laporan - lan ri
TRANSCRIPT
LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN KINERJA PENGAWASAN MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
DI LINGKUNGAN BUMN
Disusun Oleh:
NAMA : R. ERSI SOENARSIH
NDH : 03
INSTANSI : BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I
ANGKATAN XLIII
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2019
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang dan Isu Strategis ......................................................... 1
B. Deskripsi Proyek Perubahan ............................................................... 5
C. Ruang Lingkup .................................................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 7
E. Faktor Kunci Keberhasilan ................................................................... 8
BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ................................................. 1
A. Deskripsi Inovasi ................................................................................. 1
B. Milestones Proyek Perubahan ............................................................. 1
C. Tata Kelola Proyek Perubahan ............................................................ 2
D. Analisis Stakeholders .......................................................................... 8
E. Timeline Proyek Perubahan................................................................. 9
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN........................................... 10
A. Capaian Output Kunci dan Milestones Jangka Pendek...................... 10
B. Mobilisasi Dukungan Stakeholders dan Strategi Komunikasi ............. 20
C. Dukungan Stakeholders .................................................................... 22
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 27
A. Simpulan ........................................................................................... 27
B. Lesson Learnt .................................................................................... 27
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam rangka mewujudkan proyek perubahan “Peningkatan Kinerja
Pengawasan melalui Penerapan MR di Lingkungan BUMN”, seluruh tahapan
milestone telah dilaksanakan.
Milestone pertama adalah membentuk tim efektif untuk melaksanakan proyek
perubahan ini yang diformalkan dalam Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang
Akuntan Negara. Tim efektif bersifat lintas eselon 1, sehingga dibutuhkan
koordinasi dan kolaborasi yang baik agar seluruh milestone dapat tercapai. Tim
Efektif terdiri dari Mentor, Project Leader, Tim Quality Assurance, Tim Revisi
Pedoman Manajemen Risiko, Tim Pengembangan Teknologi Informasi, serta
Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan.
Milestone kedua adalah menyusun kebijakan merevisi pedoman umum
manejemen risiko dan pedoman penilaian risiko. Selain itu, membangun
scorecard untuk menilaian maturitas level penerapan manajemen risiko BUMN,
yang diwujudkan dalam pedoman penilaian maturitas level manajemen risiko.
Milestone ketiga adalah merevisi pedoman dan mensosialisasikan pedoman,
output dari milestone 3 ini adalah tiga pedoman yaitu pedoman umum
manajemen risiko, pedoman risk assessment, dan pedoman assessment
tingkat maturitas penerapan manajemen risiko dan tersedianya scorecard
penilaian tingkat maturitas penerapan MR di BUMN dengan kegiatan merevisi
ketiga pedoman tersebut, melakukan FGD internal BPKP terkait konsep
pedoman, koordinasi lintas direktorat, konsultasi dan diskusi dengan pejabat di
kementerian BUMN, berkonsultasi dengan mentor/deputi, dan sosialisasi
pedoman.
Milestone keempat adalah mapping penerapan MR di BUMN dengan kegiatan
mengumpulkan informasi penerapan MR lintas direktorat dan FGD dengan 10
BUMN.
Milestone kelima adalah mengembangkan aplikasi dan dashboard dengan
kegiatan diskusi penyusunan desain dengan programmer, pengembangan
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
iv
aplikasi dan dashboard, penyiapan dokumen pendukung, ujicoba dengan data
dummy, dan sosialisasi aplikasi.
Milestone keenam adalah melakukan uji coba penilaian maturitas level MR
BUMN, kegiatan ini dilakukan di PT Inalum holding dengan kegiatan koordinasi
dengan PT Inalum holding, koordinasi dengan mentor dan direktorat pengampu
PT Inalum, penyusunan kerangka acuan kerja, kickoff meeting, dan
penyusunan tim penilai.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Isu Strategis
Pada tahun 2011, media diramaikan dengan ambruknya jembatan Kutai
Kartanegara, jembatan gantung terpanjang di Indonesia yang melewati
sungai mahakam. Jembatan ini dibangun tahun 1995 dan selesai tahun
2001 dengan kontraktor BUMN papan atas, PT Hutama Karya. Setelah
kasus ambruknya jembatan Kukar tersebut, beberapa kasus bencana
yang melibatkan pihak BUMN kerap muncul di media massa, misalnya
enam proyek konstruksi Waskita Karya ambruk dan Kapal yang menabrak
crane Pelindo III.
Kasus lain yang masih hangat yang melibatkan BUMN adalah blockout
listrik PLN di separuh Jawa, lenyapnya simpanan nasabah di Bank
Mandiri, gagal bayar klaim jiwasraya, dan ancaman likuidasi bank.
Hal yang terjadi di BUMN di atas tidak terlepas dari kurang efektifnya
penerapan pengelolaan risiko di lingkungan BUMN. Jika dibandingkan
dengan aparatur negara, nn BUMN sudah jauh lebih adaptif dan responsif
terhadap perubahan lingkungan. Hampir semua BUMN sudah
menerapkan manajemen risiko. Tapi kenapa masih terjadi hal-hal seperti
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
2
di atas? Dilihat dari score Good Corporate Governance, nilai BUMN di
atas adalah baik.
Sesuai visi BPKP menjadi “Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia dan Trusted Advisor untuk Meningkatkan Good Governance Sektor Publik”. Audit atau pengawasan intern yang diadopsi oleh BPKP
dari definisi Institue of Internal Auditor (IIA) tentang internal auditing yaitu
“an independent, objective assurance and consulting activity designed to
add value and improve an organization’s operations. It helps an
organization accomplish its objectives by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes”.
Sesuai definisi tersebut, BPKP melaksanakan fungsi pengawasan intern
melalui layanan assurance, insight, dan objectivity. Ketiga layanan
tersebut harus dilaksanakan dengan pendekatan yang sistematis untuk
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
nasional. Kegiatan layan tersebut meliputi evaluasi dan peningkatkan efektivitas pengelolaan risiko (risk management), pengendalian
(control), dan proses tata-pemerintahan (governance processes).
Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 pasal
3 menyatakan bahwa BPKP menyelenggarakan fungsi:
(c) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan
akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan
nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya
dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan
negara/daerah;
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
3
(d) pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko,
pengendalian intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan
lainnya dan program/kebijakan pemerintah yang strategis;
Hal ini sejalan dengan tujuan dan sasaran strategis yang ingin
dicapai/diwujudkan oleh BPKP pada tahun 2024 yang diukur dalam enam
indikator kinerja salah satunya adalah Indeks Manajemen Risiko.
Kepala
Dep Perekonomian & Kemaritiman
K/L
Deputi Polhukam PMK
K/L
Dep Keuangan Daerah
Pemda(Prov/Kab/Kota/Des
a)
Dep Akuntan Negara
- BUMN- BUMD- BumDes- BLU/D- Kemen BUMN/TVRI/RRI
Dep Investigasi
K/L/P
Sekretaris Utama
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
4
Indeks Manajemen Risiko merupakan suatu model yang digunakan untuk
mengukur kondisi karakteristik dasar dan tingkat kematangan
pengelolaan risiko di suatu K/L/P. Model tersebut memadukan budaya
(culture), tata kelola (governance), dan proses terkait manajemen risiko.
