laporan akhir

64
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Mendefinisikan tekanan darah tinggi yang tidak normal (BP) sangat sulit dan sewenang-wenang. Selain itu, hubungan antara tekanan arteri sistemik dan morbiditas tampaknya kuantitatif daripada kualitatif. Tingkat tinggi untuk BP harus disepakati dalam praktek klinis untuk skrining pasien dengan hipertensi dan untuk melembagakan evaluasi diagnostik dan memulai terapi. Karena risiko untuk pasien individu mungkin berkorelasi dengan keparahan hipertensi, sistem klasifikasi sangat penting untuk membuat keputusan tentang agresivitas pengobatan atau intervensi terapeutik. Berdasarkan rekomendasi JNC 8, penderita mengalami hipertensi jika sebagai berikut (James and wood, 2013) : 1. Pasien dengan umur 60 tahun atau lebih, dengan tekanan sistollik ≥ 150 mmHg, dengan diastolik ≥ 90 mmHg, diterapi sampai dengan batas normal. 1

Upload: putrifitriacahyani

Post on 13-Apr-2016

23 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: laporan akhir

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Mendefinisikan tekanan darah tinggi yang tidak normal (BP) sangat sulit dan

sewenang-wenang. Selain itu, hubungan antara tekanan arteri sistemik dan

morbiditas tampaknya kuantitatif daripada kualitatif. Tingkat tinggi untuk BP harus

disepakati dalam praktek klinis untuk skrining pasien dengan hipertensi dan untuk

melembagakan evaluasi diagnostik dan memulai terapi. Karena risiko untuk pasien

individu mungkin berkorelasi dengan keparahan hipertensi, sistem klasifikasi sangat

penting untuk membuat keputusan tentang agresivitas pengobatan atau intervensi

terapeutik.

Berdasarkan rekomendasi JNC 8, penderita mengalami hipertensi jika

sebagai berikut (James and wood, 2013) :

1. Pasien dengan umur 60 tahun atau lebih, dengan tekanan sistollik ≥ 150 mmHg,

dengan diastolik ≥ 90 mmHg, diterapi sampai dengan batas normal.

2. Pada pasien kurang dari 60 tahun dengan lebih dari 18 tahun mengalami CKD

atau diabetes, target treatmen tekanan darah seharusnya 140/90 mm Hg.

3. Pada pasien ras bukan kulit hitam, mulai diobati degan diuretik (thiazide), CCB,

ACE-I, atau ARB

4. Pada pasien ras kulit hitam, mulai diobati degan diuretik (thiazide)/CCB

5. Pasien dengan ras tertentu atau dengan diabetes militus, selama 18 tahun atau

lebih dengan CKD, inisial terapi dengan ACE-I atau ARB

6. ACE-I tidak boleh digunakan bersamaan dengan ARB pada pasien yang sama1

Page 2: laporan akhir

7. Jika tujuan terapi dalam 1 bulan tidak tercapai, dosis dapat ditingkatkan atau

dengan mempertimbangkan kombinasi, jika obat kombinasi tidak bisa mencapai

target, menggunakan kelas obat yang ketiga

8. Jika target terapi tidak dapat mencapai target dengan tiga jenis obat dari

rekomendasi kelas-kelas obat, gunakan obat dari kelas obat yang lain dan atau

rujuk kepada sepsialis hipertensi

2.1.2 Patogenesis

Patogenesis hipertensi esensial adalah multifaktor dan sangat kompleks

(Gandhi , 2001). Beberapa faktor memodulasi tekanan darah ( BP ) untuk perfusi

jaringan yang memadai dan mencakup mediator humoral, reaktivitas vaskular,

volume sirkulasi darah, kaliber pembuluh darah, viskositas darah, curah jantung,

pembuluh darah elastisitas, dan stimulasi saraf. Sebuah kemungkinan patogenesis

hipertensi esensial telah diusulkan di mana beberapa faktor, termasuk

kecenderungan genetik, asupan diet garam berlebih, dan nada adrenergik, dapat

berinteraksi untuk menghasilkan hipertensi. Meskipun genetika tampaknya

berkontribusi pada hipertensi esensial, mekanisme yang tepat belum ditetapkan.

Karena penyelidikan patofisiologi hipertensi, baik pada hewan dan manusia,

semakin banyak bukti menunjukkan bahwa hipertensi mungkin memiliki dasar

imunologi. Penelitian telah menunjukkan bahwa hipertensi dikaitkan dengan infiltrasi

ginjal sel kekebalan dan imunosupresi farmakologis (seperti dengan mofetil

mycophenolate obat) atau imunosupresi patologis (seperti yang terjadi dengan HIV)

menghasilkan tekanan darah berkurang pada hewan dan manusia. Bukti

menunjukkan bahwa limfosit T dan sitokin T - sel yang berasal ( misalnya, interleukin

17, tumor necrosis factor alpha ) memainkan peran penting dalam hipertensi.2

Page 3: laporan akhir

Satu hipotesis adalah bahwa hasil prehipertensi dalam oksidasi dan

kekuatan mekanik diubah yang mengarah pada pembentukan neoantigens, yang

kemudian dipresentasikan kepada sel T, yang menyebabkan aktivasi T - sel dan

infiltrasi organ penting ( misalnya, ginjal, pembuluh darah ). Hal ini menyebabkan

kerusakan hipertensi dan akhir organ persisten atau berat . Aktivasi sistem saraf

simpatik dan rangsangan noradrenergik juga telah terbukti dapat meningkatkan

aktivasi T - limfosit dan infiltrasi dan memberikan kontribusi pada patofisiologi

hipertensi (Harrison, 2011). Sejarah alami dari hipertensi esensial berkembang dari

sesekali didirikan hipertensi. Setelah periode asimtomatik invariabel lama, hipertensi

persisten berkembang menjadi hipertensi rumit, di mana kerusakan target organ ke

aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat jelas.

