laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

39
LAPORAN AKHIR PERHITUNGAN PENAKSIRAN CADANGAN DISUSUN OLEH : NAMA : SYLVESTER SARAGIH NIM : DBD 111 0105 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS TEKNIK

Upload: sylvester-saragih

Post on 26-May-2015

1.657 views

Category:

Education


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

LAPORAN AKHIR

PERHITUNGAN PENAKSIRAN CADANGAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : SYLVESTER SARAGIH

NIM : DBD 111 0105

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2014

Page 2: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir

Perhitungan Penaksiran Cadangan ini tepat pada waktunya, walaupun sebagian isi

dari karya ilmiah ini penulis kutip langsung dari sumber internet dan atas bantuan

kakak tingkat yang berkenan memberi bantuan dan masukan.

Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyusn laporan

ini. Namun, dengan berkat rahmat dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa saya dapat

menyelesaikan laporan ini. penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari

pembaca.

Dan akhirnya semoga Laporan Akhir Perhitungan Penaksiran Cadangan ini

bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca. Terima kasih.

Palangka Raya, Juli 2014

Penyusun

Page 3: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan dasar manusia yang

berkembang pertama kali bersama-sama dengan pertanian. Oleh karena itu,

keberadaan pertambangan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan atau peradaban

manusia. Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang unik. Hal ini disebabkan

karena endapan bahan galian pada umumnya tersebar secara tidak merata di

dalam kulit bumi baik jenis, jumlah, kadar (kualitas) maupun karakteristiknya.

Sumber daya mineral (endapan bahan galian) mempunyai sifat khusus bila

dibandingkan dengan sumber daya yang lain. Sifat yang dimaksud adalah bahwa

sumber daya mineral merupakan “wasting assets” atau “non-renewable

resource”, artinya bila endapan bahan galian tersebut ditambang di suatu tempat,

maka bahan galian tersebut tidak akan dapat diperbaharui kembali, atau dengan

kata lain industri dasar tanpa daur. Oleh karena itu, di dalam mengusahakan

industri pertambangan selalu berhadapan dengan sesuatu yang sangat terbatas,

baik lokasi, jenis, jumlah maupun utuh materialnya. Keterbatasan ini ditambah

lagi dengan usaha meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian

lingkungan hidup.

Jadi, di dalam mengelola sumber daya mineral diperlukan penerapan sistem

penambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknis maupun

ekonomis agar manfaatnya dapat maksimal. Eksplorasi sumberdaya alam secara

keseluruhan merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan pertambangan hingga

pada proses penambangan. Darikegiatan akan diperoleh informasi-informasi

geologi yang diperlukan dalam

Page 4: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari penulisan laporan ini adalah:

1. Menghitung volume overburden dan volume batubara

2. Menghitung stripping ratio (SR)

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari Laporan Akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara

menghitung volume overburden dan volume batubara dalam mendapatkan nilai

perhitungan stripping ratio (SR) pada perhitungan cadangan mineral dan

batubara.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa volume overburden dan volume batubara?

2. Berapa sripping rationya?

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan laporan ini adalah metode analisis deksriptif yang

dilakukan melalui penyaduran telaah pustaka yang relevan dengan masalah yang

sedang dikaji. Bahan kajian tersebut berasal dari media cetak (buku, jurnal

ilmiah) dan media internet.

Page 5: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Penaksiran Cadangan

Di bawah ini ditunjukkan beberapa alasan mengapa penaksiran

cadangan sangat penting dalam industri pertambangan

a) Memberikan hasil perhitungan kuantitas maupun kualitas (kadar) endapan.

b) Memberikan perkiraan geometri 3 dimensi dari endapan serta distribusi ruang

(spasial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan / tahapan

penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan

dan NPV (Net Present Value) dari tambang.

c) Jumlah cadangan menentukan umur tambang, hal ini penting dalam

kaitannya dengan perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan

infrastruktur yang lain.

d) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan taksiran

cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan lokasi

pembuangan tanah / batuan penutup dan tailing (waste dump dan tailing

impoundment), pabrik pengolahan, bengkel dan fasilitas lainnya.

