l a k i p - ppid.lapan.go.idppid.lapan.go.id/unduh/1499629709-28857363.pdf · aspek strategis...
TRANSCRIPT
L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
2 0 1 4
i
KEPALA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam Sejahtera,
Pelaksanaan pembangunan adalah sebuah
keharusan untuk meningkatkan taraf hidup
kesejahteraan masyarakat. LAPAN yang
merupakan bagian integral dari pemerintahan
turut berupaya aktif berperan serta dalam
pembangunan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), khususnya di bidang Penerbangan dan
Antariksa.
Selama masa pembangunan tahun 2010-2014 telah dihasilkan berbagai
kemajuan penguasaan di bidang teknologi penerbangan dan antariksa.
Pencapaian tersebut telah banyak dimanfaatkan oleh pengguna di berbagai
sektor pembangunan. Berbagai capaian tersebut diantaranya: rancang bangun
teknologi satelit di dalam negeri, pengembangan teknologi roket jarak pendek
dan menengah, pengembangan teknologi penerbangan, serta berbagai litbang
yang dihasilkan di bidang penginderaan jauh serta sains antariksa dan sains
atmosfer, serta kajian kebijakan
Pencapaian tersebut merupakan acuan bagi kami untuk terus berbenah dalam
orientasi bersama untuk mewujudkan pusat unggulan di setiap kompetensi
LAPAN pada periode pembangunan berikutnya.
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAPAN Tahun 2014 menyajikan berbagai
keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis. Berbagai capaian strategis
tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun
analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran.
Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat
memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Meskipun
demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja LAPAN memberikan
gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan litbang
penerbangan dan antariksa secara keseluruhan sangat ditentukan oleh
komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur
negara, masyarakat, dunia usaha dan civil society sebagai bagian integral dari
masyarakat iptek.
Secara umum, beberapa capaian utama kinerja tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas layanan informasi sains antariksa dan atmosfer yang
dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya;
2. Peningkatan kemampuan teknologi roket dalam hal jarak jangkaunya dan
beberapa tipe roket milik LAPAN yang telah dimanfaatkan untuk berbagai
penggunaan khusus;
3. Pengembangan tipe pesawat tanpa awak dan pesawat ringan yang telah
dimanfaatkan untuk kebutuhan pemetaan lahan, pemantauan udara, dan
berbagai kebutuhan lainnya;
4. Telah selesainya 1 tipe satelit yang siap diluncurkan (satelit LAPAN-A2);
5. Distribusi data dan informasi penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk
pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi
bencana, dan penggunaan khusus lainnya;
iv
6. Peningkatan kuantitas litbang LAPAN yang telah diajukan proses
pendaftaran paten/HKI; dan
7. Peningkatan layanan publik oleh Badan Layanan Umum (BLU) dan melalui
situs www.lapan.go.id.
Disamping keberhasilan sebagaimana tersebut diatas, ada beberapa
capaian target kinerja pada program/kegiatan belum maksimal dilaksanakan.
Kedepan diupayakan LAPAN dapat lebih banyak memberikan kontribusi atas
kemajuan teknologi dirgantara dan pemanfaatannya sebagai wujud
pengabdian maksimal untuk kemajuan seluruh sektor pembangunan nasional.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
IKHTISAR EKSEKUTIF iii
PERNYATAAN TELAH DIREVIU v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Aspek Strategis Organisasi Dan Permasalahan Utama (Strategic Issued)
5
1.3. Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas 6
BAB II RENCANA STRATEGIS 2010-2014 DAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014
2.1. Rencana Strategis (Renstra) LAPAN 2010-2014 10
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014 13
2.3. Penetapan Kinerja Tahun 2014 15
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2014 DAN CAPAIAN RPJMN 2010-2014
3.1. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014 24
3.2. Perbandingan Realisasi IKU TerhadapTahun Sebelumnya 48
3.3. Capaian Lain di luar IKU 50
vii
3.4. Telaahan Capaian Target RPJMN / Renstra 2010-2014 51
3.5. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Tujuan 54
3.6. Pengukuran Visi LAPAN 2010-2014 55
3.7. Akuntabilitas Keuangan 57
BAB IV PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LAPAN 2010 – 2014
BAB V PENUTUP
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Organisasi LAPAN 4
Gambar 1.2. Komposisi SDM LAPAN Berdasarkan Jenjang Pendidikan 7
Gambar 1.3. Komposisi SDM LAPAN Berdasarkan Jabatan Fungsional
Khusus
7
Gambar 1.4. Lokasi Fasilitas LAPAN 8
Gambar 3.1. Aplikasi Siforen Monev 23
Gambar 3.2. Berbagai Informasi Berbasis Sains Antariksa dan Atmosfer 27
Gambar 3.3. Trend Peningkatan Instansi Pengguna Informasi Sains
Antariksa dan Atmosfer
28
Gambar 3.4. Uji Terbang RX 3240 (kiri) dan RX 320 (kanan) di
Pameungpeuk-Garut, Jawa Barat
29
Gambar 3.5. Uji Statis RX-450 (estimasi jarak jangkau 100 km), RKX-200
EDF/TJ, RX-320 4000, dan Multi Nosel
30
Gambar 3.6. Roket RSX-1210 (kiri) dan Roket RX-1220 (atas) 30
Gambar 3.7. Pesawat LSU-01 (kiri) dan LSU-02 (kanan) 31
Gambar 3.8. Berbagai Aplikasi Pemanfaatan LSU-01 dan LSU-02 32
Gambar 3.9. Pesawat LSA-01 dan Aplikasi Penggunaannya Pada Lahan
Sawah di Subang-Jawa Barat
33
Gambar 3.10. Test High Speed Taxi Pesawat LSU-05 34
Gambar 3.11. Pengembangan Teknologi Satelit di LAPAN 35
Gambar 3.12. Kepala LAPAN (kiri) Menyerahkan Citra Penginderaan Jauh
Kondisi Hutan Indonesia Kepada Kepala BP REDD+
38
Gambar 3.13. LAPAN Menyerahkan Data Satelit Resolusi Tinggi Terbaru
Kepada Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kementerian Kelautan Dan Perikanan
38
ix
Gambar 3.14. Pemanfaatan Sains Dan Teknologi Kedirgantaraan Untuk
Mendukung Program Pembangunan Daerah
40
Gambar 3.15. Kepala LAPAN dan Menteri KKP Saat Rapat Koordinasi
Peningkatan Informasi Bidang Kelautan Dan Perikanan
Berbasis Data Penginderaan Jauh
41
Gambar 3.16. Pengamatan Kebakaran dan Penyebaran Asap Kebakaran
Hutan/Lahan di Sumatera Selatan Tahun 2014
42
Gambar 3.17. Pembahasan Penyusunan RPP Rencana Induk
Penyelenggaraan Keantariksaan
46
Gambar 3.18. Rapat Pembahasan Penyusunan RPP Penginderaan Jauh 47
Gambar 3.19. First Cutting Komponen N-219 51
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penetapan Kinerja (PK) LAPAN Tahun 2014 21
Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis Utama 1 25
Tabel 3.2. Informasi-Informasi Berbasis Sains Antariksa dan Atmosfer 26
Tabel 3.3. Jumlah Pengguna Informasi Sains Antariksa dan Atmosfer 27
Tabel 3.4. Jarak Jangkau Roket-Roket LAPAN Selama Uji Terbang Tahun
2014
28
Tabel 3.5. Progress Rancang Bangun Satelit LAPAN – A3 35
Tabel 3.6. Data penginderaan jauh resolusi tinggi yang terdistribusi
pada pengguna selama tahun 2014
36
Tabel 3.7. Capaian jenis informasi yang dimanfaatkan oleh pemangku
kepentingan
39
Tabel 3.8. Capaian Sasaran Strategis Utama 2 43
Tabel 3.9. Status HKI LAPAN Tahun 2014 44
Tabel 3.10. Capaian Sasaran Strategis Utama 3 45
Tabel 3.11. Penyusunan Peraturan Pemerintah Prioritas Tahun 2015 47
Tabel 3.12. Realisasi IKU 2010- 2014 48
Tabel 3.13.
Tabel 3.14.
Tabel 3.15.
Tabel 3.16
Realisasi Anggaran LAPAN Tahun 2014
Pagu dan Realisasi per Sasaran Strategis LAPAN Tahun 2014
Capaian IKU dan Realisasi Anggaran LAPAN per Sasaran
Tahun 2014
Perbandingan Pagu Anggaran dan Realisasi LAPAN Tahun
2013 dan 2014
58
58
59
61
Tabel 4.1 Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi LAPAN oleh
Kementerian PAN & RB
64
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014
Lampiran II PenetapanKinerja (PK) Tahun 2014
Lampiran III Pengukuran Kinerja LAPAN Tahun 2014
Lampiran IV Capaian Tahun 2014 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
Lampiran V Peta Strategi BSC Level 0 LAPAN Tahun 2015
Lampiran VI Daftar Publikasi LAPAN Tahun 2014
Lampiran VII Pengguna Data Penginderaan Jauh
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
LAPAN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang
didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun
1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional. Keputusan
Presiden tersebut diperbaharui dan disempurnakan dengan Keputusan Presiden
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 64 Tahun 2005. Keputusan Presiden tersebut kemudian dijabarkan lebih
lanjut dengan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Nomor 05 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor 02 Tahun 2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan serta struktur organisasi LAPAN
sebagai berikut :
Kedudukan
LAPAN adalah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia.
Tugas
LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
BA
B I
3
pelaksanaan tugasnya, LAPAN dikoordinasikan oleh Kementerian Riset dan
Teknologi.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi :
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya;
b. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
c. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya;
d. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan
rumah tangga.
Kewenangan
Dalam menyelenggarakan fungsi di atas, LAPAN mempunyai
kewenangan:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro;
c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu :
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya;
2) Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan pemberian rekomendasi
perizinan satelit.
4
Berdasarkan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan, maka lingkup
kegiatan yang dilaksanakan LAPAN adalah pada : (1) penelitian, pengembangan
dan pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa, (2) penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan penginderaan jauh, (3) penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi dirgantara, dan (4) kajian dan
pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional. Kegiatan tersebut
dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang diwadahi dalam struktur organisasi
sebagai berikut :
Gambar 1.1. Struktur Organisasi LAPAN
5
1.2 Aspek Strategis Organisasi Dan Permasalahan Utama
(Strategic Issued)
Pemanfaatan Iptek kedirgantaraan merupakan salah satu mesin
penggerak pembangunan ekonomi seperti pemanfaatan untuk telekomunikasi,
navigasi, pengembangan satelit pendidikan, tele medisin, perencanaan
tataguna lahan untuk pengembangan wilayah, perencanaan pengembangan
infrastruktur (jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, dan sebagainya),
pengelolaan sumberdaya alam (hutan produksi, perkebunan, perikanan,
pertanian, pertambangan, sumberdaya air), pemantauan lingkungan (cuaca,
perubahan iklim dan sebagainya), dan untuk mendukung pertahanan NKRI.
Penguasaan Iptek kedirgantaraan sangat penting bagi negara seperti Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dengan aspek geografis yang spesifik yaitu
wilayahnya luas, daratannya tersebar, berada di jalur katulistiwa di antara dua
benua dan dua samudera, kaya dengan sumberdaya alam dan rentan terhadap
bencana. Pengelolaan wilayah negara dengan aspek geografis yang demikian
sangat memerlukan Iptek kedirgantaraan.
Iptek kedirgantaraan memberikan kemampuan dalam pengelolaan
sumberdaya alam, lingkungan, dan penanganan bencana melalui penyajian
informasi untuk peringatan dini, tanggap darurat dan rehabilitasi. Penguasaan
Iptek kedirgantaraan memungkinkan bagi Indonesia untuk menjaga dan
melindungi keutuhan NKRI. Keberhasilan LAPAN dalam penguasaan Iptek
kedirgantaraan (rancang bangun satelit mikro dan operasional pengendalian
serta penerimaan datanya, rancang bangun roket balistik dan kendali sampai
dengan ukuran 420 mm dan dilanjutkan dengan 550 mm, pelayanan
data/informasi penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya lahan,
mitigasi bencana, dan mendukung keperluan hankam, serta pengembangan
model dan informasi sains antariksa dan atmosfer) sangat membantu dan
berkontribusi bagi masyarakat Indonesia dalam kehidupannya.
Cita-cita LAPAN dalam upayanya berkontribusi bagi kemandirian
teknologi dan pemberdayaan Iptek di tengah-tengah masyarakat juga banyak
6
mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut merupakan strategic issued bagi
LAPAN. Pemetaan kendala telah dilakukan, diantaranya dapat disebutkan:
1. Fasilitas dan kapasitas peralatan penelitian dan laboratorium sangat
terbatas;
2. Ketersediaan SDM yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas
masih kurang dibandingkan dengan program yang harus dijalankan. Hal ini
semakin sulit dengan adanya kebijakan nasional dalam pembatasan
rekruitmen PNS;
3. Anggaran LAPAN dalam 5 tahun terakhir sangat terbatas sehingga belum
memungkinkan pengembangan dan investasi peralatan secara memadai
untuk mendukung penguasaan Iptek kedirgantaraan;
4. Missile Technology Control Regime (MTCR) yang menghalangi proses
kerjasama Indonesia (LAPAN) dengan negara–negara yang telah
mempunyai kemampuan di bidang teknologi roket dalam rangka alih
teknologi dan pengembangan kemampuan roket LAPAN/ nasional.
1.3 Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas
Sumber Daya Manusia (SDM) LAPAN pada tahun 2014 berjumlah 1.234
orang. Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan yaitu S3 sebanyak 29
orang (2,35%), S2 sebanyak 203 orang (16,45%), S1 sebanyak 503 orang (40,76%),
Diploma III dan II sebanyak 52 orang (4,21%), SLTA sebanyak 404 orang (32,74%),
SLTP sebanyak 23 orang (1,86%), dan SD sebanyak 20 orang (1,62%).
7
Gambar 1.2. Komposisi SDM LAPAN Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pegawai yang menduduki jabatan struktural sebanyak 120 orang (120
jabatan) dan 710 orang (58,48% dari total SDM) pada Jabatan Fungsional Khusus
(JFK). Sesuai dengan kegiatan utama LAPAN sebagai lembaga penelitian dan
pengembangan (litbang), komposisi tiga JFK terbesar adalah peneliti sebanyak
267 orang (37,61%), litkayasa sebanyak 186 orang (26,20%), dan perekayasa 99
orang (13,94%).
Gambar 1.3. Komposisi SDM LAPAN Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus
20; 1,6% 23; 1,8%
404; 32,7%
2; 0,5%
50; 4%503; 40,7%
203; 16,4%29; 2,3% SD
SMP
SMA
D II
D III
SARJANA (S1)
MASTER (S2)
DOKTOR (S3)
8
Selain SDM, sumber daya pendukung yang juga penting adalah
ketersediaan anggaran. Program dan kegiatan LAPAN dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) murni dan hasil pelayanan LAPAN
kepada masyarakat melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Anggaran
LAPAN pada tahun 2014 sebesar Rp. 736.715.193.000.
