laporan akhir diagnosa lan 2010 (rahadian wahid d)

133
LAPORAN AKHIR DIAGNOSA LAN Disusun Oleh : Rahadian Wahid Daifullah 2 TKJ B SMK Negeri 1 Cimahi 2010 2011

Upload: rahadian-wahid-daifullah

Post on 26-Jun-2015

169 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

LAPORAN AKHIR DIAGNOSA LAN

Disusun Oleh :

Rahadian Wahid Daifullah

2 TKJ B

SMK Negeri 1 Cimahi 2010 – 2011

Page 2: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memudahkan saya melakukan praktek ini. Serta berkat karuniaNya lah saya dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan yang berjudul “LAPORAN AKHIR DIAGNOSA LAN” ini mengacu kepada tugas mata pelajaran Diagnosa LAN, sebagai pelengkap tugas atau untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Diagnosa LAN. Sehingga diharapkan akan memberikan referensi pembelajaran.

Laporan ini diharapkan pula dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dengan maksud siswa-siswi dapat memperoleh wawasan secara komprehensif dan fungsional tentang Diagnosa LAN.

Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran eksperimen dan penyusunan makalah ini. terutama :

1. Tuhan Yang Maha Esa; 2. Kedua orang tua saya; 3. Bapak Rudi Haryadi dan Bapak Adi Setiadi; 4. Kepala skolah SMP Negeri 2 Cimahi; 5. Keluarga Besar TKJ SMKN 1 Cimahi; 6. Teman-teman XI TKJ-B; 7. Semua pihak yang membantu dari awal rencana eksperimen hingga laporan selesai.

Upaya peningkatan kualitas terus dilakukan, oleh karena itu saya selaku penyusun berharap bentuk partisipasi berbagai pihak terkait untuk menyampaikan saran dan kritik membangun tentang kekurangan laporan ini, terutama para pembaca.

Akhirnya saya ucapkan sekali lagi terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan laporan ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan.

Cimahi, 5 Desember 2010

Penulis

Page 3: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. 1

Daftar Isi ....................................................................................................... 2

Pendahuluan ................................................................................................. 3

Laporan

1. Enkapsulasi ......................................................................................... 4 2. Handshaking ..................................................................................... 15 3. Flow Control ..................................................................................... 20 4. Range Network ................................................................................. 25 5. Ping ................................................................................................... 42 6. CIDR .................................................................................................. 63 7. VLSM ................................................................................................. 69 8. Subnetting ........................................................................................ 77 9. Routing ............................................................................................. 90 10. Observasi ........................................................................................ 124

Page 4: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

3

PENDAHULUAN

Jaringan merupakan kumpulan dari dua komputer atau lebih yang terkoneksi melalui

suatu media dan bertujuan untuk berbagi informasi atau data. Dalam penggunaannya

banyak sekali masalah atau kesalahan yang sering terjadi dalam pengoperasian suatu

jaringan. Sebab itu suatu ajringan yang bermasalah harus diperbaiki. Melalui mata pelajaran

Diagnosa LAN ini siswa diharapkan mampu mengerti tentang masalah dan kesalahan yang

ada pada suatu jaringan khususnya Local Area Network. Ada pula beberapa materi yang

dipelajari dalam pelajaran DIagnosa LAN ini antara lain :

1. Sistem Komunikasi Data

a. Komponen komunikasi data

b. Metode komunikasi data

c. Model referensi

d. Handshaking

e. Flow control

f. Protokol

2. Pengalamatan

a. IP address

b. Range network

c. Subnetting dan supernetting

3. Routing

a. Routing statis

b. Routing dinamis

Page 5: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

4

Program Studi : TKJ

ENKAPSULASI

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 1

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi enkapsulasi.

Siswa dapat menjelaskan tentang proses enkapsulasi pada suatu model referensi.

Siswa dapat membuktikan proses enkapsulasi melalui aplikasi Throughput Analyzer.

PENDAHULUAN

Enkapsulasi (bahasa Inggris:encapsulation), secara umum merupakan sebuah proses yang membuat satu jenis paket data jaringan menjadi jenis data lainnya. Enkapsulasi terjadi ketika sebuah protokol yang berada pada lapisan yang lebih rendah menerima data dari protokol yang berada pada lapisan yang lebih tinggi dan meletakkan data ke format data yang dipahami oleh protokol tersebut. Dalam OSI Reference Model, proses enkapsulasi yang terjadi pada lapisan terendah umumnya disebut sebagai "framing". Beberapa jenis enkapsulasi lainnya antara lain:

Frame Ethernet yang melakukan enkapsulasi terhadap datagram yang dibentuk oleh Internet Protocol (IP), yang dalam datagram tersebut juga melakukan enkapsulasi terhadap paket data yang dibuat oleh protokol TCP atau UDP. Data yang dienkapsulasi oleh protokol TCP atau UDP tersebut sendiri merupakan data aktual yang ditransmisikan melalui jaringan.

Frame Ethernet yang dienkapsulasi ke dalam bentuk frame Asynchronous Transfer Mode (ATM) agar dapat ditransmisikan melalui backbone ATM.

Lapisan data-link dalam OSI Reference Model merupakan lapisan yang bertanggung jawab dalam melakukan enkapsulasi atau framing data sebelum dapat ditransmisikan di atas media jaringan (kabel, radio, atau cahaya). Dalam teknologi jaringan Local Area Network (LAN), hal ini dilakukan oleh Carrier sense multiple access with collision detection (CSMA/CD) untuk jaringan Ethernet; token-passing untuk jaringan Token Ring, dan lain-lain.

Page 6: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

5

ALAT & BAHAN

1 Unit Komputer

Aplikasi Throughput Analyzer (Wireshark)

Koneksi Internet

LANGKAH KERJA

1. Lakukan penginstalan aplikasi Wireshark pada komputer. 2. Jalankan aplikasi Wireshark dan jalankan interface yang sedang aktif (dengan syarat

komputer sedang terkoneksi dengan internet).

3. Setelah itu buka suatu web page di web browser.

Page 7: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

6

4. Lalu lakukan pengamatan terhadap throughput yang muncul di Wireshark.

5. Pilih menu capture > Interface. Lalu pilih interface yang sedang aktif.

Page 8: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

7

6. Ambil salah satu sample yang akan diteliti proses enkapsulasinya (misalnya sample dalam proses di www.facebook.com).

7. Amati setiap informasi yang ada. Lalu tentukan bagaimana proses enkapsulasi bisa terjadi.

HASIL PENGAMATAN

Enkapsulasi merupakan suatu bentuk proses penambahan header khusus pada data yang

akan dikirim, dengan terjadinya penambahan header maka data akan berubah bentuk.

Perubahan bentuk ini terjadi di komunikasi antar layer suatu model referensi. Pada Model

OSI proses enkapsulasi dibagi ke dalam 5 tahap. Dimulai dari layer Application hingga layer

Session. Disini data tidak akan mengalami perubahan bentuk hingga berpindah ke layer

Transport. Berikut ialah gambar dari bentuk data di layer Application :

Page 9: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

8

Gambar 1.0

Dari gambar 1.0 tertulis sebagai berikut :

GET /home.php? HTTP/1.1\r\n

>[Expert Info (Chat/Sequence):GET /home.php? HTTP/1.1\r\n]

Request Method : GET

Request URI : /home.php?

Request Version : HTTP/1.1

Host : http//www.facebook.com\r\n

Accept-Encoding : gzip, deflate\r\n

Accept-Languange : en-us\r\n

User-Agent : Mozilla/5.0 (Macintosh; U; Intel Mac OS X 10_6_4; en-

us) AppleWebKit/533.16 (KHTML like Gecko)Version/5.0

Safari/533.16\r\n

Accept: aplication/xml, aplication/xtml+xml, text/html; q=0.9,

text/plain; q=0.8, image/png,*/*; q=0.5/r/n

Referer: http://www.facebook.com/\r\n

Connection: keep-alive\r\n

\r\n

GET /home.php? HTTP/1.1\r\n

>[Expert Info (Chat/Sequence):GET /home.php? HTTP/1.1\r\n]

Request Method : GET

Request URI : /home.php?

Request Version : HTTP/1.1 Versi HTTP

Host : http//www.facebook.com\r\n URL Tujuan

Accept-Encoding : gzip, deflate\r\n

Accept-Languange : en-us\r\n

User-Agent : Mozilla/5.0 (Macintosh; U; Intel Mac OS X 10_6_4; en-

us) AppleWebKit/533.16 (KHTML like Gecko)Version/5.0

Safari/533.16\r\n Aplikasi Browser

Accept: aplication/xml, aplication/xtml+xml, text/html; q=0.9,

text/plain; q=0.8, image/png,*/*; q=0.5/r/n

Referer: http://www.facebook.com/\r\n

Connection: keep-alive\r\n

\r\n

Hasil Analisa :

Protokol yang digunakan, HTML (Besar data 713 bytes)

Versi protokol HTTP/1.1

URL tujuan yaitu www.facebook.com sesuai dengan yang tertera pa host.

Aplikasi browser Safari versi 5 dan digunakan pada OS Mac OS X versi 10.6.4

Informasi diatas menunjukan bentuk data awal sebelum diberi header.

Di layer Transport data akan di bagi menjadi segment – segment yang selanjutnya akan diberi header. Berikut ialah gambar penambahan header pada layer Transport :

Page 10: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

9

Gambar 1.1

Dari gambar 1.1 tertulis sebagai berikut :

Source port: 49176 (49176)

Destination port: http (80)

[Stream index: 4]

Sequnce number: 1 (relative sequence number)

[Next sequence number : 714 (relative sequence number)]

Acknowledgement number: 1 (relative ack number)

>Flags: 0x18 (PSH, ACK)

Window size: 524280 (scaled)

>Checksum: 0xe2f2 [validaton disabled]

>Options: (12 bytes)

>[SEQ/ACK analysis]

Source port: 49176 (49176) Port awal

Destination port: http (80) Port tujuan

[Stream index: 4]

Sequnce number: 1 (relative sequence number)

[Next sequence number : 714 (relative sequence number)]

Acknowledgement number: 1 (relative ack number)

>Flags: 0x18 (PSH, ACK)

Window size: 524280 (scaled)

>Checksum: 0xe2f2 [validaton disabled]

>Options: (12 bytes)

>[SEQ/ACK analysis]

Hasil Analisa :

Protokol yang digunakan, TCP (Besar header 32 bytes)

Port awal (49176) merupakan port TCP yang memiliki sifat dynamic/private

Port tujuan (80) merupakan port TCP yang umum digunakan HTTP

Page 11: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

10

Informasi di atas merupakan suatu header. Dapat dilihat di layer Transport, header yang diberikan kepada data ialah informasi dari source port dan destination port. Dengan demikian layer Transport memberikan header untuk informasi port kepada data.

Setelah segment – segment diberikan header di laye Transport, selanjutnya segment – segment itu akan berpindah ke layer Network di sini segment – segment akan diberikan header baru sehingga akan berubah bentuk menjadi packet. Berikut ialah penambahan header pada layer Network :

Gambar 1.2

Dari gambar 1.2 tertulis sebagai berikut :

Version: 4

Header length: 20 bytes

>Differentiated Service Field: 0x00 (DSCP 0x00: Default; ECN: 0x00)

Total Length: 765

Identification: 0xa093 (41197)

>Flags: 0x02 (Don’t Fragment)

Fragment offset: 0

Time to live: 64

Protocol: TCP (0x06)

>Header checksum: 0x0628 [correct]

Source: 172.16.16.51 (172.16.16.51)

Destination: 66.220.146.32 (66.220.146.32)

Version: 4 Versi protokol

Header length: 20 bytes Panjang header

>Differentiated Service Field: 0x00 (DSCP 0x00: Default; ECN: 0x00)

Total Length: 765

Identification: 0xa093 (41197)

>Flags: 0x02 (Don’t Fragment)

Fragment offset: 0

Time to live: 64

Protocol: TCP (0x06)

>Header checksum: 0x0628 [correct]

Source: 172.16.16.51 (172.16.16.51) Alamat awal

Destination: 66.220.146.32 (66.220.146.32) Alamat tujuan

Page 12: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

11

Hasil Analisa :

Protokol yang digunakan, IP (Besar header 20 bytes)

Version : 4, Digunakan untuk mengindikasikan versi dari header IP yang digunakan.

Karena memiliki panjang 4 bit, maka terdapat 24=16 buah jenis nilai yang berbeda-

beda, yang berkisar antara 0 hingga 15. Meskipun begitu hanya ada dua nilai yang

bisa digunakan, yakni 4 dan 6, mengingat versi IP standar yang digunakan saat ini

dalam jaringan dan Internet adalah versi 4 dan 6 merupakan singkatan dari versi

selanjutnya (IPv6).

Alamat awal dan alamat tujuan merupakan bentuk dari sebuah alamat logika.

Dari informasi di atas, pada layer Network data diberikan header berupa informasi alamat logika yaitu berupa IP address. Dimana Source : 172.16.16.51 dan Destination : 66.220.146.32. sehingga dari bentuk segment, kemudian berubah menjadi bentuk packet setelah diberikan header berupa informasi alamat logika kepada segment.

Setelah menjadi bentuk packet – packet, pada layer berikutnya yaitu layer Data Link. Packet – packet itu aka diberikan header lagi lalu berubah bentuk menjadi frame. Selain penambahan frame di layer Data Link ditambahakan pula trailer (informasi lain di bagian akhir packet) yang mendampingi header. Berikut ialah penambahan header pada layer Data Link :

Gambar 1.3

Dari gambar 1.3 tertulis sebagai berikut :

>Destination: Intel-Hf_f2:27:74 (00:a0:c9:f2:27:74)

>Source: Apple_ef:3f:d4 (f8:le:df:ef:3f:d4)

Type: IP (0x0800)

>Destination: Intel-Hf_f2:27:74 (00:a0:c9:f2:27:74) Alamat tujuan

>Source: Apple_ef:3f:d4 (f8:le:df:ef:3f:d4) Alamat awal

Page 13: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

12

Type: IP (0x0800)

Hasil Analisa :

Protokol yang digunakan, ETHERNET (Besar header 14 bytes)

Alamat yang dugunakan merupakan alamat fisik yaitu MAC address, MAC Address

(Media Access Control Address) adalah sebuah alamat jaringan yang diimplementasikan

pada lapisan data-link dalam tujuh lapisan model OSI, yang merepresentasikan sebuah node

tertentu dalam jaringan. Dalam sebuah jaringan berbasis Ethernet, MAC address merupakan

alamat yang unik yang memiliki panjang 48-bit (6 byte) yang mengidentifikasikan sebuah

komputer, interface dalam sebuah router, atau node lainnya dalam jaringan. MAC Address

juga sering disebut sebagai Ethernet address, physical address, atau hardware address.