Karena semua keputusan teknis di atas sangat tergantung padanya,

penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan berat tanggung

jawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan. Harus pula diingat

bahwa penaksiran cadangan menghasilkan suatu taksiran. Model cadangan yang

dibuat adalah pendekatan dari suatu realistis, berdasarkan data atau informasi

yang dimiliki, dan masih mengandung ketidakpastian.

Page 6: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

Persyaratan penaksiran cadangan:

1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan secara tepat kondisi geologis

dan karakter / sifat dari mineralisasi.

2) Selain itu harus sesuai dengan tujuan dari evaluasi. Suatu model cadangan

bijih yang akan digunakan untuk perancangan tambang harus konsisten

dengan metode penambangan dan teknik perencanaan tambang yang akan

diterapkan.

3) Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual yang diolah /

diperlakukan secara objektif. Keputusan apakah suatu data akan dipakai atau

tidak dipakai harus diambil dengan tidak semena-mena. Tidak boleh ada

pembobotan data secara sewenang-wenang, pembobotan yang berbeda harus

dengan dasar yang jelas.

4) Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat

dicek / diperiksa. Tahap pertama setelah penaksiran cadangan diselesaikan

adalah memeriksa taksiran kadar dari unit penambangan (blok) dengan data

(komposit atau assay bor) yang ada di sekitarnya/ Setelah penambangan

dimulai, taksiran kadar dari model cadangan harus dicek ulang dengan kadar

dan tonase hasil penambangan yang sesungguhnya.

Cadangan (Reserves) :

- Bagian dari sumberdaya

- Teridentifikasi dari komoditas mineral ekonomi.

- Dapat diperoleh dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum/

kebudayaan pada saat itu.

Page 7: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

Secara skematik hubungan antar sumberdaya dan cadangan dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 2.1 Skematik hubungan antar sumberdaya dan cadangan

A. Ruang lingkup penaksiran cadangan

Kegiatan pertambangan :

1) Prospeksi

2) Eksplorasi Pendahuluan

3) Eksplorasi rinci

4) Eksplorasi Lanjut

Analisis & penaksiran cadangan

5) Evaluasi

6) Studi Kelayakan

7) Development

Page 8: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

8) Penambangan

9) Pengolahan/ekstraksi

10) Pemasaran.

Eksplorasi menurut Mc Kinstry HE dan Alan M Bateman :

Dari mencari suatu prospek (reconnaissance) sampai evaluasi dari prospek

tersebut, perluasan lokasi disekitar daerah penambangan.

Tujuannya :

a) Penemuan geologis endapan mineral bernilai ekonomis.

b) Mengetahui ukuran, bentuk, kedudukan, sifat dan nilai dari endapan mineral.

Kegiatan lapangan untuk memperoleh data guna Penaksiran Cadangan :

1. Observasi lapangan : gambaran praktis, kondisi dan keadaan dilapangan,

pengambilan data geografi dan demofrafi.

2. Pemetaan : tidak mutlak dilaksanakan. Untuk mengetahui topografi, bentang

alam, lereng awal. Jika telah tersedia peta maka hanya ploting.

3. Pengambilan Contoh : berupa : air, tanah, endapan, tumbuh-tumbuhan, udara,

float, masukan dalam kantong sesuai dengan metodanya.

4. Pengambilan data Geologi : melalui studi literatur, pengecekan lapangan

terutama bentang alamnya.

5. Pengolahan Data : dilapangan (pengecekan mudah) atau dikirim ke kantor

termasuk pekerjaan studio, uji lab dan analisis.

Ruang Lingkup Pekerjaan Penaksiran Cadangan :

1) Menentukan cadangan raw material (satuan berat/ volume)

2) Menetukan cadangan endapan mineral/logam (berat)

3) Menentukan klasifikasi cadangan.

