vegetasi). Jika jenis vegetasi dan potensi telah diketahui, tindakan

perbaikan atau peningkatan kualitas hutan tersebut menjadi tepat sesuai dengan

vegetasi dan komposisinya. Oleh karena itu mempelajari beberapa tingkat hidup

pohon menjadi penting sehingga hutan yang ada memiliki kualitas optimal.

5

Page 7: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum tentang tingkatan hidup pohon dan struktur

tajuk pohon ini adalah:

1. Mengetahui berbagai tingkat hidup pohon dalam hutan alam.

2. Mengetahui potensi hutan dan proyeksi potensi dimasa yang akan datang.

3. Mengetahui komposisi jenis dan kemungkinan tindakan silvikultur untuk

mencapai nilai hutan yang maksimum.

6

Page 8: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Djajapertundja:2012) Klasifikasi pohon dalam sebuah hutan

sangat berguna untuk keperluan pengelolaan hutan itu sendiri. Klasifikasi pohon

dapat didasarkan pada ukuran pohon atau posisi tajuk di dalam hutan. Klasifikasi

pohon berdasarkan ukuran yang dimaksudkan dengan parameter ini adalah

diameter setinggi dada (diameter batang pada ketinggian 130 cm diatas tanah) dan

tinggi pohon. Oleh karena itu, klasifikasi pohon berdasarkan ukuran dibedakan

dalam fase-fase sebagai berikut:

a. Semai (seedling), yaitu pohon yang tingginya kurang dari atau sama

dengan 1,5 meter.

b. Sapihan atau pancang (saplings), yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5

meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm.

c. Tiang (poles), yaitu pohon dengan diameter batang 10 cm-19 cm.

d. Pohon inti  (nucleus trees), yaitu pohon dengan diameter 20 cm-49 cm.

pohon inti adalah pohon jenis komersial dengan diameter batang 20 cm-49

cm yang akan membentuk tegakan utama dan yang akan ditebang pada

rotasi berikutnya.

e. Pohon besar (trees), yaitu pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.

Hutan sangat berperan dalam kehidupan manusia karena dapat menyediakan

kebutuhan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam hutan kita juga dapat

menemukan berbagai jenis pohon atau tumbuhan yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan obat – obatan. Namun hutan juga dapat dikatakan sebagai suatu

asosiasi kehidupan yang didominasi oleh pohon – pohon atau vegetasi berkayu

menempati areal yang luas dengan kerapatan sehingga dapat menciptakan iklim

mikro setempat (Swim, 2003).

7

Page 9: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim

dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah yang

di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk kedalam

ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan

sekitarnya. Pemandangannya juga berlainan ini berarti segala tumbuhan lain dan

hewan (hingga yang sekecil – kecilnya) serta beraneka unsur tak hidup lainnya

termasuk bagian – bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan (Soeparno,

2003)

8

Page 10: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pada praktikum tentang pengenalan beberapa tingkat hidup pohon dilakukan

pada:

Hari, Tanggal : Selasa, 24 November 2015

Waktu : 08.00 sampai selesai

Tempat : Taman Hutan Raya R. Soeryo

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Alat Tulis

2. Galah

3. Tali 20 Meter

4. Phiband

5. Kristen Meter

6. Meteran

7. Kertas Gambar

8. Tabel Pengamatan

Bahan :

Hutan Alam R. Soeryo Batu, Malang

9

Page 11: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

3.3 Cara kerja

1. Membentuk kelompok pengamatan lapangan.

2. Memilih lokasi yang strategis yang memiliki ke empat tingkatan hidup

pohon tersebut.

3. Masing –masing regu pengamatan mengamati areal seluas 20 meter

persegi.

4. Menghitung jumlah dan jenis vegetasi yang ada untuk plot pertama seluas

20 x 20 meter, membuat peta pohonnya.

5. Membagi plot pertama dalam 4 bagian untuk plot kedua, menentukan

secara bebas plot yang dipilih sebagai plot pengamatan poles.

6. Membagi menjadi 4 bagian plot berukuran 5 x 5 meter yang

menentukannya sebagai pengamatan sapling dengan cara yang sama, dan

memilih secara bebas dari keempat bagian tersebut.

7. Melakukan cara tersebut untuk mendapatkan plot berukuran 2 x 2 meter.

8. Mencatat keterangan tinggi tempat.

9. Menggambar secara vertikal dan horizontal lapisan – lpisan tajuk yang ada

mengidentifikasikan dan menuliskan nama spesies penyusun masing –

masing tajuk.