Semakin tinggi Indeks Manajemen Risiko, 47
Mengacu pada pentingnya penerapan manajemen risiko di BUMN dengan
menggunakan tool yang sama dan pentingnya penilaian atas
penerapannya, juga seperti yang tercantum dalam RPJMN 2019-2024
dimana indikator kitnerja utama BPKP adalah manajemen risiko, maka
inovasi yang akan dilakukan menjadi relevan.
Melihat kondisi yang terjadi dengan BUMN dan juga kinerja BPKP ke
depan, maka penerapan manajemen risiko yang efektif menjadi hal yang
crucial. Penerapannya menjadi penting karena setiap aktivitas yang
dilakukan organisasi tentunya tidak terlepas dari risiko yang berpotensi
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Setiap organisasi harus
mengelola risikonya dengan menerapkan manajemen risiko. Di Indonesia,
manajemen risiko telah lama dikembangkan dan diterapkan khususnya di
sektor private atau korporasi.
Konsep manajemen risiko terus berkembang sesuai perubahan
lingkungan. Konsep risiko terbaru adalah manajemen risiko berbasis ISO
31000:2018. Di lingkungan BUMN, manajemen risiko sudah banyak
diterapkan. Namun belum ada satu alat yang untuk menilai kematangan
dari penerapannya.
Begitupun di BPKP, untuk dapat melakukan pengawasan kepada BUMN
atas penerapan manajemen risiko serta agar dapat mengukur kinerja,
maka BPKP perlu menysuun suatu kerangka kebijakan terkait
manajemen risiko.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
5
B. Deskripsi Proyek Perubahan
1. Nama gagasan:
Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan BUMN
2. Deskripsi proyek:
Proyek perubahan in mengambil judul Peningkatan Kinerja Pengawasan
melalui Penerapan MR di Lingkungan BUMN. Proyek perubahan ini
dilatar belakangi oleh kondisi terkini BUMN di Indonesia, dimana banyak
kejadian yang tidak diharapkan terjadi di beberapa BUMN. Kejadian
tersebut seharusnya dapat dicegah atau diminimalisir dampaknya oleh
manajemen BUMN melalui peneran manajemen risiko yang efektif.
Hampir sebagian besar BUMN sebetulnya sudah menerapkan
manajemen risiko, bahkan telah dibentuk unit manajemen risiko tersendiri.
Namun, berdasarkan hasil FGD dengan pejabat di Kementerian BUMN
diketahui bahwa penerapan manajemen risiko di banyak BUMN sudah
diwajibkan, akann tetapi masih banyak BUMN yang berpandangan bahwa
penerapan manajemen risiko belum menjadi suatu kebutuhan bagi
organisasi.
Sebelumnya fokus pengawasan BPKP pada BUMN lebih pada
bagaimana BUMN menjaga tata kelola yang baik atau Good Corporate
Governance. Dengan adanya perubahan lingkungan, agar BPKP menjadi
institusi yang agile, maka BPKP harus bisa mengikuti perkembangan
jaman dan tentunya kebutuhan stakeholders, para BUMN yang sudah
sangat agile. Oleh karena itu, BPKP perlu segera menyusun kerangka
kebijakan pengawasan atas BUMN, melalui penerapan BUMN. Untuk
menjalan kebijakan ini, maka diperlukan infrastruktur pendukungnya,
seperti guidelines baik bagi auditor BPKP maupun bagi BUMN untuk
menjalankannya.
Meskipun pengawasan atas penerapan MR di BUMN ini bukan hal baru,
seperti ditulis di atas, proyek perubahan ini perlu dilakukan agar BPKP
dapat lebih berkontribusi pada pengawalan akuntabilitas keuangan dan
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
6
pembangunan di lingkungan BUMN serta memenuhi indikator utama pada
RPMN 2019-2024.
Untuk penerapaan MR di lingkungan BUMN, BPKP sudah mempunyai
pedoman umum dan pedoman asesmen MR, akan tetapi sudah tidak
sesuai denga kebutuhan stakeholders. Oleh karena, itu agar dapat
mendukungan arah kebijakan BPKP untuk mendukung penerapan MR di
BUMN sekarang ini diperlukan revisi atas kedua pedoan tersebut. Selain
itu, agar dapat diketahui sejauh mana penerapannya dilakukan, maka
perlu disusun pedoman penilaian maturitas manajemen risiko.
Agar kebijakan BPKP di atas tersebut dapat dijalankan tentunya perlu
kesamaan persepsi antara BPKP, Kementerian BUMN dan juga para
BUMN.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
7
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan meliputi:
Tersusunnya kerangka kebijakan penerapan MR di lingkungan
BUMN
Adanya pemahaman/sadar akan risiko
Tersedianya infrastruktur berupa pedoman MR (Pedoman Umum,
Pedoman Risk Assessment, Pedoman Assessment Tingkat Maturitas
Penerapan Manajemen Risiko)
Terbangunnya aplikasi dan dashboard pimpinan
Terlaksananya Uji coba Penerapan MR di 2 BUMN
Penerapan MR di seluruh BUMN Manufaktur
tersedianya kebijakan BPKP atas penerapan MR di lingkungan
BUMN
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Tujuan dari proyek perubahan ini dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu:
Tujuan jangka pendek (2 bulan)
Menyediakan dasar kebijakan dan infrastruktur penerapan MR di
lingkungan BUMN, melalui:
Menyusun strategi/kebijakan penerapan MR di lingkungan BUMN
Menyadarkan BUMN pentingnya penerapan MR
Menyiapkan infrastruktur MR-BUMN (revisi dan penyusunan
pedoman)
Tujuan Jangka menengah (8 bulan)
Menyiapkan sumber daya penerapan MR, melalui:
Mengembangkan rancang bangun aplikasi MR-BUMN
Menyosialisasikan pedoman MR di BUMN
Melakukan uji coba penerapan MR di 5 BUMN
Tujuan jangka panjang (18 bulan)
Menyiapkan penerapan MR di seluruh BUMN Manufaktur, melalui:
Mendorong seluruh BUMN Manufaktur menerapkan MR
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
8
Mendorong terbitnya Perka BPKP untuk Penerapan MR BUMN
2. Manfaat Proyek ini diharapkan dapat bermanfaat bagi internal BPKP, maupun
eksternal BPKP, yaitu BUMN dan Kementerian BUMN.
Manfaat bagi internal BPKP adalah sebagai berikut:
Meningkatkan kinerja pengawasan BUMN
Meningkatkan kinerja pelayanan BPKP
Tersedianya pedoman yang standar bagi penerapan MR di BUMN
Tersedianya pedoman penerapan MR BUMN bagi kepentingan
BPKP dan BUMN
Tersedianya dukungan IT untuk memudahkan penerapan MR
Manfaat bagi eksternal BPKP adalah sebagai berikut:
BUMN lebih aware akan risiko
Berkurangnya kejadian risiko (surprise)
Tata kelola BUMN menjadi lebih baik
Manfaat bagi Kementerian BUMN
Tersedianya tools penilaian kematangan penilaian MR BUMN
E. Faktor Kunci Keberhasilan
Proyek perubahan ini akan berhasil jika:
Tersedianya kebijakan atas penerapan MR ISO 31000:2018 di
lingkungan BUMN
Adanya dukungan dari pimpinan BPKP
Adanya dukungan dari stakeholders
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
1
BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
A. Deskripsi Inovasi
Inovasi dalam proyek perubahan ini adalah pembuatan scorecard
penilaian terkait maturitas penerapan manajemen risiko di BUMN. Produk
utama inovasi berupa kebijakan penerapan manajemen risiko, pedoman
manajemen risiko (3 pedoman), aplikasi serta dashboard pimpinan.
