laporan akhir

Upload: hidayatulfitri

Post on 13-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

FARM EXPERIENCE

LAPORAN AKHIR

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS ANDALASKampus Limau Manis, Padang. Kode Pos 25163Telp/ Fax. 0751-71464Email.faternaunand.ac.id2014

LAPORAN FARM EXPERIENCEPada Unit Pelaksana Teknis (UPT)Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Oleh : Nama: Hidayatul Fitri BP : 1010612037 Periode FE : 23-10 s/d 9-12 2013

Menyetujui :Waka UPT Bid. Diklat Koordinator Lapangan

Kusnaididi Subekti, S.Pt, MPSumedi, S.PtNIP. 197907132006041003 NIP.196812291989011001

Mengetahui :Kepala UPT Fak. Peternakan

Dr. Ir. Arief, MSNIP. 196208131987121001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala petunjuk, kemampuan, dan kekuatan yang telah diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Farm Experience ini.Dalam menyusun laporan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan , sumbangan gagasan dan pikiran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Arief, MS selaku kepala UPT 2. Bapak Kusnadidi Subekti, S.Pt, MP selaku wakil UPT bidang Diklat3. Teman-teman anggota farm kelompok H3 dan H44. Serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu demi kesempurnaan laporan ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya. Padang, 3 Januari 2014 Penulis

DAFTAR ISI

Pengesahan............................................................................................................iKata Pengantar......................................................................................................iiDaftar Isi................................................................................................................iiiDaftar Gambar.......................................................................................................ivBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang................................................................................................11.2 Tujuan.............................................................................................................11.3 Manfaat...........................................................................................................2BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT)..................................................................32.2 Ternak Potong................................................................................................82.3 Ternak Perah..................................................................................................132.4 Unggas............................................................................................................21BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN3.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT).................................................................263.2 Ternak Potong................................................................................................283.3 Ternak Perah...................................................................................................303.4 Unggas............................................................................................................30BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT)..................................................................324.2 Ternak Potong................................................................................................334.3 Ternak Perah...................................................................................................344.4 Unggas............................................................................................................35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan....................................................................................................365.2 Saran..............................................................................................................36DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : photo unit hijauan makanan ternak................................................32Gambar 2 : photo unit sapi potong....................................................................33Gambar 3 : photo unit sapi perah......................................................................34Gambar 4 : photo unit unggas...........................................................................35

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSeiring kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat sekarang ini, dibutuhkan tamatan sarjana yang tidak hanya mempunyai kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai keterampilan dalam mengembangkan ilmu yang didapatnya. Maka itu, mahasiswa perlu diberi bekal yang cukup, tidak hanya berupa teori tetapi juga berupa bentuk pengalaman praktek kerja dilapangan sebelum mahasiswa bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal ini diperlukan dalam memperkuat disiplin ilmu peternakan.Farm Experience adalah pengalaman praktek kerja lapangan yang sejak awal merupakan salah satu bentuk mata kuliah wajib bagi mahasiswa dan merupakan bagian dari kurikulum yang pada saat ini perlu dilakukan peningkatan, dalam rangka menunjang kemampuan profesi dalam menghadapi tantangan dan persaingan dunia kerja yang semakin berat.Pada Fakultas Peternakan Universitas Andalas pengalaman praktek kerja lapangan atau disebut juga dengan Farm Experience sejak awal merupakan salah satu bentuk mata kuliah wajib bagi mahasiswa dan merupakan bagian dari kurikulum yang pada saat ini perlu dilakukan peningkatan, dalam rangka menunjang kemampuan profesi dalam menghadapi tantangan dan persaingan dunia kerja yang semakin berat.

Farm Experience merupakan aplikasi teori, karena itu pelaksanaannya pun terbagi menjadi kelompok-kelompok yang masing masingnya mewakili unit - unit yang terdapat di Fakultas Peternakan. Adapun unit unit tersebut atara lain : Unit Ternak Sapi Perah, Unit Ternak Unggas, Unit Hijauan Makanan Ternak, Unit Ternak Sapi Potong.1.2 TujuanAdapun tujuan dari pelaksanaan Farm Experience ini adalah :a. Agar mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pengelolaan suatu usaha peternakan yang lebih intensif.b. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang praktis dilapangan seperti : mendapatkan cara pengobatan tradisional, menghilangkan anggapan bahwa teori tidak selalu singkron dengan praktek, serta melatih kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal untuk masa depan mereka.c. Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa tentang praktek kerja lapangan diberbagai bidang peternakan sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk menunjang keahliannya. d. Memberikan dan melatih menerapkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerjasama yang baik dalam kelompok melalui farm experience1.3 Manfaat Mahasiswa akan memiliki pengalaman dan keterampilan dalam melakukan pengelolaan, pemeliharaan, dan penanganan usaha peternakan, sekaligus melatih diri membiasakan disiplin, rasa tanggung jawab dan rasa kerjasama yang baik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hijauan Makanan Ternak (HMT)2.1.1 Pengertian Hijauan Makanan TernakPakan merupakan kebutuhan yang paling tinggi dalam suatu manajemen peternakan, yaitu sekitar 60-70% biaya produksi adalah untuk pakan. Dalam ransum ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan karena selain lebih murah juga lebih mudah diperoleh. Disamping itu rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan). Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan kontinyuitas HMT sangat diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun HMT.Tanaman makanan ternak yaitu semua jenis tanaman yang dapat dikonsumsi oleh ternak yang dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak. Hijauan makanan ternak yaitu semua jenis hijauan yang digunakan untuk makanan ternak yang dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak yang menkonsumsinya.2.1.1.1 Rumput Klasifikasi Rumput Dunia : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Glumiflora Suku : Graminae Sub-suku : Panicode Terdiri dari :1. Rumput AlamiRumput alami yaitu rumput yang penanaman dan pengelolaannya tidak ada campur tangan manusia. Ciri-ciri rumput alami yaitu : biasanya mempunyai nilai gizi yang rendah produksinya rendah pertumbuhan lambat tidak respon terhadap pemupukan penurunan nilai gizi lebih cepat perkembangan secara alamiah Beberapa contoh rumput yang termasuk rumput alami diantaranya yaitu rumput Pahit ( Axonophus compressus ), rumput Banto (Lersia lexandra ), alangi ( Imperata cylindrica ) dan rumput Ayam ( Thermeda arguena ).2. Rumput Budidaya ( rumput unggul )Rumput bididaya ( rumput unggul ) adalh rumput yang sengaja ditanam dan penanaman, pemupukan, dan penyebarannya dilakukan oleh manusia. Rumput budidaya ada dua : Rumput PotongCiri-ciri rumput potong adalah tumbuhnya berumpun, pertumbuhan secara vertikal, mempunyai nilai gizi tinggi dan produksi tinggi, respon terhadap pemupukan, disukai oleh ternak ( palatable), mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungan, banyak anakan ( tiller ).Beberapa contoh yang termasuk rumput potong adalah Rumput Raja ( Pennisetum purpupoides ), rumput Gajah ( Pennisetum purpureum ), rumput Setaria ( Setaria Sp ) dan rumput Mexico ( Euglena americana ). Rumput GembalaCiri-ciri rumput gembala adalah tumbuh pendek, pertumbuhan menjalar dengan stolon, tahan dengan renggutan, akar kuat dan tahan, sifatnya tahan kekeringan, respon terhadap pemupukan, nilai gizi tinggi, produksi tinggi, palatable ( disukai ternak ).Beberapa contoh yang termasuk rumput gembala adalah Brachiara mutica, brachiara decumbens, Brachiara ruziziensis, dan Digitaria decumbens.2.1.1.2. Leguminosa 1. Klasifikasi leguminosaDivisio/Phylum: SpermatophytaSub divisio/Subphylum: AngiospermaeClassis: DicptyledoneaeOrdo: RosalesSub ordo: RosinaeFamilia: LeguminoseaeFamilia leguminosa dibagi menjadi tiga sub familia:1. Sub familia Papilionaceae2. Sub familia Mimosaciae3. Sub familia Caesal piniaceaE