10. Mengukur tinggi pohon dan diameter untuk tiap – tiap lapisan tajuk.

11. Menemukan permasalahan yang ada, menganalisis kemudian mencari

alternatif pemecahannya.

10

Page 12: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel Pengamatan Tingkat Hidup Pohon

NoNama

Pohon

Diameter

( m )

Tinggi

( m )

Tingkat Hidup PohonKeterangan

Semai Sapling Poles Pohon

1  Kopian  - 1  V Petak 2 x 2

2  Ranti  -  0,65  V  Petak 2 x 2

3  Ranti  -  1,2  V  Petak 2 x 2

4  Ranti  -  0,5  V

5  Ranti  -  0,75  V

6  Ranti  -  0,5  V

7  Ranti  -  0,75  V

8  Ranti  -  0,65  V

9  Ranti  -  0,5  V

10  Ranti  -  0,5  V

11  Ranti  -  0,75  V

12  Ranti  -  0,65  V

13  Ranti  -  0,5  V

14  Ranti  -  0,65  V

15  Ranti  -  0,75  V

16  Ranti  -  0,3  V

17  Kemejun  -  0,9  V

18  Ranti  -  0,5  V

19 Ranti  -  0,25  V  Petak 2 x 2

20  Ranti  -  0,5  V

21  Ranti  -  0,25  V

22  Ranti  -  0,9  V

23  Ranti  -  0,9  V

24  Ranti  -  1,25  V

11

Page 13: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

25  Mencop  -  2  V  Petak 2 x 2

26 Mencop  -  1,75  V  Petak 2 x 2

27  Pasang

 0,11777

5  1,75  V  Petak 2 x 2

28  Dampul

 0,24108

225  3 V

 Petak 10 x

10

29  Tinggan

 0,26082

7606  9  V

 Petak 10 x

10

30  Putiau

 0,09230

99  8  V

 Petak 10 x

10

31  Pasang

 0,06047

89  7  V

 Petak 20 x

20

32  Tinggan

 0,05092

96  6  V

33  Nangkan

 0,05411

27  5  V

34  Kukrup

 1,78566

59  20 V

35  Kukrup

 3,16979

85  29  V

36  Kukrup

2,168687

5  27  V

37  Kukrup   0,64  8  V

38  Kukrup

 0,82261

014  6  V

39  Katesan

0,981271

03  9  V

40  Lamer

  2,24713

01  7  V

Tajuk secara horizontal

12

Page 14: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

13

Page 15: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Secara Vertikal

14

Page 16: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

4.2 Pembahasan

Klasifikasi Lamer

Kingdom : Plantae

Ordo : Malphigiales

Famili : Phylantaceae

Genus : Glocidian

Sesies : Glocidian sp

Klasifikasi Pasang

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnolipsida

Ordo : Fagales

Famili : Fagaceae

Genus : Lithocarpus

Spesies : Lithocarpus sudaicus

Klasifikasi Ranti

Kingdom : Plantae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : solanum

Spesies : Solanum nigrum

15

Page 17: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Klasifikasi Kukrup

Kingdom : Plantae

Subdivisi : Angisospermae

Ordo : Fagales

Famili : Juglandaceae

Genus : Engelharbia

Spesies : Engelharbia spicata

Dari hasil pengamatan, dengan menggunakan petak cara Nosted Sampling

didapatkan hasil sebanyak 12 jenis tanaman dengan kondisi tingkat hidup pohon

yang berbeda – beda.

Pada petak 2 x 2 m jenis vegetai yang ada disitu adalah pasang, kopian,

mencop, ranti dan kemenjun. Dengan menggunakan cara Nosted Sampling, petak

ini digunakan untuk mengukur semai (seedling). Namun pada hasilnya ditemukan

juga pasang dengan diameter 0,11775 meter dengan tinggi 8 meter, ukursn ini

bukanlah tergolong semai lagi melainkan tiang atau poles. Selain tiang, juga

ditemukan sapling sebanyak 2 spaling berupa mencop karena tingginya hanya 2

meter dan 1,75 meter. Semai yang terdapat dalam petak ini di dominasi oleh semai

ranti dengan tinggi paling tinggi 1,25 meter. Selain semai, ranti juga terdapat

semai kopian da semai kemenjun yang tingginya < 1 meter, sehingga digolongkan

dalam tingkatan semai

Pada petak 5 x 5 vegetasi yang ada adalah dampul dan tinggan. Pada petak

ini digunakan untuk menghitung sapling atau sapihan dengan tinggi 1,5 meter

sampai 3 meter. Namun, dari hasil yang di dapat tidak ada sapling dalam petak ini