Kelancaran pelaksanaan kegiatan litbang kedirgantaraan juga tidak
terlepas dari dukungan sarana dan prasarana. LAPAN memiliki sarana prasarana
yang tersebar di beberapa daerah di seluruh Indonesia, yaitu : Rawamangun,
Cikini, Pekayon (Jakarta); Kototabang-Agam (Sumatera Barat); Bandung,
Sumedang, Rancabungur, Rumpin-Bogor serta Pameungpeuk-Garut (Jawa
Barat), Pontianak (Kalimantan Barat), Watukosek-Pasuruan (Jawa Timur),
Parepare (Sulawesi Selatan), dan Biak (Papua).
Gambar 1.4. Lokasi Fasilitas LAPAN
10
RENCANA STRATEGIS 2010 – 2014 DAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014
2.1 Rencana Strategis LAPAN 2010-2014
Rencana Strategis (Renstra) LAPAN 2010-2014 merupakan penjabaran di
bidang pembangunan kedirgantaraan sesuai dengan kedudukan, tugas, fungsi
dan kewenangan LAPAN dan sebagai bagian integral dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Kebijakan
dan Strategi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek) 2010-
2014, maka kebijakan dalam implementasi Renstra LAPAN berada dalam
konteks kebijakan dalam RPJMN dan Jakstranas Iptek 2010-2014. Dengan
demikian, kebijakan dalam Renstra LAPAN diarahkan untuk:
1. Penguatan kemampuan penguasaan Iptek, khususnya iptek dirgantara bagi
peningkatan kemandirian dan daya saing nasional sehingga iptek
dirgantara dapat dijadikan sebagai penggerak untuk kemajuan
pembangunan nasional;
2. Menuju kemandirian dalam memberikan dukungan bagi peningkatan
kemampuan alutsista nasional dan industri strategis pertahanan nasional
untuk menjaga keutuhan NKRI;
3. Pengembangan kemampuan rancang bangun sistem satelit untuk
mendukung kemandirian dalam pemantauan (surveilence) wilayah
Indonesia dan penginderaan jauh;
4. Peningkatan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan signifikan dari iklim/
lingkungan bumi dan antariksa melalui pengembangan dan penguatan
sistem informasi dini (SIMBA - Sistem Informasi Dan Mitigasi Bencana,
SISDAL – Sistem Informasi Inventarisasi Sumberdaya Alam), sistem
informasi gangguan ionosfir bagi komunikasi, posisi lokasi dan navigasi
serta orbit satelit;
BA
B I
I
11
5. Kesinambungan (kontinuitas) dan peningkatan kontribusi LAPAN dalam
penyedian informasi spasial bagi pengelolaan sumberdaya alam;
6. Penguatan Kebijakan pembangunan nasional di bidang Kedirgantaraam
untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pengembangan,
penguasaan dan penerapan teknologi dirgantara sehingga dapat
melindungi kepentingan nasional dalam hubungan internasional.
Visi
Berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangan yang dimiliki, LAPAN
melaksanakan program dan kegiatan penelitian, pengembangan dan
perekayasaan di bidang sains dan teknologi dirgantara untuk kepentingan
pembangunan nasional, membantu semaksimal mungkin baik langsung dan
tidak langsung dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
upaya pelestarian lingkungan hidup. Pasca reorganisasi 2011, visi dan misi
disempurnakan dalam upaya menjadikan LAPAN sebagai lembaga yang
terdepan dalam penguasaan dan pemanfaatan sains dan teknologi dirgantara,
maka LAPAN menetapkan visi sebagai berikut:
TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN DALAM IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA
12
Misi dan Tujuan Strategis
Untuk mencapai visi di atas, disusun dan dirancang misi yang dapat
mengakomodasi seluruh kapasitas dan kapabilitas lembaga dengan
melaksanakan jejaring nasional dan internasional. Selanjutnya misi dijabarkan
atau diimplementasikan lebih lanjut ke dalam tujuan strategis yang merupakan
hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai
dengan 5 (lima) tahun. Misi dalam Renstra LAPAN tahun 2010-2014 pasca
reorganisasi 2011 dituangkan secara rinci sebagai berikut :
1. Memperkuat penguasaan dan pemanfaatan teknologi kedirgantaraan.
2. Meningkatkan kualitas litbang iptek serta kebijakan dan hukum
kedirgantaraan.
Pembahasan yang dilakukan atas statement misi sebelumnya, kemudian
dijabarkan atau diimplementasikan lebih lanjut ke dalam tujuan dan sasaran
strategis yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Tujuan strategis LAPAN
pada Renstra 2010-2014 adalah :
1. Meningkatkan kemampuan dan pemanfaatan iptek kedirgantaraan.
2. Mengoptimalkan sumber daya iptek kedirgantaraan.
3. Melindungi kepentingan bangsa dalam kegiatan kedirgantaraan.
Tujuan LAPAN yang tertuang dalam Renstra 2010-2014, kemudian
dijabarkan pula ke dalam sasaran strategis LAPAN sebagai berikut :
1. Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit,
penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk
mendukung pembangunan nasional;
2. Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan,
penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer; dan
3. Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan.
13
Sedangkan tujuan utama LAPAN yang tertuang dalam Renstra 2010-2014
adalah sebagai berikut:
1. Peluncuran roket produksi dalam negeri dengan jarak jangkau 100 km;
2. Pengembangan kapasitas produksi propelan;
3. Satelit LAPAN-A2 untuk misi pemantauan (surveilance) dan mitigasi bencana
siap diluncurkan;
4. Pengembangan satelit LAPAN-A3 yang merupakan satelit eksperimen misi
penginderaan jauh untuk ketahanan pangan;
5. Pengoperasian pesawat udara nir awak dalam kelas medium altitude dan
long endurance dengan misi airborne remote sensing;
6. Pengoperasian pesawat berawak (2 penumpang) dengan misi surveilance;
7. Pengesahan Rancangan Undang-Undang (UU) tentang Keantariksaan;
8. Pengajuan Rancangan Peraturan Pemerintah yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan;
9. Penyediaan data dan informasi penginderaan jauh yang dimanfaatkan
untuk pengembangan wilayah, sumberdaya alam dan lingkungan, mitigasi
bencana dan penggunaan khusus lainnya; dan
10. Penyediaan informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan
untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya.
2.2 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014
Tahun 2014 merupakan tahun akhir dalam perencanaan jangka
menengah 2010-2014. Sasaran-sasaran utama Kementerian/Lembaga akan
tercantum dalam matrik Kementerian/Lembaga RPJMN 2010-2014. Renstra
2010-2014 dari Kementerian/Lembaga memuat sasaran-sasaran strategis yang
tertuang dalam RPJMN 2010-2014 dan memuat prioritas-prioritas
Kementerian/Lembaga lainnya. Renstra 2010-2014 menjadi acuan bersama
dalam penyusunan program/kegiatan dan anggaran serta target-target sasaran
kinerja dalam pemantauan evaluasi capaian kinerja Kementerian/Lembaga oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN
14
dan RB), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan
Kementerian Keuangan.
Anggaran LAPAN tahun 2014 adalah sebesar Rp. 736.715.193.000
terutama untuk kebutuhan pencapaian sasaran strategis utama antara lain:
a. Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit,
penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk
mendukung pembangunan nasional;
Dalam upayanya meningkatkan kemampuan pada teknologi penerbangan
dan antariksa, LAPAN melakukan serangkaian program dan kegiatan yang
dapat mendukung hal tersebut. Diantaranya, meningkatkan informasi sains
antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana,
peningkatan jarak jangkau roket hingga 100 km, pengembangan tipe roket,
satelit dan pesawat terbang. Selain itu, LAPAN juga akan meningkatkan
ketersediaan data penginderaan jauh yang terekapitulasi dalam Bank Data
Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) untuk pengembangan wilayah,
sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan
khusus lainnya.
b. Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan,
penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer;
Terkait peningkatan kualitas iptek yang dihasilkan, LAPAN berupaya
meningkatkan publikasi ilmiahnya baik di tingkat nasional dan internasional.
Selain publikasi, LAPAN juga mendorong para peneliti dan perekayasa untuk
menelusuri litbang yang berpotensi mendapatkan HKI/paten sehingga dapat
melindungi hak cipta atas riset yang telah mereka lakukan.
c. Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan.
Kebijakan nasional di bidang kedirgantaraan diharapkan mampu menjadi
landasan bagi seluruh masyarakat Indonesia secara terpadu. Rumusan
kebijakan ini memuat hal-hal yang berkaitan tentang teknologi dirgantara
(roket, satelit dan penerbangan), penginderaan jauh, sains antariksa dan
atmosfer serta pemanfaatannya. Setelah disahkannya UU Nomor 21 Tahun
15
2013 tentang Keantariksaan, LAPAN akan melanjutkan penyusunan turunan
UU berupa Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden (Perpres).
Untuk tahun 2014, LAPAN telah menyiapkan draft PP terkait Penginderaan
Jauh, Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan, dan RPerpres tentang
LAPAN.
Di luar skema kinerja yang ditetapkan LAPAN pada Rencana Kinerja
Tahun 2014, penganggaran juga dikonversi kedalam pos-pos rencana kegiatan
lainnya seperti:
a. Peningkatan akuntabilitas kinerja LAPAN, agar mampu meraih predikat A
(Sangat Baik) dari Kementerian PAN dan RB;
Peningkatan akuntabilitas kinerja LAPAN dapat dilakukan melalui perbaikan
5 komponen akuntabilitas kinerja yaitu: perencanaan (Revisi Renstra 2010-
2014 dan dokumen perencanaan tahunan), pengukuran (IKU yang
diformalkan), pelaporan (peningkatan pemahaman terhadap SAKIP kepada
seluruh pegawai), evaluasi dan pencapaian kinerja yang dapat dilakukan
dengan pengembangan aplikasi Siforen-Monev yang dibangun sendiri oleh
LAPAN sejak tahun 2012.
b. Peningkatan akuntabilitas keuangan dengan diharapkan mampu
memperoleh kembali opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap
laporan keuangan LAPAN.
2.3 Penetapan Kinerja Tahun 2014
Alokasi anggaran yang diperoleh LAPAN untuk tahun 2014 sebesar
Rp. 736.715.193.000 yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Penambahan anggaran tersebut diprioritaskan untuk pengembangan pesawat
transport nasional N-219 dan litbang teknologi penginderaan jauh sebagai
penunjang terlaksananya amanat pada Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012
tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan
Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi.
16
Dalam Penetapan Kinerja (PK) LAPAN tahun 2014 ditetapkan Indikator
dan target sebagai berikut :
Sasaran Strategis Utama 1 : Peningkatan kemampuan LAPAN dibidang
teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan
atmosfer untuk mendukung pembangunan nasional, dikatakan berhasil jika IKU
di bawah ini dapat tercapai.
IKU 1 : Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang
dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus
lainnya. Target tahun 2014 adalah 15 Informasi.
IKU 2 : Jangkauan roket yang dihasilkan. Target tahun 2014 adalah jarak
jangkau 100 km.
IKU 3 : Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan
khusus. Target tahun 2014 adalah 2 tipe roket yang dapat
dimanfaatkan pengguna.
IKU 4 : Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi,
pertanian, dan penggunaan khusus lainnya. Target tahun 2014
adalah 2 tipe pesawat yang dikembangkan dan diharapkan
mampu dimanfaatkan pengguna untuk berbagai kebutuhan.
IKU 5 : Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan. Target tahun 2014
adalah Satelit LAPAN A-2 dapat diluncurkan.
IKU 6 : Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk
pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan,
mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya. Target tahun
2014 ini, sebanyak 8.000 scene data dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan wilayah, SDAL, mitigasi bencana dan keperluan
lainnya.
17
IKU 7 : Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang
dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan,
pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan
khusus lainnya. Sebanyak 12 informasi diharapkan mampu
dihasilkan dan dimanfaatkan oleh pengguna.
Sasaran Strategis Utama 2 : Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit,
penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer, dikatakan
berhasil jika IKU di bawah ini dapat tercapai.
IKU 8 : Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang
kedirgantaraan. Ditargetkan ada sebanyak 20 makalah yang
terbit di publikasi internasional.
IKU 9 : Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang
kedirgantaraan. Untuk publikasi nasional diharapkan mampu
menghasilkan 51 publikasi dalam bentuk makalah.
IKU 10 : HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar. Pada tahun
2014 ada 4 judul riset yang diharapkan dapat didaftarkan untuk
mendapatkan HKI.
Sasaran Strategis Utama 3 : Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan,
dikatakan berhasil jika 2 IKU di bawah ini dapat tercapai.
IKU 11 : Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan. Pada
tahun 2014, ditargetkan 3 rancangan peraturan yang dapat
dihasilkan.
18
IKU LAPAN tersebut telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala LAPAN
Nomor 249 tahun 2014 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di LAPAN.
IKU LAPAN disusun dengan mengacu pada Renstra 2010-2014 berdasarkan Misi
dan Tujuan Strategis Renstra 2010-2014. Penentuan target IKU tahun 2014
berdasarkan pada beberapa hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di LAPAN telah menimbulkan
semangat untuk mewujudkan aparatur negara yang berorientasi pada
pelayanan. Pelayanan kepada masyarakat terkait hasil litbang menjadi
intisari kegiatan pengembangan teknologi dirgantara. Dari tahun ke tahun
permintaan masyarakat kepada produk litbang LAPAN terus mengalami
peningkatan. Untuk terus mengupayakan pemasyarakatan produknya, pada
tahun 2014 LAPAN menargetkan 15 informasi sains antariksa dan atmosfer
(IKU 1), 12 informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan
(IKU 7) dan upaya pendistribusian 8.000 scene data penginderaan jauh yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian,
perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan litbang kedirgantaraan (IKU 6).
b. Pengembangan teknologi roket pada tahun 2014 akan terus dilakukan dalam
usaha pencapaian jangkauan roket double digit untuk mencapai jarak
jangkau 100 km (IKU 2), sedangkan untuk pemanfaatannya, LAPAN
berupaya untuk berkontribusi dengan 2 tipe roket yang dapat digunakan
untuk penggunaan khusus lainnya (IKU3). Selain pengembangan teknologi
roket, teknologi pesawat yang dikembangkan LAPAN kini sudah mulai
mencuri perhatian berbagai kalangan pelaku dirgantara nasional. Pada
tahun 2014, diharapkan LAPAN dapat menghasilkan 2 tipe pesawat yang
telah mampu dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan
khusus lainnya (IKU 4). Untuk pengembangan teknologi satelit, LAPAN
diharapkan mampu menyiapkan 1 tipe satelit yang berada dalam kondisi siap
diluncurkan (IKU 5).