Tujuan inovasi ini adalah untuk mendukung upaya BUMN dalam
mengelola manajemen risiko dengan menilai tingkat maturitas penerapan
manajemen risiko di BUMN.
B. Milestones Proyek Perubahan
Milestones dibagai ke dalam 3 periode, yaitu:
Jangka Pendek: No Milestones Agt Sept Oct Nov Pic
1 Menyusun Tim Efektif PL, tim legal
2 Menyusun draft kebijakan BPKP
3 Melakukan FGD dengan internal BPKP (4 kedeputian dan korwas AN seluruh indonesia)
4 Melakukan FGD dengan SPI BUMN dan APIP Kementerian BUMN
5 Merevisi Pedoman Umum dan Pedoman Penilaian
6 Menyusun Pedoman Penilaian kematangan Penerapan MR
Jangka Menengah: No Milestones Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
1 Pembangunan replikasi aplikasi MR di BUMN
2 Simulasi/Uji coba pedoman di 5 BUMN
3 Finalisasi pedoman
4 Uji coba/piloting Aplikasi di 5 BUMN
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
2
5 Melakukan sosialisasi
6 Melakukan monev
Jangka panjang:
No Milestones Sept Sept 1 Mendorong Penerapan MR di
seluruh BUMN Manufaktur
2 Penyusunan Draft Perka BPKP Penerapan MR
Manfaat dari scorecard penilaian tingkat maturitas manajemen risiko bagi pihak
internal adalah:
• Basis dalam perbaikan manajemen risiko BUMN
• Dasar dalam melakukan audit berbasis risiko
Manfaat dari scorecard penilaian tingkat maturitas manajemen risiko bagi pihak
eksternal adalah:
• Pimpinan Kementerian BUMN akan terinformasikan kinerja MR di BUMN
• Pimpinan BUMN akan memperoleh informasi hal-hal apa yang perlu
diperbaiki terkaitpenerapan BUMN dimasing-masing BUMN
C. Tata Kelola Proyek Perubahan
1. Struktur tim efektif
Proyek Perubahan dilaksanakan oleh Tim Efektif yang terdiri dari Mentor,
Project Leader, Coach, dan 4 Pokja. Organisasi Tim Efektif disajikan pada
Gambar berikut:
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
3
Susunan Tim Efektif adalah sebagai berikut:
NAMA / NIP JABATAN JABATAN DALAM TIM
Bonny Anang Dwijanto
NIP 19600825 198703 1 001
Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara
Mentor / Sponsor
R. Ersi Soenarsih
NIP 19660830 198703 2 001
Direktur Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan, Jasa Penilai dan Manufaktur
Project Leader
Maliki Heru Santosa
NIP 19580514 198101 1 001
Auditor Utama Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Tim Quality Assurance
Alphonsa Ani Maharsi
NIP 19590729 198012 2 001
Auditor Utama Deputi Bidang Akuntan Negara
Tim Quality Assurance
Antar M. T. Sianturi
NIP 19590807 198112 1 001
Auditor Utama Deputi Bidang Pengawasan Perekonomian dan Kemaritiman
Tim Quality Assurance
Heli Restiasti
NIP 19680512 198903 2 001
Direktur Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis, Infrastruktur, dan Perdagangan
Tim Quality Assurance
Deni Suardini
NIP 19650621 198703 1 001
Direktur Pengawasan Badan Usaha Konektivitas, Pariwisata, Kawasan Industri, dan Perumahan
Tim Quality Assurance
Ayi Riyanto NIP 19700818 199103 1 002
Direktur Pengawasan Badan Usaha Energi
Tim Quality Assurance
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
4
NAMA / NIP JABATAN JABATAN DALAM TIM
dan Pertambangan
Juliver Sinaga NIP 19650715 198603 1 001
Direktur Pengawasan Badan Layanan Umum, Badan Usaha Jasa Air, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Usaha Milik Desa
Tim Quality Assurance
Christina Ningsih S
NIP 19591225 198112 2 001
Auditor Madya Tim Quality Assurance
Rita Rufaidah NIP 19630615 198302 2 001
Auditor Madya Tim Quality Assurance
Cissy Fransisca Susanti NIP 19740722 199402 2 004
Auditor Muda Tim Quality Assurance
Viktor H. Siburian NIP 19680330 199303 1 001
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Badan Usaha Manufaktur
Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Bonardo Agustinus Parlindungan Pangaribuan NIP 19660822 198703 1 001
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Badan Usaha Perkebunan
Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Wawan Yulianto
NIP 19650731 198503 1 001
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Badan Usaha Konektivitas
Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Kurnia Sucita Sakti NIP 19701026 199103 1 001
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Badan Usaha Pertambangan
Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Dewa Putu Ngurah Brana
NIP 19661013 199203 1 001
Kepala Sub Direktorat Badan Usaha Milik Daerah
Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Gema Puja Yuniarso NIP 19870602 200901 1 001
Auditor Pertama Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Endah Dian Khairanita
NIP 19870329 201012 2 002
Auditor Pelaksana Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Para Koordinator Pengawasan Bidan Akuntan Negara Perwakilan BPKP Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur
Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko
Maladi Utoyo
NIP 19650322 198603 1 001
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan
Tim Pengembangan Teknologi Informasi
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
5
NAMA / NIP JABATAN JABATAN DALAM TIM
dan Jasa Penilai
Agung Pradjoko Setianto NIP 19691001 199003 1 001
Auditor Penyelia Tim Pengembangan Teknologi Informasi
Vivi Grace Natalia Brans NIP 19911224 201801 2 001
Pranata Komputer Tim Pengembangan Teknologi Informasi
Asha Winda Permatasari NIP 19941120 201801 2 001
Auditor Pertama Tim Pengembangan Teknologi Informasi
Emi Yunidyastuti
NIP 19710611 199202 2 001
Kepala Sub Direktorat Perencanaan, Analisis, Evaluasi, dan Pelaporan Hasil Pengawasan Bidang Akuntan Negara
Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Octavia Sri W NIP 19731016 199402 2 001
Auditor Muda Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Siti Suharti
NIP 19690511 199003 2 001
Arsiparis Penyelia Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Sispandi NIP 19660105 198603 1 001
Arsiparis Muda Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Rafi Ikhsan
NIP 19940503 201902 1 006
Calon Pegawai Negeri Sipil
Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Frida Bugis NIP 19940720 201902 2 001
Calon Pegawai Negeri Sipil Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Dyah Reza Lestari NIP 19970704 201902 2 003
Calon Pegawai Negeri Sipil Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Karunia Ari Lestari
NIP 19950420 201902 2 001
Calon Pegawai Negeri Sipil Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Laylia Latifah NIP 19951006 201812 2 001
Calon Pegawai Negeri Sipil Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Satya Awang Kurniawan
NIP 19971216 201812 1 001
Calon Pegawai Negeri Sipil Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
Uraian tugas tim efektif:
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
6
1. Mentor merupakan atasan langsung Project Leader yang bertugas:
a. Bertindak sebagai pembimbing dan pengawas peserta berdasarkan
sikap profesionalisme;
b. Memberikan dukungan penuh kepada Project Leader dalam
mengimplementasikan Proyek Perubahan;
c. Memberikan dukungan dalam mendayagunakan seluruh potensi
sumberdaya yang diperlukan dalam mengimplementasikan proyek
perubahan;
d. Memberikan bimbingan dalam mengatasi kendala yang muncul
selama proses implementasi berlangsung;
e. Berperan sebagai inspirator bagi Project Leader dalam melakukan
inovasi-inovasi yang diperlukan.