Perkembangan hipertensi esensial adalah sebagai berikut :

1. Prehipertensi pada orang berusia 10-30 tahun (oleh peningkatan cardiac output)

2. Hipertensi dini pada orang berusia 20-40 tahun ( di mana peningkatan resistensi

perifer menonjol

3. Didirikan hipertensi pada orang berusia 30-50 tahun

4. Hipertensi rumit pada orang berusia 40-60 tahun

Salah satu mekanisme hipertensi telah digambarkan sebagai output tinggi

hipertensi. Tinggi -output hasil dari penurunan hipertensi resistensi pembuluh darah

perifer dan stimulasi jantung bersamaan dengan hiperaktivitas adrenergik dan

homeostasis kalsium diubah. Mekanisme kedua bermanifestasi dengan output

jantung normal atau berkurang dan resistensi pembuluh darah sistemik meningkat

karena peningkatan vasoreactivity. Mekanisme ( dan tumpang tindih ) lain meningkat

garam dan reabsorpsi air ( sensitivitas garam ) oleh ginjal, yang meningkatkan

volume darah yang bersirkulasi. Reaktivitas kortisol, indeks fungsi hipotalamus-3

Page 4: laporan akhir

hipofisis - adrenal, merupakan mekanisme lain dimana stres psikososial dikaitkan

dengan hipertensi di masa depan (Hamer, 2012). Dalam subpenelitian prospektif

kohort Whitehall II, dengan 3 tahun tindak lanjut dari kohort kerja pada pasien yang

sebelumnya sehat, peneliti melaporkan 15,9 % dari sampel pasien menderita

hipertensi dalam menanggapi stres mental yang diinduksi laboratorium dan

menemukan hubungan antara reaktivitas kortisol stres dan kejadian hipertensi

(Hamer, 2012).

2.1.3 Tanda dan Gejala

Dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih, atau

tekanan diastol 90 mm Hg atau lebih, atau menggunakan obat antihipertensi.(Roger,

2012). Rekomendasi dasar dari the Seventh Report of the Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

7), klasifikasi tenakan darah untuk umur 18 tahun ketas sebagai berikut (Whelton,

2012):

1. Normal : Sistolik ≤ 120 mm Hg, diastolik ≤ 80 mm Hg

2. Prehypertension : Sistolik 120-139 mm Hg, diastolik 80-89 mm Hg

3. Stage 1 : Sistolik 140-159 mm Hg, diastolik 90-99 mm Hg

4. Stage 2 : Sistolik 160 mm Hg ≥, diastolik 100 mm Hg ≥

2.1.4 Diagnosis

4

Page 5: laporan akhir

Evaluasi hipertesi untuk mengetahui tekanan darah pasien, dilakukan

dengan histori medikasi dan pemeriksaan fisik, dan dilakukan penelitian rutin di

laboratrium (Katakam, 2008). Pada 12-lead elektrokardiogram memberikan makna

yang berarti. Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan (ICSI, 2010):

1. Adanya organ yang rusak

2. Kemungkinan penyebab hipertensi

3. Faktor resiko kardiovaskular

Pada penelitian lain kemungkinan ditemukan hipertensi sekunder dan atau

target organ yang rusak, seperti CBC, gambaran radiografi dada, asam urat, dan

mikroalbumin urin (Chobanian, 2003).

2.1.5 Manajemen

JNC, American Diabetes Associate (ADA), dan American Heart

Association/American Stroke Association (AHA/ASA) merekomendasikan perubahan

pola hidup menjadi langkah awal untuk memanagemen hipertensi. JNC 7

rekomendasi untuk menurunkan BP dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular

termasuk berikut ini, dengan hasil yang lebih besar dicapai bila 2 atau lebih

modifikasi gaya hidup digabungkan(Chobanian, 2003):

1. Berat badan ( kisaran perkiraan sistolik pengurangan BP [ SBP ] , 5-20 mm

Hg per 10 kg )

2. Batasi asupan alkohol tidak lebih dari 1 oz ( 30 ml ) etanol per hari untuk pria

atau 0,5 oz ( 15 ml ) etanol per hari untuk wanita dan orang dengan berat

badan lebih ringan ( kisaran perkiraan pengurangan SBP , 2-4 mm Hg )

5

Page 6: laporan akhir

3. Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol / hari ( 2,4 g sodium

atau 6 g sodium klorida , kisaran perkiraan pengurangan SBP , 2-8 mm Hg )

(Whelton,2012)

4. Menjaga asupan makanan kalium ( sekitar 90 mmol / hari )

5. Menjaga asupan kalsium dan magnesium untuk kesehatan umum

6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan makanan lemak jenuh dan

kolesterol untuk kesehatan jantung secara keseluruhan

7. Terlibat dalam latihan aerobik minimal 30 menit setiap hari untuk sebagian

besar hari ( kisaran perkiraan pengurangan SBP , 4-9 mm Hg )

AHA / ASA merekomendasikan diet yang rendah sodium , tinggi kalium , dan

mempromosikan konsumsi buah-buahan , sayuran , dan produk susu rendah lemak

untuk mengurangi BP dan menurunkan risiko stroke . Rekomendasi lainnya

termasuk meningkatkan aktivitas fisik ( 30 menit atau lebih aktivitas intensitas

sedang setiap hari ) dan menurunkan berat badan (untuk orang-orang kelebihan

berat badan dan obesitas ). The 2013 European Society of Hypertension ( ESH )

dan European Society of Cardiology ( ESC ) pedoman merekomendasikan diet

rendah sodium ( terbatas pada 5 sampai 6 g per hari ) serta mengurangi indeks

massa tubuh ( BMI ) 25 kg / m2 dan lingkar pinggang ( untuk < 102 cm pada pria

dan < 88 cm pada wanita ) (O'Riordan and Mancia, 2013).

2.1.6 Terapi Farmakologis

Jika modifikasi gaya hidup tidak cukup untuk mencapai tujuan BP , ada

beberapa pilihan obat untuk mengobati dan mengelola hipertensi . Diuretik thiazide

adalah agen disukai tanpa adanya indikasi menarik (Chobanian, 2003). Indikasi

6

Page 7: laporan akhir

menarik mungkin termasuk kondisi berisiko tinggi seperti gagal jantung, penyakit

jantung iskemik, penyakit ginjal kronis, dan stroke berulang, atau kondisi-kondisi

umumnya terkait dengan hipertensi , termasuk diabetes dan risiko penyakit koroner

tinggi. Obat intolerability atau kontraindikasi mungkin juga faktor (Chobanian, 2003).

