kumpulan data2 skripsi - usd

102
PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PERKAWINAN KATOLIK OLEH KELUARGA-KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN ST. YOHANES PAULUS PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA KATOLIK YANG BERIMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh : Tiovilla Kleden NIM : 011124034 PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN KEKHUSUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PERKAWINAN KATOLIK

OLEH KELUARGA-KELUARGA KATOLIK

DI LINGKUNGAN ST. YOHANES PAULUS

PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA KATOLIK YANG BERIMAN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Tiovilla Kleden

NIM : 011124034

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN

KEKHUSUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

ii

Page 3: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

iii

Page 4: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

iv

PESEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada: Keluarga di Kalimantan-Barat

dan Keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki

St.Antonius Kotabaru Yogyakarta

Page 5: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

v

HALAMAN MOTTO

“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu

dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”

(Kej 2:24)

Page 6: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

termuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaiman layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Maret 2007 Tiovilla Kleden

Page 7: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

vii

ABSTRAK

Judul skripsi adalah “PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PERKAWINAN KATOLIK UNTUK KELUARGA-KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA DALAM MENGHAYATI DAN MEWUJUDKAN SPIRITUALITAS PERKAWINAN KATOLIK”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari situasi keluarga Katolik yang sedang menghadapi berbagai tantangan hidup yang berdampak pada munculnya persoalan-persoalan rumah tangga. Sebab dari satu sisi yang utama, keluarga-keluarga dipanggil untuk menegakkan Kerajaan Allah juga dalam keluarga, dari sisi lain keluarga-keluarga dihadapkan pada tantangan (tawaran, godaan dan cobaan) masuk dalam kerajaan duniawi.

Pembimbing dan pedoman hidup keluarga Katolik adalah anugerah Roh Kudus yang dicurahkan ke dalam hati suami-istri dalam sakramen perkawinan. Oleh karena itu dalam persekutuan yang erat antara Roh Kudus dan GerejaNya suami-istri dipanggil untuk mengamalkan dan mewujudkan pengabdiaannya sebagai suami-istri dalam iman, harapan dan cinta kasih.

Spiritualitas keluarga akan tetap menjadi suatu teori apabila tidak dihayati dan diwujudnyatakan dalam hidup setiap keluarga. Namun demikian perlu disadari bahwa untuk mewujudkan spiritualitas keluarga, setiap keluarga perlu secara terus menerus menghayati dan mewujudkan nilai-nilai spiritualitas perkawinan mereka dengan penuh kesabaran dan penuh keuletan dalam hidup konkret.

Untuk memjawab permasalahan tersebut penulis menguraikan skripsi ini menjadi lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang akan menguraikan pokok latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, kajian pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II memaparkan penghayatan spiritualitas perkawinan katolik. Selanjutnya bab III membahas gambaran keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki St.Antonius Kotabaru, Yogyakarta di dalam menghayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinan. Berkaitan dengan topik tersebut akan dijelaskan tentang gambaran umum lingkungan St.Yohanes Paulus dan penelitian sederhana keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus Kotabaru Yogyakarta dalam menghayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinan Katolik Bab IV akan membahas katekese keluarga sebagai jalan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas perkawinan Katolik. Bab V kesimpulan dan saran keseluruhan isi karya tulis berdasarkan pengolahan dan pemikiran yang menyeluruh.

Page 8: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

viii

ABSTRACT

The title of the thesis is “THE CHATOLIC MARRIAGE SPIRITUALITY COMPREHENSION BY CATHOLIC FAMILIES IS SAINT YOHANES PAULUS PARISH NEIGHBORHOOD SAINT ANTONIUS KOTABARU – YOGYAKARTA IN REALIZING FAMILIES CATHOLIC THE BELIFE.” This title has been chosen toward the situation of Catholic families who have faced a lot of life challenge and gave impacts to the family problems. Because of the first main part, the Catholic families has been faced toward the life offer, temptation, and teasing in the profane kingdom. The guidance and basic life of Catholic families are the blessing of the holy spirit that is blessed inside husband and wife’s heart in the marriage sacrament. Moreover, in the federation which has connected the power of the holy spirit and God’s churches, the couples are called to practice and realize the serving activities as husband and wife in faith, hopes, and affection. The family spirituality will become only a theory if it can’t be comprehended and realized in the every family life. But, there must be understood that for realizing family spirituality, every family must comprehend and realize their marriage spiritually value every time with a great passion and afford in the daily life. To answer the problems, the author has published the thesis into 5 chapters. Chapter I is the Introduction which will explain the back ground of the study, methodology of the problem, the objectives of the study, writing methods, and writing systematic. In Chapter II, the writer will explain the Catholic marriage spiritually comprehension for Catholic families in Saint Yohanes Paulus Parish neighborhood – Saint Antonius Kotabaru Yogyakarta. Furthermore, in Chapter III the writer will discuss the picture of Catholic families in Saint Yohanes Paulus Parish neighborhood– Saint Antonius Kotabaru Yogyakarta in comprehending and realizing marriage spirituality. In Chapter IV, the writer will discuss family catechism as the way out to increase the Catholic marriage spirituality comprehension. In chapter V, the writer will show the conclusion and the suggestion. All the thesis materials have been written based on the idea and the writer’s effort.

Page 9: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang memberi dan memelihara kehidupan

kepada semua orang, karena atas anugerah dan bimbingannyalah penulis akhirnya

dapat menyelesaikan skripsi ini, setelah melewati perjalanan panjang yang cukup

melelahkan. Namun dalam situasi seperti itulah penulis pada akhirnya sungguh

dapat merasakan karya Roh Tuhan dalam hidup penulis.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi ilmu pendidikan kekhususan

pendidikan agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini ingin membantu para keluarga-keluarga Katolik di lingkungan

St.Yohanes Paulus, Paroki St.Antonius Kotabaru Yogyakarta, agar semakin

mampu mengahayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinannya dalam

menghadapi tantangan jaman yang terus merongrong kehidupan setiap manusia

tak terkecuali keluarga.

Dengan segala usaha dan kemampuan, serta dukungan dari semua pihak

yang berupa petunjuk, nasehat, saran, dan bimbingan serta kesadaran akan

bimbingan Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada

kesempatan ini penulis dengan rasa bahagia menghaturkan terima kasih yang

mendalam kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno W.W. SJ. M.Ed selaku dosen pembimbing utama dan

sebagai dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini dan yang

telah banyak memberi semangat kepada penulis.

2. Yoseph Kristianto, SFK selaku dosen penguji II yang telah meluangkan

waktunya untuk menjadi dosen penguji II.

3. YH. Bintang Nusantara, SFK yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai

dosen penguji III.

Page 10: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

x

4. M. K Sudarmo selaku ketua lingkungan St.Yohanes Paulus, Paroki

St.Antonius Kotabaru Yogyakarta, yang telah memberikan ijin kepada penulis

untuk melakukan penelitian sederhana kepada para keluarga-keluarga Katolik.

5. Mas Wondo selaku sekretaris lingkungan St.Yohanes Paulus, yang telah

memberikan data tentang situasi umum lingkungan St.Yohanes Paulus dan

data keluarga-keluarga Katolik sehingga terselesainya skripsi ini.

6. Para keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus yang tak bisa

penulis sebutkan namanya masing-masing, yang telah meluangkan waktunya

untuk diwawancarai.

7. Bapak dan ibu yang ada di Kal-Bar yang telah mendukung dan menyemangati

penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

8. Teman-temanku yang telah memberikan dukungan bagi terselesainya skripsi

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan memerlukan kritik dan saran yang membantu dan membangun. Akhirnya

penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang

memiliki perhatian pada karya pastoral Gereja pada umumnya dan katekese

keluarga pada khususnya.

Yogyakarta, 26 Maret 2007

Penulis

Tiovilla Kleden

Page 11: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Permasalahan ............................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 5

D. Kajian Pustaka............................................................................................ 5

E. Metode Penulisan ....................................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

BAB II PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PERKAWINAN KATOLIK.. 8

A. Pengertian Spiritualitas dan Spiritualitas Perkawinan Katolik .................. 9

1. Pengertian Spiritualitas ........................................................................ 9

2. Spiritualitas Perkawinan Katolik ......................................................... 11

B. Gambaran Keluarga Katolik yang Menghayati Spiritualitas Perkawinan . 17

C. Makna Spiritualitas Perkawinan Katolik untuk Keluarga-Keluarga Katolik 19

1. Fides (makna kesetiaan)....................................................................... 20

2. Bonum prolis (makna prokreatif) ......................................................... 21

3. Sacramentum........................................................................................ 23

Page 12: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

xii

BAB III GAMBARAN KELUARGA-KELUARGA KATOLIK DI

LINGKUNGAN ST. YOHANES PAULUS PAROKI ST.

ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA DI DALAM

MEWUJUDKAN KELUARGA KATOLIK YANG BERIMAN . 25

A. Gambaran Umum Lingkungan St.Yohanes Paulus.................................... 27

B. Penelitian Sederhana Keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes

Paulus dalam Mewujudkan Keluarga Katolik Yang Beriman ................... 30

1. Pengantar Penelitian............................................................................. 30

2. Laporan Hasil Penelitian ...................................................................... 36

3. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 38

4. Rangkuman .......................................................................................... 43

BAB IV KATEKESE KELUARGA SEBAGAI JALAN UNTUK

MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS

PERKAWINAN KATOLIK MELALUI METODE SCP ................ 46

A. Pengertian Katekese Keluarga ................................................................... 48

1. Pengertian Katekese Keluarga ............................................................. 48

2. Tujuan Katekese Keluarga ................................................................... 49

3. Isi Katekese .......................................................................................... 49

B. Kekhasan Katekese Keluarga..................................................................... 51

C. Metode Katekese........................................................................................ 52

D. Model Shared Christian Praxis ................................................................. 53

1. Shared .................................................................................................. 54

2. Christian............................................................................................... 55

3. Praxis ................................................................................................... 56

E. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ................................................ 57

F. Usulan Tema Katekese Keluarga ............................................................... 61

1. Alasan Pemilihan Tema ....................................................................... 63

2. Gambaran Pelaksanaan Katekese......................................................... 64

3. Matriks Katekese.................................................................................. 65

4. Contoh Persiapan Katekese.................................................................. 67

Page 13: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

xiii

BAB V PENUTUP........................................................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................................ 76

B. Saran........................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80

LAMPIRAN..................................................................................................... 83

1. Panduan pertanyaan wawancara .......................................................... (1)

2. Identitas responden .............................................................................. (2)

3. Waktu pelaksanaan wawancara............................................................ (3)

4. Hasil wawancara dengan responden .................................................... (4)

5. Surat ijin penelitian .............................................................................. (5)

6. Dokumen Familiaris Consortio ........................................................... (6)

7. Cerita “Pengalaman Ibu Masri” ........................................................... (7)

Page 14: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

xiv

DAFTAR SINGKATAN

A. Daftar Singkatan Kitab Suci

Dalam skripsi ini singkatan Kitab Suci mengikuti daftar singkatan dari Direktorat

Jendral Bimas Katolik Departeman Agama Republik Indonesia, Ed, Kitab suci

Perjanjian Baru: Dengan Pengantar dan Cacatan Singkat, (Ende:Arnoldus

1995/1996.

B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II

tentang Katekese Masa Kini, tanggal 16 Oktober 1979.

DCG : Directorium Catechisticum Generale, Konggresi Suci Para Klerus

tentang Pedoman Umum Katekese, tanggal 11 April 1971.

FC : Familiaris Concortio, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II tentang

Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modren, tanggal 22 November 1981.

GS

: Gaudium et Spes, Kontitusi Pastoral Dokumen Konsili Vatikan II

tantang Gereja Dalam Dunia Modern.

KHK : Kitab Hukum Kanonik

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Dokumen Konsili Vatikan II

tentang Gereja

C. Daftar Singkatan Umum

CT : Catechesi Tradendae

DCG : Directorium Catechisticum Generale

Ef : Efesus

GS : Gaudium et Spes

Kan : Kanon

Kej : Kejadian

Luk : Lukas

Mat : Matius

Page 15: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

xv

Mark : Markus

PKKI : Pekan Komunikasi Kateketik Indonesia

SCP : Shared Christian Praxis

St : Santo

Yoh : Yohanes

Page 16: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman tidak akan pernah berhenti, permasalahan

keluargapun tidak akan pernah habis. Setiap perubahan jaman membawa akibat

positif dan negatif bagi masyarakat tidak terkecuali keluarga. Perubahan-

perubahan yang meliputi hampir seluruh segi kehidupan itu berlangsung sangat

cepat dan menimbulkan ketegangan bagi manusia dan dalam keluarga sebagai

masyarakat kecil. Pertanyaan sekarang adalah: bagaimana keluarga dapat berdiri

teguh mempertahankan keutuhan dan perannya dalam jaman yang terus

berkembang, karena kehidupan keluarga dari generasi ke generasi akan ikut

berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan jaman.

Jika keluarga berdiri kokoh dengan identitasnya dan menjalankan peranannya

sesuai dengan ajaran gereja, maka perubahan apapun yang dialami tidak akan

menjadi batu sandungan keluarga Katolik tersebut.

Dengan bergulirnya perubahan zaman keluarga-keluarga Katolik di

lingkungan St.Yohanes Paulus juga menghadapi berbagai tantangan hidup yang

berdampak pada munculnya persoalan-persoalan rumah tangga. Sebab dari satu

sisi yang utama, keluarga-keluarga dipanggil untuk menegakkan Kerajaan Allah

juga dalam keluarga, dari sisi lain keluarga-keluarga dihadapkan pada tantangan

tawaran, godaan dan cobaan masuk dalam kerajaan duniawi.

Page 17: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

2

Kualitas keluarga sangat dituntut untuk menghadapi berbagai tuntutan

jaman, karena apapun ancaman atau akibat perkembangan jaman bagi keluarga

adalah tanggung jawab dan tugas keluarga untuk mempersiapkan pribadi-pribadi

yang merupakan anggota masyarakat dan anggota gereja. Oleh sebab itu tanggung

jawab keluarga-keluarga Katolik dalam menghayati spiritualitas perkawinan

masih sangat perlu dikembangkan secara terus menerus dan berkesinambungan,

agar cinta kasih antar suami-istri, antar orang tua dan anak, antar sanak saudara,

membuat keluarga menjadi komunitas cinta yang semakin dalam dan kuat.

Setiap pribadi yang ada atau dipercayakan kepada keluarga patut dihargai

dan dihormati karena melalui keluarga Allah melaksanakan pengembangan umat-

Nya. Keluarga mempunyai tanggung jawab untuk mencintai dan mendidik anak-

anak yang dipercayakan kepada mereka. Sebagai generasi baru anak-anak perlu

didampingi baik moral maupun spiritual sehingga mereka menjadi anggota

masyarakat dan Gereja yang lebih baik dan lebih siap dalam menghadapi

tantangan jaman.

Melihat kenyataan ini Gereja tidak bisa menutup mata terhadap keadaan

yang terjadi didalam keluarga Katolik yang merupakan Gereja kecil. Gereja

mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan menolong kelangsungan hidup

keluarga Katolik terutama menyadari peranannya bagi Gereja dan dunia dengan

berbagai usaha.

Dengan demikian diharapkan para suami-istri dalam menanggapi panggilan

Allah untuk menjadi keluarga Katolik, yang sering kali digambarkan sebagai

hubungan Kristus dengan Gereja-Nya. Karena di dalam Kristus ada kekuatan Roh

Page 18: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

3

Kudus yang menggerakkan para suami-istri untuk selalu hidup berdasarkan

kekuatan Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang dapat mengaktualisasikan seluruh

hidupnya sehingga bertumpu pada Allah, dan bila para suami-istri hidup di dalam

Allah berarti para suami-istri harus membangun hidup yang harmonis dan erat

dengan Allah sehingga para suami-istri akan dikuatkan oleh Roh Kudus di dalam

mengembangkan hidupnya.

Kehadiran Allah dalam keluarga merupakan aspek yang hendak dituju

melalui spiritualitas keluarga. Namun perlu diingat bahwa menyadari dan

mewujudkan kehadiran Allah dalam keluarga bukanlah suatu hal yang mudah.

Dari diri mereka dituntut sikap percaya, pengampunan, keberanian, ketekunan dan

kesabaran untuk mewujudkan sakramen perkawinan di tengah kompleksitas

kehidupan mereka. Agar hubungan suami-istri sungguh-sungguh menghadirkan

apa yang di simbolkan itu, dibutuhkan spiritualitas perkawinan. Adapun

spiritualitas perkawinan yaitu iman, harapan dan kasih Ilahi, yang mendorong dan

memperkuat mereka yang kawin agar mereka mampu mewujudkan sakramen

perkawinan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa spiritualitas merupakan sikap

dasar yang menjiwai keluarga Katolik dalam menghayati dan mewujudkan

panggilan hidup mereka.

Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan lebih

mendalami tentang penghayatan spiritualitas perkawinan ini untuk membantu para

suami-istri dalam mengingkatkan kembali akan janji perkawinan dan

memberikan motivasi/dorongan kepada keluarga-keluarga Katolik yang

mengalami krisis dalam perkawinan mereka. Penulis merasa tertarik untuk

Page 19: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

4

mempelajarinya karena hal ini sangat penting tetapi sering kali kurang disadari

oleh keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes Paulus. Hal ini penulis

tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Penghayatan Spiritualitas

Perkawinan Katolik Oleh Keluarga-Keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes

Paulus Paroki St.Antonius Kotabaru Yogyakarta dalam Mewujudkan Keluarga

Katolik Yang Beriman”. Alasan penulis memilih judul ini yaitu: Perkawinan

adalah sakramen. Yang terpenting disini adalah bagaimana para suami-istri

merealisasikan janji perkawinan mereka dalam sakramen dengan kehidupan

sehari-hari secara konkret dengan dasar iman yang tulus. Kasih Kristus yang

menjadi dasar hidup suami-istri dalam sakramen perkawinan mereka. Maka dari

itu, kasih Kristus disalurkan kepada suami-istri melalui mereka sendiri yaitu

mereka sendirilah yang menjadi tanda atau sakramen satu bagi yang lain. Dengan

demikian diharapkan para suami-istri akan berusaha untuk mampu mewujudkan

kasih Kristus dalam perkawinan mereka. Kristus adalah dasar hidup yang paling

kuat untuk hidup perkawinan mereka.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan pokok-pokok pemikiran tersebut di atas, maka permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang spiritualitas perkawinan?

