keemm enntterriiaann -...
TRANSCRIPT
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
i Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
KATA PENGANTAR
Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN). Laporan Kinerja merupakan pertanggungjawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Beberapa aturan yang mendasari Laporan Kinerja yaitu Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian dan Peraturan MenPAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Capaian kinerja Ditjen Perkebunan berdasarkan IKSP dalam PK Dirjen Perkebunan adalah sebagai berikut: 1) Produksi gula tebu mencapai 77,66%; 2) Pertembuhan ekspor produk perkebunan meningkat 13,90%; 3) Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam negeri mencapai 222,38%; 4) Ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) berdasarkan kebutuhan (pasca panen perkebunan) mencapai 99,60%; 5) rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI sebesar 1,57% atau mencapai 97,92%; 6) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor Nilai SAKIP) sebesar 82,98% atau mencapai 99,98%; 7) Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lemabaga) sebesar 72,12% atau mencapai 83,44%; 8) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4) sebesar 3,51 atau mencapai 117%; 9) Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Skor Nilai) sebesar 70,59% atau mencapai 100,84%; 9)
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2018 adalah sebesar Rp. 1.415.083.088.139,- atau mencapai 86,48% dari pagu DIPA/POK dengan total anggaran sebesar Rp. 1.636.534.054.000,- dengan capaian fisik sebesar 90,13%.
Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi pembangunan perkebunan. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembangunan perkebunan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, akuntabel dan tranparan.
Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang memadai.
Jakarta, Februari 2019 Direktur Jenderal Perkebunan
Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc NIP. 196405211990031001
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
ii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................. ii
DAFTAR TABEL ............................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................... 1
1.2. Organisasi ................................................ 4
1.3. Aspek Strategis Organisasi.............................. 17
1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan
Dalam Ruang Lingkup Global ................. 17
1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan
Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian ..... 18
1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan
Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perke-
bunan ............................................ 19
1.4. Aspek Sumberdaya Manuasia .......................... 20
BAB II PERENCANAAN KINERJA ....................................... 21
2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015 – 2019 ....................... 21
2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 24
2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 24
2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 25
2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perke-
bunan Tahun 2015-2019 ....................... 27
2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perke-
Bunan ........................................... 29
2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 33
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
iii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-
2019 .............................................. 34
2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 37
2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan
Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-
2019 .............................................. 38
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2018
2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Per-
kebunan Tahun 2018 ........................... 46
2.3. Perjanjian Kinerja ………………………………………………. 51
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..................................... 55
3.1. Capaian Kinerja Organisasi ........................... 55
3.2. Evaluasi dan Analisis Ukuntabilitas Kinerja ......... 59
3.2.1. Produksi gula tebu ............................. 61
3.2.2. Pertumbuhan volume ekspor untuk
produksi perkebunan ......................... 73
3.2.3. Rasio pemenuan kebutuhan komoditas
perkebunan untuk industri dalam negeri .. 81
3.2.4. Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian
(Alsintan) pascapanen dan penolahan
hasilperkebunanyang dapatdipenuhi
terhadap seluruh permintaan Alsintan
pascapanen dan pengolahan
hasilperkebunan ............................... 106
3.2.5. Rasio luas serangan OPT Terkendali dan Area
terkena DPI Tertanggulangiterhadap Luas
Lahan terserang OPT dan Berpotensi
Terkena DPI ..................................... 90
3.2.6. Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan
Berdasarkan Penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian ........................ 95
3.2.7. Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 2011
(perubahan menjadi PMK 214 tahun2017)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
iv Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Tentang Pengukuran Kinerja dan Evaluasi
Kinerja Atas Pelaksanaan rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian / Lembaga .......... 99
3.2.8 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
Layanan Publik Direktorat Jenderal
Perkebunan ..................................... 102
3.2.9 Nilai Pemeringkatan Informasi Publik
Direktorat Jenderal Perkebunan ............. 106
3.3. Realisasi Anggaran ....................................... 109
3.3.1 Realisasi Anggaran Berdasarkan Kegiatan
Utama ............................................ 109
3.3.2 Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis
Belanja........................................... 110
3.3.3 Realisasi Anggaran Berdasarkan Output
Kegiatan Ditjen. Perkebunan ................. 111
3.3.4 Realisasi Anggaran Berdasarkan Satker
Lingkup Ditjen. Perkebunan .................. 116
3.3.5 Permasalahan Umum Realisasi Anggaran
Tahun 2018 ...................................... 119
BAB IV PENUTUP ....................................................... 122
4.1. Kesimpulan Umum ...................................... 122
4.2. Rencana Tindak Strategis .............................. 130
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
v Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Sasaran program, Indikator Kinerja Sasaran Program
(IKSP) dan Target Kinerja Tahun 2015-2019 ............ 33
Tabel 2 : Kegiatan Utama Ditjen Perkebunan dan Dukungan
Anggaran Tahun 2018 ...................................... 47
Tabel 3 : Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2018 ..................... 52
Tabel 4 : Capaian Kinerja Ditjen Perkebunan Tahun 2018
berdasarkan Perjanjian Kinerja ........................ 56
Tabel 5 : Evaluasi dan Analisis Realisasi Produksi Gula Tebu
Tahun 2015-2018 .......................................... 62
Tabel 6 : Rekomendasi dan Solusi Akar Permasalahan terkait
Gula Tebu ................................................... 68
Tabel 7 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya
Kegiatan Mendukung Dalam Mencapai Produksi Gula
Tebu Tahun 2018 .......................................... 71
Tabel 8 : Capaian Kinerja Peningkatan Volume Ekspor
Komoditas Strategis Komoditas Perkebunan ............ 74
Tabel 9 : Realisasi Kinerja Volume Ekspor Komoditas
Perkebunan Tahun 2018 dibanding Tahun lalu dan
beberapa tahun sebelumnya .............................. 75
Tabel 10 : Analisis Akar Permasalahan Turunnya Volume Ekspor
Komoditas Perkebunan Tahun 2018 … ................... 78
Tabel 11 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya
Kegiatan Pendukung Dalam Mencapai Sasaran
Kegiatan dan Indikator Sasaran Kegiatan
Pertumbuhan Volume Ekspor Untuk Produk
Perkebunan Tahun 2018 ................................... 79
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
vi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Tabel 12 : Evaluasi dan Analisis Rasio Pemenuhan Kebutuhan
Komoditas Perkebunan Untuk Kebutuhan Dalam
Negeri ........................................................ 81
Tabel 13 : Evaluasi dan Analisis Terhadap Realisasi Kinerja dan
Capaian Kinerja Rasio Pengajuan Alat Mesin
Pertanian Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Perkebunan .................................................. 84
Tabel 14 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya
Kegiatan Pendukung Dalam Mencapai Sasaran
Kegiatan dan Indikator Sasaran Kegiatan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 2018 ... 89
Tabel 15 : Evaluasi dan Analisis Rasio Serangan OPT Terkandali
dan Area Terkenan DPI tertanggulangi terhadap Luas
Lahan terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI
Tahun 2019 .................................................. 91
Tabel 16 : Analisis Penggunaan Atas Efisiensi Penggunaan
Sumberdaya (penggunaan anggaran) dan analisis
Program/Kegiatan yang Menunjang Capaian ataupun
kegagalan .................................................... 94
Tabel 17 : Evaluasi dan Analisis Realisasi Nilai AKIP yang
diberikan oleh Itjen Kementerian Pertanian
pada Tahun 2018……………………………………………………… 96
Tabel 18 : Evaluasi dan Analisis Nilai Kinerja (NK) Ditjen
Perkebunan Tahun 2018 ................................... 100
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
vii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Tabel 19 : Evaluasi dan Analisis Nilai Kinerja Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) Atas layanan Publik Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2018 ........................ 103
Tabel 20 : Analisis Efisiensi Atas Penggunaan Sumberdaya
Kegiatan Utama dalam Mencapai target Indikator
Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat Atas Pelayanan
Publik Ditjen Perkebunan Tahun 2018 .................. 106
Tabel 21 : Evaluasi dan Analisis NPIP Ditjen Perkebunan Tahun
2018 .......................................................... 107
Tabel 22 : Realisasi dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen
Perkebunan Tahun 2018 Berdasarkan Kegiatan
Utama ....................................................... 110
Tabel 23 :Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen
Perkebunan Tahun 2018 Berdasarkan Jenis Belanja .. 111
Tabel 24 : Daftar Capaian Satker lingkup Ditjen Perkebunan
Tahun 2018 .................................................. 118
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Organisasi Ditjen Perkebunan ........... 132
Lampiran 2 : Perjanjian Kinerja Ditjen Perkebunan ........... 136
Lampiran 3 : Indikator Sasaran Program (SP) dan Indikator
Kinerja Sasaran Program (IKSP) .................. 138
Lampiran 4 : Realisasi Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen
Perkebunan Tahun 2018 ............................ 140
Lampiran 5 : Realisasi Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen
Perkebunan Tahun 2018 ............................ 142
Lampiran 6 : Hasil Reviu Lakin Ditjen. Perkebunan Tahun
2018 .................................................. 148
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
1 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan
pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi
strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya
pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke-
generasi. Pada Tahun 2015-2019, sub sektor perkebunan masih menjadi
sub sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran
strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun
sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang
PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian
nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan
komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas
ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai,
pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku
industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat
pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan
kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat
terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca
serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
berbagai kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk
usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan
pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana
prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan
yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014, juga menyatakan bahwa
perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya,
panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan.
Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan
mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan
nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan
ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi,
produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5)
meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku
industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan
sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan
lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan
penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat
dan daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan
tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan.
Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor
perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti
tenaga kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan,
lingkungan hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak
terkait pelayanan. lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan
pemerintah bersifat pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang
memiliki kekhasan komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah
akan membuka peluang negosiasi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah untuk menentukan pembagian kewenangan sub
sektor perkebunan yang tepat dan disesuaikan dengan kebijakan
program, anggaran dan regulasi yang efektif dan efisien.
Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan
sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah,
diwujudkan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang memadai. SAKIP yang memadai harus mengandung unsur
Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK), Pengukuran Kinerja, Laporan
Kinerja dan Evaluasi Pemanfaatan Informasi Kinerja. Hal ini tertuang di
dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai salah satu unsur penting dalam SAKIP
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format
yang terdiri dari: 1) Bab I Pendahuluan; 2) Bab II Perencanaan Kinerja;
3) Bab III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a) Capaian Kinerja
Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dengan
melakukan analisis capaian kinerja; (b) Realisasi Anggaran yang
digunakan dan telah digunakan sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja; 4) Bab IV Penutup dan Lampiran. Didalam Bab III diwajibkan
membahas 1) capaian terhadap target tahun ini; 2) capaian kinerja
dibandingkan dengan tahun lalu/beberapa tahun sebelumnya; 3)
capaian kinerja terhadap Rentra dan PK; 4) membandingkan capaian
kinerja dengan standar Nasional; 5) analisis keberhasilan dan penyebab
kegagalan; analisis atas efesiensi penggunaan sumberdaya; 7) analisis
program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja.
1.2. Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian terkait nomenklatur
organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam melaksanakan
tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
“perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi
dan produktivitas tebu dan tanaman perkebunan standarisasi teknis di
bidang perkebunan”. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat
Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan perkebunan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan perkebunan;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan,
pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio
energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta
pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan,
budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan perkebunan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan;
6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perbenihan, Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Struktur organisasi Ditjen
perkebunan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan
fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas
memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta
kerjasama di bidang perkebunan;
b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana,
pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan
peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan
masyarakat serta informasi publik;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
7 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan serta pemberian
layanan rekomendasi di bidang perkebunan;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal
Perkebunan.
2) Direktorat Perbenihan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan penyediaan benih tebu dan tanaman perkebunan lain.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Perbenihan Perkebunan
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih
tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar
serta penguatan kelembagaan benih;
b) Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih
tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar,
serta penguatan lembaga benih;
c) Menyusun norma, standar, prosedur, dan kreteria di bidang
penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan
penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih;
d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penilaian
varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan
benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, serta penguatan lembaga benih;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penilaian
varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan
benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, serta penguatan lembaga benih;
f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan
Perkebunan.
3) Direktorat Tanaman Semusim dan rempah, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
dibidang peningkatan produksi tanaman tebu, semusim dan rempah
lain. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman
Semusim menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi,
tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala
dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan produksi, tanaman
tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan
cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat
dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim
lainnya;
d. Pengembangan bahan baku bio energi tanaman tebu;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
9 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri,
lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat
dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim
lainnya; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim dan
rempah.
4) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan
dan Penyegar menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi
tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa
sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman
karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit,
tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain,
tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta
tanaman penyegar;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
d. Pengembangan bahan baku bio energi kelapa sawit;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman
kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman
penyegar;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar.
5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan
Perkebunan menyelenggarakan fungsi :
a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu
tumbuhan;
b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan
usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
d. Pelaksanan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
11 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman
semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
f. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan
usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan dibidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman
semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pasca
panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan
pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,
pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan
pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan
standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil
perkebunan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar
mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan
standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil
perkebunan;
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan
standar mutu di bidang perkebunan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan.
7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan
/OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBPPTP Surabaya,
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
13 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
BBPPTP Medan, dan BBPPTP Ambon. yang statusnya setara Eselon
II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a.
Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBPPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis
Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis
bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim
dan rempah, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, dan bidang
proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan.
Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah
sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur
Perlindungan Perkebunan.
Tugas pokok BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah
melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,
dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman
perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak
mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;
b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks
impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;
c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan
dalam rangka pelepasan varietas;
d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih
perkebunan dalam rangka penarikan varietas;
e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan
dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;
f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar
lintas provinsi;
g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu
benih perkebunan dan uji acuan (referee fest);
h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) perkebunan;
i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi
OPT serta faktor yang mempengaruhi;
j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan
dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting;
l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model
peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian
OPT perkebunan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
15 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT
perkebunan;
n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan , penilaian
kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT
perkebunan;
p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan
yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama
terpadu;
q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;
r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi
tanaman perkebunan;
s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan
proteksi tanaman perkebunan;
t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen
mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi
tanaman perkebunan;
u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama
laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga Balai Besar.
Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya,
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) perkebunan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
16 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi
OPT serta faktor yang mempengaruhi;
c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan
dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan
pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model
peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian
OPT perkebunan;
f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT
perkebunan;
g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian
kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan
yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama
terpadu;
i. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati;
j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama
laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga Balai.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
17 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
1.3. Aspek Strategis Organisasi
Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang meliputi bidang
ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan
rakyat, kewilayahan dan kedaerahan serta bidang politik, hukum,
pertahanan dan keamanan, maka tantangan ke depan yang akan
dihadapi dalam membangun perkebunan secara garis besar
dikelompokkan menjadi 1) tantangan pembangunan perkebunan dalam
ruang lingkup global; 2) tantangan pembangunan perkebunan dalam
ruang lingkup sektor pertanian dan 3) tantangan pembangunan
perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan.
1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Global
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar
global yang dapat diklasifikasikan yaitu:
1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC,
G20 dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya);
2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga
dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015);
3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari
tuntutan daya saing komoditas);
4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap
munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT);
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan);
6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan
urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku);
7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari
globalisasi produksi dan pasar)
1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Sektor Pertanian
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan
kondisi pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu:
1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi
lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun);
2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/
perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl)
pertanian/perkebunan);
3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi
pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan);
4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana
pertanian/ perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha
agribisnis pertanian/ perkebunan);
5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen
yang baik);
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
19 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan
ketahanan dan kedaulatan pangan);
7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari
pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa);
8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota);
9. Ketidaksinambungan kebijakan/ regulasi serta koordinasi lintas
sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/ regulasi
lintas sektor).
1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Sub Sektor Perkebunan
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan
kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat
diklasifikasikan yaitu:
1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan);
2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan
pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi
permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan);
3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan
pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan);
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua
dan tanaman dengan produktivitas rendah);
5. Anomali Iklim sebagai penyebab tidak stabilnya jadwal tanam dan
jadwal panen.
5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari
pemberlakuan ISPO);
6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi
reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah);
7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan,
kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi).
1.4. Aspek Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2018 pada
6 unit kerja eselon II dan 4 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat sebanyak
968 orang, terdiri dari golongan I sebanyak 4 orang, golongan II sebanyak
214 orang, golongan III sebanyak 639 orang, golongan IV sebanyak 111
orang. Jika dilihat berdasarkan pendidikannya S3 sebanyak 5 orang, S2
sebanyak 181 orang, S1 sebanyak 428 orang, D4 sebanyak 21 orang, SM
sebanyak 3 orang, D3 sebanyak 48 orang, D1 sebanyak 55 orang, SLTA
sebanyak 208 orang, SLTP sebanyak 7 orang, dan SD sebanyak 12 orang.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
21 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019
disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan
nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 sesuai
amanat Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Arah
kebijakan umum pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah 1)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;
2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang
berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk
pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5)
penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan
daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9
Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia
yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan.
Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA
yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
22 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
perkebunan Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN
2015-2019 mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub
agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui
peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2)
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan
pangan. Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah
tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam
kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan
diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik.
Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah
peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor
perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa
serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan
sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan
adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang
bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula
rumah tangga dan industri rumah tangga.
Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16
komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao,
Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan,
Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
23 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006
tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat
Jenderal Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah
pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program
peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan
seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang
didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan
penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun
sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha, pengolahan
produksi, pemasaran produksi dan perlindungan perkebunan serta
pemberian pelayanan berkualitas di bidang manajemen dan
kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih
dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen.
Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan
minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul,
pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun
induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, pasca panen,
pengolahan dan pemasaran, pemberdayaan pekebun, peningkatan
kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan.
Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 yang selaras
dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam
Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 adalah mendukung: 1)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
peningkatan produksi gula; 2) pengembangan komoditas bernilai
tambah; 3) penyediaan bahan baku bioindustri dan bio energi; 4)
peningkatan sumberdaya insani; 5) peningkatan kualitas aparatur dan
layanan kelembagaan pertanian; 6) peningkatan akuntabilitas kinerja
Kementerian Pertanian; 7) peningkatan pendapatan petani.
2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015- 2019
yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu terwujudnya kedaulatan pangan dan
kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan
menetapkan Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu
"Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan
peningkatan produksi komoditas perkebunan secara optimal, berdaya
saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan pekebun”.
2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian
maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut:
1) Mewujudkan peningkatan produksi tanaman perkebunan secara
berkelanjutan.
2) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen
dan kesekretariatan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
25 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
3) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pasca
panen dan pengolahan hasil perkebunan secara berkelanjutan.
4) Menyediakan fasilitas pembinaan dan penanganan usaha perkebunan
berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konflik
perkebunan.
5) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan
dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan
berkelanjutan.
6) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman
perkebunan dengan pendekatan kawasan.
7) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan
kelembagaan petani.
8) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan
dengan baik dan berwawasan lingkungan.
9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan
komoditas perkebunan.
10)Mendorong pengembangan produk perkebunan di tataran domestik
dan internasional yang berkualitas dan berdaya saing.
2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang
akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, maka tujuan pembangunan
nasional diimplementasikan ke dalam arah kebijakan umum untuk
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
26 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
pembangunan pertanian pada periode jangka menengah Tahun 2015-
2019, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan
Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan
Tahun 2015-2019 yang akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi
serta tugas dan fungsi organisasi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan
melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan
bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin
pertanian/pengolahan/pascapanen serta pembangunan kebun
sumber benih tanaman perkebunan.
2) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama
teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana,
kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi
pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang
berkualitas.
3) Melakukan pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energi,
sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman
perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-
industry melalui pendekatan zero waste management.
4) Melakukan pengembangan pemasaran produk unggulan perkebunan
yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi yang meliputi bidang
informasi, pemantauan dan stabilitas harga, sarana dan kelembagaan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
27 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
pasar, jaringan pemasaran, analisis, dan pengembangan ekspor,
pemasaran bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas.
2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-
2019
Arah kebijakan Pembangunan Perkebunan ditetapkan Dalam rangka
mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019
dan kebijakan Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Arah kebijakan
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 sebagai dasar
pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015-2019 ditetapkan menjadi Arah Kebijakan
Umum dan Arah Kebijakan Khusus.
Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu peningkatan
produksi komoditas perkebunan berkelanjutan, Arah kebijakan umum
Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:
1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis
a. Kebijakan penerapan budidaya yang abaik (GAP)
b. Kebijakan perkaretan Internasional (ITRC)
c. Kebijakan sinergitas BPDP kelapa sawit dan peremajaan kelapa
sawit rakyat
d. Kebijakan moratorium Alih Fungsi Hutan Alam dikonversi
menjadi lahan perkenbunan kelapa sawit
e. Kebijakan penanganan standarisasi mutu dan pembinaan usaha
perkebunan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
f. Kebijakan pengembangan potensi produk/komoditas perkebunan
ter-indikasi geografis (IG)
2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunan
3. Pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan
4. Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha
agribisnis prkebunan
5. Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
hidup
6. Peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan
perlindungan perkebunan
7. Peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen, pengolahan
dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan
8. Dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik
pembangunan perkebunan
9. Penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik dan reformasi
birokrasi sebagai dasar pelayanan prima.
Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan
perkebunan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019
yaitu:
1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan
produksi gula nasional.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
29 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
2. Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor
perkebunan.
3. Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan
fondasi sistem pertanian bio-industry.
4. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan.
5. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan.
6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintahan yang baik.
7. Peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
Dalam RPJMN Tahun 2015-2019 ditetapkan 9 agenda prioritas
NAWACITA yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional
dalam mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian
dalam kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang
menjadi tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor
strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan
dengan sasaran produksi gula Tahun 2019 mencapai 3,26 juta ton.
Selain itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi
nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas
perkebunan dengan sasaran produksi Tahun 2019 untuk komoditas
kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81
juta ton karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
30 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi
sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49
juta ton setara kopra.
Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran
strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, sesuai tugas dan
fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran
strategisnya untuk periode 2015-2019 yang difokuskan pada
peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis
yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Implementasi dukungan
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam pencapaian 7
sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu:
a. Meningkatnya pendapatan petani
b. Meningkatnya ketahanan pangan nasional
c. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian
nasional
d. Terpenihinya kebutuhan pangan strategis nasional
e. Terjaminnya kualitas dan keamanan pangan sytrategis nasional
f. Stabilnya harga komodiyas pertanian strategis
g. Dimanfaatkannya inovasi teknologi
h. Tersedianya infrastruktur pertanian yang sesuai kebutuhan
i. Terkendalinya penyebaran OPT dan DPI pada tanaman
j. Meningkatnya penerapan pengelolaan pertanian terpadu di
pedesaan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
31 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
k. Meningkatnya kualitas kelembagaan petani nasional
l. Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Kementan.
Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah
dan kebijakan pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan
perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum
dan Strategi Khusus.
Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:
1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis;
2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan
unggulan nasional;
3) Strategi pengembangan dann penguatan sistem pembiayaan
perkebunan;
4) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur
pendukung usaha perkebunan;
5) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
6) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan
iklim dan perlindungan perkebunan;
7) Strategi peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen,
pengolahan dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan
8) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik
pembangunan perkebunan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
9) Strategi penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik dan
reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima;
10) Stategi pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka
peningkatan produksi gula nasional
11) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas
perkebunan
12) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan
pengembangan fondasi system pertanian bio-industry
13) Strategi pengembangan sumberdaya insani perkebunan (SDI)
14) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha
perkebunan
15) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik
16) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun
Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:
1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka
peningkatan produksi gula nasional;
2) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas
perkebunan;
3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan
pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry;
4) Strategi pengembangan sumberdaya insani pekebunan (SDI);
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
33 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
5) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha
perkebunan;
6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik;
7) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi
tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 9 Indikator Kinerja
Sasaran Program (IKSP) sebagaimana tabel 1.
Tabel 1. Sasaran Program, Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP)
Dan Target Kinerja Tahun 2015-2019.
2015 2016 2017 2018 2019
1. Terpenuhinya kebutuhan
pangan strategis
Produksi gula tebu (Ton) - - 2.80 3.00
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan
(%)
- 6.06 4.57 3.82
Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan
untuk industri dalam negeri
- 30.00 35.00 40.00
3 Tersedianya infrastruktur
pertanian pasca panen
Rasio ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
berdasarkan kebutuhan (pasca panen perkebunan) (%)
100.00 100.00 100.00 100.00
4 Terkendalinya penyebaran
OPT dan tertanggulangi DPI
pada tanaman perkebunan
Rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan
berpotensi terkena DPI
- 1.05 1.60 1.60
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan
penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
(Skor Nilai SAKIP)
79.69 82.00 83.00 84.00
Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas
Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lemabaga) (%)
81.19 85.00 90.00 90.00
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik
Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4)
3.00 3.00 3.00 3.00
Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai)
60.07 65.00 70.00 75.00
Terwujudnya akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah di
lingkungan Direktorat
Jenderal Perkebunan
Meningkatnya kualitas
layanan dan informasi publik
Direktorat Jenderal
Perkebunan
6
5
2.
SASARAN PROGRAMTARGET (DARAM RENSTRA)CAPAIAN
NOINDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM
(IKSP)
Meningkatnya nilai tambah
dan daya saing komoditas
pertanian perkebunan
Sumber: Ditjen Perkebunan , 2019 (diolah)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015-2019 lebih diprioritaskan untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan melalui
intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung
oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan
kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih,
penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan
perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas.
Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/
pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan di daerah perlu
didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD yang
membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap
komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain
dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan
yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa,
Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu,
Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam.
2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-2019
NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019
mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan
bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda
prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri
Tahun 2015-2019.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
35 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan
lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan
mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas Tahun 2015-
2019 sebagai berikut:
1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas
perkebunan
Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian
pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil
tersertifikasi sampai dengan Tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi
Organik yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai Tahun
2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini
pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani
tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan organik
sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada
lahan perkebunan tertentu.
2) Perluasan areal perkebunan 150.000 hektar di lahan kering
Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk
mengembangkan komoditas perkebunan di lahan-lahan bukaan baru
yang sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal.
Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019
seluas 150.000 hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada,
pala, tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
3) Pengembangan food estate
Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam
rangka mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa
dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara
berdaulat. Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang
belum dapat dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan
dan belum secara mandiri memenuhi pangan masyarakatnya.
Pelaksanaan food estate bersamaan dalam mendukung kegiatan
pengembangan 1 juta hektar kawasan pangan Merauke dan
pengembangan rice estate dengan di Provinsi Kalimantan Barat (8
Kabupaten/Kota) seluas 120.000 hektar; Provinsi Kalimantan Tengah
(14 Kabupaten/Kota) seluas 180.000 hektar; Provinsi Kalimantan Utara
(Kabupaten Bulungan) seluas 10.000 hektar dan Provinsi Maluku (Kab.
Kepulauan Aru) seluas 190.000 hektar.
4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan
Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit
rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa
sawit seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di Provinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur melalui pola
PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat
menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah
perbatasan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
37 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru
Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan
baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada
Tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan
areal tebu 500.000 hektar di Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan
kegiatan inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan
merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian
Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan
lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan
target membangun/rehabilitasi 14 PG baru di Jawa & Luar Jawa.
6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan
perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan
perkebunan kelapa sawit
2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan
demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9
(sembilan) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dengan kegiatan
pengembangan tanaman semusim dan rempah;
(2) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan kegiatan
pengembangan tanaman tahunan dan penyegar;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
(3) Direktorat Perbenihan Perkebunan dengan kegiatan dukungan
perbenihan tanaman perkebunan;
(4) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan dengan
kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan;
(5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan
perlindungan perkebunan;
(6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya;
(7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan
mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman
perkebunan;
(8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;
(9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan.
2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Tahun 2015-2019
Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi
tanggung jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan dengan fokus kegiatan yang ditetapkan tercantum dalam
Renstra Eselon II Lingkup Ditjen Perkebunan sebagai berikut:
A. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Prioritas pengembangan tanaman semusim dan rempah difokuskan pada
7 komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Lada, Pala, Cengkeh,
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
39 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Kapas, Tembakau dan Nilam. Selain itu difasilitasi pengembangan
komoditas spesifik lokal seperti tanaman pemanis lain, tanaman serat,
tanaman atsiri, tanaman rempah dan semusim lainnya. Sasaran
peningkatan produksi tanaman semusim dan rempah adalah
terlaksananya pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Pengembangan areal produktif tanaman tebu, yang menjadi tugas
pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis
Lain;
2) Pengembangan areal produktif tanaman rempah (Lada, Pala,
Cengkeh, tanaman rempah dan tanaman atsiri lainnya), yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala
dan Cengkeh; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
3) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas,
tembakau, nilam, tanaman pemanis lain, tanaman serat dan
semusim lain); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat
Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah
dan Semusim Lain; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
4) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering; yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan
Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; dan Sub
Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan
Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Sub Direktorat
Tanaman Serat dan Atsiri; dan Sub Bagian Tata Usaha serta
kelompok jabatan fungsional.
B. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Prioritas pengembangan tanaman tahunan dan penyegar difokuskan
pada 9 komoditas unggulan perkebunan yaitu kelapa sawit, karet,
kelapa, jambu mete, kemiri sunan, sagu, kakao, kopi dan teh. Selain itu
difasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokal seperti tanaman
palma lain, tanaman penyegar lain dan tanaman tahunan lainnya.
Sasaran peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar adalah
terlaksananya pengembangan tanaman tahunan penyegar dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Pengembangan areal produktif tanaman kakao; yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Penyegar.
2) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan (Kelapa Sawit,
Karet, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri sunan dan Sagu); yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman
Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; dan Sub
Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
41 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
3) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya (Kopi dan
Teh); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman
Penyegar.
4) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering; yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan
Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit;
Sub Direktorat Tanaman Penyegar dan Sub Direktorat Tanaman
Kelapa dan Palma lain.
5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar,
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet
dan Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa
Sawit; Sub Direktorat Tanaman Penyegar; Sub Direktorat Tanaman
Kelapa dan Palma lain; Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional.
C. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan adalah
terlaksananya penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah;
1) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman
Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan
dan Penyegar.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
2) Pengawasan mutu benih tanaman perkebunan, yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan
Mutu Benih.
3) Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Perkebunan,
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Kelembagaan
Benih.
4) Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman
Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan
Penyegar; Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu
Benih; Sub Direktorat Kelembagaan Benih, Sub Bagian Tata Usaha
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
D. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
adalah terlaksananya pengembangan pengolahan dan pemasaran
hasil perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-
2019 adalah:
1) Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pascapanen.
2) Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Pengolahan.
3) Pembinaan usaha perkebunan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi
dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
43 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
4) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu keamanan
pangan bagi pelaku usaha perkebunan, yang menjadi tugas dan
fungsi dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.
5) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan, yang menjadi tugas
pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Pemasaran Hasil.
6) Fasilitasi Teknis Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat
Pascapanen; Sub Direktorat Pengolahan; Sub Direktorat
Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha; Sub Direktorat Pemasaran
Hasil; Sub Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional.
E. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah
Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya
Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak
Perubahan Iklim dan Gangguan/ Konflik Usaha Perkebunan dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) perkebunan;
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pengendalian OPT
Tanaman Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Pengendalian
OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar.
2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan; yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan
Pengendalian OPT.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
3) Antisipasi dampak perubahan iklim; yang menjadi tugas dan fungsi
dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran.
4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha,
Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.
5) SL-PHT tanaman perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari
Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.
6) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis
komoditas perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub
Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.
7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.
8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan
Pengendalian OPT; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman
Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman
Tahunan dan Penyegar; Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran; Sub bagian Tata Usaha
dan kelompok jabatan fungsional.
F. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
adalah Terlaksananya Pelayanan Teknis dan Administrasi Seluruh
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
45 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Unit Organisasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan
dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan, Umum,
serta Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, yang menjadi tugas dan
fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan;
Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum.
2) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan
Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan
Bagian Umum.
G. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta
Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Medan, Surabaya dan Ambon
Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) Medan,
Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian
mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi
tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun
2015-2019 adalah:
1) Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan;
2) Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi tanaman
perkebunan;
3) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
4) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia
pengendali hayati tanaman perkebunan;
5) Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian mutu benih
dan teknologi proteksi tanaman perkebunan.
Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi
tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus
kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah 1) rakitan teknologi
spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; dan 2) eksplorasi,
pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati
tanaman perkebunan.
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2018
Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018 merupakan bagian
dari program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:
“Peningkatan produksi tanaman perkebunan berkelanjutan”.
2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018 adalah
Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian
bioindustry berkelanjutan. Dalam mencapai sasaran Program Ditjen
Perkebunan, sasaran Kegiatan utama Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2018, sebagaimana tabel 2, sedangkan sasaran kegiatan per
output kegiatan sebagaimana pada lampiran 4.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
47 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Tabel 2. Kegiatan Utama Ditjen Perkebunan dan Dukungan Anggaran
Tahun 2018 NO KODE / KEGIATAN PAGU
1 1777|Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 500,571,910,000
2 1779|Dukungan Perlindungan Perkebunan 96,261,498,000
3 1780|Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 238,954,612,000
4 1781|Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 140,345,052,000
5 5888|Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 322,286,492,000
6 5889|Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 99,812,876,000
7 5890|Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 238,121,614,000
JUMLAH 1,636,354,054,000
Program peningkatan produksi dan produkstivitas tanaman perkebunan
berkelanjutan Tahun 2018 didukung oleh alokasi anggaran sebesar Rp.
1.636.354.054.000,-. Kegiatan Utama Ditjen Pekebunan dan dukungan
anggaran Tahun 2018 tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 500.571.910.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengembangan tanaman kopi seluas 19.280 ha;
b. Pengembangan tanaman kakao seluas 18.650 ha;
c. Pengembangan tanaman karet seluas 5.360 ha;
d. Pengembangan tanaman kelapa seluas 27.350 ha;
e. Pengembangan tanaman tahunan dan penyegar lainnya seluas
8.560 ha;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
48 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
f. Pengembangan perkebunan di wilayah perbatasan sebanyak 8
lokasi;
g. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan tanaman tahunan dan
penyegar selama 12 bulan.
2. Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 96.261.4987.000,-. Dengan output kegiatan
sebagai berikut:
a. Penanganan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tanaman
perkebunan seluas 8.325 ha;
b. Penanganan dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran
lahan dan kebun sebanyak 25 kelompok tani;
c. Pengembangan desa pertanian orgnaik berbasis komoditas
perkebunan sebanyak 155 desa;
d. Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12
bulan;
e. Penanganan gangguan dan konflik usaha perkebunan sebanyak
21 provinsi.
3. Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 238.954.612.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Layanan dukungan manajemen selama 12 bulan;
b. Layanan internal (overhead) selama 12 bulan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
49 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
c. Layanan perkantoran selama 12 bulan.
4. Kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 140.345.052.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan
sebanyak 88.734.620 batang;
b. Pengembangan teknologi proteksi tanaman perkebunan
sebanyak 37 teknologi;
c. Fasilitasi teknis dukungan pengujian dan pengawasan mutu
benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan
selama 12 bulan;
d. Layanan dukungan manajemen selama 12 bulan;
e. Layanan internal (overhead) selama 12 bulan;
f. Lyanan perkantoran selama 12 bulan.
5. Kegiatan pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 322.286.492.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengembangan tanaman tebu seluas 11.456 ha;
b. Pengembangan tanaman semusim dan rempah lainnya seluas
58.967 ha;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
c. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan tanaman semusim
lainnya selama 12 bulan.
6. Kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 99.812.876.000,-. Dengan
output kegiatan sebagai berikut:
a. Fasilitasi pasca panen tanaman perkebunan sebanyak 63 KT;
b. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan selama 12 bulan;
c. Fasilitasi pengolahan hasil perkebunan sebanyak 90 unit;
d. Pengembangan penerapan standarisasi mutu dan pembinaan
usaha perkebunan sebanyak 54 kegiatan;
e. Pengembangan pemasaran hasil perkebunan sebanyak 60
kegiatan.
7. Kegiatan Dukungan Perkebenihan Tanaman Perkebunan dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 238.121.614.000,-. Dengan output
kegiatan sebagai berikut:
a. Penyediaan benih unggul tanaman perkebunan sebanyak 4.008
ha;
b. Fasilitasi teknis dukungan penyediaan benih unggul tanaman
perkebunan selama 12 bulan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
51 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
2.3. Perjanjian Kinerja
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen
pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara
atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja
pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target
sasaran kinerja serta indikator kinerja kegiatan yang menggambarkan
keberhasilan pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun
keluaran (output).
Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
sebagai penjabaran dari Rencana strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan setiap tahunnya dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN
dan RB Nomor 53 Tahun 2014. PK Direktorat Jenderal Perkebunan
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri
Pertanian pada bulan Januari 2018. PK Ditjen Perkebnunan ditandatangi
pada tanggal 05 Januari 2018.
Sebagai dukungan terhadap pencapaian kinerja pada PK, pada Tahun
2018 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang
tertuang dalam DIPA/POK yang dikeluarkan pada tanggal 05 Januari
2018 dengan total anggaran sebesar Rp. 1.631.801.109.000,-.
Selanjutnya pada bulan September 2018 melalui refokusing anggaran
bertambah menjadi Rp. 1.636.354.054.000,-.
Anggaran tersebut diterima oleh 38 satker lingkup Ditjen Perkebunan
terdiri 1 (satu) satker Pusat Ditjen Perkebunan, 4 Satker UPT Pusat
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Ditjen Perkebunan dan 33 Satker Provinsi yang menangani perkebunan
seluruh Indonesia.
Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Sasaran Kegitan (IKSP) serta
target yang telah disusun dalam Format Perjanjian Kinerja (PK)
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel.3,
sedangkan PK, SP dan IKSP dapat dilihat dilampiran 2.