Page 9: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

Perkembangan penaksiran cadangan ditentukan oleh perkembangan pengetahuan

dan teknologi.

Pengetahuan :

1) Pengetahuan geologi (teori, data geologi semakin luas).

2) Pengembangan inventarisasi yang semakin detil.

3) Pengembangan matematik (cubic spline)

4) Pengembangan pengetahuan statistik (geostatistik).

Teknologi :

Perkembangan teknologi geofisika, kamera, scanning electrical microscope,

pemboran inti, informatika.

B. Klasifikasi cadangan

1. Inggris (Institution of Mining & Metallurgi, London, 1902)

a. Cadangan Terukur (Proved).

Disebut positif dan visible. Semula (1902) adalah endapan mineral yang

dieksplorasi dengan pengambilan contoh 2,3 atau 4 sisi blok tambang.

Kemudian pada tahun 1912 menjadi endapan mineral yang dibagi

beberapa blok, blok dibatasi 3 atau 4 sisi pengambilan contoh. Cadangan

dapat diperkirakan dengan baik tanpa tahap konstruksi.

b. Cadangan Boleh Jadi (Probable).

Apabila endapan mineral tersebut dibatasi 2 atau 1 sisi pengambilan

contoh dan perluasannya berdasarkan unsur - unsur yang dapat

diperkirakan.

c. Cadangan Terduga (possible).

Dikategorikan berdasarkan beberapa asumsi terdapatnya endapan mineral.

2. Rusia (Mining Institute of the Soviet Academy of Sciences, 1960)

Bedasarkan prosentase kesalahan yg diijinkan :

Untuk kategori :

A = 15-20 % C-2 = 60-90%

B = 20-30% C-1 = 30-60%

Page 10: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

3. Amerika (USBM & USGS)

a. Bijih Terukur (Measure Ore)

Tonase dihitung berdasarkan dimensi singkapan, parit, penelitian dan

lubang bor. Kadar dihitung berdasarkan pengambilan contoh secara detil.

Kondisi geologi juga diperhitungkan (struktur, ukuran, bentuk dan

mineral). Kesalahan yg diperbolehkan tidak lebih dari 20 %.

b. Bijih Teridentifikasi (Indicated Ore)

Tonase dan kadar dihitung sebagian berdasarkan pengukuran secar

spesifik, pengambilan contoh dan data produksi, lainnya dengan jarak

proyeksi data geologi.

c. Bijih Tereka (Inferred Ore)

Tonase dan kadar dihitung berdasarkan perkiraan dan pengetahuan

tentang karakteristik geologi secara umum, sebagian kecil dari

pengambilan contoh/ hasil pengukuran.

4. Mc Kelvey, 1973 :

a. Terukur (Measured)

b. Terindikasi (Indicated)

c. Tereka (Inferred)

a. Sumber daya (resources)

Onggokan alamiah dari zat padat, cair atau gas yang terdapat dialam,

mengandung 1 jenis/ lebih komoditas, diharapkan diperoleh nyata dan

bernilai ekonomis.

b. Sumber daya teridentifikasi (identified resources)

Endapan mineral diketahui nyata baik jenis, bentuk, kedudukan, atau kuantitas

dan kualitasnya.

c. Sumber daya tak teridentifikasi (undiscovered resources)

Zona endapan mineral yang belum diketahui secara nyata baik bentuk,

kedudukan maupun kuantitas dan kualitasnya.