Sebuah angiotensin-converting enzyme ( ACE ) inhibitor, penghambat reseptor

angiotensin ( ARB ), calcium channel blocker ( CCB ), dan beta - blocker semua

agen alternatif yang dapat diterima dalam kasus-kasus yang menarik tersebut.

Berikut ini adalah rekomendasi kelas obat untuk indikasi menarik

berdasarkan berbagai uji klinis (Chobanian, 2003):

1. Gagal jantung : diuretik , beta blocker , ACE inhibitor , ARB , antagonis

aldosterone

2. infark miokard : Beta - blocker , ACE inhibitor , antagonis aldosterone

3. risiko penyakit koroner Tinggi : diuretik , beta blocker , ACE inhibitor , CCB

4. Diabetes : diuretik , beta blocker , ACE inhibitor , ARB , CCB

5. Penyakit ginjal kronis : ACE inhibitor , ARB

6. pencegahan stroke berulang : diuretik , ACE inhibitor

2.2 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut

Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygine Index

Simplified dari Green dan Vermilion (Herijulianti dkk., 2001). Green dan Vermilion

memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen

7

Page 8: laporan akhir

depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada dalam rongga

mulut. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index dan Calculus Index

(Putri dkk., 2010).

atau

Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang dilihat adalah

adanya debris (plak) dan kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang

dilakukan untuk memudahkan penilaian. Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan

pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu (Herijulianti

dkk., 2001) :

Untuk rahang atas yang diperiksa :

1. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal.

2. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.

3. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal.

Untuk rahang bawah yang diperiksa :

1. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual.

2. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.

3. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.

8

OHI-S = Debris Index + Calculus Index

OHI-S = DI + CI

Page 9: laporan akhir

Gambar 2.1 Permukaan Gigi yang Diperiksa Untuk Melihat Debris dan Plak

Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah

dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah

ditetapkan untuk mewakilinya yaitu (Herijulianti dkk., 2001) :

1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada

gigi M2 rahang atas/bawah.

2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian

dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.

3. Bila M1, M2, dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat

dilakukan penilaian.

4. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri rahang

atas.

5. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.

6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan

rahang bawah.

7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan

penilaian.

9

Page 10: laporan akhir

Gambar 2.2 Penilaian Debris dan Kalkulus

Bila terdapat kasus beberapa gigi diantara keenam gigi yang seharusnya

diperiksa tidak ada, debris index dan kalkulus masih dapat dihitung apabila terdapat

paling sedikit 2 gigi yang dapat dinilai (Herijulianti Eliza dkk., 2002). Untuk

mempermudah penilaian, sebelum melakukan penilain debris, kita dapat membagi

permukaan gigi yang akan dinilai dengan garis khayal menjadi tiga bagian sama

besar atau luas secara horizontal (Putri dkk., 2010).

1. Mencatat Skor debris

Oral debris adalah bahan lunak di permukaan gigi yang dapat merupakan

plak, materail alba, dan food debris. Kriteria skor debris adalah sebagai berikut (Putri

dkk., 2011).

Gambar 2.3 Kondisi Skor Debris (Putri., dkk 2010).

10

Page 11: laporan akhir

Tabel 2.1 Skor debris pada pemeriksaan kebersihan mulut menurut indeks OHI-S Green dan

Vermilion

Skor Kondisi

0 Tidak ada debris atau stain

1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat stain

ekstrinsik di permukaan yang diperiksa

2 Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang

diperiksa

3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa

Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan disklosing

ataupun tanpa larutan disklosing.

Jika digunakan larutan disklosing pasien diminta untuk mengangkat lidahnya

ke atas, teteskan disklosing sebanyak tiga tetes di bawah lidah. Dalam keadaan

mulut terkatup sebarkan disklosing dengan lidah ke seluruh permukaan gigi. Setelah

disklosing tersebar, pasien diperbolehkan meludah, diusahakan tidak kumur.

Periksalah gigi indeks pada permukaan indeksnya dan catat skor sesuai dengan

kriteria.

Jika tidak menggunakan larutan disklosing, gunakanlah sonde biasa atau

dental probe untuk pemeriksaa debris. Gerakan sonde secara mendatar pada

permukaan gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh sonde. Periksalah gigi

indeks mulai dengan menelusuri dari sepertiga bagian insisal atau oklusal, jika pada

bagian ini tidak ditemukan debris, lanjutkan terus pada dua pertiga gigi, jika disini

pun tidak ada, teruskan sampai ke bagian servikal (Putri dkk., 2010).

11

Page 12: laporan akhir

Cara memperoleh debris index :

2. Mencatat skor kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat pengendapan garam-

garam anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium

fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel deskuamasi

(Putri dkk., 2010). Kriteria skor kalkulus adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kondisi Skor Kalkulus (Putri., dkk 2010).

Tabel 2.2 Skor kalkulus pada pemeriksaan kebersihan mulut menurut indeks OHI-S Green

dan Vermilion

Skor Kondisi

0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal,

yang diperiksa

2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3

permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus subgingiva

di sekeliling servikal gigi

3 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada

12

DI = Jumlah nilai debris

Jumlah gigi yang diperiksa

Page 13: laporan akhir

kalkulus subgingiva yang berkelanjutan disekeliling servikal gigi

Cara memperoleh calculus index :

3. Menghitung skor indeks debris, skor indeks kalkulus dan skor OHI-S

Skor indeks debris maupun skor indeks kalkulus ditentukan dengan cara

menjumlahkan seluruh skor kemudian membaginya dengan jumlah segmen yang

diperiksa (Putri dkk., 2010).

4. Menentukan kriteria OHI-S

OHI-S mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti ketentuan sebagai

berikut (Herijulianti dkk., 2001) :

Baik (good) : Jika antara 0 – 1,2

Sedang (fair) : Jika antara 1,3 – 3,0

Buruk (poor) : Jika antara 3,1 – 6,0.