2. Project Leader bertugas:
a. Bertanggungjawab terhadap penerapan tahapan proyek perubahan
yang telah disusun;
b. Memimpin dan mengendalikan tim kerja proyek perubahan agar
pelaksanaan proyek sesuai tujuan dan rencana tindak yang telah
disusun; dan
c. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan mentor dan coach
dalam pelaksanaan kegiatan;
3. Tim Quality Assurance bertugas:
a. Menyusun rencana jadwal pelaksanaan tahapan pelaksanaan Proyek
Perubahan; dan
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan Proyek Perubahan sesuai dengan
bidang tugasnya.
4. Tim Revisi Pedoman Manajemen Risiko bertugas:
a. Melakukan kajian, penelaahan, pengembangan dan penyusunan
pedoman serta revisi pedoman manajemen risiko sektor korporat
sesuai perkembangan best practices yang ada;
b. Melakukan diseminasi kepada internal BPKP dan BUMN/BUMD;
c. Melaksanakan tugas lainnya yang ditugaskan oleh koordinator
Pokja terkait pengembangan dan pembinaan Manajemen Risiko
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
7
berbasis korporat; dan
d. Mendokumentasikan dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pengembangan manajemen risiko sektor korporat.
5. Tim Pengembangan Teknologi Informasi bertugas:
a. Menyusun desain aplikasi berbasis IT untuk penerapan manajemen
risiko di lingkungan BUMN;
b. Mengembangkan prototype aplikasi berbasis untuk penerapan
manajemen risiko di lingkungan BUMN;
c. Melakukan ujicoba prototype aplikasi berbasis untuk penerapan
manajemen risiko di lingkungan BUMN;
d. Menyusun Manual/SOP implementasi aplikasi penerapan Manajemen
Risiko di lingkungan BUMN; dan
e. Mendokumentasikan setiap kegiatan tahapan implementasi aplikasi
penerapan Manajemen Risiko di lingkungan BUMN.
6. Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan bertugas:
a. Mengelola administrasi kegiatan di tiap Pokja termasuk namun
tidak terbatas pada membuat notulen rapat Pokja,
mendokumentasikan kegiatan Pokja dalam bentuk foto, video,
daftar hadir; dan
b. Menyiapkan laporan pelaksanaan proyek perubahan.
2. Sumber Daya
Anggaran yang akan digunakan berasal dari DIPA Direktorat
Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan, Jasa Penilai dan
Manufaktur, sedangkan SDM akan melibatkan SDM dari Deputi
Akuntan Negara serta kedeputian lain.
3. Dukungan Eksternal, dari unit-unit kerja terkait di BPKP yaitu:
a. Deputi Pengawasan Instansi pemerintah Bidang Perekonomian
dan Kemaritiman.
b. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polhukam dan
PMK.
c. Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.
d. Deputi Investigasi
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
8
e. Direktorat Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis,
f. Direktorat Pengawasan Badan Usaha Pariwisata, konektivitas,
perumahan
g. Direktorat Pengawasan Badan Usaha Enersgi dan
Pertambangan
h. Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Air, BLU/D, BUMD,
dan BUMDes
i. Pusat Informasi Pengawasan.
j. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan.
k. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
l. Biro MKOT
m. Biro Hukum dan Humas
4. Peraturan yang digunakan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
5. Sumber Daya Sarana dan Prasarana, dari Deputi Akuntan Negara.
6. Jejaring yang digunakan: group direktur dan kepala perwakilan BPKP,
SPI BUMN, SPI Kementerian BUMN.
D. Analisis Stakeholders Stakeholders merupakan perorangan ataupun kelompok yang tertarik,
baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi, baik yang
berpengaruh maupun terpengaruh oleh tujuan dan tindakan yang akan
diambil
Dalam melakukan suatu perubahan sangat penting untuk mengetahui
siapa stakeholders yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap
perubahan yang akan dilakukan.
Dari segi kedudukan, yang menggambarkan kepentingan dan
kekuatannya, stakeholdersdapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Promoters : Kepentingan Besar, Kekuatan Besar. b) Defenders : Kepentingan Besar, Kekuatan Kecil. c) Latents : Kepentingan Kecil, Kekuatan Besar. d) Apathetics : Kepentingan dan Kekuatan Kecil.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
9
Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, maka stakeholders yang
terkait dengan proyek perubahan ini adalah sebagai berikut:
No. Stakeholders Posisi Kedudukan
1 Pelaksana Tugas Kepala BPKP Internal Promoter
2 Sekretaris Utama BPKP Internal Promoter
3 Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara
Internal Promoter
4 Para Direktur di Deputi Akuntan Negara
Internal Promoter
5 Tortama BPKP Internal Promoter
6 Para Kepala Perwakilan Internal Defender
7 Biro MKOT BPKP Internal Defender
8 Pusinfowas BPKP Internal Defender
9 Pusdiklatwas BPKP Internal Defender
10 Biro Hukum dan Humas BPKP Internal Defender
11 Para korwas AN sekuruh Indonesia
Internal Defender
12 Auditor Bidang AN seluruh Indonesia
Internal Defender
13 Para Deputi Kepala BPKP (4) Internal Latent
14 Para Direktur di Deputi lainnya Internal Latent
15 Komisaris/Direksi BUMN Eksternal Latent
16 Deputi di Kementerian BUMN Eksternal Apathetik
17 Inspektur di Kementerian BUMN Eksternal Apathetik
E. Timeline Proyek Perubahan 1. Jangka Pendek (s.d. 22 November 2019)
2. Jadwal Jangka Menengah (Desember s.d. Juni 2020)
3. Jadwal Jangka Panjang (Juli 2020 s.d. Desember 2020)
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
10
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
A. Capaian Output Kunci dan Milestones Jangka Pendek
Sampai dengan akhir breakthrough II (tanggal 22 November 2019), Tim
Efektif telah menyelesaikan 8 milestones atau 100% dari total yang
direncanakan dalam Rencana Proyek Perubahan yang dikemas kembali
menjadi 6 milestones. Selain itu, ada sebagian milestone jangka
menengah yang telah dilaksanakan, yaitu finalisasi pedoman, sosialisasi
pedoman, sosialisisasi aplikasi, dan monev.
Dalam perjalanan pelaksanaan milestone Tim Efektif mempertimbangkan
perlunya suatu infrastruktur bagi pimpinan tentang penerapan MR di
lingkungan BUMN, yaitu Dashboard MR. Dashboard ini akan digunakan
sebagai dasar pemberian atensi kepada kementerian BUMN atau
presiden akan perlunya kebijakan yang lebih tinggi terkait penerapan MR
di BUMN.