justru ada tiang dampul dan tiang tinggan dengn tinggi 3 meter dan 9 meter dan

diameter 0,02410 meter dan 0,261 meter. Pada petak 10 x 10 vegetasi yang ada

berupa putiaw, pasang, tinggan dan nangkan. Pada petak ini digunakan untuk

mengukur sapling atau tiang dimana tinggi tiang berkisar 15 – 30 cm Dari hasil

yang didapat pada petak ini vegetasinya merupakan tiang karena memiliki tinggi 3

16

Page 18: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

m – 9 m dan diameternya 0,054 m hingga diameter 0,2608 m. Pada petak ini, semi

dan sapling tidak dihitung lagi.

Pada petak 20 x 20 m vegetasi yang tumbuh berupa kukrup, lamer dan

katesan. Pada petak ini digunakan untuk mengukur pohon, dimana pohon

memiliki ciri dengan diameter lebih dari 30 cm. Dari hasil yang didapat, vegetasi

pohon yang menghasilkan memiliki tinggi 7 m hingga 29 m dengan diameter

0,822 m hingga 3,169 m. Disebut pohon karena diameternya lebih dari 30 cm.

Komposisi tanaman dari petak yang didapatkan tidak merata karena

dominasi vegetasi hanya berada di petak tertentu. Kondisi semai didominasi oleh

ranti, karena jumlahnya sangat banyak pada petak 2 x 2 m. Pada kondisi sapling

dan tiang, tidak ada yang mendominasi karena jenis vegetasinya banyak dengan

jumlah tiang dan sapling masing – masing vegetasi sangat sedikit. Kondisi pohon

didominasi pohon kukrup dengan tinggi pohon tertinggi 29 m.

Jika melihat proyeksi yang ada sangat bagus karena banyak semai yang

tumbuh yang nantinya akan tumbuh menggantikan pohon yang sudah mati. Selain

itu, jumlah pohon yang banyak bahkan mendominasi mennjukkan bahwa hutan

telah mengalami hutan yang maksimum (klimaks dari suksesi primer) karena

pohon – pohon membentuk hutan. Meskipun demikian masih diperlukan tindakan

untuk menjaga dan membentuk hutan yang maksimum seperti dengan melakukan

pemangkasan cabang pohon yang menghalangi pertumbuhan yang ada di

bawahnya sehingga semai yang ada dibawahnya dapat tumbuh dan membentuk

pohon. Selain memangkas beberapa cabang, dapat juga dilakukan dengan

menebang pohon yang sudah terlalu tua untuk menyediakan ruang bagi semai dan

sapling yang tumbuh. Hal ini karena ruang yang terlalu sempit membuat

pertumbuhannya tidak optimal. Namun penebangan harus dilakukan dengan ijin

dan syarat tertentu karena merupakan hutan alam yang bukan milik pribadi

( perorangan).

17

Page 19: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Ranti merupakan tumbuhan anggota suku terung – terungan yang buahnya

dikenal sebagai sayuran dan juga menjadi bahan pengobatan. Tumbuhan ini

menukai ladang atau kebun yang terang. Tingginya mencapai 120 cm. Batangnya

tidak berkayu dan ditutupi rambut halus. Buahnya biasanya kecil, kurang dari 1

cm diameternya. Sewaktu muda berwarna hijau dan berangsur ungu pekat ketika

masak. Buah yang dapat dimakan berasal dari kulvitar yang mengandung racun

dalam kadar rendah. Oleh karena itu disarankan untuk tidak mengkonsumsi buah

ranti sembarangan. Pasang dipakai untuk membangun rumah, pepagan (kulit

kayu) mengandung bahan penyamak yang sangat tinggi dan paling baik

18

Page 20: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :

1. Petak 2 x 2 m digunakan untuk seedling (semai), petak 5 x 5 untuk sapling

(sapihan), petak 10 x 10 untuk poles (tiang), petak 20 x 20 untuk pohon

(tress).