BAB 3

13

CI = Jumlah nilai kalkulus

Jumlah gigi yang diperiksa

Page 14: laporan akhir

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

3.2 Pencarian Alternatif Program Kesehatan

14

Tingkat Ekonomi rata-rata cukup

Tingkat Pendidikan lansia rata-rata SMP

Pengetahuan lansia tentang hipertensi rendah

Tingginya hipertensi di daerah pakis kembar

Kurangnya perhatian terhadap lansia oleh petugas kesehatan

Kepatuhan dalam minum obat rendah

Hipertensi yang tidak terkontontrol dan banyak yang melngalami strok

Perlu ditingkatkan pengetahuan lansia dengan penyuluhan

kesehatan

Perlu ditingkatkan pengetahuan dan skrining awal hipertensi

Penyuluhan tentang :

- Hipertensi- Obat-obatab hipertensi

Penyuluhan dan pelatihan tensi untuk screening hipertensi:

- Mengajari kader-kader tensi dan mengevaluasi- Memberikan catatan penting hipertensi beserta

bahayanya

Page 15: laporan akhir

Berdasarkan Konsep PEARL

Solusi P E A R L Jumlah

Penyuluhan dan Pelatihan Tensi

4 2 4 4 5 19

Penyuluhan tentang :

- Hipertensi

- Obat-obat

hipertensi

3 3 3 4 5 18

Tabel 3.1 Pencarian Alternatif Program Kesehatan Berdasarkan Konsep PEARL

P : Appropriateness (kesesuaian antara solusi/program dengan masalah.

Semakin sesuai dengan masalah, nilai semakin tinggi.

E : Economic Feasibility (pelaksanaan program secara ekonomi murah).

Semakin murah pelaksanaannya, nilai semakin tinggi.

A : Acceptability (dapat diterima oleh masyarakat).

Semakin diterima secara luas oleh masyarakat, nilai semakin tinggi.

R : Resource Availability (tersedianya sumber daya <5 M> yang memadai).

Semakin tersedia sumber dayanya, nilainya semakin tinggi.

L : Legality (program secara legalitas terjamin).

Semakin legal (tidak bermasalah secara hukum), nilainya semakin tinggi.

Penjelasan:

15

Page 16: laporan akhir

Berdasarkan pencarian alternatif program (pemecahan masalah) dengan

PEARL faktor maka didapatkan masalah yang dapat diselesaikan dalam

rangakaian metode Hanlon.

Tempat penyuluhan kami terdiri dari gabungan dusun Krajan Brat dan Krajan

Timur yang merupakan desa yang sebelumnya belum pernah diberikan

penyuluhan. Oleh karena itu, tim membuat program penyuluhan hipertensi

dan pelatihan tensi untuk kader, karena rendahnya pengetahun tentang

hipertensi, mengangap bahwa hipertensi adalah sesuatu yang wajar pada

orang tua dan tingkat kepatuhan minum obat sangat rendah, ketika tensi

sudah turun tidak mau lagi minum obat. Pelatihan tensi untuk kader

diharapkan para kader mampu mengecek tanda awal hipertensi dan lebih

memperhatikan lagi bahaya-bahaya hipertensi.

Penyuluhan merupakan secondary prevention yang ekonomis dan praktis

serta mampu memberikan peningkatan pengetahuan lansia dan kader

khususnya di Dusun Krajan Barat dan Krajan TImur serta seluruh kader

posyandu di Desa Pakis Kembar.

BAB 4

METODE KEGIATAN16

Page 17: laporan akhir

4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilajkan di Balai Desa Pakis Kembar Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang. Kegiatan pemeriksaan kesehatan, penyuluhan dan

senam lansia dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2014 dan dimulai pada

pukul 08.00.

4.2 Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah penduduk desa yang sudah lanjut usia

(>50thn) yang memiliki hipertensi maupun riwayat hipertensi serta seluruh Kader

Posyandu Lansia Desa Pakiskembar.

4.3 Alat dan Bahan

1. Speaker

2. Mic wireless

3. Tensimeter

4. Timbangan

5. Meteran

6. Slide Presentasi

7. LCD

8. Booklet

9. Meja 5 buah

10. Alat dan bahan pemeriksaan (BGA, kolesterol, OHIS)

11. Kursi 50 buah

12. Laptop17

Page 18: laporan akhir

13. Kabel roll 1 buah isi 4

4.4 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan

hipertensi yang membahas mengenai pentingnya menjaga pola hidup yang

sehat bagi penderita hipertensi dan pemeriksaan kesehatan (anamnesa, cek

tekanan darah, kolesterol, GDA dan OHIS) serta pelaksanaan senam lansia.

Metode pendekatan dilakukan dengan pendekatan personal dengan perangkat

desa, bidan desa, dan kader posyandu.

No. Kegiatan MetodePenyuluhan

1. Penyuluhan kepada lansia di Desa

Pakiskembar tentang hipertensi.

- Lecture with Discussion.

Pada metode ini peserta

diberikan kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan atau

umpan baik selama atau

setelah penyuluhan.

Pemeriksaan Kesehatan2. anamnesa, cek tekanan darah,

kolesterol, GDA dan OHIS yang

ditujukan untuk yang beresiko.

- KIE (Komunikasi, Informasi

dan Edukasi), mengenai

pentingnya cek rutin tekanan

darah, gula darah dan

kolesterol bagi yang memiliki

resiko tinggi. OHIS

memeriksa tingkat higienis

gigi.

18

Page 19: laporan akhir

Pelatihan Kader untuk Tensi3. Pelatihan tensi dan mengukur nadi - Melatih langka-langkah

mengukur tensi dan nadi

4.5 Metode Pengambilan Sampel

Gambar 4.1 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang akan diberikan intervensi lansia di dusun Krajan

Timur dan Krajan Barat dengan alasan :

19

DESA

PAKIS KEMBAR

∑ dusun = 5 dusun

- Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada tanggal 22 Februari 2014

Ngedem yang terdiri dari 1 RW dan 5 RT, jumlah lansia 21 orang

Krajan Timur yang terdiri dari 1 RW dan 1 RT, jumlah lansia 23 orang

Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan yang sesuai jadwal PKNM yaitu pada tanggal 22 Februari 2014

terdiri dari 5 Dusun

Jambon yang terdiri dari 1 RW dan 13 RT, jumlah lansia 19 orang.