2. Bagaimana keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes Paulus

memahami spiritualitas perkawinan?

Page 20: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

5

3. Apa saja permasalahan yang mereka hadapi dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinannya?

4. Apakah melalui usaha katekese dapat menemukan pemecahan dari setiap

persoalaan yang mereka hadapi dalam menghayati spiritualitas perkawinan?

C. Tujuan Penulisan

Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan yang telah di

sajikan di atas, maka tujuan penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauh mana pandangan Gereja Katolik tentang

spiritualitas perkawinan.

2. Untuk mendalami hakekat dan makna spiritualitas perkawinan Katolik.

3. Untuk menemukan usaha yang telah keluarga-keluarga Katolik dalam

menghayati spiritualitas perkawinan.

4. Melalui katekese keluarga-keluarga Katolik mampu mewujudkan

spiritualitas perkawinan.

5. Guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Sumbangan pemikiran ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Membantu para keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes

Paulus, untuk lebih tanggap bahwa panggilan hidup sebagai keluarga

Page 21: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

6

Katolik yang dialami perlu disikapi dengan baik sehingga dapat dihayati

dan ditekuni dengan lebih bersemangat dalam mewujudkan keluarga

Katolik melalui spiritualitas keluarga.

2. Memberikan gambaran bagi keluarga kristiani agar dapat mengembangkan

diri dengan setia dan tekun dalam menanggapi panggilan hidup sebagai

suami-istri.

3. Bagi penulis manfaat yang dapat dipetik adalah penulis semakin diperkaya

(pengetahuan dan wawasan) tentang spiritualitas perkawinan Katolik.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan dua metode pendekatan yaitu

melalui wawancara dengan 10 (sepuluh) responden di lingkungan St. Yohanes

Paulus Paroki St.Antonius Kotabaru, serta studi kepustakaan yang saya peroleh

sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman yang dapat membantu demi

tercapainya penulisan skiripsi ini.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang akan diuraikan sebagai

berikut: bab I, berupa pendahuluan yang akan menguraikan pokok latar belakang

penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, kajian pustaka, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II memaparkan penghayatan spiritualitas perkawinan katolik yang

terurai dalam tiga sub bagian yaitu: pengertian spiritualitas dan spiritualitas

Page 22: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

7

perkawinan Katolik, gambaran keluarga Katolik yang menghayati spiritualitas

perkawinan dan maknanya untuk keluarga-keluarga Katolik.

Selanjutnya bab III membahas gambaran keluarga-keluarga Katolik di

Lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki St.Antonius Kotabaru, Yogyakarta di

dalam menghayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinan. Berkaitan dengan

topik tersebut akan dijelaskan tentang gambaran umum lingkungan St.Yohanes

Paulus dan penelitian sederhana keluarga-keluarga Katolik dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinan Katolik, yang terbagi dalam tiga bagian

yaitu pengantar penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Bab IV akan membahas katekese keluarga sebagai jalan untuk

meningkatkan penghayatan spiritualitas perkawinan Katolik. Berkaitan dengan

topik tersebut bagian pertama akan menjelaskan tentang pengertian katekese

keluarga, tujuan dan isi katekese keluarga. Pada bagian kedua akan memaparkan

tentang kekhasan katekese keluarga. Bagian ketiga akan menjelaskan metode

katekese keluarga. Pada bagian keempat akan menguraikan model Shared

Christian Praxis, berkaitan dengan topik tersebut bagian keempat akan dibagi

menjadi empat sub bagian yaitu Shared, Christian, Praxis dan langkah-langkah

Shared Christian Praxis. Bagian kelima akan memaparkan tentang usulan tema

katekese keluarga. Dalam bagian kelima ini akan dibagi menjadi empat sub

bagian yaitu alasan pemilihan tema, gambaran pelaksanaan katekese dan matriks

program katekese keluarga. Akan disertakan juga contah persiapan katekese

keluarga.

Bab V kesimpulan dan saran keseluruhan isi karya tulis.

Page 23: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

BAB II

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PERKAWINAN KATOLIK

Pada bab II ini akan dibahas tentang permasalahan keluarga dan perubahan jaman

yang membawa akibat postif dan negatif bagi keluarga-keluarga Katolik di jaman

sekarang ini. Di sini keluarga dituntut untuk menghadapi berbagai akibat dari perubahan

jaman, yang membawa keluarga pada situasi yang sulit. Artinya dalam menghadapi

tantangan jaman, para suami-istri diharapkan sungguh-sungguh menghayati spiritualitas

dan hakikat perkawinan mereka. Untuk itu, penulis secara khusus membicarakan dan

memaparkan secara panjang lebar dalam bab II tentang penghayatan spiritualitas

perkawinan Katolik yang pada bab I hanya dibicarakan secara singkat.

Dalam bab II ini penulis membagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama penulis akan

memaparkan secara singkat pengertian spiritualitas yang akan dilanjutkan dengan

spiritualitas perkawinan Katolik, yang terbagi dalam tiga sub bagian yaitu: perkawinan

sebagai sumber dari misteri kasih Allah, unitas, dan tak-terputuskan (Indissolubility).

Bagian kedua akan menggambarkan keluarga Katolik yang menghayati spiritualitas

perkawinan. Dan bagian ketiga akan menjelaskan makna spiritualitas perkawinan Katolik

bagi keluarga-keluarga Katolik, yang terdiri dari tiga sub bagian yaitu: Fides (makna

kesetiaan), Bonum prolis (makna prokreatif) dan Sacramentum (makna kesatuan erat

karena “sakramentalis” perkawinan sebagai simbol hubungan cinta kasih sempurna

antara Kristus dan GerejaNya). Pengahayatan spiritualitas perkawinan Katolik

merupakan tema yang akan penulis bicarakan dalam bab II ini. Yang terpenting dalam

bab ini yakni, suami-istri diingatkan kembali bahwa perkawinan mereka sebagai sumber

Page 24: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

9

misteri dari kasih Allah, karena dalam kenyataannya timbul krisis dalam perkawinan

yang disebabkan suami maupun istri sering tidak lagi menyakini perkawinan sebagai

peristiwa yang luhur dan suci.

Tuhan itu setia di dalam cinta kasih dan mencintai masing-masing manusia secara

pribadi, maka di dalam perkawinanpun Tuhan menuntut kesetiaan itu. Oleh karenanya

perkawinan kristiani itu haruslah monogam, tidak terceraikan untuk seumur hidup.

Dengan demikian, melalui bab II ini suami-istri diharapkan terbantu untuk

menyelamatkan krisis perkawinan menuju kehidupan keluarga yang penuh kedamaian,

cinta kasih, kesetiaan dan kebahagiaan melalui perwujudan makna spiritualitas

perkawinan.

A. Pengertian Spiritualitas dan Spiritualitas Perkawinan Katolik

1. Pengertian Spiritualitas

Istilah spiritualitas agak kabur dalam pemahaman, maka perlu dijelaskan

terlebih dahulu bagaimana istilah tersebut dipahami, dan apa spiritualitas perkawinan

Katolik untuk keluarga Katolik.

Sejak tahun 70an, berkat kebangkitan kerohanian Gereja yang diseponsori oleh

Konsili Vatikan II, pembicaraan tentang hidup dalam roh (Roma 8:4.9) atau

spiritualitas makin mendapat tempat yang sentral di kalangan jemaat beriman.

Meskipun sudah secara meluas dipakai, sesungguhnya kata spiritualitas belum

tegas/utuh. Kata tersebut sudah berkembang secara subur baik di lingkungan lembaga

Page 25: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

10

pendidikan maupun di dalam hidup beriman. Karena realitas hidup jemaat bersifat

kompleks maka juga ada berbagai pendapat tentang arti spiritualitas.

Telah banyak tokoh atau pengarang spiritualitas secara berbeda-beda di

antaranya yaitu:

a. Heryatno (2006:71-72) menyatakan bahwa makna atau arti kata spiritualitas

dapat ditemukan di dalam konteks hidup jemaat beriman. Artinya spiritualitas

mencakup hidup doa, penghayatan iman secara mendalam, seluruh

pengalaman hidup, dan juga mencakup dimensi sosial politiknya.

b. J. Darminta (2005: menegaskan bahwa spiritualitas merupakan inti iman yang

menyatukan seluruh daya dan unsur kehidupan.

c. A. Heuken (2002:11) menyatakan bahwa spiritualitas adalah istilah yang agak

baru yang menandakan ‘kerohanian’ atau hidup ‘rohani’. Kata ini

menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua,

yaitu ‘kesalehan’, yang menandakan hubungan orang perorangan dengan

Allah.

Berdasarkan pemahaman para tokoh yang telah pengertian dan makna

spiritualitas di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa spiritualitas

berhubungan erat dengan tindakan konkret seseorang yang berusaha

memperkembangkan hidupnya dan hal itu dikaitkan dengan relasinya dengan Tuhan,

sesama dan lingkungannya.

Spiritualitas berkaitan erat dengan segi interioritas seseorang, dengan kedalaman

hidup (jiwa), yang membentuk sikap, menentukan cara seseorang mempertimbangkan

dan mengambil keputusan serta bertindak dan menentukan pilihan seseorang pada

Page 26: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

11

nilai-nilai yang dipegang, diwujudkan serta dikembangkan. Dengan demikian

spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang

beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini seperti Tuhan

menghendakinya.

2. Spiritualitas Perkawinan Katolik

Pembimbing dan pedoman hidup keluarga kristiani adalah anugerah Roh

Kudus yang dicurahkan ke dalam hati suami-istri dalam sakramen perkawinan. Oleh

karena itu dalam persekutuan yang erat antara Roh Kudus dan GerejaNya suami-istri

dipanggil untuk mengamalkan dan mewujudkan pengabdiannya sebagai suami-istri

dalam iman, harapan dan cinta kasih.

a. Perkawinan sumber dari misteri kasih Allah.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan Allah sendiri

adalah kasih. Karena itu panggilan untuk mengasihi merupakan panggilan khas

manusia. Manusia mirip dengan Allah sejauh ia menjadi manusia yang mencintai dan

mengasihi.

Dari relasi manusia dan Tuhan itulah bersumber ikatan yang tak terputuskan

antara roh yang mengekspresikan diri dalam tubuh. Tubuh dihidupi oleh roh yang tak

dapat mati. Karena itu, tubuh pria dan wanita bukanlah sekedar tubuh, melainkan

memiliki karekter teologis (Heuken, 2002 : 17-19).

Dari kedua ikatan itu, yakni ikatan manusia dengan Allah dan kesatuan tubuh

dan jiwa dalam diri manusia maka lahirlah ikatan ketiga yaitu ikatan antara pribadi

Page 27: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

12

dan institusi. Dalam ikatan ketiga ini seluruh pribadi manusia dituntut secara total

untuk mewujudkan dan membuahkan kesetiaan. Hanya dengan demikian kesetiaan

dapat berkembang, memberi harapan di masa depan, dan memungkinkan anak-anak

fruit of love, untuk menaruh kepercayaan kepada manusia dan masa depannya dalam

situasi-situasi sulit sekalipun. Maka tanggung jawab ini menjamin juga masa depan

masyarakat yang lebih baik.

Perkawinan adalah sebuah perjanjian timbal balik antara seorang pria dan

seorang wanita. Pertama-tama perjanjian ini digerakkan oleh cinta kasih. Karena

cinta dan demi cinta Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan sekaligus

Allah memanggil mereka untuk saling mencintai. Sebagaimana Allah adalah cinta

dan hidup di dalam persekutuan cinta kasih tritunggal demikian juga Allah menaruh

dalam hati laki-laki dan perempuan daya dan panggilan untuk mencintai dan

membentuk persaudaraan, kesatuan dan persekutuan hidup.

Allah sendirilah yang mendirikan perkawinan itu dan menganugerahinya

dengan rahmat dan tujuan, maka secara kodratinya perkawinan itu suci (GS 48).

Dengan demikian Tuhan sendirilah yang menjadi jaminan stabilitas persekutuan

cinta kasih itu.

Cinta kasih suami-istri merupakan dasar dari perkawinan. Ikatan pribadi

yang mau diusahakan dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan

penyerahan diri secara total. Salah satu ungkapan penyerahan diri itu adalah dengan

persetubuhan yang berdasarkan cinta kasih.

Cinta kasih yang diikat dalam suatu perkawinan hendaknya dikembangkan

oleh suami-istri secara terus menerus dan dengan sukarela, agar cinta kasih yang

Page 28: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

13

dinyatakan dalam janji perkawinan semakin nyata. Cinta kasih suami-istri bersifat

total, menyeluruh serta melibatkan seluruh pribadi dan hidup manusia. Hal ini

meliputi seluruh aspek, misalnya persaan hati, akal budi dan kehendak

(Budyapranata 1981:13-32).

Dengan demikian cinta kasih yang total dan menyeluruh ini menggabungkan

yang manusiawi dan ilahi, serta mendorong suami-istri untuk saling memberi diri

dengan bebas. Ini diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari melalui perkataan

dan perbuatan. Cinta kasih yang seperti ini meresapi seluruh kehidupan suami-istri

dan mendorong mereka untuk saling menyerahkan diri dengan bebas dan

bertanggung jawab. Misalnya, cinta kasih penyerahan diri ini terwujud dalam

persetujuan yang bebas dan bertanggung jawab .

b. Unitas

Dalam Gereja Katolik, sifat hakiki perkawinan adalah unitas, artinya

kesatuan dan monogam, sebagai berikut:

1) Unity

Perkawinan mempertemukan dan mempersatukan dua pribadi yang

berbeda. Kesatuan ini tidak menghilangkan leprinadian tiap pihak tetapi saling

melengkapi antara pria dan wanita yang telah sepakat dengan rela untuk

bersama-sama melaksanakan seluruh rencana hidup mereka dalam hidup

berkeluarga.

Page 29: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

14

Membangun suatu rumah tangga berarti mengembangkan hubungan

cinta kasih antara para anggota keluarga, baik antara suami-istri, antara orang

tua anak mapun sesama anggota keluarga lainnya. Dengan demikian, keluarga

Katolik dipanggil untuk melaksanakan tugas pokok ajaran Kristus yakni

“Kasih” dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kesatuan mereka dituntut untuk

menerima satu sama lain apa adanya, saling berbagi dan saling melengkapi

serta saling mendukung baik dalam untung dan malang karena ketaatan

kepada kehendak Allah yang kudus “apa yang telah dipersatulam oleh Allah,

janganlah diceraikan oleh manusia” (Mat 19;16). Dalam perkawinan suami-

istri mempersatukan diri dengan bebas bahkan dikukuhkan oleh kehendak

Allah melalui sakramen.

Kitab Kejadian 2:24 menyatakan “Sebab itu seorang laki-laki akan

meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga

keduanya menjadi satu daging”. Berdasarkan Kej 2:24 ini, cinta kasih suami-

istri bersifat penuh atau utuh karena meliputi seluruh pribadi, jiwa dan raga.

Oleh akrena itu, seorang laki-laki akan meninggalkan kedua orang tuanya

untuk bersatu dengan istrinya. Hanya kepada seorang istri saja seorang suami

memberikan seluruh hidupnya termasuk tubuhnya seperti terungkap dalam

hubungan seksual. Demikian juga seorang istri memberikan seluruh diri

termasuk tubuhnya.

Page 30: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

15

2) Monogam

Perkawinan monogam adalah perkawinan yang antara seorang pria dan

seorang wanita yang ingin mempersatukan diri dan hidupnya. Dalam hal ini

tidak dibenarkan adanya poligami atau poliandri, yaitu bahwa seorang pria

atau seorang wanita mempunyai istri atau suami lebih dari satu orang dalam

waktu yang bersamaan.

Pesekutuan suami-istri membutuhkan kesetiaan yang utuh dan

dinamis. Setia berarti rela dan berani memberikan diri kepada seorang pribadi

yang menuntut ketunggalan, yaitu hanya seorang pria dan seorang wanita

yang mengambil bagian dalam hidupnya.

Dengan demikian diharapkan para suami-istri saling mengasihi dengan

kasih yang utuh dan setia. Sebab bila kasih mereka tidak utuh dan tidak setia,

perkawinan mereka tidak layak menjadi lambang dari hubungan antara Allah

dengan GerejaNya, yang juga bersifat utuh dan setia (GS 48-49). Karena itu

perkawinan bersifat monogam baik secara hukum maupun secara moral.

c. Tak-terputuskan (Indissolubility)

Yang dimaksud dengan tak terceraikan atau indissolubilitas adalah

perkawinan antara pria dan wanita yang telah dilangsungkan secara sah dengan

mengungkapkan kesepakatan nikah secara bebas, penuh, dan sungguh-sungguh

menurut tuntutan hukum (kan.1101) mempunyai akibat tetap dan tidak bisa

diceraikan atau diputuskan oleh kuasa manapun kecuali oleh kematian (Rubiatmoko,

Page 31: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

16

2002: 12). Sifat tak terceraikan atau indissolubilitas perkawinan ini dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Indissolubilitas absoluta

Indissolubilitas absoluta, yaitu ikatan perkawinan tidak bisa

diputuskan oleh kuasa manapun kecuali oleh kematian, misalnya perkawinan

antara dua orang dibaptis, baik Katolik maupun Kristen (sakramen) yang

sudah disempurnakan dengan persetubuhan (ratum et consummatum). Kanon

1141 menerangkan bahwa perkawinan ratum dan disempurnakan dengan

persetubuhan tidak dapat diputuskan oleh kuasa manusiawi manapun juga dan

atas alasan apapun, selain oleh kematian. Injil Markus 10:9 juga menyatakan

“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan

manusia”, karena perkawinan tersebut melambangkan secara penuh dan

sempurna hubungan kasih antara Kristus dengan GerejaNya dan tidak pernah

meninggalkan GerejaNya, demikian juga antara suami-istri yang telah dibaptis

tidak dapat saling memisahkan diri (Ef. 5:22-32).