2. Petak 2 x 2 m didominasi oleh ranti dengan tinggi 0,3 m hingga 1,25 m

sehingga disebut semai.

3. Petak 5 x 5 m semua vegetasi tergolong tiang karena tingginya 3m hingga 9

m

4. Petk 10 x 10 m semua vegetasi tergolong tiang karena tingginya 5 m hingga

8 m, serta tidak ada yang mendominasi

5. Petak 20 m x 20 m terdiri atas pohon yang didominasi oleh kukrup dengan

tinggi 6 m hingga 29 m

6. Sapling tidak ada dalam petak 5 x 5 m melainkan terdapat pada petak 2 x 2

m dengan tinggi 1,75 m dan 2 m

7. Kondisi hutan sudah mencapai klimaks karena terdiri atas banyak pohon

kukrup (yang mendominasi

8. Tindakan silvikultur yang dapat dilakukan berupa pemotongan cabang

terendah maupun penebangan pohon dengan ijin dan syarat tertentu

9. Ranti memiliki batang yang tidak berkayu dan ditutupi oleh rambut halus

10. Pasang memiliki kayu yang biasanya digunakan untuk membangun rumah

dan kulit kayunya mengandung bahan penyamak yang sangat tinggi dan

paling baik

19

Page 21: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum ini adalah:

Seharusnya peralatan saat praktikum ditambah sehingga saat melakukan

praktik tidak harus menunggu alat dari petak yang lain dan seharusnya lokasi

pembuatan petak pegamatan lokasinya dibuat lebih jauh masuk ke dalam huta,

tidak di tepi jalan raya sehingga dapat mengetahui keadaan huta alam

sesungguhnya.

20

Page 22: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Djajapertundja. 2012. Analisa Vegetasi Hutan. Institut Pertanian Bogor Press.

Bogor

Swim, M.N. 2003. Ekologi Populasi. Universitas Andalas. Padang

Soeparno, H.A. 2003. Wawasan Lingkungan Hidup. Universitas Airlangga.

Surabaya

21

Page 23: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

PENGENALAN BEBERAP STRUKTUR TAJUK TEGAKAN HUTAN ALAM

22

Page 24: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Pertumbuhan tanaman di hutan alam menghasilkan pertumbuhan yang

berbeda karena adanya persaingan tumbuh tanaman antara tanaman yang satu

dengan yang lainnya. Persaingan pertumbuhan tanaman di hutan alam dipengaruhi

oleh faktor cahaya dan faktor tanah. Faktor cahaya akan mempengaruhi

pertumbuhan secara vertikal sehingga membentuk beberapa lapisan tajuk (kanopi)

dalam hutan. Faktor tanah mempengaruhi pertumbuhan secara horisontal untuk

mendapatkan ruang tumbuh yang seluas – luasnya agar pertumbuhan perakara dan

diameternya tidak terhambat.

Persaingan pertumbuhan di hutan berupa faktor cahaya dan faktor tanah

membentuk interaksi antara tumbuhan di hutan. Interaksi antar tumbuhan ini

menghasilkan pohon toleran, semi toleran dan intoleran. Untuk pohon toleran,

pemberian cahaya penuh tidak akan mempengaruhi pertumbuhannya. Untuk

pohon semi toleran, pertumbuhannya akan optimal apabila cahaya yang

didapatkannya tidak langsung atau hanya membutuhkan cahaya langsung apabila

telah melalui fase pertumbuhan tertentu (semai). Untuk pohon intoleran,

pemberian cahaya langsung akan menghambat peertumbuhannya.

Hasil dan interaksi pohon toleran, semi toleran dan intoleran berupa pohon

dominan (dominant trees), pohon kodominan (codominant trees), pohon

pertengahan (intermediet tress), poon tertekan (supessed trees), dan pohon mati.

Pohon – pohon ini untuk menghasilka pertumbuhan yang optimal memerlukan

tindakan yang berbeda – beda sesuai struktur tajuknya. Hal ini karena apabila

pohon dominan mendapat perlakukan yang sama dengan pohon pertengahan,

misalnya dalam mendapatkan cahaya maka pertumbuhannya maka tidak akan

optimal. Oleh karena itu, banyaknya klasifikasi struktur tajuk menjadikan

pengenalan struktur tajuk tegakan hutan alam harus diketahui sehingga dapat

merencanakan tindakan yang tepat sesuai struktur tajuknya.