19
c. LAPAN menuntut para peneliti dan perekayasa untuk senantiasa
meningkatkan kualitas publikasi ilmiahnya, terutama dalam skala jurnal dan
majalah ilmiah nasional terakreditasi hingga internasional. Pada tahun 2014
LAPAN secara khusus menargetkan 20 makalah publikasi internasional (IKU
8) dan 51 makalah publikasi ilmiah nasional (IKU 9). Untuk mendorong
pemberian penghargaan kepada para peneliti dan perekayasa LAPAN dalam
pemberian hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI
(inventor, pencipta, pendesain, dan sebagainya) agar menstimulasi mereka
untuk lebih lanjut mengembangkan kegiatan invention. Di samping itu,
sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas
bentuk kreativitas manusia, sehingga kemungkinan dihasilkan teknologi
atau hasil karya lain yang sama dapat dihindarkan atau dicegah. Dengan
dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat
memanfaatkan dengan maksimal untuk pengembangan lebih lanjut dalam
memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Pada tahun 2014, LAPAN
menargetkan 4 judul HKI yang didaftarkan ke Dirjen HKI (IKU 10).
d. LAPAN sebagai institusi litbang kedirgantaraan memandang penetapan
sejumlah kebijakan sebagai prioritas utama untuk mengarahkan penguasaan
teknologi agar tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan bangsa dan perdamaian dunia. Proses
perumusan kebijakan adalah salah satu alat penting dalam tahapan
kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan kebijakan, baik pemerintah
maupun non-pemerintah. Pembuatan rumusan kebijakan nasional
merupakan fungsi penting dari sebuah pemerintahan. Oleh karena itu,
kemampuan dan pemahaman yang memadai dari pembuat kebijakan
terhadap proses pembuatan kebijakan menjadi sangat penting bagi
terwujudnya kebijakan publik yang cepat, tepat, dan memadai. Kemampuan
dan pemahaman terhadap prosedur pembuatan kebijakan tersebut juga
harus diimbangi dengan pemahaman dari pembuat kebijakan terhadap
20
kewenangan yang dimiliki. Pada tahun 2014, LAPAN mengupayakan
tersusunnya 3 rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11).
21
Keterkaitan masing-masing IKU pada sasaran strategis utama LAPAN
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penetapan Kinerja (PK) LAPAN Tahun 2014
SASARAN STRATEGIS
UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM
1. Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk mendukung pembangunan nasional
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
15 informasi Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2)
100 km
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
2 tipe
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
2 tipe
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5)
1 tipe
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
8.000 scene
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
12 informasi
2. Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
20 makalah
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
51 makalah
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10)
4 judul
3.
Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11)
3 rancangan peraturan
23
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2014
Akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban dalam
mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan
good and clean governance. Kinerja instansi pemerintah harus dapat diukur,
sehingga memudahkan dilakukannya penilaian oleh stakeholders. Demikian pula
halnya dengan akuntabilitas kinerja LAPAN, agar dapat diukur kinerjanya,
LAPAN telah menetapkan sasaran-sasaran berdasarkan hasil perumusan yang
dituangkan pada Renstra LAPAN 2010-2014 dengan mengedepankan indikator-
indikator yang berorientasi outcome. Sejak tahun 2012, LAPAN telah melakukan
upaya untuk menyusun Indikator Kinerja Individu (IKI) yang berbasis Balance
Scorecard (BSC). Saat ini juga telah ditetapkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
agar terjadi peningkatan semangat berkinerja dan dapat diukur secara obyektif.
Sedangkan strategi untuk pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan
berdasarkan kebijakan yang mengacu kepada tugas dan fungsi LAPAN atau
merupakan kebijakan dalam melaksanakan misinya.
Pengukuran tingkat capaian
IKU LAPAN tahun 2014 dilakukan
dengan cara membandingkan antara
realisasi dengan target pada masing-
masing IKU dan saat ini proses
pengukuran telah diimplementasi-
kan ke dalam aplikasi Sistem
Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (SIFOREN-Monev) yang dapat
memantau capaian IKU dan capaian program/ kegiatan lainnya setiap periode
triwulanan. Aplikasi tersebut juga menyediakan ruang manajemen bagi para
pimpinan untuk memantau atau meriviu secara langsung berupa pemberian
rekomendasi dan catatan-catatan kepada unit-unit kerja. Secara umum LAPAN
BA
B I
II
Gambar 3.1 Aplikasi Siforen Monev
24
telah berhasil mencapai sasaran strategis berikut IKU-nya, namun demikian
LAPAN terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun-tahun
mendatang untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Tahun 2014 juga merupakan tahun akhir periode Renstra LAPAN tahun
2010-2014 sehingga dalam laporan ini disajikan sasaran dan indikator sasaran
yang telah dicapai tahun 2014 ini sebagai evaluasi tahap akhir terhadap Renstra
LAPAN tahun 2010-2014.
3.1 Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014
3 (tiga) Sasaran Strategis Utama yang telah dicapai pada tahun 2014
yaitu:
1. Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit,
penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk
mendukung pembangunan nasional;
2. Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan,
penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer; dan
3. Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan.
Dalam upaya mewujudkan visi 2010-2014 yakni ”Terwujudnya
Kemandirian Dalam Iptek Penerbangan Dan Antariksa Untuk Meningkatkan
Kualitas Kehidupan Bangsa”, LAPAN melakukan peningkatan kemampuan di
bidang teknologi penerbangan dan antariksa. Di akhir periode Renstra 2010-2014
ini, ada 7 IKU yang dapat menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis
tersebut, dengan penjelasan yang tertera pada tabel di bawah ini;
SASARAN STRATEGIS UTAMA 1
•Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk
mendukung pembangunan nasional
25
Tabel 3.1. Capaian Sasaran Strategis Utama 1
INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
15 informasi 15 informasi 100%
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2)
100 km 64,2 km 64,2%
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
2 tipe 3 tipe 150%
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
2 tipe 3 tipe 150%
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5)
1 tipe 1 tipe 100%
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
8.000 scene 10.462 scene 130,77%
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
12 informasi 13 informasi 108,33%
IKU-1: ”Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan
untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya”
Hasil riset yang telah dilakukan LAPAN selama ini dirasakan sangat
membantu kehidupan masyarakat. Upaya penyebaran informasi berbasis sains
antariksa dan atmosfer dilakukan dengan intensitas yang masif. Informasi yang
disebarluaskan kepada masyarakat pengguna banyak dimanfaatkan untuk
keperluan mitigasi bencana, liputan awan, komunikasi radio, maupun
26
kebutuhan lainnya. Adapun informasi-informasi berbasis sains antariksa dan
atmosfer yang telah dimanfaatkan pengguna, sebagai berikut:
Tabel 3.2. Informasi-Informasi Berbasis Sains Antariksa dan Atmosfer
NO. INFORMASI PERUNTUKKAN PENGGUNAAN
INSTANSI PENGGUNA
1. Pantau Potensi Hujan Secara Real Time
Informasi Kepada Masyarakat
Kompas.Com
2. Rekayasa Teknologi Atmosfer
Kompetisi muatan balon Peserta Lomba Kombat
3. Sampah Antariksa Kuliah Umum STMG, ITB, UNPAD, Univ PGRI Palembang, Unsri
4. Aktivitas Geomagnet Bimbingan Teknis
5. Realtime Benda Jatuh
6. Managemen frkuensi dan teknis komunikasi tingkat dasar dan lanjutan
Bimbingan Teknis
Pemda Kab. Musi Rawas, Pemda Kab. Bulungan Kal-Ut, Pemda Kab Timor Tengah Utara, Pemda Kab. Manokwari, Pemda Prov. Kaltim
7. Pengamatan Hilal Awal Ramadhan 1435 H dan idul fitri
Pemantauan Hilal Awal ramadhan
Kemenkominfo, Kemenag, BMKG, ITB, UPI
8. Sistem Pendukung Keputusan Basis SADEWA untuk Maritim
Diseminasi Dinas Kelautan DIY
9. Prediksi Frekuensi (Parameter Komunikasi Radio)
Bimbingan Teknis Operator Sandi Telekomunikasi / komunikasi radio
Hudam, Kostrad, Diskomlek Marinir, Pusdikhub AD, dan Kosekhanudnas, PT.Telkom, dan Pemda
10. Cuaca (Angin dan Hujan) Peringatan Dini, Hujan Buatan, Latihan Perang
BNPB, BPPT, KKP, TNI AD
11. Musim Awal Musim BMKG, Kementan
12. Perubahan Iklim Adaptasi dan mitigasi Perubahan Iklim
KLHK, BMKG
13. Variabilitas Ozon Adaptasi Perubahan Iklim
KLHK
14. Deposisi Asam Kualitas Udara KLHK
15. Gas Rumah Kaca Adaptasi Perubahan Iklim
KLHK
27
Gambar 3.2. Berbagai Informasi Berbasis Sains Antariksa dan Atmosfer
Pemanfaatan yang dilakukan pengguna terhadap informasi berbasis
sains antariksa dan atmosfer, seyogyanya membuktikan peran LAPAN dalam
upaya memasyarakatkan hasil litbangnya demi kemajuan kehidupan bangsa.
Jumlah pengguna setiap tahunnya juga mengalami peningkatan, seperti tersaji
pada tabel dan trend di bawah ini,
Tabel. 3.3. Jumlah Pengguna Informasi Sains Antariksa dan Atmosfer
TAHUN JUMLAH USER /TAHUN
2010 13 instansi
2011 355 instansi
2012 423 instansi
28
TAHUN JUMLAH USER /TAHUN
2013 54 instansi
2014 186 instansi
Gambar 3.3. Trend Peningkatan Instansi Pengguna Informasi Sains Antariksa dan Atmosfer
IKU-2: ”Jangkauan Roket Yang Dihasilkan”
Jarak jangkau roket merupakan target utama dalam upaya LAPAN
berkontribusi dalam membangun kemandirian penguasaan teknologi roket.
Roket-roket yang dihasilkan LAPAN digunakan untuk keperluan ilmiah, walau
dalam pelaksanaannya banyak pengguna yang melakukan konversi roket
LAPAN menjadi roket untuk keperluan pertahanan. Roket R-Han misalnya,
roket berdiameter 100 mm ini digunakan untuk menyokong kebutuhan alutsista
oleh TNI. R-Han yang dikembangkan LAPAN kini telah memasuki mass
production oleh konsorsium roket nasional. Pada tahun 2014, telah banyak
dilakukan uji terbang roket-roket buatan LAPAN. Data kinerja masing-masing
roket yang diuji terbang dapat dijelaskan pada tabel 3.4.
Tabel. 3.4. Jarak Jangkau Roket-Roket LAPAN Selama Uji Terbang Tahun 2014
TANGGAL UJI TERBANG TIPE ROKET JARAK JANGKAU
20 November 2014 RX-324 4000 64 km
20 November 2014 RX-320 64,2 km
29
TANGGAL UJI TERBANG TIPE ROKET JARAK JANGKAU
31 Agustus 2014 RX 2020 30 km
Gambar 3.4. Uji Terbang RX 3240 (kiri) dan RX 320 (kanan) di Pameungpeuk-Garut, Jawa Barat
Jarak jangkau roket LAPAN telah tercantum dalam RPJMN 2010-2014,
dengan target 300 km. Target tersebut belum tercapai karena roket
berdiameter 550 mm atau roket RX-550 yang direncanakan mempunyai daya
jangkau lebih dari 200 km baru pada tahap proses uji statik dan belum
dilaksanakan uji terbang, hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan bahan baku
tabung dan nosel yang tahan pada tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Untuk
pelaksanaan uji terbang, diperlukan verifikasi bahwa roket layak terbang dari
beberapa sisi baik desain, proses, dan standarisasi.
30
Gambar 3.5. Uji Statis RX-450 (estimasi jarak jangkau 100 km),
RKX-200 EDF/TJ, RX-320 4000, dan Multi Nosel
IKU-3: ”Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus”
Teknologi roket yang dihasilkan LAPAN telah banyak dimanfaatkan
pengguna, salah satunya dalam hal penggunaan khusus. Pada tahun 2014 ini,
ada 2 tipe roket yang telah dimanfaatkan untuk penggunaan khusus, yakni roket
tipe RX-1210 dan RX-1220.
Gambar 3.6. Roket RX-1210
31
IKU-4: ”Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian,
dan penggunaan khusus lainnya”
Pada tahun 2014, pemanfaatan lain dari teknologi penerbangan dan
antariksa yang dikembangkan LAPAN berasal dari litbang pesawat terbang.
Berbagai pengguna dari berbagai sektor pembangunan merasakan banyak
manfaat atas teknologi penerbangan yang dihasilkan LAPAN. Penggunaannya
banyak dilakukan untuk aplikasi sipil dan pertahanan, diantaranya : akurasi citra
satelit, verifikasi dan validasi citra satelit, monitoring produksi pertanian, aerial
photogrammetry, pemantauan, pemetaan banjir, deteksi kebakaran, Search And
Rescue (SAR), pemantauan perbatasan dan kehutanan, serta pemetaan tata
kota, pemotretan gunung merapi, dan maritime monitoring. Tipe pesawat yang
dikembangkan LAPAN dan telah dimanfaatkan pengguna adalah pesawat nir
awak LAPAN (LSU 01 dan 02) serta pesawat ringan (LSA-01).
Gambar 3.7. Pesawat LSU-01 (kiri) dan LSU-02 (kanan)
32
Gambar 3.8. Berbagai Aplikasi Pemanfaatan LSU-01 dan LSU-02
Untuk pesawat LSA, akan dikembangkan teknologi kendali autonomous,
komposit, dan sistem simulator. Pengembangan teknologi tersebut melibatkan
6 tenaga ahli LAPAN bekerjasama dengan TU Berlin-Jerman.
33
Gambar 3.9. Pesawat LSA-01 dan Aplikasi Penggunaannya Pada Lahan Sawah di Subang-Jawa Barat
Sedangkan, pengembangan lanjutan dari pesawat jenis LSU, LAPAN
akan melanjutkan dengan tipe LSU-05. Pesawat ini dirancang untuk mampu
membawa muatan seberat 25 hingga 30 kilogram. Generasi kelima varian LSU
ini memiliki bobot 80 kilogram dengan bentangan sayap 5,5 meter dan panjang
4 meter. Pesawat ini dituntut memiliki kemampuan terbang dengan kestabilan
tinggi sesuai dengan kebutuhan pemetaan yang menggunakan radar.
Study Area
Subang – Indramayu, Jawa Barat
• Lahan sawah : irigasi dan tadah hujan
11
Subang
Jalur terbang LSA Titik pengamatan
Indramayu
Descending Ascending
Akuisisi Radarsat
34
Gambar 3.10. Test High Speed Taxi Pesawat LSU-05
IKU-5: ” Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan”
Sejak tahun 2012, LAPAN telah menyelesaikan Assembly, Integration, and
Test (AIT) satelit LAPAN-A2. Satelit ini akan sangat bermanfaat bagi pengguna
mengingat misi yang diemban pada payload satelit ini berupa misi surveillance
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang akan memberikan nilai tambah bagi
penggunanya. Status satelit LAPAN-A2 kini dalam perawatan dan berada pada
kondisi siap terbang dengan menumpang roket peluncur milik India yang
rencananya akan dilakukan pada tahun 2015.