2) Indissolubilitas relativ

Indissolubilitas relativ, berarti bahwa ikatan perkawinan tersebut

memang tidak bisa diputuskan atas dasar consensus dan kehendak suami-istri,

namun bisa diputuskan oleh kuasa gerejani yang berwenang atas alasan yang

berat. Tujuan perkawinan ini baru dapat terjadi setelah terpenuhinya

ketentuan-ketentuan yang dituntut oleh hukum, seperti dalam kanon 1142

Page 32: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

17

untuk perkawinan ratum et non consummatum. Perkawinan ini artinya

perkawinan yang tidak dapat disempurnakan dengan persetubuhan antara

orang-orang yang telah dibaptis. Untuk perkawinan non sakramen ketentuan-

ketentuan hukumnya diatur oleh kanon 1142-1149.

B. Gambaran Keluarga Katolik yang Menghayati Spiritualitas Perkawinan

Bagi kita perkawinan merupakan “ikatan cinta mesra dan hidup bersama yang

diadakan oleh Sang Pencipta dan dilindungi oleh hukum-hukumNya” (Gaudium et spes,

48). Kasih suami-istri bersumber pada cinta Ilahi, dan seharusnya diwujudkan menurut

pola persatuan Kristus dengan GerejaNya. Perkawinan suami-istri didukung dan

disucikan oleh Kristus Sang Penyelamat dan Gereja mempelaiNya.

Kristus tetap menyertai suami-istri supaya mereka tetap saling mengasihi dan

saling menyerahkan diri, dan setia untuk selamanya, seperti Kristus telah mengorbankan

diri demi GerejaNya. Mereka harus dibimbing sungguh-sungguh menuju Allah. Mereka

perlu dibantu dan diteguhkan untuk mengamalkan panggilan luhur sebagai ayah dan ibu.

Demikian suami-istri dikuatkan dan seolah-olah ditahbiskan dengan sakramen khusus

untuk menunaikan tugas mereka yang luhur. Berkat daya sakramen inilah mereka

melaksanakan kewajiban dalam hidup berkeluarga. Semangat Kristus harus meresapi

seluruh hidup mereka dengan iman, harapan, dan cinta kasih. Begitulah mereka saling

menyempurnakan dan menyucikan (Gaudium et spes, 48).

Kita semakin sadar bahwa perkawinan itu persekutuan cinta kasih antara pria dan

wanita, yang secara sadar dan bebas menyerahkan diri beserta segala kemampuannya

untuk selamanya. Dalam penyerahan itu suami-istri berusaha makin saling

Page 33: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

18

menyempurnakan dan bantu-membantu. Hanya dalam suasana hormat-menghormati,

saling menerima, saling memberi baik dalam dalam keadaan suka dan duka inilah,

persekutuan cinta kasih itu dapat berkembang sehingga tercapai kesatuan hati yang

dicita-citakan. Suasana ini pun merupakan dasar paling serasi untuk menerima buah-

buah kesatuan itu, yakni keturunan.

Tuhan bermaksud menyelamatkan manusia melalui sesamanya. Secara sangat

konkrit ini berlangsung dalam perkawinan dan kehidupan keluarga Katolik. Suami-istri

ditahbiskan untuk mengamalkan cinta kasih dan melanjutkan karya penyelamatan Kristus

dalam keluarga mereka. Demikianlah rumah tangga menjadi sel hidup Gereja (ecclesiola:

Gereja kecil).

Daya tarik dan pengaruh cita-cita Katolik janganlah diabaikan dalam menghadapi

kungkungan adat dan materialisme modern, yang keduanya sangat kuat. Kenyataan

sebagaimana adanya sering masih jauh dari cita-cita itu.

Inilah kenyataan lain yang lebih mendalam, persekutuan hidup dan cinta mereka

yang menunju pada persekutuan hidup yang lebih luhur, yaitu bahwa hubungan suami-

istri merupakan tanda dari hidup Kristus yang diserahkanNya demi keselamatan kita dan

hidup kita yang harus kita serahkan kepadaNya. Saling serah diri antara suami-istri

melambangkan kenyataan, bahwa Kristus mengorbankan diri untuk kita dan kita harus

bersedia menjadi milikNya. Sakramen perkawinan menandakan, betapa nyatanya cinta

kasih Allah, yang menyayangi manusia sehingga menyerahkan putraNya.

Dengan demikian bagi suami-istri yang mau membangun “Gereja kecil” yakni

rumah tangga, tidak pernah sumber cinta kasih Ilahi itu akan kering. Itulah warta gembira

bagi siapa saja yang mendasari hidup berkeluarga dengan sakramen. Lalu rumah tangga

Page 34: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

19

mereka pun akan menyampaikan warta gembira itu secara nyata bagi sesama, yaitu

bahwa kita semua tetap dicintai Allah (Gaudium et spes, 17a.)

C. Makna Spiritualitas Perkawinan Katolik untuk Keluarga-Keluarga Katolik

Menurut Agustinus perkawinan kristiani mempunyai tiga makna yang luhur

yaitu: fides (makna kesetiaan), bonum prolis (makna prokreatif), dan sacramentum

(makna kesatuan erat karena “sakramentalis” perkawinan sebagai symbol hubungan cinta

sempurna antara Kristus dan GerejaNya) (Purwahadiwardoyo, 1988:88). Fides adalah

memberikan kesetiaan. Artinya para suami-istri tidak punya ikatan dengan orang lain,

proles yaitu mendorong mereka menerima anak-anak dengan penuh cinta, memberikan

nafkah secara layak, dan mendidik secara agamawi dan sacramentum menyatukan para

suami-istri sehingga tak akan bercerai.

1. Fides (makna kesetian)

Ciri-ciri perkawinan kristiani yang mengandung kesetiaan merupakan ukuran

bagi suami-istri dalam membina kelanggengan hidup perkawinan mereka bersama ke

arah iman kristiani yang semakin sempurna dan menyatu dalam hidup sehari-hari.

Unsur pokok di dalam cinta kasih perkawinan adalah kesetiaan akan

pasangannya dalam segala situasi baik dalam kebahagian maupun kesedihan. Cinta

suami-istri menunjukkan kesetiaan itu juga lewat hubungan mereka yang murni,

mengikuti norma-norma ilahi dan hukum-hukum kodrati. Kesetiaan itu juga didukung

oleh cinta kasih suami-istri (amor coniugalis), yang teramat penting bagi perkawinan,

Page 35: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

20

yakni cinta yang tunggal, suci dan murni seperti cinta kasih Kristus kepada Gereja

(Ef.5:25).

Cinta kasih suami-istri itu tidak hanya mempersatukan mereka satu sama lain,

melainkan juga mendorong mereka kepada kesempurnaan, sampai pada cinta kepada

Allah dan sesama (Mat 22:40). Cinta kasih itulah alasan dan motif pokok perkawinan,

tak hanya sebagai lembaga prokreatif, malainkan juga sebagai persekutuan hidup

seluruhnya.

Perkawinan menjadi tempat diwujudnyatakannya kesetiaan dalam cinta kasih

antara suami-istri. Dalam perkawinan ini suami-istri berhubungan atas dasar kesetiaan

dalam cinta kasih. Ikatan kesetiaan ini pulalah yang membuat mereka saling

memperkembangkan dan saling menyempurnakan.

Kesetiaan dalam cinta kasih suami-istri ini perlu diwujudnyatakan dalam

seluruh kehidupan perkawinan mereka. Kesetiaan dalam cinta kasih suami-istri

hendaknya terungkap makin sempurna dalam perbuatan mereka. Untuk itu banyak

cara yang khas dan paling mesra untuk mengungkapkan kesetiaan dalam cinta kasih

suami-istri adalah tindakan penyerahan diri secara penuh satu sama lain.

2. Bonum prolis (makna prokreatif)

Cinta kasih suami-istri merupakan partisipasi istimewa dalam misteri

kehidupan dan cinta kasih Allah sendiri. Partisipasi ini merupakan pengabdian pada

kehidupan yang nyata secara konkret diwujudkan melalui prokreasi. Akan tetapi tidak

terbatas pada prokreasi saja, tetapi diperkaya dan diperluas dengan semua hasil moril,

Page 36: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

21

rohani dan adikodrati, yang oleh ayah-ibu seturut panggilan mereka disalurkan

kepada anak-anak mereka, dan melalui anak-anak itu Gereja dan dunia.

Sebagai pelayan kehidupan, keluarga juga berperan sebagai pembela

kehidupan, karena dalam kehidupan setiap manusia, ia melihat Kristus sendiri. Gereja

dan keluarga bersama-sama berjuang melawan segala macam ancaman yang merusak

kehidupan, misalnya pengaturan aborsi.

Dalam rencana Allah, suami-istri melalui perkawinan, dipanggil pada

kekudusan. Dan panggilan luhur ini terpenuhi sejauh manusia berusaha menciptakan

kondisi-kondisi yang diperlukan untuk menanggapi rencana Allah itu, sehingga

mereka dapat menghayati spiritualitas perkawinan serta menyadari tujuannya sebagai

pengabdian pada kehidupan.

Suami-istri adalah penentu dan harapan masa depan bagi anak-anaknya

sekaligus contoh iman yang baik. Maka terletak peranan suami-istri dalam membina

keturunan mereka menuju ke arah yang lebih baik. Tanggung jawab itulah peranan

suami-istri dalam membina keturunan mereka menuju ke arah hidup yang baik

merupakan tugas yang berat. Meskipun tugas panggilan suami-istri sangat mulia,

karena semua tanggung jawab yang meliputi kebutuhan rumah tangga dan segala

kewajiban seperti mendidik anak dan bekerja. Maka suami-istri mempunyai peran

ganda, yakni sekaligus menjadi suami dan istri dan menjadi orang tua yang baik.

Teladan orang tua menjadi cermin anak dan lingkungan menuju kesejahteraan hidup

yang sehat.

Dengan demikian bagi orang tua kristiani, tugas mendidik anak-anak mendapat

dasar dan kekuatan baru yang bersumber dari sakramentalitas perkawinan. Rahmat

Page 37: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

22

sakramen perkawinan menghiasi orang tua kristiani dengan martabat dan panggilan

khusus untuk mendidik anak-anak secara kristiani. Mereka dipercaya dengan

kebijaksanaan, kekuatan, nasehat dan anugerah Roh Kudus agar dapat membantu

anak-anak mereka bertumbuh secara manusiawi dan kristiani.

3. Sacramentum

Nilai tertinggi dari perkawinan adalah nilai sakramentalnya. Nilai-nilai

tertinggi perkawinan itu dihayati oleh orang beriman sebagai karya Allah sendiri yang

mencintai umatNya dan telah diangkat menjadi sakramen. Persatuan cinta kasih

suami-istri melambangkan cinta kasih Kristus pada GerejaNya. Sifat sakramentalis

perkawinan secara resmi diwujudkan sewaktu suami-istri mengikrarkan janji

perkawinan dan sifat ini perlu dikembangkan dalam kehidupan nyata dengan saling

mencintai dan saling menyerahkan diri secara terus menerus.

Perkawinan kristiani disebut sacramentum karena perkawinan dilihat sebagai

simbol kesatuan Trinitas: seperti hubungan Bapa-Putra-Roh Kudus, begitulah

hubungan suami-istri-anak. Artinya Putra berasal dari Bapa, Roh Kudus berasal dari

Bapa dan Putra, anak-anak berasal dari suami-istri (Purwa, 1988: 40).

Ciri tak terceraikannya perkawinan yang diberikan oleh Kristus sebagai tanda

yang menghasilkan rahmat. Sakramentalis perkawinan secara khusus memberikan arti

dan menjadikan persekutuan yang memberikan rahmat sebagai sumber hidup,

menyempurnakan serta meneguhkan cinta serta kesatuan suami-istri yang di dalami

sebagai kesucian oleh rahmat Allah sendiri.

Page 38: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

23

Sakramen perkawinan dan persetujuan nikah sangat erat hubungannya,

sehingga persetujuan itu mengandung makna yang bersifat sacral. Suami-istri saling

meneguhkan melalui janji perkawinan di hadapan Tuhan sendiri dan melalui

sakramen perkawinan suami-istri dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab hidup

berkeluarga dengan kesetiaan yang mereka bina. Suami-istri harus tetap ingat bahwa

perkawinan kristiani merupakan sakramen, maka perkawinan kristiani bersifat

monogam.

Dengan demikian melalui kekuatan sakramen perkawinan ini suami-istri

diharapkan mampu menghadirkan Allah dalam kehidupannya dan mampu

mewujudkan kesetiaan dalam cinta kasih sebagai kesatuan yang tak terpisahkan,

karena dengan kesetiaan dalam cinta kasih mereka dapat merasakan kehadiran Allah

dalam kehidupannya

Page 39: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

BAB III

GAMBARAN KELUARGA-KELUARGA KATOLIK

DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAULUS PAROKI KOTABARU

YOGYAKARTA DI DALAM MENGHAYATI DAN MEWUJUDKAN

SPIRITUALITAS PERKAWINAN

Spiritualitas merupakan segi hidup kita yang sangat pribadi, yakni

mengamalkan iman akan Yesus Kristus pada masa kini, di tempat ini, bersama

dengan orang ini dan masyarakat kita ini sebagaimana adanya. Berkat Roh Kudus

orang beriman diikutsertakan dalam kepenuhan hidup Allah Tritunggal (Ef. 3,19).

Artinya umat Allah dipanggil, diutus dan dikuatkan untuk ikut serta

mengembangkan, memanusiakan atau menguduskan dunia kita ini.

Allah meletakkan dasar perkawinan manusia dengan menciptakan laki-laki

dan perempuan. Perbedaan itu dimaksudkan untuk saling melengkapi dan

menyempurnakan kehidupan perkawinan mereka (Budyapranata, 1981:73).

Dalam perkawinan usaha untuk saling menyempurnakan mendapat

perwujudan dalam ikatan kesatuan cinta kasih yang berdasarkan persetujuan bebas

untuk menikah. Persetujuan ini artinya bebas untuk mengadakan perkawinan.

Meskipun manusia bebas untuk mengadakan perkawinan, tetapi tidak mempunyai

hak untuk menentukan sifat dan hakikat dari perkawinan. Hal ini dikarenakan

perkawinan adalah institusi ilahi, yang hakekat pokoknya telah ditetapkan oleh

kodrat itu sendiri (Kartosiswoyo, 1979:5).

Page 40: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

26

Melalui bab II, kita telah mengetahui dan memahami tentang spiritualitas

keluarga-keluarga Katolik. Spiritualitas keluarga akan tetap menjadi suatu teori

apabila tidak dihayati dan diwujudnyatakan dalam hidup setiap keluarga. Namun

demikian perlu disadari bahwa untuk mewujudkan spiritualitas keluarga, setiap

keluarga perlu secara terus menerus menghayati dan mewujudkan nilai-nilai

spiritualitas perkawinan mereka dengan penuh kesabaran dan penuh keuletan

dalam hidup konkret.

Pada Bab III ini penulis akan membahas gambaran keluarga-keluarga

Katolik bagaimana mereka menghayati spiritualitas perkawinan dan

mewujudkanya di lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki St.Antonius Kotabaru,

Yogyakarta. Bagian pertama penulis akan memaparkan secara singkat gambaran

umum lingkungan St.Yohanes Paulus. Bagian kedua akan memaparkan penelitian

sederhana keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki

St.Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Penulis membagi menjadi tiga sub bagian:

Yang pertama pengantar penelitian, bagian ke dua hasil penelitian dan bagian

ketiga pembahasan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan rangkuman.

Pengantar penelitian ini dibagi menjadi tujuh sub bagian yaitu: latar belakang

penelitian, rumusan masalah, jenis penelitian, teknik pengumpulan data,

responden penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian. Bagian ke

dua hasil penelitian dan bagian ketiga pembahasan data penelitian

Page 41: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

27

A. Gambaran Umum Lingkungan St.Yohanes Paulus

Lingkungan St.Yohanes Paulus adalah salah satu lingkungan bagian dari

Paroki St.Antonius Kotabaru Yogyakarta. Lingkungan St.Yohanes Paulus ini, jika

dilihat dari letak geografisnya sangat strategis. Karena letak lingkungan ini bisa

dilalui oleh kendaraan baik mobil, motor, becak dan hanya berjarak + 800m dari

pusat Paroki.

Untuk memperoleh data mengenai gambaran umum di lingkungan

St.Yohanes Paulus ini, penulis meminta ijin kepada ketua lingkungan untuk

melakukan penelitian dengan metode wawancara. Adapun penelitian tersebut akan

dilakukan kepada sepuluh responden. Maka penulis dianjurkan oleh ketua

lingkungan untuk meminta langsung kepada sekretaris lingkungan yang kebetulan

juga sebagai mudika senior di lingkungan St.Yohanes Paulus. Hal ini cukup

banyak membantu penulis, karena beliau mengetahui tentang gambaran umat di

lingkungan St.Yohanes Paulus sehingga dalam memperolah data penulis merasa

sangat terbantu dan tidak mengalami kesulitan.

Dalam menentukan kesepuluh responden, penulis mencoba untuk meminta

bantuan kepada sekretaris lingkungan. Adapun alasannya karena beliau cukup

mengetahui tentang usia perkawinan di bawah sepuluh tahun dan di atas sepuluh

tahun serta mengetahui keadaan keluarga yang masih utuh dan keluarga yang

sudah tidak utuh lagi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris lingkungan St.Yohanes

Paulus, penulis akhirnya dapat memperoleh data yang aktual mengenai letak

geografis, situasi sosial ekonomi dan budaya, jumlah umat dan situasi umat,

Page 42: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

28

kegiatan-kegiatan yang ada, serta karya-karya umat yang ada di lingkungan

St.Yohanes Paulus Paroki St.Antonius Kotabaru, Yogyakarta.

Umat Katolik yang tinggal di lingkungan St.Yohanes Paulus sebagian besar

berasal dari suku Jawa asli atau sering disebut sebagai masyarakat pribumi. Akan

tetapi di lingkungan ini juga terdapat beberapa warga pendatang yang berasal dari

berbagai macam daerah (Sumatra, Kalimantan, Papua, Flores dan Timor-Timor).