Capaian milestone: Rencana vs Realisasi No Rencana Realisasi
Jangka Pendek M1 Menyusun Tim Efektif M1 Menyusun Tim Efektif
M2 Menyusun draft kerangka kebijakan BPKP
M2 Menyusun draft kerangka kebijakan BPKP
M3 Melakukan diskusi dengan internal BPKP
M3
(gab M3—M6)
Merevisi Pedoman (M5 jk pendek) Menyusun Pedoman Penilaian tingkat
Kematangan Penerapan MR BUMN (M6 jk pendek)
FGD dengan internal BPKP (M3 jk pendek)
Melakukan diskusi dengan deputi dan kepala SPI Kementerian BUMN (M4 jk pendek)
Finalisasi Pedoman (M2 jk menengah)
Sosialisasi Pedoman (M2 jk menengah)
M4a Melakukan diskusi Kementerian BUMN
M5 Merevisi Pedoman Umum dan Pedoman Penilaian
M6 Menyusun Pedoman Penilaian kematangan Penerapan MR
M4b Melakukan diskusi dengan BUMN
M4 Mapping Penerapan MR di 11 BUMN
M7 Pembangunan replikasi aplikasi MR di BUMN
M5 Mengembangkan Aplikasi Mengembangkan Dashboard
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
11
pimpinan (milestone baru) Sosialisasi Aplikasi (M4 jk menengah)
M8 Simulasi/Ujicoba di 1 BUMN M6 Melakukan Uji Coba Penilaian Maturitas Level MR di 2 BUMN (PT Antam dan PT Timah)
Jangka Menengah M1 Finalisasi Pedoman Selesai jangka pendek (M3)
M2 Ujicoba/Piloting aplikasi di 1 BUMN
Sedang proses di PT Antam dan PT Timah
M3 Melakukan Sosialisasi Sebagian sudah di jk pendek (M3)
Rencana desember 2019:
1. tanggal 11 Des 2019 pada Rapat Kerja Bidang AN di Jogjakarta
2. tgl 11-12 des 2019 di kantor Perwakilan BPKP provinsi DIY
M4 Melakukan monev Sebagian sudah dilaksanakan
Jangka Panjang M1 Mendorong penilaian tingkat
maturitas penerapan MR di seluruh BUMN Manufaktur
Blm selesai
M2 Menyusunan draft Perban BPKP
Blm selesai
Penjelasan rinci atas capaian milestone dan output kunci adalah sebagai
berikut.
1. Capaian Output Kunci Capaian output kunci yang krusial dan signifikan terhadap keberhasilan
pelaksanaan proyek perubahan adalah sebagai berikut:
a. Pedoman Manajemen Risiko sebanyak 3 buah, yaitu pedoman
umum manajemen risiko, pedoman risk assessment, dan pedoman
penilaian tingkat maturitas penerapan manajemen risiko (Scorecard
penilaian).
b. Peraturan BPKP tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko di
Lingkungan BUMN.
c. Aplikasi Penilaian Tingkat Maturitas Manajemen Risiko BUMN.
d. Dashboard pimpinan tentang kondisi penerapan manajemen risiko
BUMN.
2. Capaian Milestone Kegiatan Rinci
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
12
Milestone 1: Membentuk Tim Efektif Tim efektif diformalkan dalam Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang
Akuntan Negara Nomor KEP-12/D4/03/2019 tanggal 27 Agustus 2019.
Tim efektif bersifat lintas eselon 1, baik di kantor pusat BPKP maupun dari
kantor perwakilan BPKP, sehingga dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi
yang baik agar seluruh milestone dapat tercapai. Tim Efektif terdiri dari
Mentor, Project Leader, Tim Quality Assurance, Tim Revisi Pedoman
Manajemen Risiko, Tim Pengembangan Teknologi Informasi, serta Tim
Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan. Nama dan uraian tugas tim
efektif dapat dilihat pada bukti dokumen M1.
Rincian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai milestone 1
adalah sebagai berikut:
Rapat Koordinasi Tim Efektif Kegiatan yang dilakukan meliputi rapat koordinasi dengan seluruh
Kelompok Kerja beserta staf Direktorat Akuntan Negara. Dalam rapat
koordinasi tersebut, Project Leader memaparkan rencana proyek
perubahan kepada tim dan meminta dukungan dari seluruh tim efektif
serta komitmen dan tanggung jawab dari seluruh staf yang terlibat dalam
proyek perubahan.
Menyusun Rencana Kerja. Tim efektif menyusun Rencana Kerja sesuai dengan tugasnya masing-
masing untuk setiap capaian milestone yang telah dibuat dalam
rancangan proyek perubahan. Disini ditentukan siapa melakukan apa dari
masing-msaing anggota tim efektif, sehingga tersusun pembagian tim
kerja serta tugasnya.
Berkonsultansi dan meminta persetujuan Mentor Project Leader melakukan konsultansi kepada Mentor atas kegiatan-
kegiatan dalam Rencana Kerja yang akan dilaksanakan oleh Tim Efektif,
termasuk pihak-pihak yang akan dimintakan dukungan terhadap proyek
perubahan ini.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
13
Milestone 2: menyusun draf kebijakan BPKP Merevisi pedoman umum manejemen risiko dan pedoman penilaian
risiko. Nomor KEP—14/D4/03/2019 tanggal 18 November 2019.
Capaian Milestone 2 Output dari milestone 2 ini adalah Peraturan BPKP tentang pedoman
penerapan MR di Lingkungan BUMN.
dalam rangka kegiatan penilaian tingkat maturitas penerapan MR oleh
BPKP diperlukan kebijakan yang mendasarinya. Peraturan BPKP tentang
Pedoman Penerapan Manajemen Risko di Lingkungan BUMN tersebut
akan digunakan sebagai dasar kegiatan pengawasan terkait penilaian
tingkat maturitas penerapan MR di lingkungan BUMN di seluruh BUMN,
baik oleh kantor pusat BPKP maupun oleh kantor Perwakilan BPKP di
seluruh Indonesia.
Selain itu, Peraturan ini juga merupakan panduan bagi para Pejabat
Struktural dan Pejabat Fungsional Auditor di Perwakilan BPKP seluruh
Indonesia maupun di kantor Pusat untuk melakukan penilaian tingkat
maturitas penerapan MR di lingkungan BUMN.
Rincian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai milestone 2
sebagai berikut:
1) Menyusun materi awal draf Peraturan BPKP
Project Leader dan Tim Regulasi dan Dukungan Kesekretariatan
menyusun materi awal Peraturan BPKP dengan memelajari proses
penyusunan peraturan termasuk substansi yang diatur dalam
Peraturan BPKP. Materi didiskusikan di antara anggota Tim Revisi
Pedoman Manajemen Risiko
Seiring dengan adanya masukan dan perkembangan draf Pedoman
paska kegiatan sosialisasi dan FGD, draf pedoman terus-menerus
diperbaiki.