35
Gambar 3.11. Pengembangan Teknologi Satelit di LAPAN
Peluncuran satelit LAPAN-A2 tertunda sejak tahun 2013, karena belum
siapnya pihak India dalam melakukan peluncuran. Hal ini menjadi kendala
tertundanya penempatan satelit LAPAN-A2 ini di orbit. Dilihat dari karakter
satelit ini, pemanfaatannya akan sangat membantu dalam pemantauan bumi
dan pengawasan wilayah maritim Indonesia yang saat ini menjadi isu krusial.
Selain itu, satelit ini dirancang juga untuk memenuhi kebutuhan komunikasi
amatir yang dapat dimanfaatkan pula untuk kebutuhan mitigasi bencana.
Selain satelit LAPAN-A2, LAPAN juga sedang mengembangkan satelit
LAPAN-A3. Untuk progressnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 3.5. Progress Rancang Bangun Satelit LAPAN – A3
NO. KEGIATAN PROGRESS KETERANGAN
1. Desain 90% Iterasi dengan Peluncur PSLV
2. Pengembangan Payload 80% Finalisasi hasil uji terbang
3. Pengembangan Komponen Bus
80% Finalisasi ACS LAPAN-A3
4. Kesiapan Stasiun Bumi 80% Stasiun TTC & Data Misi
5. AIT Level Satelit - Mulai Januari 2015
36
IKU-6: ”Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk
pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi
bencana dan penggunaan khusus lainnya”
IKU 6 ini dicapai terutama dalam rangka mengimplementasikan Instruksi
Presiden No. 6 Tahun 2012 dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan melalui kegiatan pelayanan data satelit penginderaan jauh
resolusi resolusi tinggi. Total data satelit penginderaan jauh resolusi resolusi
tinggi SPOT-5/6 dan Pleiades yang telah diserahkan oleh Pustekdata kepada
para pemangku kepentingan (Kementerian/ Lembaga,TNI, Polri, Perguruan
Tinggi, Pemerintah Daerah termasuk LAPAN) untuk pengembangan wilayah
sumberdaya alam dan lingkungan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus
lainnya adalah 10.462 (sepuluh ribu empat ratus enam puluh dua) data. Oleh
karena itu, IKU-6 dicapai melebihi target (130,77%). Rincian data resolusi tinggi
yang telah diserahkan kepada para pemangku kepentingan dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Data penginderaan jauh resolusi tinggi yang terdistribusi pada pengguna selama
tahun 2014
NO. Pemangku Kepentingan Jenis Data Jumlah Data
1. Kementerian/Lembaga Pleiades 1.994
Spot-5 3.093
Spot-6 2.729
2. LAPAN Pleiades 21
Spot-5 309
Spot-6 187
3. TNI/Polri Spot-5 168
Spot-6 45
4. Perguruan Tinggi Spot-6 5
5. Pemerintah Daerah Pleiades 9
Spot-5 937
Spot-6 965
Jumlah 10.462
37
Permintaan yang semakin meningkat terkait data satelit resolusi tinggi
yang dimiliki LAPAN menunjukkan begitu pentingnya pemanfaatan data satelit
penginderaan jauh dalam berbagai sektor pembangunan. Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah yang mengajukan permintaan data satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi, antara lain :
• Badan Informasi Geospasial : untuk penyusunan informasi Geospasial Dasar
untuk 491 Kabupaten/Kota di Indonesia
• Kementerian Agraria/Badan Pertanahan Nasional dan Bappenas : untuk
penyusunan peta dasar pertanahan skala besar.
• Kementerian Pertanian : untuk pemantauan irigasi.
• Kementerian Kehutanan : untuk peta batas wilayah hutan.
• Badan Pengelola Reduction Emission and Degradation Deforestation (BP
REDD+) : monitoring dan validasi kebakaran hutan/lahan.
• Kementerian Kelautan dan Perikanan : untuk perencanaan pembangunan
pelabuhan dan updating pulau-pulau kecil.
• Pemerintah Daerah : kebutuhan data resolusi sangat tinggi untuk
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk mendukung Inpres
Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Kabupaten/Kota.
38
Gambar 3.12. Kepala LAPAN (kiri) Menyerahkan Citra Penginderaan Jauh Kondisi Hutan Indonesia Kepada Kepala BP REDD+
Gambar 3.13. LAPAN Menyerahkan Data Satelit Resolusi Tinggi Terbaru Kepada Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan Dan Perikanan.
Keberhasilan IKU-6 selain didukung oleh kegiatan upgrading Stasiun Bumi
Penginderaan Jauh Parepare dan Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Rumpin, juga
didukung oleh berbagai kegiatan sosialisasi, pertemuan dengan pemangku
kepentingan, dan Focus Group Discussion (FGD) antara LAPAN dan para
pemangku kepentingan. Keberhasilan diatas sangat penting karena LAPAN
39
telah berperan penting pada Program Strategis Nasional, diantaranya adalah
dukungan terhadap penyediaan data satelit penginderaan jauh untuk
penyusunan Satu Peta (One Map), penyusunan Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR), pemetaan pertanahan dan lahan pertanian, dan sebagainya.
IKU-7: ”Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang
dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian,
perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya”
IKU-7 juga berhasil dicapai melebihi target, yaitu telah dihasilkan 13 (tiga
belas) informasi dari target 12 (dua belas) informasi. Jenis informasi yang
dihasilkan telah dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan, antara lain
Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Ditjen. Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP), Badan Pengelolaan
Pengurangan Emisi dari Degradasi Hutan dan Deforestasi REDD (BPREDD), Balai
Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Kementerian Pertanian, Ditjen.
Sarana dan Prasarana Kementerian Pertanian, Ditjen. Pajak Kementerian
Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM),
Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), Kementerian Pekerjaan Umum
(KPU), Badan Keamanan Laut (Bakamla), Dinas Pengamanan Angkatan Laut
(Dispamal), beberapa perguruan tinggi, serta Dinas Kehutanan/Dinas
Pertanian/Dinas Perkebunan/Dinas Perikanan dan Kelautan/Badan Konservasi
Sumberdaya Alam (BKSDA)/Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di
beberapa Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tabel 3.7. Capaian jenis informasi yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan
NO. Jenis Informasi Pemangku Kepentingan Utama
1. Curah hujan (TRMM, Qmorph) Perguruan tinggi dan BNPB
40
NO. Jenis Informasi Pemangku Kepentingan Utama
2. Sistem Peringatan Bahaya Kebakaran (SPBK) hutan/lahan
Ditjenbun dan KLHK
3. Pemantauan titik panas kebakaran hutan/lahan
Ditjenbun, KLHK, BPREDD, UKP-PPP, BPBD, dan BKSDA
4. Potensi banjir Ditjenbun dan KLHK
5. Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) KKP, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten/Kota dan perguruan tinggi
6. Fase pertumbuhan padi BBSDLP
7. Pemantauan asap kebakaran hutan Ditjenbun, KLHK, BPREDD, UKP-PPP, BPBD, BKSDA, dan BNPB
8. Areal lahan bekas tebakar KLHK, UKP-PPP, dan BPREDD
9. Pulau-pulau kecil terluar BIG dan KKP
10. Penutup lahan BIG, KLHK dan perguruan tinggi
11. Erupsi gunung api BPBD, BNPB dan KESDM
12. Daerah terkena banjir BNPB dan BPBD
13. Daerah terkena longsor BNPB dan BPBD
Untuk bidang perikanan, LAPAN juga melakukan produksi informasi
mengenai Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). LAPAN memberikan
informasi ZPPI tersebut kepada kantor perikanan daerah. Dengan demikian,
nelayan dapat terbantu dalam memperoleh informasi mengenai keberadaan
ikan. Pemanfaatan data penginderaan jauh lainnya digunakan untuk
mendukung penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan RDTR serta
pemanfaatan data penginderaan jauh resolusi tinggi untuk mendukung
penyusunan peta dasar skala 1:5000.
Gambar 3.14. Pemanfaatan Sains Dan Teknologi Kedirgantaraan
untuk Mendukung Program Pembangunan Daerah.
41
Sesuai dengan visi pemerintah tentang kemaritiman, data-data penginderaan
jauh sangat berperan dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan
sumber daya kelautan, perencanaan pembangunan infrastruktur pelabuhan dan
tata ruang pesisir laut.
Gambar 3.15. Kepala LAPAN dan Menteri KKP Saat Rapat Koordinasi Peningkatan Informasi Bidang Kelautan Dan Perikanan Berbasis Data Penginderaan Jauh
42
Gambar 3.16. Pengamatan Kebakaran dan Penyebaran Asap Kebakaran Hutan/Lahan di
Sumatera Selatan Tahun 2014
Upaya pencapaian visi LAPAN 2010-2014 selanjutnya dapat dicapai
dengan peningkatan kualitas atas hasil litbang iptek yang dilakukan. Salah
satunya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi di media nasional
maupun internasional. Selain itu, tanda peningkatan kualitas litbang lainnya
dapat dilakukan dengan peningkatan perolehan HKI dari tahun ke tahun. Terkait
SASARAN STRATEGIS UTAMA 2
•Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
43
penjelasan sasaran strategis utama yang kedua ini, dapat dijelaskan pada tabel
di bawah ini,
Tabel 3.8. Capaian Sasaran Strategis Utama 2
INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % CAPAIAN
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
20 makalah 54 makalah 270%
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
51 makalah 44 makalah 86,27%
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10)
4 judul 7 judul 175%
Dibawah ini adalah penjelasan capaian sasaran strategis ke 2 yang dapat
dinarasikan pada IKU-8, 9 dan 10;
IKU-8: “Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang
kedirgantaraan”
Kegiatan litbang iptek yang dihasilkan sepanjang tahun 2014, mendorong
produktivitas peneliti dan perekayasa LAPAN untuk menghasilkan publikasi
ilmiah. Publikasi juga menjadi komitmen LAPAN dalam upayanya untuk
pemanfaatan keilmuan kedirgantaraan kepada publik. Sepanjang tahun 2014,
untuk publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan telah dihasilkan
sebanyak 54 makalah (lihat Lampiran VI). Publikasi ilmiah internasional tersebut
dimuat di sejumlah media, misalnya ISAST, AESS-ICARES, International Journal of
Latest Research in Science and Technology dan di 2nd Asia Future Conference.
IKU-9: “Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang
kedirgantaraan”
Untuk publikasi ilmiah nasional, LAPAN telah menghasilkan sebanyak 44
makalah yang telah dipublikasikan di media nasional terakreditasi (lihat lampiran
44
VI). Beberapa media tersebut, diantaranya Jurnal Telekontran, jurnal ILKOM-
IPB, dan Jasakiai XXII.
IKU-10: “HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar”
Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan
intelektual manusia melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan
curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh produk baru dengan
landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis yang dapat berupa karya di
bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Kekayaan intelektual ini
perlu ditindaklanjuti pengamanannya melalui suatu sistem perlindungan
terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Secara garis besar HKI terdiri dari hak
cipta (copyright), dan Hak Kekayaan Industri (industrial property right) yang
meliputi paten (patent), desain industri (industrial design), merek (trademark),
penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition),
desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit) dan rahasia
dagang (trade secret). Pada tahun 2014 LAPAN mengajukan 7 usulan judul terkait
teknologi penerbangan, roket, dan sains dan teknologi atmosfer, yaitu :
Tabel 3.9. Status HKI LAPAN Tahun 2014
NO. JUDUL STATUS TAHUN
PENDAFTARAN
1. Sayap Pesawat Yang Dimodifikasi Untuk Meningkatkan Prestasi Lepas Landan dan Mendarat Pesawat
Pemeriksaan Administratif
2014
2. Alat Uji Terpadu Pemeriksaan Administratif
2014
3. Sistem Distribusi Daya Untuk Mencapai Target Lama Terbang Pada LSU-01
Pemeriksaan Administratif
2014
4. Sistem Konstruksi ddan Metode Perakitan Motor Roket yang Menggunakan Material Tabung Komposit
Pemeriksaan Administratif
2014
5. Sistem Pelontar Peluru Kendali atau Pesawat Terbang Tanpa Awak
Pemeriksaan Administratif
2014
6. Muatan Roket Sonda Pengukur Parameter Atmosfer
Pemeriksaan Administratif
2014
7. Sistem Dan Metode Pemutus Senar Balon Menggunakan Kawatpanas pada Teflon dengan moda Terprogram
Pemeriksaan Administratif
2014
45
Upaya pencapaian visi LAPAN 2010-2014 selanjutnya dapat dicapai
dengan penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan. Salah satunya dengan
menghasilkan rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan. Diharapkan
rancangan peraturan yang ditargetkan LAPAN dapat segera disahkan dan
menjadi acuan pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan keantariksaan di bumi
Indonesia. Terkait penjelasan sasaran strategis utama yang kedua ini, dapat
dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.10. Capaian Sasaran Strategis Utama 3
INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI % CAPAIAN
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11)
3 rancangan peraturan
3 rancangan peraturan
100%
IKU-11: “Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan”
Setelah disahkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan, LAPAN segera menyusun turunan dari Undang-Undang
tersebut. Pada tahun 2014, telah disiapkan 3 rancangan peraturan, yakni :
1. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penginderaan Jauh;
2. Rancangan Peraturan Presiden (Rperpres) tentang Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional; dan
3. Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Induk Penyelenggaraan
Keantariksaan.
SASARAN STRATEGIS UTAMA 3
•Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
46
Progress dari 3 rancangan peraturan tersebut sudah tampak, misalnya
RPP tentang penginderaan jauh yang telah disampaikan kepada Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk permohonan Harmonisasi. Untuk
Rancangan Peraturan Presiden tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional, telah dilakukan harmonisasi dengan Kementerian PAN dan RB,
Kementerian Keuangan dan Badan Kepegawaian Negara di Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia. Sedangkan Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden
tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan sudah dibuatkan Tim
Panitia Antar Kementerian (PAK).
Gambar 3.17. Pembahasan Penyusunan RPP Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) penginderaan jauh memiliki
beberapa tujuan untuk kepentingan bangsa. Tujuan tersebut yaitu mewujudkan
efisiensi dalam pembangunan dan pengembangan sistem penyelenggaraan
penginderaan jauh. RPP ini juga bertujuan untuk mendorong terwujudnya
kemampuan nasional dalam penyelenggaraan penginderaan jauh, mendorong
terwujudnya industri penginderaan jauh, dan mewujudkan kerja sama nasional
47
dan internasional. Selain itu, peraturan pemerintah ini nantinya akan
memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan keantariksaan.