Krajan Barat yang terdiri dari 2 RW dan 15 RT, 18 orang

Tegal Pasangan yang terdiri 3 RW dan 14 RT, jumlah lansi 15 orang

Page 20: laporan akhir

1. Pada daerah tersebut kader ingin bekerjasama dan mudah dalam

mengkoodinir, pada daerah lain sulit dijangkau dan tidak mau bekerjasama

dengan alasan tidak ada upahnya.

2. Tingkat pengetahuan yang kurang pada daerah tersebut sehingga dipilih

sampel pada daerah tersebut, diharapkan para kader mau menyumbangkan

pengetahuannnya setelah acara ini.

BAB 520

Page 21: laporan akhir

RANCANGAN EVALUASI

Kegiatan Indikator Keberhasilan Cara Mengukur Indikator

1. Lecture with

Discussion

mengenai

Hipertensi dan

obat-obat

antihipertensi

- Edukasi diikuti oleh

minimal 20 orang lansia

dan 3 orang kader

posyandu

- Peningkatan pengetahuan

peserta

- Peserta aktif mengikuti

kegiatan tanya jawab

- Melalui absensi

kehadiran peserta

edukasi

- Melalui kegiatan tanya

jawab yang disediakan

oleh panitia

2. Senam - Senam diikuti oleh seluruh

peserta yang hadir

penyuluhan dan

pemeriksaan kesehatan

- Melalui absensi

kehadiran

- Melalui antusiasme

peserta (lansia)

mengikuti rangkaian

gerakan senam

3. Pemeriksaan

Tekanan Darah

- Seluruh peserta (lansia)

yang hadir pada acara

diukur tekanan darahnya

- Melalui kartu kendali

pemeriksaan lansia

4. Pemeriksaan

GDA dan

Cholesterol

- Peserta yang memiliki

resiko dan riwayat stroke

dilakukan pemeriksaan

kolesterol

- Peserta yang memiliki

riwayat dan indikasi tanda

gejala diabetes dilakukan

cek GDA

- Melalui kartu kendali

pemeriksaan lansia

5. Pelatihan tensi - Para kader mampu

melakukan pengukuran

tensi dan nadi, dan

- Melalui tes pengukuran

tensi oleh kader

terlebih dahulu,

21

Page 22: laporan akhir

mengetahui batasan

normal atau tidak setelah

diukur tensi dan nadi.

kemudian di cek oleh

mahasiswa

kedokterran, apakah

hasil sudah benar

6. Pemeriksaan

OHIS

- Seluruh peserta (lansia)

yang hadir pada acara

mengikuti pemeriksaan

OHIS

- Melalui kartu kendali

pemeriksaan lansia

dan lembar hasil

pemeriksaan OHIS

BAB 6

22

Page 23: laporan akhir

JADWAL PELAKSANAAN

6.1 Pelaksanaan Acara

Pelaksanaan acara :

Waktu : Sabtu, 22 Februari 2014 pukul 07.00 WIB

Tempat : Balai desa

Waktu Durasi Kegiatan PJ05.30 kumpul di depan faal06.00 Semua Sie Berangkat ke lokasi PJ : AngelPersiapan06.30-07.00

Acara Briefing keseluruhan kegiatan

Perkap Mengecek kesiapan tempat acaraMengecek peralatan yang akan digunakan : sound sistem

PJ : Sanca

Konsumsi Menyiapkan snack dan minuman bagi peserta dan undangan

PJ : Nora

Dokumentasi Mengecek kesiapan dan dekorasiMemastikan kesiapan wallpaper, backsound, video untuk hari iniPersiapan untuk dokumentasi

PJ : Dimas

Humas Memastikan ruangan yang akan digunakan siap dipakaiMemastikan undangan datang tepat waktu

PJ : Nonik

Sekretaris Menyiapkan absensi peserta PJ: Adecya

Registrasi Peserta07.00-07.30

Sekretaris Melakukan absensi PJ: Adecya

PDDM Dokumentasi PJ : Dimas

Humas Menemani undangan PJ : DewiAcara -berkoordinasi dengan sie lain

-memastikan semua siap (termasuk persiapan senam lansia)-mengingatkan PDDM untuk menyiapkan semua slide

PJ : Angel

Pembukaan07.30-07.45

Acara Time keeper : pra kondisi senam lansia

MC Membuka acara PJ : Ova Senam Lansia

23

Page 24: laporan akhir

07.45-08.15

Acara -time keeper-berkoordinasi dengan sie lain

PJ : Angel

PDDM -dokumentasi PJ : Dimas

Perkap -menyiapkan lagu untuk senam PJ : Sanca

Pemandu Senam

-Memandu jalannya senam PJ : Cahyani dan Puti

All Sie Mengikuti SenamBreak08.15-08.30

Acara -Menyiapkan acara selanjutnya

Perkap -Menyiapkan LCD dan ruang untuk penyuluhan

PDDM -Menyiapkan slide presentasi Konsumsi -Membagikan minum untuk peserta

Penyuluhan Kesehatan08.30-09.00

Acara -time keeper-berkoordinasi dengan sie lain

PDDM -Membantu menjadi moderator-Dokumentasi

Pemateri Membawakan materi penyuluhan hipertensi

Angel dan Dewi

Semua petugas yang tidak terlibat dalam penyuluhan kesehatan, menyiapkan acara selanjutnya yaitu pemeriksaan kesehatan

Break09.00-09.10

Acara Mempersiapkan acara selanjutnya

Perkap -Menyiapkan tempat pemeriksaan kesehatan-Mengecek alat-alat untuk pemeriksaan kesehatan

Konsumsi -Menyiapkan konsumsi untuk dibagikan setelah pemeriksaan kesehatan Semua petugas siap ditempat masing-masing

Pemeriksaan Kesehatan09.10-11.00

All sie -Menempati tempat pemeriksaan kesehatan masing-masing sesuai tugas yang sudah dibagiKeterangan ada di bawah

PDDM - DokumentasiPenutupan

24

Page 25: laporan akhir

Acara - Menutup acara- Menyerahkan kenang-kenangan

secara simbolis- Pembagian konsumsi dan

souvenir untuk pesertaPDDM Dokumentasi

Keterangan :