Page 11: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

d. Cadangan (reserves)

Bagian dari Sumber daya teridentifikasi dari suatu komoditas mineral yang

ekonomis dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum pada saat itu.

e. Sumber daya teridentifikasi sub ekonomi (identified sub economic

resources)

Sumber daya yang dapat menjadi cadangan dengan perubahan ekonomi,

harga, teknis serta tidak bertentangan dengan ketentuan hukum/ kebudayaan

pada saat itu.

f. Cadangan terunjuk (demonstrated)

Sumber daya teridentifikasi, tonase dan kadarnya diketahui dari pengukuran

nyata, pengambilan contoh, data produksi terperinci dan proyeksi data

geologi.

g. Cadangan Terukur (measured)

Cadangan yang kuantitasnya dihitung berdasarkan hasil pengukuran nyata.

h. Cadangan teridentifikasi (indicated)

Cadangan / Sumber daya mineral, tonase dan kadarnya sebagian berdasarkan

perhitungan dari pengambilan contoh atau dari data produksi.

i. Cadangan tereka (inferred)

Cadangan atau sumber daya mineral yang diperhitungkan kuantitasnya

berdasarkan pengetahuan keadaan geologi.

j. Sub marginal

Sumber daya ekonomi yang dapat bernilai ekonomis menguntungkan, apabila

keadaan harga komoditas tersebut pada titik yang menguntungkan atau karena

kemajuan teknologi sehingga mengakibatkan penekanan biaya penambangan

dan pengolahannya.

k. Para Marginal

Sumber daya ekonomi yg berbatasan langsung dengan cadangan bernilai

ekonomis menguntungkan.

Page 12: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

l. Sumber daya hipotetik ( hypothetical resources)

Sumber daya tidak teridentifikasi, diharapkan menjadi zona pengembangan

endapan mineral teridentifikasi.

m. Sumber daya spekulatif (speculative resources)

Sumber daya tak teridentifikasi, masih memungkinkan ditemukan pada zona

geologi dari sumber daya yang telah diketahui. Indonesia mengeterapkan

klasifikasi cadangan Mc Kelvey karena : dianggap paling detil, pertimbangan

geologi dan ekonomi, wawasannya luas tentang klasifikasi cadangan.

Dasar Klasifikasi :

a. Kenaikan untuk keyakinan geologi

b. Kenaikan untuk kelaksanaan ekonomis

C. Aspek Legal Penaksiran Cadangan

Nilai suatu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan berkaitan

langsung dengan kuantitas dan kualitas cadangan mineral yang dimilikinya.

Untuk perusahaan-perusahaan tambang yang sahamnya dijual-belikan kepada

publik melalui pasar modal, badan pemerintahan akan memantau dan

mengawasi cadangan mineral yang dimiliki perusahaan.

Page 13: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

1. SUMBER DAYA MINERAL

Page 14: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

FAKTOR KETERANGAN

Interpretasi Geologi

(Geological Interpretations)

Harus dijelaskan interpretasi yang dilakukan apakah berdasarkan data yang cukup atau asumsi (postulated assumptions); apakah terbatas berdasarkan penggunaan satu model atau mempertimbangkan interpretasi lain.

Kerapatan Data

(Data Density)

Apakah kerapatan percontoh cukup untuk membuat kontinuitas serta memberikan informasi data yang cukup pada prosedur estimasi yang digunakan.

Ketepatan Lokasi Titik Percontoh

(Accuracy of location of sampling points)

Seberapa baik lokasi-lokasi dari posisi percontoh yang diketahui dan pengaruhnya terhadap perhitungan estimasi Sumberdaya Mineral atau Cadangan.

Teknik Pemboran (Drilling Technique)

Apakah dengan core , rotary, percussion atau auger dan jika dengan non-core, apakah dengan open hole atau reverse circulation.

Teknik Pemercontohan

(Sampling Technique)

Jika dengan core, apakah contoh dipotong (cut) atau dipecah dan apakah seperempat, setengah atau seluruh bagian core digunakan. Jika dengan non-core, apakah dengan riffled, section cut, tube sampled atau apakah dengan contoh kering (dry) atau basah (wet). Jika menggunakan contoh basah, maka tindakan pencegahan apa yang dilakukan untuk memaksimalkan perolehan (recovery) dan meminimalkan lolosnya contoh berukuran halus.