Gambar 3.18. Rapat Pembahasan Penyusunan RPP Penginderaan Jauh
Pada tahun 2015, RPP Penyelenggaraan Keantariksaan telah dimasukkan
pada Prolegnas, dengan penjelasan materi muatan sebagaimana tersaji pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3.11. Penyusunan Peraturan Pemerintah Prioritas Tahun 2015
MATERI MUATAN AMANAH UU NO. 21
TAHUN 2013 A. Penguasaan Teknologi Sensitif
1. Alih Teknologi Sensitif 2. Tahapan Pengembangan Teknologi
Keantariksaan 3. Pengadaan barang dan jasa 4. Partisipasi Nasional (Keterlibatan industri
nasional, Keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga litbang, Keterlibatan otoritas nasional)
5. Penjaminan Keamanan/ Perlindungan Teknologi Sensitif
Turunan Pasal 27
B. Kegiatan Komersial Turunan Pasal 37
48
MATERI MUATAN AMANAH UU NO. 21
TAHUN 2013 C. Bandar Antariksa Turunan Pasal 50
D. Standar dan Prosedur Keamanan dan Keselamatan Penyelenggaraan Keantariksaan
Turunan Pasal 57
E. Izin Peluncuran Pasca Kecelakaan Turunan Pasal 35, 36 dan 69
F. Tanggung Jawab dan Ganti Rugi Turunan Pasal 83
G. Asuransi dan Ketentuan Penggantian Kerugian Akibat Kecelakaan oleh Instansi Pemerintah
Turunan Pasal 84
H. Peran Serta Masyarakat Turunan Pasal 92
I. Sanksi Administratif Turunan Pasal 94
3.2. Perbandingan Realisasi IKU Terhadap Tahun Sebelumnya
Perbandingan kinerja dengan tahun sebelumnya dilaksanakan dengan
membandingkan capaian dengan tahun sebelumnya, sebagaimana dapat
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 3.12. Realisasi IKU 2010-2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA
REALISASI
2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya;
28 informasi
35 informasi
23 informasi
34 informasi
15 informasi
Jangkauan roket yang dihasilkan;
200 km 110 km 150 km 150 km 64,2 km
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus;
1 tipe 7 tipe 6 tipe 4 tipe 3 tipe
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya;
N/A N/A 1 tipe 2 tipe 3 tipe
49
INDIKATOR KINERJA UTAMA
REALISASI
2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan;
0 tipe 0 tipe 1 tipe 1 tipe 1 tipe
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya;
937 scene
866 scene
893 scene
9.902 scene
10.462 scene
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya;
10 informasi
11 Informasi
11 Informasi
9 informasi
13 informasi
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan;
7 makalah
11 makalah
22 makalah
24 makalah
54 makalah
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan;
37 makalah
35 makalah
28 makalah
116 makalah
44 makalah
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar.
2 judul
1 judul 1 judul 2 judul 7 judul
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan
1 Rancangan Peraturan
1 Rancangan Peraturan
1 Rancangan Peraturan
4 Rancangan Peraturan
3 Rancangan Peraturan
50
3.3 Capaian Lain di Luar IKU
Peningkatan pencapaian kinerja (non IKU) LAPAN di tahun 2014 dapat
dinarasikan sebagai berikut:
1. Peningkatan nilai akuntabilitas kinerja (AKIP) Lembaga yang dilakukan
penilaiannya oleh Kementerian PAN dan RB, dengan nilai 70,80 atau
predikat B (Baik). Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan
akuntabilitas kinerja serta komitmen tinggi dari pimpinan hingga pelaksana
di LAPAN untuk mewujudkan good dan clean governance yang gesit dalam
melayani, akuntabel dan profesional;
2. Nilai opini BPK atas laporan keuangan LAPAN tahun 2013 (penilaian 2014)
menjadi predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP);
3. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) LAPAN berhasil meraih 3
Standar Pengorganisasian Pelayanan;
4. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (Survey Juni 2014) bernilai 77,27 (Baik);
5. Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara (Pusfatekgan) sebagai BLU
LAPAN mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008;
8. Untuk pengembangan pesawat transport nasional (N-219) kini sudah
memasuki tahapan pengadaan berbagai komponen pesawat bekerjasama
dengan PT. Dirgantara Indonesia.
7. Situs LAPAN (http://www.lapan.go.id) sebagai media layanan publik on-line
telah dilakukan pembenahan dan meningkat peringkatnya di Webometric
Lembaga riset dari peringkat 40 nasional dan 7761 internasional (Januari
2014) ke peringkat 4 nasional dan 741 internasional (Juli 2014); dan
6. Penambahan fungsi dan menu dashboard pada aplikasi aplikasi Siforen-
Monev LAPAN (http://siforenmonev.lapan.go.id/) untuk menampilkan
kinerja kegiatan dan anggaran pada masing-masing Satker secara real
time, sehingga pimpinan dapat memantau perkembangan pelaporan
Satker dengan cepat dan akurat;
51
Gambar 3.19. First Cutting Komponen N-219
3.4 Telaahan Capaian Target RPJMN di Renstra 2010-2014
Bahasan telaahan capaian target pembangunan berdasarkan pada
RPJMN 2010–2014 diuraikan dengan memperhatikan 9 program/kegatan utama
seperti yang tercantum di dalam Renstra LAPAN 2010-2014. Dari 9
program/kegatan utama tersebut hampir semuanya tercapai baik kegiatan
pengembangan roket, satelit, penginderaan jauh, maupun sains dan kebijakan
kedirgantaraan. Berikut ini kami sajikan capaian kinerja pengembangan
teknologi penerbangan dan antariksa yang dilakukan LAPAN hingga akhir tahun
2014 (tabel capaian target RPJMN terdapat pada lampiran IV).
Program Roket Pengorbit Satelit (RPS) memiliki target jangkauan roket
sejauh 300 km pada tahun 2014, namun hingga pengujian terakhir yang
dilakukan tahun 2014 belum mencapai target sesuai yang direncanakan.
Pengembangan roket RX 550 yang menjadi komponen RPS, masih sedang dalam
proses persiapan (integrasi dan uji statik). Dalam pengembangan nosel untuk
roket RX 550 dilakukan kerjasama dengan pihak Yuzhnoye-Ukraina, sedangkan
untuk muatan roket bekerjasama dengan pihak Technische Universitat-Berlin.
Kegiatan lain yang belum tercapai adalah produksi AP dengan target 2 ton
52
dikarenakan kapasitas peralatan yang belum memadai untuk memproduksi
Amonium Perklorat (AP) dalam jumlah banyak.
Pada pengembangan teknologi satelit, LAPAN telah sukses melakukan
tahapan Assembly, Integration and Test (AIT) satelit LAPAN-A2/ORARI yang
mempunyai misi pemantauan bumi, dan pengawasan wilayah maritim serta
komunikasi amatir. Satelit LAPAN-A2 ini direncanakan akan diluncurkan pada
tahun 2013 dengan menumpang pada roket peluncur milik India, namun
mengalami penundaan dikarenakan belum siapnya pihak India dalam melakukan
peluncuran. Selanjutnya LAPAN mengembangkan generasi terbaru satelitnya
dengan misi penginderaan jauh yang dinamakan satelit LAPAN-A3. Sampai saat
ini telah dilakukan design review serta pengadaan komponen-komponen satelit
LAPAN-A3 dan akan memasuki tahapan AIT pada tahun 2015.
Pengembangan teknologi penerbangan di LAPAN telah mencatatkan
sejumlah catatan prestasi gemilang diantaranya tahapan aplikatif untuk
pesawat nir awak (LSU) serta pengembangan pesawat transpor yang dapat
menunjang interkoneksi antar pulau-pulau kecil di nusantara. Pesawat tanpa
awak (LSU) telah sukses dikembangkan dan diuji coba untuk pemotretan lahan
sawah, pemantauan puncak merapi pasca erupsi, uji terbang LSU dengan
muatan 5 kg di Nusawiru, dan pengujian di KRI Diponegoro milik TNI AL serta
saat ini LAPAN telah menjalin kerjasama dengan TNI untuk pengembangan
fungsi pesawat ini. Pesawat N-219 sebagai karya lain yang diciptakan LAPAN
bersama konsorsiumnya juga kini telah mencatat kemajuan dengan selesainya
desain model power on.
Pengoperasian pesawat tanpa awak/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau
disebut juga LAPAN Surveillance UAV (LSU) dalam kelas medium altitude dan
long endurance dengan misi airborne remote sensing. Pesawat LSU berhasil
dimanfaatkan untuk memotret kawah puncak Gunung Merapi yang
bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM), areal persawahan yang
bekerjasama dengan Kementerian Pertanian (Kementan), dan untuk
penggunaan khusus lainnya. Pada tanggal 2 Juni 2013, LSU telah mencatatkan
53
Rekor MURI untuk penerbangan secara terprogram selama 2 jam 45 menit
menempuh jarak total sekitar 200 km dari Pameungpeuk-Bandara Nusawiru
Pangandaran-Pameungpeuk. LSU saat ini telah dikembangkan untuk terbang
selama 6-7 jam dengan kecepatan sampai dengan 150 km/jam, konsumsi bahan
bakar 1.4 liter/jam dan mampu membawa payload maksimal 30 kg dengan jarak
jangkau 600 km.
Selain LSU, LAPAN telah mengembangkan sebuah pesawat ringan dua
penumpang untuk kebutuhan pemetaan dan pemantauan, yaitu LAPAN
Surveillance Aircraft (LSA-01). Pesawat ini mampu memvalidasi data dari foto
citra satelit dengan resolusi tinggi. Dengan kemampuan terbang non-stop
selama 6-8 jam, dengan kecepatan antara 100 km/jam sampai dengan 170
km/jam, dengan jangkauan tempuh 1.500 kilometer, dan dapat membawa
muatan hingga 160 kg.
LAPAN bekerja sama dengan PT. Dirgantara Indonesia mengembangkan
pesawat N-219 berkapasitas 19 orang yang ditujukan untuk transportasi di
wilayah terpencil nusantara. Pada akhir tahun 2013 telah dihasilkan beberapa
optimasi subsistem pesawat N-219 seperti High Lift Device dan Airfoil. Pada
tahun 2014, program N-219 yang merupakan program nasional telah
menyelesaikan pembuatan detail design dan pengadaan komponen.
Di bidang penginderaan jauh, pengembangan Bank Data Penginderaan
Jauh Nasional (BDPJN) yang berintegrasi dengan Jaringan Data Spasial Nasional
(JDSN) telah melayani penyediaan data satelit secara nasional, dan telah
didistribusikan kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait.
Hal ini untuk mendukung implementasi Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012
tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, dan Distribusi Data
Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, di mana LAPAN diinstruksikan untuk
melayani kebutuhan data satelit penginderaan jauh bagi seluruh sektor di
pemerintah pusat dan daerah. Pengembangan kapasitas sarana dan prasarana
penunjang dilakukan untuk memastikan ketersediaan data satelit resolusi
rendah, menengah dan tinggi.
54
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2013 tentang
Keantariksaan, saat ini Indonesia memiliki landasan hukum bagi
penyelenggaraan keantariksaan di Indonesia. UU ini bertujuan mewujudkan
kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan Negara dalam
penyelenggaraan keantariksaan untuk kesejahteraan dan produktivitas bangsa.
UU ini juga menjadi pedoman dan aturan bagi pelaksanaan kerjasama
keantariksaan untuk perlindungan terhadap kepentingan Indonesia.
3.5 Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Tujuan
Pelaksanaan program kedirgantaraan yang dilakukan LAPAN disesuaikan
dengan target pencapaian yang tertuang dalam Rencana Strategis. Pencapaian
target seyogyanya menjadi indikator utama kesuksesan sebuah institusi dalam
berkinerja dalam upayanya mendukung membangun masyarakat Indonesia
yang lebih berdaya saing Iptek. Dalam penyajian LAKIP ini, akan disajikan secara
khusus capaian indikator kinerja tujuan sebagai monitoring akhir periode
Renstra tahun 2014 mendatang. Di dalam dokumen Renstra, LAPAN menyusun
indikator kinerja tujuan yaitu :
1. Jumlah instansi (K/L, universitas, industri) yang memanfaatkan iptek
kedirgantaraan;
2. Peringkat nasional/internasional lembaga riset; dan
3. Melindungi kepentingan bangsa dalam kegiatan kedirgantaraan.
Berdasarkan indikator kinerja tujuan yang telah ditetapkan (Perka
LAPAN No. 14/2014 Tentang Renstra LAPAN), maka capaiannya adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah instansi (K/L, universitas, industry) yang memanfaatkan iptek
kedirgantaraan. Pada tahun 2014 ini, ada sebanyak 33 instansi, 4 universitas
dan 128 Pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota).
2. Peringkat nasional/internasional lembaga riset. Webometric adalah inisiatif
untuk mempromosikan dan membuka akses publikasi ilmiah guna
meningkatkan kehadiran akademik dan lembaga-lembaga penelitian di Situs
55
Web. Peringkatan dimulai pada tahun 2004 dan didasarkan pada gabungan
indikator yang memperhitungkan baik volume maupun isi Web, visibilitas
dan dampak dari publikasi web sesuai dengan jumlah pranala luar yang
diterima. Peringkat ini diperbaharui setiap bulan Januari dan Juli, penyedia
Web indikator universitas dan pusat penelitian di seluruh dunia. Pada tahun
2014, peringkat LAPAN secara nasional di Webometric meningkat luar biasa,
dari peringkat 40 (Januari 2014) ke peringkat 4 (Juli 2014). Lompatan luar
biasa itu sebagai hasil migrasi situs-situs unit kerja yang beragam menjadi
situs tunggal http://lapan.go.id/. Sedangkan peringkat internasional
berdasarkan webometric berada pada ranking 741.
3. Melindungi kepentingan bangsa dalam kegiatan kedirgantaraan. Setelah
disahkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan,
LAPAN segera menyusun turunan dari Undang-Undang tersebut. Ada 3
(tiga) rancangan peraturan yang disusun yakni Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) tentang Penginderaan Jauh, Rancangan Peraturan
Presiden tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, dan
Rancangan Perpres tentang Rencana Induk Penyelenggaraan
Keantariksaan.
3.6 Pengukuran Visi LAPAN 2010-2014
LAPAN memiliki visi untuk mewujudkan kemandirian bangsa di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Usaha dalam mewujudkan
kemandirian tersebut diupayakan dari beberapa bidang penelitian dan
pengembangan yaitu penginderaan jauh, sains atmosfer dan antariksa, serta
teknologi kedirgantaraan.
Di bidang penginderaan jauh, LAPAN mampu menerima data satelit
penginderaan jauh untuk seluruh wilayah Indonesia dengan memiliki empat
stasiun bumi di Parepare, Rumpin, Jakarta, dan Biak. Data penginderaan jauh
yang diperoleh LAPAN berasal dari berbagai satelit dan memiliki beragam
56
resolusi mulai dari rendah, menengah, hingga tinggi. Untuk data dari satelit
SPOT-7 yang beresolusi tinggi mencapai 1,5 meter, LAPAN telah memiliki lisensi
pemerintah. Data tersebut disimpan oleh LAPAN dan diolah serta telah
dimanfaatkan oleh berbagai instansi (pusat dan daerah), perguruan tinggi dan
swasta untuk berbagai kebutuhan antara lain dalam bidang pengelolaan sumber
daya alam, mitigasi bencana, perencanaan tata ruang, informasi posisi ikan di
laut, deteksi kebakaran hutan, pemetaan hutan dan lahan, serta penghitungan
pajak.