Ciri-ciri Leguminosa adalah Berbuah polong, memiliki bintil akar karena adanya kerja sama dengan bachteri Rhyzobium, dan daun legum biasanya membentuk majemuk yang terdiri dari satu tangkai.Leguminosa terbagi dua yaitu leguminosa alami dan leguminosa unggul. Contoh leguminosa alami yaitu Mimosa pudica dan Mimosa invisa. Sedangkan contoh leguminosa unggul yaitu Centrasuma pubescens dan Leucaena leucocephala.2.1.2. Lokasi HMT Adapun kriteria untuk lokasi hijauan makanan ternak adalah : Lahan yang digunakan untuk kebun adalah tanah milik peternak/kelompok peternak, tanah desa, tanah adat/ulayat atau tanah milik Pemerintah / Pemerintah Daerah yang dalam penggunaannya mendapat persetujuan dari bupati/walikota. Dimungkinkan menggunakan lahan UPT/UPTD tertentu setelah mendapat rekomendasi dari Ditjen PLA. Status tanah dan batas kepemilikannya jelas, tidak dalam sengketa dan tidak tumpang tindih dengan proyek / kegiatan lainnya. Terdapat kelompok peternak yang bersedia memelihara dan mengembangkan kebun HMT. Lokasi mudah dijangkau dan diharapkan terdapat jalan yang mudah diakses, serta tersedia petugas yang membina.2.1.3. Jenis HMTJenis Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang ditanam pada lokasi kebun HMT Fakultas Peternakan Universitas Andalas adalah jenis rumput lapangan dan rumput gajah.2.1.4. Tata Cara Penanaman1. Pengolahan TanahPengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media tumbuh yang optimum bagi suatu tanaman. Tanah yang diolah secara baik menyangkut pengertian : Membersihkan tanah dari tumbuhan-tumbuhan pengganggu (weed), menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna dan memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persediaan air. Tahapan pengolahan tanah adalah sebagai berikut: Pembersihan (land clearing)Dimaksudkan dengan pembersihan areal yang bersangkutan terhadap faktor - faktor, pohon yang tidak diperlukan, semak belukar atau alang-alang. Apabila pohon-pohon disekitar sungai/ sumber air dan tempat - tempat kritis sebaiknya tidak diganggu. Pembersihan areal seyogyanya dilakukan tanpa pembakaran melainkan melalui cara manual dan atau cara mekanis.Cara manual maupun mekanis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut yaitu membabat rintisan dan mengimas, menebang dan merencek, membuat pancang jalur tanam, membersihkan jalur tanam. Pembajakan (ploughing)Bertujuan untuk memecahkan lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah untuk mempermudah penggemburan selanjutnya. Penggaruan (Harrowing)Penggaruan adalah penggemburan tanah yang dilakukan melalui penghancuran bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuhtumbuhan liar.2. Pembuatan guludanSetelah tanah digemburkan, kemudian dibuat bedengan atau digulud sesuai dengan kebutuhan penanamannya. Untuk penanaman rumput yang berasal dari stek dibuat guludan, sedangkan untuk penanaman dengan leguminosa atau penanaman campuran (rumput merayap (creeping grasses) + legum) yang menggunakan biji sebagai bahan tanam sangat disarankan menggunakan bedengan. Bedeng dan guludan tidak berlaku untuk lahan yang akan digunakan untuk padang penggembalaan Gambar di bawah ini adalah contoh bedengan dan guludan Bedengan untuk legume, tanaman campuran dan rumput merayap (creeping grasses) Guludan untuk rumput dan leguminosa tega.3. Pemupukan dasarPemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat bagi kondisi fisik tanah tersebut, karena akan memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat pengolahan lahan. Yang termasuk pupuk dasar adalah pupuk kandang, kompos, atau pupuk yang lambat larut. Disamping itu dapat pula diberikan pupuk anorganik seperti KCl, Sp-36 dan urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat.4. PenanamanPenanaman dapat dimulai setelah hujan pertama, hal yang perlu diperhatikan terlebih dahulu ialah jenis hijauan yang akan ditanam. Penanaman dapat dilakukan dengan stek ataupun sobekan rumput (powls), untuk jenis yang membentuk stolon ataupun rhizoma penanaman dapat dilakukan dengan potonganpotongan stolon dan rhizoma. Penanaman leguminosa menggunakan benih, dapat dilakukan secara langsung disebar (broadcast) pada lahan, atau dibibitkan terlebih dahulu pada polybag untuk leguminosa pohon. Sistem penanaman HMT disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah dan kebiasaan masyarakat setempat.5. PemagaranPagar yang digunakan terdiri dari tiang penguat, tiang semu dan kawat berduri. Tiang penguat dapat berupa besi atau kayu yang kuat disesuiakan dengan bahan yang ada di daerah setempat. Jarak antara tiang penguat adalah 20 meter dengan tinggi 1,35 1,5 meter. Tiang semu berupa pagar hidup (legume) dapat berupa tanaman turi, lamtoro dan lain-lain dengan jarak tanam 1 meter. Tiang penguat dan tiang semu dihubungkan dengan kawat berduri yang bersusun 3 (tiga).

2.2 Sapi PotongPengembangan sapi potong merupakan salah satu strategi pembangunan peternakan yang memiliki prospek yang baik karena sapi potong merupakan sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.Rendahnya jumlah produksi sapi potong disebabkan karena kurangnya lahan untuk padang pengembalaan, kurangnya pengetahuan dalam manajemen pemeliharaan, serta masih rendahnya penggunaan inovasi teknologi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu manajemen perbaikan sistem pemeliharaan dan penerapan manajemen, pemanfaatan teknologi yang memadai, berpeluang untuk memacu peningkatan produktivitas dan kenaikan populasi ternak sapi potong. Oleh sebab itu,di Fakultas Peternakan Universitas Andalas terdapat satu mata kuliah wajib mahasiswa yaitu praktik lapangan atau farm experience. Farm experince merupakan mata kuliah wajib dimana mahasiswa berada dilapangan untuk melakukan praktik secara langsung terhadap objek yaitu salah satunya yaitu pengelolaan sapi potong, sehingga nantinya bisa membantu perkembangan jumlah populasi sapi potong agar dapat mencukupi kebutuhan daging nasional.

2.1.1 Pola Usaha Sapi Potong PembibitanSapi potong pembibitan merupakan pemeliharaan sapi potong dengan tujuan untuk reproduksi. Usaha pembibitan dilakukan di dataran rendah dan memiliki pakan yang relatif kurang. Usaha pembibitan relatif tidak memerlukan banyak pakan karena tujuan utamanya yaitu menghasilkan pedet. Usaha pembibitan memerlukan banyak pakan pada masa kebuntingan dan masa laktasi agar pertumbuhan janin dan pedet tetap normal selama masa prasapih.