Jika contoh diambil dari underground chip samples, apakah contoh tersebut merupakan channel cut atau chipped linearly atau diambil acak dari satu muka.

Kualitas Data Esai

(Quality of Essay Data)

Apakah dapat direproduksi dan bisa mewakili, serta prosedur pengontrolan kualitas apa yang digunakan.

Kualitas Deskripsi Data

(Quality of Data Description)

Apakah log inti bor dilakukan secara terperinci; apakah seluruh data penting seperti litologi, struktural, mineralogi, alterasi atau karateristik geologi atau geoteknik dan daerah penyelidikan dicatat.

Teknik Estimasi

(Estimation Techniques)

Penjelasan mengenai teknik estimasi dan asumsi-asumsi utama yang digunakan.

Cut-off GradesAsumsi-asumsi mengenai cut-off grade.

Pengambilan Contoh lainnya

(Other Samples)

Apakah dengan grab, chip, channel, dll. Pencantuman lebar atau jarak antara titik contoh, dan penjelasan mengenai contoh yang diambil, mineralisasi dan batuan penutup. Jika underground chip samples, apakah contoh

Page 15: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

2. CADANGAN

FAKTOR KETERANGAN

Metoda Penambangan

(Mining Methods)

Penjelasan mengenai metoda penambangan yang digunakan dan kemungkinan atas pengaruhnya terhadap tonase dan kadar bahan galian yang dapat ditambang.

Faktor Metalurgi

(Metallurgical Factors)

Penjelasan mengenai tes metalurgi yang dilakukan, kecukupan dari test yang dilakukan, dan sampai sejauh mana pengetesan atas contoh dianggap mewakili suatu Cadangan.

Dilusi

(Dilution)

Dilusi harus diperhitungkan dalam setiap estimasi Cadangan. Penjelasan apakah faktor-faktor yang digunakan telah diasumsikan atau ditentukan dengan tes penambangan.

Biaya-biaya Kapital dan Operasi

(Capital and Operating Costs)

Penjelasan mengenai biaya-biaya, termasuk biaya berjalan maupun biaya awal kapital.

Faktor Lingkungan dan Perijinan

(Environmental Factors and Permitting)

Penjelasan mengenai studi lingkungan yang telah dilakukan, setiap faktor lingkungan yang berpengaruh, persiapan perbaikan lingkungan dan status perijinannya.

Status Hukum

(Legal Status)

Penjelasan mengenai jangka waktu daerah kepemilikan dan setiap permasalahan hukum yang ada atau yang akan timbul.

Pemasaran

(Markets)

Penjelasan mengenai pasaran dari produk, setiap kontrak, studi pasar dan informasi yang relevan lainnya.

Infrastruktur

(Infrastructure)

Penjelasan mengenai persyaratan infrastruktur dan statusnya.

Studi Kepekaan

(Sensitivity Studies)

Penjelasan mengenai potensi dari variasi-variasi terhadap faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi keuntungan (profit).

Page 16: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

2.2 Metode Penaksiran Cadangan

a) Metode Penampang (Cross Section)

1) Masih kerap dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari proyek.

2) Hasil penaksiran secara manual ini dapat dipakai sebagai alat

pembanding untuk mengecek hasil penaksiran yang lebih canggih

menggunakan komputer.

3) Hasil penaksiran secara manual ini tak dapat langsung digunakan dalam

perencanaan tambang dengan bantuan komputer.

b) Poligon

1) Penaksiran cadangan secara manual dengan metoda poligon daerah

pengaruh pada dasarnya tidak lagi dilakukan (sudah usang).

2) Sebaliknya, metode poligon menggunakan sampel terdekat untuk

penaksiran kadar blok dalam model (dimana setiap blok memperoleh kadar

dari komposit terdekat) masih umum dilakukan

c) Metoda Segitiga

1) Penaksiran kadar blok dengan cara ini tidak dilakukan lagi (sudah usang).