MAC Address mengizinkan perangkat-perangkat dalam jaringan agar dapat

berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, dalam sebuah

jaringan berbasis teknologi Ethernet, setiap header dalam frame Ethernet

mengandung informasi mengenai MAC address dari komputer sumber (source) dan

MAC address dari komputer tujuan (destination). Beberapa perangkat, seperti halnya

bridge dan switch Layer-2 akan melihat pada informasi MAC address dari komputer

sumber dari setiap frame yang ia terima dan menggunakan informasi MAC address

ini untuk membuat "tabel routing" internal secara dinamis. Perangkat-perangkat

tersebut pun kemudian menggunakan tabel yang baru dibuat itu untuk meneruskan

frame yang ia terima ke sebuah port atau segmen jaringan tertentu di mana

komputer atau node yang memiliki MAC address tujuan berada. Dalam sebuah

komputer, MAC address ditetapkan ke sebuah kartu jaringan (network interface

card/NIC) yang digunakan untuk menghubungkan komputer yang bersangkutan ke

jaringan. MAC Address umumnya tidak dapat diubah karena telah dimasukkan ke

dalam ROM. Beberapa kartu jaringan menyediakan utilitas yang mengizinkan

pengguna untuk mengubah MAC address, meski hal ini kurang disarankan. Jika

dalam sebuah jaringan terdapat dua kartu jaringan yang memiliki MAC address yang

sama, maka akan terjadi konflik alamat dan komputer pun tidak dapat saling

berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Beberapa kartu jaringan, seperti halnya

kartu Token Ring mengharuskan pengguna untuk mengatur MAC address (tidak

dimasukkan ke dalam ROM), sebelum dapat digunakan. MAC address memang harus

unik, dan untuk itulah, Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE)

mengalokasikan blok-blok dalam MAC address. 24 bit pertama dari MAC address

merepresentasikan siapa pembuat kartu tersebut, dan 24 bit sisanya

merepresentasikan nomor kartu tersebut. Setiap kelompok 24 bit tersebut dapat

direpresentasikan dengan menggunakan enam digit bilangan heksadesimal, sehingga

menjadikan total 12 digit bilangan heksadesimal yang merepresentasikan

keseluruhan MAC address. Berikut merupakan tabel beberapa pembuat kartu

jaringan populer dan nomor identifikasi dalam MAC Address.

Page 14: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

13

Dari informasi di atas, tertulis Destination : Intel-Hf_f2:27:74 (00:a0:c9:f2:27:74) dan Source : Apple_ef:3f:d4 (f8:le:df:ef:3f:d4). Keduanya merupakan alamat fisik dari sebuah hardware atau MAC (Media Access Control). Sehingga di layer Data Link packet – packet diberikan header berupa informasi MAC address dan setelah itu akan otomatis pula berubah bentuk menjadi sebuah frame.

Pada proses akhir frame – frame tersebut akan diubah menjadi bentuk bit di layer Physical. Berikut ialah penambahan header pada layer Physical :

Gambar 1.4

Dari gambar 1.4 tertulis sebagai berikut :

Arrival Time: Aug 13, 2010 08:27:50.014739000

[Time delta from previous captured frame: 0.000292000 seconds]

[Time delta from previous displyed frame: 14.75556500 seconds]

[Time since reference or first frame: 14.755565000 seconds]

Frame Number: 37

Frame Length: 779 bytes

Capture Length: 779 bytes

[Frame is marked: False]

[Protocols in frame: eth:ip:tcp:http]

[Coloring Rule Name: HTTP]

[Coloring Rule String: http || tcp.port == 80]

Arrival Time: Aug 13, 2010 08:27:50.014739000 waktu kedatangan

[Time delta from previous captured frame: 0.000292000 seconds]

[Time delta from previous displyed frame: 14.75556500 seconds]

[Time since reference or first frame: 14.755565000 seconds]

Frame Number: 37 Jumlah frame

Frame Length: 779 bytes Besar frame

Capture Length: 779 bytes Frame yang berhasil ditangkap

[Frame is marked: False]

[Protocols in frame: eth:ip:tcp:http] Protokol yang digunakan

[Coloring Rule Name: HTTP]

[Coloring Rule String: http || tcp.port == 80]

Page 15: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

14

Hasil Analisa :

Frame dengan total 779 bytes dan berjumlah 37 frame, frame yang tiba melewati

protokol eth:ip:tcp:http sama seperti penjelasan yang sudah ada. Total frame dapat

dihitung dari besar data + header di tcp + besar header di ip + besar header di eth.

Informasi diatas menunjukan frame – frame yang berhasil di proses menjadi sebuah bit yang sudha terkirim. Atau dalam proses de-enkapsulasi, bit – bit yang berhasil diterima dan menjadi frame – frame yang lengkap. Bit – bit ini akan berubah kembali menjadi sebuah sinyal listrik atau sinyal gelombang, tergantung pada media yang digunakan. Setelah proses enkapsulasi selesai maka komputer yang menjadi tujuan akan melakukan proses de-enkapsulasi. Sama seperti halnya enkapsulasi, tetapi proses de-enkapsulasi dimulai dari bentuk bit hingga menjadi data.

KESIMPULAN

Header yang ditambahkan di layer Transport, Network, Data Link dan

Physical akan menjadi jumlah total saat data sudah berubah menjadi

bentuk frame dan siap dikirim dengan mengubah bentuknya menjadi

sebuah bit.

Kegagalan dalam proses enkapsulasi hanya akan terjadi jika ada problem

atau error dalam proses penambahan header.

Page 16: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

15

Program Studi : TKJ

Handshaking

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 2

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi handshaking.

Siswa dapat menjelaskan tentang proses handshaking (opening, connection establish, closing).

Siswa dapat membuktikan proses handshaking melalui aplikasi Throughput Analyzer.

PENDAHULUAN

Handshaking yaitu sesi komunikasi data yang berlangsung dari mulai perencanaan

komunikasi sampai dengan komunikasi tersebut selesai. Proses ini diawali proses

prakomunikasi, yaitu proses pencarian host tujuan (destination) oleh host yang bertindak

sebagai pengirim. Proses ini diakhiri dengan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk

melaksanakan pertukaran data (connection establish), yaitu proses pengiriman informasi

berupa request dan tanggapan antara kedua belah pihak.

Dua proses awal ini dapat disebut proses pembentukan koneksi. Artinya, untuk

melakukan komunikasi, perangkat yang dituju harus menerima koneksi awalan terelbih

dahulusebelum mengirimkan data atau menerima data.

Proses yang dilakukan sebelum pengiriman data terdiri atas :

1. Pengirim (sender) mengirimkan sinyal sinkronasi (SYN) terlebih dulu ke tujuan.

2. Penerima akan membalas sinyal SYN dengan Negotiate Connection.

3. Penerima mengirimkan SYN ulang, apa benar pengirim akan mengirimkan data.

4. Pengirim akan membalas dengan sinya Acknowledge (ACK), artinya sudah siap untuk

mengirimkan data sampai saat ini. Prosesnya telah mencapai status Connection

Establish.

5. Kemudia segmen data dikirim.

6. Proses terakhir adalah ketika terjadi pengiriman kode BYE atau FIN ACK atau CLOSED

atau kode lainnya bergantung aplikasi komunikasi yang digunakan.

Page 17: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

16

ALAT & BAHAN

1 Unit Komputer

Aplikasi Throughput Analyzer (Wireshark)

Koneksi Internet

LANGKAH KERJA

8. Lakukan penginstalan aplikasi Wireshark pada komputer. 9. Jalankan aplikasi Wireshark dan jalankan interface yang sedang aktif (dengan syarat

komputer sedang terkoneksi dengan internet).

10. Setelah itu buka suatu web page di web browser.

Page 18: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

17

11. Lalu lakukan pengamatan terhadap throughput yang muncul di Wireshark.

12. Pilih menu capture > Interface. Lalu pilih interface yang sedang aktif.

13. Ambil salah satu sample yang akan diteliti proses enkapsulasinya (misalnya sample dalam proses di www.facebook.com).

14. Amati setiap informasi yang ada. Lalu tentukan bagaimana proses handshaking yang terjadi.

Page 19: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

18

HASIL PENGAMATAN

Gambar 1.0

Page 20: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

19

Hasil Analisa :

41 – 43 (! 42) Opening

42 – 47 (! 43) Negotiation

48 – 72 (! 62 – 71) GET/ HTTP

62 – 80 (! 68, 70, 75, 76) GET/ _icon

84 – 117 GET/ rsrc.php

118 Closing Tabel 1.0

41 – 43 (! 42) Opening

42 – 47 (! 43) Negotiation

48 – 117 (! 68, 70, 75, 76) Connection Establish

118 Closing Tabel 1.1

Dari hasil analisis di atas terlihat di tabel 1.0 merupakan proses yang lebih detail

dalam proses handshaking yang ditunjukan gambar 1.0, sedangkan tabel 1.1 merupakan

proses yang umum dari keseluruhan gambar 1.0. dari proses di atas kita bisa ketahui bahwa

ini merupakan proses three-way handshaking. Hal ini bisa dibuktikan adanya tiga kali

persetujuan antara perangkat komunikasi yaitu opening, negotiation dan closing. Disini

connection establish merupakan proses utama dan bukan persetujuan atau kesepakatan

antar perangkat komunikasi.

KESIMPULAN

Proses handshaking bisa dikatakan sudah masuk Connection Establish

bilamana sudah ada kode GET/ dari host penerima ke pengerim.

Merupakan tanda pertukaran data awal dalam proses Connection

Establish.

Proses handshaking dalam aplikasi throughput tidak selalu berurutan

dalam suatu proses GET/ bisa saja ada 2 kali proses GET/ dalam satu

waktu sehingga menyebabkan hasil capture bergantian antara GET/ yang

satu dengan yang lainnya.

Page 21: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

20

Program Studi : TKJ

FLOW CONTROL

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 3

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi flow control.

Siswa dapat menjelaskan tentang proses flow control dalam suatu protokol.

Siswa dapat membuktikan proses flow control melalui aplikasi Throughput Analyzer.

PENDAHULUAN

Flow Control adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengatur rate dari transamisi data antara 2 node untuk mencegah pegirimanan data yang terlalu cepat kepada penerima data yang lambat. Flow Control utamanya digunakan untuk menghindari bottle neck yang akan mengganggu arus pengiriman data, dengan menyesuaikan data rate atau kecepatan data antara host pengirim dan host penerima. Flow Control akan didukung oleh Congestion Control. Flow Control akan berhasil terjadi jika Congestion Control yang mengatur traffic data juga berhasil. Ada tiga tipe Flow Control, yaitu : 1. Network Congestion, adalah sebuah mekanisme pencegahan yang menyediakan control

terhadap kuantitas transmisi data yang akan masuk ke sebuah device. 2. Windowing Flow Control, adalah sebuah mekanisme yang dugunaan oleh TCP. TCP

mengimplementasikan layanan Flow Control yang dimiliki oleh pihak pengirim yang secara terus menerus memantau dan membatasi umlah data yang dikirimkan pada satu waktu. Untuk mencegah pihak penerima menerima Over Buffer.

3. Data Buffer, adalah sebuah mekanisme pencegahan control yang melayani penympanan data yang berlebih.

Error Control adalah satu proses pejaminan paket data sehingga data bisa sampai ditujuan dengan lengkap, tidak rusak dan tidak hilang. Error Control merupakan bagian dari Flow Control. Konsekuensi dari mekanisme ini adalah timbulnya delay yang cukup berarti. Namun selama aplikasi tidak bersifat real-time, delay ini tidak menjadi masalah karena yang lebih diutamakan adalah data yang bebas dari kesalahan.

Page 22: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

21

ALAT & BAHAN

1 Unit Komputer

Aplikasi Throughput Analyzer (Wireshark)

Koneksi Internet

LANGKAH KERJA

1. Lakukan penginstalan aplikasi Wireshark pada komputer. 2. Jalankan aplikasi Wireshark dan jalankan interface yang sedang aktif (dengan syarat

komputer sedang terkoneksi dengan internet).

3. Setelah itu buka suatu web page di web browser.

Page 23: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

22

4. Lalu lakukan pengamatan terhadap throughput yang muncul di Wireshark.

5. Pilih menu capture > Interface. Lalu pilih interface yang sedang aktif.

Page 24: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

23

6. Ambil salah satu sample yang akan diteliti proses flow control (misalnya sample dalam proses di www.facebook.com).

7. Amati setiap informasi yang ada. Lalu tentukan bagaimana proses flow control bisa terjadi.

HASIL PENGAMATAN

Pada gambar 1.0 terlihat tulisan [TCP Previous segment lost] hal ini

menandakan bahwa ada segment yang hilang sehingga membuat frame yang terkirim

Page 25: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

24

menjadi rusak. Dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa flow control yang terjadi di sini

merupakan error detection. Dimana frame yang rusak akan terdeteksi sehingga frame yang

rusak tidak akan terus dikirmkan kepada node penerima.

Pada gambar 1.1 terlihat tulisan [TCP Retransmision] hal ini menunjukan suatu

frame yang akan dikirim ulang karena terjadi kegagalan sebelumnya. Kejadian ini bias terjadi

karena ACK yang diterima oleh node pengirim berisikan pesan kegagalan dalam

mengirimkan frame yang sebelumnya dikirim. Dalam gambar 1.1 terlihat informasi [RTO

based on delta from frame: 668] yang menunjukan bahwa pengiriman ulang

ini untuk frame nomor 668 yang sebelumnya gagal dikirim kepada si penerima.

KESIMPULAN

Flow control berkaitan dengan pengaturan kecepatan transfer data. Computer

pengirim akan menunggu segment ACK dari computer penerima sebagai tanda

bahwa segmen yang dikirim telah tiba dengan selamat. Kondisi ini secara tidak

langsung akan menjadi kendali kecepatan transfer data. Karena computer pengirim

hanya akan mengirim segmen yang lain manakala sudah yakin segmen sebelumnya

tiba dengan selamat.

Page 26: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

25

Program Studi : TKJ

Range Network

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 4

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi range network.

Siswa dapat menentukan range network suatu network.

Siswa dapat menentukan alamat awal, akhir dan alamat yang tersedia dalam sebuah network.

PENDAHULUAN

Range Network adalah panjang network secara logika yang terdiri atas tiga komponen, yaitu Network Address, Available Address/Usable Address, dan Broadcast Address. Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam komunikasiya.

Network Address

fungsi : untuk mewakili network ketika “penerimaan” paket data. Apabila paket datadikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network, bukan hanya ke satu host saja.

Broadcast Address

fungsi : mewakili network ketika “pengiriman” paket data. Jika paket data dikirimkan dari alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan dari satu network.