KremanKreman merupakan sistem pemeliharaan sapi potong dengan tujuan untuk penggemukan. metode penggemukan sapi dengan kreman merupakan hasil modofikasi dari metode dry lot fattening. Beberapa kondisi sudah mengalami penyesuaian dengan kondisi lokal. Misalnya, pakan konsentrat yang diberikan hanya satu atau dua jenis seperti dedak padi dan ampas tahu. Sistem kreman ini sapi-sapi dipelihara dalam kandang sederhana dan hijauan siap konsumsi diberikan setiap hari. Sapi-sapi itu dipelihara dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan, dan sama sekali tidak dikeluarkan dari kandang untuk digembalakan atau dipekerjakan

2.2.2 Metode Penggemukan Ternak PotongMetoda yang dapat dilakukan dalam penggemukan ternak potong (Soeprapto, 2006) yaitu:a. Penggemukan di Padang PenggembalaanMetode penggemukan ini pada umumnya dilaksanakan di lokasi-lokasi yang tidak padat penduduk. metode ini dilakukan dengan cara sapi-sapi dilepaskan disuatu padang penggembalaan. Jenis rumput yang biasa ditanam adalah rumput kolonjono (Brachiaria mutica), rumput pangola (Brachiaria decumbens), rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis) dan rumput Australia (Paaspalum dilatatum). Selain itu, untuk keseimbangan zat-zat gizi yang dikonsumsi, perlu juga ditanam pakan ternak dari jenis leguminosa seperti turi (Sesbania grandiflora), petai cina (Leucaena glauca) dan lamtoro. Metode penggemukan ini, sapi-sapi tidak diberi pakan berupa konsentrat. Jadi, satu-satunya pakan yang diberikan adalah rumput dan atau leguminosa yang tumbuh di padang tersebut. Lama pemeliharaan sapi-sapi di padang penggembalaan umumnya tidak didasarkan pada waktu tertentu, tetapi lebih pada penilaian atau penampilan secara fisik.b. Penggemukan Dry Lot FatteningSistem penggemukan seperti ini, sapi-sapi dipelihara di kandang khusus dan tidak pernah digembalakan. Penggemukan dengan metode ini kenal sebagai metode penggemukan dengan biaya tinggi. Pada awalnya, metode ini diterapkan di lahan-lahan pertanian jagung di Amerika Serikat, yang produksi jagungnya mellimpah. Saat itu, pakan sapi hanya dibatasi pada jagung. Namun, sekarang sapi-sapi juga diberi pakan hijauan dan pakan penguat atau biasa disebut konsentrat. Seluruh bahan pakan tersebut diberikan kepada sapi-sapi dalam bentuk yang sudah siap dikonsumsi di kandang. Di negeri asalnya, metode ini biasanya diberlakukan pada sekelompok sapi muda yang berumur 8-12 bulan. Selanjutnya sapi tersebut dipelihara selama 120-150 hari. Harapannya, pada umur tersebut sapi-sapi bisa tumbuh secara optimal. Dalam sistem ini biasanya berlaku sistem all in out. Artinya, sapi-sapi yang dipelihara masuk dan keluar bersama-sama.c. Penggemukan Sistem KombinasiPenggemukan system ini merupakan kombinasi dari metode penggembalaan dan dry lot fattening. Dalam metode ini sapi-sapi dipelihara disutu kandang tertentu dan pada periode tertentu sapi-sapi tersebut digembalakan di padang penggembalaan. Penggembalaan terutama dilakukan saat musim hujan, yakni saat hijauan tumbuh subur. Sementara itu, saat tidak tersedia pakan hijauan yang cukup, sapi-sapi diberi pakan konsentrat.2.2.3 Pakan Sapi PotongPakan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia. Kebutuhan hidup pokok (maintenance) yaitu kebutuhan nutrien basal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal tanpa melakukan suatu aktivitas/produksi. Zat makanan yang dibituhkan dalam penyusunan ransum sapi potong yaitu:a. Bahan keringBahan kering adalah hasil atau sisa bahan makanan sesudah diuapkan airnya di dalam almari pemanas (oven). BK suatu bahan terdiri atas zat organis (protein, karbohidrat danlemak) dan zat anorganis (mineral). Kadar BK didalam ransum akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar lemak air susu. Kadar lemak air susu menjadi rendah apabila kadar BK-nya turun atau berkurang.

b. Protein dapat dicerna Merupakan hasil pencernaan protein kasar yang terdapat dalam suatu bahan makanan yang dapat diabsorpsi oleh dinding usus.c. Martabat Pati (MP)Martabat Pati adalah angka yang menunjukkan jumlah pati murni yang sama dayanya dengan 100 kg bahan makanan untuk membentuk lemak yang sama banyaknya di dalam tubuh. Bahan makanan yang digunakan sebagai ransum ternak potong adalah:a. Makanan KasarMakanan kasar ialah makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi, terdiri dari makanan hijauan yang berupa rumput atau leguminose dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah diawetkan, seperti silase atau hay. Makanan kasar ini merupakan bahan makanan utama bagi sapi potong. Hijauan berasal dari tanaman sebangsa rumput (graminiaea) dan sebangsa polong-polongan (leguminosae) atau yang lainnya (Lubis, 1992). Pakan hijauan merupakan pakan dasar bagi ternak ruminansia khususnya bagi sapi perah. Hijauan minimal mengandung 17% serat kasar dalam bentuk bahan kering. Sebaiknya daun leguminosa diberikan bersama-sama rumput, dan paling banyak 50% dari rumput (Soetarno, 2003). b. Makanan Penguat (Konsetrat)Makanan penguat atau konsentrat merupakan makanan dengan kandungan serat kasar rendah (dibawah 18%) dan mudah dicerna. Konsentrat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai sumber energi dan sumber protein. Konsentrat sumber energi apabila kadar protein kurang dari 20%. Sedangkan apabila kadar protein lebih dari 20% disebut konsentrat sumber protein. Nutrisi utama dari konsentrat berupa protein dan energi (Soetarno, 2003).

Cara pemberian pakan pada ternak potong berdasarkan besarnya skala usaha, yaitu:a. Peternakan TradisionalPeternakan tradisional hanya memberikan pakan berupa rumput lapangan atau jerami. Dalam kondisi ini, sapi hanya mampu menghasilkan pertambahan berat badan harian (PBBH) dibawah 0,3 kg karena faktor lama pemeliharaan tidak menjadi pertimbangan utama. Hal itu karena tujuan pemeliharaan sapi umumnya hanya sebagai simpanan, atau sapi dijual ketika peternak membutuhkan uang dalam waktu cepat.b. Peternakan SemikomersialUsaha peternakan sapi potong yang sudah memasuki skala semikomersial atau komersial, waktu pemeliharaan menjadi pertimbangan utama. Hal itu karena faktor tersebut berkaitan erat dengan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Agar waktu pemeliharaan sapi potong yang digemukkan relative singkat, dicari alternative metode pemberian pakan yang lebih efektif dan efisien. Beberapa peternak skala semikomersial tetap memberikan hijauan sebagai pakan utama, tetapi ada tambahan pakan berupa konsentrat. Hijauan yang diberikan pun kualitas gizinya sudah cuup tinggi, seperti rumput gajah atau rumput benggala. Namun, konsentrat yang diberikan bukanlah konsentrat yang sebenarnya, hanya berupa campurn ampas tahu dan dedak padi.c. Peternakan KomersialPeternakan sapi potong skala komersial, pakan hijauan diberikan dalam jumlah terbatas. Artinya, pakan utamanya adalah konsentrat dengan kadar protein kasar sebesar 15-16%. Pada peternakan seperti ini, rasio pakan hijauan dan konsentrat bisa 20:80, 25:75, 30:70 atau bahkan 0:100 (full konsentrat). Dengan pola pemberian pakan seperti ini, laju pertambahan bobot badan sapi potong bisa dipacu dengan kisaran 0.6-1.2 kg/hari. Pertambahan berat badan ini juga tergantung pada kondisi wilayah, kadar zat gizi pakan dan potensi genetik masing-masing sapi (Soeprapto, 2006).