2) Berkoordinasi dengan Mentor
Project Leader berkonsultansi kepada Mentor terkait dengan
penyusunan Peraturan BPKP yang merupakan salah satu milestone
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
14
proyek perubahan. Mentor memberikan arahan agar meminta masukan
kepada Direktorat lain untuk substansi dan Biro Hukum dan humas
untuk legal drafting.
3) Koordinasi dan Komunikasi dengan Direktorat lain
Materi awal draf Peraturan BPKP disampaikan kepada Project Leader
untuk direviu selanjutnya minta masukan ke para Direktur di lingkungan
Deputi Akuntan Negara.
4) Koordinasi dan komunikasi dengan Kepala Biro Hukum dan Humas
Sesuai prosedur penerbitan produk hukum BPKP, maka Tim Efektif
harus berkonsultansi kepada Biro Hukum dan Humas BPKP.
Permintaan secara tertulis disampaikan pada bulan November 2019
untuk meminta masukan terkait legal drafting atas draf Peraturan
BPKP.
Sesuai rencana, peraturan yang akan disusun adalah peraturan Badan.
Namun, proses penyusunan Peraturan Badan memakan waktu yang
cukup lama, baik itu di internal BPKP (melalui due process seluruh
Eselon 1) maupun di Kementerian Hukum dan HAM, karena Peraturan
Badan harus dicatat dalam Lembaran Negara. Mengingat pedoman ini
akan segera digunakan di tahun 2020, maka diputuskan untuk jangka
pendek peraturan yang terbit adalah Peraturan Deputi Kepala BPKP
Bidang Akuntan Negara.
Milestone 3: Merevisi Pedoman dan Mensosialisasikan Pedoman Output dari milestone 3 ini adalah:
Terbitnya 3 pedoman, yaitu pedoman umum manajemen risiko,
Pedoman Risk Assessment, dan Pedoman Assessment Tingkat
Maturitas Penerapan Manajemen Risiko.
Tersedianya scorecard penilaian tingkat maturitas penerapan MR di
BUMN
Pedoman Umum dan Pedoman Risk Assessment telah selesai direvisi
dan pedoman asesmen tingkat maturitas penerapan MR telah selesai
disusun. Ketiga pedoman tersebut ditandatangani oleh Deputi Kepala
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
15
BPKP Bidang Akuntan Negara bersamaan dengan Kebijakan yang
mendasarinya pada tanggal 18 November 2019.
Bersamaan dengan selesainya penyusunan pedoman asesmen tingkat
maturitas penerapan MR, maka BPKP sudah memiliki scorecard penilaian
tingkat maturitas penerapan MR di lingkungan BUMN.
Pedoman ini telah melalui proses FGD guna meminta masukan dari
seluruh pihak di BPKP pengampu atau pejabat yang paham terkait
dengan substansi manajemen risiko (Kegiatan FGD ini di Rencana
Proyek Perubahan merupakan 1 milestone sendiri yaitu Milestone 3). Atas
pedoman tersebut juga akan dilakukan uji coba (piloting) di BUMN (lihat
milestone 6). Masukan juga dimintakan dari pejabat eselon 1 di
Kementerian BUMN.
Rincian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target milestone
2 adalah sebagai berikut:
1) Merevisi Pedoman Umum dan Pedoman Risk Assessment serta
Menyusun konsep Pedoman Assessment Tingkat Maturitas
Penerapan Manajemen Risiko.
Untuk kegiatan ini, Tim Revisi Pedoman MR sebagai penanggung
jawab revisi dan penyusunan pedoman dengan pertimbangan
kompetensi konseptual yang dimiliki menyusun rencana
penugasannya an memantau pelaksanaannya.
2) Melakukan FGD internal BPKP terkait konsep Pedoman
FGD dilakukan 2 kali, pertama untuk membahas pedoman umum dan
pedoman risk assessment dan kedua adalah untuk membahas
pedoman asesmen tingkat maturitas penerapan risiko.
Peserta FGD adalah para direktur dan staf yang membidangi
Manajemen risiko untuk Kementerian/Lembaga (Deputi 1 dan 2),
Pemerintah Daerah (Deputi 3), serta direktur yang membidangi
Manajemen Risiko Fraud (Deputi 5). Selain itu, diundang
Kapuslitbangwas BPKP dan Tim serta para Auditor Utama, serta
anggota Satgas Manajemen Risiko BUMN di lingkungan Deputi
Akuntan Negara.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
16
Dalam kegiatan ini dipaparkan rencana penerbitan 3 pedoman terkait
manajemen risiko BUMN dilanjutkan dengan diskusi dan pemberian
masukan dari tiap-tiap peserta.
3) Koordinasi lintas direktorat
Untuk memperkaya dan manjaga kualitas pedoman, permintaan
masukan juga dilakukan secara tertulis kepada seluruh direktorat di
lingkungan Deputi Akuntan Negara sebagai pengampu BUMN dan
BUMD.
4) Konsultasi dan Diskusi dengan Pejabat di Kementrian BUMN
Agar pedoman tersebut dapat memenuhi harapan stakeholders dan
sesuai dengan kondisi di BUMN, maka Tim Efektif meminta masukan
kepada salah satu Deputi (eselon 1) dan Inspektur (eselon 2) di
Kementerian BUMN. untuk dapat menemui Deputi tersebut, tim efektif
menggunakan media komunikasi jejaring, yaitu melaui tortama BPKP
dan inspektur Kementerian BUMN.
5) Berkonsultansi dengan Mentor/Deputi
Pada bulan November Project Leader beserta Tim Efektif
berkonsultansi kepada Mentor didampingi oleh para direktur di
lingkungan Deputi Akuntan Negara dengan memaparkan poin-poin
dalam konsep pedoman..
6) Sosialisasi Pedoman
Kegiatan ini merupakan milestone jangka menengah yang akan
dilakukan di bulan Juli – Agustus 2020. Namun, karena pelaksanaan
proyek perubahan ini akan dilakukan oleh perwakilan di seluruh
Indonesia mulai tahun 2020, maka dirasa perlu segera
disosialisasikan. Oleh karena itu, rencana proyek perubahan ini telah
disosialisasikan kepada para eselon 1, 2 dan 3 dalam rapat kerja
BPKP (4 Oktober 2019). Sosialisasi juga telah dilaksanakan kepada
pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor di perwakilan BPKP
provinsi Jawa Barat. Selanjutnya, pada bulan Desember segera akan
dilakukan sosialisasi ke seluruh korwas AN seluruh Indonesia dalam
rapat kerja bidang akuntan negara tanggal 11 Desember 2019 serta
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
17
kepada seluruh pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor di
perwakilan BPKP provinsi DIY tanggal 12 Desember 2019.
Milestone 4: Mapping Penerapan MR di BUMN Mapping penerapan MR di BUMN diperlukan agar BPKP memperolah
gambaran terkait kondisi penerapan MR di BUMN. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan informasi penerapan MR di BUMN lintas direktorat
Di BPKP, BUMN diampu oleh 4 direktorat, sehingga untuk
memperoleh gambaran secara makro penerapan MR di seluruh
BUMN, maka perlu dikumpulkan informasinya dari setiap direktorat
terkait.
2) FGD dengan 10 BUMN
Selain informasi di atas, dilakukan juga kunjungan dan penggalian
informasi ke 10 BUMN. FGD tersebut dilakukan dengan para direksi
dan pejabat di unit manajemen risiko.