Kedua alamat ini tidak dapat diberikan kepada host. Kalaupun dipaksakan untuk diberikan maka system akan menolak untuk menerapkannya.

Available Address

adalah sekumpulan Alamat IP yang diterapkan sebagai alamat host.

Page 27: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

26

ALAT & BAHAN

2 Unit Komputer

Media (Kabel UTP)

LANGKAH KERJA

1. Nyalakan PC / Laptop yang akan digunakan. 2. Siapkan kabel UTP dan pastikan bahwakabel tersebut berfungsi dengan benar. 3. Hubungkan kabel UTP tersebut ke masing-masing laptop/pc yang digunakan. 4. Setting koneksi berdasarkan data berikut :

a. IP : 169.254.87.224/16 ping to 169.254.221.106/16 b. IP :11.12.14.14/16 ping to 11.12.13.14/16 c. IP : 192.168.126.200/16 ping to 192.168.126.100/16 d. IP :192.116.92.2/24 ping to 192.116.92.1/24 e. IP : 123.123.170.170/8 ping to 123.123.169.169/8 f. IP : 112.143.80.80/16 ping to 112.144.80.80/16 g. IP : 128.0.0.13/24 ping to 128.8.77.89/24 h. IP :3.1.1.1/8 ping to 2.1.1.1/8 i. IP : 199.200.154.22/16 ping to 199.100.154.22/16 j. IP :170.234.92.3/24 ping to 160.233.92.3/24

5. Lakukan pinging terhadap IP yang sesuai dengan data pada langkah no 4. 6. Print screen hasilnya.

HASIL PENGAMATAN

I. a. IP : 169.254.87.224/16

i. Network Address :169.254.0.0 ii. Broadcast Address :169.254.255.255

iii. Available Address :169.254.0.1 - 169.254.255.254

b. 169.254.221.106/16 i. Network Address :169.254.0.0

ii. Broadcast Address :169.254.255.255 iii. Available Address :169.254.0.1 - 169.254.255.254

Page 28: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

27

Connection Succesful.

Karena berada dalam satu network yang sama.

Page 29: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

28

II. a. IP : 11.12.14.14/16

i. Network Address :11.12.0.0 ii. Broadcast Address :11.12.255.255

iii. Available Address : 11.12.0.1 - 11.12.255.254

b. IP : 11.12.13.14/16 i. Network Address :11.12.0.0

ii. Broadcast Address :11.12.255.255 iii. Available Address : 11.12.0.1 - 11.12.255.254

Page 30: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

29

Connection Succesful.

Karena berada dalam satu network yang sama.

III. a. IP :192.168.126.200/16

i. Network Address : 192.168.0.0 ii. Broadcast Address : 192.168.255.255

iii. Available Address : 192.168.0.1 – 192.168.255.254

b. IP :192.168.126.100/16 i. Network Address : 192.168.0.0

ii. Broadcast Address : 192.168.255.255 iii. Available Address : 192.168.0.1 – 192.168.255.254

Page 31: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

30

Connection Succesful.

Karena berada dalam satu network yang sama.

Page 32: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

31

IV. a. IP :192.116.92.2/24

i. Network Address :192.116.92.0 ii. Broadcast Address : 192.116.92.255

iii. Available Address :192.116.92.1 - 192.116.92.254

b. IP :192.116.92.1/24 i. Network Address : 192.116.92.0

ii. Broadcast Address : 192.116.92.255 iii. Available Address : 192.116.92.1 - 192.116.92.254

Page 33: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

32

Connection Succesful.

Karena berada dalam satu network yang sama

V. a. IP : 123.123.169.169/8

i. Network Address :123.0.0.0 ii. Broadcast Address :123.255.255.255

iii. Available Address :123.0.0.1 - 123.255.255.254

a. IP : 123.123.170.170/8 i. Network Address :123.0.0.0

ii. Broadcast Address :123.255.255.255 iii. Available Address :123.0.0.1 - 123.255.255.254

Page 34: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

33

Connection Succesful.

Karena berada dalam satu network yang sama.

Page 35: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

34

VI. a. IP : 112.143.80.80/16

i. Network Address :112.143.0.0 ii. Broadcast Address :112.143.255.255

iii. Available Address :112.143.0.1 - 112.143.255.254

b. IP : 112.144.80.80/16 i. Network Address : 112.144.0.0

ii. Broadcast Address : 112.144.255.255 iii. Available Address :112.144.0.1 - 112.144.255.254

Page 36: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

35

Connection failed.

Karena tidak berada dalam satu network yang sama.

VII. a. IP : 128.0.0.13/24

i. Network Address :128.0.0.0 ii. Broadcast Address :128.0.0.255

iii. Available Address :128.0.0.1 - 128.0.0.254

b. IP :128.8.77.89/24 i. Network Address :128.8.77.0

ii. Broadcast Address :128.8.77.255 iii. Available Address :128.8.77.1 - 128.8.77.254

Page 37: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

36

Connection failed.

Karena tidak berada dalam satu network yang sama.

Page 38: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

37

VIII. a. IP :3.1.1.1/8

i. Network Address :3.0.0.0 ii. Broadcast Address :3.255.255.255

iii. Available Address :3.0.0.1 - 3.255.255.254

b. IP : 2.1.1.1/8 i. Network Address : 2.0.0.0

ii. Broadcast Address : 2.255.255.255 iii. Available Address : 2.0.0.1 - 2.255.255.254

Page 39: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

38

Connection failed.

Karena tidak berada dalam satu network yang sama

IX. a. IP :199.200.154.22/16

i. Network Address :199.200.0.0 ii. Broadcast Address : 199.200.255.255

iii. Available Address :199.200.0.1 - 199.200.255.254

b. IP : 199.100.154.22/16 i. Network Address : 199.100.0.0

ii. Broadcast Address : 199.100.255.255 iii. Available Address : 199.100.0.1 - 199.100.255.254

Page 40: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

39

Connection failed.

Karenatidak berada dalam satu network yang sama

Page 41: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

40

X. a. IP :160.234.92.3/24

i. Network Address :160.234.92.0 ii. Broadcast Address :160.234.92.255

iii. Available Address :160.234.92.1 - 160.234.92.254

b. IP : 170.234.92.3/24 i. Network Address : 170.234.92.0

ii. Broadcast Address:170.234.92.255 iii. Available Address: 170.234.92.1 - 170.234.92.254

Page 42: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

41

Connection failed.

Karenatidakberadadalamsatu network yang sama

KESIMPULAN

Hasil percobaan dan perhitungan dalam menentukan range network

ternyata akurat. Hal ini terbukti dari hasil pinging dari computer satu ke

computer yang lainnya. Di mana jika alamatnya berbeda network maka

hasil pinging yang muncul akan berupa pesan error dan bukan pesa reply

yang berarti menandakan adanya koneksi.

Page 43: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

42

Program Studi : TKJ

Ping

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 5

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi IP address.

Siswa dapat memahami perintah ping yang digunakan untuk IP address.

Siswa dapat mengetahui pesan yang disampaikan perintah ping.

PENDAHULUAN

Internet Protocol (IP) address adalah alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya. Walaupun alamat IP disimpan sebagai angka biner, mereka biasanya ditampilkan agar memudahkan manusia menggunakan notasi, seperti 208.77.188.166 (untuk IPv4), dan 2001: db8: 0:1234:0:567:1:1 (untuk IPv6). Peran alamat IP adalah sebagai berikut: "Sebuah nama menunjukkan apa yang kita mencari. Sebuah alamat menunjukkan di mana ia berada. Sebuah route menunjukkan bagaimana menuju ke sana."

Perancang awal dari TCP/IP menetapkan sebuah alamat IP sebagai nomor 32-bit, dan sistem ini, yang kini bernama Internet Protocol Version 4 (IPv4), masih digunakan hari ini. Namun, karena pertumbuhan yang besar dari Internet dan penipisan yang terjadi pada alamat IP, dikembangkan sistem baru (IPv6), menggunakan 128 bit untuk alamat, dikembangkan pada tahun 1995 dan terakhir oleh standar RFC 2460 pada tahun 1998.

Internet Protocol juga memiliki tugas routing paket data antara jaringan, alamat IP dan menentukan lokasi dari node sumber dan node tujuan dalam topologi dari sistem routing. Untuk tujuan ini, beberapa bit pada alamat IP yang digunakan untuk menunjuk sebuah subnetwork. Jumlah bit ini ditunjukkan dalam notasi CIDR, yang ditambahkan ke alamat IP, misalnya, 208.77.188.166/24.

Dengan pengembangan jaringan pribadi / private network, alamat IPv4 menjadi kekurangan, sekelompok alamat IP private dikhususkan oleh RFC 1918. Alamat IP private ini dapat digunakan oleh siapa saja di jaringan pribadi / private network. Mereka sering digunakan dengan Network Address Translation (NAT) untuk menyambung ke Internet umum global.

Internet Assigned Numbers Authority (IANA) yang mengelola alokasi alamat IP global. IANA bekerja bekerja sama dengan lima Regional Internet Registry (RIR) mengalokasikan blok alamat IP lokal ke Internet Registries (penyedia layanan Internet) dan lembaga lainnya.

Page 44: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

43

Alamat IP Versi 4

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat Unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.

Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.

Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

Representasi Alamat

Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Template:BrSemua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah internetwork. Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.

Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier di mana ia berada.

Alamat Unicast IP versi 4

Dalam RFC 791, alamat Unicast IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4 adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan menggunakan representasi desimal.

Page 45: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

44

Kelas

Alamat

IP

Oktet

pertamaTemplate:Br(desimal)

Oktet

pertamaTemplate:Br(biner) Digunakan oleh

Kelas A 1–126 0xxx xxxx Alamat unicast untuk jaringan

skala besar

Kelas B 128–191 1xxx xxxx

Alamat unicast untuk jaringan

skala menengah hingga skala

besar

Kelas C 192–223 110x xxxx Alamat unicast untuk jaringan

skala kecil

Kelas D 224–239 1110 xxxx Alamat multicast (bukan

alamat unicast)

Kelas E 240–255 1111 xxxx

Direservasikan;umumnya

digunakan sebagai alamat

percobaan (eksperimen);

(bukan alamat unicast)

Kelas A

Alamat-alamat unicast kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.

Kelas B

Alamat-alamat unicast kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.

Kelas C

Alamat IP unicast kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya

Page 46: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

45

(sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.

Kelas D

Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E

Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

Kelas

Alamat

Nilai oktet

pertama

Bagian untuk

Network

Identifier

Bagian untuk

Host Identifier

Jumlah jaringan

maksimum

Jumlah host dalam

satu jaringan

maksimum

Kelas A 1–126 W X.Y.Z 126 16,777,214

Kelas B 128–191 W.X Y.Z 16,384 65,534

Kelas C 192–223 W.X.Y Z 2,097,152 254

Kelas D 224-239 Multicast IP

Address

Multicast IP

Address

Multicast IP

Address Multicast IP Address

Kelas E 240-255 Dicadangkan;

eksperimen

Dicadangkan;

eksperimen

Dicadangkan;

eksperimen

Dicadangkan;

eksperimen

Catatan: Penggunaan kelas alamat IP sekarang tidak relevan lagi, mengingat sekarang alamat IP sudah tidak menggunakan kelas alamat lagi. Pengemban otoritas Internet telah melihat dengan jelas bahwa alamat yang dibagi ke dalam kelas-kelas seperti di atas sudah tidak mencukupi kebutuhan yang ada saat ini, di saat penggunaan Internet yang semakin meluas. Alamat IPv6 yang baru sekarang tidak menggunakan kelas-kelas seperti alamat IPv4. Alamat yang dibuat tanpa mempedulikan kelas disebut juga dengan classless address.

Alamat IP lainnya

Jika ada sebuah intranet tidak yang terkoneksi ke internet, semua alamat IP dapat digunakan. Jika koneksi dilakukan secara langsung (dengan menggunakan teknik routing) atau secara tidak langsung (dengan menggunakan proxy server), maka ada dua jenis alamat

Page 47: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

46

yang dapat digunakan di dalam internet, yaitu public address (alamat publik) dan private address (alamat pribadi).

Alamat publik

alamat publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh InterNIC dan berisi beberapa buah network identifier yang telah dijamin unik (artinya, tidak ada dua host yang menggunakan alamat yang sama) jika intranet tersebut telah terhubung ke Internet.

Ketika beberapa alamat publik telah ditetapkan, maka beberapa rute dapat diprogram ke dalam sebuah router sehingga lalu lintas data yang menuju alamat publik tersebut dapat mencapai lokasinya. Di internet, lalu lintas ke sebuah alamat publik tujuan dapat dicapai, selama masih terkoneksi dengan internet.

Alamat ilegal

Intranet-intranet pribadi yang tidak memiliki kemauan untuk mengoneksikan intranetnya ke internet dapat memilih alamat apapun yang mereka mau, meskipun menggunakan alamat publik yang telah ditetapkan oleh InterNIC. Jika sebuah organisasi selanjutnya memutuskan untuk menghubungkan intranetnya ke internet, skema alamat yang digunakannya mungkin dapat mengandung alamat-alamat yang mungkin telah ditetapkan oleh InterNIC atau organisasi lainnya. Alamat-alamat tersebut dapat menjadi konflik antara satu dan lainnya, sehingga disebut juga dengan illegal address, yang tidak dapat dihubungi oleh host lainnya.

Alamat Privat

Setiap node IP membutuhkan sebuah alamat IP yang secara global unik terhadap internetwork IP. Pada kasus internet, setiap node di dalam sebuah jaringan yang terhubung ke internet akan membutuhkan sebuah alamat yang unik secara global terhadap internet. Karena perkembangan internet yang sangat amat pesat, organisasi-organisasi yang menghubungkan intranet miliknya ke internet membutuhkan sebuah alamat publik untuk setiap node di dalam intranet miliknya tersebut. Tentu saja, hal ini akan membutuhkan sebuah alamat publik yang unik secara global.

Ketika menganalisis kebutuhan pengalamatan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, para desainer internet memiliki pemikiran yaitu bagi kebanyakan organisasi, kebanyakan host di dalam intranet organisasi tersebut tidak harus terhubung secara langsung ke internet. Host-host yang membutuhkan sekumpulan layanan internet, seperti halnya akses terhadap web atau e-mail, biasanya mengakses layanan internet tersebut melalui gateway yang berjalan di atas lapisan aplikasi seperti proxy server atau e-mail server. Hasilnya, kebanyakan organisasi hanya membutuhkan alamat publik dalam jumlah sedikit saja yang nantinya digunakan oleh node-node tersebut (hanya untuk proxy, router, firewall, atau translator) yang terhubung secara langsung ke internet.