2.2.4 Kandang Sapi PotongMenurut Soetarno (2000), bangunan kandang sapi potong diusahakan mendapat sinar matahari yang cukup terutama cahaya matahari pagi karena cahaya matahari pagi bisa melumpuhkan aktivitas bakteri penyebab penyakit. Pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepaskan di luar kandang, karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi. Sinar matahari pagi tidak begitu panas dan lebih banyak mengandung sinar ultraviolet, yang berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.Konstruksi kandang dibangun sedemikian rupa, sehingga semua pekerjaan bisa dilaksanakan dengan praktis, misalnya: pemberian makan, pembersihan kandang, pemerahan dan lain-lainnya. Terutama kandang sapi pejantan, konstruksinya harus lebih kuat. Bagi sapi-sapi betina cukup diikatkan pada tonggak.Bahan pembuat kandang antara lain:a) Kerangka kandangKandang dapat dibuat dengan kerangka dari bahan: besi, besi beton, kayu ataupun bambu. b). Atap kandangUntuk atap bias digunakan: genting, seng, asbes, rumbia, ijuk atau alang-alang. Bahan atap kandang yang ideal di Negara kita adalah genting c). LantaiBahan-bahan dari tanah, batu, atau semen. d). DindingBahan dari bambu, papan, tembok, lembaran pastik.

2.3 Sapi perahBerbagai hal yang dibahas mengenai peternakan sapi perah ini adalah :A. BangunanUsaha Pembibitan Sapi Perah harus memiliki bangunan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. Bangunan PerkantoranBangunan perkantoran harus terletak dalam satu lokasi dengan tempat usaha pembibitan, yang berfungsi untuk kegiatan administrasi dan pengolahan data.2. Bangunan Perkandangan Bangunan kandang terdiri dari kandang sapi laktasi, kandang kering, kandang sapi bunting, kandang beranak, kandang pedet, kandang dara, kandang pejantan, kandang kawin, dan kandang isolasi. Sedangkan bangunan lainnya antara lain gudang pakan dan peralatan, unit pemerahan, unit kamar susu, unit pengolah susu, unit penampungan dan pengolahan limbah, unit sanitasi, sterilisasi, penanganan kesehatan, unit perkawinan ternak, dan instalasi air bersih.3. Peralatan yang diperlukanAdapun peralatan penting yang dibutuhkan pada peternakan sapi perah adalah diantaranya tempat pakan dan tempat minum, alat pemotong dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan pembuatan kompos, peralatan kesehatan hewan, peralatan pemerahan dan pengolahan susu, peralatan sanitasi kebersihan, dan peralatan pengolahan limbah.4. Persyaratan kandangPersyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah : konstruksi harus kuat sirkulasi udara dan sinar matahari cukup drainase dan saluran pembuangan limbah baik, serta mudah dibersihkan lantai dengan kemiringan 2 - 5 derajat, tidak licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injakan luas kandang sesuai peruntukannya kandang isolasi dibuat terpisah dekat sumber air, atau mudah dicapai aliran air; dan tidak mengganggu fungsi lingkungan dan aman.B. BibitAda 3 jenis : Bibit dasar (foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur, yang mempunyai nilai pemuliaan diatas nilai rata-rata Bibit induk (breeding stock) diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar Bibit sebar (commercial stock) diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.C. PakanPersyaratan pakan yang harus dipenuhi adalah :a. pakan hijauan harus berkualitas dan tidak ada zat toksik, dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai serat kasar yang relatif tinggi dan kadar energi rendahb. pakan konsentrat merupakan pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi, tidak terkontaminasi dengan mikroba, penyakit stimulan pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin sesuai standar yang telah ditetapkanc. pakan tambahan (feed additive) dan pakan pelengkap (feed supplement) harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

D. Air Minum Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat dan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang mencukupi dan disediakan tidak terbatas.

E. Obat Hewan a. obat hewan yang digunakan meliputi sediaan biologik, farmasetik, premiks dan obat alami.b. obat hewan yang digunakan seperti bahan kimia dan bahan biologic harus memiliki nomor pendaftaran, untuk sediaan obat alami tidak dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran.c. penggunaan obat keras harus dibawah pengawasan dokter hewan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.d. penggunaan desinfektan dalam bentuk foot deeping untuk pencegah masuknya penyakit dari luar.e. vaksinasi dan obat cacing diberikan secara berkala sesuai kebutuhan.

F. Sumber Daya ManusiaSumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk mengoperasikan usaha pembibitan sapi perah :a. memiliki keahlian di bidang pemuliaan ternak, pakan ternak, reproduksi, manajemen pastura, penanganan dan prosessing susu, penyakit hewan, manajemen ternak, pengolahan data base, dan lingkungan.b. memiliki karyawan yang sehat jasmani dan rohani serta tidak memiliki luka terbuka.c. telah mengikuti pelatihan teknis pembibitan sapi perah, kesehatan hewan, dan keselamatan kerja.

G. Manajeman Pemeliharaan Meliputi :1) Pemeliharaan pedet Setelah pedet dilahirkan : lendir dibersihkan dari mulut, lubang hidung dan bagian tubuh lainnya, sehingga pedet dapat bernafas dengan baik tali pusar dipotong 5 cm dari pangkal dengan pisau atau gunting yang steril dan segera beri antiseptic pedet dipisahkan dari induknya paling lambat 12 24 jam setelah lahir dan dimasukkan dalam kandang individual yang sudah dibersihkan dan didisinfektan pemberian identitas dan pemotongan tanduk (de-horning) dilakukan sebelum berumur satu bulan pencatatan meliputi nama sapi, nomor telinga, tanggal lahir, jenis kelamin, berat lahir, identitas tetuanya, tipe dan status kelahiran.Pemberian kolostrum : kolostrum diberikan setelah dilahirkan (jangan lebih dari satu jam) sebanyak 2 liter sekali pemberian atau maksimal 10% dari berat lahir pedet dilatih minum kolostrum dengan menggunakan jari tangan sampai pedet dapat mengkonsumsi dengan baik kolostrum diberikan 2 sampai 4 kali sebanyak 3-4 liter per hari sampai umur 7 hari dengan menggunakan tempat minum yang bersih.

Pemberian susu : susu diberikan mulai hari ke delapan sampai umur tiga bulan dan diberikan dua kali dalam sehari jumlah susu yang diberikan sesuai dengan umur pedet dengan menggunakan tempat yang bersih;Pemberian pakan padat (calf starter dan rumput) dan air minum : pakan padat (calf starter dan rumput kering/hay) diberikan mulai hari kedelapan, yang jumlahnya disesuaikan dengan umur dan berat badan pedet calf starter dan rumput kering/hay ditempatkan pada tempat yang bersih air bersih diberikan secara ad libitum dengan menggunakan tempat yang bersih.Penggembalaan pedet : exercise dilakukan pada pedet umur dua minggu exercise dilakukan tiga kali seminggu selama satu jam setiap hari dan selanjutnya tiga jam setiap hari.Pengukuran pertumbuhan : penimbangan dilakukan pada berat lahir, umur 3 bulan dan umur 6 bulan; pengukuran pertumbuhan meliputi tinggi gumba, lingkar dada dan panjang badan dilakukan bersamaan dengan penimbangan.