23

Page 25: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum tentang tingkatan hidup pohon dan struktur tajuk

pohon ini adalah:

1. Mengetahui beberapa struktur tegakan hutan dalam hutan alam.

2. Mengetahui pertumbuhan pohon hutan pada berbagai tingkatan tajuk.

3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan yang harus dilakukan.

24

Page 26: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Irwan, Z.D:2003)Sedangkan klasifikasi pohon berdasarkan posisi

tajuk dibedakan menjadi 5 yaitu :

§  Pohon dominan (dominant trees), yaitu pohon yang  tajuknya menonjol paling

atas dalam hutan sehingga mendapat cahaya matahari penuh. Tajuk pohon tumbuh

meninggi di atas tingkat kanopi yang umum. Terkadang terdapat tegakan seumur

meskipunlebih sering terdapat pada tegakan tidak seumuryang kondisinya tidak

sempurna. Pohon dominan ukurannya paling besar dibandingkan dengan pohon-

pohon lainnyakarena kemampuan bersaing dengan pohon lain cukup besar.

Banyak percabangan pohon dengan ukuran cabang yang besar sehingga kadang-

kadang mendesak dan menekan pohon-pohon lainnya. Oleh karena itu, sering

disebut pohon serigala (wolf trees). Jadi pohon serigala adalah pohon yang

menghalangi pertumbuhan pohon lainnya dalam suatu tegakan hutan, tetapi pohon

itu  sendiri kurang bernilai komersial.

§  Pohon kodominan (codominant trees). Pohon tersebut tidak setinggi pohon

domianan, tetapi masih mendapat cahaya penuh dari atas meskipun dari samping

terganggu oleh pohon dominan. Pohon kodominan bersama-sama dengan pohon

dominan merupakan penyusun kanopi atau tajuk utama dalam sutu tegakan hutan.

§  Pohon tengahan (intermediate trees). Pohon yang tajuknya menempati posisi

lebih rendah dibandingkan pohon dominan dan kodominan. Pohon itu masih

mendapatkan cahaya matahri dari atas, tetapi tidak lagi mendapat cahaya matahari

dari samping. Dengan demikian, pohon dari kelas tersebut mengalami persaingan

keras dengan pepohonan lainnya.

§  Pohon tertekan (suppressed), yaitu pohon yang sama sekali ternaungi oleh

pepohonan yang lain dalam suatu tegakan hutan, sehingga tidak menerima cahaya

yang cukup baik dari atas maupun dari samping. Pepohonan demikina, biasanya

lemah dan tumbuh lambat.

25

Page 27: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

§  Pohon mati (dead trees), yaitu pepohonan yang mati atau dalm proses kematian.

Pada tegkan hutan yang memiliki permudaan banyak, tetapi tidak dikelola dengan

baik, maka lambat laun sejumlah besar pohon akan mengalami tekanan dan

akhirnya mati. Seberapa jauh kecepatan terjadinya proses tersebut tergantung

kepada kualitas tempat tumbuh dan tingkat toleransi pohon.

Persaingan tumbuh di hutan alam sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu

faktor cahaya dan faktor tanah. Faktor cahaya akan mempengaruhi pada arah

tumbuh vertikal dan tanah akan mempengaruhi pertumbuhan ke arah horisontal.

Tumbuhan dan anakan alam akan bersaing secara alami dalam memperoleh kedua

faktor tersebut. Secara vertikal akan terbentuk lapisan kanopi (tajuk) dalam hutan.

Secara horisontal tumbuhan bersaing untuk mendapatkan ruang tumbuh seluas –

luasnya agar pertumbuhan dan perakaran dan diameternya tidak terhambat

(Triwanto,2015).

Toleransi adalah istilah yang sering digunakan dalam kehutanan yang

berarti kemampuan dari sebuah pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan.

Pohon toleran dan pohon intoleran memiliki beberapa perbedaan yang penting.

Pohon toleran dapat mempermudakan dan membentuk tegakan bawah di bawah

lapisan tajuk pohon lain pohon intoleran hanya mampu mempermuda diri di

tempat terbuka atau pada lapisan tajuk yang terbuka. Pohon toleran membentuk

tegakan bawah selama bertahun – tahun mekipun riapnya kecil, pohon intoleran

akan cepat mati dan reaksi terhadap pembebasan sangat lambat. Pohon toleran

mempunyai tajuk tebal pohon intoleran mempunyai tajuk tipis dan terbuka terdiri

atas daun – daun yang cukup mendapat cahaya. Pohon toleran membersihkan

batang dari ranting secara perlahan, pohon intoleran melakukan pemangkasan

secara cepat. Pohon toleran tegakannya rapat, pohon intoleran lebih tipis. Batang

pohon toleran cenderung kerucut dan batang pohon intoleran silindris.