Untuk host-host di dalam sebuah organisasi yang tidak membutuhkan akses langsung ke internet, alamat-alamat IP yang bukan duplikat dari alamat publik yang telah ditetapkan mutlak dibutuhkan. Untuk mengatasi masalah pengalamatan ini, para desainer internet

Page 48: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

47

mereservasikan sebagian ruangan alamat IP dan menyebut bagian tersebut sebagai ruangan alamat pribadi. Sebuah alamat IP yang berada di dalam ruangan alamat pribadi tidak akan digunakan sebagai sebuah alamat publik. Alamat IP yang berada di dalam ruangan alamat pribadi dikenal juga dengan alamat pribadi. Karena di antara ruangan alamat publik dan ruangan alamat pribadi tidak saling melakukan overlapping, maka alamat pribadi tidak akan menduplikasi alamat publik, dan tidak pula sebaliknya.

Ruangan alamat pribadi yang ditentukan di dalam RFC 1918 didefinisikan di dalam tiga blok alamat berikut:

10.0.0.0/8 172.16.0.0/12 192.168.0.0/16

10.0.0.0/8

Jaringan pribadi (private network) 10.0.0.0/8 merupakan sebuah network identifier kelas A yang mengizinkan alamat IP yang valid dari 10.0.0.1 hingga 10.255.255.254. Private network 10.0.0.0/8 memiliki 24 bit host yang dapat digunakan untuk skema subnetting di dalam sebuah organisasi privat.

172.16.0.0/12

Jaringan pribadi 172.16.0.0/12 dapat diinterpretasikan sebagai sebuah block dari 16 network identifier kelas B atau sebagai sebuah ruangan alamat yang memiliki 20 bit yang dapat ditetapkan sebagai host identifier, yang dapat digunakan dengan menggunakan skema subnetting di dalam sebuah organisasi privat. Alamat jaringan privat 17.16.0.0/12 mengizinkan alamat-alamat IP yang valid dari 172.16.0.1 hingga 172.31.255.254.

192.168.0.0/16

Jaringan pribadi 192.168.0.0/16 dapat diinterpretasikan sebagai sebuah block dari 256 network identifier kelas C atau sebagai sebuah ruangan alamat yang memiliki 16 bit yang dapat ditetapkan sebagai host identifier yang dapat digunakan dengan menggunakan skema subnetting apapun di dalam sebuah organisasi privat. Alamat private network 192.168.0.0/16 dapat mendukung alamat-alamat IP yang valid dari 192.168.0.1 hingga 192.168.255.254.

169.254.0.0/16

Alamat jaringan ini dapat digunakan sebagai alamat privat karena memang IANA mengalokasikan untuk tidak menggunakannya. Alamat IP yang mungkin dalam ruang alamat ini adalah 169.254.0.1 hingga 169.254.255.254, dengan alamat subnet mask 255.255.0.0. Alamat ini digunakan sebagai alamat IP privat otomatis (dalam Windows, disebut dengan Automatic Private Internet Protocol Addressing (APIPA)).

Page 49: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

48

Hasil dari penggunaan alamat-alamat privat ini oleh banyak organisasi adalah menghindari kehabisan dari alamat publik, mengingat pertumbuhan internet yang sangat pesat.

Karena alamat-alamat IP di dalam ruangan alamat pribadi tidak akan ditetapkan oleh Internet Network Information Center (InterNIC) (atau badan lainnya yang memiliki otoritas) sebagai alamat publik, maka tidak akan pernah ada rute yang menuju ke alamat-alamat pribadi tersebut di dalam router internet. Kompensasinya, alamat pribadi tidak dapat dijangkau dari internet. Oleh karena itu, semua lalu lintas dari sebuah host yang menggunakan sebuah alamat pribadi harus mengirim request tersebut ke sebuah gateway (seperti halnya proxy server), yang memiliki sebuah alamat publik yang valid, atau memiliki alamat pribadi yang telah ditranslasikan ke dalam sebuah alamat IP publik yang valid dengan menggunakan Network Address Translator (NAT) sebelum dikirimkan ke internet.

Alamat Multicast IP versi 4

Alamat IP Multicast (multicast IP address) adalah alamat yang digunakan untuk menyampaikan satu paket kepada banyak penerima. Dalam sebuah intranet yang memiliki alamat multicast IPv4, sebuah paket yang ditujukan ke sebuah alamat multicast akan diteruskan oleh router ke subjaringan di mana terdapat host-host yang sedang berada dalam kondisi "listening" terhadap lalu lintas jaringan yang dikirimkan ke alamat multicast tersebut. Dengan cara ini, alamat multicast pun menjadi cara yang efisien untuk mengirimkan paket data dari satu sumber ke beberapa tujuan untuk beberapa jenis komunikasi. Alamat multicast didefinisikan dalam RFC 1112.

Alamat-alamat multicast IPv4 didefinisikan dalam ruang alamat kelas D, yakni 224.0.0.0/4, yang berkisar dari 224.0.0.0 hingga 239.255.255.255. Prefiks alamat 224.0.0.0/24 (dari alamat 224.0.0.0 hingga 224.0.0.255) tidak dapat digunakan karena dicadangkan untuk digunakan oleh lalu lintas multicast dalam subnet lokal.

Daftar alamat multicast yang ditetapkan oleh IANA dapat dilihat pada situs IANA.

Alamat Broadcast IP versi 4

Alamat broadcast IP versi 4 digunakan untuk menyampaikan paket-paket data "satu-untuk-semua". Jika sebuah host pengirim yang hendak mengirimkan paket data dengan tujuan alamat broadcast, maka semua node yang terdapat di dalam segmen jaringan tersebut akan menerima paket tersebut dan memprosesnya. Berbeda dengan alamat IP unicast atau alamat IP multicast, alamat IP broadcast hanya dapat digunakan sebagai alamat tujuan saja, sehingga tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber.

Ada empat buah jenis alamat IP broadcast, yakni network broadcast, subnet broadcast, all-subnets-directed broadcast, dan Limited Broadcast. Untuk setiap jenis alamat broadcast tersebut, paket IP broadcast akan dialamatkan kepada lapisan antarmuka jaringan dengan menggunakan alamat broadcast yang dimiliki oleh teknologi antarmuka jaringan yang digunakan. Sebagai contoh, untuk jaringan Ethernet dan Token Ring, semua paket broadcast IP akan dikirimkan ke alamat broadcast Ethernet dan Token Ring, yakni 0xFF-FF-FF-FF-FF-FF.

Page 50: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

49

Network Broadcast

Alamat network broadcast IPv4 adalah alamat yang dibentuk dengan cara mengeset semua bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang menggunakan kelas (classful). Contohnya adalah, dalam NetID 131.107.0.0/16, alamat broadcast-nya adalah 131.107.255.255. Alamat network broadcast digunakan untuk mengirimkan sebuah paket untuk semua host yang terdapat di dalam sebuah jaringan yang berbasis kelas. Router tidak dapat meneruskan paket-paket yang ditujukan dengan alamat network broadcast.

Subnet broadcast

Alamat subnet broadcast adalah alamat yang dibentuk dengan cara mengeset semua bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang tidak menggunakan kelas (classless). Sebagai contoh, dalam NetID 131.107.26.0/24, alamat broadcast-nya adalah 131.107.26.255. Alamat subnet broadcast digunakan untuk mengirimkan paket ke semua host dalam sebuah jaringan yang telah dibagi dengan cara subnetting, atau supernetting. Router tidak dapat meneruskan paket-paket yang ditujukan dengan alamat subnet broadcast.

Alamat subnet broadcast tidak terdapat di dalam sebuah jaringan yang menggunakan kelas alamat IP, sementara itu, alamat network broadcast tidak terdapat di dalam sebuah jaringan yang tidak menggunakan kelas alamat IP.

All-subnets-directed broadcast

Alamat IP ini adalah alamat broadcast yang dibentuk dengan mengeset semua bit-bit network identifier yang asli yang berbasis kelas menjadi 1 untuk sebuah jaringan dengan alamat tak berkelas (classless). Sebuah paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini akan disampaikan ke semua host dalam semua subnet yang dibentuk dari network identifer yang berbasis kelas yang asli. Contoh untuk alamat ini adalah untuk sebuah network identifier 131.107.26.0/24, alamat all-subnets-directed broadcast untuknya adalah 131.107.255.255. Dengan kata lain, alamat ini adalah alamat jaringan broadcast dari network identifier alamat berbasis kelas yang asli. Dalam contoh di atas, alamat 131.107.26.0/24 yang merupakan alamat kelas B, yang secara default memiliki network identifer 16, maka alamatnya adalah 131.107.255.255.

Semua host dari sebuah jaringan dengan alamat tidak berkelas akan menengarkan dan memproses paket-paket yang dialamatkan ke alamat ini. RFC 922 mengharuskan router IP untuk meneruskan paket yang di-broadcast ke alamat ini ke semua subnet dalam jaringan berkelas yang asli. Meskipun demikian, hal ini belum banyak diimplementasikan.

Dengan banyaknya alamat network identifier yang tidak berkelas, maka alamat ini pun tidak relevan lagi dengan perkembangan jaringan. Menurut RFC 1812, penggunaan alamat jenis ini telah ditinggalkan.

Page 51: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

50

Limited broadcast

Alamat ini adalah alamat yang dibentuk dengan mengeset semua 32 bit alamat IP versi 4 menjadi 1 (11111111111111111111111111111111 atau 255.255.255.255). Alamat ini digunakan ketika sebuah node IP harus melakukan penyampaian data secara one-to-everyone di dalam sebuah jaringan lokal tetapi ia belum mengetahui network identifier-nya. Contoh penggunaanya adalah ketika proses konfigurasi alamat secara otomatis dengan menggunakan Boot Protocol (BOOTP) atau Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP). Sebagai contoh, dengan DHCP, sebuah klien DHCP harus menggunakan alamat ini untuk semua lalu lintas yang dikirimkan hingga server DHCP memberikan sewaan alamat IP kepadanya.

Semua host, yang berbasis kelas atau tanpa kelas akan mendengarkan dan memproses paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini. Meskipun kelihatannya dengan menggunakan alamat ini, paket jaringan akan dikirimkan ke semua node di dalam semua jaringan, ternyata hal ini hanya terjadi di dalam jaringan lokal saja, dan tidak akan pernah diteruskan oleh router IP, mengingat paket data dibatasi saja hanya dalam segmen jaringan lokal saja. Karenanya, alamat ini disebut sebagai limited broadcast.

Alamat IP Versi 6

Berbeda dengan IPv4 yang hanya memiliki panjang 32-bit (jumlah total alamat yang dapat dicapainya mencapai 4,294,967,296 alamat), IPv6 memiliki panjang 128-bit. IPv4, meskipun total alamatnya mencapai 4 miliar, pada kenyataannya tidak sampai 4 miliar alamat, karena ada beberapa limitasi, sehingga implementasinya saat ini hanya mencapai beberapa ratus juta saja. IPv6, yang memiliki panjang 128-bit, memiliki total alamat yang mungkin hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke depan), dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing.

Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCP Server sebagai pengatur alamat otomatis. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static address, maka dalam IPv6, konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP Server dinamakan dengan stateful address configuration, sementara jika konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan dengan stateless address configuration.

Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi (high-order bit) sebagai alamat jaringan sementara bit-bit pada tingkat rendah (low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal serupa. Dalam IPv6, bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet mask, yang ada hanyalah Format Prefix.

Pengalamatan IPv6 didefinisikan dalam RFC 2373.

Page 52: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

51

Format Alamat

Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format.

Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:

00100001110110100000000011010011000000000000000000101111001110110000001010101010000000001111111111111110001010001001110001011010

Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16-bit:

0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000 0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010

Lalu, setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut:

21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A

Penyederhanaan bentuk alamat

Alamat di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit di atas, dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi:

21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A

Konvensi pengalamatan IPv6 juga mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yakni dengan membuang banyak karakter 0, pada sebuah alamat yang banyak angka 0-nya. Jika sebuah alamat IPv6 yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal format mengandung beberapa blok 16-bit dengan angka 0, maka alamat tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan tanda dua buah titik dua (::). Untuk menghindari kebingungan, penyederhanaan alamat IPv6 dengan cara ini sebaiknya hanya digunakan sekali saja di dalam satu alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan berapa banyak bit 0 yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik dua (::) yang terdapat dalam alamat tersebut. Tabel berikut mengilustrasikan cara penggunaan hal ini.

Page 53: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

52

Alamat asli Alamat asli yang

disederhanakan

Alamat setelah

dikompres

FE80:0000:0000:0000:02AA:00FF:FE9A:4CA2 FE80:0:0:0:2AA:FF:FE9A:4CA2 FE80::2AA:FF:FE9A:4CA2

FF02:0000:0000:0000:0000:0000:0000:0002 FF02:0:0:0:0:0:0:2 FF02::2

Untuk menentukan berapa banyak bit bernilai 0 yang dibuang (dan digantikan dengan tanda dua titik dua) dalam sebuah alamat IPv6, dapat dilakukan dengan menghitung berapa banyak blok yang tersedia dalam alamat tersebut, yang kemudian dikurangkan dengan angka 8, dan angka tersebut dikalikan dengan 16. Sebagai contoh, alamat FF02::2 hanya mengandung dua blok alamat (blok FF02 dan blok 2). Maka, jumlah bit yang dibuang adalah (8-2) x 16 = 96 buah bit.

Format Prefix

Dalam IPv4, sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga memiliki angka prefiks, tapi tidak didugnakan untuk merujuk kepada subnet mask, karena memang IPv6 tidak mendukung subnet mask.

Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki nilai-nilai yang tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier. Prefiks dalam IPv6 direpesentasikan dengan cara yang sama seperti halnya prefiks alamat IPv4, yaitu [alamat]/[angka panjang prefiks]. Panjang prefiks mementukan jumlah bit terbesar paling kiri yang membuat prefiks subnet. Sebagai contoh, prefiks sebuah alamat IPv6 dapat direpresentasikan sebagai berikut:

3FFE:2900:D005:F28B::/64

Pada contoh di atas, 64 bit pertama dari alamat tersebut dianggap sebagai prefiks alamat, sementara 64 bit sisanya dianggap sebagai interface ID.

Jenis-jenis Alamat IPv6

IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yakni sebagai berikut:

Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan.

Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama. Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-to-many.

Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data kepada anggota terdekat dari sebuah group. Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-to-one-of-many. Alamat ini juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host biasa.

Page 54: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

53

Jika dilihat dari cakupan alamatnya, alamat unicast dan anycast terbagi menjadi alamat-alamat berikut:

Link-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam satu subnet.

Site-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam sebuah intranet.

Global Address, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam Internet IPv6.

Sementara itu, cakupan alamat multicast dimasukkan ke dalam struktur alamat.