2). Pemeliharaan sapi dara dan jantan muda Perawatan : sapi di kelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin dan berat badan sapi dimandikan minimal satu kali sehari terutama pada pagi hari tempat pakan dan bak air dibersihkan lantai kandang dibersihkan secara rutin pemotongan kuku di lakukan enam bulan sekali exercise dilakukan seminggu sekali pada pagi hari selama dua jam. Pemberian pakan : konsentrat diberikan sebanyak 1% dari berat badan dengan kandungan nutrisi sesuai standar hijauan diberikan dua kali sehari sebanyak 10 % dari berat badan setelah pemberian konsentrat air minum diberikan secara ad libitum.

Pengukuran pertumbuhan : penimbangan dilakukan sebulan sekali sampai umur 15 bulan pengukuran pertumbuhan meliputi tinggi gumba, lingkar dada dan panjang badan dilakukan bersamaan dengan penimbangan. Pemeliharaan calon induk : pola pemeliharaan, pemberian pakan dan perawatan sapi calon induk relatif sama dengan pemeliharaan sapi dara sapi calon induk dikawinkan minimal sesudah mengalami dua kali birahi dan atau berumur sekitar 15 bulan dengan berat badan minimal 300 kg; pengembangbiakan dilakukan dengan metode Inseminasi Buatan (IB) dan Transfer Embrio (TE) dan apabila teknik tersebut mengalami kegagalan, maka dapat dilakukan sistem perkawinan alam dengan rasio jantan banding betina 1 : 8-10 ekor dalam pelaksanaan perkawinan harus dilakukan pengaturan penggunaan semen beku atau pejantan untuk menghindari terjadi kawin sedarah (inbreeding).

3). Pemeliharaan induk bunting Perawatan : sapi dikelompokkan berdasarkan umur kebuntingannya pola pemeliharaan dan perawatan sapi induk bunting relatif sama dengan pemeliharaan sapi dara pada kebuntingan 8 bulan dipisahkan di kandang beranak yang bersih, kering dan terang. Pemberian pakan : pada umur kebuntingan muda (3-5 bulan) diberikan konsentrat sebanyak d 1% dari berat badan pada umur kebuntingan mulai 8 bulan, diberikan konsentrat sebanyak e 1% dari berat badan.

4). Pemeliharaan sapi laktasi Perawatan : ternak dikelompokkan berdasarkan kemampuan produksi susu pola pemeliharaan dan perawatan sapi laktasi relatif sama dengan pemeliharaan sapi induk nilai BCS perlu diperhatikan , agar tidak kurang dari 2,75 dan menjelang sapi kering nilai BCS harus mencapai 3,5-4,0. Pemberian pakan : konsentrat diberikan sebanyak 1,5-3% dari berat badan, disesuaikan dengan produksi susu, diberikan 2-3 kali dalam sehari sesudah pemerahan pakan hijauan diberikan sebanyak 10% dari berat badan dalam bentuk sudah dicacah dengan ukuran 3-5 cm pakan hijauan diberikan sebelum sapi diberi konsentrat untuk menghindari asidosis air minum diberikan secara ad libitum.

5). Pemeliharaan Sapi bunting kering Perawatan : pola pemeliharaan dan perawatan sapi bunting kering sama dengan pemeliharaan sapi induk memperhatikan kemampuan sapi dalam megkonsumsi pakan; nilai BCS tidak kurang dari 3 dan diupayakan terus meningkat sampai menjelang melahirkan dengan nilai BCS mencapai 3,5 4,0 memindahkan sapi kekandang beranak pada 2-3 minggu sebelum melahirkan. Pemberian pakan : memberikan pakan sesuai dengan standar yang ditentukan dalam jumlah yang cukup kandungan nutrisi pada konsentrat sesuai dengan PTM yang telah ditetapkan apabila nilai BCS telah mencapai 3,5-4 pemberian pakan sebaiknya hanya hijauan air minum diberikan secara ad libitum;

6). Pemeliharaan calon pejantan pemeliharaan sapi calon pejantan relatif sama dengan pemeliharaan sapi betina calon induk sapi calon pejantan dipisahkan dengan kelompok sapi betina.

Pemeliharaan pejantan Perawatan : perawatan relatif sama dengan perawatan sapi calon pejantan pejantan digunakan sebagai pemacek mulai umur 18 bulan. Pemberian pakan : Pemberian konsentrat dengan jumlah dan mutu sesuai kebutuhan,dengan pemberian 1% bobot badan Pemberian hijauan dengan jumlah dan mutu sesuai kebutuhan dengan pemberian 10% bobot badan.

H. Manajemen Kesehatan Hewan Untuk memperoleh hasil yang baik, harus memperhatikan persyaratan kesehatan hewan sebagai berikut :a. Situasi penyakitLokasi harus terletak di wilayah yang tidak terdapat gejala klinis atau rentan penyakit radang limpa (Anthrax), kluron menular (Brucellosis), TBC (tuberculosis), anaplasmosis, leptospirosis, salmonelosis, piroplasmosis, IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis) dan BVD (Bovine Viral Diarrhea), Leptospirosis, SE (Septichaemia Epizootica), Jones Disease (Para Tubercolosis), Parasit cacing dan Parasit Darahb. Pencegahan/VaksinasiBibit sapi perah divaksinasi dan dilakukan pengujian/test laboratorium terhadap penyakit hewan menular tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang;

I. Manajemen Pembibitan Dalam upaya memperoleh bibit sapi perah yang memenuhi persyaratan teknis dan atau standar mutu bibit diperlukan manajemen pembibitan ternak yang meliputi :a. Program pemulia-biakan (breeding program) yang dilakukan adalah pemurnian untuk mempertahankan karakteristik/sifat genetik dan fenotip ternak.b. Pengembangbiakan perkawinan dengan teknik IB menggunakan semen beku yang mutunya sesuai dengan SNI 4869.1-2008 teknik TE dengan embrio beku atau embrio segar hasil in-vivo yang sudah teruji dalam pelaksanaan perkawinan harus dilakukan pengaturan penggunaan semen beku untuk menghindari terjadi kawin sedarah (inbreeding).

J. Pencatatan (Recording)Pencatatan harus dilakukan pada setiap individu ternak secara teratur dan terus-menerus oleh petugas pencatat (recorder), dimasukkan dalam buku induk registrasi sapi perah yang meliputi : pemberian tanda berupa nomor telinga dan nomor registrasi ternak untuk identifikasi rumpun, identitas ternak dan sketsa (foto individu ternak) silsilah, identitas dan produktivitas tetua perkawinan (tanggal, kode semen, PKB, tanggal bunting) kelahiran (tanggal, berat badan, jenis kelamin, tipe kelahiran, calvingease) penyapihan (tanggal dan bobot badan) pengukuran (performans, pertumbuhan, produksi susu) pakan (jenis,konsumsi) vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan/treatmen) mutasi (pemasukan dan pengeluaran ternak).