Dalam prosentasinya bisa dikatakan bahwa 60% adalah penduduk asli dan 40%

adalah warga pendatang. Meskipun dalam lingkungan ini terdapat beraneka suku

dan kebudayaan, namun dalam kehidupan sehari-hari keluarga-keluarga Katolik

tidak pernah mempersoalkan tentang latar belakang suku, ras dan budaya yang

berbeda.

Umat Katolik menilai perbedaan merupakan peluang bagi mereka untuk

membangun kehidupan bersama dengan semangat persaudaraan sejati. Keadaan

ini terbukti dengan adanya semangat solidaritas yang tinggi antara umat yang

hidup berdampingan dengan umat yang berbudaya lain.

Lingkungan St.Yohanes Paulus dibatasi oleh: sebelah Utara dengan rel

kereta api Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, sebelah Barat dengan Lingkungan

St.Yusuf Ledok Tukangan, sebelah Selatan dengan Jl. Mas Suharto, dan sebelah

Timur dengan Tukangan.

Latar belakang umat di lingkungan St.Yohanes Paulus adalah heterogen,

baik dalam tingkat pendidikan, suku, budaya dan mata pencarian. Keadaan yang

demikian berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi umat di lingkungan

St.Yohanes Paulus. Taraf kehidupan ekonomi umat di lingkungan St.Yohanes

Page 43: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

29

Paulus berada pada tingkat ekonomi kalangan menengah yang rata-ratanya

sebagai pekerja swasta dan menengah ke bawah, ini dapat diukur dari pendapatan

perharian mereka yang tidak tetap. Jika di lihat dari prosentasenya menengah

sekitar 50% dan menengah ke bawah 50%. Mata pencarian umat di lingkungan

St.Yohenes Paulus ini mayoritas ada yang bertoko, berjualan makanan, dan buruh

bagunan/toko, PNS tetapi ada juga yang wiraswasta.

Umat Lingkungan St.Yohanes Paulus berjumlah 60 KK dengan 200 jiwa

dan mayoritas umatnya adalah orang tua. Hal ini disebabkan setelah selesai kuliah

anak-anak muda pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Perkembangan

umatnya tidak tetap. Artinya umat yang dibaptis waktu bayi dan baptis dewasa

dalam tiap tahunnya tidak menentu, dan umat yang datang dan pergi adalah para

mahasiswa yang datang dari luar dari Yogyakarta untuk kuliah.

Lingkungan St.Yohanes Paulus merupakan salah satu lingkungan yang

cukup aktif di Paroki Kotabaru. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

rutin dilaksanakan, misalnya pada setiap malam Jumat kliwon ada ekaristi 30 hari

sekali, sarasehan dengan romo paroki, pendalaman iman pada masa Pra-Paskah

dan Adven, pendalaman Kitab Suci pada bulan September, rosario pada bulan Mei

dan ibu-ibu wanita Katolik mengadakan arisan setiap bulannya.

Page 44: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

30

B. Penelitian Sederhana Keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes Paulus

dalam Menghayati dan Mewujudkan Spiritualitas Perkawinan Katolik

1. Pengantar Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian,

rumusan masalah, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, responden

penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, hasil penelitian

serta pembahasan data penelitian di lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki

St.Antonius Kotabaru Yogyakarta.

a. Latar Belakang Penelitian

Sakramen perkawinan adalah tanda perjanjian antara Kristus dan

GerejaNya. Ia memberi rahmat kepada suami-istri, agar saling mencintai

dengan cinta, yang dengannya Kristus mencintai Gereja. Ini berarti rahmat

sakramen menyempurnakan cinta manusiawi suami-istri, meneguhkan

kesatuan yang tak terhapuskan dan menguduskan mereka di jalan menuju

hidup abadi.

Melalui cinta perkawinan, rahmat Allah diberikan kepada suami-

istri dan anak-anak mereka. Sifat sakramental perkawinan tidak terbatas

pada upacara saja, melainkan menyangkut hidup berkeluarga seluruhnya.

Karena kesatuan suami-istri dengan Kristus, seluruh hidup mereka yang

adalah satu menjadi perwujudan rahmat. Tanda rahmat ini ialah janji

perkawinan, yang mengikat mereka untuk sehidup semati.

Page 45: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

31

Perkawinan juga “sakramen iman”, di dalamnya dinyatakan iman

akan Kristus sebagai dasar dan kekuatan ikatan perkawinan. Perkawinan

dan hidup keluarga sendiri bagi umat beriman menjadi sarana

mengungkapkan imannya dan dengan demikian juga menghayatinya.

Keistimewaan sakramen perkawinan tidak terletak dalam bentuk

upacaranya, tetapi dalam pengungkapan iman itu.

Keluarga Katolik adalah tempat anak-anak menerima pewartaan

pertama mengenai iman. Karena itu tepat sekali ia dinamakan “Gereja

rumah tangga” satu persekutuan rahmat dan doa, satu sekolah untuk

membina kebijakan-kebijakan manusia dan cinta kasih kristiani.

Hal ini pula sekaligus menjadi tantangan bagi keluarga-keluarga di

lingkungan St.Yohanes Paulus. Berdasarkan keprihatinan dan hasil

wawancara dengan sekretaris lingkungan St.Yohanes Paulus,

berkurangnya semangat keluarga-keluarga Katolik dalam menghadirkan

dan mewujudkan gambaran hidup keluarga sebagai Gereja rumah tangga.

Hal ini disebab karena kesibukan para orang tua bekerja di luar rumah

untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Bahkan ada beberapa keluarga yang tergolong cukup berpengalaman

dalam mengarungi hidup berkeluarga belum mengetahui dan memahami

sepenuhnya peranan dan tugas serta sumber kekuatan panggilan hidup

perkawinan.

Yesus sendiri melalui hidupNya mengungkapkan betapa Allah

selalu hadir dalam hidup diri keluarga-keluarga Katolik tanpa batas,

Page 46: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

32

malalui apa yang mereka harapkan. Kehadiran Allah inipun kurang

mereka sadari. Dalam kehidupan sehari-harinya para orang tuapun kurang

memperhatikan perkembangan iman dan kebutuhan rohani bagi anak-

anaknya, karena terlalu sibuk berkerja di luar rumah mencari nafkah demi

mencukupi kebutuhan segala materi bagi keluarga.

Kehadiran Allah dalam keluarga merupakan aspek yang hendak

dituju melalui spiritualitas keluarga. Namun perlu diingat bahwa

menyadari dan mewujudkan kehadiran Allah dalam keluarga bukanlah

suatu hal yang mudah. Dari diri mereka dituntut sikap percaya,

pengampunan, keberanian, ketekunan, kesabaran untuk mewujudkan

sakramen perkawinan di tengah kompleksitas kehidupan mereka.

Maka dari itu, Kristus Tuhan melimpahkan berkat-Nya atas cinta

kasih yang beraneka ragam yang berasal dari sumber cinta kasih Ilahi, dan

terbentuk menurut pola persatuan-Nya dengan Gereja. Sebab Allah

menghampiri bangsa-Nya dengan perjanjian kasih dan kesetiaan, begitu

pula sekarang Penyelamat umat manusia dan mempelai Gereja, melalui

sakramen perkawinan menghampiri suami-istri Katolik. Oleh Karena itu

suami-istri dikuatkan dan dikuduskan untuk tugas dan kewajiban maupun

martabat status hidup mereka dengan sakramen yang khas.

Dengan kekuatanNyalah mereka menunaikan tugas mereka sebagai

suami-istri dalam keluarga. Mereka dijiwai semangat Kristus, yang

meresapi seluruh hidup mereka dengan iman, harapan, dan cinta kasih.

Page 47: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

33

Mereka makin mendekati kesempurnaan mereka dan makin saling

menguduskan, dan bersama-sama makin memuliakan.

Jadi keberadaan keluarga sebagai anggota gereja, masyarakat dan

negara ikut mempergaruhi seluruh kehidupan. Semua keluarga harus

mengambil peran terhadap keluarganya dan berusaha mengembangkan

hidup beriman, agar gambaran Gereja sungguh-sungguh hadir dalam

keluarga.

Dengan demikian kesadaran akan tugas perutusan yang diterima

dalam sakramen perkawinan akan membantu orang tua kristiani dalam

mendidik iman bagi anak-anak dengan penuh kesungguhan dan tanggung

jawab dihadapan Allah yang memanggil dan memberi mereka perutusan

untuk membantu Gereja dalam diri anak-anak mereka.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah-masalah yang

akan di bahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah keluarga-keluarga Katolik di Lingkungan St.Yohanes Paulus

sudah cukup memahami spiritualitas perkawinan?

2) Apa saja permasalahan yang mereka hadapi dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinannya?

3) Apa saja usaha yang telah mereka lakukan untuk menghayati

spiritualitas perkawinan?

Page 48: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

34

c. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif

naturalistik. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.

Sedangkan naturalistik adalah penelitian yang mengungkapkan subyek

sejauh mungkin apa adanya. Jadi penelitian kualitatif naturalistik

menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian dilakukan dalam situasi

lapangan yang bersifat natural atau wajar (Moleong,1988:6).

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode wawancara. Metode wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Artinya percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong,1988:186). Dengan menggunakan metode wawancara ini,

penulis ingin mengetahui bagaimana keluarga-keluarga Katolik

memahami spiritualitas perkawinan mereka secara lebih jelas. Wawancara

dilakukan di rumah masing-masing keluarga, hal ini dimaksudkan agar

setiap keluarga dapat dengan leluasa mensharingkan pengalaman keluarga

dengan bebas, tanpa curiga dan takut.

Page 49: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

35

e. Responden Penelitian

Responden dari kata asal “respon” atau tanggap, yaitu orang yang

menanggapi. Dalam penelitian ini, responden yang diminta untuk

memberikan keterangan tentang fakta yang berkaitan dengan penghayatan

spiritualitas perkawinan Katolik adalah keluarga-keluarga Katolik di

lingkungan St.Yohanes Paulus, yang berjumlah 10 (sepuluh) keluarga.

Responden ini dipilih berdasarkan keadaan keluarga, artinya

keluarga yang masih utuh dan keluarga yang sudah tidak utuh lagi.

Keluarga yang masih utuh maksudnya adalah keluarga yang terdiri dari

bapak, ibu dan anak dan keluarga yang sudah tidak utuh lagi maksudnya

ialah keluarga yang istri atau suaminya sudah meninggal dunia.

f. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian diadakan di Lingkungan St.Yohanes Paulus Kotabaru

Yogyakarta dan waktu dilaksanakan pada bulan September 2006.

g. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala-gejala yang menunjukan variasi,

baik dalam jenisnya maupun tingkatnya (Hadiwardoyo,1986:224).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: identitas

responden, pemahaman keluarga Katolik tentang spiritualitas perkawinan,

permasalahan-permasalahan yang dihadapi keluarga dalam menghayati

dan mewujudkan spiritualitas perkawinan dan usaha-usaha yang telah

Page 50: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

36

dilakukan keluarga dalam menghayati dan mewujudkan spiritualitas

perkawinan mereka.

Variabel penelitian secara jelas diuraikan dalam empat bagian pokok

masing-masing dalam pokok variabel penelitian dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

No Variabel Item Jumlah

1 Identitas responden 1,2,3,4,5 5

2 Penelitian terhadap paham spiritualitas dan

perwujudannya

6,7,8 3

3 Permasalahan yang dihadapi keluarga

Katolik dalam menghayati dan mewujudkan

spiritualitas perkawinan

9,10,11 3

4 Usaha yang telah dilakukan keluarga Katolik

dalam menghayati dan mewujudkan

spiritualitas perkawinan mereka.

12,13,14,15 4

Total 15 15

2. Laporan Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode

pengumpulan data yaitu wawancara, maka pada bagian ini penulis akan

melaporkan hasil penelitiannya tersebut.

Page 51: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

37

Responden ditentukan oleh sekretaris lingkungan. Adapun alasannya

karena sekretaris lingkungan mengetahui mana keluarga muda (keluarga di

bawah sepuluh tahun) dan mana keluarga sudah tua (di atas sepuluh tahun).

Penelitian dengan metode wawancara ini berlangsung selama kurang

lebih satu minggu dan wawancara dilakukan di rumah masing-masing

responden agar responden lebih leluasa dan terbuka dalam menjawab setiap

pertanyaan. Dalam melakukan wawancara penulis telah mempersiapkan daftar

pertanyaan yang berfungsi sebagai acuan (lihat lampiran 1).

Selama proses wawancara berlangsung penulis menemui responden

yang terdiri dari dua pasang suami-istri, empat orang bapak dan empat orang

ibu (lihat lampiran 2).

Lamanya proses wawancara tiap responden berbeda-beda ada yang

sampai satu setengah jam karena selain para responden menjawab pertanyaan

juga bercerita panjang lebar tentang situasi kehidupan keluarganya dan ada

juga responden hanya menjawab apa adanya dari tiap pertanyaan yang penulis

ajukan dan hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima belas menit serta ada

responden yang menangis ketika menjawab salah satu pertanyaan karena

teringat akan masa lalunya.

Waktu pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan waktu para

responden, karena ada para responden yang bekerja sampai sore. Dan

wawancara dilakukan pada jam empat atau jam lima bahkan ada yang jam

enam sore. Maka dari itu penulis tidak membuat janjian terlebih dahulu

kepada responden mengingat waktu pulang mereka tidak menentu.

Page 52: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

38

Dalam pelaksanaan wawancara penulis mengajak salah satu teman.

Alasannya untuk menghindari kecurigaan responden terhadap penulis ketika

sedang melakukan wawancara dan untuk memudahkan responden dalam

mensheringkan pengalaman mereka.

Ketika melakukan wawancara banyak pengalaman yang penulis alami.

Pengalamannya antara lain yaitu penulis merasa sangat diterima dan dihargai

oleh para responden, ada beberapa responden yang tanpa merasa malu untuk

menceritakan pengalaman hidupnya selama membina hidup berumah tangga

bersama pasangannya, ada responden yang usia perkawinannya sudah cukup

tua memberikan nasehat pada penulis dan pengalaman penulis pernah ditolak

oleh salah satu responden. Alasannya karena responden mau mengikuti arisan

WK. Pengalaman yang sangat melelahkan penulis yaitu harus bolak-balik ke

rumah responden berulang kali karena terlalu sibuk dan harus manjat tembok

setiap harinya serta penulis banyak belajar dari kehidupan para responden

dalam membina hidup berumah tangga.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Identitas responden

No Usia perkawinan Jumlah anak Pekerjaan Keterangan

1 7 tahun 2 orang Wiraswasta Pasutri

2 8 tahun 2 orang PNS Bapak

3 18 tahun 2 orang PNS Bapak

4 21 tahun 2 orang PNS Bapak

5 23 tahun 2 orang PNS Ibu

Page 53: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

39

6 30 tahun 2 orang Swasta Bapak

7 42 tahun 5 orang Pensiunan P dan K Pasutri

8 42 tahun 3 orang Wiraswasta Ibu

9 46 tahun 2 orang Pensiunan ABRI Bapak

10 47 tahun 5 orang Wiraswasta Bapak

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis usai perkawinan

paling muda berusia tujuh tahun paling lama berusia empat puluh tujuh

tahun. Jika dilihat dari usia perkawinannya di atas sepuluh tahun para

responden telah berhasil melewati masa-masa kritis di dalam mengarungi

bahtera rumah tangga bersama pasangannya, bahkan ada responden yang

perkawinannya pada saat itu baru berusia lima tahun telah ditinggal oleh

suami tapi sampai saat ini cintanya pada suami belum berubah.

Dari sepuluh responden yang berhasil diwawancarai jumlah anak

tiap responden berbeda-beda dari dua orang sampai dengan lima orang

(lihat lampiran 2). Dengan jumlah anak dua orang mereka tidak terlalu

mengalami kesulitan dalam mendampingi, mengawasi dan mendidik anak-

anak bila dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anak lima

orang.

Dari sepuluh responden yang diwawancarai diantaranya termasuk

orang-orang yang terpelajar artinya para responden ini memiliki

pengetahuan dan wawasan yang cukup luas sehingga dalam membina

hidup berumah tangga selalu diselesaikan secara baik-baik dan membina

hidup berumah tangga selalu sesuai dengan ajaran Katolik. Bahkan ada

Page 54: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

40

responden yang dulunya bekerja di pemerintahan karena peralihan dari

orde lama ke orde yang baru responden ini dipecat dengan alasan dituduh

sebagai anggota PKI.

b. Paham keluarga Katolik tentang spiritualitas perkawinan

Setiap responden mengatakan bahwa tiap keluarga Katolik

mempunyai tujuan dan cita-cita yakni membangun keluarga yang penuh

dengan keharmonisan dan kebahagiaan. Untuk mencapai tujuan dan cita-

cita tersebut tiap-tiap keluarga membutuhkan perjuangan, pergulatan dan

usaha tanpa henti dalam membangun suasana penuh keharmonisan dan

kebahagiaan baik terhadap pasangannya maupun terhadap anak-anaknya.

Dalam perkawinan cinta kasih suami-istri diwujudkan dalam

kesetiaan baik dalam suka dan duka, untung dan malang, bersikap lemah-

lembut, penuh kesabaran dan penuh pengampunan bila pasangan

melakukan suatu kesalahan tanpa menyimpannya.

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan penulis kepada responden

tentang arti sakramen perkawinan tidak semuanya menjawab sesuai yang

diharapkan. Misalnya, arti sakramen perkawinan yaitu sakramen yang

diterima saat upacara perkawinan berlangsung. Dari seluruh responden

yang penulis wawancarai hanya tujuh keluarga yang bisa menjawab

dengan memuaskan mengenai arti sakramen perkawinan. Menurut mereka

sakramen perkawinan adalah tanda dan sarana yang diberikan Allah

kepada manusia melalui keluarga lewat suami-istri dengan demikian

Page 55: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

41

suami-istri diharapkan selalu mencintai dan selalu setia dalam membina

mahligai hidup rumah tangga.

c. Permasalahan yang dihadapi keluarga Katolik dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinan

Bagi kesepuluh responden yang berhasil penulis wawancarai

semua mengatakan bahwa perjalanan dalam membangun hidup berumah

tangga penuh dengan lika-liku. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari

sebagai keluarga tak jarang pertengkaran dan perselisihan bahkan

kejenuhan dan keputuasaan kerap kali terjadi. Hal ini disebabkan bukan

masalah besar tapi hanya masalah kecil yang menjadi rutinitas di dalam

rumah tangga yang sering kali memicu terjadinya konflik. Tapi hal ini bisa

mereka selesaikan dengan kepala dingin sehingga rumah tangga yang telah

lama mereka bina bisa bertahan lama.