Unicast Address

Alamat unicast IPv6 dapat diimplementasikan dalam berbagai jenis alamat, yakni:

Alamat unicast global Alamat unicast site-local Alamat unicast link-local Alamat unicast yang belum ditentukan (unicast unspecified address) Alamat unicast loopback Alamat Unicast 6to4 Alamat Unicast ISATAP

Unicast global addresses

Alamat unicast global IPv6 mirip dengan alamat publik dalam alamat IPv4. Dikenal juga sebagai Aggregatable Global Unicast Address. Seperti halnya alamat publik IPv4 yang dapat secara global dirujuk oleh host-host di Internet dengan menggunakan proses routing, alamat ini juga mengimplementasikan hal serupa. Struktur alamat IPv6 unicast global terbagi menjadi topologi tiga level (Public, Site, dan Node).

Field Panjang Keterangan

001 3 bit Berfungsi sebagai tanda pengenal alamat, bahwa alamat ini adalah

sebuah alamat IPv6 Unicast Global.

Top Level

Aggregation

Identifier (TLA ID)

13 bit

Berfungsi sebagai level tertinggi dalam hierarki routing. TLA ID diatur

oleh Internet Assigned Name Authority (IANA), yang

mengalokasikannya ke dalam daftar Internet registry, yang kemudian

mengolasikan sebuah TLA ID ke sebuah ISP global.

Res 8 bit Direservasikan untuk penggunaan pada masa yang akan datang

(mungkin untuk memperluas TLA ID atau NLA ID).

Next Level

Aggregation 24 bit Berfungsi sebagai tanda pengenal milik situs (site) kustomer tertentu.

Page 55: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

54

Identifier (NLA ID)

Site Level

Aggregation

Identifier (SLA ID)

16 bit

Mengizinkan hingga 65536 (216) subnet dalam sebuah situs individu. SLA

ID ditetapkan di dalam sebuah site. ISP tidak dapat mengubah bagian

alamat ini.

Interface ID 64 bit Berfungsi sebagai alamat dari sebuah node dalam subnet yang spesifik

(yang ditentukan oleh SLA ID).

Unicast site-local addresses

Alamat unicast site-local IPv6 mirip dengan alamat privat dalam IPv4. Ruang lingkup dari sebuah alamat terdapat pada internetwork dalam sebuah site milik sebuah organisasi. Penggunaan alamat unicast global dan unicast site-local dalam sebuah jaringan adalah mungkin. Prefiks yang digunakan oleh alamat ini adalah FEC0::/48.

Field Panjang Keterangan

111111101100000000000000000000000000000000000000 48 bit Nilai ketetapan alamat unicast

site-local

Subnet Identifier 16 bit

Mengizinkan hingga 65536

(216) subnet dalam sebuah

struktur subnet datar.

Administrator juga dapat

membagi bit-bit yang yang

memiliki nilai tinggi (high-order

bit) untuk membuat sebuah

infrastruktur routing hierarkis.

Interface Identifier 64 bit

Berfungsi sebagai alamat dari

sebuah node dalam subnet

yang spesifik.

Unicast link-local address

Alamat unicast link-local adalah alamat yang digunakan oleh host-host dalam subnet yang sama. Alamat ini mirip dengan konfigurasi APIPA (Automatic Private Internet Protocol Addressing) dalam sistem operasi Microsoft Windows XP ke atas. host-host yang berada di dalam subnet yang sama akan menggunakan alamat-alamat ini secara otomatis agar dapat berkomunikasi. Alamat ini juga memiliki fungsi resolusi alamat, yang disebut dengan Neighbor Discovery. Prefiks alamat yang digunakan oleh jenis alamat ini adalah FE80::/64.

Page 56: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

55

Field Panjan

g

Keteranga

n

111111101000000000000000000000000000000000000000000000000000000

0 64 bit

Berfungsi

sebagai

tanda

pengenal

alamat

unicast

link-local.

Interface ID 64 bit

Berfungsi

sebagai

alamat dari

sebuah

node

dalam

subnet

yang

spesifik.

Unicast unspecified address

Alamat Unicast yang belum ditentukan adalah alamat yang belum ditentukan oleh seorang administrator atau tidak menemukan sebuah DHCP Server untuk meminta alamat. Alamat ini sama dengan alamat IPv4 yang belum ditentukan, yakni 0.0.0.0. Nilai alamat ini dalam IPv6 adalah 0:0:0:0:0:0:0:0 atau dapat disingkat menjadi dua titik dua (::).

Unicast Loopback Address

Alamat unicast loopback adalah sebuah alamat yang digunakan untuk mekanisme interprocess communication (IPC) dalam sebuah host. Dalam IPv4, alamat yang ditetapkan adalah 127.0.0.1, sementara dalam IPv6 adalah 0:0:0:0:0:0:0:1, atau ::1.

Unicast 6to4 Address

Alamat unicast 6to4 adalah alamat yang digunakan oleh dua host IPv4 dan IPv6 dalam Internet IPv4 agar dapat saling berkomunikasi. Alamat ini sering digunakan sebagai pengganti alamat publik IPv4. Alamat ini aslinya menggunakan prefiks alamat 2002::/16, dengan tambahan 32 bit dari alamat publik IPv4 untuk membuat sebuah prefiks dengan panjang 48-bit, dengan format 2002:WWXX:YYZZ::/48, di mana WWXX dan YYZZ adalah representasi dalam notasi colon-decimal format dari notasi dotted-decimal format w.x.y.z dari alamat publik IPv4. Sebagai contoh alamat 157.60.91.123 diterjemahkan menjadi 2002:9D3C:5B7B::/48.

Page 57: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

56

Meskipun demikian, alamat ini sering ditulis dalam format IPv6 Unicast global address, 2002:WWXX:YYZZ:SLA ID:Interface ID.

Unicast ISATAP Address

Alamat Unicast ISATAP adalah sebuah alamat yang digunakan oleh dua host IPv4 dan IPv6 dalam sebuah Intranet IPv4 agar dapat saling berkomunikasi. Alamat ini menggabungkan prefiks alamat unicast link-local, alamat unicast site-local atau alamat unicast global (yang dapat berupa prefiks alamat 6to4) yang berukuran 64-bit dengan 32-bit ISATAP Identifier (0000:5EFE), lalu diikuti dengan 32-bit alamat IPv4 yang dimiliki oleh interface atau sebuah host. Prefiks yang digunakan dalam alamat ini dinamakan dengan subnet prefix. Meski alamat 6to4 hanya dapat menangani alamat IPv4 publik saja, alamat ISATAP dapat menangani alamat pribadi IPv4 dan alamat publik IPv4.

Multicast Address

Alamat multicast IPv6 sama seperti halnya alamat multicast pada IPv4. Paket-paket yang ditujukan ke sebuah alamat multicast akan disampaikan terhadap semua interface yang dikenali oleh alamat tersebut. Prefiks alamat yang digunakan oleh alamat multicast IPv6 adalah FF00::/8.

Field Panjang Keterangan

1111

1111 8 bit Tanda pengenal bahwa alamat ini adalah alamat multicast.

Flags 4 bit

Berfungsi sebagai tanda pengenal apakah alamat ini adalah alamat transient atau

bukan. Jika nilainya 0, maka alamat ini bukan alamat transient, dan alamat ini

merujuk kepada alamat multicast yang ditetapkan secara permanen. Jika nilainya 1,

maka alamat ini adalah alamat transient.

Scope 4 bit Berfungsi untuk mengindikasikan cakupan lalu lintas multicast, seperti halnya

interface-local, link-local, site-local, organization-local atau global.

Group

ID 112 bit Berfungsi sebagai tanda pengenal group multicast

Anycast Address

Alamat Anycast dalam IPv6 mirip dengan alamat anycast dalam IPv4, tapi diimplementasikan dengan cara yang lebih efisien dibandingkan dengan IPv4. Umumnya, alamat anycast digunakan oleh Internet Service Provider (ISP) yang memiliki banyak klien. Meskipun alamat anycast menggunakan ruang alamat unicast, tapi fungsinya berbeda daripada alamat unicast.

Page 58: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

57

IPv6 menggunakan alamat anycast untuk mengidentifikasikan beberapa interface yang berbeda. IPv6 akan menyampaikan paket-paket yang dialamatkan ke sebuah alamat anycast ke interface terdekat yang dikenali oleh alamat tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan alamat multicast, yang menyampaikan paket ke banyak penerima, karena alamat anycast akan menyampaikan paket kepada salah satu dari banyak penerima.

Perbandingan Alamat IPv6 dan IPv4

Tabel berikut menjelaskan perbandingan karakteristik antara alamat IP versi 4 dan alamat IP versi 6.

Kriteria Alamat IP versi 4 Alamat IP versi 6

Panjang alamat 32 bit 128 bit

Jumlah total host

(teoritis) 232=±4 miliar host 2128

Menggunakan

kelas alamat

Ya, kelas A, B, C, D, dan E. Template:BrBelakangan tidak

digunakan lagi, mengingat telah tidak relevan dengan

perkembangan jaringan Internet yang pesat.

Tidak

Alamat multicast Kelas D, yaitu 224.0.0.0/4 Alamat multicast

IPv6, yaitu FF00:/8

Alamat broadcast Ada Tidak ada

Alamat yang

belum ditentukan 0.0.0.0 ::

Alamat loopback 127.0.0.1 ::1

Alamat IP publik Alamat IP publik IPv4, yang ditetapkan oleh otoritas

Internet (IANA)

Alamat IPv6 unicast

global

Alamat IP pribadi Alamat IP pribadi IPv4, yang ditetapkan oleh otoritas

Internet

Alamat IPv6 unicast

site-local

(FEC0::/48)

Konfigurasi alamat

otomatis Ya (APIPA)

Alamat IPv6 unicast

link-local

(FE80::/64)

Page 59: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

58

Representasi

tekstual Dotted decimal format notation

Colon hexadecimal

format notation

Fungsi Prefiks Subnet mask atau panjang prefiks Panjang prefiks

Resolusi alamat

DNS A Resource Record (Single A)

AAAA Resource

Record (Quad A)

ALAT & BAHAN

2 Unit komputer yang saling terhubung (peer-to-peer)

Kabell UTP

OS yang digunakan adalah Windows 7

LANGKAH KERJA

1. Lakukan konfigurasi terhadap komputer yang saling terhubung (peer-to-peer) a. Komputer 1

i. IP Address : 192.168.1.1 ii. Subnet Mask : 255.255.255.0

b. Komputer 2 i. IP Address : 192.168.1.1

ii. Subnet Mask : 255.255.255.0 2. Lakukan perintah pinging dari komputer 1. Dan lakukan hal berikut untuk melihat

pesan yang didapatkan dari perintah pinging : a. Pinging biasa b. Pinging Network Address c. Pinging IP yang tidak ada dalam 1 network d. Pinging ke komputer 2 dengan kondisi kabel UTP dilepas e. Pinging ke komputer 2 dengan kondisi network sudah berbeda

i. Komputer 1 1. IP Address : 192.168.1.1 2. Subnet Mask : 255.255.255.0

ii. Komputer 2 1. IP Address : 192.168.1.50 2. Subnet Mask : 255.255.255.224

f. Pinging ke IPv4 tetapi menggunakan opsi untuk IPv6 3. Lakukan analisa terhadap pesan yang ditampilkan perintah ping.

Page 60: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

59

HASIL PENGAMATAN

1. Reply from…

Pesan “Reply from…” merupakan satu – satunya yang menandakan bahwa komputer sedang terhubung ke komputer lain.

2. Destination host unreachable

Pesan “Destination host unreachable” menandakan bahwa IP yang di ping tidak bisa dicapai. Dalam hal ini Network address tidak dapat dicapai dalam melakukan ping. Berbeda dengan Windows XP pesan yang akan muncul jika kita melakukan ping terhadap Network address yaitu “Bad…”

Page 61: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

60

3. Request timed out

Pesan “Request timed out” menandakan bahwa IP yang di pinging tidak terhubung dengan komputer yang melakukan pinging. Hal ini dikarenakan respon yang terlalu lama dari IP yang di pinging.

4. General Faliure

Pesan “General failure” seperti halnya pesan “Request timed out” tapi dalam hal ini bukan respon yang lama dari IP yang di pinging melainkan tidak adanya hardware yang terkoneksi dari komputer yang melakukan pinging maupun komputer yang menjadi tujuan pinging.

Page 62: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

61

5. Transmit failed, General Faliure

Pesan “Transmit failure, General failure” menandakan bahwa ada kegagalan pengiriman data. Dalam hal ini kegagalan pengiriman data dikarenakan IP yang di pinging sudak tidak satu network lagi dengan komputer yang melakukan pinging sehingga menjadikan hal ini “General failure”.

6. Please check the name and try again

Pesan “Please check the name and try again” menandakan bahwa ada kesalahan dalam IP address yang akan di pinging. Jadi ada opsi tambahan khusus jika kita akan melakukan pinging terhadap IPv6 dan tidak diizinkan untuk memasukan format IPv4.

Page 63: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

62

KESIMPULAN

Perintah pinging pada umumnya akan menampilkan pesan kesalahan

berupa bacaan RTO atau General Failure. Dan hanya ada 1 pesan dari

perintah ping yang menunjukan bahwa komputer 1 terhubung dengan

komputer lainnya.

Page 64: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

63

Program Studi : TKJ

CIDR

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 6

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi CIDR.

Siswa dapat melakukan proses subnetting melalui metode CIDR.

PENDAHULUAN

Pada tahun 1992 lembaga IEFT memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP Address yang dinamakan supernetting atau classless inter domain routing (CIDR), metode ini menggunakan notasi prefix dengan panjang notasi tertentu sebagai network prefix, panjang notasi prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai Network ID, metode CIDR dengan notasi prefix dapat diterapkan pada semua kelas IP Address sehingga hal ini memudahkan dan lebih efektif. Menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan pembagian IP address yang tidak berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai. Sebelum kita melakukan perhitungan IP address menggunakan metode CIDR berikut ini adalah nilai subnet yang dapat dihitung dan digunakan.