Pertumbuhan tinggi di waktu muda dialami oleh pohon intoleran (Hidayat,2013).

26

Page 28: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pada praktikum tentang pengenalan beberapa struktur tajuk tegakan hutan

alam dilakukan pada:

Hari, Tanggal : Selasa, 24 November 2015

Waktu : 08.00 sampai selesai

Tempat : Taman Hutan Raya R. Soeryo

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Alat Tulis 4. Phiband 8. Tabel Pengamata

2. Galah 6. Meteran 7. Kertas Gambar

3. Tali 20 Meter 5. Kristen Meter

Bahan :

1. Hutan Alam

27

Page 29: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

3.3 Cara kerja

1. Membentuk kelompok pengamatan lapangan.

2. Memilih lokasi yang strategis yang menggambarkan adanya lapisan –

lapisan tajuk

3. Masing – masing regu melakukan pengamatan mengamati areal seluas 20 x

20 m.

4. Mencatat keterangan tinggi tempat

5. Menggambar lapisan – lapisan tajuk yang ada, mengidentifikasi dan

menuliskan nama spesies penyusun masing – masing tajuk

6. Mengukur tinggi dan diameter pohon untuk setiap lapisan – lapisan tajuk

7. Membuat gambar vertikal dan horisontal

8. Menemukan permasalahan yang ada, menganalisis kemuadian mencari

alternatif pemecahannya

28

Page 30: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel Pengamatan Struktur Tegakan

N

oNama Pohon

Diameter

( m )

Tinggi

( m )

Struktur Tajuk PohonKeteranga

n

Do

m

Ko

D

In

t

Te

r

Mat

i

1  Kukrup 1,7856659 20 v

2  Kukrup 3,1697985 29 v

3  Kukrup 2,1686875 27 v

4  Kukrup 0,64  8 v

5  Kukrup 0,82261014  6 v

6  Katesan

0,98127101

3  9 v

7  Lamer 2,2471301  7 v

Secara horizontal petak 20 x 20 meter

29

66

7

4

5

3

22

1

6

Page 31: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Secara Vertikal petak 20 x 20 meter

4.2 Pembahasan

Klasifikasi Kukrup

Kingdom : Plantae

Subdivisi : Angiospermae

Ordo : Fagales

Famili : Juglandaceae

Genus : Engelhardia

Spesies : Engelhardia spicata

30

Page 32: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Klasifkasi Lamer

Kingdom : Plantae

Ordo : Malphigiales

Famili : Phylantaceae

Genus : Glocidioan

Spesies : Glocidioan sp

Dari hasil yang didapat, pohon yang dihasilkan dalam areal seluas 20 x 20

m sebanyak 7 pohon dengan tinggi pohon 6 m hingga 29 m. pohon dalam areal ini

didominasi oleh pohon kukrup. Meskipun demikian juga terdapat pohon lamer

dan katesan.

Pohon dominan dimiliki oleh pohon kukrup dengan 29 m, 27 m dan 8 m.

pohon ini dominan karena memiliki tinggi pohon tertinggi dan terletak pada

sengkuap tajuk paling atas. Selain itu pohon ini juga mendapat cahaya matahari

secara penuh dari atas dan sebagian dari samping. Pohon ini lebih besar daripada

rata-rata pohon ditegakan dan mempunyai bentuk tajuk yang bagus. Pohon kukrup

dengan tinggi 8 m memang tidak setinggi pohon 29 , namun tetap disebut pohon

dominan karena tanaman disekitar pohon kukrup 8 m memiliki tinggi lebih rendah

dari pohon 8 m sehingga cahayanya terhalang oleh kukrup dengan tinggi 8.

Pohon kodominan terdapat pada pohon kukrup dengan tinggi 20 m. Pohon

ini tidak memiliki tinggi setinggi pohon dominan tetapi masih mendapat cahaya

penuh meskipun dari samping terganggu oleh pohon dominan. Oleh karena itu

pohon ini tergolong pada pohon dominan.