Salah satu tujuan dalam perkawinan Katolik adalah membesarkan

dan mendidik anak menjadi orang kristiani. Untuk itu orang tua

mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anak baik masalah pendidikan

iman, pendidikan formal dan kebutuhannya sehari-hari. Intinya adalah

bagaimana orang tua bisa menjadi teladan dan panutan bagi anak-anaknya.

Dalam mendidik anak-anaknya tiap responden mempunyai cara

yang berbeda-beda. Ada yang memberikan kebebasan pada anak-anaknya

ketika menginjak usia remaja dan ada pula responden lain yang bersikap

otoriter.

Page 56: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

42

Dalam mendidik anak-anaknya usaha yang dilakukan oleh para

orang tua adalah dengan tidak pernah bosan-bosannya untuk

mengingatkan, mendampinggi, mengarahkan dan membimbing anak-

anaknya untuk rajin berdoa, pergi ke Gereja, mengikuti PIA, dan aktif

terlibat di mudika dengan harapan anak-anaknya mengisi waktu mereka

dengan kegiatan-kegiatan positif.

d. Usaha yang telah di lakukan keluarga Katolik dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinan mereka

Untuk mewujudkan janji perkawinan tentu saja tidak selalu mulus

jalannya, tantangan dan rintangan pasti selalu ada dalam kehidupan

keluarga. Ungkapan-ungkapan yang muncul misalnya adanya kesalah-

pahaman yang menyebabkan suami-istri saling diam, kebutuhan

pendidikan anak dan masalah kebutuhan ekonomi serta masalah-masalah

sepele yang menyebabkan mereka merasakan bahwa itu adalah tantangan

yang harus dilalui bersama-sama dalam membina hidup berumah tangga.

Kalau sudah terjadi hal-hal seperti tersebut di atas, maka usaha yang harus

mereka lakukan adalah mereka harus berani mengambil sikap terbuka dan

jujur pada pasangannya dan berusaha untuk saling mengungkapkan apa

yang menjadi masalah, kemudian bersama-sama mencari jalan mana yang

terbaik untuk mengambil suatu keputusan. Dengan adanya pengertian dan

komunikasi bersama, maka diharapkan mereka dapat menemukan kembali

apa yang diharapkan bersama pasangannya.

Page 57: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

43

Hasil wawancara penulis dengan sepuluh responden mereka

mengatakan sebagai orang tua sangat penting menanamkan kebiasaan

mengikuti perayaan ekaristi sejak mereka kecil dan aktif mengikuti

kegiatan-kegiatan yang ada didalam Gereja. Tujuannya tidak lain adalah

agar iman mereka tumbuh dan berkembang akan Kristus sehingga kelak

mereka mampu menghadapi segala cobaan hidup.

Doa adalah sarana komunikasi antara manusia dengan Allah untuk

itu mengajarkan cara berdoa kepada anak-anak sangatlah penting. Oleh

karena itu anak-anak tidak hanya diajarkan cara berdoa saja tetapi

bagaimana orang tuanya juga ikut ambil bagian dalam doa bersama

tersebut. Adapun makna doa bersama yaitu mempererat hubungan antara

anggota keluarga dan menjadi kekuatan bagi keluarga ketika dalam

menghadapi cobaan hidup.

Rangkuman

Setelah penulis melakukan penelitian sederhana dan mengolah hasilnya maka

penulis dapat menarik kesimpulan.

Keluarga dilingkungan St.Yohanes Paulus belum seluruhnya memahami arti

dari sakramen perkawinan Katolik. Responden yang mengerti tentang arti

sakramen perkawinan Katolik karena jabatan mereka sebagai pengurus

lingkungan dan para responden yang memiliki pengetahuan yang cukup luas.

Lebih dari 50% responden kurang paham mengenai arti sakramen perkawinan

Page 58: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

44

Katolik. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan mereka tentang perkawinan

khususnya perkawinan Katolik.

Dari kesepuluh responden seluruhnya menjawab dengan memadai dan sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh penulis tentang inti perkawinan Katolik. Inti

dari perkawinan Katolik adalah bersifat monogam dan tak-terceraikan. Artinya

perkawinan Katolik dilaksanakan satu kali untuk seumur hidup dan tidak boleh

diceraikan oleh manusia kecuali oleh kematian.

Dari hasil wawancara dengan sepuluh responden, 50% lebih mengatakan

mereka mempunyai permasalahan. Permasalahan itu adalah kesulitan dalam

bidang ekonomi. Hal ini di karenakan yang mncari nafkah hanya satu orang yaitu

bapak kepala keluarga, sedangkan yang harus dinafkahi lebih dari tiga orang.

Faktor lainnya yaitu belum adanya pekerjaan tetap atau penghasilan tetap suami

maupun istrinya.

Dalam membina hidup berumah tangga, bukan saja mengalami permasalahan

dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam hal menyatukan dua orang pribadi yang

berbeda. Perbedaan itu antara lain: perbedaan karakter, perbedaan prinsip,

perbedaan pendidikkan, perbedaan sosial dan budaya, perbedaan latar belakang

keluarga yang sudah tertaman dari sejak kecil. Perbedaan-perbedaan ini kerap kali

menimbulkan perselisihan dan pertengkaran, tetapi tidak sampai pada percaraian.

Ada pertengkaran ada juga penyelesaian. Kesepuluh responden mengatakan

bahwa dalam menyelesaikan tiap permasalahan atau pertengkaran selalu

menomorsatukan komunikasi. Karena dengan komunikasi yang lancar dan baik

diantara mereka dapat menyelesaikan tiap permasalahan dengan baik.

Page 59: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

45

Komunikasi yang terjalin dengan baik dan lancar antara suami maupun

istrinya, secara tidak langsung menghindari adanya pertengkaran atau perselisihan

diantara keduanya. Dan hal ini juga untuk menghindari krisis cinta serta

perceraian diantara keduanya. Karena dengan komunikasi yang terjalin dnegan

baik dan lancar diantara keduanya dapat menyelesaikan tiap permasalahan secara

dewasa dan matang.

Kesepuluh responden mengatakan sebagai bentuk perwujudan iman mereka,

mereka aktif terlibat dalam berbagai kegiatan Gerejani dan kemasyarakatan.

Kegiatan gerejani antara lain mengikuti pendalaman iman, pendalaman Kitab

Suci, mengikuti Rosario, mengikuti sarasehan dengan dewan paroki dan aktif

diwanita Katolik. Sedangkan kegiatan yang diadakan oleh masyarakat antara lain

yaitu bakti sosial dan kegiatan hari-hari besar.

Demikianlah laporan hasil dan pembahasan penelitian yang dilaksanakan

oleh penulis di lingkungan St.Yohanes Paulus. Maka pada bab berikutnya akan

disampaikan mengenai katekese untuk meningkatkan iman keluarga-keluarga

Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus sesuia dengan hasil bab III. Dengan

penyelenggaraan katekese diharapkan keluarga Katolik sungguh-sungguh menjadi

tempat tumbuhnya cinta kasih antara aggota keluarga, sehingga spiritualitas

perkawinan bukan hanya sebagai suatu teori belaka tetapi bisa diwujudnyatakan

dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas.

Page 60: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

BAB IV

KATEKESE KELUARGA SEBAGAI JALAN UNTUK

MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS

PERKAWINAN KATOLIK MELALUI METODE SHARED

CHRISTIAN PRAXIS

Pola kehidupan keluarga sedang berubah, modernisasi mempergaruhi

keluarga juga. Anak-anak mendapat pendidikan yang lain dari pada orang tuanya.

Modernisasi kehidupan keluarga tidak selalu membawa kebaikan. Bisa terjadi

bahwa orang tua terbuka dan membicarakan masalah secara bersama-sama. Tetapi

bisa juga terjadi bahwa anak-anak mencari jalannya sendiri, dengan anggapan

bahwa orang tua tidak mengerti masalah anak-anaknya sehingga dalam berbagai

pandangan hidup orang tua dan anak-anak hidup terpisah.

Dalam masa perubahan yang kita alami, orang tua sering bingung dan

ragu-ragu tentang bentuk pendidikan iman yang paling tepat. Usaha orang tua

hanyalah memasukkan anak-anaknya ke sekolah Katolik. Walaupun pendidikan

iman dilaksanakan oleh sekolah, orang tua tetap mempunyai tugas utama dan

mulia untuk membimbing anak-anaknya lewat kehidupan dan pergaulan sehari-

hari, sebab iman mulai dibangun dalam keluarga. Maka peranan keluarga sangat

penting. Keluarga sebagai tempat orang mulai menghayati iman, tempat orang

berkomunikasi dengan imannya. Tetapi menghadapi kesulitan orang tua tidak

berani berbicara tentang iman. Ini disebabkan karena orang tua kurang ada

Page 61: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

47

kesempatan memperdalam hidup imannya, sehingga anaknya lebih berkembang

kehidupan imannya dari pada orang tuanya.

Katekese keluarga adalah sarana untuk membantu keluarga kristiani dalam

menghayati imannya. Katekese keluarga menekankan aspek komunikasi iman

dan tukar pengalaman antara keluarga atau orang tua. Pembahasan tentang

katekese keluarga sebagai sarana untuk membantu keluarga kristiani dalam

menghayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinan mereka.

Di dalam bab III kita telah mengetahui bagaimana keluarga-keluarga

Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus menghayati dan mewujudkan

spiritualitas perkawinan. Spiritualitas keluarga akan tetap menjadi suatu teori

apabila tidak dihayati dan diwujudkan dalam hidup setiap keluarga. Untuk

meningkatkan keprihatinan itu, maka penulis akan mambahas dalam bab IV ini.

Pada bab IV ini penulis akan membahas tentang katekese keluarga sebagai

sarana untuk membantu keluarga kristiani dalam meningkatkan penghayatan dan

perwujudan spiritualitas perkawinan Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus.

Bab IV ini akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama akan membahas

pengertian dan tujuan katekese keluarga yang akan dilanjutkan dengan isi

katekese. Bagian kedua menguraikan kekhasan katekese keluarga. Bagian ketiga

akan membahas metode katekese. Sedangkan bagian empat mengemukakan

model Shared Christian Praxis. Bagian ini akan dibagi menjadi tiga sub bagian

yaitu Shared, Christian dan Praxis. Bagian kelima membahas tentang usulan tema

katekese keluarga dan contoh persiapan katekese. Pada bagian usulan tema akan

Page 62: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

48

dibagi menjadi dua sub bagian yaitu alasan pemilihan tema, penjabaran tema

utama dan gambaran pelaksanaan katekese.

A. Pengertian Katekese Keluarga

1. Pengertian Katekese Keluarga

Katekese keluarga merupakan salah satu pelayanan pendewasaan iman

dalam keluarga. Ketekese keluarga yang dimaksud oleh penulis adalah

katekese orang tua. Katekese ini merupakan pertemuan orang tua untuk

memperdalam penghayatan iman mereka dengan berdialog, sehingga orang

tua lebih menghayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinannya sebagai

keluarga kristiani. Oleh sebab itu katekese keluarga ingin menolong orang tua

untuk sadar dan yakin akan tugasnya yakni membina iman anak-anak mereka.

Sudah sejak bertahun-tahun tugas dan tanggungjawab pembinaan iman anak-

anak diambil alih oleh sekolah dan paroki. Akibatnya orang tua tidak berani

memikul tanggung jawab, sebab mereka ragu-ragu apakah mereka mampu.

Mereka kurang yakin bahwa membina iman anak-anak merupakan tugas

mereka yang utama.

Katekese keluarga adalah suatu kegiatan pengembangan dan

pendalaman iman agar bapak-ibu mampu menunaikan tugas utama menjadi

pendidik iman anak dalam keluarga. Lebih luas lagi mereka sebagai jemaat

Gereja, melalui katekese keluarga imannya semakin diteguhkan, diperdalam

Page 63: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

49

dan didewasakan, sehingga menjadi bapak- ibu yang mampu mendidik anak-

anak mereka sesuai dengan iman Kristiani.

2. Tujuan Katekese Keluarga

Sesuai dengan pengertian katekese keluarga, katekese mempunyai

tujuan untuk membangkitkan kesadaran dan pandangan lebih terang tentang

tugas orang tua dengan memandang mereka sebagai pertner percakapan yang

sungguh-sungguh, serta membangkitkan kesadaran bahwa betapa pentingnya

spiritualitas perkawinan dalam keluarga.

Tekanan katekese ini diletakkan pada usaha bersama-sama untuk

memperdalam dan menghayati iman mereka sendiri serta memperoleh

pandangan lebih jelas tentang tugas dan tanggung jawab mereka selaku

pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak yang telah dipercayakan

kepada mereka. Tidak hanya tentang tugas dan tanggungjawab, tetapi juga

tentang kesadaran iman dalam hidup mereka sebagian orang beriman.

3. Isi Katekese

Dalam ketekese keluarga, materi yang diolah adalah hal-hal yang

memiliki relevansi dengan situasi konkret peserta dan semua keprihatinan-

keprihatinan mereka. Di samping itu ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja

dapat dijadikan sebagai materi yang semakin memperkaya pemahaman dan

penghayatan akan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang tua

Kristiani (Albertine, 1983:24). Materi pokoknya berupa pengalaman konkrit

Page 64: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

50

mereka, yang kemudian diolah bersama-sama dan dikonfrontasikan dengan

ajaran Kitab Suci atau jaran Gereja.

Katekese merupakan salah satu komunikasi iman, melalui kegiatan

katekese tersebut keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus

dapat memperkembangkan imannya. Yang dikomunikasikan adalah

pengalaman hidup keluarga (PKKI II, 1980). Pengalaman itu akan memiliki

arti atau makna bila ditafsirkan oleh terang sabda Allah dan tradisi Gereja:

Katekese selalu akan menggali isinya dari sumber hidup, yakni Sabda Allah, yang disalurkan dalam tradisi Kitab Suci. Sebab tradisi Kitab Suci merupakan satu khazanah Kudus Sabda Allah, yang dipercayakan kepada Gereja (CT,a.27). Pengalaman hidup merupakan sumber katekese yang penting. Setiap

keluarga dalam membina hidup berumah tangga pasti mengalami masa-masa

sulit dan menyenangkan. Hal ini pula yang dialami oleh keluarga-keluarga

Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus. Melalui katekese keluarga inilah

pengalaman masa-masa sulit dan menyenangkan disharingkan. Dengan

katekese ini, diharapkan keluarga-keluarga Katolik dapat menggali dan

mensharingkan pengalamannya dan dihubungkan dengan harta kekayaan iman

jemaat yaitu Sabda Allah. Sabda Allah adalah harta kekayaan Gereja, yang tak

pernah kering dan memberikan inspirasi kepada setiap keluarga-keluarga

Katolik bahwa dalam membina hidup berumah tangga Allah senantiasa hadir

menyertai dan membimbing mereka.

Isi dari Sabda Allah adalah Yesus Kristus sendiri. Oleh karena itu

katekese bersifat kristosentris (CT,a.5). Bukan hanya Kristus saja yang

menjadi pusat katekese melainkan sabda-sabdaNya dan perumpamaan-

Page 65: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

51

perumpamaan yang dibuatNya serta seluruh pengalaman hidupNya.

Demikianlah katekese dengan cirinya yang khas membantu dan menolong

keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus untuk

memperkembangkan imannya ke arah kematangan iman.

Dengan demikian isi dari katekese adalah segala macam bahan yang

disampaikan dalam kegiatan ketekese. Bahan-bahan itu meliputi pengalaman

manusia, seluruh sejarah keselamatan baik Perjanjian Lama maupun dalam

Perjanjian Baru yang tokoh sentralnya adalah Yesus Kristus dengan warta

keselamatanNya yang mengembirakan. Selain itu ditambahkan lagi dengan

ajaran-ajaran pokok Gereja dan Sakramen-sakramen. Pelaksanaan katekese

harus membantu orang tua memahami semua isi katekese ini agar mereka

lebih tekun memahami dan menghayati secara penuh imannya dan bertingkah

laku sebagai orang Kristen yang sejati.

B. Kekhasan Katekese Keluarga

Katekese keluarga bukan bermaksud agar orang tua menjadi pengajar

agama di rumah. Sebab jika demikian orang tua merasa diri tidak mampu. Mereka

berpandangan, guru di sekolah lebih mampu. Mereka merasa, guru di sekolah

lebih pandai, karena telah dipersiapkan untuk tugas itu. Maka menurut orang tua

pendidikan iman anaknya adalah tugas guru. Maka dari itu, tujuan utama

katekese keluarga adalah meyakinkan orang tua bahwa mereka merupakan

pengajar hidup yaitu pengajar mengenai hidup dan iman di dalam keluarga

masing-masing.

Page 66: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

52

Katekese keluarga tidak berarti membubarkan atau menggantikan katekese

pada tempat dan situasi lain (sekolah, paroki dan katekese dewasa). Katekese

keluarga mau memperlihatkan bahwa komunikasi iman dalam keluarga

merupakan dasar katekese. Pengaruh komunikasi iman dalam keluarga sangat

penting karena membantu keluarga dalam menghayati imannya. Ini berarti

komunikasi iman dalam keluarga tidak cukup, harus dilengkapi oleh katekese

sekolah dan paroki. Dengan kata lain untuk pendidikan iman anak, dibutuhkan

kerja sama yang baik antara orang tua, sekolah dan paroki.

C. Metode Katekese

Gereja dalam melaksanakan pembinaan iman tidak mempunyai suatu

metode khusus ataupun metode tunggal. Hal ini tertulis dalam anjuran apostolik

Yohanes Paulus II, yaitu:

Umur dan perkembangan nalar orang Kristen, taraf kematangan rohaninya sebagai anggota Gereja, dan banyak kondisi pribadi lainnya meminta, agar katekese mengenakan metode-metode yang bermacam-macam ragam untuk mencapai tujuannya yang khas, yakni pembinaan iman (CT,a.51).