Subnet Mask CIDR Subnet Mask CIDR

255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20

255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21

255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22

255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23

255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24

255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25

255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26

255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27

255.255.128.0 /17 255.255.255.240 /28

255.255.192.0 /18 255.255.255.248 /29

255.255.224.0 /19 255.255.255.252 /30

Catatan penting dalam subnetting ini adalah penggunaan oktat pada subnet mask dimana :

Untuk IP Address kelas C yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada oktat terakhir karena pada IP Address kelas C subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0

Page 65: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

64

Untuk IP Address kelas B yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 2 oktat terakhir karena pada IP Address kelas B subnet mask default-nya adalah 255.255.0.0

Untuk IP Address kelas A yang dapat dilakukan CIDR-nya adalah pada 3 oktat terakhir karena IP Address kelas A subnet mask default-nya adalah 255.0.0.0 untuk lebih jelasnya dapat kita lakukan perhitungan pada contoh IP Address berikut ini :

Diketahui IP Address 130.20.0.0/20 yang ingin diketahui dari suatu subnet dan IP Address adalah : 1. Berapa jumlah subnet-nya ? 2. Berapa jumlah host per subnet ? 3. Berapa jumlah blok subnet ? 4. Alamat Broadcast ? Untuk dapat menghitung beberpa pertanyaan diatas maka dapat digunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Untuk menghitung jumlah subnet = (2x) (2x) = (24) = 16 subnet Dimana x adalah banyak angka binary 1 pada subnet mask di 2 oktat terakhir : 130.20.0.0/20, yang kita ubah adalah /20 menjadi bilangan binary 1 sebanyak 20 digit sehingga (banyaknya angka binary 1 yang berwarna merah) dan jumlah angka binary pada 2 oktat terakhir adalah 4 digit

/20 11111111 11111111 11110000 00000000

Decimal 255 255 240 0

Untuk menghitung jumlah host per subnet = (2y-2) (2y-2) = (212-2) = 4094 host Dimana y adalah banyaknya angka binary 0 pada subnet mask di 2 oktat terakhir (banyaknya angka binary 0 yang berwarna hijau) dan jumlah angka binary pada 2 oktat terakhir adalah 12 digit

/20 11111111 11111111 11110000 00000000

Decimal 255 255 240 0

Untuk menghitung jumlah blok subnet = (256-nilai decimal 2 oktat terakhir pada subnet) sehingga = (256-240)= 16 0 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240 Hasil pengurangan tersebut kemudian menjadi nilai kelipatan sampai nilainya sama dengan nilai pada 2 oktat terakhir di subnet mask, yaitu : 16+16 dan seterusnya hingga 240, kelipatan 16 adalah : 0 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240 Dari hasil perhitungan diatas maka dapat kita simpulkan : Untuk IP Address 130.20.0.0/20

Page 66: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

65

Jumlah subnet-nya = 16 Jumlah host per subnetnya = 4094 host Jumlah blok subnetnya sebanyak 16 blok yaitu 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208 224 240

Selanjutnya dari nilai CIDR tersebut dapat kita bagi lagi menjadi blok subnet baru hal ini dapat dilakukan dengan metode VLSM.

ALAT & BAHAN

1 Buah buku

Alat tulis

Kalkulator (Jika diperlukan)

LANGKAH KERJA

1. Kerjakan soal yang telah diberikan yaitu : a. Network awal adalah 172.16.16.0/24. Buatlah menjadi 12 subnetwork dan

tentukan alokasinya ! b. Network awal adalah 192.168.20.64/26. Buatlah subnetwork dengan masing

– masing subnetwork berisi 30 host dan tentukan alokasinya ! c. Network awal adalah 172.18.20.32/27. Buatlah menjadi 6 subnetwork dan

tentukan alokasinya ! d. Network awal adalah 192.168.12.16/28. Buatlah subnetwork dengan masing

– masing subnetwork berisi 120 host dan tentukan alokasinya ! e. Network awal adalah 172.19.18.128/25. Buatlah menjadi 9 subnetwork dan

tentukan alokasinya ! 2. Setelah selesai cantumkan hasil perhitungan ke dalam laporan.

HASIL PENGAMATAN

1. Network awal adalah 172.16.16.0/24. Buatlah menjadi 12 subnetwork dan tentukan alokasinya !

Jawab :

Network address : 172.16.16.0/24

Broadcast address : 172.16.16.255/24

Panjang subnet : 16 host

Alokasi :

o 172.16.16.0/28 – 172.16.16.15/28 o 172.16.16.16/28 – 172.16.16.31/28 o 172.16.16.32/28 – 172.16.16.47/28

Page 67: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

66

o 172.16.16.48/28 – 172.16.16.63/28 o 172.16.16.64/28 – 172.16.16.79/28 o 172.16.16.80/28 – 172.16.16.95/28 o 172.16.16.96/28 – 172.16.16.111/28 o 172.16.16.112/28 – 172.16.16.127/28 o 172.16.16.128/28 – 172.16.16.143/28 o 172.16.16.144/28 – 172.16.16.159/28 o 172.16.16.160/28 – 172.16.16.175/28 o 172.16.16.176/28 – 172.16.16.191/28 o 172.16.16.192/28 – 172.16.16.207/28 o 172.16.16.208/28 – 172.16.16.223/28 o 172.16.16.224/28 – 172.16.16.239/28 o 172.16.16.240/28 – 172.16.16.255/28

2. Network awal adalah 192.168.20.64/26. Buatlah subnetwork dengan masing – masing subnetwork berisi 30 host dan tentukan alokasinya !

Jawab :

Network address : 192.168.20.64/26

Broadcast address : 192.168.20.127/26

Panjang subnet : 32 host

Alokasi :

o 192.168.20.64/27 – 192.168.20.95/27 o 192.168.20.96/27 – 192.168.20.127/27

3. Network awal adalah 172.18.20.32/27. Buatlah menjadi 6 subnetwork dan tentukan alokasinya !

Jawab :

Network address : 172.18.20.32/27

Broadcast address : 172.18.20.63/27

Panjang subnet : 4 host

Alokasi :

o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30 o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30 o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30

Page 68: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

67

o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30 o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30 o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30 o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30 o 172.18.20.32/30 – 172.18.20.35/30

4. Network awal adalah 192.168.12.16/28. Buatlah subnetwork dengan masing – masing subnetwork berisi 120 host dan tentukan alokasinya !

Soal tidak memungkinkan untuk diselesaikan.

5. Network awal adalah 172.19.18.128/25. Buatlah menjadi 9 subnetwork dan tentukan alokasinya !

Jawab :

Network address : 172.19.18.32/25

Broadcast address : 172.19.18.63/25

Panjang subnet : 8 host

Alokasi :

o 172.19.18.128/29 – 172.19.18.135/29 o 172.19.18.136/29 – 172.19.18.143/29 o 172.19.18.144/29 – 172.19.18.151/29 o 172.19.18.152/29 – 172.19.18.159/29 o 172.19.18.160/29 – 172.19.18.167/29 o 172.19.18.168/29 – 172.19.18.175/29 o 172.19.18.176/29 – 172.19.18.183/29 o 172.19.18.184/29 – 172.19.18.191/29 o 172.19.18.192/29 – 172.19.18.199/29 o 172.19.18.200/29 – 172.19.18.207/29 o 172.19.18.208/29 – 172.19.18.215/29 o 172.19.18.216/29 – 172.19.18.223/29 o 172.19.18.224/29 – 172.19.18.231/29 o 172.19.18.232/29 – 172.19.18.239/29 o 172.19.18.240/29 – 172.19.18.147/29 o 172.19.18.248/29 – 172.19.18.255/29

Page 69: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

68

KESIMPULAN

Metode CIDR sangat tepat untuk diimplementasikan pada kasus subnetting yang

membutuhkan jumlah host yang sama besar di setiap subnetworknya.

Metode CIDR bisa digunakan pada kasus subnetting yang setiap subnetworknya tidak

memiliki jumlah host yang sama besar. Tetapi ini tidak akan efektif.

Page 70: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

69

Program Studi : TKJ

VLSM

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 7

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi VLSM.

Siswa dapat melakukan proses subnetting melalui metode VLSM.

PENDAHULUAN

Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM). Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.

Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4

Page 71: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

70

(BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

Misalkan kita memiliki empat buah network dengan jumlah host yang berbeda-beda untuk tiap networknya. Net-A (14 host), Net-B (30 host), Net-C (20 host) dan Net-D (6 Host). Ip yang digunakan adalah 192.168.100.xx . Bagaimana kita membuat subnet dengan menggunakan VLSM? Langkah 1 Tentukan terlebih dahulu urutan network dengan jumlah host terbanyak dan subnet yang akan digunakan. Dalam kasus ini urutan network mulai dari host terbanyak adalah Net-B, Net-C, Net A dan Net-D. Bila dilihat jumlah host terbanyak yaitu pada Net-B, bandingkan dan pilihlah subnet yang memiliki selisih paling sedikit atau sama antara host per subnet dengan host terbanyak.

CIDR Host per subnet Blok subnet

/26 62 64

/27 30 32

/28 14 16

/29 6 8

/30 2 4

Langkah 2 Buat blok-subnet dari subnet yang sudah dipilih Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64 192.168.100.96 Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65 192.168.100.97 Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94 192.168.100.126 Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95 192.168.100.127 Bila kita menggunakan subnet secara langsung, maka kita membutuhkan 4 blok-subnet untuk menghubungkan keempat network tersebut. Berbeda halnya bila kita menggunakan VLSM. Langkah 3 Bila menggunakan VLSM maka kita perlu untuk menentukan subnet yang akan digunakan untuk masing – masing network.

CIDR Host per subnet Blok subnet Network

/26 62 64 -

/27 30 32 B dan C

/28 14 16 A

/29 6 8 D

/30 2 4 -

Page 72: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

71

Langkah 4 Menentukan jumlah blok-subnet yang baru. Berdasarkan blok-subnet pada langlah 2, kita memilih blok-subnet baru yang dapat menampung seluruh host dalam network A, B, C dan D. Perlu diingat bahwa satu blok-subnet dapat menampung 30 host.

Net-B Net-C Net-A dan Net-D

Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64

IP pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65

IP terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94

Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95

Net-B menempati satu blok-subnet karena jumlah host = jumlah host per subnet (30=30). Net-C menempati satu blok-subnet karena jumlah host mendekati jumlah host per subnet (20 > 30). Net-A dan Net-D menempati satu blok-subnet karena jumlah host dari kedua network tersebut hasilnya mendekati jumlah host per subnet (14 + 6 > 30). Langkah 5 Menentukan subnet untuk VLSM. Blok-subnet untuk net-B dan net-C sudah tidak perlu lagi dipersoalkan tinggal bagaimana blok-subnet untuk net-A dan net-D. Berdasarkan langkah 3 kita menggunakan /28 untuk net-A dan /29 untuk net-B. Berikut blok-subnet yang digunakan oleh net-A.

Net-A

Subnet VLSM 192.168.100.64 192.168.100.80

IP pertama 192.168.100.65 192.168.100.81

IP terakhir 192.168.100.78 192.168.100.94

Broadcast 192.168.100.79 192.168.100.95

Perhatikan, lompatan blok-subnet untuk net-A langsung menggunakan 64 tidak menggunakan 0 , 16, 32, 48 karena sudah digunakan oleh net-B dan net-C. Jumlah host per subnet yang digunakan untuk net-A pun sesuai dengan format subnet yang digunakan yaitu 14. Blok-subnet kedua dari /28 pada net-A digunakan oleh net-B dengan format berbeda yaitu /29, dengan alasan yang sama maka lompatan bloksubnet untuk net-B langsung 80, sehingga blok-subnet yang baru untuk net-B yaitu :

Net-B

Subnet VLSM 192.168.100.80

IP pertama 192.168.100.81

IP terakhir 192.168.100.86

Page 73: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

72

Broadcast 192.168.100.87

Secara lengkap subnet yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

Net-B 192.168.100.0 /27

Net-C 192.168.100.32 /27

Net-A 192.168.100.64 /28

Net-D 192.168.100.80 /29

Bukti bahwa perhitungan subnet sudah benar adalah Network ID pada masing-masing netwok berbeda sehingga tidak terjadi overlapping.

ALAT & BAHAN

1 Buah buku

Alat tulis

Kalkulator (Jika diperlukan)

LANGKAH KERJA

1. Kerjakan soal yang telah diberikan yaitu :

a. Dari network 192.20.20.0/24 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network : i. Network A berjumlah 35 PC

ii. Network B berjumlah 65 PC iii. Network C berjumlah 7 PC iv. Network D berjumlah 12 PC v. Network E berjumlah 14 PC

b. Dari network 192.20.0.0/21 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network : i. Network A berjumlah 200 PC

ii. Network B berjumlah 150 PC iii. Network C berjumlah 250 PC iv. Network D berjumlah 190 PC v. Network E berjumlah 300 PC

vi. Network F berjumlah 100 PC vii. Network G berjumlah 112 PC

c. Dari network 192.40.0.0/23 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :

i. Network A berjumlah 50 PC ii. Network B berjumlah 100 PC

iii. Network C berjumlah 28 PC iv. Network D berjumlah 20 PC v. Network E berjumlah 10 PC

2. Setelah selesai cantumkan hasil perhitungan ke dalam laporan.

Page 74: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

73

HASIL PENGAMATAN

1. Dari network 192.20.20.0/24 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :

1. Network A berjumlah 35 PC 2. Network B berjumlah 65 PC 3. Network C berjumlah 7 PC 4. Network D berjumlah 12 PC 5. Network E berjumlah 14 PC

Jawab :

Definisi range setiap network.

Network Jumlah Host Masking

A 35 /26

B 65 /25

C 7 /28

D 12 /28

E 14 /28

Pengurutan prioritas subnetwork.

Network Masking

B /25

A /26

E /28

D /28

C /28

Range network dari setiap subnetwork.

Network Range Network

B 192.20.20.0/25 – 192.20.20.127/25

A 192.20.20.128/26 – 192.20.20.191/26

E 192.20.20.192/28 – 192.20.20.207/28

D 192.20.20.208/28 – 192.20.20.223/28

C 192.20.20.224/28 – 192.20.20.239/28

Sisa IP Address yaitu :

192.20.20.239 – 192.20.20.255

2. Dari network 192.20.0.0/21 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :

Page 75: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

74

1. Network A berjumlah 200 PC 2. Network B berjumlah 150 PC 3. Network C berjumlah 250 PC 4. Network D berjumlah 190 PC 5. Network E berjumlah 300 PC 6. Network F berjumlah 100 PC 7. Network G berjumlah 112 PC

Jawab :

Definisi range setiap network.

Network Jumlah Host Masking

A 200 /24

B 150 /24

C 250 /24

D 190 /24

E 300 /23

F 100 /25

G 112 /25

Pengurutan prioritas subnetwork.

Network Masking

E /23

C /24

A /24

D /24

B /24

G /25

F /25

Range network dari setiap subnetwork.

Network Range Network

E 192.20.0.0/23 – 192.20.1.255/23

C 192.20.2.0/24 – 192.20.2.255/24

A 192.20.3.0/24 – 192.20.3.255/24

D 192.20.4.0/24 – 192.20.4.255/24

B 192.20.5.0/24 – 192.20.5.255/24

G 192.20.6.0/25 – 192.20.6.127/25

F 192.20.6.128/25 – 192.20.6.255/25

Sisa IP Address yaitu :

192.20.7.0 – 192.20.7.255

Page 76: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

75

3. Dari network 192.40.0.0/23 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :

1. Network A berjumlah 50 PC 2. Network B berjumlah 100 PC 3. Network C berjumlah 28 PC 4. Network D berjumlah 20 PC 5. Network E berjumlah 10 PC

Jawab :

Definisi range setiap network.