Di bidang penelitian sains atmosfer dan antariksa, LAPAN melaksanakan
mitigasi bencana antariksa akibat cuaca antariksa serta jatuhnya meteor atau
sampah antariksa. LAPAN juga menyediakan informasi dinamika cuaca antariksa
yang berkaitan dengan telekomunikasi dan navigasi serta medan magnet dari
antariksa. Selain itu, LAPAN juga menyediakan hasil penelitian mengenai
perubahan iklim, informasi lapisan ozon, serta konsentrasi gas rumah kaca dan
polusi udara.
Usaha mewujudkan kemandirian lainnya yang dilakukan LAPAN dalam
pengembangan teknologi dirgantara yaitu teknologi roket, satelit, dan
penerbangan. Di bidang teknologi roket, LAPAN berupaya untuk mewujudkan
Roket Pengorbit Satelit (RPS) agar nantinya satelit Indonesia dapat diluncurkan
di dalam negeri dengan roket buatan sendiri. Sampai dengan tahun 2014, LAPAN
sudah membangun kemampuan rancang bangun RX 550 yang diharapkan dapat
mencapai jarak jangkau 250 km, pengujian statik roket untuk tipe RX 450 dengan
jarak jangkau 120 km, uji terbang RX 320 dengan jarak jangkau 64 km, uji terbang
RX 2020 dengan jarak jangkau 36 km, dan RX 1220 yang berdaya jangkau 23 km.
Di bidang satelit, LAPAN berupaya untuk membangun kemampuan
penelitian dan perekayasaan teknologi satelit di dalam negeri baik satelit
komunikasi, navigasi dan penginderaan jauh. Kemampuan Indonesia untuk
menguasai teknologi satelit cukup baik. LAPAN telah membuat satelit
eksperimen LAPAN-Tubsat yang diluncurkan pada 2007 menggunakan roket
peluncur satelit milik India. LAPAN juga telah menyelesaikan satelit kedua yang
57
bernama LAPAN A2 dengan misi surveillance, monitoring lalu lintas kapal dan
komunikasi amatir. Satelit ini diintegrasikan di dalam negeri dan sedang
menunggu untuk diluncurkan ke orbitnya. Walaupun saat ini satelit yang
dikembangkan masih berupa satelit eksperimen dengan berat di bawah 100
kilogram, namun LAPAN optimis di masa depan Indonesia akan mampu
membangun sendiri satelit operasional dengan berat lebih dari 1000 kg.
Di bidang penerbangan, LAPAN memiliki tiga fokus pengembangan yaitu
LAPAN Surveilance UAV (LSU), LAPAN Surveillance Aircraft (LSA), dan pesawat
transportasi nasional. LSU 02 telah mencapai hasil yang baik. Pesawat tanpa
awak ini mampu terbang secara autonomus dengan jarak 200 kilometer.
Pesawat tanpa awak ini juga telah diujiterbangkan untuk pemantauan Gunung
Merapi, banjir di DKI, pertanian, serta pengawasan perbatasan. Fungsi
pemantauan ini juga terdapat di pesawat LSA. Hanya saja, jika LSU merupakan
pesawat tanpa awak, maka LSA merupakan pesawat berawak dengan dua
penumpang. Pesawat ini digunakan untuk berbagai pemantauan, misalnya luas
lahan padi. Sementara itu, untuk pesawat transportasi, Lapan sedang
mengembangkan pesawat N219 bekerja sama dengan PT. Dirgantara Indonesia.
Pesawat berpenumpang 19 orang tersebut ditujukan untuk transportasi di
wilayah terpencil nusantara.
3.7 Akuntabilitas Keuangan
Dalam pelaksanaan program/kegiatan, LAPAN dibiayai oleh APBN yang
dijabarkan dalam dokumen DIPA. Pagu awal tahun yang tertera di dokumen PK
adalah sebesar Rp. 789.238.626.000,-. Namun di dalam proses pelaksanaan
kegiatan pada tahun berjalan, pagu awal tersebut mengalami perubahan
dikarenakan adanya penghematan anggaran yang tertuang dalam Inpres No. 4
Tahun 2014 sehingga menjadi Rp. 736.715.193.000,-. Capaian serapan anggaran
pada tahun 2014 yakni sebesar Rp. 689.963.585.271,- (93,65%).
58
Tabel 3.13. Realisasi Anggaran LAPAN Tahun 2014
PROGRAM PAGU REALISASI %
Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa
620.494.969.000 584.760.972.319 94,24
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
116.220.224.000 105.202.612.952 90,52
TOTAL 736.715.193.000 689.963.585.271 93,65
Dari tabel di atas, anggaran LAPAN yang digunakan untuk mengukur
pencapaian sasaran strategis adalah sebesar Rp. 620.494.969.000,- dan dapat
terealisasi sebesar Rp. 584.760.972.319,-. Adapun rincian per sasaran strategis
ada pada tabel 3.14.
Tabel 3.14. Pagu dan Realisasi per Sasaran Strategis LAPAN Tahun 2014
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PAGU REALISASI
Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk mendukung pembangunan nasional
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
611.179.705.000 576.125.897.000 (94,62%)
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2)
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5)
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi
59
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PAGU REALISASI
bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
7.041.721.000 6.411.693.000 (91,05%)
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10)
Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11)
2.273.543.000 2.223.381.000 (97,79%)
Pada LAKIP ini tersaji pula perbandingan capaian indikator kinerja
dengan daya serap anggaran yang teralokasi untuk mencapai target-targetnya.
Hal tersebut tersaji pada tabel 3.15 di bawah ini,
Tabel 3.15. Capaian IKU dan Realisasi Anggaran LAPAN per Sasaran Tahun 2014
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
CAPAIAN IKU (%)
REALISASI
Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
100 %
576.125.897.000 (94,62%)
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2)
64,2 %
60
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
CAPAIAN IKU (%)
REALISASI
mendukung pembangunan nasional
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
150 %
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
150 %
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5)
100 %
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
130,77 %
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
108,33 %
Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
270 %
6.411.693.000 (91,05%)
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
86,27 %
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10)
175 %
Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11)
100 %
2.223.381.000 (97,79%)
61
Tabel 3.16. Perbandingan Pagu Anggaran dan Realisasi LAPAN Tahun 2013 dan 2014
PROGRAM
TAHUN 2013 TAHUN 2014
PAGU ANGGARAN
REALISASI PAGU ANGGARAN
REALISASI
Pengembangan
Teknologi
Penerbangan
dan Antariksa
383.880.903.000 336.356.004.886 620.494.969.000 584.760.972.319
Dukungan
Manajemen
dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya
115.658.619.000 98.768.549.740 116.220.224.000 105.202.612.952
TOTAL 499.539.522.000 465.124.554.626
(93,11 %)
736.715.193.000 689.963.585.271 (93,65 %)
Berdasarkan tabel tersebut, alokasi anggaran perprogram mengalami
peningkatan realisasi sebesar 0,54 %. Sebagai perbandingan, pada tahun 2013
realisasi penyerapan anggaran perprogram sebesar 93,11%. Ditahun 2014,
dengan peningkatan pagu anggaran sebesar Rp. 237.175.671.000,- penyerapan
anggaran dapat mencapai 93,65%.
63
PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LAPAN 2010-2014
Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintah terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia aparatur. Tujuan
dari Reformasi Birokrasi itu sendiri adalah menciptakan birokasi pemerintah
yang profesional, dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi,
dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga keberadaan organisasi
pemerintah benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Sebagai langkah awal, maka setiap Kementerian/Lembaga (K/L)
diwajibkan menyusun Road Map sebagai rencana rinci yang memuat tahapan
sistematis dan sistemik mengenai pelaksanaan Reformasi Birokrasi dalam kurun
waktu tertentu. Road Map diperlukan agar: (1) menjadi instrumen bagi K/L yang
akan memandu perubahan yang diharapkan dalam reformasi birokrasi sesuai
karakteristik yang dimiliki; (2) menjadi instrumen yang menyatukan seluruh
potensi K/L dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Program Reformasi
Birokrasi K/L; (3) menjadi instrumen yang memberikan petunjuk darimana dan
kemana perubahan yang dilakukan K/L dalam rangka reformasi birokrasi; (4)
menjadi dokumen acuan perubahan perubahan birokrasi bagi setiap K/L.
Sebagai upaya mempercepat pelaksanaan Reformasi Birokrasi, pada
langkah awal LAPAN menyusun Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi
Birokrasi serta menetapkan Program Quick Wins sebagaimana telah disebutkan
di atas. Untuk mewujudkan percepatan pelaksanaan agenda reformasi birokrasi
telah direncanakan anggaran tahun 2011 – 2014 sebesar Rp. 71.834.630.710
(tujuh puluh satu miliar delapan ratus tiga puluh empat juta enam ratus tiga
puluh ribu tujuh ratus sepuluh rupiah).
BA
B I
V
64
Dalam pelaksanaannya, kebutuhan pendanaan tersebut dilekatkan pada
anggaran masing-masing satuan kerja sesuai dengan tugas dan fungsi. Upaya
optimalisasi dilakukan selain anggaran melekat pada masing-masing satuan
kerja yang memiliki tugas dan fungsi terkait, juga dilakukan pengalihan anggaran
pada beberapa alokasi biaya kegiatan yang seringkali tidak terserap pada tahun
anggaran berjalan.
Agenda Reformasi Birokrasi di LAPAN akan memfokuskan diri pada 8
(delapan) area perubahan yaitu Organisasi, Tatalaksana, Peraturan Perundang-
undangan, Sumber Daya Manusia Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas,
Pelayanan Publik serta perubahan Pola Pikir (Mind set) dan Budaya Kerja (culture
set) Aparatur LAPAN sesuai dengan Road Map Reformasi Birokrasi LAPAN Tahun
2012-2014.
Dalam pelaksanaannya disetiap tahun berjalan, LAPAN melakukan
penilaian baik oleh tim internal maupun yang dilakukan oleh pihak eksternal.
Berikut adalah hasil penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilakukan
terhadap LAPAN pada tahun 2014,
Tabel 4.1. Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi LAPAN
oleh Kementerian PAN & RB.
PENILAIAN NILAI
A. PROSES (60)
I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 3,74
II. PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (5) 3,75
III. PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI (6) 3,99
IV. PENATAAN TATALAKSANA (5) 3,00
V. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM (15) 6,19
VI. PENGUATAN AKUNTABILITAS (6) 4,78
VII. PENGUATAN PENGAWASAN (12) 5,40
VIII. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (6) 3,41
TOTAL PENGUNGKIT 34,26
B. HASIL (40)
I. KAPASITAS DAN AKUNTABILITAS KINERJA ORGANISASI (20) 13,51
II. PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BEBAS KKN (10) 2,00
III. KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (10) 7,50
65
TOTAL HASIL 23,01
NILAI EVALUASI REFORMASI BIROKRASI 57,27
Program perbaikan akan dilakukan LAPAN dengan rentang waktu 2015-
2019, LAPAN diharapkan sudah mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan
rumah untuk mensukseskan program Reformasi Birokrasi. Program atau
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membangun media sosial pelaksanaan Reformasi Birokrasi, seperti pada
website http://www.lapan.go.id;
2. Pembentukan agent of change secara formal sesuai ukuran organisasi;
3. Melanjutkan penyusunan proses bisnis, untuk kemudian dijabarkan dalam
bentuk prosedur kerja (SOP) serta melakukan monev terhadap SOP yang
ada;
4. Implementasi e-gov secara terintegrasi;
5. Menyusun dan memformalkan system redistribusi pegawai;
6. Implementasi atas kebijakan promosi terbuka dalam pengisian jabatan
(dengan pembentukan panitia independen);
7. Melaksanakan Penilaian Kinerja Individu secara periodik;
8. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode
perilaku instansi;
9. Implementasi Sistem Informasi Kepegawaian yang dapat diakses oleh
seluruh pegawai;
10. Sosialisasi dan implementasi Whistle Blowing System (WBS);
11. Melanjutkan penyusunan pedoman Penanganan Benturan Kepentingan;
12. Membentuk unit untuk zona integritas;
13. Melakukan riviu atas standar pelayanan;
14. Ikut serta dalam kompetisi inovasi pelayanan publik;
15. Updating portal IKM, agar bisa diakses;
16. Peningkatan nilai AKIP;
17. Melakukan survey eksternal atas Indeks Persepsi Korupsi di LAPAN;
18. Meraih WTP pada opini BPK atas laporan keuangan
67
BAB V PENUTUP
“LAPAN UNGGUL – INDONESIA MAJU,
LAPAN MELAYANI - INDONESIA MANDIRI”
Prof. Dr. Thomas. Djamaluddin
68
BAB V PENUTUP
Kajian mengenai industri strategis kini kembali mengemuka seiring
dengan definisi lama yang menyebutkan bahwa industri strategis hanya
mencakup sejumlah industri yang memiliki kandungan teknologi tinggi, seperti
sektor persenjataan, kapal, bahan peledak, pesawat terbang, dan elektronika.
Padahal di era kekinian, di mana nilai pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi
berbagai sektor industri, maka redefinisi industri strategis mutlak diperlukan.
Pasalnya, industri kreatif pun saat ini bisa berdekatan dengan teknologi, cepat
berinovasi, dan memberikan nilai tambah ekonomi yang kuat bagi sebuah
negara. Begitu pun dengan domain industri yang berbasis pada kekayaan hayati
dan geologis yang bersumber dari daratan dan lautan. Namun, seraya tidak ingin
terjebak pada pemakaian istilah, ada baiknya jika publik mengamati
perkembangan sektor teknologi kedirgantaraan nasional. Perhatian ini menjadi
satu isu menarik, terlebih dengan berbagai prestasi LAPAN dalam
pengembangan teknologi penerbangan dan antariksanya.
LAPAN berupaya ingin menjadi pusat rujukan teknologi penerbangan
dan antariksa. Karena itu, tak berlebihan bila LAPAN punya kemauan kuat
supaya bisa mengirimkan roket sendiri ke antariksa pada 2039. Ada empat
bidang utama LAPAN, yaitu pengindraan jauh, teknologi dirgantara, sains
antariksa, dan kebijakan dirgantara. Untuk mendukung kerja-kerja ini, LAPAN
butuh dorongan maksimal dari pemerintah agar industri strategis ini bisa
kembali bangkit dan terus melakukan inovasi.
Bangsa Indonesia secara bertahap harus menjadi bangsa yang mandiri,
di mana kemandirian tersebut ditopang oleh kemampuan sumber daya nasional.
Kemampuan sejatinya dapat kita bangun bersama melalui penguatan Iptek
BA
B V
69
dengan memposisikan aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan
Iptek sebagai unsur utama dalam pembangunan kemandirian bangsa.
Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi
terkait akan dilakukan dengan lebih intensif, mengingat usaha pencapaian
target yang lebih ambisius pada RPJMN 2015-2019 diharapkan menjadi salah satu
mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional melalui pemberdayaan hasil
litbang kedirgantaraan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAPAN Tahun 2014 ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja pada berbagai
perspektif, sasaran strategis dan indikator keberhasilannya. Laporan ini
merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas LAPAN dalam melaksanakan
berbagai kewajiban yang diembannya dalam pengembangan teknologi
penerbangan dan antariksa di Indonesia.