Berikut adalah BUMN dimaksud: No Stakeholders
1 PT Bank BTN (Persero), Tbk.
2 PT Jasa Raharja (Persero)
3 PT Jamkrindo
4 PT Askrindo (Persero)
5 LPEI
6 PT SMF (Persero)
7 Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
8 PT Krakatau Steel (Persero), Tbk
9 PT Pupuk Indonesia
10 PT Pilog
Informasi yang diperoleh dari kegiatan di atas digunakan untuk
memperbaiki pedoman dan penyiapan pengembangan dashboard.
Milestone 5: Mengembangkan Aplikasi dan Dashboard Dalam rangka mempermudah kegiatan penilaian yang akan dilakukan
oleh tim penilai, maka diperlukan 1 aplikasi yang akan menghasilkan nilai
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
18
akhir, sedangkan dashboard akan bermanfaat bagi pimpinan sebagai
dasar pemberian masukan kepada kementerian BUMN ataupun presiden.
Berikut rincian kegiatannya:
1) Diskusi penyusunan desain dengan programmer
Dalam pengembangan aplikasi dan dashboard diperlukan adanya
komunikasi antara Tim Revisi Pedoman MR dan Tim Pengembangan
TI agar diperoleh persepsi yang sama di antara kedua tim tersebut.
Dalam kegiatan ini dilakukan transfer knowledge dan diskusi.
2) Pengembangan aplikasi dan dashboard
Pengembangan aplikasi dashboard dilakukan pada bulan September
dan Oktober oleh Tim Pengembangan Teknologi Informasi dalam
pemantauan Tim Revisi Pedoman MR. Tim Pengembang tersebut
merupakan tim lintas direktorat bahkan ada tim dukungan dari
Pusinfowas BPKP.
3) Penyiapan dokumen pendukung.
Penyiapan dokumen dilakukan oleh asisten programmer yang
mengerti alur kerja dari aplikasi setelah aplikasi sudah final. Dokumen
pengembangan IT juga merupakan syarat yang perlu dipenuhi oleh
unit pengembang bagi suatu produk pengembangan baru agar dapat
diterima oleh Unit IT BPKP, yaitu Pusinfowas BPKP. Dokumen yang
diselesaikan adalah dokumen system requirement specification (SRS)
dan dokumen manual aplikasi.dokumen beserta aplikasi ini nantinya
akan disampaikan ke pusinfowas untuk dilakukan quality assurance,
khususnya dari pemenuhan dokumen.
4) Uji coba dengan data dummy
Uji coba diperlukan untuk mengetahui apakah aplikasi dan dashboard
pada saat di-running telah memenuhi keinginan dari Tim Revisi
Pedoman MR serta untuk mengetahui ada bug atau tidaknya. Ujicoba
dilakukan dengan menggunakan data dummy yang memiliki
karakteristik yang bermacam-macam untuk menemukan error yang
akan terjadi saat aplikasi digunakan di lapangan nanti.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
19
5) Sosialisasi Aplikasi
Karena aplikasi dan dashboard ini akan digunakan oleh auditor di
seluruh perwakilan, maka sosialisasi penggunaan aplikasi dan
dashboard perlu dilakukan. Sosialisasi aplikasi dan dashboard
dilakukan bersamaan dengan sosialisasi pedoman di raker BPKP, di
Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat dan di Deputi Akuntan
Negara.
Milestone 6: Melakukan Uji Coba Penilaian Maturitas Level Penerapan MR BUMN Uji coba penilaian tingkat maturitas penerapan MR dilakukan kepada 2
BUMN, yaitu PT Antam dan PT Timah yang berada dibawah PT Inalum
holding. Sebenarnya permintaan dari PT Inalum holding, penilaian
dilakukan juga kepada PT Inalum holding dan PT Bukitasam.
Ujicoba di BUMN tersebut mengingat strategisnya dari BUMN tersebut,
dimana PT Inalum telah berhasil mengaquisisi PT Freeport.
Berikut adalah rincian kegiatannya:
1) Koordinasi dengan PT Inalum holding
Permintaan penilaian dari PT Inalum sudah sejak tahun lalu. Namun,
Karena pedoman MR belum direvisi serta pedoman penilaian belum
disusun, maka permintaanya masih di-hold.
2) Koordinasi dengan mentor dan Direktorat pengampu PT Inalum
Karena kesiapan infrastruktur baru selesai di tengah November 2019,
maka tidak mungkin penilaian dilakukan kepada 4 BUMN. oleh karena
itu, mentor memberikan arahan dengan memberikan alternative yang
mungkin bagi BPKP dan PT Inalum,
3) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
KAK diperlukan bagi BPKP dan PT Inalum sebagai acuan kegiatan
yang akan dilakukan. KAK ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Untuk tagun 2019, penilaian dilakukan di 2 BUMN, PT Antam dan PT
Timah, sedangkan 2 BUMN lainnya akan dilakukan pada tahun 2019.
4) Kickoff meeting
Kickoff meeting kegiatan penilaian tingkat maturitas penialaian
penerapan MR dilakukan pada tgl 20 November 2019. Kegiatan
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
20
tersebut menandai mulainya dilakukan penilaian oleh BPKP di 2
BUMN.
5) Penyusunan Tim penilai
Dengan telah dilakukannya kickoff meeting, maka BPKP telah
menerbitkan Surat Tugas kepada 2 Tim tertanggal…….Pelaksanaan
penilaian dilakukan dalam jangka waktu…..hari.
B. Mobilisasi Dukungan Stakeholders dan Strategi Komunikasi
Mobilisasi dukungan stakeholders proyek perubahan dilakukan dalam
bentuk komunikasi strategis, yaitu melalui kunjungan langsung kepada
stakeholders, pemanfaatan media komunikasi (telephone dan whatapps),
focus group discussion atau kegiatan tertentu, seperti rapat kerja BPKP
atau rapat kegiatan lainnya, serta pertemuan informal seperti lunch
meeting.
Dari berbagai kegiatan mobilisasi tersebut berhasil diperoleh dukungan
dari internal BPKP sebanyak 74 orang, sedangkan dari ekternal, meliputi
1 Kementerian BUMN dan 29 BUMN, sebanyak 64 orang sebagai
berikut: No Stakeholders
1 Kementerian BUMN
2 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk.
3 PT Bank BTN (Persero), Tbk.
4 PT PNM (Persero)
5 PT Jasa Raharja (Persero)
6 PT Jamkrindo
7 PT Askrindo (Persero)
8 OJK
9 LPEI
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
21
10 PT SMF (Persero)
11 Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
12 Bahana Sekuritas
13 PT Krakatau Steel (Persero), Tbk.
14 PT Pupuk Indonesia
15 Pupuk Indonesia Energi
16 Pupuk Kujang
17 Pupuk Sriwijaya
18 Pupuk Kaltim
19 Pupuk Iskandar Muda
20 PT INKA (Persero)
21 PT Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk.
22 PT Perkebunan Nusantara XII
23 PT Perkebunan Nusantara X
24 PT Perkebunan Nusantara III
25 PT PAL
26 PT DOK Perkapalan Surabaya
27 PT Pertamina
28 Sang Hyang Seri (Persero)
29 PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER)
30 PT Pertani (Persero)
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
22
C. Dukungan Stakeholders
Selama pelaksanaan laboratorium kepemimpinan, telah diperoleh
dukungan dari seluruh stakeholders yang telah direncanakan, baik itu dari
internal BPKP maupun ekternal, yaitu BUMN. Total stakeholders adalah
138 orang. Stakeholders internal BPKP sebanyak 74 orang terwakili oleh
level jabatan struktural dan fungsional. Begitu juga dengan stakeholders
ekternal, BUMN sebanyak 64 orang terwakili mulai dari level komisaris
sampai level manager. Dari total 64 orang stakeholders internal, termasuk
stakeholders yang belum direncanakan sebelumnya, yaitu kepala SPI dan
pejabat level manager BUMN pengampu manajemen risiko.