Dalam pelaksanaan pembinaan iman Gereja tidak membatasi suatu metode

tertentu. Hal ini karena situasi dan keadaan setiap orang berbeda dalam menerima

dan memahami sabda Allah. Maka dalam pelaksanaan katekese pengunaan

metode perlu disesuaikan dengan keadaan keluarga di lingkungan St.Yohanes

Paulus yang mayoritas orang Jawa.

Dalam katekese perlu diusahakan tercapainya integritas antara iman dan

kehidupan manusia. Katekese sebagai pelayanan sabda Allah mencoba

Page 67: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

53

menafsirkan dan mengungkapkan hubungan antara pesan Injil dengan kebudayaan

setempat (CT,a.53) yaitu kebudayaan Jawa. Selain menyesuaikan dengan

kebudayaan setempat katekese perlu menggunakan bahasa yang tepat (CT,a.59).

Dengan menggunakan bahsa yang tepat, katekese mudah ditangkap dan dipahami

oleh mereka sehingga pesan Injil sungguh-sungguh sampai pada mereka.

Komunikasi iman dalam katekese merupakan peristiwa rahmat, terwujud

dalam perjumpaan sabda Allah dengan pengalaman manusia. Komunikasi ini

terungkap dalam tanda-tanda yang dapat dilihat dan sungguh-sungguh terbuka

terhadap misteri. Komunikasi iman ini dapat terjadi dengan cara yang berbeda-

beda, yang tidak kita ketahui seluruhnya. Oleh sebab itu saat ini ada katekese yang

menggunakan metode campuran, yaitu metode induktif dan deduktif (Pedoman

Umum Berkatekese, a.72). Metode induktif merupakan metode yang menunjukan

falta-fakta (peristiwa-peristiwa biblis, tindakan-tindakan liturgis, pengalaman

hidup Gereja dimasa lalu), agar dapat membedakan arti dari setiap pengalaman

sehari-hari yang ada dalam wahyu Ilahi. Sedangkan metode deduktif menunjukan

nilainya secara penuh jika proses induktif telah terjadi.

D. Model Shared Christian Praxis

Dalam menguraikan model katekese ini penulis akan memaparkan

pengertian dan langkah-langkah Shared Christian Praxis.

Shared Christian Praxis (SCP) adalah suatu model pendekatan

berkatekese yang menekankan keterlibatan peserta. Model ini menekankan proses

katekese dalam mengkomunikasikan pengalaman hidup mereka sebagai suatu

Page 68: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

54

pengalaman iman secara pribadi atau bersama, sehingga keluarga-keluarga

Katolik mampu mengambil keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai

Kerajaan Allah dalam hidup manusia.

Model ini berawal dari refleksi kritis pengalaman hidup peserta yang

dikonfrontasikan dengan pengalam hidup iman dan visi kristiani, supaya muncul

kesadaran dan keterlibatan baru. Dalam model ini dialog tidak hanya terjadi antara

peserta dengan pendamping saja, tetapi juga antar peserta (Heryatno, 1997: 1).

Penulis memakai Shared Christian Praxis (SCP) ini sebagai suatu bentuk

pendekatan yang dianggap sesuai dalam usaha untuk meningkatkan penghayatan

spiritualitas perkawinan bagi keluarga-keluarga Katolik. Sebab model ini berawal

dari pengalaman hidup tentang penghayatan spiritualitas perkawinan Katolik yang

akan direfleksikan dan dikonfrontasikan dengan menumbuhkan harta kekayaan

iman dan visi hidup kristiani sehingga memberi pemahaman baru, sikap dan

kesadaran baru, yang memberi motivasi pada keterlibatan dalam mewujudkan

spiritualitas perkawinan. Dengan memakai model ini, keluarga-keluarga Katolik

dapat mengkomunikasikan visi hidup keluarganya.

1 Shared

Istilah ini dipakai untuk mengerti akan adanya komunikasi yang timbal

balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, menumbuhkan sikap

terbuka baik terhadap kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun

terhadap kehadiran rahmat Tuhan. Selain itu dalam proses katekese ini

dibutuhkan juga adanya dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas.

Semua peserta dengan bebas dan terbuka mensharingkan pengalamannya yang

Page 69: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

55

sungguh-sungguh nyata dialami. Peserta diharapkan siap mendengarkan

dengan hati. Sharing mengandung kaitan antara pengalaman hidup nyata

peserta dengan tradisi dan visi kristiani. Kebersamaan yang terjalin yang

dimaksudkan adalah kebersamaan antar peserta dan peserta dengan

pendamping. Oleh karena itu, peserta tidak hanya bersifat pasif dan menerima

saja, atau pendamping menguasai jalannya pelaksanaan katekese, melainkan

baik peserta maupun pendamping keduannya berperan aktif. Dari sharing dan

dialog dalam kebersamaan, ditemukan suatu peneguhan dan kekuatan untuk

maju bersama dalam iman (Heryatno, 1997:4).

2 Christian

Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat kristiani yang

hidup dan sungguh dihidupi. Hal ini merupakan tanggapan manusia terhadap

pewahyuan diri Allah yang terlaksana dalam kehidupan manusia. Tradisi iman

kristiani adalah perjumpaan antara rahmat Allah dalam Krsitus dan tanggapan

manusia. Tradisi ini meliputi: Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis,

sakramen, liturgi dan kehidupan jemaat. Sedangkan visi kristiani yang pokok

adalah terwujudnya nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia. Hal ini

menunjukan pada sejarah kehidupan umat kristiani yang selalu

berkesinambungan. Maka baik tradisi maupun visi kristiani, kedua-duanya

mengungkapkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang terus diusahakan untuk

dihidupi. Tradisi dan visi kristiani menumbuhkan rasa “memiliki” dan

kesatuan sebagai jemaat beriman. Begitulah pengalaman nyata peserta yang

Page 70: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

56

didialogkan dalam pelaksanaan katekese dapat memperkaya semua peserta

(Heryatno, 1997: 3).

3 Praxis

Kata praksis mengarah pada tindakan manusia yang bertujuan untuk

mencapi suatu transformasi kehidupan yang mana di dalamnya memuat suatu

kesatuan antara pratik dan teori yakni kreatifitas antara kesadaran historis dan

refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Di dalam praksis ini, ada tiga hal yang

perlu diperhatikan di mana ketiganya memiliki keterkaitan. Ketiga hal tersebut

(Heryatno, 1997: 2) meliputi:

a. Aktivitas

Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan

personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang semuanya

merupakan medan untuk perwujudan diri manusia sebagai subyek. Karena

bersifat historis, maka aktivitas hidup manusia perlu ditempatkan di dalam

konteks waktu dan tempat.

b. Refleksi

Penekanan pada bagian refleksi secara kritis mengenai tindakan

hidtoris personal dan sosial, praksis pribadi dan kehidupan masyarakat,

serta tradisi dan visi kristiani sepanjang sejarah. Dengan adanya refleksi

secara kritis ini, diharapkan peserta dapat menganalisa dan memahami

tempat dan peran mereka, memahami keadaan masyarakat beserta

Page 71: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

57

permasalahannya, serta mendorong mereka untuk menemukan kekayaan

refleksi iman kristiani sebagai sabda yang hidup dan sungguh dihidupi.

c. Krativitas

Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang

menggarisbawahi “sifat transenden” manusia. Penekanan komponem ini

adalah dinamika praksis di masa depan yang terus berkembang sehingga

melahirkan praksis baru.

4 Langkah-langkah Shared Christian Praxis

Dari uraian di atas, telah diungkapkan bahwa model Shared Christian

Praxis merupakan salah satu model katekese yang prosesnya menekankan

penggalian pengalaman hidup peserta. Pengalaman itu berasal dari peserta dan

dibagikan kepada semua peserta katekese. Sharing pengalaman akan Yesus

Kristus dapat saling memperkokoh panggilannya sebagai umat kristen.

Katekese model Shared Christian Praxis terdiri dari dari lima langkah yang

saling berurutan yaitu:

Langkah Pertama: Pengukapkan Pengalaman Faktual

Langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman

hidup dalam bentuk cerita, nyanyian, drama, dan lain-lain. Pada bagian ini

peserta dapat mengungkapkan perasaan mereka, sikap dan keyakinan yang

melatarbelakanginya. Dengan cara tersebut peserta diharapkan dapat

Page 72: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

58

menjadi sadar dan bersikap kritis tentang pengalaman hidupnnya atau

kejadian-kejadian di sekitarnya.

Kesadaran peserta atas pengalamannya semakin mempertebal

keyakinan mereka sebagai subyek utama dari proses berkatekese. Mereka

berhak untuk mengatur dan merencanakan hidupnya sendiri berdasarkan

kepentingan, minat dan kemampuan mereka. Langkah ini mempunyai

maksud untuk membantu dan mendorong peserta supaya menyadari

pengalaman hidupnya (Heryatno, 1997: 5).

Langkah Kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Faktual

Langkah ini mendorong peserta supaya lebih aktif dan kritis dalam

mengolah keterlibatan pengalaman mereka. Dalam refleksi kritis ini

peserta diajak untuk mengolah pengalaman hidup mereka. Tujuan langkah

ini adalah membantu peserta agar mampu memperdalam refleksi dan

mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman dan keterlibatan

mereka. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkrit, peserta

diharapkan sampai pada nilai dan visi hidup mereka sendiri (Heryatno,

1997: 5-6).

Langkah Ketiga: Mengusahakan Visi dan Tradisi Kristiani Makin

Terjangkau

Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan agar visi dan tradisi

kristiani terjangkau dan relevan bagi peserta jaman sekarang. Dalam

Page 73: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

59

langkah ini pendamping mempunyai peran penting untuk membantu

peserta berdialog dan menghilangkan semua hambatan, sehingga semua

peserta menemukan nilai-nilai kristiani dari visi dan tradisi kristiani. Agar

lebih jangkau dan relevan dalam hidup peserta, pendamping perlu

menginterprestasikan visi dan tradisi kristiani (Heryatno, 1997: 6).

Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antara Pengalaman dan

Visi Hidup Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani

Langkah ini mengajak peserta meneguhkan dan memperkembangkan

pokok-pokok penting yang telah dibahas dan ditemukan pada langkah

pertama dan langkah kedua selanjutnya dikonfrontasikan dengan hasil

interpretasi visi dan tradisi kristiani pada langkah ketiga.

Pada langkah ini peserta diharapkan menemukan kesadaran atau

sikap-sikap baru demi penegakan Kerajaan Allah di dunia. Dengan

kesadaran baru, peserta akan lebih bersemangat dalam mewujudkan

imannya, sehingga kerajaan Allah makin dirasakan dalam hidup bersama

(Heryatno, 1997: 7).

Langkah Kelima: Keterlibatan Baru demi Makin Terwujudnya

Kerajaan Allah di Dunia

Langkah terakhir ini secara eksplisit mengajak peserta agar sampai

pada keputusan praktis, bagaimana menghidupi secara baru iman kristiani.

Keputusan itu perlu dipahami sebagai tanggapan jemaat kristiani terhadap

Page 74: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

60

pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan

manusia dalam kontinuitasnya dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan

visi kristiani. Keprihatinannya adalah praktis yaitu mendorong keterlibatan

baru dan dengan cara itu menggarisbawahi peran peserta sebagai subyek

yang dipanggil untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dengan jalan

mengusahakan pertobatan pribadi dan sosial yang terus menerus. Karena

dipengaruhi topik dasar, maka keputusan dapat beraneka ragam bentuk

dan sifatnya; subyek dan arahnya (Heryatno, 1997: 13).

Pada langkah ini peserta diharapkan dapat sampai pada keputusan

baru yang bersifat praktis. Hal ini sangat ditekankan karena keputusan

baru itu menyangkut kehidupan peserta baik secara pribadi maupun

bersama. Pada langkah terakhir ini peserta diajak untuk merayakan liturgi

sederhana atau mendoakan secara bersama keputusan mereka. Karena

dengan berdoa atau merayakan liturgi dapat menjadi inspirasi yang sangat

kuat bagi peserta yang mendorong mereka agar konsisten dengan kutusan

yang telah diambil (Heryatno, 1997: 14).

E. Usulan Tema Katekese Keluarga

Katekese keluarga sebagai salah satu bentuk pelayanan Gereja berusaha

untuk melayani keluarga-keluarga Katolik agar teladan Keluarga Kudus Nasaret

dapat menjadi pedoman bagi keluarga-keluarga Katolik dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinan Katolik.

Page 75: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

61

Tema umum katekese keluarga adalah “Cinta kasih sebagai dasar dan

kekuatan persekutuan keluarga Katolik”. Melalui kegiatan katekese inilah

keluarga-kleuarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus diajak untuk

bersama-sama mengungkapkan pengalaman imannya dalam kehidupan yang

mereka jalani, sehingga apa yang mereka dapat dalam pertemuan katekese itu

semakin memperteguh iman yang harus mereka wujudkan dalam tindakan dan

perbuatan di dalam keluarga maupun dimasyarakat luas.

Penulis akan membagi tema umum tersebut menjadi lima sub bagian yaitu:

- Sub tema I : Kesetiaan suami-istri dalam perkawinan

Tujuannya : Umat mempunyai pengertian tentang rasa kesetiaan dalam

perkawinannya

- Sub tema II : Kesucian perkawinan

Tujuannya : Umat memahami kesucian perkawinan yang didirikan oleh

Allah sendiri

- Sub tema III : Cinta kasih suami-istri

Tujuannya Umat mempunyai bahwa perkawinan Katolik bersifat

monogam dan tak-terceraikan

- Sub tema IV : Penghayatan iman suami-istri dalam keluarga

Tujuannya Keluarga-keluarga Katolik selalu menjaga, meningkatkan

dan mengembangkan imannya dalam keluarga

- Sub tema V : Orang tua adalah pendidik iman yang pertama dan utama

- Tujuannya : Keluarga-keluarga Katolik menyadari bahwa mereka

adalah pendidik iman yang pertama dan utama

Page 76: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

62

1. Alasan Pemilihan Tema

Keluarga Katolik tidak hanya merupakan kumpulan beberapa orang yang

seagama, melainkan juga sebuah paguyuban, yang bersatu berdasarkan iman

dan kasih. Suami-istri dipanggil untuk membangun keluarga mereka menjadi

sebuah Gereja kecil, sebuah kelompok orang-orang yang guyub dan seiman.

Suami-istri dipanggil dan diutus untuk mendorong keluarganya, agar secara

teratur dan dengan tekun menimba rahmat dari Tuhan, dengan doa-doa pribadi

mapun doa bersama.

Program katekese ini disusun bagi keluarga-keluarga Katolik di

lingkungan St.Yohanes Paulus, dengan harapan bahawa para keluarga-

keluarga Katolik menerima pendalaman iman, mereka mampu menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinan.

Dalam menentukan tema program katekese untuk meningkatkan iman

dalam keluarga di lingkungan St.Yohanes Paulus, penulis bersama ketua

lingkungan memutuskan mengambil tema katekese “Cinta kasih sebagai dasar

dan kekuatan persekutuan keluarga Katolik”. Tema ini dipilih karena cinta

kasih merupakan dasar dan kekuatan yang mempersatukan pribadi-pribadi

dalam keluarga, sehingga dalam persekutuan ini anggota keluarga saling

melayani, menghargai, menghormati dan bekerja sama.

2. Penjabaran Tema Utama

Keluarga Katolik adalah keluarga yang diberkati dan dikuduskan oleh

Allah, dipersatukan oleh kasih Allah yang abadi. Keluarga Katolik adalah

Page 77: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

63

wahana untuk membangun hidup baru, di mana Kerajaan Allah ditegakkan.

Bagi kita, keluarga adalah komunitas hidup yang paling dasar untuk

menghayati iman kepada Allah. Namun demikian keluarga-keluarga Katolik

hidup di tengah masyarakat yang mengikuti arus kehidupan ini. Maka tidak

mengherankan kalau keluarga-keluarga Katolik juga terkena dampak dari arus

saat tersebut.

Kekuatan bagi keluarga-keluarga Katolik untuk menghadapi berbagai

tantangan berasal, baik dari dalam keluarga sendiri maupun terhadap

lingkungan sekitar. Hanya dengan iman yang harus bangun, dihayati dan

diwujudkan di dalam kehidupan keluarga. Dengan demikian keluarga Katolik

sungguh-sungguh menemukan hidup beriman di dalamnya. Dengan cara terus

menerus mengembangkan spiritualitas keluarga Katolik menjadi paguyuban

orang beriman dan mengembangkan keluarga menjadi landasan hidup baik

menggereja maupun masyarakat. Dengan harapan bahwa keluarga-keluarga

Katolik mampu membangun habitus baru dengan mengembangkan hubungan

sosial sebagai perwujudan imannya, sehingga setiap anggota keluarga

menemukan kesejatian hidup di dalam keluarga masing-masing.

Dengan semakin menyadari paranan keluarga berarti membantu setiap

pribadi untuk berkembang dalam iman, kemandirian dalam mengambil

keputusan sehingga siap menghadapi tantangan jaman. Atas dasar inilah

penulis mengusulkan suatu program katekese yang bertujuan untuk membantu

keluarga-keluarga Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus Paroki

Page 78: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

64

St.Antonius Kotabaru, Yogyakarta. Dengan program yang sederhana ini

diharapkan dapat terlaksana dengan baik.

3. Gambaran Pelaksanaan Katekese

Pelaksanaan program katekese untuk meningkatkan penghayatan

spiritualitas Katolik dalam keluarga di lingkungan St.Yohanes Paulus

disesuaikan dengan jadwal pertemuan lingkungan yaitu setiap malam kamis.

Pertemuan dilaksanakan seminggu sekali. Setiap satu kali pertemuan satu sub

tema dengan durasi 90 menit. Peserta katekese ini adalah para orang tua.

Setelah mengikuti program katekese ini, diharapkan mereka dapat menjadi

pendamping bagi keluarga-keluarga Katolik yang lain.