K. Seleksi BibitSeleksi bibit sapi perah dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit sapi perah tersebut, dengan menggunakan kriteria seleksi sebagai berikut : seleksi dilakukan terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan dipeternakan atau pun terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi seleksi calon bibit jantan dilakukan melalui uji performan dan uji zuriat seleksi calon bibit betina diambil 90% dari keturunan hasil perkawinan (1-5% pejantan terbaik) dengan betina unggul (7085%) dari populasi hasil seleksi dilakukan uji performan

L. Afkir (Culling) Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit (afkir/culling), dengan ketentuan sebagai berikut : sapi induk yang tidak produktif harus segera dikeluarkan keturunan jantan yang tidak terpilih sebagai calon bibit (tidak lolos seleksi) dikeluarkan, dapat dikastrasi dan dijadikan sapi bakalan Anak betina yang pada saat sapih atau pada umur muda menunjukkan tidak memenuhi persyaratan bibit harus dikeluarkan.

2.4 Ternak Unggas

Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Salah satu sumber protein adalah daging ayam broiler. Ditinjau dari nilai gizinya, daging ayam broiler tidak kalah dibandingkan dengan daging dari ternak lain. Selain itu daging ayam broiler mudah didapatkan dan harganya relatif murah, karena pemeliharaan ayam broiler. Tingkat konsumsi akan daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Salah satu kendala dalam pemeliharaan ayam pedaging adalah fluktuasi harga pakan yang tidak menentu. Faktor pakan tersebut tidak bisa diabaikan karena pakan dapat disebut sebagai factor pembiayaan yang paling penting dalam suatu peternakan ayam pedaging.

2.4.1 Bibit Ayam BroilerAyam broiler merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North and Bell, 1990). Ayam broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar et al., 1980).Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum, dan lingkungan. Zat pakan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang, produksi, reproduksi normal, pembentukan sel darah merah, dan berperan dalam system syaraf (Wahju, 1991).

2.4.2 Manajemen Pakan dan Air MinumPakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan (Suprijatna et all., 2005). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak. Dibandingkan dengan kandungan energi tinggi , maka semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air.

Air merupakan senyawa penting dalam kehidupaan. Dua per tiga bagian tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan(Parakkasi, 1999). Menurut Scott et all., (1982) , air mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) Zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi zat- zat makanan(2) Penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan specific heat(3) Membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi elektrolit.

Beberapa istilah yang perlu diketahui:a. Konsumsi PakanKonsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985). Konsumsi pakan menurut Siregar et all., (1982) adalah konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain besar tubuh, bentuk pakan, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, temperatur lingkungan, serta kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Sedangkan menurut Tillman et al (1991), konsumsi diperhitungkan dari jumlah makanan yang dimakan oleh ternak dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut. Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan tersebut diperoleh ternak dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan (Sutardi,1980).b. Konversi PakanKonversi pakan atau feed convertion ratio ( FCR ) adalah perbandingan antara jumlah pakan ( kg ) yang dikonsumsi dengan berat hidup ( kg ) sampai ayam itu dijual ( Siregar dkk., 1980 ). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik. efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya (North, 1984).Konversi pakan merupakan ukuran membandingkan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan produksi (telur atau daging) dalam satu satuan waktu yang sama. Konversi pakan banyak digunakan oleh peternak guna mengukur kemampuan ternak dalam memanfaatkan pakan menjadi produk baik daging atau telur. Konversi pakan pada ayam adalah banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu untuk memperoduksi telur atau daging (Sarwono, 1991).

2.4.3 Manajemen pemeliharaanPersiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastic dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987). Untuk menciptakan suhu udara di dalam kandang stabil maka digunakan pemanas kandang. Pada peternakan broiler, biasanya pemanas kandang digunakan saat broiler berumur 1 hari sampai dengan 20 hari (fase awal dan fase pertumbuhan, atau disesuaikan dengan kebutuhan. Berbagai pemanas yang biasa digunakan pada peternakan broiler adalah: Pemanas kompor minyak tanah adalah pemanas sederhana yang biasa digunakan pada peternakan broiler di daerah tropis. Prinsip kerjanya yaitu api yang timbul dari kompor akan memanasi katel yang berada di atasnya sehingga kalor yang dihasilkan dapat memanasi area yang lebih luas. Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas.Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen (vitamin) (Murtidjo, 1987). Program sanitasi harus terarah serta tergantung dari cara memilih desinfektan yang sesuai dengan mikroorganisme yang dijadikan sasaran. Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat membasmi mikroorganisme, khususnya mikoorganisme yang membahayakan peternakan ayam. Bahan dari desinfektan adalah dengan mencampur Kalium Permanganat dengan formalin yaitu dosis 37% - 40% Formaldehid gas yang dilarukan dalam air atau dengan cara memanaskan Formaldehid tersebut (Murtidjo, 1992).

2.4.4. Kesehatan dan PenyakitVaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam, agar ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Lebih lanjut dikatakan vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti injeksi, air minum, tetes mata atau hidung, semprot ataupun tusuk sayap. Program vaksinasi untuk ayam broiler relatif paling sedikit dibandingkan dengan ayam petelur maupun ayam bibit sebab pemeliharaan ayam broiler hanya membutuhkan waktu relatif lebih singakat yakni sekitar 6-8 minggu. Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam antara lain cacar unggas, ND, Ifectious Bronchitis, Gumboro dan lain-lain. Jasad renik yang menyebabkan hewan sakit dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam kelompok yaitu virus, bakteri, cendawan, protozoa, dan parasit lain. Semua jasad renik ini rentan terhadap obat dan anti biotika, kecuali virus, maka pengendalian penyakit virus sepenuhnya tergantung dari program pencegahan melalui perbaikan sanitasi, pengasingan hewan yang sakit dan vaksinasi (Akoso, 1993).Penyakit ngorok atau CRD pada ayam merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernapasan dimana sifatnya kronis. Disebut kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dan sulit untuk disembuhkan. Penyebab utamanya adalah Mycoplasma gallisepticum, yang salah satu gejala khas dari penyakit ini adalah ngorok, sehingga peternak lebih umum menyebutnya dengan penyakit ngorok (Murtidjo, 1992).Penyakit Snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus paragallinarum dan digolongkan penyakit akut yang mudah menyebar. Gejala awal ayam selalu menggeleng-geleng kepalanya untuk menghilangkan lendir dari hidungnya, yang lama-lama menjadi kental dan bau busuk. Bagian muka dan mata ayam tampak membengkak, dapat menimbulkan bunyi ngorok dan menyulitkan pernafasan, nafsu makan berkurang sehingga berat badan ayam menurun. Di Penyebarannya melalui air minum, pakan, udara, atau kontak langsung dengan ayam yang sakit. Pencegahannya dengan menjaga sanitasi lingkungan kandang, hindari kandang yang kotor dan lembab. Diusahakan agar kandang selalu mendapat sinar matahari yang cukup. Ayam yang sakit harus diisolasi dan diobati dengan injeksi antibiotik streptomisin dengan dosis 150 mg/kg berat badan ayam selama 2-3 hari (Murtidjo, 1992). Kolibasilosis merupakan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai kerugian pada peternakan ayam sehubungan dengan terjadinya kematian, gangguan pertumbuhan atau produksi, faktor pendukung timbulnya berbagai penyakit lainnya, respon yang kurang optimal terhadap vaksinasi dan peningkatan biaya pengobatan, pakan, desinfektan serta tenaga kerja. Dampak penting lainnya pada industri perunggasan akibat kolibasilosis antara lain adanya peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam dan mendukung timbulnya penyakit kompleks yang sulit ditanggulangi (Charles, 2000).