Tabel 3. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target
1 Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis Produksi gula tebu Ton 2,800,000.00
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan (%)
4.57
Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri
dalam negeri(%)
35.00
3 Tersedianya infrastruktur pertanian pasca
panen
Rasio ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) berdasarkan
kebutuhan (pasca panen perkebunan) (%)
100.00
4 Terkendalinya penyebaran OPT dan
tertanggulangi DPI pada tanaman perkebunan
Rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI
(%)
1.60
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
(Skor Nilai
SAKIP)
83.00
Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lemabaga)
(%)
90.00
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan (Nilai Skala
Likert 1-4)
3.00
Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai)
70.00
6 Meningkatnya kualitas layanan dan informasi
publik Direktorat Jenderal Perkebunan
2 Meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas pertanian perkebunan
5 Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal
Perkebunan
Sumber : Ditjen Perkebunan, 2019 (diolah)
Berdasarkan pada Tabel 3 diatas dapat diuraikan bahwa:
1) Sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan strategis Ditjen
Perkebunan dengan indikator kinerja produksi gula tebu sebesar
2.800.000 ton;
2) Sasaran program meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan sebagai
berikut:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
53 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
a. Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan sebesar
4,57%
b. Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industry dalam negeri sebesar 35%;
3) Sasaran program tersedianya infrastruktur pertanian perkebunan
pasca panen dengan indikator kinerja kegiatan rasio ketersediaan
alat dan mesin pertanian (Alsintan) berdasarkan kebutuhan (pasca
panen perkebunan) sebesar 100%;
4) Terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulanginya DPI pada
tanaman perkebunan dengan indicator kinerja kegiatan rasio
serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi
terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI,
sebesar 1,6%;
5) Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di lingkungan
Direktorat Jenderal Perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan
sebagai berikut:
a. Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunanberdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sebesar 83 (Skor
Nilai AKIP);
b. Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 tahun 2011 (sekarang
PMK 214 2017) tentang Pengukuran Kinerja dan Evaluasi Kinerja
atas Pelaksanaan Rencana Kerta dan Anggaran Kementerian
Negara/lembaga sebesar 90,00;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
54 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
6) Miningkatknya kualitas layanan dan informasi publik Direktorat
Jenderal Perkebunan dengan indikator kinerja kegiatan sebagai
berikut:
a. Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan sebesar 3,00 (skala Likert 1-4);
b. Nilai peningkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan sebesar 70,00 (Skor nilai)
Dalam upaya keseragaman, konsistensi dan ketepatan serta akurasi
dalam pengukuran capaian kinerja sasaran program (SP) dan Indikator
Kinerja Sasaran Program (IKSP) digunakan petunjuk cascading dan
manual IKSP sebegaimana pada lampiran 3.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
55
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
Capaian kinerja organisasi disajikan sebagai pertanggungjawaban
pimpinan atas nama organisasi untuk setiap perjanjian kinerja sasaran
strategis organissasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja dengan
menggunakan analisis yang realistis dan formal sesuai aturan yang
berlaku.
Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka menjamin adanya
peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas
dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan
seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang
akuntabel. Setiap akhir tahun anggaran dan berakhirnya kegiatan,
instansi harus melakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui
pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja. Hal ini sesuai yang diamanatkan dalam permen-PAN dan RB
Nomor 53 Tahun 2014.
Secara nasional ukuran Capaian unit instansi Pemerintah bisa diukur
dengan mengunakan kriteria capaian Sub Sektor tertentu. Ditjen
perkebunan dalam hal ini menggunakan indikator makro dan indikator
mikro serta kriteria lainnya yang relevan dengan target yang telah di
tetapkan dalam PK. Tingkat kinerja ini, tidak bisa di klaim sebagai
capaian secara substantif karena banyak pihak yang turut berperan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
56
dalam pencapaiannya. Namun demikian Ditjen Perkebunan memiliki
peran yang sangat besar dalam pencapaian indikator tersebut
khususnya sub sektor perkebunan. Peran tersebut harus dilakukan
sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai fasilitator dan penggerak
pembangunan sesuai dengan kewenangannya.
Capaian Kinerja Ditjen Perkebunan Tahun 2018, sesuai perjanjian
kinerja antara Dirjen Perkebunan dengan Menteri Pertanian dapat
dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Capaian Kinerja Ditjen Perkebunan Tahun 2018,
Berdasarkan Perjanjian Kinerja
Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)Kriteria
Keberhasilan
Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis Produksi gula tebu Ton 2,800,000.00 2,174,400.00 77.66 Cukup Berhasil
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan % 4.57 13.90 304.16 Sangat Berhasil
Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam negeri % 35.00 77.83 222.38 Sangat Berhasil
Tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen Rasio ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) berdasarkan kebutuhan
(pasca panen perkebunan)
% 100.00 99.60 99.60 Berhasil
Terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulangi
DPI pada tanaman perkebunan
Rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap
luas lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI
% 1.60 1.57 97.92 Berhasil
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian Inspektorat
Jenderal Kementerian Pertanian
Skor nilai
SAKIP
83.00 82.96 99.95 Berhasil
Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang Pengukuran dan
Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
% 90.00 75.10 83.44 berhasil
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat Jenderal
Perkebunan
Skol Skala
Likert 1-4
3.00 3.51 117.00 Sangat Berhasil
Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan Skor 70.00 70.59 100.84 Sangat Berhasil
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik
Direktorat Jenderal Perkebunan
Meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas pertanian perkebunan
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal
Perkebunan
Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah (2019).
Berdasarkan Tabel 4. tersebut diatas, capaian kinerja Ditjen
Perkebunan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator
kinerja produksi gula mencapai 77,66% dengan kategori kurang
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
57
berhasil. Capaian ini dihitung berdasarkan perbandingan antara
capaian produksi tahun 2018 (evaluasi akhir giling) sebesar
2.174.000 ton Gula Kristal Putih (GKP) dibandingkan dengan target
2.800.000 ton GKP;
2. Capaian sasaran meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas perkebunan sesuai dengan indikator sebagai berikut:
a) Pertumbuhan ekspor untuk produk perkebunan mencapai
304,16% dengan kategori sangat berhasil. Capaian ini dihitung
berdasarkan perbandingan antara capaian rata-rata ekspor
komoditas perkebunan Tahun 2018 sebesar 13,90% dibandingkan
dengan target 4,57%;
b) Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri mencapai 222,57% dengan katagori sangat
berhasil. perbandingan antara besarnya produksi 47.971.073 ton
dengan kebutuhan dalam negeri sebesar 61.569.807 ton untuk
enam komoditas unggulan (kelapa sawit, karet, kakao, kopi,
teh, dan tebu).
3. Capaian sasaran tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen
terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator kinerja
ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) berdasarkan
kebutuhan (pasca panen perkebunan) mencapai 99,61%. Dihitung
berdasarkan realisasi ketersediaan alsintan sebesar 252 Unit dari
253 unit yang ditargetkan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
58
4. Capaian sasaran terkendalinya penyebaran OPT dan
tertanggulanginya DPI pada tanaman perkebunan dengan indikator
kinerja rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI sebesar 1,57% atau mencapai 97,92% dengan katagori
berhasil. Dihitung berdasarkan luas serangan OPT terkendali dan
area DPI tertanggulangi seluas 8.525Ha dibandingkan dengan luas
terserang OPT dan berpotensi terkena DPI seluas 544.155Ha
tertanggulangi sebesar 2%.
5. Capaian sasaran kinerja terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai
indikator kinerja sebagai berikut:
a) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor Nilai SAKIP)
mencapai 82,98% atau 99,98% masuk dalam katagori berhasi.
Dihitung berdasarkan capaian nilai SAKIP sebesar 82,98
dibanding target 83,00.
b) Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga) sebesar
75,10 atau 83,44 dari target 90 masuk dalam katagori berhasil.
Dihitung berdasarkan nilai kinerja yang ada dalam aplikasi
SMART PMK 214 Tahun 2017 yang diisi oleh semua satker lingkup
Ditjen Perkebunan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
59
6. Capaian sasaran kinerja meningkatnya kualitas layanan dan
informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai berikut:
a) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4) sebesar 3,51 atau
mencapai 117% masuk dalam katagori sangat berhasil. Dihitung
berdasarkan realisasi rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas layanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai
Skala Likert 1-4) dari 4 Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pusat
lingkup Ditjen Perkebunan.
b) Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai) sebesar 70,59% atau mencapai 100,84%
masuk dalam katagori sangat berhasil. Dihitung berdasarkan
hasil penilaian dari Biro Hukum dan Hubungan masyarakat
Setjen Kementerian Pertanian.
Capaian kinerja setiap sasaran kinerja tersebut dianalisis sesuai
PermenPAN&RB Tahun 2014 pada subab berikutnya.
3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja
Sesuai yang diamanahkan dalam PermenPAN&RB Tahun 2014, Laporan
Kinerja pelaksanaan anggaran lingkup Instansi Pemerintah diwajibkan
mengevaluasi dan menganalisis kinerja berdasarkan aspek sebagai
berikut:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
60
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
(jika ada);
5. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan
anggaran);
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian ataupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja).
Untuk mengukur setiap indikator kinerja sasaran program (IKSP) dalam
perjanjian kinerja (PK) berpedoman pada manual iku yang ditetapkan
pada saat penyusunan IKSP lingkup Kementerian Pertanian. Sedangkan
Untuk mengukur efisiensi (E) di gunakan formula berdasarkan PMK 214
Tahun 2017, sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengukur nilai efisiensi (NE) digunakan formula
berikut :
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
61
Dari formula tersebut berarti suatu kegiatan di katakan efisien jika
memiliki nilai efisiensi lebih besar sama dengan 50% dan jika lebih besar
dari 100% dikatakan efisien tetapi perlu penjelasan lebih lanjut karena
dianggap anomali.
3.2.1. Produksi Gula Tebu
Gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis Kementerian
Pertanian. Sebagai salah satu indikator capaian kinerja Ditjen
Perkebunan gula berbasis tebu mendapat perhatian khusus lingkup
Ditjen Perkebunan.
Produksi gula tebu merupakan IKSP dari sasaran kinerja terpenuhinya
kebutuhan pangan strategis perkebunan. Data produksi gula yang
digunakan bersumber dari BPS dan atau data statistik komoditas
perkebunan yang dikelola oleh Ditjen Perkebunan.
Formula yang digunakan dalam menghitung produksi gula tebu adalah
produktivitas gula tebu dikalikan dengan luas panen gula tebu.
(produksi gula tebu diperoleh dari produktivitas tebu dikalikan
rendemen).
Evaluasi dan analisis realisasi kinerja dan capaian produksi Gula tebu
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
62
Tabel 5.Analisis realisasi kinerja dan capaian produksi Gula tebu
Tahun 2015-2018
Tahun Target (Ton) Realisasi (Ton) Capaian (%) Realisasi Capaian
2015 2,972,000 2,497,997 84.05 87.05 92.39
2016 3,270,000 2,204,619 67.42 98.63 115.18
2017 2,400,000 2,121,671 88.40 102.49 87.84
2018 2,800,000 2,174,400 77.66 100.00 100.00
2019 3,000,000 - - 72.48 -
Produksi gula tebuIK-1 2018 Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dan 2019 (%)
Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis perkebunan
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019 (Diolah)
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Realisasi Kinerja produksi gula tebu Tahun 2018 adalah sebesar
2.174.400 ton atau mencapai 77,66% dari target sebesar 2.800.000 ton
dan masuk dalam katagori kurang berhasil.
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Berdasarkan tabel 5. diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja
dan capaian kinerja Tahun 2018 jika dibandingkan dengan Tahun lalu
dan beberapa tahun sebelumnya yaitu:
1. Dibanding Tahun 2017
Realisasi kinerja produksi gula tebu mengalami kenaikan sebesar
2,49% atau mencapai 102,49% dari produksi gula tebu Tahun
2017. (realisasi produksi gula tebu tahun 2018 sebesar 2.174.400
ton dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun 2017 sebesar
2.121.671 ton).
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
63
Capaian kinerja produksi gula tebu mencapai 87,84% atau
mengalami penurunan sebesar 12,16% (produksi gula tebu Tahun
2018 mencapai 77,66% dari target dibanding kinerja produksi
gula tebu Tahun 2017 sebesar 88,40% dari target).
2. Dibanding Tahun 2016
Realisasi kinerja produksi gula tebu mengalami penurunan
sebesar 1,37% atau mencapai 98,63% dari produksi gula tebu
Tahun 2017. (2.174.400 ton dibanding realisasi produksi gula
tebu tahun 2017 sebesar 2.204.671 ton).
Capaian kinerja produksi gula tebu mencapai 115,18% atau
mengalami peningkatan sebesar 15,18% (77,66% dibanding
capaian kinerja produksi gula tebu Tahun 2017 sebesar 67,42%).
Realisasi kinerja mengalami penurunan sebesar 12,95% atau
mencapai 87,05% dari produksi gula tebu Tahun 2018 sebesar
2.174.997 Juta Ton dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun
2016 sebesar 2.497.997 ton.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 7,61% atau
mencapai 92,39% dari capaian kinerja produksi gula tebu Tahun
2018 sebesar 77,66% dibanding capaian kinerja produksi gula
tebu Tahun 2016 sebesar 67,42%.
3. Dibanding Tahun 2015
Realisasi kinerja mengalami penurunan sebesar 12,05% atau
mencapai 87,05% dari produksi gula tebu Tahun 2018 sebesar
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
64
2,174 Juta Ton dibanding realisasi produksi gula tebu Tahun
2015 sebesar 2,498 juta ton.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 7,94% atau
mencapai 92,06% dari capaian kinerja produksi gula tebu Tahun
2018 sebesar 77,66 dibanding dengan capaian kinerja prodiksi
gula tebu Tahun 2015 sebesar 87,05%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi mencapai 72,48% dari target
3.000.000 ton gula tebu.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional
tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional produksi
gula tebu.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa
produksi gula tebu Tahun 2018 masuk dalam kakatgori kurang berhasil.
Akar permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu dikelompokkan
ke dalam 11 (sebelas) domain permasalahan, yaitu perubahan iklim
atau anomali ilkim, Inovasi teknologi budidaya terbarukan belum
optimal, terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering,
dukungan pengolahan belum optimal, petani meragukan transparansi
rendemen, dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, distabilitas
Harga petani, minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, Sumber
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
65
Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, Minimnya investasi terhadap
industri gula berbasis tebu.
1. Perubahan iklim atau anomali ilkim, menyebabkan petani tidak
memiliki pola tanam yang tetap berakibat pada masa tanam,
pemeliharaan dan panen tidak sesuai standar teknis, pertumbuhan
tebu stagnan dan kering. Hal ini terjadi karena usaha tani tebu
mayoritas (90%) di lahan kering sulit pengairan sehingga waktu
tanam, pemeliharaan dan panen tidak sesuai dengan pola tanam
yang direkomendasikan.
2. Inovasi teknologi budidaya tebu terbarukan belum optimal,
menyebabkan sebagian besar petani masih menggunakan teknologi
yang belum tepat guna (rendemen dan produktivitas masih rendah),
akibatnya penerapan inovasi teknologi budidaya tebu belum
optimal, pengelolaan lahan tebu sempit dan terpencar, dan
modernisasi melalui mekanisasi pertanian belum diterapkan secara
optimal.
3. Terbatasnya varietas unggul baru yang adaptif di lahan kering,
menyebabkan produktivitas tebu dan rendemen rendah. Akibatnya
petani menanam tebu dengan varietas asalan atau varietas unggul
yang tidak sesuai spesifikasi lokasi.
4. Dukungan Pengolahan belum Optimal, menyebabkan sistem pasar
belum berjalan dengan baik, kehilangan produksi karena rendahnya
efisiensi industri pengolahan, persaingan industri kurang sehat dan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
66
lain-lain. Hal ini disebabkan kondisi PG di Indonesia rata-rata sudah
berumur tua, dengan kapasitas giling kecil di bawah 3.000 TCD,
sehingga berdampak pada kinerja PG untuk menghasilkan rendemen
gula tidak optimal.
5. Petani meragukan transparansi rendemen, menyebabkan minat
petani untuk meningkatkan rendemen lebih kecil dan lebih besar
kemungkinan berminat meningkatkan berat tebu, hal ini berakibat
pada sistem budidaya yang kurang spesifik meningkatkan
produktivitas.
6. Dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, antara lain kebijakan
alih fungsi lahan tebu ke lahan marginal/lahan kering, tanpa
dukungan kebijakan lanjutan khusus tebu, kebijakan harga masih
belum menguntungkan petani, stakeholders gula tebu sangat
heterogen.
7. Distabilitas Harga petani disebabkan sistem pasar gula misalnya
dengan beredarnya gula kristal putih impor, distorsi gula rafinasi di
pasaran, harga Patokan Petani (HPP) yang ditentukan oleh
Kementerian Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi
(BPP) yang ditentukan Kementerian Pertanian. Hal ini menyebabkan
kurang menariknya pengembangan tebu, sehingga existing tanaman
tebu tidak bertambah bahkan sebaliknya. Jika hal ini dibiarkan
maka luasan areal tebu akan semakin berkurang.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
67
8. Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, menyebabkan
sulitnya memperoleh tenaga kerja baik petani/pengusaha tebu,
penyuluh/pembina pertebuan dan SDM lainnya yang menangani
langsung gula berbasis tebu di Indonesia hal ini tercermin dari
pengelolaan pertanian di daerah dilakukan secara desentralisasi,
banyak petugas teknis pertanian yang ditugaskan tidak sesuai
dengan bidang teknis keahliannya dan kurangnya jumlah petugas
penyuluh tanaman tebu, sehingga menyebabkan budidaya tebu
tidak sesuai standar teknis.
9. Sumber Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, karena tebu sangat
cocok di daerah berpengairan yang cukup maka alam yang sesuai
adalah iklim yang stabil, daerah cukup air dan atau daerah
berpengairan modern. Hal ini sulit di temukan jika dilakukan oleh
petani secara spot-spot dan harus di lahan hamparan yang sudah
sulit ditemukan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh persaingan
komoditas, ketersediaan lahan dan minat petani/pengusaha itu
sendiri.
10. Minimnya minat investasi terhadap industri gula berbasis tebu,
menyebabkan pengembangan tebu tidak konsisten. Hal ini
tercermin dari banyaknya rencana pengembangan industri gula
berbasis tebu oleh investor yang mengalami kesulitan bahkan
mengakhiri niatnya tanpa hasil, padahal kunci pengembangan tebu
adalah tersedianya pabrik Gula (PG). Hal ini disebabkan investasi di
industri gula berbasis tebu relatif besar sementara dukungan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
68
regulasi, sarana infrastruktur dan sosial ekonomi kemasyarakatan
masih sangat kurang.
11. Manajemen pengelolaan pengembangan tebu dan faktor
pendukungnya baik hulu dan hilir belum sinergi dan belum
maksimal. Hal ini disebabkan komitmen terhadap pembangunan
pertebuan belum ada persepsi yang sama dari semua stakehorders.
Permasalahan tersebut di atas sangat berpengaruh besar terhadap
eksistabilitas pergulaan nasional. Oleh karena itu, solusi dan
rekomendasinya adalah terselesaikannya permasalahan yang sangat
komplek tersebut.
Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait
permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu, maka rekomendasi
solusi perbaikan kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan
tersebut secara ringkas disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula
Tebu No Akar masalah Rekomendasi solusi
1 Pengembangan Tebu 90% di
lahan Kering/marginal
1. Penyediaan sumur dalam,
embung, sumur dangkal, permukaan
2 Sistem Budidaya belum
Optimal
2. Meningkatkan pembinaan, pendampingan dan
penyuluhan
3. Rehabilitasi Tanaman melalui bongkar ratoon dan
rawat ratoon
4. Adopsi inovasi terbarukan dari studi banding,
penelitian dan percontohan atau demplot.