Pohon intermediet dimiliki oleh kukrup setinggi 6 m, katesan 9 m dan lamer

7 m. hal ini karena tajuk pohon berada di bawah tajuk pohon dominan dan

kodominan. Pohon ini masih mendapatkan cahaya matahari dari atas tetapi tidak

mendapatkan cahaya dari samping karena cahaya terhalang oleh pohon yang

memiliki tajuk lebih tinggi.

31

Page 33: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

Pohon tertekan memiliki tajuk yang tertutup oleh pohon dominan,

kodominanan intermediet sehingga pohon ini mendapat cahaya matahari melalui

lubang dalam sengkuap tajuk. Pohon mati merupakan pohon yang sedang dalam

proses kematian maupun yang sudah mati. Pada hasil praktikum tidak ditemukan

pohon dalam kondisi tertekan dan mati. Hal ini karna pertumbuhan ppohonnya

bagus sehingga tidak ada yang mati dan tertekan.

Tindakan yang dapat dilakukan terkait struktur tajuk yang ada dapat

dilakukan dengan pemotongan cabang rendah. Penebangan merupakan usaha

pengendalian jumlah pohon pada suatu area dengan menebang pohon yang

tumbuh secara tidak normal atau memiliki kualitas kayu yang buruk sehingga

memberikan ruang lebih bagi pohon lain yang sehat. Penebangan ini juga akan

memberikan dampak ekologi seperti melestarikan spesies tertentu dan bukan

untuk meningkatkan hasil kayu. Selain itu kadar karbon dalam tanah lebih baik

dibandingkan metode tebang habis yang segera ditanam kembali sehingga usaha

kehutanan dapat lebih lestari dan fungsi hutan untuk menjaga karbon tetap terjaga.

Kukrup memiliki pohon yang besar, daunnya lebar dan bunganya berendeng

warna kuning muda. Ketika bulan Juli sampai Agustus bunganya berguguran.

Pohon ini merupakan pohon asli dari pegunungan pulau Jawa. Di daerah pulau

Jawa Timur dan Jawa tengah sering disebut dengan pohon kukrup.

32

Page 34: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :

1. Pohon yang mendominasi pada areal 20 x 20 m adalah pohon kukrup

2. Pohon dominan terdiri atas pohon kukrup dengan tinggi 29 m, 27 m dan 8 m

karena terletak pada lapisan tajuk palig atas dan mendapat cahaya penuh

dari atas dan samping

3. Pohon dominan terdapat pada pohon kukrup 20 m karena tidak sehingga

pohon dominan tetapi masih mendapat cahaya dari samping meskipun dari

atas sudah pohon dominan.

4. Pohon intermediet dimulai oleh pohon kukrup 6m,tetesan 9m dan lamer 7m

karena pohon ini memiliki tajuk di bawah pohon dominan dan kodominan.

5. Pohon tertekan merupakan pohon yang tajuknya tertutup oleh pohon

dominan,kodominan dan intermediet sehingga mendapat cahaya dari lubang

sengkuap tajuk. Dalam praktikum ini tidak ditemukan pohon tertekan.

6. Pohon mati merupakan pohon yang mati dan sedang dalam proses kematian.

7. Pemotongan cabang teredah merupakan tindakan yang dapat dilakukan

dalam struktur tajuk ini karena bermanfaat untuk menyediakan ruang lebih

lebar,melestarikan spesies tertentu dan menjaga karbon.

8. Kukrup memiliki pohon yang besar,daunnya lebar dan bungannya warna

kuning muda.

5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum ini adalah:

1. Seharusnya peralatan saat praktikum ditambah sehingga saat melakukan

praktik tidak harus menunggu alat dari petak yang lain

2. Seharusnya lokasi pembuatan petak lebih masuk ke dalam sehingga

praktikan dapat lebih mengetahui hutan alam

33

Page 35: Laporan Akhir Silvika Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Rahmat.2013. Perbedaan Mendasar Pohon Toleran dan Intoleran.

Online, forester.untad.blogspot.com Diakses tanggal 25

November 2015

Irwan, Z,D. 2003. Prinsip – prinsip ekologi dan Organisasi ekosistem komunitas

dan lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Triwanto, J. 2015. Petunjuk Praktikum Silvika. Laboratorium Kehutanan Fakultas

Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Malang.

34