BAB IIIPELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Hijauan Makanan TernakPelaksanaan kegiatan Farm Experience pada unit Hijauan Makanan Ternak yaitu : Hijauan makanan ternak 1 yaitu pada hari 2 Desember sampai dengan 9 Desember 2013 Hijauan makanan ternak 2 yaitu pada hari Kamis, 24 Oktober sampai dengan hari Rabu 30 Oktober 2013, dan kemudian menyisip 3 hari di Unit Pelaksana Teknis ( UPT) Atas Fakultas Peternakan Universitas Andalas Hijauan makanan ternak 3 yaitu pada hari Kamis 31 Oktober sampai dengan hari Kamis 7 November 2013 di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bawah Fakultas Peternakan Univesitas Andalas Kegiatan yang dilakukan meliputi : HMT 2a. Pembersihan lahanb. Membuat lobang untuk ditanami rumputc. Pemupukan lahand. Pengumpulan dan pengolahan bibite. Penanamam HMT 1 dan HMT 3a. Menyabit rumput untuk ternakb. Membersihkan lahan dan membuat lobang serta memupuk lahanRumput yang dipanen terdiri dari rumput potong dan rumput gembala. Rumput potong yang ditemukan pada lahan UPT adalah : Rumput Gajah dan rumput raja sedangkan rumput gembala yang ditemukan pada lahan UPT adalah : Rumput Teki. Selain rumput potong dan rumput gembala, ada juga beberapa jenis leguminosa yang juga ikut dipanen yaitu Putri malu dan Lamtoro.

Alatalat yang digunakan :Peralatan yang digunakan saat pemanenan dilakukan antara lain :1. Sabit 2. Sarung tangan3. Pakaian lapangan 4. Topi atau caping5. Sepatu Bot6. Traktor gerobak dan batu asahanCara Kerja : HMT 1 dan HMT 31. Persiapkan semua peralatan kerja2. Asah sabit terlebih dahulu jika sabit kurang tajam3. Memotong rumput gajah dan rumput lapangan (rumput teki). Pemotongan rumput gajah dilakukan serendah mungkin atau sejajar dengan tanah.4. Naikkan rumput gajah dan rumput lapangan ke atas gerobak sampai gerobak benar-benar penuh.5. Setelah penuh, gerobak berisi rumput tersebut ditarik oleh traktor dan rumput dibawa ke kandang untuk diberikan pada sapi.6. Membersihkan dan menyimpan peralatan kerja. HMT 21. Persiapkan semua peralatan kerja2. Lahan yang masih belum bersih atau semak dibersihkan3. Kemudian rumput-rumput yang sudah dibersihkan tersebut di bakar, jika memungkinkan untuk di konsumsi oleh ternak maka di asingkan4. Pembuatan lobang sesuai dengan ukuran yang sudah dijelaskan5. Menabur pupuk kandang6. Menanami lahan 3.2 Sapi PotongKegiatan Farm Experience pada Unit Ternak Potong dilaksanakan pada hari 8 November sampai dengan 15 November 2013 di kandang sapi Potong UPT atas Fakultas Peternakan Universitas Andalas.Ternak sapi yang dipelihara di UPT Fakultas Peternakan terdiri dari beberapa jenis, yaitu: sapi simental, sapi bali, sapi peranakan ongole dan sapi pesisir. 6 ekor jantan dewasa, dan 8 ekor betina.Bahan-bahan yang digunakan selama melaksanakan farm di unit ternak potong adalah:1. Hijauan.a. Rumput Gajah.b. Rumput Lapangan.c. Leguminosa.2. Konsentrat yaitu Dedak3. Air

Alat-alat yang digunakan selama melaksanakan farm di unit ternak perah adalah:1. Gerobak sorong: Untuk mengangkut hijauan yang akan diberikan kepada ternak dan untuk mengangkut kotoran ternak dari kandang ke tempat penampungan.2. Baskom:Untuk tempat pemberian dedak dan tempat minum ternak.3. Selang air:Untuk menyemprot kandang serta memandikan sapi4. Sekop:untuk membersihkan kotoran sapi di kandang.5. Sapu lidi:untuk membersihkan kandang.Yang dilakukan adalah :1. Persiapan semua alat yang akan digunakan2. Pembersihan kandang dan tempat pakan ternak serta memandikan sapi.3. Memberikan kosentrat pada ternak.4. Memberikan hijauan makanan ternak.5. Pada siang hari ternak diberi air minum.6. Memberikan hijauan makanan ternak pada siang dan sore harinya.7. Menyapu kandang pada sore hari.8. Menyimpan dan pengecekan alat. 3.3 Ternak perahKegiatan Fam Experience di unit perah dilaksanakan pada tanggal 16 November 2013 sampai dengan tanggal 23 November 2013. Ternak sapi perah yang dipelihara di UPT Fakultas Peternakan yaitu : sapi FH (Fries Holland). Bahan pakan yang digunakan yaitu:1. Hijauan.a. Rumput Gajah.b. Rumput Lapangan.2. Konsentrata. Dedak dan ampas Tahu3. AirAlat-alat yang digunakan selama melaksanakan farm di unit ternak perah adalah:1. Gerobak sorong:untuk mengangkut hijauan yang akan diberikan kepada ternak dan untuk mengangkut kotoran ternak dari kandang ke tempat penampungan.2. Baskom:untuk tempat pemberian dedak dan ternak.3. Selang air:untuk menyemprot kandang serta memandikan sapi.4. Sekop:untuk membersihkan kotoran sapi di kandang.5. Sapu lidi:untuk membersihkan kandangYang dilakukan adalah :1. Persiapan alat2. Pembersihan kandang dan tempat pakan ternak serta memandikan sapi.3. Memberikan kosentrat pada ternak.4. Memberikan hijauan makanan ternak.5. Pada siang hari ternak diberi air minum.6. Memberikan hijauan makanan ternak pada siang dan sore harinya.7. Menyapu kandang pada sore hari.8. Menyimpan dan pengecekan alat.

3.4 Ternak UnggasKegiatan Fam Experience di unit unggas dilaksanakan pada tanggal 24 november 2013 sampai dengan tanggal 1 desember 2013.Bahan dan Alat yang diperlukan adalah :1. Kandang2. Pakan3. Lampu4. Tempat makan dan minum ayam5. Sekam6. Air7. TiraiYang dilakukan adalah pemeliharaan ayam broiler dikandang unggas.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hijauan Makanan TernakHasil yang didapat selamat pelaksanaan farm experience pada unit HMT adalah : HMT 2Setelah melakukan serangkaian kegiatan pada unit HMT 2 selama 8 hari, hasil yang didapat berupa lahan yang terdapat pada UPT atas dapat dibersihkan, kemudian dibuat lobang dengan ukuran yang sudah ditentukan, kemudian di manfaatkan bibit-bibit rumput gajah yang terdapat di sekitar UPT. Selain itu dengan kegiatan ini dapat memahami bagaimana cara memotong bibit rumput gajah yang benar beserta dengan cara menanam yang benar juga.Selain hal diatas, pemanfaatan pupuk kandang sebagai penyubur lahan juga dilakukan, dimana pupuk kandang tersebut diambil dari unit ternak potong dan kemudian ditabur pada lobang-lobang yang sudah dibuat. HMT 1 dan HMT 3Pemanfaatan rumput gajah dan rumput lapangan sebagai pakan ternak sapi potong dan sapi perah yang bisa di panen di UPT atas maupun bawah.Pemotongan dilakukan pada pagi hari, dan rumput lapangan yang tumbuh disekitar rumput gajah dimanfaatkan untuk pakan ternak pada pagi hari setelah terlebih dahulu diberi konsentrat. Kemudian pada pagi menjelang siang sekitar pukul 10 rumput gajah yang sudah dipanen tadi di potong-potong atau di choper sekaligus penyisihan batang-batangnya untuk dijadikan bibit kembali.