3 Sulitnya memperoleh benih
unggul tepat waktu (sesuai
pola tanam)
5. Koordinasi dan kerjasama dengan lembaga penelitian
dan sumber benih
6. Pembangunan benih unggul secara berjenjang dan
terencana
4 Rendemen tidak Optimal 7. Revitalisasi PG
8. Penataan varietas
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
69
No Akar masalah Rekomendasi solusi
9. Sistem budidaya sesuai rekomendasi teknis
10. Memperbaiki manajemen tebang muat angkut
5 Transparansi rendemen 11. Fasilitasi pengawas rendemen
12. Membentuk Tim Transparansi Rendemen
13. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas
terkait, Perguruan tinggi dan PG
14. Pengukuran rendemen individu menggunakan Core
Sampler
6 Sulit melakukan perluasan
areal tebu
15. Meningkatkan Koordinasi dengan K/L terkait dengan
pembebasan lahan
16. Meningkatkan animo masyarakat untuk
mengembangkan tanaman tebu
17. Perluasan di lahan pengembangan
7 Lahan sempit dan terpencar 18. Melakukan regrouping lahan minimal 10 ha, bekerja
sama dengan pemda dan BPN
8 Harga ditingkat petani
relative tidak stabil
19. Menekan biaya produksi dengan full mekanisasi,
regrouping lahan, manajemen tebang muat angkut,
subsidi pupuk, insentif produksi gula tebu dan
profesionalitas petani tebu
20. Membentuk Tim pengawasan pasar gula
21. Penguatan lembaga pemasaran bentukkan petani/klp
tani tebu
9 Minimnya kuantitas dan
kualitas SDM pertebuan
22. Melatih tenaga kerja pertebuan
23. Meningkatan kapabilitas SDM petugas teknis dan
penyuluh dan petani tebu melalui pelatihan/traning
24. Profesionalisasi kelembagaan petani melalui pelatihan
dan training
25. Asosiasi tebu Indonesia di optimalkan
10 Terbatasnya SDA 26. Optimalisasi lahan
27. Optimalisasi penggunaan sumber daya air
28. Memanfaatkan iklim sebagai sumberdaya yang efisien
29. Menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung
11 Dukungan lembaga riset
pengembangan tebu kurang
30. Pemberdayaan lembaga riset tebu yang sudah ada
secara optimal
12 Minimnya investasi 31. Sosialisasi dan koordinasi dengan investor
32. Meningkatkan koordinasi sinergi dengan pihak-pihak
terkait
33. Memfasilitasi investor baik secara administrasi
maupun insfrastruktur
13 Menyatukan persepsi yang
sama terhadap kemajuan
pembangunan pergulaan
Nasional
34. Sosialisasi kepada seluruh stakeholders pergulaan
dalam menyatukan persepsi.
35. Meningkatkan kebersamaam
lembaga/instansi/organisasi terkait
36. Meningkatkan pemberdayaan
petani/kelompoktani/koperasi/asosiasi pertebuan
Indonesia
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019 (Diolah)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
70
Secara keseluruhan terdapat 13 akar masalah yang perlu diselesaikan
secara sinergisitas baik lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, lingkup
Kementerian Pertanian dan Kementerian/Lembaga terkait. Hal ini
disebabkan produksi gula tebu sangat terkait dengan stakeholders
pergulaan secara luas. Masing-masing akar permasalahan telah
dirumuskan rekomendasi solusi yang sesuai dan relevan dengan konteks
akar masalah yang dihadapi, dimana dihasilkan 36 rekomendasi solusi
tindak lanjut upaya perbaikan kinerja ke depan.
Dalam upaya pencapaian target kinerja, Direktorat Jenderal
Perkebunan melakukan kegiatan pembinaan, koordinasi dan
pengembangan tanaman tebu yang tersentral di 11 provinsi yaitu Jawa
Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa
Tenggara Barat dan Bali.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan
anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang
capaian ataupun kegagalan;
Pada Tahun 2018, untuk mendukung kinerja pencapaian target produksi
gula tebu, Ditjen Perkebunan melakukan kegiatan utama peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman semusin dan rempah melalui
kegiatan pengembangan tebu seperti pada Tabel 7.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
71
Tabel 7. Analisis Efesiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
Pendukung dalam mencapai produksi gula tebu Tahun 2018
VOLUME SAT VOLUME SAT %
1 Pengembagan Tanaman Tebu 62,607,414 45,254,861 72.28 70.42 70.42
a Perluasan Tanaman Tebu 32,095,012 4,855 ha 18,402,993 57.34 3,013 ha 62.07 69.05
b Bongkar Ratoon 2,097,077 673 ha 1,288,014 61.42 416 ha 61.81 51.59
c Rawat Ratoon 19,417,125 5,970 ha 18,120,160 93.32 5,970 ha 100.00 66.70
d Pengawalan dan pendampingan
Tanaman Tebu
3,821,950 16 Keg 2,926,576 76.57 15 Keg 93.75 95.81
e Peningkatan Kapabilitas Petugas dan
Petani Tebu
2,305,000 6 Keg 2,107,821 91.45 6 Keg 100.00 71.39
f Penerapan Varietas Tebu Adaptif 2,871,250 8 keg 2,409,297 83.91 8 keg 100.00 90.22
2 Dukungan Perlindungan
Perkebunan
1,017,350 936,808 69.79
a Gerakan pengendalian OPT tebu 1,017,350 475 ha 936,808 92.08 475 ha 100.00 69.79
3 Dukungan Perbenihan Perkebunan 17,027,509 12,046,844 70.75 87.14
a Pembangunan KBD tebu 15,975,534 288 ha 11,071,918 69.31 236 ha 81.88 88.38
b Pemeliharaan KBD tebu 2018 1,051,975 112 ha 974,926 92.68 112 ha 100.00 68.31
4 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan
1,850,000 1,732,305 65.90
a Fasilitasi pengolahan gula tebu 1,850,000 2 unit 1,732,305 93.64 2 unit 100.00 65.90
TOTAL/RATA-RATA 82,502,273 59,970,818 72.69 74.49
NILAI
EFISIENSI
(%)
KEUANGAN
Rp.(000)
FISIK KEUANGAN
Rp.(000) (%)
FISIKNO KEGIATAN
TARGET REALISASI
Sumber: Lakin Unit Eselon II lingkup Ditjen Perkebunan, 2019 (diolah)
Jika mengacu pada PMK 214 Tahun 2017, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan tebu Tahun 2018 di atas, dapat
dijelaskan nilai efisiensi per kegiatan diperoleh nilai efisiensi sebesar
rata-rata sebesar 74,49% (Efisien), dengan rincian pencapaian kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan pengembangan tebu dilaksanakan secara efisien dengan
nilai efisiensi sebesar 70,42% dengan rincian sebagai berikut:
Perluasan Tanaman tebu seluas 3.013 ha (62,07%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 57,34% dari pagu anggaran,
dengan nilai efisiensi sebesar 66,70% (efisien). Namun terdapat
kegiatan yang tidak terlaksana sebesar 37,93% atau seluas 1.842
ha.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
72
Bongkar ratoon seluas 416 ha (61,81%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 61,42% dari pagu anggaran, dengan nilai
efisiensi sebesar 51,59% (efisien). Namun terdapat kegiatan yang
tidak terlaksana sebesar 38,19% atau seluas 257 ha.
Rawat ratoon seluas 5.970 ha (100,00%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 93,32% dari pagu anggaran, dengan nilai
efisiensi sebesar 66,70% (efisien).
Pengawalan dan pendampingan tanaman tebu sebesar 15
kegiatan (93,75%), dengan penyerapan sebesar 76,57% dari pagu
anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 95,81% (efisien).
Terdapat 1 kegiatan yang tidak terealisasi.
Peningkatan kapabilitas petugas dan petani tebu sebesar 6
kegiatan (100,00%), dengan penyerapan sebesar 91,45% dari
pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 71,39% (efisien).
Penerapan varietas tebu adaptif di wilayah pengembangan
sebesar 8 paket (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar
83,91% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 90,20
(efisien).
2. Dukungan perbenihan yaitu pembangunan Kebun Benih Datar (KBD)
seluas 236 ha (81,88%) dengan penyerapan anggaran sebesar
69,31% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 88,38%
(efisien). Namun demikian capaiannya sangat rendah karena faktor
keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kontrak kegiatan karena
APBNP baru diterima POK nya pada bulan September 2018.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
73
3. Dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan yaitu
kegiatan fasilitasi pengolahan gula tebu dengan realisasi sebesar 2
unit (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 93,64% dari pagu
anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 65,90% (efisien).
3.2.2. Pertumbuhan volume ekspor untuk produks perkebunan
Ekspor merupakan indikator yang paling strategis dalam pencapaian
capaian pengembangan komoditas perkebunan. Hal ini disebabkan
dengan adanya ekspor berarti ada beberapa indikator capaian yang
dicapai oleh institusi yaitu:
1. Terpenuhinya kebutuhan dalam negeri dan
2. Pemasukan Devisa negara yang mampu menopang kebutuhan
anggaran pembangunan perkebunan
3. Memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan sehingga
berdampak kepada kesejahteraan petani/pekebun.
4. Menjamin kestabilan harga komoditas perkebunan.
5. Meningkatkan promosi dagang ke luar negeri
6. Memperluas pasar bagi produk Indonesia
Pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan merupakan IKSP
dari sasaran program meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas pertanian perkebunan. IKSP ini dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
74
Volume ekspor produk perkebunan (t) - Volume ekspor komoditas perkebunan (t-1)
Volume ekspor komoditas perkebunan (t-1)
æ
èç
ö
ø÷x100%
Evaluasi dan analisis capaian peningkatan volume ekspor Komoditas
Strategis Ditjen Perkebunan adalah sebagai berikut:
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Realisasi kinerja volumen ekspor komoditas perkebunan pada tahun
2018 berdasarkan perjanjian kinerja Direktur Jenderal perkebunan
dapat ditunjukkan pada tabel 8.
Tabel 8. Capaian Kinerja peningkatan volume ekspor komoditas
Strategis komoditas Perkebunan
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019 (Diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan volume
ekpor komoditas perkebunan meningkat rata-rata 13,90% atau
mencapai 304,13% dari target Tahun 2018 sebesar 4,57%. Kenaikan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
75
tertinggi pada komoditas cengkeh (123,04%), sereh wangi (88,33%),
nilam 32,62%, lada (11,53%), tembakau (10,90%), kakao (7,33%), kelapa
(5,44%), kelapa sawit (3,22%) dan pala (1,34%). Sedangkan komditas
yang mengalami penurunan ekspor yaitu karet (-6,01%), kacang mete
(-7,09), the (-9,52%), panili (-30,89%) dan kopi (-40,15%).
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Keragaan volume ekspor komoditas perkebunan beberapa tahun
terakhir dibandingkan dengan capaian Tahun 2018 sebagaimana pada
Tabel 9.
Tabel 9. Realisasi Kinerja Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Tahun
2018 dibanding dengan Tahun lalu dan Beberapa Tahun
Sebelumnya
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019 (Diolah)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
76
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dalam periode taahun
2014-2018 volume ekspor komoditas perkebunan mengalami
pertumbuhan pertumbuhan rata-rata sebesar 26,41%. realisasi kinerja
Tahun 2018 ini, jika dibandingkan dengan Tahun lalu dan beberapa
tahun sebelumnya yaitu:
1) Dibanding Tahun 2017, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami kenaikan sebesar 13,90%.
2) Dibanding Tahun 2016, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 0,12%.
3) Dibanding Tahun 2015, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 2%.
4) Dibanding Tahun 2014, volume ekspor komoditas perkebunan
mengalami peningkatan sebesar 15,48%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi mencapai 231,67% dari target
Pertumbuhan ekspor komoditas perkebunan sebesar 6%.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional
tidak dapat dianalisis karena belum ada target berdasarkan
standar nasional terkait realisasi volume ekspor komoditas
perkebunan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
77
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa
realisasi pertumbuhan volume ekspor komoditas perkebunan mengalami
peningkatan sebesar 13,90% atau mencapai 304,13% dari target 4,57%,
dan masuk dalam katagori sangat berhasil.
Capaian indikator kinerja ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Peran pemerintah dalam memfasilitasi promosi produk perkebunan
unggulan, sehingga meningkatkan akses pasar produk tersebut;
2. Meningkatnya kesadaran akan peningkatan kualitas dan jaminan
mutu sesuai standar negara tujuan ekspor;
3. Adanya peningkatan pangsa pasar produk perkebunan Indonesia di
negara mitra tujuan ekspor dibandingkan dengan kompetitornya;
4. Adanya peningkatan ekspor produk perkebunan Indonesia di negara
mitra (tujuan ekspor)
Sedangkan beberapa komoditas yang mengalamani penurunan volume
ekspor (kacang mete, karet, kopi, panili, teh) dipengaruhi oleh
beberapa permasalahan/kendala/hambatan antara lain:
1. Kacang mete, permasalahan: pasokan turun, supply demand tidak
seimbang, bahan baku banyak diolah jadi produk akhir
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
78
2. Kopi, permasalahan: pemenuhan dalam negeri, pembatasan impor
kopi sachet oleh philipina
3. Panili, permasalahan: penurunan luas lahan, pasokan terbatas,
permintaan dalam negeri tinggi.
4. Teh, permasalahan: oversupply teh dunia, permintaan China
menurun, penurunan luas areal perkebunan teh, kurangnya share
produk olahan the Indonesia kepasar global
5. Karet, permasalahan: oversupply karet alam dunia, penurunan
permintaan China, Jepang dan USA, kompetisi dengan karet
sintetis, penurunan harga minyak dunia.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, analisis akar permasalahan
dan rekomendasi solusi yang dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel
10.
Tabel 10. Analisis Akar Permasalahan Turunnya Volume Ekspor
Komoditas Perkebunan Tahun 2018 No Akar masalah Rekomendasi solusi
1 Peningkatan produksi,
produktivitas tanaman
perkebunan masihn belum
optimal
1. Fasilitasi pengembangan komoditas perkebunan
ditingkatkan
2. Penyediaan benih unggul bermutu
3. Penanganan OPT
4. Pengembangan teknologi budidaya
2 Perubahan Iklim 5. Penanganan dampak perubahan iklim
3 penanganan pasca panen
kurang memenuhi
persyaratan ekspor
6. Penaganan pasca penen komoditas perkebunan
3 Penurunan harga minyak
dunia
7. Koordinasi pengendalian harga komoditas
8. Pengawalan komditas dalam menghadapi kejolak
ekonomi dunia
4 Tidak seimbangnya supply
and demand
9. Fasilitasi penjaminan pasokan bahan baku untuk
industry dalam negeri masih
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
79
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan
anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian
ataupun kegagalan;
Kegiatan yang menunjang dalam meningkatkan voleme ekspor Tahun
2018 adalah seluruh kegiatan yang dialokasikan dalam DIPA/POK Ditjen
Perkebunan baik Tahun 2018 dianalisis pada Tabel 11.
Tabel 11.Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
pendukung dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator
sasaran kegiatan Pertumbuhan volume ekspor untuk produk
perkebunan Tahun 2018
Sumber : Dirat PPHBUN, 2019 (Diolah).
NO KEGIATAN
TARGET REALISASI NILAI
EFISIENSI (%)
KEUANGAN FISIK KEUANGAN (%)
FISIK
Rp. (000) VOL
SAT Rp.(000) VOL
SAT (%)
1 Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan
31.398.411 163 KT 28.414.628 90,50 162 KT 99,39 72,36
2 Pengembangan pengolahan perkebunan
38.766.710 90 Unit 36.295.157 93,62 90 Unit 100,00 65,94
3 Pengembangan pemasaran hasil perkebunan
7.072.900 60 Keg 6.363.101 89,96 60 Keg 100,00 75,09
4 Pengembangan Penerapan Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha Perkebunan
8.950.300 84 Keg 7.739.960 86,48 84 Keg 100,00 83,81
5 Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
13.624.555 12 Bln 13.189.308 96,81 12 Bln 100,00 57,99
TOTAL/RATA-RATA
99.812.876
92.056.848 92,23
71,04
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
80
Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan pendukung
dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator sasaran kegiatan
pertumbuhan volume ekspor untuk produk perkebunan Tahun 2018 di
atas pada tabel 19, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan
dukungan pengolahan pemasaran hasil perkebunan adalah sebesar 71,04
%, dengan rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan pengembangan pascapanen komoditas perkebunan target
163 kelompok tani terealisasi 162 kelompok tani dengan penyerapan
anggaran sebesar 90,50 % dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 72,36 % (efisien). Kegiatan pengembangan pascapanen
komoditas perkebunan dilaksanakan di 27 provinsi (88 kabupaten).
Realisasi tidak mencapai target karena adanya provinsi yang
pengadaan alatnya tidak terealisasi yaitu kegiatan pascapanen kakao
di provinsi Sulawesi Selatan (kab. Bulukumba).
2. Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan target 90 unit
terealisasi 90 unit dengan penyerapan anggaran sebesar 93,62 % dari
pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 65,94 % (efisien).
Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan dilaksanakan
di 27 provinsi (61 kabupaten).
3. Kegiatan pemasaran hasil perkebunan target 60 kegiatan terealisasi
60 kegiatan dengan penyerapan anggaran sebesar 89,96 % dari pagu
anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 75,09 % (efisien). Kegiatan
pengembangan pemasaran hasil perkebunan dilaksanakan di 31
provinsi.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
81
4. Kegiatan Pengembangan Penerapan Standarisasi, Mutu dan
Pembinaan Usaha Perkebunan target 84 kegiatan terealisasi 84
kegiatan dengan penyerapan anggaran sebesar 86,48 % dari pagu
anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 83,81 % (efisien). Kegiatan
Pengembangan Penerapan Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha
Perkebunan dilaksanakan di 23 provinsi.
5. Kegiatan fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan target 12 bulan terealisasi 12 bulan dengan penyerapan
anggaran sebesar 96,81 % dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 57,99 % (efisien). Kegiatan fasilitasi teknis dukungan
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan terdiri dari 34 kegiatan
yang dilaksanakan di pusat.
3.2.3. Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri
Salah satu indikator dari peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan untuk komoditas ekspor adalah tercapainya target rasio
pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam
negeri yang akan menghasilkan produk olahan yang selain untuk
konsumsi dalam negeri, dapat juga diekspor ke luar negeri. Evaluasi
dan analisis rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 20.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
82
Tabel 12. Evaluasi dan Analisis Rasio Pemenuhan Kebutuhan Komoditas
Perkebunan untuk Industri dalam Negeri
TahunKebutuhan (Ton) Pemenuhan (Ton) Pemenuhan (%) Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) Realisasi Capaian
2015 - - - - - - - -
2016 61.505.654 38.689.930 62,90 - 62,90 - 123,73 -
2017 61.515.470 44.982.169 73,12 30,00 73,12 243,74 106,44 91,23
2018 61.451.670 47.829.732 77,83 35,00 77,83 222,38 100,00 100,00
2019 - - - 40,00 - - 194,58 -
IK-2
Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan
2018 Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan 2019(%)Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam negeri
sumber : Dirat PPHBUN, diolah (2019)
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Realisasi Kinerja rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan
untuk industri dalam negeri sebesar 77,83 % atau mencapai 222,38%
dari target 35 % dan masuk dalam katagori Sangat Berhasil.
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Berdasarkan tabel. 12 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja
serta capaian kinerja pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan
untuk industri dalam negeri tahun 2018 yaitu:
1. Realisasi kinerja Tahun 2018 dibandingkan dengan Tahun 2017
adalah sebesar 106,44% dan Capaian kinerja Tahun 2018
dibandingkan dengan Tahun 2017 adalah sebesar 91,23%
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
83
2. Realisasi kinerja tahun 2018 dibandingkan dengan Tahun 2016
adalah sebesar 123,73%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis Ditjen Perkebunan sesuai dengan Tabel 15.
adalah sebesar 194,58% dari target 40%.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional
tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk
rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan.