Network Jumlah Host Masking

A 50 /26

B 100 /25

C 28 /27

D 20 /27

E 10 /28

Pengurutan prioritas subnetwork.

Network Masking

B /25

A /26

C /27

D /27

E /28

Range network dari setiap subnetwork.

Network Range Network

B 192.40.0.0/25 – 192.40.0.127/25

A 192.40.0.128/26 – 192.40.0.191/26

C 192.40.0.192/27 – 192.40.0.223/27

D 192.40.0.224/27 – 192.40.0.255/27

E 192.40.1.0/28 – 192.40.1.15/28

Sisa IP Address yaitu :

192.40.1.16 – 192.40.1.255

Page 77: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

76

KESIMPULAN

Metode VLSM pada dasarnya menggunakan metode CIDR tetapi di sini lebih

ditentukan prioritas suatu subnetwork untuk menggunakan subnet mask yang besar

atau tidak. Tidak seperti CIDR yang menyamakan semua nilai subnet mask untuk

semua subnetwork.

Metode VLSM sangat cocok digunakan untuk network yang memiliki subnetwork

yang berukuran berbeda – beda.

Page 78: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

77

Program Studi : TKJ

Subnetting

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 8

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi subnetting.

Siswa dapat melakukan proses subnetting.

Siswa dapat melakukan pengujian subnetting pada komputer.

PENDAHULUAN

Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.

RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:

Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1. Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.

Representasi Subnet Mask

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:

Notasi Desimal Bertitik Notasi Panjang Prefiks Jaringan

Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network

Page 79: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

78

identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.

Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:

<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>

Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal)

Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0

Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0

Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0

Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:

138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask

Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:

/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>

Kelas alamat

Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal)

Prefix Length

Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8

Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16

Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.

Page 80: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

79

Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Menentukan alamat Network Identifier

Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.

Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.

Contoh:

Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026) Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000) ------------------------------------------------------------------ Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Tabel Pembuatan subnet

Subnetting Alamat IP kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.

Jumlah subnet (segmen jaringan)

Jumlah subnet bit

Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

1-2 1 255.128.0.0 atau /9 8388606

3-4 2 255.192.0.0 atau /10 4194302

5-8 3 255.224.0.0 atau /11 2097150

9-16 4 255.240.0.0 atau /12 1048574

17-32 5 255.248.0.0 atau /13 524286

Page 81: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

80

33-64 6 255.252.0.0 atau /14 262142

65-128 7 255.254.0.0 atau /15 131070

129-256 8 255.255.0.0 atau /16 65534

257-512 9 255.255.128.0 atau /17 32766

513-1024 10 255.255.192.0 atau /18 16382

1025-2048 11 255.255.224.0 atau /19 8190

2049-4096 12 255.255.240.0 atau /20 4094

4097-8192 13 255.255.248.0 atau /21 2046

8193-16384 14 255.255.252.0 atau /22 1022

16385-32768 15 255.255.254.0 atau /23 510

32769-65536 16 255.255.255.0 atau /24 254

65537-131072 17 255.255.255.128 atau /25

126

131073-262144 18 255.255.255.192 atau /26

62

262145-524288 19 255.255.255.224 atau /27

30

524289-1048576 20 255.255.255.240 atau /28

14

1048577-2097152

21 255.255.255.248 atau /29

6

2097153-4194304

22 255.255.255.252 atau /30

2

Subnetting Alamat IP kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.

Jumlah subnet/ segmen jaringan

Jumlah subnet bit Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

1-2 1 255.255.128.0 atau /17 32766

3-4 2 255.255.192.0 atau /18 16382

5-8 3 255.255.224.0 atau /19 8190

9-16 4 255.255.240.0 atau /20 4094

17-32 5 255.255.248.0 atau /21 2046

33-64 6 255.255.252.0 atau /22 1022

65-128 7 255.255.254.0 atau /23 510

129-256 8 255.255.255.0 atau /24 254

257-512 9 255.255.255.128 atau /25 126

513-1024 10 255.255.255.192 atau /26 62

1025-2048 11 255.255.255.224 atau /27 30

2049-4096 12 255.255.255.240 atau /28 14

4097-8192 13 255.255.255.248 atau /29 6

8193-16384 14 255.255.255.252 atau /30 2

Page 82: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

81

Subnetting Alamat IP kelas C

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.

Jumlah subnet (segmen jaringan)

Jumlah subnet bit

Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

1-2 1 255.255.255.128 atau /25

126

3-4 2 255.255.255.192 atau /26

62

5-8 3 255.255.255.224 atau /27

30

9-16 4 255.255.255.240 atau /28

14

17-32 5 255.255.255.248 atau /29

6

33-64 6 255.255.255.252 atau /30

2

ALAT & BAHAN

2 Unit Komputer yang saling terkoneksi (peer-to-peer)

Kabel UTP

LANGKAH KERJA

15. Lakukan pengujian subnetting terhadap data berikut : a. Komputer 1

i. IP address awal : 192.168.1.1 ii. Subnet mask awal : 255.255.255.0

iii. Subnet mask baru : 255.255.255.240 b. Komputer 2

i. IP address awal : 192.168.1.20 ii. Subnet mask awal : 255.255.255.0

iii. Subnet mask baru : 255.255.255.240 iv. IP address baru : 192.168.1.1.2

16. Lakukan pengaturan seperti data yang tersedia. Lalu lakukan pinging terhadap : a. 192.168.1.1 ke 192.168.1.20 dengan subnet mask 255.255.255.0 b. 192.168.1.20 ke 192.168.1.1 dengan subnet mask 255.255.255.0 c. 192.168.1.1 ke 192.168.1.20 dengan subnet mask 255.255.255.240 d. 192.168.1.20 ke 192.168.1.1 dengan subnet mask 255.255.255.240 e. 192.168.1.1 ke 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.240 f. 192.168.1.2 ke 192.168.1.1 dengan subnet mask 255.255.255.240

Page 83: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

82

HASIL PENGAMATAN

1. Pengaturan IP pada komputer 1 (192.168.1.1) dan subnet mask (255.255.255.0)

Page 84: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

83

2. Pengaturan IP pada komputer 2 (192.168.1.20) dan subnet mask (255.255.255.0)

Page 85: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

84

3. Hasil pinging dari komputer 1 ke komputer 2

4. Hasil pinging dari komputer 2 ke komputer 1

Page 86: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

85

5. Pengaturan IP pada komputer 1 (192.168.1.1) dan subnet mask (255.255.255.240)

Page 87: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

86

6. Pengaturan IP pada komputer 2 (192.168.1.20) dan subnet mask (255.255.255.240)

Page 88: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

87

7. Hasil pinging dari komputer 1 ke komputer 2

8. Hasil pinging dari komputer 2 ke komputer 1

Page 89: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

88

9. Pengaturan IP pada komputer 2 (192.168.1.2) dan subnet mask (255.255.255.240)

10. Hasil pinging dari komputer 1 ke komputer 2

Page 90: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

89

11. Hasil pinging dari komputer 2 ke komputer 1

KESIMPULAN

Walaupun memiliki Network address yang sama tapi tidak akan saling

terkoneksi jika subnet masknya berbeda hal ini dikarenakan subnet mask

lah yang paling menentukan range sebuah network. Sebab itu kunci dari

proses subnetting itu sendiri terletak pada subnet mask yang digunakan.

Page 91: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

90

Program Studi : TKJ

Routing

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 9

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa mengerti dan paham tentang materi routing.

Siswa dapat melakukan konfigurasi routing statis.

Siswa dapat membuat konfigurasi routing untuk suatu jaringan.

PENDAHULUAN

Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda.

Jika network Anda tidak memiliki router, maka jelas Anda tidak melakukan routing.

Untuk bisa melakukan routing paket, ada hal-hal yang harus diketahui :

Alamat tujuan

Router-router tetangga dari mana sebuah router bisa mempelajari tentang network remote

Route yang mungkin ke semua network remote

Route terbaik untuk setiap network remote Router menyimpan routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network-network remote.

Jenis-jenis routing adalah :

Routing statis

Routing default

Routing dinamis

Proses Routing IP

Proses routing IP dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut ini :

IBM Compatible

Host A

172.16.10.2

Host B

172.16.10.1 IBM Compatible

E0

172.16.20.2

172.16.20.1

E1

Page 92: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

91

Default gateway dari host 172.16.10.2 (Host_A) dikonfigurasi ke 172.16.10.1. Untuk dapat mengirimkan paket ini ke default gateway, harus diketahui dulu alamat hardware dari interface Ethernet 0 dari router (yang dikonfigurasi dengan alamat IP 172.16.10.1 tersebut). Mengapa demikian? Agar paket dapat diserahkan ke layer Data Link, lalu dienkapsulasi menjadi frame, dan dikirimkan ke interface router yang terhubung ke network 172.16.10.0. Host berkomunikasi hanya dengan alamat hardware pada LAN lokal. Penting untuk memahami bahwa Host_A, agar dapat berkomunikasi dengan Host_B, harus mengirimkan paket ke alamat MAC dari default gateway di jaringan lokal.

Routing Statis

Routing statis terjadi jika Admin secara manual menambahkan route-route di routing table dari setiap router.

Routing statis memiliki kentungan-keuntungan berikut:

Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah dibandingkan dengan routeng dinamis)

Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router.

Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja.

Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut:

Administrasi harus benar-benar memahami internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasikan router dengan benar.

Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, Administrasi harus menambahkan sebuah route kesemua router—secara manual.

Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan full-time sendiri.

Routing Default

Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg hanya memiliki satu jalur keluar.

Routing Dinamis

Routing dinamis adalah ketika routing protocol digunakan untuk menemukan network dan melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih mudah daripada menggunakan routing statis dan default, tapi ia akan membedakan Anda dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan

Routed dan Routing Protocol

Page 93: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

92

Protocol tidak lain deskripsi formal dari set atau rule-rule dan konversi yang menentukan bagaimana device-device dalam sebuah network bertukar informasi. Berikut dua tipe dasar protocol.

Routed protocol Merupakan protokol-protokol yang dapat dirutekan oleh sebuah router. Routed protocol memungkinkan router untuk secara tepat menginterpretasikan logical network. Contoh dari routed protocol : IP, IPX, AppleTalk, dan DECnet.

Routing protocol Protokol-protokol ini digunakan untuk merawat routing table pada router-router. Contoh dari routing protocol diantaranya OSPF, RIP, BGP, IGRP, dan EIGRP

RIP Routing Information Protocol. Distance vector protocol – merawat daftar jarak tempuh ke network-network lain berdasarkan jumlah hop, yakni jumlah router yang harus lalui oleh paket-paket untuk mencapai address tujuan. RIP dibatasi hanya sampai 15 hop. Broadcast di-update dalam setiap 30 detik untuk semua RIP router guna menjaga integritas. RIP cocok dimplementasikan untuk jaringan kecil.

OSPF Open Shortest Path First. Link state protocol—menggunakan kecepatan jaringan berdasarkan metric untuk menetapkan path-path ke jaringan lainnya. Setiap router merawat map sederhana dari keseluruhan jaringan. Update-update dilakukan via multicast, dan dikirim. Jika terjadi perubahan konfigurasi. OSPF cocok untuk jaringan besar.

EIGRP Enhanced Interior Gateway Routing Protocol. Distance vector protocol—merawat satu set metric yang kompleks untuk jarak tempuh ke jaringan lainnya. EIGRP menggabungkan juga konsep link state protocol. Broadcast-broadcast di-update setiap 90 detik ke semua EIGRP router berdekatan. Setiap update hanya memasukkan perubahan jaringan. EIGRP sangat cocok untuk jaringan besar.

BGP Merupakan distance vector exterior gateway protocol yang bekerja secara cerdas untuk merawat path-path ke jaringan lainnya. Up date-update dikirim melalui koneksi TCP.

Administrasi Distance

Administrative distance (disingkat AD) digunakan untuk mengukur apa yg disebut ke-dapat-dipercaya-an dari informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangga. AD adalah sebuah bilangan integer 0 – 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya dan 255 berarti tidak akan lalu lintas data yang akan melalui route ini.

Jika kedua router menerima dua update mengenai network remote yang sama, maka hal pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang di-advertised (diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari yang lain, maka route dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan dirouting table.

Page 94: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

93

Jika kedua route yang di-advertised memiliki AD yang sama, maka yang disebut metric dari routing protocol (misalnya jumlah hop atau bandwidth dari sambungan) akan digunakan untuk menemukan jalur terbaik ke network remote. Kalau masih sama kedua AD dan metric, maka digunakan load-balance (pengimbangan beban).

Tabel berikut memperlihatkan AD yang default yang digunakan oleh sebuah router Cisco untuk memutuskan route mana yang akan ditempuh menuju sebuah jaringan remote.

Sumber route AD Default

Interface yang terhubung langsung 0

Route statis 1

EIGRP 90

IGRP 100

OSPF 110

RIP 120

External EIGRP 170

Tidak diketahui 255 (tdk pernah digunakan

Routing Protocol

Terdapat tiga klas routing protocol

Distance vector Protocol distance-vector menemukan jalur terbaik ke sebuah network remote dengan menilai jarak. Route dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju, akan ,menjadi route terbaik. Baik RIP dan IGRP adalah routing protocol jenis distance-vector. RIP dan IGRP mengirim semua routing table ke router-router yang terhubung secara lansung.

Link state Atau disebut juga protocol shortest-path-first, setiap router akan menciptakan tiga buah table terpisah. Satu dari table ini akan mencatat perubahan dari network-network yang terhubung secara langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan table terakhir digunakan sebagai routing table. OSPF adalah sebuah routing protocol IP yang sepenuhnya link-state. Protocol link-state mengirim update-update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain di network.

Hybrid Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-vector dan routing protocol jenis link-state--sebagai contoh adalah EIGRP.

Routing Protocol Jenis distance-Vector

Algoritma routing distance-vector mengirimkan isi routing tabel yg lengkap ke router router tetangga, yg kemudian menggabungkan entri-entri di routing tabel yang diterima tersebut dengan routing tabel yang mereka miliki, untuk melengkapi routing tabel router tersebut.

Page 95: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

94

1. RIP Routing Information Protocol (RIP) mengirim routing table yang lengkap ke semua interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.

RIP v1 menggunakan clasfull routing, yang berarti semua alat di jaringan harus menggunkan subnet mask yang sama. Ini karena RIP v1 tidak mengirim update dengan informasi subnet mask di dalamnya. RIP v2 menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dan bisa mengirim informasi subnet mask bersama dengan update-update dari route. Ini disebut classless routing

2. IGRP Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol jenis distance-vector milik cisco (cisco-proprietary). Artinya semua router anda harus router cisco untuk menggunakan IGRP dijaringan anda.

IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, denga nilai default 100. Ini membantu kekurangan pada RIP.

3. EIGRP Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah sebuah routing protocol

distance-vector milik cisco (cisco-proprietary) yang sudah ditingkatkan, yang memberi suatu keunggulan dibanding IGRP. Keduanya menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk menggambarkan kumpulan dari router-router yang contiguous (berentetan, sebelah menyebelah) yang menjalankan routing protocol yang sama dan berbagi informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet mask kedalam update route-nya. Sehingga memungkinkan kita menggunakan VLSM dan melakukan perangkuman (summarization) . EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop maksimum 255. Berikut fitur EIGRP yang jauh lebih baik dari IGRP

Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul-modul yang bersifat protocol dependent

Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien

Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP)

Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing update Algoritma (DUAL)

Routing Protocol Jenis link-state

Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah protocol standar terbuka yg telah dimplementasikan oleh sejumlah vendor jaringan. Jika Anda memiliki banyak router, dan tidak semuanya adalah cisco, maka Anda tidak dapat menggunakan EIGRP, jadi pilihan Anda tinggal RIP v1, RIP v2, atau OSPF. Jika itu adalah jaringan besar, maka pilihan Anda satu-satunya hanya OSPF atau sesuatu yg disebut route redistribution-sebuah layanan penerjemah antar-routing protocol.

Page 96: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

95

OSPF bekerja dengan sebuah algoritma yang disebut algoritma Dijkstra. Pertama sebuah pohon jalur terpendek (shortest path tree) akan dibangun, dan kemudian routing table akan diisi dengan jalur-jalur terbaik yg dihasilkan dari pohon tesebut. OSPF hanya mendukung routing IP saja.

ALAT & BAHAN

1 Unit Komputer

Aplikasi Simulator Networking (Packet Tracer)

LANGKAH KERJA

1. Lakukan konfigurasi routing untuk topologi berikut : a. Topologi 1

Page 97: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

96

b. Topologi 2

c. Topologi 3

2. Buatlah table routing untuk setiap topologi. 3. Buatlah simulasi jaringan untuk setiap topologi.

Page 98: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

97

HASIL PENGAMATAN

1. Topologi 1 a. Tabel konfigurasi routing.

No. Host IP Address Gateway Konfigurasi Routing

1 H1 10.10.10.1/24 10.10.10.2 -

2 R1 10.10.10.2/24

11.11.11.1/24

- 12.12.12.0/24 via 11.11.11.2

3 R2 11.11.11.2/24

12.12.12.1/24

- 10.10.10.0/24 via 11.11.11.1

4 H2 12.12.12.2/24 12.12.12.1 -

b. Pengaturan simulasi jaringan. Pembuatan topologi yang sesuai.

Page 99: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

98

Pengaturan IP untuk : o Host1

o Host2

Page 100: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

99

Konfigurasi routing statis untuk : o Router1

Page 101: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

100

Page 102: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

101

o Router2

Page 103: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

102

Hasil ping dari setiap host yang membuktikan bahwa jaringan saling terkoneksi satu sama lain.

Page 104: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

103

2. Topologi 2 a. Tabel konfigurasi routing.

No. Host IP Address Gateway Konfigurasi Routing

1 H1 20.20.20.1/24 20.20.20.2 -

2 R1 20.20.20.2/24

30.30.30.1/24

- 40.40.40.0/24 via 30.30.30.2

50.50.50.0/24 via 40.40.40.2

3 R2 30.30.30.2/24

40.40.40.1/24

- 20.20.20.0/24 via 30.30.30.1

50.50.50.0/24 via 40.40.40.2

4 R3 40.40.40.2/24

50.50.50.1/24

- 20.20.20.0/24 via 30.30.30.1

30.30.30.0/24 via 40.40.40.1

5 H2 50.50.50.2/24 50.50.50.1 -

Page 105: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

104

b. Pengaturan simulasi jaringan. Pembuatan topologi yang sesuai.

Pengaturan IP untuk : o Host1

Page 106: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

105

o Host2

Konfigurasi routing statis untuk : o Router1

Page 107: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

106

Page 108: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

107

o Router2

Page 109: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

108

o Router3

Page 110: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

109

Page 111: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

110

Hasil ping dari setiap host yang membuktikan bahwa jaringan saling terkoneksi satu sama lain.

Page 112: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

111

3. Topologi 3 a. Tabel konfigurasi routing.

No. Host IP Address Gateway Konfigurasi Routing

1 H1 1.1.1.1/24 1.1.1.2 -

2 R1 1.1.1.2/24

2.2.2.1/24

- 3.3.3.0/24 via 2.2.2.2

4.4.4.0/24 via 2.2.2.2

5.5.5.0/24 via 4.4.4.2

6.6.6.0/24 via 4.4.4.2

3 R2 2.2.2.2/24

3.3.3.1/24

4.4.4.1/24

- 1.1.1.0/24 via 2.2.2.1

5.5.5.0/24 via 4.4.4.2

6.6.6.0/24 via 4.4.4.2

4 R3 4.4.4.2/24

5.5.5.1/24

6.6.6.1/24

- 1.1.1.0/24 via 2.2.2.1

2.2.2.0/24 via 4.4.4.1

3.3.3.0/24 via 4.4.4.1

5 H2 3.3.3.2/24 3.3.3.1

6 H3 5.5.5.2/24 5.5.5.1

7 H4 6.6.6.2/24 6.6.6.1

Page 113: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

112

b. Pengaturan simulasi jaringan. Pembuatan topologi yang sesuai.

Pengaturan IP untuk : o Host1

Page 114: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

113

o Host2

o Host3

Page 115: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

114

Konfigurasi routing statis untuk : o Router1

Page 116: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

115

o Router2

Page 117: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

116

Page 118: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

117

o Router3

Page 119: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

118

Page 120: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

119

Hasil ping dari setiap host yang membuktikan bahwa jaringan saling terkoneksi satu sama lain.

Page 121: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

120

Page 122: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

121

Page 123: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

122

Page 124: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

123

KESIMPULAN

Konfigurasi routing yang dilakuakn di simulator harus sesuai dengan

table routing yang sebelumnya sudah dibuat agar hasil dari simulasi

jaringan dapat terkoneksi satu sama lain

Hal yang paling harus diperhatikan dalam konfigurasi routing yaitu

dimana suatu jaringan akan bertemu dengan jaringan yang lain.

Page 125: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

124

Program Studi : TKJ

Observasi

Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN

Kelas : XI TKJ B

No. Exp : 10

Instruktur : 1. Rudi Haryadi 2. Adi Setiadi

TUJUAN

Siswa dapat mengimplementasikan materi yang telah di dapat dari pelajaran diagnose LAN.

Siswa dapat melakukan diagnosis dan repairing dalam suatu jaringan yang memiliki masalah.

Siswa dapat mengembangkan jiwa kewirausahaan.

PENDAHULUAN

Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer, software dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer adalah:

Membagi sumber daya: contohnya berbagi pemakaian printer, CPU, memori, harddisk

Komunikasi: contohnya surat elektronik, instant messaging, chatting Akses informasi: contohnya web browsing

Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta/menerima layanan disebut klien (client) dan yang memberikan/mengirim layanan disebut pelayan (server). Arsitektur ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan komputer.

Klasifikasi

Berdasarkan skala :

Local Area Network (LAN): suatu jaringan komputer yang menghubungkan suatu komputer dengan komputer lain dengan jarak yang terbatas.

Metropolitant Area Network (MAN): prinsip sama dengan LAN, hanya saja jaraknya lebih luas, yaitu 10-50 km.

Wide Area Network (WAN): jaraknya antar kota, negara, dan benua. ini sama dengan internet.

Berdasarkan fungsi : Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai client dan juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer yang khusus

Page 126: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

125

didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai client. Ada juga yang tidak memiliki komputer yang khusus berfungsi sebagai server saja. Karena itu berdasarkan fungsinya maka ada dua jenis jaringan komputer:

Client-server

Yaitu jaringan komputer dengan komputer yang didedikasikan khusus sebagai server. Sebuah service/layanan bisa diberikan oleh sebuah komputer atau lebih. Contohnya adalah sebuah domain seperti www.detik.com yang dilayani oleh banyak komputer web server. Atau bisa juga banyak service/layanan yang diberikan oleh satu komputer. Contohnya adalah server jtk.polban.ac.id yang merupakan satu komputer dengan multi service yaitu mail server, web server, file server, database server dan lainnya.

Peer-to-peer

Yaitu jaringan komputer dimana setiap host dapat menjadi server dan juga menjadi client secara bersamaan. Contohnya dalam file sharing antar komputer di Jaringan Windows Network Neighbourhood ada 5 komputer (kita beri nama A,B,C,D dan E) yang memberi hak akses terhadap file yang dimilikinya. Pada satu saat A mengakses file share dari B bernama data_nilai.xls dan juga memberi akses file soal_uas.doc kepada C. Saat A mengakses file dari B maka A berfungsi sebagai client dan saat A memberi akses file kepada C maka A berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh A secara bersamaan maka jaringan seperti ini dinamakan peer to peer.

Berdasarkan topologi jaringan, jaringan komputer dapat dibedakan atas:

Topologi bus Topologi bintang Topologi cincin Topologi mesh Topologi pohon Topologi linier

Berdasarkan kriterianya, jaringan komputer dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. Berdasarkan distribusi sumber informasi/data o Jaringan terpusat

Jaringan ini terdiri dari komputer klient dan server yang mana komputer klient yang berfungsi sebagai perantara untuk mengakses sumber informasi/data yang berasal dari satu komputer server

Page 127: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

126

o Jaringan terdistribusi

Merupakan perpaduan beberapa jaringan terpusat sehingga terdapat beberapa komputer server yang saling berhubungan dengan klient membentuk sistem jaringan tertentu.

2. Berdasarkan jangkauan geografis dibedakan menjadi: o Jaringan LAN

merupakan jaringan yang menghubungkan 2 komputer atau lebih dalam cakupan seperti laboratorium, kantor, serta dalam 1 warnet.

o Jaringan MAN

Merupakan jaringan yang mencakup satu kota besar beserta daerah setempat. Contohnya jaringan telepon lokal, sistem telepon seluler, serta jaringan relay beberapa ISP internet.

o Jaringan WAN

Merupakan jaringan dengan cakupan seluruh dunia. Contohnya jaringan PT Telkom, PT. Indosat, serta jaringan GSM Seluler seperti Satelindo, Telkomsel, dan masih banyak lagi.

3. Berdasarkan peranan dan hubungan tiap komputer dalam memproses data. o Jaringan Client-Server

Pada jaringan ini terdapat 1 atau beberapa komputer server dan komputer client. Komputer yang akan menjadi komputer server maupun menjadi komputer client dan diubah-ubah melalui software jaringan pada protokolnya. Komputer client sebagai perantara untuk dapat mengakses data pada komputer server sedangkan komputer server menyediakan informasi yang diperlukan oleh komputer client.

o Jaringan Peer-to-peer

Pada jaringan ini tidak ada komputer client maupun komputer server karena semua komputer dapat melakukan pengiriman maupun penerimaan informasi sehingga semua komputer berfungsi sebagai client sekaligus sebagai server.

4. Berdasarkan media transmisi data o Jaringan Berkabel (Wired Network)

Pada jaringan ini, untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer lain diperlukan penghubung berupa kabel jaringan. Kabel jaringan berfungsi dalam mengirim informasi dalam bentuk sinyal listrik antar komputer jaringan.

Page 128: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

127

o Jaringan Nirkabel(WI-FI)

Merupakan jaringan dengan medium berupa gelombang elektromagnetik. Pada jaringan ini tidak diperlukan kabel untuk menghubungkan antar komputer karena menggunakan gelombang elektromagnetik yang akan mengirimkan sinyal informasi antar komputer jaringan.

ALAT & BAHAN

2 buah Hub Fast Ethernet 24 Port (D-Link)

1 buah Access Point (D-Link)

Kabel UTP

Crimping tool

28 Komputer client

1 komputer server

1 ADSL Router (D-Link)

LANGKAH KERJA

1. Mengidentifikasi masalah yang ada pada jaringan yang dijadikan sebagai tempat observasi (Lab Komputer SMPN 2 Cimahi).

2. Menentukan solusi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. 3. Melakukan perbaikan sesuai dengan solusi yang telah disepakati oleh kelompok. 4. Melakukan pengecekan terhadap hasil perbaikan yang telah dilakukan. 5. Merapihkan tempat yang telah dijadikan objek observasi agar nyaman untuk

digunakan.

HASIL PENGAMATAN

Topologi yang digunakan pada lab komputer SMPN 2 Cimahi :

Page 129: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

128

Masalah yang ditemukan pada objek observasi :

1. Komputer tidak terhubung satu sama lain dan hanya computer server yang memiliki koneksi ke internet.

2. Tidak adanya access point di dalam lab computer. 3. Penataan kabel jaringan kurang rapih sehingga mengurangi kenyamanan.

Solusi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah :

1. Membuat rancangan jaringan yang menggunakan 2 hub agar semua computer saling terkoneksi dan bisa terhubung ke internet. Sistem IP address yang digunakan adalah DHCP jadi setiap komputer tidak perlu di konfigurasi IP masing - masing

2. Melakukan konfigurasi access point agar jaringan wireless ada di dalam lab komputer dan melakukan konfigurasi pengamanan pada access point agar hanya guru yang bisa terkoneksi dengan access point di lab komputer.

Data statistic konfigurasi access point :

SSID : Lab Komputer SMPN 2 Cimahi

Password : hilapeuy (WPA Support) 3. Menata kembali kabel jaringan agar menjadi lebih rapih.

Hasil dari proses repairing yang dilakuakan :

1. Dari keseluruhan 28 komputer client hanya 10 komputer yang terhubung dengan jaringan dan bisa terkoneksi ke internet. 18 komputer lainnya tidak dapat terhubung ke dalam jaringan dikarenakan driver NIC tidak terpasang selain itu juga da beberapa komputer yang tidak bisa menyala sama sekali.

2. Access Point berhasil dibuat dan juga terhubung dengan jaringan yang ada id lab komputer.

3. Penataan kabel menjadi lebih rapih dari sebelumnya walaupun ada beberapa kabel yang tidak bisa dirapihkan dikarenakan tertanam di dalam lantai lab komputer.

Page 130: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

129

Dokumentasi Kegiatan

Page 131: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

130

Page 132: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

131

Page 133: Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010 (Rahadian Wahid D)

Laporan Akhir Diagnosa LAN 2010

132

KESIMPULAN

Melakukan repairing terhadap suatu jaringan dibutuhkan kesabaran dan

ketelitian. Terutama dalam penyusunan kabel jaringan sebagai media

yang digunakan pada kebanyakan LAN.