Page 79: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

65

3. Matriks Program Katekese

Tema umum : “Upaya Keluarga Katolik Untuk Lebih Mewujudkan Spiritualitas Perkawinan Katolik”

Tujuan tema umum : Tujuan tema umum ini yaitu keluarga-keluarga Katolik di harapkan mampu mewujudkan spiritualitas

perkawinan ditengah-tengah keluarga mereka sehingga tercipta suasana yang harmonis dan sejahtera.

No Sub tema Tujuan sub tema Judul pertemuan Tujuan pertemuan Uraian materi Metode Sarana Sumber bahan 1 Kasih Kristus

adalah dasar

hidup suami

istri

Keluarga-keluarga

Katolik makin

menyadari bahwa

kasih Kristus adalah

dasar hidup

perkawinan suami-

istri

Menyadari makna kasih

Kristus dalam hidup

perkawinan suami-istri

Keluarga-keluarga

Katolik di harapkan

mampu untuk

mewujudkan kasih

Kristus ditengah-

tengah keluarga

Makna Kasih

Kristus kepada

suami-istri

- Informasi

- Renungan - Diskusi - Pendalaman

- KS

- PS

- Teks lagu

- Kej 1:26-29

- Ef 5:25-32

- Bahan-bahan

skripsi - Dokumen KV II

“Gaudium et Spes”

art.48 2 Kebahagiaan

adalah

kehendak

Tuhan

Keluarga-keluarga

Katolik mempunyai

orientasi hidup yang

harus selalu

diperjuangkan untuk

mencapai

kebahagian sejati

Membangun kebahagian

sejati di dalam keluarga

sebagai wujud dari

rencana Allah terhadap

panggilan suami-istri

Mengajak Keluarga-

keluarga Katolik

untuk mewujudkan

kebahagian di dalam

keluarga melalui

cinta kasih

Mewujudkan

Kebahagian

ditengah-tengah

keluarga

- Informasi

- Renungan

- Pendalaman

- Tanya

jawab

- Permainan

- Teks

lagu”keluar

ga cemara”

- Lampu

- Sapu

- Kertas

-

- Kej 1:27-28

- Hauken, A.

“Persiapan

Perkawinan”hal 23

- Bahan-bahan

skripsi

3 Orang tua

adalah pendidik

iman yang

Keluarga-keluarga

Katolik mampu

menjadi pendidik

Panggilan orang tua

selaku pendidik yang

pertama dan utama

Membantu

keluarga-keluarga

Katolik

Tugas orang tua

sebagai pendidik

iman yang pertama

- Informasi

- Pendalaman

- Renungan

- KS

- MB

- Teks

- Bahan-bahan

skripsi

- Cergam

Page 80: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

66

pertama dan

utama

iman yang pertama

dan utama bagi

anak-anaknya

mewujudkan iman

yang dewasa di

dalam keluarga

dan utama - Dialog pertanyaan

- Cergam

“Dr.Suryo”

“Dr.Suryo”

4 Keluarga

Katolik adalah

Gereja mini

Keluarga-keluarga

Katolik mampu

menyampaikan dan

mewujudkan warta

gembira di tangah-

tengah anggota

keluarga

Mewartakan Kabar

Gembira di tangah-

tengah keluarga

Membantu

keluarga-keluarga

Katolik dalam

membangun dan

mewujudkan Gereja

kecil di tengah-

tengah keluarga

Rumah tangga

adalah Gereja

yang kecil

- Informasi

- Pendalaman

- Renungan

- Dialog

- KS

- MB

- Teks

pertanyaan

- Cergam

“Keluarga

Cemara”

- Bahan-bahan

skripsi

- Inspirasi dari

majalah hidup

5 Rahmat Kristus

adalah sumber

hidup bagi

suami-istri

Keluarga-keluarga

Katolik mampu

menyempurnakan

dan meneguhkan

kesatuan cinta kasih

sebagai kesucian

dari rahmat Allah

Menghadirkan rahmat

Allah dalam kehidupan

berkeluarga

Membantu

keluarga-keluarga

Katolik dalam

menghadirkan

rahmat Allah di

dalam keluarga

Menyadari

Rahmat Allah di

setiap anggota

keluarga

- Informasi

- Pendalaman

- Renungan

- Dialog

- Permainan

- KS

- MB

- Teks

pertanyaan

- Bahan-bahan

skripsi

- Inspirasi dari

majalah hidup

- Buku permainan

Page 81: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

67

5. Contoh Persiapan Katekese

Tema Umum : “Upaya keluarga Katolik untuk lebih mewujudkan

spiritualitas perkawinan Katolik”

Sub Tema : Orang tua adalah pendidik iman yang pertama dan utama

Tujuan : Orang tua semakin menyadari tugasnya sebagai pendidik

iman anak yang pertama dan utama serta mampu

bertanggung jawab membina perkembangan hidup anak-

anaknya dalam kehidupan sehari-hari

Peserta : Para keluarga-keluarga Katolik

Model : Shared Christian Praksis

Metode : - Informasi

- Tanya Jawab

- Pendalaman iman

- Renungan

Sarana : - Kitab Suci

- Teks pertanyaan pendalaman

- Percikan pengalaman keluarga Ibu Masri

Sumber bahan : - Bahan-bahan dalam skripsi

- Dokumen Familiaris Consortio a.36

- Menuju keluarga yang bertanggung jawab,

J.Hardawiratna, MSF (1994:84-87)

Hari/tanggal : Kamis 28 Maret 2007

Waktu : 19.00-21.00

Page 82: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

68

PEMIKIRAN DASAR

Keluarga Katolik adalah keluarga yang diberkati dan dikuduskan oleh

Allah, dipersatukan oleh kasih Allah yang abadi. Keluarga Katolik adalah wahana

untuk membangun hidup sejati, di mana Kerajaan Allah ditegakkan. Bagi kita,

keluarga adalah komunitas hidup yang paling dasar untuk menghayati iman

kepada Allah. Namun demikian keluarga-keluarga Katolik hidup di tengah

masyarakat yang mengikuti arus kehidupan ini. Maka tidak mengherankan kalau

keluarga-keluarga Katolik juga terkena dampak dari arus saat tersebut.

Kekuatan bagi keluarga-keluarga Katolik untuk menghadapi berbagai

tantangan berasal, baik dari dalam keluarga sendiri maupun terhadap lingkungan

sekitar. Hanya dengan iman yang harus bangun, dihayati dan diwujudkan di

dalam kehidupan keluarga. Dengan demikian keluarga Katolik sungguh-sungguh

menemukan kesejatian hidup beriman di dalamnya. Dengan cara terus menerus

mengembangkan spiritualitas keluarga Katolik menjadi paguyuban orang beriman

dan mengembangkan keluarga menjadi landasan hidup baik menggereja maupun

masyarakat.

Dengan demikian keberadaan keluarga sebagai anggota gereja, masyarakat

dan negara ikut mempergaruhi seluruh kehidupan. Semua keluarga harus

mengambil peran terhadap keluarganya dan berusaha mengembangkan hidup

beriman, agar gambaran Gereja sungguh-sungguh hadir dalam keluarga.

Page 83: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

69

PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH

Pembukaan

Bapak-ibu yang terkasih dalam Kristus, pada kesempatan ini patut kita

bersyukur atas rahmat Allah yang senantiasa menyertai kita dan terutama Dia

telah mengumpulkan kita di tempat ini. Pada malam hari ini kita akan

merenungkan secara khusus realita persoalan dalam hidup keluarga kita, terutama

dasar tindakan kita dalam hidup bersama di dalam keluarga, yang kadang kala

menimbulkan persoalan atau perselisihan. Melalui tema pada malam hari ini yaitu

menyadari realita persoalan dalam keluarga kita, dapat membuka mata hati kita

bahwa setiap persoalan pasti ada jalan keluar.

Lagu Pembukaan: “Keluarga Cemara”

Doa pembukaan

Allah Bapa yang Maha baik, kami bersyukur kepadaMu atas berkat yang

telah kami alami, sehingga pada kesempatan ini kami dapat berkumpul di tempat

ini untuk merenungkan dan merefleksikan tentang perjalanan hidup kami di dalam

membina hidup berumah tangga. Berkatilah kami agar mampu membina

kerukunan dan memupuk semangat cinta kasih di dalam keluarga kami. Kini kami

mohon demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Faktual

a. Pendamping mengajak peserta untuk hening dan memberikan kesempatan

kepada peserta untuk menonton cerita “Air Mata Doa”

Page 84: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

70

b. Pendamping meminta salah seorang peserta untuk menceritakan kembali

isi cerita

c. Peserta diajak mendalami cerita dengan batuan pertanyaan:

1. Bagaimanakah perasaan bapak-ibu setelah menonton cerita “Air

Mata Doa” tersebut?

2. Apakah cerita “Air Mata Doa” ini bermanfaat dalam kehidupan

bapak-ibu?

d. Rangkuman

Air mata doa adalah cerita sekaligus tuntunan bagi anak-anak kita

disaat menghadapi masalah kehidupan. Dan bagi para orang tua kisah ini

menjadi cermin untuk melihat kehidupan rumah tangganya sekaligus

perasaan hati anak-anaknya. Keluarga seharusnya memberikan tempat

perlindungan yang aman dan baik untuk suami maupun istrinya dan

kepada anak-anaknya. Sikap kasar akan sangat berpengaruh pada

perkembangan anaknya. Maka hendaknya dalam membina hidup berumah

tangga perlu dilandasi rasa cinta, rasa percaya, rasa pengampunan dan

sikap penuh kesabaran.

Langkah II: Refleksi Kritis terhadap Pengalaman Faktual

a. Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman atau cerita tadi dengan

bantuan pertanyaan: Bagaimanakah caranya bapak-ibu mengatasi tiap

persoalan dalam membina hidup berumah tangga dan sejauh mana

usahanya dalam memecahkan persoalan ?

Page 85: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

71

b. Dari jawaban yang telah diungkapkan, pendamping memberi rangkuman

Walaupun banyak mengalami tantangan dan persoalan dalam

membina hidup berumah tangga, bapak-ibu hendaknya juga diharapkan

untuk tetap menjaga keharmonisan dalam panggilan hidup berkeluarga,

misalnya melalui keterbukaan maupun kesetiaan satu sama lain maka

dengan demikian hidup di dalam keluarga bapak-ibu akan tercipta suasana

yang harmonis dan penuh kebahagian.

Langkah III: Mengusahakan agar Tradisi dan Visi Kristiani lebih

Terjangkau

a. Pendamping membacakan teks Nota Pastoral 2007 (lihat lampiran 7)

b. Peserta diberi waktu untuk hening sejenak untuk merenungkan pesan teks,

kemudian menanggapinya dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:

Apa inti dan pesan dari teks Nota Pastoral 2007 yang baru saja kita

dengar tadi?

c. Pendamping memberikan inspirasi

Bapak-ibu yang terkasih, kita baru saja mendengarkan isi dari Nota

Pastoral 2007 yang memuat tentang berbagai tantangan atau persoalan yang

dapat muncul dari dalam keluarga bapak-ibu. Tantangan yang mungkin timbul

dalam usaha untuk mewujudkan keluarga: basis hidup beriman dalam keluarga

adalah: ingin menang sendiri, kurang menghargai satu sama lain, serta kurang

jujur kepada pasangannya. Sebagai keluarga Katolik yang hidup dari kasih

Kristus, yang diterima dalam sakramen, dituntut untuk mengembangkan kasih

Page 86: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

72

Allah itu kepada semua orang tanpa kecuali. Karena kasih kepada Kristus

memampukan kita untuk tetap setia satu sama lain.

Langkah IV: Interprestasi antara Tradisi dan Visi Kristiani dan Visi Peserta

Bapak-ibu yang terkasih, tadi kita telah menemukan bahwa betapa

pentingnya keharmonisan dan kebahagian di dalam menjaga kelangsungan hidup

keluarga. Kita semua mempunyai pengalaman bagaimana hidup tanpa

keharmonisan dan kebahagian. Pasti ada perbedaan. Kita semua menginginkan

hidup bahagia dalam cinta yang tulus.

Teks Nota Pastoral 2007 juga mengatakan hal itu. Betapa pentingnya

keharmonisan dan kebahagian bagi kehidupan manusia. Dengan kebahagian dapat

menumbuhkan dan mengembangkan hidup, serta memberi kekuatan pada satu

kehidupan termasuk hidup suami-istri sebagai suatu persekutuan keluarga.

Dengan menyadari betapa pentingnya keharmonisan dan kebahagian

dalam keluarga kristiani bagi kehidupan, maka bapak-ibu perlu sekuat tenaga

berusaha terus menerus menjaga keharmonisan dan kebahagian dalam keluarga

demi keutuhan keluarga. Hal ini membutuhkan pengorbanan dari pihak masing-

masing. Oleh sebab itu pada saat ini kita masing-masing memikirkan usaha-usaha

yang dapat kita buat dalam keluarga kita untuk mengembangkan keharmonisan

dan kebahagian bapak-ibu, dengan bantuan pertanyaan:

a. Apakah pertemuan ini dapat membantu bapak-ibu untuk semakin

memperteguh hidup perkawinannya?

Page 87: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

73

b. Sikap manakah yang harus bapak-ibu perjuangkan dalam menjaga

kelangsungan atau keutuhan keluarga?

c. Hal-hal apa saja yang perlu saya perhatikan dalam mewujudkan niat

tersebut?

Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah

Bapa-ibu yang terkasih dalam Kristus, setelah kita menggali cerita tentang

“air mata doa” dan pengalaman hidup kita serta mempertemukan dengan ajaran

Gereja, selanjutnya kita pasti mempunyai pandangan baru, harapan baru, dan

terutama semangat baru untuk semakin meningkatkan tanggung jawab kita

terhadap keluarga. Kita percaya Allah senantiasa akan menyertai kita dan akan

membantu kita. Oleh sebab itu marilah kita membuat niat-niat baru yang dapat

kita lakukan demi tercipnya suasana keharmonisan dan kebahagian di dalam

keluarga. Kita merenung sejenak dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa niat saya agar persekutuan keluarga dapat tetap terjaga?

b. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan niat-niat tersebut?

Doa Penutup

Allah sumber cinta terima kasih karena Engkau menyertai kami dalam

seluruh pertemuan ini. Semoga Engkau tetap mendampingi kami dalam

perjuangan kami sehari-hari untuk mewujudkan cintaMu di dalam keluarga kami,

agar kami sungguh-sungguh dapat menjadi tanda dan kesetiaanMu bagi sesama

kami. Semua ini kami mohon demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Lagu Penutup: MB 71

Page 88: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

BAB V

PENUTUP

Setelah menguraikan seluruh bab I sampai dengan bab IV, penulis akan

mengemukakan kesimpulan dan saran sehubungan dengan sumbangan pemikiran

bagi keluarga kristiani dalam menghayati dan mewujudkan spiritualitas

perkawinan Katolik.

A. Kesimpulan

Pada bagian kesimpulan ini penulis mengemukakan kembali beberapa hal

yang perlu ditegaskan secara lebih mendalam sehubungan dengan pemikiran bagi

keluarga kristiani dalam menghayati dan mewujudkan spiritualitas perkawinan

Katolik.

Keluarga Katolik adalah keluarga kaum beriman. Keluarga sebagai

persekutuan iman artinya menekankan cita jemaat yang aktif, yang ikut ambil

bagian dalam penyerahan kepada Kristus dan harapan serta cinta akan Dia. Jemaat

rumah tangga mencakup usaha bersama untuk membentuk hidup menurut visi

Injil. Para anggota keluarga diharapkan saling membimbing, saling mengilhami

dan saling mendukung dalam mencapai tujuan ini. Pilihan prioritas-prioritas di

dalam hidup bersama dan keputusan tentang kegiatan-kegiatan bersama, haruslah

didasarkan pada iman Kristen yang mereka hayati bersama.

Keluarga Katolik hendaknya ambil bagian dalam perayaan Sabda dan

Ekaristi. Sabda dan Ekaristi adalah pengakuan mengenai Allah yang nampak

dalam Yesus. Pengakuan bahwa Allah sunguh-sungguh seperti yang digambarkan

Page 89: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

77

Yesus, yakni sebagai Allah yang merupkan sumber hidup yang membangkitkan

Kristus kepada hidup baru dengan perantaraan Roh kudus yang memberikan

hidup. Melalui perayaan Sabda dan Ekaristi ini diharapkan mampu untuk

menyiapkan diri untuk berperan aktif dan memberikan kesaksian mengenai iman

mereka sebagai pribadi maupun sebagai keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Spiritualitas keluarga adalah hidup yang berpusat pada Kristus. Dalam

menghayati spiritualitas perkawinan, ada empat responden sudah menghayatinya.

Hal ini dijelaskan ketika penulis melakukan wawancara pada sepuluh keluarga

Katolik di lingkungan St.Yohanes Paulus. Spiritualitas perkawinan mereka hayati

dalam menjalin hubungan dengan Allah, suami terhadap istrinya serta kepada

putra-putrinya dan masyarakat luas. Mereka mengatakan bahwa dalam menjalin

hubungan itu Roh Allah senantiasa berkarya didalam diri mereka dan selalu

mengiringi setiap langkah dalam menjalani hidup ini, serta dengan naungan dan

bimbingan Roh Allah itu menguatkan suami maupun istri dalam membina hidup

rumah tangga. Dengan bimbingan dan naungan Roh Allah itu, maka dengan

sendirinya akan terciptanya suasana yang penuh kebahagian dan keharmonisan

didalam setiap anggota keluarga.

Dalam membina hidup berumah tangga rintangan dan permasalahan kerap

kali mewarnai. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain kesulitan dalam

bidang ekonomi karena pemasukan lebih sedikit daripada pengualaran, ini kadang

menimbulkan perselisihan diantara keduanya karena tuntutan ekonomi yang

terus-menerus terdesak oleh kebutuhan ekonomi keluarga. Faktor lain yaitu

menyatukan dua pribadi yang sangat berbeda. Perbedaan itu antara lain

Page 90: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

78

perbedaan karakter, perbedaan prinsip, perbedaan pendidikkan, perbedaan sosial

dan budaya, perbedaan latar belakang keluarga yang sudah tertaman dari sejak

kecil.