Sangat disadari bahwa laporan ini belum sempurna seperti yang
diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah
dilakukan oleh LAPAN sepanjang tahun 2014. Di masa mendatang, LAPAN akan
melakukan berbagai langkah untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja dan
pelaporannya agar terwujud transparansi dan akuntabilitas seperti yang
diharapkan.
Lampiran I
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)
TAHUN 2014
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET
Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk mendukung pembangunan nasional
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
15 informasi
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2)
100 km
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
2 tipe
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
2 tipe
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5)
1 tipe
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
8.000 scene
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
12 informasi
Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
20 makalah
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
51 makalah
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10)
5 judul
Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11)
3 rancangan peraturan
Lampiran II PENETAPAN KINERJA (PK)
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA (LAPAN) TAHUN 2014
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM ANGGARAN
Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk mendukung pembangunan nasional
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
15 informasi Pengembangan Teknologi
Penerbangan dan Antariksa
611.179.705
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2) 100 km
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
2 tipe
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
2 tipe
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5) 1 tipe
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
8.000 scene
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
12 informasi
Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
20 makalah
7.041.721.000
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
51 makalah
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10) 5 judul
Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11) 3 rancangan peraturan
2.273.543.000
Lampiran III
PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)
TAHUN 2014
(dalam ribuan Rupiah)
SASARAN STRATEGIS UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET REALISASI CAPAIAN PROGRAM ANGGARAN
PAGU REALISASI %
Peningkatan kemampuan LAPAN di bidang teknologi roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer untuk mendukung pembangunan nasional
Jumlah informasi sains antariksa dan atmosfer yang dimanfaatkan untuk mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU 1)
15 informasi
15 informasi
100% Pengembangan Teknologi
Penerbangan dan Antariksa
611.179.705 576.125.897 94,26
Jangkauan roket yang dihasilkan (IKU 2)
100 km 64,2 km 64,2%
Jumlah tipe roket yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus (IKU 3)
2 tipe 3 tipe 150%
Jumlah tipe pesawat yang dimanfaatkan untuk transportasi, pertanian, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 4)
2 tipe 3 tipe 150%
Jumlah tipe satelit yang siap diluncurkan (IKU 5)
1 tipe 1 tipe 100%
Jumlah data penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, sumber daya alam
8.000 scene
10.462 scene
130,77%
dan lingkungan, mitigasi bencana dan penggunaan khusus lainnya (IKU6)
Jumlah informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, kehutanan, pertanian, perikanan, mitigasi bencana, dan penggunaan khusus lainnya (IKU 7)
12 informasi
13 informasi
108,33%
Peningkatan kualitas litbang Iptek roket, satelit, penerbangan, penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer
Jumlah makalah publikasi ilmiah internasional di bidang kedirgantaraan (IKU 8)
20 makalah
54 makalah 270% 7.041.721 6.411.693 91,05
Jumlah makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi di bidang kedirgantaraan (IKU 9)
51 makalah 44 makalah 86,27%
HKI litbang iptek kedirgantaraan yang terdaftar (IKU 10)
4 judul 7 judul 175%
Penguatan kebijakan dan hukum kedirgantaraan
Jumlah rancangan peraturan di bidang kedirgantaraan (IKU 11)
3 rancangan peraturan
3 rancangan peraturan
100% 2.273.543 2.223.381 97,79
Lampiran IV
CAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) TAHUN 2014
No. PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET
2014
REALISASI S/D
2014
% CAPAIAN
2014 a. Pengembangan Teknologi Roket Peningkatan kemampuan
penguasaan teknologi roket 1. Jumlah tipe/jenis roket yang dikembangkan 9 12 133,33
2.Jangkauan roket (km) 300 150 50
3. Jumlah unit roket yang diuji statik 24 24 100
4. Jumlah roket yang diuji terbang 10 10 100
5. Jumlah produksi amonium perklorat (AP) oleh LAPAN (ton) 20 0.564 2,82
6. Jumlah roket dengan bahan baku AP produk LAPAN yang diuji terbangkan
15 15 100
7. % Peningkatan kapasitas SARPRAS Litbang Roket untuk mencapai minimum kebutuhan
45% 45% 100
b. Pengembangan Teknologi satelit Peningkatan kemampuan penguasaan teknologi satelit dan stasiun bumi
1. Jumlah satelit yang dibuat/diintegrasi di dalam negeri 1 2 200
2. Jumlah satelit yang diluncurkan - - -
3. Jumlah pembangunan stasiun bumi utama penerima data & pengendali satelit
- 1 100
4. Jumlah doktek satelit (user requirement, mission definition, desain satelit, desain stasiun bumi, rancangan pengolahan data, bentuk produk data)
- 4 400
c. Uji terbang roket dan akuisisi data ionosfer, geomagnet, dan meteo
Kontinuitas operasi instalasi uji terbang, stasiun pengamat dirgantara untuk mendukung litbang dan pemanfaatan sains antariksa
% Komitmen operasi instalasi uji terbang dan stasiun pengamat dirgantara
100 100 100
d.
Pengembangan Teknologi Penerbangan
Rancang bangun pesawat nir awak, ramjet dan diseminasi pemanfaatan teknologi dirgantara
1. Jumlah jenis pesawat nir awak dan propulsi jet yang dikembangkan
- 2 200
2. Jumlah pesawat nir awak dan ramjet yang diuji terbang 1 1 100
3. Jumlah sistem ground segment pesawat nir awak dan pesawat ramjet yang dikembangkan
2 1 50
1. Jumlah doktek Spin off Teknologi Penerbangan
2 4 200
No. PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET
2014 REALISASI
S/D 2014
% CAPAIAN
2014 e.
Pengembangan Teknologi Dan Bank Data Penginderaan Jauh
Penguatan kemampuan akusisi data satelit wilayah Indonesia
1. Jumlah penelitian dan pengembangan teknologi penginderaan jauh
4 9 225
2. Jumlah doktek kajian sistem satelit multimisi (Sistem Akusisi Data NPP/NPOESS, LDCM, Arsitektur system pengolahan data satelit multimisi)
2 2 100
3. % Jumlah data yang terdistribusi 80 80 100
4. Jumlah modul pengolahan citra berbasis open source 1 2 200
f. Akusisi dan pengolahan data satelit penginderaan jauh sumber daya alam serta pelayanan pengguna
Kontinuitas operasi sistem stasiun bumi satelit penginderaan jauh sumber daya alam parepare untuk mendukung pelayanan kepada pengguna
1. % Keberhasilan akusisi data satelit penginderaan jauh multimisi
95% 95% 100
2. % Jumlah "near real time" catalog metadata tepat waktu 100 100 100
3. Jumlah kegiatan pelayanan teknis kepada pengguna untuk kawasan Indonesia Tengah
4 4 100
4. % Integrasi sub sistem stasiun bumi dan uji coba operasi akuisisi data NPP/NPOESS, Landsat 8
50 50 100
g. Ops. Stasiun bumi penginderaan jauh cuaca, stasiun pengamat geomagnet, meteor, dan atmosfer dan Stasiun Telemetri Tracking Commands (TTC) dan pelayanan pengguna (BIAK)
Kontinuitas operasi stasiun bumi satelit penginderaan jauh cuaca Biak untuk mendukung pelayanan kepada pengguna.
1. % Kontinuitas operasi penginderaan jauh cuaca, stasiun pengamat geo magnet, meteo dan atmosfer serta TTC
95 95 100
2. Jumlah kegiatan pelayanan teknis kepada pengguna untuk kawasan Indonesia timur
2 2 100
h. Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Pemanfaatan data satelit untuk pemantauan sumber daya lahan dan kondisi lingkungan
1. Jumlah penelitian dan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh
6 17 283,33
2. % Kelengkapan data satelit lingkungan dan cuaca wilayah Indonesia
100 100 100
3. Jumlah jenis informasi spasial penginderaan jauh yang dapat diakses terkait pemantauan dan sumberdaya alam, mitigasi bencana dan hankam.
9 11 122
4. Jumlah basis data spasial penutup dan pengguna lahan (satuan propinsi)
4 4 100
5. % Downtime Operasi penyajian Info mitigasi bencana dan inventarisasi SDAL
5 5 100
i. Pengundangan Undang-Undang tentang Keantariksaan
UU Keantariksaan Nasional dan PP turunannya
1. Sinkronisasi dan harmonisasi RUU Keantariksaan Nasional 0 1 100
2. UU Keantariksaan Nasional 1 1 100
3. RPP terkait UU Keantariksaan Nasional dan sinkronisasi/harmonisasi
0 0 0
4. PP terkait UU Keantariksaan Nasional dan turunannya 0 0 0
Lampiran V.
STRATEGY MAP LAPAN 2015-2019 DENGAN BALANCE SCORECARD (BSC)
ST
AK
EH
OL
DE
R
PE
RS
PE
CT
IVE
CU
ST
OM
ER
PE
RS
PE
CT
IVE
INT
ER
NA
L P
RO
CE
SS
PE
RS
PE
CT
IVE
LE
AR
N &
GR
OW
TH
PE
RS
PE
CT
IVE HUMAN CAPITAL, INFORMATION CAPITAL, ORGANIZATIONAL CAPITAL, ANGGARAN
PROSES I
Meningkatnya kemandirian teknologi
penerbangan dan antariksa
Penguasaan IPTEK penerbangan dan
antariksa yang maju
Layanan IPTEK penerbangan dan antariksa yang prima untuk memberikan manfaat bagi
masyarakat
Dihasilkannya publikasi nasional
terakreditasi,publikasi
internasional, dan HKI
Terlaksananya penyelenggaraan
keantariksaan yang memenuhi standar
Terlaksananya pemanfaatan dan
layanan publik IPTEK
penerbangan dan
antariksa
Meningkatnya kapasitas IPTEK penerbangan dan antariksa
Tersedianya rumusan kebijakan yang
implementatif
Tersedianya DSS lintas sektoral untuk mitigasi
bencana alam dan perubahan iklim
Masyarakat ilmiah Pemerintah, pengguna, dan masyarakat umum
Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan LAPAN sesuai dengan kerangka
RBN
Lampiran VI
DAFTAR PUBLIKASI LAPAN TAHUN 2014
NO. JUDUL MEDIA PUBLIKASI
PUBLIKASI ILMIAH INTERNASIONAL
Bidang Sains antariksa dan atmosfer
1. Multi-wavelength fibril dynamics and oscillations above sunspot-wave propagation
Asia-Pasific Regional IAU Meeting
2. New non-parametic Approach to determine proper motion of star cluster
3. Moreton wavs related to the flare event in 3 June and 6 July 2012
4 The Relationship Between Monthly Rainfall and Elevation in the Cisangkuy Watershed Bandung Regency
International Journal of Latest Research in Science
and Technology Vol. 3 Issue 2 pp.55-60, April 2014
5 Pc5 Magnetic Pulsations During The Outer Electron Radiation Belt
International Journal of Technology (2014)
6 Low-latitude equinoctial spread-F occurrence at different longitude sectors under low solar activity
Annales Geophysicae
7 The implementation of binned Kernel density estimation to determine open clusters’ proper motions: validation of the method
Astrophysics and Space Science An International Journal of Astronomy
Bidang Teknologi dirgantara
1 Analysis of Temperature On Orbit Satellite ISAST
2 The Comparison of LAPAN -A1 and LAPAN-A2 System Design : Weight Rations and Moment Inertias Analysis
3 Application Model of Automatic Identification System and Surveillance Technology for Indonesia Marine Security Based On Lapan-A2 Satellite
4 Design and Implementation of Payload Data Handling Based on Field Programmable Gate Array
ICARES
5 Multi-Objectives Optimization of Earth Observation Micro-Satellite Design Using Particle Swarm
6 Multi-Mission Low Earth Orbit Equatorial Satellite for Indonesian Regions
7. Attitude Control of Bias Momentum Micro Satellite Using Magnetic and Gravity Gradient Torque
8. ADCS Requirements of Lapan-A3 Satellite Based On Image Geometry Analysis
9. Development of Space-based Magnetic Activities Measurement Mission in LAPAN’s Micro-Satellites
2nd Asia Future Conference, Bali
10. CFD-Based Collaborative Design Optimization Using ECFD
Airtec 2014
11. Preliminary Design of Redundancy Management for LSA-02 Flight Control System Based on Functional Hazard Analysis Result
12. Design Requirement Analysis of Lapan Electro Hybrid Aircraft
ISAST
NO. JUDUL MEDIA PUBLIKASI
13. Impact of an Electro-Hybrid Propulsion System on Flight Performance of LAPAN Light Surveillance Aircraft LSA
14. Engine and Propeller Selection for Propulsion System Lapan Surveillance UAV-05 (LSU-05) Using Analytic and Experimental Test
15. Stress Analysis of LSU-05 Twin Boom Using Finite Element Method
16. Design and Analysis of Main Landing Gear Frame of LSU-05 By Finite Element Methode
17. Preliminary Functional Hazard Analysis for Electronic System of the LSA-02 Aircraft Flight Control System for Longitudinal Motion
18. Equipment Process Feasibility of Propellant K-round Based on Stability Test of Propellants Properties Measuring Instruments
ISAST
19 Density Test as Assessment Alternative Propellant Performance for Accelerate The Development of Propellant Composition
20. 3D Visualization of Low Cost IMU Based on Euler Angle
21. Calculations of Unsteady Aerodynamic Forces on General Finite Wings in Subsonic Flow
22. Effect of Magnesium On Hardness and Microstructure of Metal Matrix composite Al 6061/(Al2O3) Produced by Stir Casting Route
Bidang Penginderaan Jauh
1. Use of ALOS PALSAR Data for Supporting Forest Carbon Tracking in Sumatera Island
The ALOS Kyoto & Carbon Initiative Science Team Reports Phase 3 (2011-
2014), JAXA
2. Suomi National Polar-orbiting Partnership Satellite Data Processing System to Produce Sea Surface Temperature
PORSEC 2014
3. Visualization System of Monthly Average Sea Surface Temperature MODIS Using KML in Google Earth
4. Analysis of cloud removal method on sea area using Landsat-8 multitemporal
5. Detection settlement and population distribution using GIS and remotely sensed data, in the surrounding area of merapi volcano, central java, Indonesia
International Journal of emerging technology and
advanced engineering