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa rasio
pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk industri dalam
negeri Tahun 2018 masuk ke dalam kategori sangat berhasil. Capaian
indikator kinerja ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Meningkatnya produksi perkebunan
2. Meningkatnya kualitas bahan baku yang dihasilkan petani yang
difasilitasi dan dibina oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sehingga
dapat meningkatkan volume ketersediaan bahan baku untuk industri
dalam negeri.
3. Kebijakan pemerintah atas pemanfaatan sumberdaya dan bahan
baku dalam negeri untuk kebutuhan bahan baku industri dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan pekebun
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
84
4. Banyaknya investasi yang menfasilitasi peningkatan mutu produk
perkebunan.
3.2.4. Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen
dan pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi
terhadap seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan.
Alsintan pasca panen dan pengolahan hasil merupakan kebutuhan
strategis dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu
komoditas perkebunan. Permintaan alsintan pascapanen dan
pengolahan diasumsikan jumlah alsin yang difasilitasi dari dana Tugas
Pembantuan. Asumsi ini didasarkan atas ketersediaan dana dan
ketepatan penerima fasilitasi.
Evaluasi dan analisis terjadap realisasi kinerja dan capaian kinerja
Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap seluruh
permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan
pengolahan hasil perkebunan Tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel. 13. Evaluasi dan analisis terjadap realisasi kinerja dan capaian
kinerja Rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan
Sumber: Dirat PPHBUN, diolah (2019)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
85
A. Target dan realisasi kinerja tahun ini
Capaian Kinerja rasio pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca
panen dan pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap
seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan Tahun 2018 mencapai 99,60 % dari target
100,00 % dan masuk dalam katagori Sangat Berhasil.
B. Realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Berdasarkan Tabel 13. diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja
dan capaian kinerja Tahun 2018 jika dibandingkan dengan Tahun lalu
dan beberapa tahun sebelumnya yaitu:
1. Dibanding Tahun 2017
Realisasi kinerja mengalami penurunan sebesar 16,00 % atau
mencapai 84,00 % dari ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan Tahun
2018 sebesar 252 Unit dibanding realisasi jumlah alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan
Tahun 2017 sebesar 300 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 0,06 % atau
mencapai 99,94 % dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan
Tahun 2018 sebesar 99,60 % dibanding capaian kinerja
ketersediaan alat mesin pertanian (Alsintan) pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan Tahun 2017 sebesar 99,67 %.
2. Dibanding tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
86
Realisasi kinerja mengalami kenaikan sebesar 31,25 % atau
mencapai 131,25 % dari ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan Tahun
2018 sebesar 252 Unit dibanding realisasi jumlah alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan
Tahun 2016 sebesar 192 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 0,4 % atau
mencapai 84,56 % dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan
Tahun 2018 sebesar 99,60 % dibanding capaian kinerja
ketersediaan alat mesin pertanian (Alsintan) pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan Tahun 2016 sebesar 100,00 %.
3. Dibanding Tahun 2015
Realisasi kinerja mengalami penurunan sebesar 15,44 % atau
mencapai 84,56 % dari ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen Tahun 2018 sebesar 2522 Unit dibanding
realisasi jumlah alat mesin pertanian (Alsintan) pascapanen Tahun
2015 sebesar 298 Unit.
Capaian kinerja mengalami penurunan sebesar 0,40 % atau
mencapai 99,60 % dari capaian kinerja ketersediaan alat mesin
pertanian (Alsintan) pascapanen Tahun 2018 sebesar 99,60 %
dibanding capaian kinerja ketersediaan alat mesin pertanian
(Alsintan) pascapanen Tahun 2015 sebesar 100,00 %.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
87
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi adalah sebesar 80,22% yaitu
telah terpenuhi sebanyak 1.042 unit dari total target Tahun
2015-2019 sebanyak 1.299 unit
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional
tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk
pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap
seluruh permintaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen
dan pengolahan hasil perkebunan.
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan.
Berdasarkan analisis capaian indikator kinerja dinyatakan bahwa rasio
pengajuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pasca panen dan pengolahan
hasil perkebunan yang dapat dipenuhi terhadap seluruh permintaan
Alat Mesin Pertanian (Alsintan) pascapanen dan pengolahan hasil
perkebunan Tahun 2018 masuk dalam kategori Berhasil. Capaian
indikator kinerja ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Bantuan alat mesin pertanian yang diberikan berdasarkan peta
kawasan komoditas;
2. Bantuan alat mesin pertanian yang diberikan sesuai dengan
permintaan/pengajuan proposal dari provinsi/kabupaten;
3. Kelompok tani sasaran yang ditetapkan sebagai penerima alat mesin
pertanian dan bangunan adalah kelompok tani yang sudah terbentuk
(bukan kelompok tani yang baru)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
88
4. Adanya pembinaan terhadap petugas dinas provinsi/kabupaten serta
pelaku usaha melalui bimbingan teknis
5. Adanya perencanaan yang tepat dan matang sehingga kegiatan dapat
dilaksanakan secara baik dan tepat waktu;
6. Makin meningkatnya minat pekebun dalam pemahaman tentang
penanganan pascapanen komoditas perkebunan dan pengolahan hasil
perkebunan;
7. Kebutuhan sarana pascapanen, dan pengolahan hasil perkebunan
telah terpenuhi;
8. Koordinasi yang optimal dan terencana antara satker provinsi dan
kabupaten sehingga kegiatan bisa terlaksana dengan baik;
9. Adanya SDM yang handal dalam penguasaan teknologi yang
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan
Permasalahan yang dihadapi antara lain:
1. Keterbatasan kelompok tani dalam penguasaan teknologi pasca
panen dan pengolahan.
2. Pelaksanaan kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak
mengikuti ROPAK sehingga proses pengadaan tidak dapat dilaksaan.
3. Gagal lelang pengadaan alsintan.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan
anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian
ataupun kegagalan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
89
Untuk mendukung kinerja pencapaian target dari sasaran kegiatan dan
indikator kinerja sasaran kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan melakukan kegiatan utama Dukungan
Pengolahan dan Pemasaran melalui kegiatan : (i) pengembangan
pascapanen komoditas perkebunan; (ii) pengembangan pengolahan hasil
perkebunan; (iii) pengembangan penerapan standardisasi, mutu dan
pembinaan usaha perkebunan; (iv) pengembangan pemasaran hasil
perkebunan; dan (v) fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber
daya kegiatan pendukung dalam mencapai sasaran kegiatan dan
indikator sasaran kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemsaran Hasil
Perkebunan dapat dilihat seperti pada Tabel 14.
Tabel 14.Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
pendukung dalam mencapai sasaran kegiatan dan indikator
sasaran kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan Tahun 2018
KEUANGAN KEUANGAN
Rp. (000) VOL SAT Rp.(000) VOL SAT (%)
1Pengembangan pascapanen
komoditas perkebunan 31,398,411 163 KT 28,414,628 90.50 162 KT 99.39 72.36
2Pengembangan pengolahan
perkebunan 38,766,710 90 Unit 36,295,157 93.62 90 Unit 100.00 65.94
TOTAL/RATA-RATA 70,165,121 64,709,785 92.23 71.04
NO KEGIATAN
TARGET REALISASI NILAI
EFISIENSI
(%)
FISIK(%)
FISIK
Sumber : Dirat PPHBUN, 2019 (Diolah)
Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan pendukung
dalam mencapai sasaran kegiatan dan indicator sasaran kegiatan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
90
dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan Tahun 2018 di
atas pada Tabel 14, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan
dukungan pengolahan pemasaran hasil perkebunan adalah sebesar 71,04
%, dengan rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan pengembangan pascapanen komoditas perkebunan target
163 kelompok tani terealisasi 162 kelompok tani dengan
penyerapan anggaran sebesar 90,50 % dari pagu anggaran, dengan
nilai efisiensi sebesar 72,36 % (efisien). Kegiatan pengembangan
pascapanen komoditas perkebunan dilaksanakan di 27 provinsi (88
kabupaten). Realisasi tidak mencapai target karena adanya provinsi
yang pengadaan alatnya tidak terealisasi yaitu kegiatan
pascapanen kakao di provinsi Sulawesi Selatan (kab. Bulukumba).
2. Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan target 90
unit terealisasi 90 unit dengan penyerapan anggaran sebesar 93,62
% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 65,94 %
(efisien). Kegiatan pengembangan pengolahan hasil perkebunan
dilaksanakan di 27 provinsi (61 kabupaten).
3.2.5. Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area Terkena DPI
Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan
Berpotensi Terkena DPI
Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area Terkena DPI
Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan Berpotensi
Terkena DPI diukur berdasarkan formula sebagai berikut:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
91
Luas serangan OPT + Luas serangan DPIåLuas tanam perkebunanå
æ
è
çç
ö
ø
÷÷x100%
Evaluasi dan analisis Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan Area
Terkena DPI Tertanggulangi terhadap Luas Lahan Terserang OPT dan
Berpotensi Terkena DPI Tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Evaluasi dan analisis Rasio Luas Serangan OPT Terkendali dan
Area Terkena DPI Tertanggulangi terhadap Luas Lahan
Terserang OPT dan Berpotensi Terkena DPI Tahun 2018
Realisasi Capaian
2015 36,413 681,379 5.34 - - 29.32 -
2016 7,584 670,529 1.13 - - 138.51 -
2017 1,000 109,265 0.92 1.01 90.61 171.18 108.06
2018 8,525 544,155 1.57 1.60 97.92 100.00 -
2019 - - - 1.60 - 97.92 -
Rasio
realisasi
(%)
Target
rasio (%)
Capaian
(%)
IK-4
Terkendalinya penyebaran OPT dan tertanggulanginya DPI pada tanaman perkebunan
Rasio luas serangan OPT terkendali dan area DPI tertanggulangi terhadap
luas terserang OPT dan berpotensi terkena DPI 2018 dibandingkan tahun
sebelumnya dan 2019Luas serangan OPT
terkendali dan area
DPI tertanggulangi
Luas terserang OPT
dan berpotensi
terkena DPI
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Realisasi rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI Tahun 2018 adalah sebesar 1,57 atau mencapai 97,92% dari
target 1,6%. Capaian ini masuk dalam katagori berhasil.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
92
Dibanding Tahun 2017, Realisasi rasio luas serangan OPT
terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas
lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI Tahun 2018
meningkat sangat signifikan sebesar 171,18% atau meningkat
71,18%, sedangkan capaian nya mengalami peningkatan sebesar
8,06% atau mengalami kenaikan sebesar 108,06%.
Dibanding Tahun 2016, Realisasi rasio luas serangan OPT
terkendali dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas
lahan terserang OPT dan berpotensi terkena DPI Tahun 2018
meningkat sangat signifikan sebesar 138,51% atau meningkat
sebesar 38,51%.
C. Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi adalah sebesar 97,92%.
D. Realisasi kinerja tahun ini dibandingkan dengan standar nasional
tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk
Realisasi rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI
E. Analisis penyebab capaian/kegagalan atau peningkatan/
penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Realisasi rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI tidak mencapai target karena disebabkan oleh beberapa
permasalahan/kendala/hambatan antara lain:
Keterbatasan alokasi anggaran kegiatan Tahun 2018
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
93
Serangan OPT bertambah pada disaat tahun berjalan sehingga
belum teridentifikasi untuk dialokasikan anggaran pengendalian
Area terkena DPI bertambah pada tahun berjalan sehingga belum
tersedia anggaran untuk kegiatan penanggulangan DPI.
Potensi area DPI cepat bertambah seiring dengan adanya Perubahan
iklim global
Keterbatasan SDM, sarana prasarana, dan inprastruktur dalam
proses pengendalian OPT dan penanggulangan DPI.
Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut diatas, beberapa hal
yang perlu dilakukan antara lain:
Menambah anggaran kegiatan pengendalian OPT dan
penanggulangan DPI
Menyiapkan sarana prasarana dan inprastruktur
Menyiakan SDM melalui sosialisasi, pelatihan dan pendidikan.
F. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya (penggunaan
anggaran) dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian
ataupun kegagalan
Beberapa kegiatan yang menunjang rasio luas serangan OPT terkendali
dan area terkena DPI tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT
dan berpotensi terkena DPI dapat dilihat pada Tabel 16.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
94
Tabel16.Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
(penggunaan anggaran) dan analisis program/kegiatan yang
menunjang capaian ataupun kegagalan
Vol Sat Vol Sat %
1
Penanganan Organisme
Pengganggu Tanaman
Perkebunan
23,270,228 8325 Ha 21,934,644 94.26 8,325 Ha 100 64.35
2
Penanganan Dampak
Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran
Lahan/Kebun
5,905,875 25 KT 5,591,465 94.68 25 KT 100 63.31
3
Pengembangan Desa
Pertanian Organik
Berbasis Komoditas
Perkebunan
28,671,420 155 Desa 27,997,156 97.65 155 Desa 100 55.88
4
Fasilitasi Teknis
Dukungan Perlindungan
Perkebunan
36,702,475 12 Bulan 34,555,843 94.15 12 Bulan 100 64.62
TOTAL/RATA-RATA 94,549,998 90,079,108 95.11 61.88
Nilai
Efisiensi
(%)
Keuangan
Rp.(000)
Fisik Keuangan
Rp.(000) (%)
Fisik No Kegiatan
Target Realisasi
Sumber: Dirat Perlindungan Perkebunan, 2019 (diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan yang
menunjang rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI adalah sebesar Rp. 90.079.108.000,- atau 95,11% dari pagu
anggaran dengan nilai efisiensi 61,88 (efisien) dengan rincian sebagai
berikut:
a. Kegiatan penanganan OPT tanaman perkebunan Tahun 2018 dengan
serapan anggaran 94,26 dan capaian fisik 100% serta nilai efisiensi
64,35% (Efisien)
b. Kegiatan DPI dan pencegahan kebakaran lahan/kebun dengan
serapan sebesar 94,68% dan capaian fisik sebesar 100% serta nilai
efisiensi 63,31% (efisien)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
95
c. Pengembangan desa organik berbasis perkebunan dengan serapan
sebesar 97,65% dan serapan fisik sebesar 100% serta nilai efisiensi
55,88% (efisiensi)
d. Kegiatan fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan dengan
serapan sebesar 94,15% dan capaian fisik sebesar 100% serta nilai
efisiensi 64,62% (efisien)
3.2.6. Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan
Penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
NIlai AKIP Ditjen Perkebunan merupakan IKSP dari sasaran program
terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilingkungnan
Ditjen Perkebunan. Capaian indikator kinerja ini diukur berdasarkan
Nilai AKIP yang diberikan oleh Itjen Kementerian Pertanian pada Tahun
2017, terdiri dari akumuasi dari nilai komponen perencanan kinerja,
nilai komponen pengukuran kinerja, nilai komponen pelaporan kinerja,
nilai komponen evaluasi internal dan nilai komponen capaian kinerja.
Realisasi nilai AKIP Tahun 2018 tersebut dapat dilihat pada Tabel 17
berikut ini.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
96
Tabel 17. Evaluasi dan Analisis Realisasi Nilai AKIP yang diberikan oleh
Itjen Kementerian Pertanian pada Tahun 2018
TahunTarget Nilai
AKIP
Realisasi Nilai
AKIP
Capaian Nilai AKIP
(%)Realisasi Capaian
2015 - 77.98 - 106.44 -
2016 - 78.62 - 105.57 -
2017 79 79.49 100.00 104.42 82.96
2018 83 82.96 99.95 100.05 83.00
2019 84 98.76
IK-5
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perkebunan
Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 tahun
2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga
2018 Dibandingkan
dengan tahun
sebelumnya dan 2019
(%)
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2019 (diolah)
A. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Realisasi IKSP nilai AKIP Tahun 2018 adalah sebesar 82,96 atau
mencapai 99,97% dari target 93. Nilai AKIP ini merupakan hasil evalusi
AKIP yang dilakukan pada tahun 2018 atas Kinerja Tahun 2017 dengan
rincian nilai terdiri dari aspek perencanaan 26,19%; aspek pengukuran
kinerja 21,25%; aspek pelaporan kinerja 14,16%; aspek evaluasi internal
6,69%; dan aspek pencapaian kinerja 14,68%.
B. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
Berdasarkan Tabel 17 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi kinerja
serta capaian kinerja tahun ini dibanding dengan tahun lalu dan
beberapa tahun terakhir yaitu:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
97
Dibanding Tahun 2017, nilai AKIP Ditjenbun Tahun 2018 mengalami
peningkatan sebesar 4,42%, namun capaian Tahun 2018 masih lebih
kecil dari tahun 2017 atau sebesar 82,96%;
Dibanding Tahun 2016, nilai AKIP Ditjen Perkebunan Tahun 2018
mengalami peningkatan sebesar 5,57%;
Dibanding Tahun 2015, nilai AKIP Ditjen Perkebunan Tahun 2018
mengalami peningkatan sebesar 6,44%;
C. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra
adalah sebesar 99,95%.
D. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar
Nasional, yaitu 82,96% (dengann asumsi standar nasional adalah
100).
E. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau
Peningakatan/Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang
telah Dilakukan
Sesuai dengan kreteria nilai SAKIP Ditjen Perkebunan “A” yaitu sangat
baik dapat diambil kesimpulan bahwa pencapaian nilai SAKIP Ditjen
Perkebuan Tahun 2018 mengalami capaian dan terus meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan:
Komitmen pimpinan Ditjen Perkebunan dalam meningkatkan
akuntabilitas kinerja semakin besar;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
98
Komitmen aparatur sipil negara (ASN) Ditjen Perkebunan
meningkatkan akuntabilitas kinerja semakin besar;
Capaian kinerja semakin meningkat
Capaian dari pembinaan yang dilakukan oleh semua pihak terkait
dalam peningkatan akuntabilitas kinerja Ditjen Perkebunan.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan
nilai AKIP Ditjen Perkebunan yaitu:
Keselarasan Rentra Ditjen Perkebunan dengan Renstra Kementerian
Pertanian dan Renstra Eselon II di bawahnya;
Menindaklanjut sebagian besar atau seluruhnya hasil rekomenedasi
dalam LAKIN untuk perbaikan kinerja ditahun setelahnya;
Meningkatkan kinerja serapan maupun fisik kegiatan untuk
mendukung peningkatan kinerja program;
Meningkatkan keterlibatan pimpinan dalam proses penyelenggaraan
pembangunan perkebunan;
Meningkatkan nilai efesiensi secara optimal dengan memperhatikan
kaidah yang berlaku untuk menghindari peningkatan LHA/P.
F. Analisis Efesiensi Penggunaan Sumberdaya dan Analisis
Program/Kegiatan yang menunjang Capaian/Kegagalan
Kegiatan yang menunjang nilai AKIP Ditjen perkebunan merupakan
seluruh kegiatan yang melekat dalam APBN Ditjen Perkebunan Tahun
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
99
2018 yang dialokasikan kepada 38 satker lingkup Ditjen Perkebunan
baik Satker Pusat maupun daerah.
3.2.7. Nilai Kinerja (NK) Berdasarkan PMK 249 Tahun 2011
(perubahan menjadi PMK 214 2017) Tentang Pengukuran
Kinerja Dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Sesuai dengan manual iku Ditjen Perkebunan pengukuran Nilai Kinerja
(NK) Berdasarkan PMK 249 Tahun 2011 (perubahan menjadi PMK 214
2017) Tentang Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Kinerja Atas
Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.