Meja 1 :

Registrasi : ketas registrasi (petugas : Dewi)

Pengukuran BB : timbangan (petugas : Sanca)

Meja 2 :

Anamnesa : kartu kendali, bopoin (petugas : Angel, Nonik, Atus)

Tensi : stetoskop dan tensi (petugas : Adis, Romi, Nora)

Meja 3 :

Pemeriksaan GDA dan Kolesterol : 2 alat GDA dan Kolesterol, kapas alkohol

(petugas : Puti)

Meja 4 :

Pemeriksaan OHIS untuk mengetahui status higienis gigi (petugas : Ova,

Pavita, Melur)

Untuk semua documentasi PJ : Dimas

6.2 Evaluasi Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

6.2.1 Evaluasi Anamnesa

Poin2 anamnesa :25

Page 26: laporan akhir

1. Apakah selama ini tekan darah selalu tinggi?

2. Apakah sudah pernah minum obat darah tinggi?

3. Jika iya, jenis obat apa? Cara meminumnya seperti apa? Apa ada perubahan?

4. Jika punya darah tinggi, apakah rajin control?

5. Apakah penah mengalami stroke?

6. Apakah punya penyakit jantung?

Poin 5 dan 6 Bila YA wajib cek Kolesterol

6.2.2 Evaluasi Pemeriksaan Fisik

Pertanyaan mengarahkan untuk cek GDA

1) Apa anda sering merasa sangat lapar dan haus?

2) Kulit anda sering terasa gatal atau masalah kulit lainnya?

3) Anda sering mengalami bisul?

4) Jika anda terluka apakah butuh waktu yang lama untuk smebuh?

5) Anda sering merasa kram di kaki?

6) Apakah sering buang air kecil di siang hari atau malam hari?

7) Anda sering mengalami infeksi kandung kemih?

8) Kaki dantangan sering mati rasa atau kesemutan?

9) Berat badan menurun derastis?

10) Anda merasa letih dan lemah?

11) Anda merasa sangat mual?

12) Anda memiliki anggota keluarga yang menderitas diabetes?

13) Apakah dulu ada kelebihan berat badan?

Apabila mayoritas jawaban YA, wajib periksa GDA

26

Page 27: laporan akhir

Tabel 6.1 Hasil Pemeriksaan GDA

6.3 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Februari 2014)16 17 18 19 20 21 22 23-26

1. Rapat Kegiatan2. Survey dan

pelatihan kader3. Konsultasi dengan

dosen pembimbing4. Pembuatan TOR5. Persiapan acara

(pembuatan booklet, penyuluhan, dan persiapan peralatan)

6. Pembagian Undangan dan pelatihan kader

7. Pelaksanaan acara8. Pemberian kenang-

kenangan dan ucapan terima kasih

9. Konsultasi dengan dosen pembimbing

10. Follow up dan pembuatan laporan

6.4 Susunan KepanitiaanPembimbing : drg. Miftahul Cahyati, Sp.PM

Ketua : Anggela Damayanti

27

Page 28: laporan akhir

Sekretaris : Adecya Amaryllis Risa Putri

Bendahara : Zurniatus Sholihah

Sie Acara : Pavita Rahma Rosyida

Prissasova Novelianingsih

Sie Humas : Cahyani Permata

Melur Fatima Haris

Sie Perlengkapan : Romi

Sanca Ermanda F. P.

Sie Konsumsi : Nora A. Roragabar

Dewi Okta Briana

Sie Dokumentasi : Puti Fajri Lestari

Dimas Prakoso

BAB 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

28

Page 29: laporan akhir

7.1 Judul Kegiatan

Pembinaan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Pakis Kembar Sebagai

Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dan Penggiatan Senam

Pra Lansia dan Lansia.

7.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Balai Desa Pakis Kembar, Desa Pakis

Kembar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan

tensi dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2014 dan dimulai pada pukul 08.00.

7.3 Jumlah Peserta

a. Jumlah lansia yang mengikuti penyuluhan sebanyak 20 orang

b. Jumlah kader posyandu yang mengikuti pelatihan tensi sebanyak 8 orang

7.4 Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah pra lansia dan lansia di dusun Krajan Barat

dan Krajan Timur serta seluruh kader posyandu Desa Pakis Kembar Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang.

7.5 Target

29

Page 30: laporan akhir

Penyuluhan diikuti oleh minimal 25 pra lansia dan lansia dari dusun

Krajan Barat dan Krajan Timur dan 10 orang kader posyandu Desa Pakis

Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

7.6 Kualifikasi

a. Penyuluhan diikuti oleh perwakilan pra lansia dan lansia yang berasal dari

dusun Krajan Barat dan Krajan Timur yang tergabung dalam wilayah Desa

Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang serta seluruh kader

posyandu di Desa Pakis Kembar

b. Pelatihan tensi diikuti oleh perwakilan kader posyandu dari semua dusun

yang ada di Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

7.7 Metode Kegiatan

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan

hipertensi dan kesehatan mengenai pentingnya pencegahan dan

penanggulangan hipertensi yang tepat untuk pra lansia dan lansia, pentingnya

pengetahuan tentang pengukuran tensi untuk kader posyandu. Metode

pendekatan dilakukan dengan cara pendekatan personal dengan perangkat

desa, bidan desa, dan kader posyandu.

No. Kegiatan Metode

Penyuluhan

1. Penyuluhan kepada pra lansia dan lansia mengenai hipertensi dan kesehatan di Dusun Krajan Barat dan Krajan Timur Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

- Lecture with Discussion.

Pada metode ini peserta

diberikan kesempatan

untuk mengajukan

30

Page 31: laporan akhir

pertanyaan atau umpan

baik selama atau setelah

penyuluhan.

Pelatihan Kader Mengenai Tensi

2. Demo tensi yang sudah dilatih sebelumnya dengan perwakilan kader posyandu dari semua dusun yang ada di Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

- Pelatihan Tensi

7.8 Tujuan Kegiatan

Pada akhir proses edukasi dengan metode Lecture with Disscussion, pra

lansia dan lansia Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis diharapkan dapat

mengalami peningkatan pengetahuan terkait hipertensi dan untuk kader

dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari praktek

pengecekan tensi dan nadi. Selain itu, melalui edukasi ini juga diharapkan

dapat meningkatkan skill kader Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis untuk

menjadi ujung tombak screening awal hipertensi.