2) Metode ini penting dalam aplikasi pembuatan kontur dengan komputer

d) Metoda Seperjarak (Inverse Distance Method)

1) Suatu cara penaksiran dimana kadar suatu blok merupakan kombinasi

linier atau harga rata-rata terbobot (weighted average) dari komposit

lubang bor di sekitar blok tersebut. Komposit yang dekat memperoleh

bobot yang relatif lebih besar, sedangkan komposit yang jauh dari blok

bobotnya relatif lebih kecil.

2) Pilihan dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, ...) berpengaruh

terhadap taksiran. Semakin tinggi pangkat yang digunakan hasilnya akan

semakin mendekati metoda poligon komposit tersebut.

3) Sifat / kelakuan anisotropik dari cebakan mineral dapat diperhitungkan

(space warping).

4) Merupakan metode yang masih umum dipakai.

Page 17: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

e) Metoda Geostatistik dan Kriging

1) Metode ini pun merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata terbobot

(weighet average) dari komposit lubang bor di sekitar blok untuk

menghitung kadar blok yang ditaksir.

2) Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak, melainkan

menggunakan korelasi statistik antar sampel (data komposit) yang juga

merupakan fungsi jarak. Karena itu, cara ini lebih canggih dan kelakuan

anisotropik dapat dengan mudah diperhitungkan.

3) Cara ini memungkinkan penafsiran data cebakan mineral atau cadangan

bijih secara probabilistik. Selain itu, ia memungkinkan pula interpretasi

statistik mengenai seperti bias, estimation variance, dan lain-lain.

4) Berbagai jenis penaksiran yang berdasarkan pada metode kriging dan

geostatistik dapat digunakan.

5) Merupakan metode yang paling umum dipakai dalam penaksiran kadar

blok dalam suatu model cadangan.

Page 18: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

2.3 Perhitungan Cadangan

Diagram alir konstruksi model perhitungan sumberdaya endapan dapat dilihat

pada Gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2 Diagram alir konstruksi model perhitungan sumberdaya endapan

A. Perhitungan volume dengan metode penampang (Cross Section)

Perhitungan volume merupakan tahap awal dalam penentuan stripping

ratio. Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang

ditembus dan ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi

tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara.

Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang

digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara

ketebalan rata-rata batubara maupun tanah penutup pada daerah tersebut

dengan luasan daerah, dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada

daerah tersebut.

Page 19: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda

penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan

membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili

model endapan pada daerah tersebut.

Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas

batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat

diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang

tersebut. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

1 (satu) penampang, 2 (dua) penampang, 3 (tiga) penampang, atau juga

dengan rangkaian banyak penampang.

a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang

mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung

saja.

Volume = (A x d1) + (A x d2)

dimana : A = luas overburden

d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1

d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2

Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh

penampang tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan

penampang korelasi lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk

poligon dengan jarak pengaruh penampang sesuai dengan daerah pengaruh

titik bor (poligon) tersebut.

b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada

areal di antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah

Page 20: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

variasi (perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak

terlalu berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area & rumus kerucut

terpancung, tetapi jika perbedaannya terlalu besar maka digunakan rumus

obelisk.

Gambar 2.3 Metode penampang (Cross Section)

Rumus Mean Area:

V = L(S1+s2)

2

Dimana:

S1 : Luas penampang 1

S2 : Luas penampang 2

L : Jarak antar penampang

V : Volume Cadangan

B. Perhitungan Tonase

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun

batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi

satuan volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase.

Faktor tonase yang dimaksud adalah berat jenis (density). Besar nilai density

untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk

density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.

S1

S2

L

Page 21: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

Nilai berat jenis (density) untuk batubara sebesar 1,33 ton/m3.

Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut :

C. Stripping Ratio (SR)

Stripping Ratio atau nisbah pengupasan adalah perbandingan antara

overburden yang harus dikupas dengan tonase batubara.

SR= jumla h oveburdentonase batubara

Dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai

BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka

akan diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit

adalah sampai nilai BESR yang dicapai dalam perhitungan stripping ratio.

Sebagai contoh dapat dilihat dalam Gambar 2.4 :

Gambar 2.4 Batasan penambangan berdasarkan nilai

Stripping Ratio dan BESR

BAB III

Tonase = Volume x Density

Page 22: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Volume

Karena batubara merupakan endapan dengan tingkat homogenitas yang

tinggi, maka untuk perhitungan cadangan dapat diterapkan metode konvensional

(klasik) dengan tingkat ketelitian yang cukup baik. Untuk tujuan praktis, metoda

penampang dapat diterapkan untuk perhitungan jumlah cadangan tertambang.

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metode

penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan

membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model

endapan pada daerah tersebut.

Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas batubara

dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat diketahui dengan

mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus mean area, yakni sebagai

berikut:

V = L(S1+s2)

2

Dimana:

S1: Luas penampang 1

S2: Luas penampang 2

L : Jarak antar penampang

V : Volume Cadangan

Dari peta topografi suatu wilayah IUP terdapat 3 outcrop yang terdiri dari 3

seam batubara. Pada seam 1 dan seam 2 maing-masing terdapat 6 buah

penampang dengan interval masing-masing penampang 100 meter , sedangkan

Page 23: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

pada seam 3 terdapat 7 buah penampang dengan interval kontur 100 meter. Maka

perhitungan volume overburden dan batubara adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Perhitungan Volume Overburden & Batubara Pada Seam 1

Penampang KeLuas (mm2) Luas (cm2) Luas (m2)

L (m)Volume

OB BB OB BB OB BB OB (m3) BB(m3)

A   46 7,2 0,46 0,072 4600 720        B             100 300000 72000B   14 7,2 0,14 0,072 1400 720        C             100 155000 72000C   17 7,2 0,17 0,072 1700 720        D             100 125000 72000D   8 7,2 0,08 0,072 800 720        E             100 65000 72000E   5 7,2 0,05 0,072 500 720        F             100 75000 72000F   10 7,2 0,1 0,072 1000 720      

TOTAL 1OO 43.2 1,0 0,432 10.000 4320 720.000 360.000

Tabel 3.2 Perhitungan Volume Overburden & Batubara Pada Seam 2

Penampang KeLuas (mm2) Luas (cm2) Luas (m2)

L (m)Volume

OB BB OB BB OB BB OB (m3) BB(m3)

A   4 6 0,04 0,06 400 600        B             100 50000 60000B   6 6 0,06 0,06 600 600        C             100 100000 60000C   14 6 0,14 0,06 1400 600        D             100 165000 60000D   19 6 0,19 0,06 1900 600        E             100 225000 60000E   26 6 0,26 0,06 2600 600        F             100 155000 60000F   5 6 0,05 0,06 500 600      

TOTAL 74 36 0,74 0,36 7400 3600 695000 300000

Tabel 3.3 Perhitungan Volume Overburden & Batubara Pada Seam 3

Penampang KeLuas (mm2) Luas (cm2) Luas (m2)

L (m)Volume

OB BB OB BB OB BB OB (m3) BB(m3)

A   53 6 0,53 0,06 5300 600      

Page 24: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

  B             100 560000 60000B   59 6 0,59 0,06 5900 600        C             100 640000 60000C   69 6 0,69 0,06 6900 600        D             100 660000 60000D   63 6 0,63 0,06 6300 600        E             100 685000 60000E   74 6 0,74 0,06 7400 600        F             100 755000 60000F   77 6 0,77 0,06 7700 600        G             100 845000 60000G   92 6 0,92 0,06 9200 600      

487 42 4,87 0,42 48700 4200 4145000 360000

3.2 Perhitungan Tonase

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun

batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi

satuan volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu

density. Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan

yang digunakan untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.