Dukungan stakeholders diperoleh tidak hanya oleh project manager
menemui secara langsung stakeholders tersebut ke BUMN yang
bersangkutan, tapi juga oleh tim efektif baik yang ada di BPKP Pusat
maupun di Perwakilan BPKP.
Metode perolehan dukungan stakeholders meliputi kunjungan langsung
ke tempat kerja stakeholders ataupun bertemu dalam kegiatan tertentu
(FGD dan rapat kerja internal dan eksternal), pada saat penugasan, lunch
meeting, serta memafaatkan jejaring untuk bisa menemui stakeholders
yang belum dikenal.
Peta stakeholders awal dan paska upaya mobilisasi dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
23
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
24
Dari total 138 orang stakeholders tersebut, berikut adalah level jabatan
stakeholders yang diperoleh.
No Stakeholders Bukti Dukungan
1 Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN
Foto, video dan lembar dukungan
2 Inspektur Kementerian BUMN Foto dan lembar dukungan
3 Pelaksana Tugas Kepala BPKP video dan Lembar Dukungan
4 Sekretaris Utama BPKP Foto, video dan Lembar Dukungan
5 Para Deputi Kepala BPKP Foto dan Lembar Dukungan
6 Para Komisaris BUMN Foto, dan Lembar Dukungan
7 Para Direksi BUMN Video, Foto, dan Lembar Dukungan
8 Para Kepala SPI Foto, dan Lembar Dukungan
9 Para manajer BUMN Foto dan lembar dukungan
10 Para Auditor Utama BPKP Video, foto, dan lembar dukungan
11 Para Kepala Perwakilan BPKP Lembar dukungan
12 Para Direktur di BPKP Lembar dukungan
13 Inspektur BPKP Lembar dukungan
14 Para Kepala Pusat BPKP Lembar dukungan
15 Para Kepala Biro BPKP Lembar dukungan
A. Kendala dan Cara Mengatasinya Pelaksanaan proyek perubahan tidak terlepas dari berbagai kendala yang
dapat menghambat penyelesaian proyek. Kendala dari lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal, yang dihadapi penulis antara lain:
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
25
1. Terbatasnya sumber daya di tahun 2019. Karena pelaksanaan proyek
perubahan di akhir tahun, keterbatasan anggaran menjadi suatu
kendala untuk pelaksanaan beberapa milestone.
2. Ketersediaan sumber daya manusia, terutama Tim Efektif, karena
banyaknya penugasan pada bulan September-November 2019.
3. Milestone ujicoba di BUMN, hampir tidak terlaksana di tahun ini,
karena kesibukan stakeholders di akhir tahun.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, kegiatan proyek perubahan
dilakukan ke stakeholders mengikuti penugasan kantor berlaku. Strategi
ini dilakukan melalui koordinasi dengan berbagai pihak (Direktur,
Kapusdiklat, Kepala Pusat Pembinaan JFA, dan Kepala Biro
Perencanaan) untuk mendapatkan informasi jadwal pelaksanaan kegiatan
kantor seperti rapat kerja, FGD, workshop, dan Forum JFA yang materi
dan target peserta sesuai/cocok dengan materi dan target dukungan
proyek perubahan.
Berkomunikasi dengan pimpinan yaitu Deputi Investigasi untuk meminta
ijin masuk ke kegiatan yang terkait dengan Kedeputian.
Monitoring secara periodik atas progress pekerjaan masing-masing Pokja
dan memberikan pengarahan untuk penyelesaian milestones.
Melakukan strategi komunikasi yang efektif dalam penggalangan
dukungan stakeholders eksternal dengan memanfaatkan berbagai media
komunikasi dan jejaring kerja (networking).
B. Tantangan Tahapan Berikutnya Proyek perubahan ini telah berhasil menyelesaikan target kegiatan utama
pada tahapan jangka pendek yang terdiri dari 7 milestones. Bahkan
proyek perubahan ini telah berhasil melaksanakan kegiatan pada
milestones 11 dan 12 yang merupakan target kegiatan pada tahapan
jangka panjang. Untuk menuntaskan seluruh tahapan proyek perubahan
merupakan tantangan yang sangat besar, mengingat beberapa hal
berikut:
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
26
1. Jumlah BUMN yang cukup banyak dan tersebar di seluruh indonesia.
2. Infrastruktur dan tools yang digunakan baru.
Untuk menghadapi tantangan ke depan di atas, maka hal yang perlu
dilakukan adalah:
1. Berkoordinasi dengan stakeholders untuk mengatur waktu
pelaksanaan kegiatan penilaian.
2. Meningkatkan kompetensi Auditor Bidang Akuntan Negara, agar
dapat melakukan melakukan penilaian tingkat maturitas penerapan
Manajemen Risiko.
Laporan Implementasi Proyek Perubahan Peningkatan Kinerja Pengawasan Melalui Penerapan Manajemen Risiko BUMN
27
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Proyek perubahan ini sejalan dengan isu strategis saat ini dimana kondisi
BUMN yang akhir-akhir ini sudah menjadi sorotan masyarakat dan menjadi
target perbaikan dari Menteri BUMN yang baru.
Manajemen risiko merupakan pengaman bagi suatu organisasi termasuk
BUMN dalam rangka pencapaian tujuan. Selama BUMN masih menganggap
manajemen risko bukan suatu kebutuhan bagi organisasi, maka kemungkinan
muncuknya kejadian-kejadian yang mengejutkan akan terus terjadi.
Proyek perubahan ini menjadi hal yang perlu bagi BPKP untuk membantu
kementerian BUMN dan BUMN itu sendiri untuk mendorong penerapan
manajemen risiko secara efektif.
Diharapkan dengan penilaian yang dilakukan oleh BPKP, maka akan diperoleh
hasil penilaian yang fair atas tingkat maturitas BUMN, karena diniliai dengan
tools yang sama.
B. Lesson Learnt
1. Untuk mendukung proyek perubahan perlu strategi meyakinkan
stakeholders melalui:
a. Menggunakan jalur komunikasi jejaring
b. Pemaparan langsung kepada stakeholders
c. Perolehan trust of stakeholders dengan menyiapkan infrastruktur
yang bagus
2. Untuk membangun budaya risiko:
a. Sosialisasi terus menerus kepada stakeholders akan perlunya
manajemen risiko
b. Perlu waktu lama untuk membangun budaya risiko dalam suatu
organisasi sehingga awareness akan risiko meningkat