7.9 Hasil dan Pembahasan OHIS

Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index) dilakukan untuk mengetahui

tingkat kebersihan gigi dan mulut pada lansia Desa Pakiskembar. Pemeriksaan

OHI-S dilakukan pada gigi 16 dan 26 bagian bukal, 11 dan 31 bagian labial serta 36

dan 46 bagian bukal. Apabila gigi molar pertama missing, maka dapat digantikan

oleh gigi molar kedua dan apabila molar kedua missing dapat dilakukan perhitungan

dengan menggunakan molar ketiga. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

terhadap lansia Desa Pakiskembar, banyak didapati gigi molar yang missing lebih

31

Page 32: laporan akhir

dari 2 dan beberapa dari lansia memakai gigi tiruan penuh sehingga pengukuran

OHI-S tidak dapat dilakukan. Berdasarkan perhitungan OHI-S yang dilakukan,

didapatkan nilai rata-rata OHI-S pada kelompok lansia adalah 1. Nilai ini

menunjukkan kriteria OHI-S pada lansia Desa Pakiskembar adalah baik yaitu

berkisar antara 0-1,2.

Rata-rata OHI-S = =

7.10 Hasil dan Pembahasan Screening Hipertensi

Penyuluhan dan pemeriksaan hipertensi berjalan lancer, dari target yang

ditetapkan di dua dusun yaitu, Krajan Barat dan Krajan Timur dari 25 undangan,

peserta yang hadir 15 orang. Kemudian kami mendatangi rumah penduduk secara

personal untuk pengambilan sampel sisa. Didapatkan jumlah yang cukup besar

angka hipertensi di dua dusun tersebut. Dari 20 sampel di dua dusun tersebut hanya

1 orang yang tidak hipertensi. Ini mengindikasikan bahwa tingginya angka hipertensi

di daerah tersebut. Permasalahan lain adalah gula darah yang juga tinggi. Sehingga

saling terkalit antara gula darah dan hipertensi yang menyebabkan semakin

parahnya kedua penyakit tersebut. Didukung juga dengan tingkat pengetahuan yang

rendah mengenai bahaya hipertensi dan penggunaan obat hipertensi. Kepatuhan

minum obat yang rendah mengakibatkan hipertensi tidak terkendali. Berdasarkan 20

lansia yang hadir, rata-rata senang membeli dan mengobati penyakitnya sendiri,

32

Page 33: laporan akhir

misalkan mempunyai hipertensi langsung beli di apotek tanpa resep dokter, dan

memberikan resep pada teman yang lain yang juga hipertensi. Ini semakin

memperparah keburukan dalam penanganan hipertensi. Dari 20 kasus, 99%

mengalami hipertensi, hanya 1 saja yang normal 120/80. Data yang lain menunjukan

tensi rata-rata 210/100, bahkan ada yang 200/- yang artinya tidak terbaca.

Dari hasil pengecekan gula darah dan kolesterol didapatkan 10 orang yang

mengalami diabetes militus, rata-rata sudah menyadari penyakitnya, namun ada

juga yang belum tau mengenai penyakitnya. Hasil tertingi 486 untuk gula darah.

Untuk kolesterol rata-rata normal.

7.11 Analisis Tingkat Keberhasilan Program dan Faktor Penyebab

Berdasarkan cut-off yang dipakai dalam menentukan tingkat pengetahuan,

dimana :

a. Pengetahuan baik jika ≥80%

b. Pengetahuan cukup/sedang jika 60%-80%

c. Pengetahuan kurang jika <60%,

Dapat dilihat dalam penajuan pertannyaan untuk para lansia rata-rata tingkat

pengetahuan <60% yaitu pengetahun yang kurang mengenai hipertensi.

Faktor – faktor pendukung keberhasilan program antara lain :

a. Partisipasi warga dalam kegiatan ini. Peserta yang hadir saat edukasi

sebanyak 20 orang lansia serta 8 orang kader Posyandu hadir saat edukasi

dan pelatihan yang dilihat melalui absensi kehadiran kegiatan, dengan target

yang diharapkan seharusnya adalah sebesar 25 orang lansia dan 10 orang

kader Posyandu.

33

Page 34: laporan akhir

b. Pihak desa yang kooperatif, yaitu kepala desa, bidan desa, perawat

penanggung jawab posyandu, koordinator kader, dan kader-kader kesehatan

setempat.

c. Kerja sama yang baik antar anggota kelompok dari masing-masing program

studi.

7.12 Pelajaran yang Dapat Diambil

Dalam pelaksanaan PKNM, kelompok 27 melaksanakan beberapa program

yang mana dalam pelaksanaan program tersebut dapat diambil beberapa pelajaran.

Diantaranya adalah

Memahami keadaan masyarakat di Desa Pakis Kembar khususnya pada

kondisi lansia, dan merancang program yang tepat yang dapat dilaksanakan

serta dapat berdampak terhadap peningkatan kesehatan pra lansia dan

lansia.

Peserta PKNM dapat belajar bagaimana cara melakukan koordinasi yang

baik dengan para kader, masyarakat, tokoh serta perangkat desa dan yang

terpenting adalah bagaimana peserta PKNM dapat berkolaborasi dengan

baik dengan berbagai program studi.