Nilai density untuk batubara sebesar 1,33 ton/m3. Berat (tonase) tanah

penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh

dengan mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing.

Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut :

T = V x D

Dimana :

T = Tonase (ton)V = Volume (m3)

Page 25: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

D = Density (ton/m3) ketetapan = 1,33

Untuk perhitungan tonase batubara, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Perhitungan Tonase batubara

SEAMVOLUME TONASE

OB (m3) BB (m3) BB 1 720000 360000 4788002 695000 300000 3990003 4145000 360000 478800

TOTAL 5.560.000 1.020.000 1.356.600

3.3 Stripping Ratio (SR)

Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volume (tonase)

tanah penutup yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pada

areal yang akan ditambang. Maka:

SR = Total VolumeOB

TotalTonase Batubara

Dengan menggunakan rumus diatas, didapat nilai Stripping Ratio (SR) dari

masing-masing seam pada tabel berikut

Tabel 3.5 Perhitungan Stripping Ratio

SEAMVOLUME TONASE

SROB (m3) BB (m3) BB

1 720000 360000 478800 1,5042 695000 300000 399000 1,7423 4145000 360000 478800 8,657

TOTAL 5.560.000 1.020.000 1.356.600 11,903

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada seam 1 untuk menambang

satu ton batubara maka harus mengupas overburden sebanyak 1,504  m3. Pada

seam 2 untuk menambang satu ton batubara maka harus mengupas overburden

Page 26: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

sebanyak 1,742 m3. Pada seam 3 untuk menambang satu ton batubara maka harus

mengupas overburden sebanyak 8,657 m3. Sedangkan dari nilai Stripping Ratio

(SR) rata-rata (jumlah keseluruhan dari seam 1 sampai seam 3) dapat

disimpulkan bahwa untuk menambang satu ton batubara harus mengupas

overburden sebanyak 3,967 m3.

BAB IV

PENUTUP

Page 27: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, bahwa :

1. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode penampang dan rumus Mean

Area di atas, didapat:

a) pada seam 1 volume overburden sebanyak 720000 m3 dan volume batubara

sebanyak 360000 m3 atau 478800 ton.

b) pada seam 2 volume overburden sebanyak 695000 m3 dan volume batubara

sebanyak 300000 m3 atau 399000 ton.

c) pada seam 3 volume overburden sebanyak 4145000 m3 dan volume

batubara sebanyak 360.000 m3 atau 478800 ton.

2. Nilai stripping ratio, didapat:

a) Nilai stripping ratio seam 1 adalah 1,504: 1

b) Nilai stripping ratio seam 2 adalah 1,742: 1

c) Nilai stripping ratio seam 3 adalah 8,657: 1

Pada seam 1 untuk menambang satu ton batubara maka harus

mengupas overburden sebanyak 1,504  m3. Pada seam 2 untuk menambang

satu ton batubara maka harus mengupas overburden sebanyak 1,742 m3. Pada

seam 3 untuk menambang satu ton batubara maka harus mengupas

overburden sebanyak 8,657 m3. Sedangkan dari nilai Stripping Ratio (SR)

rata-rata (jumlah keseluruhan dari seam 1 sampai seam 3) dapat disimpulkan

bahwa untuk menambang satu ton batubara harus mengupas overburden

sebanyak 3,967 m3.

Page 28: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Laporan akhir perhitungan penaksiran cadangan

Penaksiran Cadangan, 2009. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas

Nurhakim, 2004, Tambang Terbuka, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

SNI 13-4726-1998. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan

http://syafrilhernendi.com/2009/03/16/tambang-bawah-tanah/   (diunduh pada tanggal

29 Juni 2014)

http://zakaria-jaya.blogspot.com/2010/01/analisa-stripping-ratio.html (diunduh pada

tanggal 29 Juni 2014)