6. The application of montecarlo algorithm and energy cone model to produce the probability of block and ash flows of the 2010 eruption of merapi volcano in central java, Indonesia
Arabian journal of geosciences
7. Multitemporal remote sensing data and spectral indices analysis for detection tropical rainforest degradation
Natural hazard journal
8. Detecting affected areas by flood using multi temporal alos paisar remotely sensed data in karawang, west java, Indonesia
9. Landsat 8 investigation of peat fire detection in Sumatra: Preeliminary results
ACRS 2014
NO. JUDUL MEDIA PUBLIKASI
10. Detecting the affected areas of mount sinabung eruption using landsat 8 based on reflectance change
PORSEC 2014
11. Extraction method development in land and ocean salinity
12. Coastal characteristic of indonesia and its relation to the tsunami hazards
13. Identifying of change of mangrove forest and mining areas the coastal of karimun besar island
14. The creation of forest base probability image in coastal areas of east kalimantan indonesia using canonical variate analysis
15. Satellite data for water clarity mapping in indonesia lake water
16. Variability of chlorophyll: a distribution and its relation to the wind patterns in lombok waters
17. Analysis of total suspended solid using landsat 8 imagery (study of case: sampit bay, Indonesia)
18. Waters surface temperature mapping of gerupuk bay west Nusa Tenggara using Landsat 8 data
19. Mapping of total suspended matter using landsat 8 in coastal areas of Lombok Island
20. Harmful algal bloom phenomenon in lampung bay base on red tide analysis using spot 4 image
21. New mangrove index as degradation/ health indicator using remote sensing data: segara anakan and alas purwo case study
22. The effect of different atmospheric correction on bathymetry extraction using landsat satellite imagery
23. Extraction model of dissolved oxygen concentration using landsat remote sensing satellite data: case study: ringgung coastal waters
24. Sea surface temperature measurement from TMI and Modis data
25. Visualization system of monthly average sea surface temperature modis using Kml in Google Earth
NO JUDUL MEDIA
PUBLIKASI NO. ISSN/
AKREDITASI
PUBLIKASI ILMIAH NASIONAL TERAKREDITASI
Publikasi dalam Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer
1 Dampak Penerapan Principal Component Analysis (PCA) dalam Clustering CurahHujan di Pulau Jawa, Bali dan Lombok
Jurnal Sains Dirgantara
1412-808X
2 EfekGas SO2 dan Kelembapan Relatif Terhadap Radiasi Matahari Dan Temperatur di Bandung
3 Karakteristik indeks ionosfer (indeks_t) jam-an dan
bulanan sumedang dan biak [sumedang and biak
hourly and monthly ionospheric index (t index)
characteristics]
NO JUDUL MEDIA
PUBLIKASI NO. ISSN/
AKREDITASI
4 Analisis indeks kualitas sinyal pada manajemen
frekuensi berbasis data automatic link establishment
(ale) [analysis of signal quality index in management
frequency based on automatic link establishment
(ale) data]
5 Karakteristik partikel bermuatan di wilayah anomali
atlantik selatan yang berpotensi penyebab gangguan
operasional satelit orbit rendah [the characteristic of
charged particles in the south atlantic anomaly region
as the cause of operational disruption on
6 Efek Parameterisasi Planetary Boundary Layer terhadap Pembentukan Gelombang Gravitas di Sumatera Barat
7 Pengembangan Model Persamaan Empiris Dalam
Memprediksi Terjadinya Longsor di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Berbasis Data MTSAT dan TRMM
8 Analisis Pengaruh Aerosol pada Awan di Indonesia
9 Geo-Efektivitas Parameter Cuaca Antariksa dan Badai
Geomagnt
10 Karakteristik Ruang Waktu Sumber Uap Air di Atas
Benua Maritim Indonesia mengguanakan Data ERA
Interim
Bidang Teknologi Dirgantara
1 Analisa Sistem Power Solar Panel Satelit Jurnal Telekontran Vol. 2 No.1
November 2014
2303 - 2901
2 Analisis Penggunaan Data Kamera Video Untuk Meningkatkan Kualitas koreksi Geometri pada Citra Imager Pushbroom
Jurnal Teknologi Dirgantara
ISSN : 1412-8063
3 Perancangan dan analisis integrasi hypersonic waverider–inlet scramjet
4 Pemrograman cad untuk pemodelan bentuk
permukaan sayap burung
5 Analisis potensi gangguan interferensi microwave link
terhadap operasi satelit lapan-a3 di stasiun bumi
rumpin
6 Rancang bangun sistem adjustable electronic fuse
untuk platform microsatellite
7 Metode penggabungan beberapa penerima gps
untuk meningkatkan akurasi dan keandalan sistem
penjejak roket balistik
NO JUDUL MEDIA
PUBLIKASI NO. ISSN/
AKREDITASI
8 Optimasi sistem Lining motor roket padat RX-1220 melalui perubahan komposisi material liner dan metoda lining
9 Peninjauan Homogenitas Propelan K-round
berdasarkan variasi Nilai kalor
10 Simulasi Analisis Lingkar Tertutup Sikap Terbang LSU-01 Menggunakan Sistem Kendali PID
11 Penentuan kandungan propelan Hanwa untuk keperluan adopsi komposisi
12 Rancang bangun sistem muatan pada roket Lapan jenis RKX-100, RTX-100, dan RWX-200
13 Desain dan analisis pengembangan perangkat lunak simulator bintang untuk pengujian star sensor
14 Implementasi pengujian wincd tunnel sayap pesawat N219 terisolasi untuk studi sensitifitas konfigurasi
15 Kontrol jarak jauh berbasisi multi tone untuk sistem terminasi penerbangan roket
16 Studi parametrik pengaruh roughness terhadap profil kecepatan lapisan batas simulasi atmospheric boundary layer di wind-tunnel
17 Analisa keakuratan sensor suhu analog modul APRS satelit Lapan-A2 dengan menggunakan modul uji validasi
18 Implementasi encoder reed-solomon pada FPGA berbasis CCSDS
19 Desain dan pengujian intake konikal sistem propulsi ramjet pada kecepatan supersonik
20 Prediksi frekuensi anomali satelit LAPAN-TUBSAT dengan model Arima
Jurnal ILKOM-Universitas
Pakuan
Bidang Penginderaan Jauh
1 Validasi hotspot modis di wilayah sumatera dan kalimantan berdasarkan data penginderaan jauh SPOT 4 Tahun 2012
Jurnal Penginderaan
Jauh Dan Pengolahan Citra Digital
ISSN 1412 – 8098
2 Pengaruh kondisi kelembapan tanah dari data satelit terhadap potensi limpasan permukaan pada periode banjir 2013 di wilayah DAS Jabodetabek
3 Ujicoba model pemetaan lahan sawah berbasis perubahan penutup lahan citra landsat mosaik tahunan di Jawa Barat
4 Perbandingan klasifikasi berbasis obyek dan klasifikasi berbasis piksel pada data citra satelit synthetic aperture radar untuk pemetaan lahan
5 Pendugaan laju erosi tanah menggunakan data satelit landsat dan spot
6 Analisis mathematik fraktal untuk klasifikasi menggunakan citra penginderaan jauh SPOT 4
NO JUDUL MEDIA
PUBLIKASI NO. ISSN/
AKREDITASI
7 Pengembangan metode analisis dampak kenaikan air laut terhadap sumber daya pesisir. Studi kasus: kota semarang
8 Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk mendukung perencanaan operasi keamanan laut di laut arafuru
9 Klasifikasi penutup/ penggunaan lahan berbasis objek pada data foto UAV untuk mendukung penyediaan informasi penginderaan jauh skala rinci
10 Estimasi limpasan permukaan dari data satelit untuk
mendukung peringatan dini bahaya banjir di wilayah
jabodetabek (satellite based surface runoff
estimation for supporting the flood early warning
system in jabodetabek)
Jurnal Penginderaan
Jauh Dan Pengolahan Citra Digital
ISSN 1412 – 8098
11 Deteksi daerah tercemar lumpur asam menggunakan
data landsat 7 etm berdasarkan suhu permukaan
tanah (detecting contaminated area by acid sludge
using landsat 7 etm data based on land surface
temperature)
12 Deteksi limbah acid sludge menggunakan metode red
edge berbasis data penginderaan jauh (detection of
acid sludge waste using red edge method based on
remote sensing data)
13 Pengembangan model persamaan empiris dalam
memprediksi terjadinya longsor di daerah aliran
sungai (DAS) Citarum Jawa Barat berbasis data satelit
TRMM
Jurnal Sains Dirgantara
SSN : 1412 - 808 X
Bidang analisis dan informasi kedirgantaraan
1 Transparency & Confidence Building Measure di Bidang Keantariksaan: Keniscayaan dalam hubungan internasional kontenporer
Jurnal Global dan Strategis
1907-9729
LAMPIRAN VII.
DAFTAR PENGGUNA DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2014
A. Kementerian/Lembaga
1. Kementerian Koordinator Perekonomian;
2. Kementerian Keuangan;
3. Kementerian Dalam Negeri;
4. Kementerian ESDM;
5. Kementerian Kehutanan;
6. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
7. Kementerian Lingkungan Hidup;
8. Kementerian Pariwisata;
9. Kementerian Pekerjaan Umum;
10. Kementerian Pertanian;
11. Kementerian Pertahanan;
12. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
13. Bappenas
14. Badan Tenaga Atom Nasional;
15. Badan Informasi Geospasial;
16. Badan Intelejen Negara;
17. Badan Narkotika Nasional;
18. Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
19. Badan Nasional Pengelola Perbatasan;
20. Badan Pemeriksa Keuangan;
21. Badan Pertanahan Nasional;
22. Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi;
23. Badan Pusat Statistik;
24. Komisi Pemberantasan Korupsi;
25. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional;
26. Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
27. TNI AD;
28. TNI AL;
29. TNI AU;
30. UKP4;
31. Dewan Energi Nasional; dan
32. Dewan Nasional Perubahan Iklim.
B. Universitas
1. Universitas Indonesia;
2. Universitas Gajah Mada;
3. Universitas Diponegoro; dan
4. Universitas Padjajaran.
C. Pemerintah Daerah
1. Pemprov Aceh;
2. Pemprov Bengkulu;
3. Pemprov DIY;
4. Pemprov DKI Jakarta;
5. Pemprov Jambi;
6. Pemprov Jawa Timur;
7. Pemprov Jawa Barat;
8. Pemprov Jawa Tengah;
9. Pemprov Kalimantan Barat;
10. Pemprov Kalimantan Selatan;
11. Pemprov Kalimantan Tengah;
12. Pemprov Kalimantan Timur;
13. Pemprov Kalimantan Utara;
14. Pemprov Kepulauan Banka Belitung;
15. Pemprov Kepualauan Riau;
16. Pemprov Lampung;
17. Pemprov Maluku Utara;
18. Pemprov Nusa Tenggara Barat;
19. Pemprov Papua;
20. Pemprov Riau;
21. Pemprov Sulawesi Barat;
22. Pemprov Sulawesi Selatan;
23. Pemprov Sulawesi Tengah;
24. Pemprov Sulawesi Utara;
25. Pemprov Sumatera Barat; dan
26. Pemprov Sumatera Selatan.
27. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat;
28. Pemerintah Kabupaten Aceh Besar;
29. Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah;
30. Pemerintah Kabupaten Aceh Timur;
31. Pemerintah Kabupaten Agam;
32. Pemerintah Kabupaten Bangka;
33. Pemerintah Kabupaten Bangka Barat;
34. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah;
35. Pemerintah Kabupaten Banjar;
36. Pemerintah Kabupaten Bantul;
37. Pemerintah Kabupaten banyumas;
38. Pemerintah Kabupaten Barito Kuala;
39. Pemerintah Kabupaten Barito Utara;
40. Pemerintah Kabupaten Batanghari;
41. Pemerintah Kabupaten Bekasi;
42. Pemerintah Kabupaten Belitung;
43. Pemerintah Kabupaten Bengkalis;
44. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah;
45. Pemerintah Kabupaten Berau;
46. Pemerintah Kabupaten Bintan;
47. Pemerintah Kabupaten Brebes;
48. Pemerintah Kabupaten Bulukumba;
49. Pemerintah Kabupaten Cirebon;
50. Pemerintah Kabupaten Enrekang;
51. Pemerintah Kabupaten Garut;
52. Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat;
53. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan;
54. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara;
55. Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu;
56. Pemerintah Kabupaten Jayapura;
57. Pemerintah Kabupaten Kampar;
58. Pemerintah Kabupaten Kapuas;
59. Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu;
60. Pemerintah Kabupaten Karang Anyar;
61. Pemerintah Kabupaten Katingan;
62. Pemerintah Kabupaten Kebumen;
63. Pemerintah Kabupaten Kediri;
64. Pemerintah Kabupaten Kendal;
65. Pemerintah Kabupaten Kerinci;
66. Pemerintah Kabupaten Ketapang;
67. Pemerintah Kabupaten Klaten;
68. Pemerintah Kabupaten Konawe Utara;
69. Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat;
70. Pemerintah Kabupaten Kuantan Singgigi;
71. Pemerintah Kabupaten Kuningan;
72. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat;
73. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara;
74. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur;
75. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat;
76. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara;
77. Pemerintah Kabupaten Mahakam Hulu;
78. Pemerintah Kabupaten Majalengka;
79. Pemerintah Kabupaten Majene;
80. Pemerintah Kabupaten Maros;
81. Pemerintah Kabupaten Mentawai;
82. Pemerintah Kabupaten Merauke;
83. Pemerintah Kabupaten Mimika;
84. Pemerintah Kabupaten Muara Enim;
85. Pemerintah Kabupaten Murung Raya;
86. Pemerintah Kabupaten Musi Rawas;
87. Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara;
88. Pemerintah Kabupaten Ogan Kemiring Ulu;
89. Pemerintah Kabupaten Pacitan;
90. Pemerintah Kabupaten Pandeglang;
91. Pemerintah Kabupaten Paser;
92. Pemerintah Kabupaten Pinrang;
93. Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar;
94. Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong;
95. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu;
96. Pemerintah Kabupaten Samosir;
97. Pemerintah Kabupaten Sarolangun;
98. Pemerintah Kabupaten Siak;
99. Pemerintah Kabupaten Simeuleu;
100. Pemerintah Kabupaten Sinjai;
101. Pemerintah Kabupaten Sleman;
102. Pemerintah Kabupaten Sopeng;
103. Pemerintah Kabupaten Subang;
104. Pemerintah Kabupaten Sukabumi;
105. Pemerintah Kabupaten Sukamara;
106. Pemerintah Kabupaten Sumedang;
107. Pemerintah Kabupaten Tanah Datar;
108. Pemerintah Kabupaten Tanah Laut;
109. Pemerintah Kabupaten Tanah Toraja;
110. Pemerintah Kabupaten Tangerang;
111. Pemerintah Kabupaten Temanggung;
112. Pemerintah Kabupaten Tojo Unauna;
113. Pemerintah Kabupaten Tulungagung;
114. Pemerintah Kabupaten Wajo;
115. Pemerintah Kabupaten Ambon;
116. Pemkot Depok;
117. Pemkot Dumai;
118. Pemkot Kupang
119. Pemkot Makassar;
120. Pemkot Palopo;
121. Pemkot Palu;
122. Pemkot Parepare;
123. Pemkot Pontianak;
124. Pemkot Sorong;
125. Pemkot Sukabumi;
126. Pemkot Tangerang;
127. Pemkot Tanjungpinang; dan
128. Pemkot Tidore Kepulauan.