Perbedaan-perbedaan itu sangat sulit disatukan, karena hal ini

menyangkut dua pribadi manusia. Tetapi dengan berbagai perbedaan dan latar

belakang keluarga yang berbeda, hal ini justru mendewasakan dan mematangkan

mereka dalam berfikir dan bertindak, baik dalam pekataan maupun dalam

perbuatan. Dan dengan perbedaan itu juga suami maupun istrinya, mereka saling

melengkapi satu sama lainnya untuk selalu setia dalam suka dan duka dalam

untung dan malang, sehingga mereka akan menjadi suatu keluarga kristiani yang

utuh.

Melihat pentingnya keluarga kristiani ini di dalam menghayati

spiritualitas, maka penulis merasa perlu mencari alternatif untuk membantu

mendampingi para keluarga kristiani dalam menggapi panggilan sebagai keluarga

kristiani. Hal ini juga diperkuat dengan nota pastoral 2007 yang mengajak semua

keluarga kristiani menjadi keluarga basis hidup beriman, dengan mengusahakan

suatu kegiatan katekese bagi keluarga. Hal tersebut dimaksudkan agar dokumen

ini dapat diterima oleh seluruh keluarga kristiani seluruhnya dalam berbagai latar

belakang.

Dengan demikian keluarga kristiani diharapkan ambil bagian dalam

perutusan Kristus, karena Kristus masih terus menyelamatkan manusia. Perutusan

ini salah satunya adalah mewartakan Injil dan bekerja untuk memajukan Kerajaan

Allah baik Kerajaan Allah sekarang maupun dimasa depan.

Page 91: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

79

B. Saran

Untuk mengakhiri skripsi ini penulis menyampaikan saran bagi kegiatan

katekese kelaurga, yang membantu keluarga kristiani dalam menghayati dan

mewujudkan spiritualitas perkawinan Katolik. Adapun sarannya antara lain:

1. Katekese keluarga adalah kegiatan yang perlu diusahakan terus menerus

dan berkesinambungan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kedewasaan

pribadi dalam persatuan dan keutuhan hidup rumah tangganya.

2. Bagi keluarga-keluarga Katolik khususnya di lingkungan St.Yohanes

Paulus sungguh sekuat tenaga membangun habitus baru sehingga

menemukan kesejatian hidup terutama dalam keluarga masing-masing.

3. Bagi keluarga-keluarga Katolik khususnya di lingkungan St.Yohanes

Paulus sungguh-sungguh mampu menghayati dan mewujudkan spiritualitas

perkawinan mereka di dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi keluarga-keluarga Katolik diharapkan mampu mengembangakan

spiritualitas keluarga menjadi paguyuban orang beriman.

5. Bagi para suami-istri sungguh-sungguh memperhatikan pendidikan iman

anaknya sehingga mampu menjadi anak yang sungguh dewasa dan matang

dalam imanya serta mampu mengatasi arus perkembangan jaman yang kian

hari terus berkembang dengan pesat.

Page 92: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

80

DAFTAR PUSTAKA

Budyapranata, AL. (1981). Membangun Keluarga. Yogyalarta: Kanisius Caroline ADM; Philips, T.; Saris, W. 1985. Katekese Keluarga. (Seri

Pradnyawidya No.24). Yogyakarta: STFK Pradnyawidya Catur, R ., SJ. 2006. Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja Katolik. Malang Cooke, B. 1991. Perkawinan Kristen. Yogyakarta: Kanisius Darminta, J., SJ. Spritualitas Kristiani. Manuskrip Mata Kuliah Spiritualitas

Kristiani Untuk Mahasiswa IPPAK-JIP-FKIP-USD Yogyakarta Dewan Karya Pastoral KAS. 2006. Nota Pastoral. Muntilan Djajasiswaja, A. 1981. Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta Dokumentasi Dan Penerangan KWI. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. (R.

Hardawiryana, SJ, Penerjemah). Jakarta, Obor. Evely. L. 1974. Cinta yang Dewasa. Yogyakarta: Kanisius Gilarso, T., SJ. (Ed). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius ----------------------. 2000. Moral Perkawinan. Yogyakarta -----------------------.1988. Perkawinan dalam Pandangan Katolik. Yogyakarta:

Kanisius GO., DR. P., O Carm. 1986. Spiritualitas Perkawinan dan Keluarga Dalam

Spiritualitas Awam: Dalam Spektrum XIV: 3-4 Groenen, C. OFM. 1993. Perkawinan Sakramental: Anthropologi Dan Sejarah

Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral. Yogyakarta: Kanisius Halsema, Nobert, SJ.1975. Keluhuran Perkawinan. (Seri Puskat No.27).

Yogyakarta: Puskat Halsema, Nobert, SJ. Perkawinan sebagai suatu Sakramen. (Seri Puskat No.51).

Yogyakarta: Lembanga Pengembangan Kateketik Puskat Hardiwiratno, J. MSF. 1993. Munuju Keluarga Bertanggung Jawab. Jakarta:

Obor. Hart, Thomas. N. 1988. Hidup Keluarga. Yogyakarta: Kanisius Heuken, A SJ. 1979. Bangunkanlah Kebahagian Keluargamu. Jakarta Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (Penyadur). 1997. Shared Christian Praxis: -

Suatu Model Katekese. Yogyakarta: IPPAK Pradnyawidya -----------------------------------------. 1997. Pengantar PAK Sekolah. Yogyakarta:

IPPAK Pradnyawidya Kartini, K. 1992. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta Kieser, B. SJ., 1978. Membina Keluarga Sebagai Gereja. Dalam Umat Baru XI:

61 KWI. 1996. Iman Katolik, Buku Informasi Dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius ------. 1995. Katekismus Gereja Katolik. Hal 431 – 446 Lembaga Alkitab Indonesia. 1991. Alkitab, Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru

dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh LAI, ditambah dengan kitab-kitab Deutrokanonika, yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Jakarta: Bogor

Moleong, L. J 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Purwa Hadiwardoyo, AL. MSF.1988. Perkawinan Dalam Tradisi Katolik.

Yogyakarta: Kanisius

Page 93: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

81

------------------------------------------.1990. Perkawinan menurut Islam dan Katolik Yogyakarta: Kanisius

------------------------------------------.(1994). Persiapan dan Penghayatan Perkawinan Katolik. Yogyakarta: Kanisius

Papo, Jakob. 1987. Memahami Katekese. Ende: Nusa Dua. Rubiyatmoko, R. (2000). Reader Hukum Gereja Perkawinan Kanonik. Manuskrip

Mata Kuliah Pengantar Hukum Gereja Perkawinan Untuk Mahasiswa IPPAK-JIP-FKIP-USD Yogyakarta

Seri Bina Keluarga. 1994. Keluarga Kristiani Dalam Dunia Moderen, Amanat Apostolik Familiaris Consortio. (A.Widyamartaya, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius

Soejitno. A. 1961. Kaluarga Bahagia. Jakarta, Obor Subroto Widjojo, SJ. Problema Perkawinan. Yayasan Hidup Katolik, Yogyakarta:

Kanisius Somarno DS, M. 1998. Pengantar PAK Paroki. Manuskrip Mata Kuliah

Pengantar PAK Paroki Untuk Mahasiswa IPPAK-JIP-FKIP-USD Yogyakarta

Telaumbanua, Marinus., OFM.Cap. 1999. Ilmu Kateketik, Hakekat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor

Von Gager B.F.M.D. 1969. Kesukaran –Kesukaran dalam Hidup Perkawinan. (P. Soewito Hs. O., Carm, Penerjemah). Ende: Flores

Yohanes Paulus II. 1992. Catechesi Tradendae (Penyelengaraan Katekese). (R. Hardawiryana SJ, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (16 Oktober 1979).

----------------.1964. Tjinta dan Keheningan. (Karmel-Batu). Semarang: Kanisius

Page 94: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

Lampiran 1

Panduan pertanyaan wawancara

1. Nama bapak/ibu?

2. Berapa usia perkawinan bapak/ibu saat ini?

3. Berapa jumlah Putra/Putri bapak/ibu saat ini?

4. Apakah pekerjaan bapak/ibu?

5. Apa yang dimaksud dengan keluarga Kristiani?

6. Apakah bapak/ibu mengetahui inti perkawinan Katolik?

7. Apa arti sakramen perkawinan menurut bapak/ibu?

8. Apa saja kesulitan yang sering bapak/ibu alami dalam membina hidup

berumah tangga?

9. Apakah bapak/ibu pernah mengalami krisis cinta dalam membina hidup

berumah tangga?

10. Apa sajakah kesulitan bapak/ibu dalam mendidik putra-putrinya?

11. Usaha apa saja yang dilakukan bapak/ibu dalam mempertahankan mahligai

hidup berumah tangga?

12. Usaha apa saja yang di lakukan bapak/ibu dalam mengatasi krisis cinta?

13. Usaha apa saja yang dilakukan bapak/ibu dalam mewujudkan janji

perkawinan?

14. Usaha apa saja yang dilakukan bapak/ibu dalam mendidik anak untuk menjadi

dewasa dan matang dalam beriman akan Kristus?

Page 95: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

Lampiran 2

Identitas Responden

No Usia perkawinan Jumlah anak Pekerjaan Keterangan

1 7 tahun 2 orang Wiraswasta Pasutri

2 8 tahun 2 orang PNS Bapak

3 18 tahun 2 orang PNS Bapak

4 21 tahun 2 orang PNS Bapak

5 23 tahun 2 orang PNS Ibu

6 30 tahun 2 orang Swasta Bapak

7 42 tahun 5 orang Pensiunan P dan K Pasutri

8 42 tahun 3 orang Wiraswasta Ibu

9 46 tahun 2 orang Pensiunan ABRI Bapak

10 47 tahun 5 orang Wiraswasta Bapak

Waktu Pelaksanaan Wawancara

No Tanggal Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Responden

1 09 September 2006 16.00-17.30 C.Supriyohadi

2 10 September 2006 16.00-17.20 Ignasius Paskahono

3 11 September 2006 16.00-17.30 Pak Tinus+Ibu Tinus

4 12 September 2006 16.00-17.00 Thomas Aguino K.

5 13 September 2006 16.00-17.00 A.Sriyono+Ibu

6 13 September 2006 17.00-18.00 M.K Sudarmo

7 15 September 2006 16.30-18.00 Ibu Henny

8 16 September 2006 17.00-18.00 Al.Ranang K.

9 17 September 2006 16.00-17.00 Ignasius Triman

10 18 September 2006 15.00-17.00 Totok Suharto

Page 96: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

Lampiran 3

Hasil Wawancara Dengan Responden

No Pertanyaan Jawaban Responden Responden

1 Apa yang dimaksud dengan keluarga kristiani?

- Keluarga kristiani adalah keluarga yang mencerminkan hidup Yesus baik dalam perkataan dan perbuatan

- Keluarga kristiani adalah keluarga

yang bahagia dan selalu mengandalkan Kristus dalam segala situasi

- Keluarga kristiani adalah keluarga bahagia yang bisa menjadi teladan umat, masyarakat dan anak-anaknya serta cucunya

- Keluarga yang mengandalkan kekuatan Kristus dan melaksanakan ajarannya serta penuh kesabaran dalam menjalani kehidupan sehari-hari

- Keluarga yang dalam kehidupannya selalu diliputi dengan penuh kerukunan dan kedamaian

- C.Supriyohadi, Ibu Henny, AL. Ranang K dan Totok Suharto

- Ign. Paskahono dan Ignasius Triman

- Pak Tinus+Ibu

- Thomas Aguino Kuadar dan M.K Sudarmo,

- A.Sriyono+Ibu

2 Apakah bapak/ibu mengetahui inti perkawinan Katolik?

- Inti perkawinan Katolik adalah monogam dan terceraikan

- C.Supriyohadi - Ign. Paskahono - Pak Tinus+Ibu - M.K Sudarmo - A.Sriyono+Ibu - Ibu Henny - Totok Suharto - Al.Ranang K. - Ignasius Triman - Thomas A. K

3 Apa arti sakramen perkawinan menurut bapak/ibu?

- Bersatunya dua orang berbeda kenyakinan untuk menjadi satu daging dan berusaha setia dalam suka dan suka

- Sakramen yang diterima saat upacara perkawinan berlangsung

- Sakramen yang menguatkan dan memperteguh suami/istri dalam membina hidup berumah tangga.

- Sakramen kudus yang diterima satu

- C.Supriyohadi - Paskahono - A. Sriyono+Ibu - Pak Tinus+Ibu

Page 97: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

kali seumur hidup dan hanya boleh diberikan oleh Romo

- Tanda dan sarana yang diberikan Allah kepada suami/istri agar tetap setia satu sama lainnya.

M.K Sudarmono dan Ibu Henny

- Thomas Aguino K, Al.Ranang K., Ignasius Triman dan Totok Suharto

4 Apa saja kesulitan yang sering bapak/ibu alami dalam membina hidup berumah tangga?

- Kesulitan dalam hal ekonomi, karena yang mencari nafkah hanya suaminyasedangkan yang harus dinafkahi lebih dari dua orang

- Jarang mengalami kesulitan

- Kesulitannya yaitu menyatukan dua pribadi yang berbeda

- C.Supriyohadi dan M.K Sudarmono

- Ign Paskahono, Thomas Aguino K, Sriyono,Ibu Henny

- Al.Ranang K, Ignatius Triman dan Totok Suharto.

5 Apakah bapak/ibu pernah mengalami krisis cinta dalam membina hidup berumah tangga?

- Pernah mengalami krisis cinta terhadap pasangannya

- Belum pernah mengalami krisi cinta

- C.Supriyohadi, Pak Tinus+istri, Thomas Aguino K, M.K Sudarmono, Ibu Henny, Al.Ranang K, Ignatius Triman dan Totok Suharto

- Ign Paskahono, A. Sriyono+ibu

6 Apa sajakah kesulitan bapak/ibu dalam mendidik putra/i?

- Jarang sekali menemui kesulitan. Karena dalam mendidik putra-putrinya mereka selalu dibantu oleh orang tua atau mertua

- Kesulitannya mengarahkan anak-anaknya supaya tidak terjerumus terhadap pergaulan bebas

- Jarang mengalami kesulitan dalam mendidik putra-putranya dalam iman karena terbantu oleh adanya PIA lingkungan

- Tidak terlalu mengalami kesulitan karena anak-anaknya diberikan kebebasan untuk mengikuti kegiatan-

- Thomas Aguino K, Ibu Henny, dan Ignatius Triman

- C.Supriyohadi - Ign Paskahono

- A. Sriyono+ibu, Pak Tinus+istri, M.K Sudarmono,

Page 98: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

kegiatan paroki atau lingkungan - Sering kali menemui kesulitan

terutama ketika anak-anaknya masih kecil

Al.Ranang K dan Totok Suharto

7 Usaha apa sajakah yang dilakukan bapak/ibu dalam mempertahankan mahligai berumah tangga?

- Usahanya yaitu mengutamakan komunikasi dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapi

- Salah satunya dengan tetap menjaga keutuhan rumah tangganya dan berusaha agar rumah tangganya tetap diliputi dengan kebahagian

- Usahanya adalah dengan menerima pasangan apa adanya baik dalam suka maupun duka. Misalnya ketika suami atau istrinya sakit merawatnya dengan penuh kesabaran dan kestiaan

- Usahanya adalah dengan tetap saling pengertian dan tetap menjaga supaya pertengkaran tidak terjadi

- Dengan berusaha untuk tidak cepat emosi, penuh kesabaran, penuh pengampunan dan penuh pengrtian terhadap pasangannya serta selalu mengingat istri dan anaknya dirumah

- C.Supriyohadi dan

Ignatius Triman - Ign Paskahono, - Pak Tinus+istri,

M.K Sudarmono, Ibu Henny, Totok S, dan Al.Ranang K

- A. Sriyono+ibu

- Thomas Aguino K

8 Usaha apa sajakah yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi krisis cinta?

- Usaha yang dilakukan dalam mengatasi krisis cinta yaitu dengan tetap setia pada pasangannya baik dalam untung dan malang

- Menghilangkan kecemburuan terhadap almarhum suaminya

- Selalu ingat pada istrinya dirumah

- C.Supriyohadi, Ign Paskahono, Pak Tinus+istri, A. Sriyono+ibu, M.K Sudarmono, Ignatius Triman, Totok S, dan Al.Ranang K

- Ibu Henny, - Thomas Aguino

K 9 Usaha apa

sajakah yang dilakukan bapak/ibu dalam mewujudkan janji perkawinan?

- Salah satu usahanya yaitu dengan menerima keadaan pasangan baik susah maupun senang

- Usahanya dengan selalu mengingat janji perkawinannya yang telah

- C.Supriyohadi, Pak Tinus+istri, M.K Sudarmono, Ibu Henny, Al.Ranang K, Totok Suharto dan Ignatius Triman

- Ign Paskahono dan A.

Page 99: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD

mereka ucapkan dihadapan romo dan dihadapan Tuhan

- Usahanya adalah dengan selalu mengandalkan kekuatan dan campur tangan Allah agar janji perkawinannya terwujud

Sriyono+ibu, - Thomas Aguino

K

10 Usaha apa sajakah yang dilakukan bapak/ibu dalam memdidik anak untuk menjadi dewasa dan matang salam beriman akan Yesus?

- Salah satu usahanya yaitu dengan menanamkan nilai-nilai Kerajaan Allah melaui berbagai cara yang dilakukan, misalnya dengan mengajak pergi kegereja setiap hari minggu, mengajarkan doa-doa, mengenalkan Santo-Santa, melalui gambar-gambar rohani, mengikuti PIA lingkungan dan menjadi Putra-Putri Altar digereja

- Usahanya dengan mengarahkan kepada anak-anaknya supaya terlibat aktif digereja agar terhindar dari pengaruh lingkungan bebas

- Pak Tinus+istri, M.K Sudarmono, Ibu Henny, Al.Ranang K, Totok Suharto dan Ignatius Triman

- Ign Paskahono dan A. Sriyono+ibu dan Thomas Aguino K

- C.Supriyohadi

Page 100: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD
Page 101: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD
Page 102: KUMPULAN DATA2 SKRIPSI - USD