BAB 8

34

Page 35: laporan akhir

ANGGARAN DANA

8.1 PemasukanIuran Anggota 13 org @ Rp 70.000,00 Rp 910.000,00

8.2 Pengeluaran1. Kue peserta 50 org @ Rp 1.500,00 Rp 75.000,00

2. Fotokopi logbook 11 @ Rp 2.000,00 Rp 22.000,00

3. Cetak brosur dan proposal Rp 15.000,00

4. Souvenir mug 4 bh @ Rp 27.500,00 Rp 110.000,00

5. Kenang-kenangan Rp 60.000,00

6. Test strip NESCO Glucose Rp 90.000,00

7. Test strip NESCO Cholestrol Rp 165.000,00

8. Cetak leaflet hipertensi Rp 72.000,00

9. Kapas Rp 48.600,00

10. Kertas kado dan mika bungkus souvenir Rp 15.800,00

11. Gula untuk puding Rp 11.000,00

12. Bahan puding Rp 23.000,00

13. Fotokopi Rp 5.600,00

14. Konsumsi Rp 60.000,00

15. Transport Rp 100.000,00

16. Uang kebersihan Rp 20.000,00

Rp 893.000,00

BAB 9

KESIMPULAN DAN SARAN35

Page 36: laporan akhir

9.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan yang semakin bertambah terkait mengenai hipertensi dan cara

minum obat yang benar.

2. Mengatuhi bahaya-bahaya hipertensi yang tidak terkontrol

3. Kader posyandu dapat mengukur tensi dan nadi lansia di Dusun Krajan

Barat dan Krajan Timur, Desa Pakis Kembar, Kabupaten Malang.

9.2 Saran

1. Hubungan yang baik antara mahasiswa dengan kepala desa beserta

perangkatnya, bidan desa, dan kader perlu dipertahankan karena dengan

dukungan dari pihak –pihak tersebut kegiatan PKNM dapat berjalan dengan

baik.

2. Pemberian program yang lebih bervariasi di samping pemberian materi

melalui penyuluhan, misalnya senam dan pemeriksaan tensi, gula darah,

kolesterol dan gigi.

3. Pengemasan materi yang lebih menarik untuk refreshment pengetahuan

lansia.

DAFTAR PUSTAKA

36

Page 37: laporan akhir

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Depkes, RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Pusat

Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

[Guideline] James PA, Oparil S, Carter BL, et al. 2014 Evidence-based guideline forthe management of high blood pressure in adults: report from the panelmembers appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA.Dec 18 2013;

Wood S. JNC 8 at last! Guidelines ease up on BP thresholds, drugchoices. Heartwire [serial online]. December 18, 2013;Accessed December30, 2013. Available athttp://www.medscape.com/viewarticle/817991.

Roger VL, Go AS, Lloyd-Jones DM, et al. Heart disease and stroke statistics—2012update: a report from the American Heart Association. Circulation. Jan 32012;125(1):e2-e220.

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al.Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.Hypertension. Dec2003;42(6):1206-52. 

Katakam R, Brukamp K, Townsend RR. What is the proper workup of a patient withhypertension?. Cleve Clin J Med. Sep 2008;75(9):663-72. 

Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension diagnosis andtreatment. Bloomington, Minn: Institute for Clinical Systems Improvement(ICSI); 2010.

Whelton PK, Appel LJ, Sacco RL, Anderson CA, Antman EM, Campbell N, et al.Sodium, Blood Pressure, and Cardiovascular Disease: Further EvidenceSupporting the American Heart Association Sodium ReductionRecommendations. Circulation. Nov 2 2012;

O'Riordan M. New European Hypertension Guidelines Released: Goal Is Less Than140 mm Hg for All. Medscape [serial online]. Availableat http://www.medscape.com/viewarticle/806367. Accessed June 24, 2013.

Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, et al. 2013 ESH/ESC Guidelines for themanagement of arterial hypertension. 23rd European Meeting onHypertension & Cardiovascular Protection. Availableathttp://www.esh2013.org/wordpress/wp-content/uploads/2013/06/ESC-ESH

Guidelines-2013.pdf . Accessed June 24, 2013.

Hajjar I, Kotchen TA. Trends in prevalence, awareness, treatment, and control ofhypertension in the United States, 1988-2000. JAMA. Jul 9 2003;290(2):199206.

37

Page 38: laporan akhir

Bianchi S, Bigazzi R, Campese VM. Microalbuminuria in essential hypertension:significance, pathophysiology, and therapeutic implications. Am J Kidney Dis.Dec 1999;34(6):973-95.

Shayne PH, Pitts SR. Severely increased blood pressure in the emergencydepartment. Ann Emerg Med. Apr 2003;41(4):513-29. 

Rhoades R, Planzer R. Human Physiology. 3rd. Fort Worth, TX: Saunders CollegePublishing; 1996.

Gandhi SK, Powers JC, Nomeir AM, Fowle K, Kitzman DW, Rankin KM, et al. Thepathogenesis of acute pulmonary edema associated with hypertension. NEngl J Med. Jan 4 2001;344(1):17-22. 

Harrison DG, Guzik TJ, Lob HE, et al. Inflammation, immunity, andhypertension. Hypertension. Feb 2011;57(2):132-40. 

Guzik TJ, Hoch NE, Brown KA, et al. Role of the T cell in the genesis of angiotensinII induced hypertension and vascular dysfunction. J Exp Med. Oct 12007;204(10):2449-60. 

Madhur MS, Lob HE, McCann LA, et al. Interleukin 17 promotes angiotensin IIinduced hypertension and vascular dysfunction. Hypertension. Feb2010;55(2):500-7. 

http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-Indices/Simplified

Oral-Hygiene-Index--OHI-S/ 2012

Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi (Putri., dkk

2010).

Herijulianti E, Indriani T, Artini S. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Penerbit EGC,Jakarta.

Putri M, Herijulianti E, Nurjannah N. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit JaringanKeras dan Jaringan Pendukung Gigi. Penerbit EGC, Jakarta.

Tayanin G. Simplified Oral Hygiene Index | OHI-S, (Online),(http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene

Indices/Simplified-Oral-Hygiene-Index--OHI-S/ , diakses tanggal 1 Desember2012.

38

Page 39: laporan akhir

LAMPIRAN 1

Booklet Penyuluhan Hipertensi

39

Page 40: laporan akhir

Lampiran 2

40

Page 41: laporan akhir

Brosus Undangan Rangkain Kegiatan Lansia

Lampiran 3

41

Page 42: laporan akhir

Slide Presentasi Penyuluhan Hipertensi

42

Page 43: laporan akhir

43

Page 44: laporan akhir

44

Page 45: laporan akhir

45

Page 46: laporan akhir

46

Page 47: laporan akhir

47

Page 48: laporan akhir

48

Page 49: laporan akhir

49