Gambar 14.2 Ternak Potong

Pada UPT unit potong sistem kandang ynag digunakan adalah sistem face to face (berhadap-hadapan). Atap yang digunakan di UPT unit perah adalah atap seng. Lantai kandang terbuat dari semen. Pembersihan kandang, tempat makan dan bak minum dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Sapi dimandikan pada pagi hari. Setelah semua sapi dimandikan, ada sebagian dari sapi di lepas keluar untuk merumput di lahan sekitar kandar. Kemudian semua lantai kandang dibersihkan dan disapu dengan sapu lidi. Kotoran ternak di buang dengan menggunakan gerobak dan kemudian di buang ketempat pembuangan yang nantinya kotoran tersebut dapat dijadikan pupuk kandang Pemberian hijauan makanan ternak dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari, sebelum memberikan hijauan pada ternak, terlebih dahulu diberikan konsentrat berupa dedak. Pada siang hari diberikan air minum. Gambar 24.3 Ternak PerahJumlah sapi perah yang ada adalah 6 ekor, kemudian terdapat 1 ekor sapi fistula, dan 2 ekor sapi simental.Selama berada di unit perah yang dilakukan adalah :4 hari pertama pada unit perah kelompok H3 dan H4 dibagi 2, dimana 4 hari pertama H3 bergabung dengan kelompok yang ada di unit HMT 3 yaitu untuk memotong rumput yang akan diberikan pada sapi perah, dan sore harinya ke lahan untuk menggali lobang dan menanam rumput gajah seperti yang dilakukan pada unit HMT lainnya.Setelah itu 4 hari berikutnya melaksanakan kegiatan pada unit sapi perah, yaitu Pada pagi hari semua peralatan dipersiapkan, sebelumnya terlebih dahulu mengecek kran air apakah airnya ada atau tidak, setelah itu sapi-sapi perah dimandikan. Banyak dari jumlah keseluruhan sapi tersebut terdapat caplak pada tubuhnya, sehingga harus dibersihkan dan kemudian caplak tersebut dibakar.Setelah semua sapi dimandikan, kegiatan berikutnya adalah membersihkan semua petak-petak kandang sapi. Sementara itu sapi diberi konsentrat berupa dedak dan ampas tahu. Sekitar pukul 9.30 sapi perah diberi hijauan, dan air minum.Sore hari sekitar pukul 15.00 sapi-sapi perah kembali diberi konsentrat dengan jenis yang sama, kemudian kandangnya juga dibersihkan. Setelah itu diberi hijauan dengan jumlah yang lebih banyak daripada yang diberikan pada pagi hari.Setelah semua pekerjaan selesai, maka semua peralatan dibersihkan dan disimpan kembali.

Gambar 3

4.4 UnggasJumlah unggas yang dipelihara adalah 105 ekor. Grup H3 dan H4 melaksanakan kegiatan pada unit unggas yaitu ketika ayam broiler yang dipelihara sudah berumur lebih dari 3 minggu atau sudah mendekati masa pemanenan.Kegiatan yang dilakukan adalah yaitu pada hari sekitar pukul 07.30 sudah harus berada di kandang broiler. Hal yang pertama kali dilakukan adalah membuka tirai kandang, kemudian memadamkan listrik. Setelah itu air minum yang tersisa dari pemberian sore hari sebelumnya diganti, dimana tempat air minum dibersihkan terlebih dahulu dan di isi kembali dengan air bersih yang sudah dicampur dengan air gula. Pakan yang masih tersisa ditambahkan sampai penuh. Jika sekam alas broiler sudah basah maka harus diganti dengan yang kering.Pada hari kedua farm di unit unggas, kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan tempat pemasaran atau penjualan broiler. Dan besok harinya dilakukan penjualan ayam broiler dengan harga Rp 22.000 per ekornya. Selain belajar memotong ayam, juga didapat ilmu bagaimana cara memasarkn dari suatu produk yang dihasilkan.

gambar 4

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan5.1.1 Hijauan Makanan TernakDilihat dari segi lahan Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) baik dibawah maupun diatas tersedia lahan yang sangat luas yang dapat dijadikan lahan penanaman rumput sebagai pakan ternak.Selain itu, di lahan tersebut juga banyak terdapat rumput lapangan yang juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.5.1.2 Ternak PotongKegiatannya antara lain yaitu membersihkan kandang, tempat makan dan bak minum ternak, memandikan ternak, pemberian konsentrat (dedak), pemberian hijauan makanan ternak pada ternak, pemberian air minum dan pada sore harinya membersihkan alat-alat dan menyimpan peralatan didalam gudang.5.1.3Ternak PerahPada intinya pemeliharaan ternak sapi perah memerlukan penanganan yang khusus serta manajemen yang teratur dalam segala hal terutama pakan.5.1.4 Ternak Unggas Untuk memelihara broiler harus memiliki waktu yang banyak dalam penanganannya, karena ayam mudah stress, oleh karena iitu semua proses penanganannya memang harus benar-benar diperhatikan

5.2 Saran5.2.1 Hijauan makanan ternakUntuk pelaksanaan farm experience yang lebih baik maka diperlukan perhatian terhadap jumlah peralatan yang tersedia saat ini seperti sabit, sepatu boot, cangkul yang sudah banyak rusak5.2.2 Ternak potong1. Sebaiknya disediakan timbangan untuk menimbang pakan hijauan dan konsentrat, sehingga mahasiswa dapat mengetahui berapa banyak hijauan yang diberikan setiap harinya agar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan.2. Terdapat beberapa kerusakan pada kandang. Sebaiknya lebih memperhatikan kondisi kandang sehingga layak digunakan untuk beternak sapi potong.

5.2.3 Ternak perahMasalah yang ada seperti air yang adanya tidak terus menerus sehingga menghambat kerja khususnya untuk membersihkan kandang5.2.4 Unggas Peralatan yang ada sudah mencukupi, hanya diperlukan keseriusan dari kita sebagai pemelihara ayam, karena memeliha broiler butuh penanganan yang sangat bagus.

DAFTAR PUSTAKA

KBK Hijauan Makanan Ternak. 2003. Agrostologi. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.KBK Hijauan Makanan Ternak. 2007. Penuntun Praktikum Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.Soeprapto, H., Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.Soetarno, Timan. 2000. Budidaya Ternak Potong. Universitas Terbuka. Jakarta.Sudono AF, Rosdiana, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok: Agromedia Pustaka.Sukmapradita M. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ternak Sapi Perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Di dalam [anonim], editor. Diktat Kuliah Jurusan Ilmu Makanan Ternak. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.Usman, A. N. R. 2010. Pertumbuhan ayam broiler (melalui sistem pencernaanya) yang diberi pakan nabati dan komersial dengan penambahan dysapro. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. V.2003. Manajemen Ternak Potong. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.