Formula yang digunakan yaitu:
NK = (I X WI) + (CH X WCH); Dimana I = (P X WP) + (K X WK) + PK X WPK)
+ NE X WE)
• I = Nilai aspek implementasi
• WI = Bobot aspek implements'
• CH = Capaian hasil
• P = Penyerapan anggaran
• WP = Bobot penyerapan anggaran
• K = Konsistensi antara perencanaan dan implementasi
• WK = Bobot konsistensi antara perencanaan dan
implementasi
• PK = Pencapaian keluaran
• WPK
= Bobot pencapaian
keluaran
• NE = Nilai efisiensi
• WE = Bobot efisiensi
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
100
Evaluasi dan analisis realisasi dan capaian nilai AKIP tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Evaluasi dan analisis Nilai Kinerja (NK) Ditjen Perkebunan
Tahun 2018
TahunTarget Nilai
Kinerja
Realisasi Nilai
Kinerja
Capaian Nilai Kinerja
(%)Realisasi Capaian
2015 - - - - -
2016 81.19 - 92.50 -
2017 85.00 90.05 105.94 83.40 78.76
2018 90.00 75.10 83.44 100.00 100.00
2019 90.00 - - 83.44
IK-5
Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perkebunan
Nilai Kinerja (NK) berdasarkan PMK 249 tahun
2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga
2018 Dibandingkan
dengan tahun
sebelumnya dan 2019
(%)
Sumber : Ditjen. Perkebunan, 2019 (Diolah)
a. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Berdasarkan aplikasi SMART Kementerian Keuangan diperoleh realisasi
nilai kinerja (NK) Ditjen Perkebunan Tahun 2018 sebesar 75,10 atau
mencapai 83,44% dan masuk dalam kategori berhasil.
b. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
Realisasi dan capaian nilai kinerja (NK) Ditjen Perkebunan Tahun 2018
dibandingkan dengan realisasi NK tahun lalu dan beberapa Tahun
sebelumnya yaitu:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
101
Dibanding dengan Tahun 2017 realisasi NK Ditjen Perkebunan Tahun
2018 terjadi penurunan sebesar 16,60%, sedangkan capaian NK 2018
mengalami penurunan 21,24%;
Dibanding dengan Tahun 2016, NK Ditjen Perkebunan Tahun 2018
mengalami penurunan sebesar 7,50%.
c. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra
adalah mencapai 83,44%.
d. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional
adalah 83,44% (dengan asumsi nilai tertinggi 100%).
e. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/
Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Nilai Kinerja (NK) Ditjen perkebunan tidak mencapai target 90% atau
mengalami penurunan dibanding Tahu 2017 disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
SDM Satker kurang berkomitmen untuk mengisi laporan dalam
aplikasi;
Adanya perubahan yang mendasar aplikasi SMART namun belum
dipahami oleh petugas pelaporan di satker karena belum bisa
dilakukan sosialisasi secara maksimal;
Konsistensi penyerapan rendah;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
102
Nilai keluaran pada aplikasi rendah disebabkan belum ada pengisian
dari beberapa satker;
Pejabat/petugas monev belum memahami aplikasi karena
pejabat/petugas baru;
Dengan permasalahan tersebut diharapkan dapat melakukan perbaikan
kinerja pelaporan sebagai berikut:
Meningkatkan koordinasi dan konsultasi dengan Ditjen Anggaran
Kementerian keuangan sebagai server dan penanggungjawab
aplikasi;
Meningkatkan sosialisasi kepada satker sebagai pihak yang
melakukan pengisian dan pengguna aplikasi;
Meningkatkan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap sistem
pelaporan sesuai PMK 214 Tahun 2017;
Meningkatkan dukungan anggaran dan efektifitas kegiatan
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
3.2.8. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas LayananPublik
Direktorat Jenderal Perkebunan
Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan diukur dengan menggunakan formula sebagaimana
berikut:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
103
Nilai IKM BBPTP Surabaya + Nilai IKM BBPTP Medan +
Nilai IKM BBPTP Ambon + Nilai IKM BBPTP Pontianak
4
æ
è
çççç
ö
ø
÷÷÷÷
x100%
Responden terdiri dari pengusaha, petani, kelompok tani, mahasiswa,
dan lain-lain. Pengolahan dan Hasil Pengukuran IKM atas layanan Publik
Direktorat Jenderal perkebunan seperti pada table berikut:
Tabel.19 Evaluasi dan Analisis Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
atas Layanan Publik Direktorat Jenderal Perkebunan
TahunTarget Nilai
IKM
Realisasi Nilai
IKM
Capaian Nilai IKM
(%)Realisasi Capaian
2015 - - - - -
2016 - 3.36 - 104.46 -
2017 3.00 3.41 113.67 102.93 102.93
2018 3.00 3.51 117.00 100.00 -
2019 3.00 - - 117.00 -
IK-6.1
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Direktorat Jenderal Perkebunan
2018 Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dan 2019 (%)
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2019 (diolah)
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan merupakan nilai rata-rata empat belas (14) unsur
layanan lingkup Unit Pelaksana Teknis Pusat (BBPPTP Medan, BBPPTP
Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak) meliputi: Prosedur
pelayanan, Persyaratan pelayanan, Kejelasan pelaksana pelayanan,
Kedisiplinan pelaksana pelayanan, Tanggung jawab pelaksana
pelayanan, Kemampuan pelaksana pelayanan, Keadilan mendapatkan
pelayanan, Kecepatan pelayanan, Kesopanan dan keramahan
pelaksana, Kewajaran biaya pelayanan, Kepastian jadwal pelayanan,
Kenyamanan lingkungan, dan Keamanan pelayanan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
104
a. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Realisasi Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik
Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2018 sebesar 3,51 (Nilai
skala Likert 1-4) atau mencapai 117% dibanding target dengan kategori
sangat berhasil.
b. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir
dari tabel dapat dijelaskan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan ralisasi kinerja dan
capaian kinerja dibandingkan tahun 2018 sebagai berikut:
dibanding Tahun 2016 realisasi kinerja mengalami peningkatan
sebesar 4,46%;
dibanding Tahun 2017 realisasi kinerja mengalami peningkatan
sebesar 2,93%;
sedangkan dibanding capaian kinerja Tahun 2017 mencapai
102,93%
c. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra.
Realisasi Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik
Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2018 dibanding target
jangka menengah yangterdapat dalam dokumen renstra mencapai
117%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
105
d. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional
Tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar nasional untuk
Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan
e. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/
Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Adanya komitmen penanggung jawab indikator kinerja aktivitas yaitu
kepala bidang proteksi dan kepala bidang perbenihan pada Unit
Pelaksana Teknis Pusat lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan
(BBPPTP Medan, BBPPTP Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP
Pontianak), dan diturunkan ke level eselon IV yaitu seksi pelayanan
teknik dan informasi proteksi dan seksi jaringan laboratorium proteksi,
seksi pelayanan teknik dan informasi perbenihan dan seksi jaringan
laboratorium perbenihan untuk melakukan pelayanan publik sesuai
dengan SOP pelayanan baik pelayanan di bidang proteksi maupun
pelayanan di bidang perbenihan sehinga Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas pelayanan publik dapat mencapai kategori sangat
berhasil.
f. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya (penggunaan anggaran)
dan analisis program/kegiatan yang menunjang capaian
Untuk mendukung pencapaian target sasaran meningkatnya kualitas
layanan dan informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan dan
indikator kinerja kegiatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
pelayanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan maka analisis
efisiensi penggunaan sumberdaya kegiatan utama Unit Pelaksana
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
106
Teknis (UPT) Pusat lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan (BBPPTP
Medan, BBPPTP Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak)
berupa dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan seperti pada Tabel
20.
Tabel.20 Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan
utama dalam mencapai target indikator kinerja kegiatan
Indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas pelayanan publik
Direktorat Jenderal Perkebunan
VOLUME SAT VOLUME SAT %
1
Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu
Benih Serta Penyiapan Teknologi Proteksi
Tanaman Perkebunan
140,345,052 121,225,542 86.38 90.73 84.06
aPengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Perkebunan9,753,349 88,734,620 Batang 8,598,733 88.16 88,734,620 Batang 100.00 79.60
bPengembangan Teknologi Proteksi Tanaman
Perkebunan7,657,628 37 Pkt Tek 7,039,171 91.92 37 Pkt Tek 100.00 70.19
c
Fasilitas Teknis Dukungan Pengujian dan Pengawasan
Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi
Tanaman Perkebunan
33,498,887 12 Bulan 22,451,129 67.02 12 Bulan 75.27 132.45
d 1781.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 14,318,347 12 Bulan 13,041,856 91.08 12 Bulan 93.31 72.29
e Layanan Internal (Overhead) 23,728,316 12 Bulan 23,012,869 96.98 12 Bulan 97.74 57.54
f 1781.994 Layanan Perkantoran 51,388,525 12 Bulan 47,081,784 91.62 12 Bulan 93.71 70.95
FISIKNO KEGIATAN
TARGET REALISASI NILAI
EFISIENSI
(%)
KEUANGAN
Rp.(000)
FISIK KEUANGAN
Rp.(000) (%)
Sumber : Ditjen. Perkebunan, 2019 (Diolah)
Analisis efisiensi atas penggunaan sumber daya kegiatan utama
dalam mencapai target indikator kinerja kegiatan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) atas pelayanan publik Direktorat Jenderal
Perkebunan diatas pada Tabel 20. dapat dijelaskan bahwa kegiatan
dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan
teknologi proteksi tanaman perkebunan nilai efisiensi sebesar
84,06%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
107
3.2.9. Nilai Pemeringkatan Informasi Publik Direktorat Jenderal
Perkebunan.
Nilai pemeringkatan informasi publik (NPIP) merupakan IKSP dari
sasaran program meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik
Ditjen Perkebunan. Pengukuran dilakukan oleh Biro Hukum dan
Hubungan Masyarakat Setjen Kementerian Pertanian mengikuti
Peraturan Komisi Informasi Publik Nomor 5 Tahun 2016 tentang Metode
dan Teknik Evaluasi Keterbukaan Informasi Badan Publik. Evaluasi dan
analisis NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2018 dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Evaluasi dan analisis NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2018
TahunTarget Nilai
NPIP
Realisasi
Nilai NPIP
Capaian
Nilai NPIP
(%)
Realisasi Capaian
2015 - -
2016 - 60.07 117.51 -
2017 65.00 67.82 104.34 104.08 96.65
2018 70.00 70.59 100.84 100.00 -
2019 75.00 94.12
IK-5.2
Meningkatnya kualitas layanan dan informasi publik Direktorat
Jenderal Perkebunan
Nilai pemeringkatan informasi publik
Direktorat Jenderal Perkebunan
2018 Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dan
2019(%)
Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah (2019)
a. Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini
Skor nilai Pemeringkatan Informasi Publik Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2018 dengan target 70.00 dan realisasi 70.59
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
108
sehingga capaian di tahun 2018 dibanding target sebesar 100.84%
dengan kriteria sangat berhasil.
b. Realisasi Kinerja serta capaian kinerja tahun ini dibandingkan
dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun terakhir sebagai berikut:
Dibanding Tahun 2017, NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2018
mengalami peningkatan sebesar 4,08 sedangkan capaian kinerja
2018 mengalami penurunan sebesar 3,35%;
Dibanding Tahun 2016, NPIP Ditjen Perkebunan Tahun 2018
mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu sebesar 17,51.
c. Realisasi Kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan
Target Jangka Menengah Yang terdapat dalam Dokumen Rentra
adalah mencapai 94,12%.
d. Realisasi Kinerja Tahun ini dibandingkan dengan Standar Nasional
adalah sebesar 70,59% dengan asumsi nilai maksimal 100.
e. Analisis Penyebab Capaian/Kegagalan atau Peningakatan/
Penurunan Kinerja serta Alternatif Solusi yang telah Dilakukan
Keberhasilan mencapai target NPIP disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
Komitmen pimpinan dan petugas dalam upaya melakukan pelayanan
yang memadai sesuai SOP yang telah ditetapkan;
Upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk perbaikan sistem
dan konten informasi yang disajikan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
109
Menjaga kualitas informasi yang disajikan untuk pembangunan
perkebunan berkelanjutan yang menjadi konsumsi publik;
Meningkatnya upaya perbaikan tata kelola situs Web;
Kelengkapan data dan informasi yang disajikan dan sistem aplikasi;
Keragaman akses dan pemanfaatan aplikasi.
f. Analisis Efesiensi Penggunaan Sumberdaya dan Analisis
Program/Kegiatan yang menunjang Capaian/Kegagalan
Kegiatan yang menunjang pencapaian target adalah layanan
perkantoran dan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
yang yang dilokasikan dama DIPA Ditjen Perkebunan Tahun 2018.
3.3. Realisasi Anggaran
Pada Tahun 2018 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi
anggaran yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran sebesar
Rp. 1.636.534.054.000,-. Realisasi anggaran Direktorat Jenderal
Perkebunan pada Tahun 2018 adalah sebesar Rp. 1.415.083.088.139,-
atau 86,48% dengan capaian fisik sebesar 90,13%. Realisasi anggaran ini
dapat dilihat berdasarkan kegiatan Utama dan Kegiatan (output) Eselon
II lingkup Ditjen Perkebunan, berdasarkan jenis belanja, berdasarkan
kewenangan dan berdasarkan satker lingkup Ditjen Perkebunan.
3.3.1 Realisasi Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama
Realisasi anggaran berdasarkan kegiatan utama Direktorat Jenderal
Perkebunan dapat dilihat pada Tabel 22.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
110
Tabel 22. Realisasi dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan
Tahun 2018 Berdasarkan Kegiatan Utama NO KODE / KEGIATAN PAGU REALISASI % FISIK (%)
1 1777|Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 500,571,910,000 454,384,310,655 90.77 93.08
2 1779|Dukungan Perlindungan Perkebunan 96,261,498,000 91,595,775,013 95.15 96.36
3 1780|Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 238,954,612,000 180,405,938,885 75.50 81.62
4 1781|Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 140,345,052,000 121,260,763,964 86.40 89.80
5 5888|Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 322,286,492,000 277,215,322,344 86.02 89.51
6 5889|Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 99,812,876,000 92,009,167,657 92.18 94.14
7 5890|Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 238,121,614,000 198,211,809,621 83.24 87.43
JUMLAH 1,636,354,054,000 1,415,083,088,139 86.48 90.13
Sumber: SMART/OM-SPAN Kemenkeu, 2019 (diolah)
Berdasarkan Tabel 22 dapat dijelaskan bahwa capaian serapan Ditjen
Perkebunan dikelompokkan berdasarkan kegiatan utama adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan
anggaran sebesar 90,77% dan capaian fisik sebesar 93,08%.
2. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran
sebesar 95,15% dan capaian fisik sebesar 96,36%.
3. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan
penyerapan anggaran sebesar 75,50% dan capaian fisik sebesar
81,62%.
4. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penyiapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan penyerapan
anggaran sebesar 86,40% dan capaian fisik sebesar 89,80%.
5. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan penyerapan
anggaran sebesar 86,02% dan capaian fisik sebesar 89,51%.
6. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan
penyerapan sebesar 92,18% dan capaian fisik sebesar 94,14%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
111
7. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan
anggaran sebesar 83,24% dan capaian fisik sebesar 87,43%.
3.3.2 Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Penyerapan anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan
belanja sosial . Realisasi keuangan dan fisik kegiatan berdasarkan jenis
belanja dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan
Tahun 2018 Berdasarkan Jenis Belanja
UNIT KERJA/JENIS BELANJA PAGU REALISASI % % FISIK
51 BELANJA PEGAWAI 78,000,000,000 69,516,520,886 89.12 91.84
52 BELANJA BARANG 1,507,080,045,000 1,298,193,704,257 86.14 89.90
53 BELANJA MODAL 51,274,009,000 47,372,862,996 92.39 94.29
DITJEN. PERKEBUNAN 1,636,354,054,000 1,415,083,088,139 86.48 90.13
Sumber: SMART/OM-SPAN Kemenkeu, 2019 (diolah)
Capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 86,48% dengan capaian fisik
sebesar 91,84%.
2. Belanja Barang terealisasi sebesar 86,14% dengan capaian fisik
sebesar 90,45%.
3. Belanja Modal terealisasi sebesar 92,39% dengan capaian fisik
sebesar 94,29%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
112
3.3.3 Realisasi Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen
Perkebunan
Realisasi Anggaran berdasarkan output kegiatan mencerminkan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) perioritas utama Eselon II Lingkup
Ditjen Perkebunan. Realisasi berdasarkan Output Kegiatan secara
terinci dijelaskan pada Lampiran 4. Secara umum capaian output
kegiatan Ditjen Perkebunan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan pengembangan
Tanaman Tahunan dan Penyegar yaitu:
a. Pengembangan Tanaman Kopi dengan serapan sebesar 86,85%
dan capaian fisik 88,73%.
b. Pengembangan Tanaman Kakao dengan serapan sebesar 92,19%
dan capaian fisik 93,12%.
c. Pengembangan Tanaman Karet dengan penyerapan sebesar
93,19% dan capaian fisik sebesar 100,00%.
d. Pengembangan Tanaman Kelapa dengan serapan sebesar
94,90% dan capaian fisik sebesar 94,95%.
e. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Lainnya
dengan serapan sebesar 89,47% dan capaian fisik sebesar
90,19%.
f. Pengembangan Perkebunan di Daerah Perbatasan dengan
serapan sebesar 94,95% dan capaian fisik sebesar 100,00%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
113
g. Fasilitasi teknis dukungan pengembangan tanaman tahunan dan
penyegar dengan serapan sebesar 84,95 dan realisasi fisik
sebesar 88,71%.
2. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan dukungan perlindungan
perkebunan antara lain yaitu:
a. Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman
Perkebunan dengan serapan sebesar 94,07% dan capaian fisik
100,00%.
b. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran
Lahan dan Kebun dengan serapan sebesar 94,67% dan capaian fisik
100,00%.
c. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas
Perkebunan dengan serapan sebesar 97,66% dan capaian fisik
100,00%.
d. Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perlindungan Perkebunan
dengan serapan sebesar 94,27% dan capaian fisik 95,70%.
e. Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan dengan
serapan sebesar 92,78% dan capaian fisik 95,70%.
f. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan serapan sebesar 84,96%
dan capaian fisik 100,00%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
114
3. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknsi Lainnya yaitu:
a. Layanan Dukungan Manajemen Eselon I dengan serapan sebesar
73,53% dan capaian fisik 80,15%.
b. Layanan Internal dengan serapan sebesar 85,04% dan capaian fisik
88,78%.
c. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 80,72% dan capaian
fisik 85,54%.
4. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta
Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Pengujian dan
Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman
Perkebunan yaitu:
a. Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan
dengan serapan sebesar 88,26% dan capaian fisik 100,00%;
b. Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan
serapan sebesar 91,92% dan capaian fisik 100,00%;
c. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih
serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan
serapan sebesar 67,02% dan capaian fisik 75,27%;
d. Layanan Dukungan Manajemen Eselon I dengan serapan sebesar
91,06% dan capaian fisik 93,31%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
115
e. Layanan Internal (Overhead) dengan serapan sebesar 96,98% dan
capaian fisik 97,74%;
f. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 91,62% dan capaian
fisik 93,71%.
5. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Pengembangan Tanaman
Semusim dan Rempah yaitu:
a. Pengembangan Tanaman tebu dengan serapan sebesar 66,27% dan
capaian fisik 82,04%;
b. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Lainnya dengan
serapan sebesar 90,67% dan capaian fisik 97,34%;
c. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan
Rempah dengan serapan sebesar 91,39% dan capaian fisik 93,54%.
6. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu:
a. Fasilitasi pasca panen tanaman perkebunan dengan serapan
sebesar 90,73% dan capaian fisik 100,00%;
b. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 94,95% dan
capaian fisik 96,21%;
c. Fasilitasi Pengolahan Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar
94,22% dan capaian fisik 100,00%;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
116
d. Pengembangan Penerapan Standarisasi Mutu dan Pembinaan Usaha
Perkebunan dengan serapan sebesar 85,31% dan capaian fisik
100,00%;
e. Pengembangan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan
sebesar 90,67% dan capaian fisik 100,00%;
7. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan
Realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perbenihan
Tanaman Perkebunan yaitu:
1. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan
sebesar 82,40% dan capaian fisik 82,58%;
2. Fasilitasi Teknis Dukungan Penyediaan Benih Unggul Tanaman
Perkebunan dengan serapan sebesar ,58% dan capaian fisik
88,96%.
3.3.4 Realisasi Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen
Perkebunan
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh
Indonesia sebanyak 514 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan
keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan
ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan
pembangunan perkebunan, maka pada Tahun 2018 Satker yang
mengelolaan dana APBN baik Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan
di kelola oleh Dinas Provinsi yang menangani Perkebunan. Oleh karena
itu pada Tahun 2018 penyelenggaraan pembangunan perkebunan
dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
117
Perkebunan yang berjumlah 38 satker yang terdiri atas Satker
Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker)
dan Satker Dinas Provinsi (33 satker).
Kinerja Ditjen Perkebunan sangat tergantung pada kinerja satker-
satkernya, oleh karena itu upaya percepatan dan pencapaian target
terus dilakukan dengan cara koordinasi, sinkronisasi dan sosialisasi.
Dengan didukung oleh Tim Monev lingkup Ditjen Perkebunan baik pusat
dan daerah dan dengan berpedoman pada Pedoman Pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2016 telah
mampu diperoleh informasi secara up to date setiap bulanan sehingga
setiap perkembangan pelaksanaan kegiatan terinfo ke pimpinan Ditjen
Perkebunan.
Capaian Satker tersebut dilakukan evaluasi dan analisis sehingga
seecara sederhana diperoleh prestasi satker yang secara triwulanan
disampaikan kepada Gubernur sebagai penaggungjawab daerah dan
para Unit Eselon II lingkup Ditjen Perkebunan sebagai penanggungjawab
kegiatan.
Capaian fisik dan keuangan per satker lingkup Ditjen Perkebunan dapat
dilihat pada tabel 24. berikut:
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
118
Tabel 24. Daftar Capaian Satker Lingkup Ditjen Perkebunan
Perkebunan Tahun 2018 PAGU
( Rp. ) ( Rp. ) ( % )
1 MALUKU UTARA 80,694,115,000 80,063,244,600 99.22 99.41 BERHASIL
2 PAPUA BARAT 21,094,916,000 20,816,004,000 98.68 99.01 BERHASIL
3 D. I. YOGYAKARTA 9,451,775,000 9,326,313,287 98.67 99.00 BERHASIL
4 SULAWESI UTARA 44,442,203,000 43,625,444,178 98.16 98.62 BERHASIL
5 GORONTALO 22,204,625,000 21,719,654,930 97.82 98.36 BERHASIL
6 NUSA TENGGARA TIMUR 72,582,910,000 70,456,761,267 97.07 97.80 BERHASIL
7 KALIMANTAN TENGAH 10,891,712,000 10,559,854,080 96.95 97.71 BERHASIL
8 SULAWESI TENGAH 44,487,535,000 42,078,649,420 94.59 95.94 BERHASIL
9 KALIMANTAN SELATAN 18,686,736,000 17,503,757,884 93.67 95.25 BERHASIL
10 MALUKU 38,517,092,000 35,738,351,099 92.79 94.59 BERHASIL
11 BENGKULU 20,978,519,000 19,455,625,600 92.74 94.56 BERHASIL
12 LAMPUNG 56,071,291,000 51,982,743,338 92.71 94.53 BERHASIL
13 SUMATERA SELATAN 34,141,384,000 31,631,051,344 92.65 94.49 BERHASIL
14 JAWA BARAT 49,812,114,000 45,917,669,597 92.18 94.14 BERHASIL
15 SULAWESI BARAT 40,730,798,000 37,488,588,701 92.04 94.03 BERHASIL
16 SULAWESI TENGGARA 112,132,085,000 102,686,057,675 91.58 93.68 BERHASIL
17 A C E H 46,160,407,000 41,775,243,756 90.50 92.88 BERHASIL
18 SUMATERA UTARA 30,704,461,000 27,704,412,120 90.23 92.67 BERHASIL
19 B A N T E N 6,419,876,000 5,724,335,800 89.17 91.87 BERHASIL
20 SULAWESI SELATAN 163,898,749,000 145,199,760,143 88.59 91.44 BERHASIL
21 SUMATERA BARAT 35,027,733,000 30,850,776,885 88.08 91.06 BERHASIL
22 J A M B I 25,732,134,000 22,454,879,411 87.26 90.45 BERHASIL
23 KALIMANTAN TIMUR 8,386,857,000 7,117,727,603 84.87 88.65 BERHASIL
24 KALIMANTAN UTARA 7,060,416,000 5,971,783,472 84.58 88.44 BERHASIL
25 P A P U A 22,367,407,000 18,318,652,920 81.90 86.42 BERHASIL
26 R I A U 28,681,840,000 23,110,980,513 80.58 85.43 BERHASIL
27 B A L I 40,419,919,000 32,116,022,782 79.46 84.59 CUKUP BERHASIL
28 NUSA TENGGARA BARAT 46,807,137,000 35,945,634,644 76.80 82.60 CUKUP BERHASIL
29 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 32,824,476,000 24,202,490,947 73.73 80.30 CUKUP BERHASIL
30 JAWA TENGAH 43,716,960,000 31,780,901,722 72.70 79.52 CUKUP BERHASIL
31 KEPULAUAN RIAU 3,344,536,000 2,399,621,900 71.75 78.81 CUKUP BERHASIL
32 KALIMANTAN BARAT 15,304,297,000 10,347,739,900 67.61 75.71 CUKUP BERHASIL
33 JAWA TIMUR 32,681,446,000 18,340,415,103 56.12 67.09 KURANG BERHASIL
TOTAL SATKER DAERAH 1,266,458,461,000 1,124,411,150,621 88.78 91.59 BERHASIL
34 UPT PUSAT
BALAI BESAR AMBON 32,773,337,000 31,287,038,981 95.46 96.60 BERHASIL
BALAI BESAR MEDAN 42,055,763,000 38,728,253,161 92.09 94.07 BERHASIL
BALAI PONTIANAK 17,925,364,000 16,374,988,939 91.35 93.51 BERHASIL
BALAI BESAR SURABAYA 59,974,213,000 46,179,875,801 77.00 82.75 CUKUP BERHASIL
TOTAL SATKER UPT PUSAT 152,728,677,000 132,570,156,882 86.80 90.10 BERHASIL
35 P U S A T 217,166,916,000 158,101,780,636 72.80 79.60 BERHASIL
TOTAL DITJEN PERKEBUNAN 1,636,354,054,000 1,415,083,088,139 86.48 89.86 BERHASIL
REALISASI SP2D KRETERIA
KEBERHASILANNO. P R O V I N S I
% FISIK
PROGRES
Sumber: SMART/OM-SPAN Kemenkeu, 2019 (diolah)
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
119
3.3.5 Permasalahan Umum Realisasi Anggaran Tahun 2018
Dalam mendukung capaian pembangunan perkebunan ke depan
diperlukan Analisis Permasalahan dan mengidentifikasi isue strategis
dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan.
Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut:
1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena waktu yang sangat
terbatas;
2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan
pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di
khawatirkan gagal tanam;
3. CP/CL yang telah dipersiapkan telah menggunakan lahannya untuk
kegiatan tanaman semusim lainnya disebabkan petani
membutuhkan pekerjaan dan pendapatan dari lahan pertanian
yang diwilikinya;
4. Pengadaan alat pertanian melalui e-katalog kekurangan stok di
tingkat produsen;
5. Ketersedian benih tidak sesuai dengan spesifikasi kegiatan
misalnya umur benih yang masih kurang atau lewat umur;
6. Pihak ketiga mengajukan MOU penyediaan benih yang sama
dengan pihak ketiga lainnya sehingga disaat pelaksanaan
kekurangan benih siap salur;
7. Keterbatasan pihak ketiga yang memiliki keahlian teknis sesuai
spesifikasi yang di minta;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
120
8. Beberapa Regulasi yang menjadi penghambat percepatan
pelaksanaan kegiatan khususnya dalam kegiatan perbenihan
perkebunan atau kegiatan yang membutuhkan benih dalam
spesifikasinya;
9. Kegiatan swakelola khususnya penyediaan benih siap salur masih
terdapat beberapa kendala antara lain pedomannya terlambat
diterima, ketersediaan sumber benih, waktu sangat terbatas
khususnya APBN-P, kesiapan penangkar dll;
10. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker;
11. Koordinasi antar lini lingkup satker masih belum solid dan kurang
akomodatif, sehingga persiapan pelaksanaan kegiatan sering
terlambat;
12. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker
daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota
(khususnya TP Provinsi);
13. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih
memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur
sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi
perkebunan mengantri dalam waktu yang lama;
14. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak
mengikuti ROPAK;
15. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada
kurang optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
121
16. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung
pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan
ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim);
17. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya
memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi
dalam penentuan kegiatan kurang optimal;
18. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah
tertentu;
19. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan
belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman-
Pedoman lainnya;
20. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai
sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam;
21. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;
22. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan;
23. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan;
24. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum
tersosialisasi dengan baik;
25. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum
memadai;
26. Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan
pembangunanperkebunan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
122
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Umum
Laporan Kinerja merupakan implementasi dari Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemenrintah,
sebagai tindaklanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan
Kinerja juga disusun berdasarkan atas Peratutan Menteri Pertanian
Nomor 50 Tahun 2016 tentang pengelolaan akuntabilitas kinerja
Kementerian Pertanian dan PMK 214 Tahun 2017 tentang Pengukuran
dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan RKA-KL.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018 yang
disusun merupakan salah satu pertanggungjawaban penyelenggaraan
tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-4 (empat) pada
periode Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019. Dan secara khusus
melaporkan capaian kinerja dari target yang di perjanjikan pada tahun
2018 melalui perjanjian kinerja Direktur Jenderal Perkebunan dengan
Menteri Pertanian pada Tahun 2018. Kesemuanya itu merupakan
penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian
yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam Pembangunan Perkebunan yang
dilaksanakan pada Tahun 2017.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
123
Capaian kinerja Ditjen Perkebunan berdasarkan PK Ditjen Perkebunan
adalah sebagai berikut:
1. Sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator
kinerja produksi gula mencapai 77,66% dengan kategori cukup
berhasil. Capaian ini dihitung berdasarkan perbandingan antara
capaian produksi Tahun 2018 sebesar 2.174.000 ton gula tebu
dibandingkan dengan target 2.8000.000 ton gula tebu;
2. Capaian sasaran meningkatnya nilai tambah dan daya saing
komoditas perkebunan sesuai dengan indikator sebagai berikut:
a) Pertumbuhan ekspor untuk produk perkebunan mencapai
304,16% dengan kategori sangat berhasil. Capaian ini dihitung
berdasarkan perbandingan antara capaian rata-rata ekpsor
komoditas perkebunan Tahun 2018 sebesar 13,90% dibandingkan
dengan target 4,57%;
b) Rasio pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri mencapai 222,38% dengan katagori sangat
berhasil. Capaian kinerja ini diperoleh dari pemenuhan
kebutuhan untuk industri dalam negeri sebesar 77,83
(47.828.732 ton dari 61.451.670 ton) dari target 35% dari lima
komoditas unggulan perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao,
kopi, teh, dan tebu).
3. Capaian Sasaran Tersedianya infrastruktur pertanian pasca panen
terpenuhinya kebutuhan pangan strategis dengan indikator kinerja
ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) berdasarkan
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
124
kebutuhan (pasca panen perkebunan) mencapai 99,60%. Dihitung
berdasarkan realisasi ketersediaan alsintan sebesar 252 Unit dari
253 unit yang ditargetkan;
4. Capaian sasaran terkendalinya penyebaran OPT dan
tertanggulanginya DPI pada tanaman perkebunan dengan indikator
kinerja rasio luas serangan OPT terkendali dan area terkena DPI
tertanggulangi terhadap luas lahan terserang OPT dan berpotensi
terkena DPI sebesar 1,57% atau mencapai 97,92% dengan katagori
berhasil. Dihitung berdasarkan luas serangan OPT terkendali sebesar
dan area DPI tertanggulangi sebesar 8.525 ha dibanding dengan luas
terserang OPP dan Berpotensi terkena DPI seluas 544.155 ha.
5. Capaian sasaran kinerja terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai
indikator kinerja sebagai berikut:
a) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (Skor Nilai SAKIP)
mencapai 82,98% atau 99,98% masuk dalam katagori berhasil.
Dihitung berdasarkan capaian nilai SAKIP sebesar 82,98
dibanding target 83,00.
b) Nilai Kinerja(NK) (berdasarkan PMK 249 tahun 2011 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lemabaga) sebesar
75,10% atau 83,44% dari target 90 masuk dalam katagori
berhasil. Dihitung berdasarkan nilai kinerja yang ada dalam
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
125
aplikasi SMART PMK 214 Tahun 2017 yang diisi oleh semua satker
lingkup Ditjen Perkebunan.
6. Capaian sasaran kinerja meningkatnya kualitas layanan dan
informasi publik Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai berikut:
a) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan (Nilai Skala Likert 1-4) sebesar 3,51 atau
mencapai 117% masuk dalam katagori sangat berhasil. Dihitung
berdasarkan realisasi rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas layanan publik Direktorat Jenderal Perkebunan (Nilai
Skala Likert 1-4) dari empat Unit Pelayanan Teknis (UPT) pusat
lingkup Ditjen Perkebunan.
b) Nilai pemeringkatan informasi publik Direktorat Jenderal
Perkebunan (Skor Nilai) sebesar 70,59% atau mencapai 100,84%
masuk dalam katagori sangat berhasil. NPIP ini diperoleh
berdasarkan hasil penilaian dari Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat Setjen Kementerian Pertanian mengikuti Peraturan
Komisi Informasi Publik Nomor 5 Tahun 2016 tentang Metode
dan Teknik Evaluasi Keterbukaan Informasi Badan Publik
Dalam rangka menunjang pencapaian PK 2018, Direktorat Jenderal
Perkebunan melaksanakan program “Peningkatan produksi tanaman
perkebunan berkelanjutan”. Program tersebut dilaksanakan dalam
kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan
rempah, tanaman tahunan dan penyegar, perlindungan perkebunan,
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, perbenihan perkebunan,
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
126
dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan,
serta dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan
teknologi proteksi tanaman.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2018
adalah sebesar Rp. 1.415.083.088.139,- atau mencapai 86,48% dari
pagu DIPA/POK dengan total anggaran sebesar Rp. 1.636.534.054.000,-
dengan capaian fisik sebesar 90,13%.
Capaian serapan Ditjen Perkebunan berdasarkan kegiatan utama adalah
sebagai berikut:
1. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan
anggaran sebesar 90,77% dan capaian fisik sebesar 93,08%.
2. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran
sebesar 95,15% dan capaian fisik sebesar 96,36%.
3. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan
penyerapan anggaran sebesar 75,50% dan capaian fisik sebesar
81,62%.
4. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penyiapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan penyerapan
anggaran sebesar 86,40% dan capaian fisik sebesar 89,80%.
5. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan penyerapan
anggaran sebesar 86,02% dan capaian fisik sebesar 89,51%.
6. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan
penyerapan sebesar 92,18% dan capaian fisik sebesar 94,14%.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
127
7. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan
anggaran sebesar 83,24% dan capaian fisik sebesar 87,43%.
Sedangkan capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 86,48% dengan capaian fisik
sebesar 91,84%.
2. Belanja Barang terealisasi sebesar 86,14% dengan capaian fisik
sebesar 90,45%.
3. Belanja Modal terealisasi sebesar 92,39% dengan capaian fisik
sebesar 94,29%.
Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut:
1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena waktu yang sangat
terbatas;
2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan
pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di
khawatirkan gagal tanam;
3. CP/CL yang telah dipersiapkan telah menggunakan lahannya untuk
kegiatan tanaman semusim lainnya disebabkan petani
membutuhkan pekerjaan dan pendapatan dari lahan pertanian
yang diwilikinya;
4. Pengadaan alat pertanian melalui e-katalog kekurangan stok di
tingkat produsen;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
128
5. Sebagian ketersedian benih belum sesuai dengan spesifikasi
kegiatan misalnya umur benih yang masih kurang atau lewat umur;
6. Pihak ketiga mengajukan MOU penyediaan benih yang sama
dengan pihak ketiga lainnya sehingga disaat pelaksanaan
kekurangan benih siap salur;
7. Keterbatasan pihak ketiga yang memiliki keahlian teknis sesuai
spesifikasi yang di minta;
8. Kegiatan swakelola khususnya penyediaan benih siap salur masih
terdapat beberapa kendala antara lain pedomannya terlambat
diterima, ketersediaan sumber benih, waktu sangat terbatas
khususnya APBN-P, kesiapan penangkar dll;
9. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker;
10. Koordinasi antar lini lingkup satker masih belum solid dan kurang
akomodatif, sehingga persiapan pelaksanaan kegiatan sering
terlambat;
11. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker
daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota
(khususnya TP Provinsi);
12. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih
memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur
sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi
perkebunan mengantri dalam waktu yang lama;
13. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak
mengikuti ROPAK;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
129
14. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada
kurang optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan;
15. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung
pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan
ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim);
16. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya
memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi
dalam penentuan kegiatan kurang optimal;
17. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah
tertentu;
18. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan
belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman-
Pedoman lainnya;
19. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai
sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam;
20. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;
21. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan;
22. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan;
23. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum
tersosialisasi dengan baik;
24. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum
memadai;
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
130
25. Tim SPI Satker belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan
perkebunan.
4.2. Rencana Tindak Strategis
Laporan ini diharapkan menjadi dokumen yang aspiratif dalam
mendukung penilaian kinerja Ditjen perkebunan. Oleh karena
diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan
kinerja dimasa yanga akan datang. Rencana tindak strategis yang harus
dilakukan untuk meningkatkan mutu laporan dan subtansinya khususnya
capaian kinerja adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi gula tebu dengan program peningkatan
produksi tebu dengan perluasan, bongkar ratoon, rawat ratoon,
penyediaan benih unggul bersertifikat, penyediaan alsintan,
fasilitasi pemberdayaan petani, peningkatan rendemen, fasilitasi
revitalisasi pengalahan gula berbasis tebu, fasilitasi dalam menjaga
stabilisasi harga dan lain-lain.
2. Meningkatkan volume ekspor dengan program kegiatan peningkatan
produksi, pasca panen, pemasaran hasil perkebunan dan koordinasi
dengan instansi terkait.
3. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri dengan peningakatn produksi komoditas
perkebunan dan pendataan yang informatif.
4. Fasilitasi dan penyediaan alat dan mesin pertanian.
5. Meningkatkan pengendalian OPT dan penaggulangan terhadap DPI
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
131
6. Meningkatkan nilai SAKIP lingkup Ditjen Perkebunan diharapkan
mampu menginspirasi penaggungjawab kegiatan untuk
meningkatkan kinerja dari perencanaan, pelaksanaan sampai
kepada pertanggungjawaban kegiatan.
7. Meningkatkan NK dengan fasilitasi terhadap kegiatan monitoring,
evaluasi dan pelaporan ke seluruh satker lingkup Ditjen
Perkebunan
8. Meningkatkan IKM dan NPIP dengan fasilitasi dan pembinaan
kepada ASN lingkup Ditjen perkebunan dan pembinaan manajemen
serta teknis lainnya
9. Selain permasalahan teknis, permasalahan umum yang sifatnya isu
stratragis hendaknya menjadi acuan dalam mencari solusi dan
upaya tindaklanjut, sehingga kinerja dapat ditingkatkan.
10. Laporan ini sebagai rangkuman dari kinerja dibawahnya hendaknya
dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja kegiatan. Hal
ini disebabkan kinerja program merupakan dampak dari kinerja
kegiatan-kegiatan yang mendukungnya.
11. Indikator kinerja hendaknya menjadi daya dorong dan acuan dalam
merumuskan jalannya pelaksanaan kegiatan sehingga titik kritis-
titik kritisnya dapat terindentifikasi secara dini dan up to date
sehingga upaya penyelesaian dapat segera dilakukan.
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
132 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Lampiran 1
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
133 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
134 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
135 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
136 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Lampiran 2
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
137 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
138 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
SASARAN PROGRAM (SP) DAN
INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM (IKSP)
Sasasaran Program IKSP SAT Capaian
2016
Target
2017 2018 2019
SP 01
Terpenuhinya
kebutuhan pangan
strategis
perkebunan
01
Produksi gula tebu
Juta
Ton
-
-
2,6
3
SP 02
Meningkatnya
nilai tambah dan
daya saing
komoditas
pertanian
perkebunan
02
Pertumbuhan volume ekspor untuk
produk perkebunan
%
-
6,06
4,57
3,82
03
Rasio pemenuhan kebutuhan
komoditas perkebunan untuk
industri dalam negeri
%
-
TBD
TBD
TBD
SP 03
Tersedianya
infrastruktur
pertanian
perkebunan pasca
panen
04
Rasio ketersediaan Alat dan Mesin
Pertanian (Alsintan) berdasarkan
kebutuhan (pasca panen
perkebunan)
%
100
100
100
100
SP 04
Terkendalinya
penyebaran OPT dan
DPI pada tanaman
perkebunan
05
Rasio serangan OPT dan DPI
terhadap luas tanam tanaman
perkebunan
%
-
TBD
TBD
TBD
Lampiran 3
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
139 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Sasasaran Program IKSP SAT Capaian
2016
Target
2017 2018 2019
SP5
Terwujudnya
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah
di lingkungan
Direktorat Jenderal
Perkebunan
06
Nilai AKIP Direktorat Jenderal
Perkebunan berdasarkan penilaian
Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian
Nilai
79,69
82
83
84
07
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK
249 tahun 2011)
Nilai
81,19
85
90
92
SP 6
Meningkatnya
kualitas layanan dan
informasi publik
Direktorat Jenderal
Perkebunan
0078
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
atas layanan publik Direktorat
Jenderal Perkebunan
Nilai
IKM
3
3
3
3
9
Nilai pemeringkatan informasi publik
Direktorat Jenderal Perkebunan
Nilai
60,07
65
70
75
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
140 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
REALISASI BERDASARKAN OUTPUT KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018
VOLUME SAT VOLUME SAT %
APeningkatan Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan
Berkelanjutan
1 1777 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 92.45 500,571,910,000 454,343,985,655 90.76
1777.001 Pengembangan Tanaman Kopi 19,280 Ha 17,108 Ha 88.73 113,911,257,000 98,937,617,499 86.85
1777.002 Pengembangan Tanaman Kakao 18,650 Ha 17,367 Ha 93.12 164,061,228,000 151,242,543,626 92.19
1777.003 Pengembangan Tanaman Karet 5,360 Ha 5,360 Ha 100.00 35,225,650,000 32,828,095,277 93.19
1777.004 Pengembangan Tanaman Kelapa 27,350 Ha 25,970 Ha 94.95 79,139,936,000 75,106,251,118 94.90
1777.005 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Lainnya 8,560 Ha 7,720 Ha 90.19 64,058,254,000 57,312,555,059 89.47
1777.006 Pengembangan Perkebunan di Wilayah Perbatasan 8 Lokasi 8 Lokasi 100.00 13,900,834,000 13,198,191,303 94.95
1777.007 Fasilitas Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Tahunan dan
Penyegar12 Bulan 12 Bulan 88.71 30,274,751,000 25,718,731,773 84.95
2 1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan 98.37 96,261,498,000 91,517,592,287 95.07
1779.001 Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman
Perkebunan8,325 Ha 8,325 Ha 100.00 24,002,133,000 22,579,280,459 94.07
1779.002 Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran
Lahan dan Kebun25 KT 25 KT 100.00 5,905,875,000 5,590,964,975 94.67
1779.003 Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas
Perkebunan155 Desa 155 Desa 100.00 28,182,920,000 27,524,148,269 97.66
1779.004 Fasilitas Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan 12 Bulan 12 Bulan 95.70 36,459,070,000 34,369,081,772 94.27
1779.006 Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan 21 Provinsi 21 Provinsi 100.00 1,711,500,000 1,454,116,812 84.96
3 1780 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Perkebunan81.62 238,954,612,000 180,410,188,885 75.50
1780.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 12 Bulan 12 Bulan 80.15 181,928,904,000 133,767,610,108 73.53
1780.951 Layanan Internal (Overhead) 12 Bulan 12 Bulan 88.78 14,132,914,000 12,017,985,631 85.04
1780.994 Layanan Perkantoran 12 Bulan 12 Bulan 85.54 42,892,794,000 34,624,593,146 80.72
NO PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT
OUTPUT FISIK KEUANGAN (Rp)
TARGET REALISASIPAGU REALISASI %
Lampiran 4
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
141 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
VOLUME SAT VOLUME SAT %
4 1781 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penyiapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 90.73 140,345,052,000 121,225,541,722 86.38
1781.001 Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan 88,734,620 Batang 88,734,620 Batang 100.00 9,753,349,000 8,598,733,084 88.16
1781.002 Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 37 Pkt Tek 37 Pkt Tek 100.00 7,657,628,000 7,039,170,895 91.92
1781.003 Fasilitas Teknis Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih
serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan12 Bulan 12 Bulan 75.27 33,498,887,000 22,451,129,145 67.02
1781.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 12 Bulan 12 Bulan 93.31 14,318,347,000 13,041,856,367 91.08
1781.951 Layanan Internal (Overhead) 12 Bulan 12 Bulan 97.74 23,728,316,000 23,012,868,646 96.98
1781.994 Layanan Perkantoran 12 Bulan 12 Bulan 93.71 51,388,525,000 47,081,783,585 91.62
5 5888 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 93.86 322,286,492,000 277,201,412,344 86.01
5888.001 Pengembangan Tanaman Tebu 11,456 Ha 9,399 Ha 82.04 62,752,737,000 41,585,159,216 66.27
5888.002 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Lainnya 58,967 Ha 57,396 Ha 97.34 216,891,125,000 196,646,866,108 90.67
5888.003 Fasilitas Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan
Rempah12 Bulan 12 Bulan 93.54 42,642,630,000 38,969,387,020 91.39
6 5889 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 99.43 99,812,876,000 92,024,577,657 92.20
5889.001 Fasilitas pasca panen tanaman perkebunan 63 KT 63 KT 100.00 31,262,411,000 28,365,061,422 90.73
5889.002 Fasilitas Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan12 Bulan 12 Bulan 96.21 15,103,455,000 14,341,121,286 94.95
5889.003 Fasilitas Pengolahan Hasil Perkebunan 90 Unit 90 Unit 100.00 37,716,710,000 35,535,617,806 94.22
5889.004 Pengembangan Penerapan Standarisasi. Mutu dan Pembinaan
Usaha Perkebunan64 Keg 64 Keg 100.00 8,950,300,000 7,635,576,338 85.31
5889.005 Pengembangan Pemasaran Hasil Perkebunan 60 Keg 60 Keg 100.00 6,780,000,000 6,147,200,805 90.67
7 5890 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 84.05 238,121,614,000 198,305,139,347 83.28
5890.001 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 4,008 Ha 3,310 Ha 82.58 192,323,446,000 158,480,205,821 82.40
5890.002 Fasilitas Teknis Dukungan Penyediaan Benih Unggul Tanaman
Perkebunan12 Bulan 12 Bulan 90.22 45,798,168,000 39,824,933,526 86.96
TOTAL DITJEN PERKEBUNAN 90.13 1,636,354,054,000 1,415,083,088,139 86,48
NO PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT
OUTPUT FISIK KEUANGAN (Rp)
TARGET REALISASIPAGU REALISASI %
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
142 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
REALISASI BERDASARKAN SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018
PAGU FISIK
Rp. % %
1 JAWA BARAT 49,812,114,000 45,917,669,597 92.18 96.13
1 029101 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT 2,355,135,000 2,302,615,400 97.77 98.33
2 029161 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT 47,456,979,000 43,615,054,197 91.90 93.93
2 JAWA TENGAH 43,716,960,000 31,780,901,722 72.70 83.93
3 039098 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH 2,109,500,000 1,794,509,465 85.07 88.80
4 039153 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH 41,607,460,000 29,986,392,257 72.07 79.05
3 D. I. YOGYAKARTA 9,451,775,000 9,326,313,287 98.67 99.38
5 049058 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV D.I.YOGYAKARTA 1,124,370,000 1,122,632,374 99.85 99.88
6 049089 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV D.I.YOGYAKARTA 8,327,405,000 8,203,680,913 98.51 98.89
4 JAWA TIMUR 32,681,446,000 18,340,415,103 56.12 78.90
7 059114 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 2,069,100,000 1,859,936,599 89.89 92.42
8 059180 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 30,612,346,000 16,480,478,504 53.84 65.38
5 A C E H 46,160,407,000 41,775,243,756 90.50 94.71
9 060100 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN ACEH 1,694,600,000 1,619,722,376 95.58 96.69
10 060102 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN ACEH 44,465,807,000 40,155,521,380 90.31 92.73
6 SUMATERA UTARA 30,704,461,000 27,704,412,120 90.23 94.84
11 079077 | DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA UTARA 1,448,490,000 1,395,220,926 96.32 97.24
12 079126 | DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA UTARA 29,255,971,000 26,309,191,194 89.93 92.45
REALISASI ANGGARANNO. PROVINSI/KABUPATEN
Lampiran 5
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
143 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
PAGU FISIK
Rp. % %
7 SUMATERA BARAT 35,027,733,000 30,850,776,885 88.08 94.31
13 089083 | DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1,404,450,000 1,364,215,600 97.14 97.85
14 089132 | DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA BARAT 33,623,283,000 29,486,561,285 87.70 90.77
8 R I A U 28,681,840,000 23,110,980,513 80.58 90.86
15 099270 | DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI RIAU 1,574,400,000 1,510,300,000 95.93 96.95
16 099316 | DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI RIAU 27,107,440,000 21,600,680,513 79.69 84.76
9 J A M B I 25,732,134,000 22,454,879,411 87.26 92.88
17 109071 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAMBI 2,137,800,000 2,018,275,658 94.41 95.81
18 109120 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAMBI 23,594,334,000 20,436,603,753 86.62 89.96
10 SUMATERA SELATAN 34,141,384,000 31,631,051,344 92.65 94.03
19 119081 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 2,927,535,000 2,673,117,131 91.31 93.48
20 119132 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 31,213,849,000 28,957,934,213 92.77 94.58
11 LAMPUNG 56,071,291,000 51,982,743,338 92.71 96.30
21 129072 | DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI LAMPUNG 1,841,500,000 1,797,009,420 97.58 98.19
22 129114 | DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI LAMPUNG 54,229,791,000 50,185,733,918 92.54 94.41
12 KALIMANTAN BARAT 15,304,297,000 10,347,739,900 67.61 86.21
23 139076 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1,056,250,000 1,033,595,000 97.86 98.39
24 139127 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 14,248,047,000 9,314,144,900 65.37 74.03
NO. PROVINSI/KABUPATENREALISASI ANGGARAN
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
144 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
PAGU FISIK
Rp. % %
13 KALIMANTAN TENGAH 10,891,712,000 10,559,854,080 96.95 98.26
25 149067 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 2,178,955,000 2,154,743,600 98.89 99.17
26 149116 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 8,712,757,000 8,405,110,480 96.47 97.35
14 KALIMANTAN SELATAN 18,686,736,000 17,503,757,884 93.67 94.65
27 159064 | DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1,578,950,000 1,450,915,746 91.89 93.92
28 159109 | DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 17,107,786,000 16,052,842,138 93.83 95.38
15 KALIMANTAN TIMUR 8,386,857,000 7,117,727,603 84.87 91.00
29 169066 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1,577,500,000 1,467,531,700 93.03 94.77
30 169114 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 6,809,357,000 5,650,195,903 82.98 87.23
16 SULAWESI UTARA 44,442,203,000 43,625,444,178 98.16 99.29
31 179062 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI UTARA 1,361,210,000 1,361,141,800 99.99 100.00
32 179105 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI UTARA 43,080,993,000 42,264,302,378 98.10 98.58
17 SULAWESI TENGAH 44,487,535,000 42,078,649,420 94.59 96.25
33 189084 | DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 1,919,200,000 1,831,960,100 95.45 96.59
34 189133 | DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 42,568,335,000 40,246,689,320 94.55 95.91
18 SULAWESI SELATAN 163,898,749,000 145,199,760,143 88.59 93.96
35 199078 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN 1,827,350,000 1,742,935,450 95.38 96.54
36 199127 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN 162,071,399,000 143,456,824,693 88.51 91.39
NO. PROVINSI/KABUPATENREALISASI ANGGARAN
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
145 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
PAGU FISIK
Rp. % %
19 SULAWESI TENGGARA 112,132,085,000 102,686,057,675 91.58 94.09
37 209008 | DINAS PERKEBUNAN & HORTIKULTURA PROP. SULAWESI TENGGARA 1,542,020,000 1,429,010,000 92.67 94.50
38 209109 | DINAS PERKEBUNAN & HORTIKULTURA PROP. SULAWESI TENGGARA 110,590,065,000 101,257,047,675 91.56 93.67
20 MALUKU 38,517,092,000 35,738,351,099 92.79 97.20
39 219001 | DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU 1,078,850,000 1,078,331,505 99.95 99.96
40 219092 | DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU 37,438,242,000 34,660,019,594 92.58 94.43
21 B A L I 40,419,919,000 32,116,022,782 79.46 91.24
41 229061 | DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI 1,093,800,000 1,068,532,805 97.69 98.27
42 229101 | DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI 39,326,119,000 31,047,489,977 78.95 84.21
22 NUSA TENGGARA BARAT 46,807,137,000 35,945,634,644 76.80 90.96
43 239072 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1,275,560,000 1,272,168,782 99.73 99.80
44 239128 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 45,531,577,000 34,673,465,862 76.15 82.11
23 NUSA TENGGARA TIMUR 72,582,910,000 70,456,761,267 97.07 98.64
45 249031 | DINAS PERTANIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2,100,550,000 2,087,579,665 99.38 99.54
46 249160 | DINAS PERTANIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 70,482,360,000 68,369,181,602 97.00 97.75
24 P A P U A 22,367,407,000 18,318,652,920 81.90 90.59
47 259060 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA 1,694,390,000 1,592,721,700 94.00 95.50
48 259099 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA 20,673,017,000 16,725,931,220 80.91 85.68
NO. PROVINSI/KABUPATENREALISASI ANGGARAN
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
146 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
PAGU FISIK
Rp. % %
25 BENGKULU 20,978,519,000 19,455,625,600 92.74 96.59
49 269065 | DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU 1,126,200,000 1,109,237,000 98.49 98.87
50 269111 | DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU 19,852,319,000 18,346,388,600 92.41 94.31
26 MALUKU UTARA 80,694,115,000 80,063,244,600 99.22 99.70
51 289035 | DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU UTARA 1,401,000,000 1,401,000,000 100.00 100.00
52 289105 | DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU UTARA 79,293,115,000 78,662,244,600 99.20 99.40
27 B A N T E N 6,419,876,000 5,724,335,800 89.17 93.40
53 299347 | DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 1,045,340,000 984,825,000 94.21 95.66
54 299382 | DINAS PERTANIAN PROVINSI BANTEN 5,374,536,000 4,739,510,800 88.18 91.14
28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 32,824,476,000 24,202,490,947 73.73 89.71
55 309033 | DINAS PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1,032,500,000 1,028,989,192 99.66 99.74
53 309165 | DINAS PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31,791,976,000 23,173,501,755 72.89 79.67
29 GORONTALO 22,204,625,000 21,719,654,930 97.82 99.12
57 319057 | DINAS PERTANIAN PROVINSI GORONTALO 1,285,000,000 1,284,650,000 99.97 99.98
58 319090 | DINAS PERTANIAN PROVINSI GORONTALO 20,919,625,000 20,435,004,930 97.68 98.26
30 KEPULAUAN RIAU 3,344,536,000 2,399,621,900 71.75 78.75
59 329027 | DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 858,925,000 614,036,000 71.49 78.62
60 329079 | DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2,485,611,000 1,785,585,900 71.84 78.88
NO. PROVINSI/KABUPATENREALISASI ANGGARAN
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
147 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
PAGU FISIK
Rp. % %
31 PAPUA BARAT 21,094,916,000 20,816,004,000 98.68 98.90
61 330023 | DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA BARAT 1,728,250,000 1,699,980,000 98.36 98.77
62 330024 | DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA BARAT 19,366,666,000 19,116,024,000 98.71 99.03
32 SULAWESI BARAT 40,730,798,000 37,488,588,701 92.04 94.51
63 340999 | DINAS PERTANIAN PROVINSI SULAWESI BARAT 1,151,290,000 1,074,983,882 93.37 95.03
64 341001 | DINAS PERTANIAN PROVINSI SULAWESI BARAT 39,579,508,000 36,413,604,819 92.00 94.00
33 KALIMANTAN UTARA 7,060,416,000 5,971,783,472 84.58 87.70
65 417669 | DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 579,230,000 477,429,253 82.42 86.82
66 417670 | DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 6,481,186,000 5,494,354,219 84.77 88.58
34 UPT PUSAT 152,728,677,000 132,570,156,882 86.80 91.73
67 567338 | BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) SURABAYA 59,974,213,000 46,179,875,801 77.00 82.75
68 567408 | BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN 42,055,763,000 38,728,253,161 92.09 94.07
69 567521 | BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK 17,925,364,000 16,374,988,939 91.35 93.51
70 567717 | BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) AMBON 32,773,337,000 31,287,038,981 95.46 96.60
35 P U S A T 217,166,916,000 158,101,780,636 72.80 79.60
71 238830 | DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 217,166,916,000 158,101,780,636 72.80 79.60
1,636,354,054,000 1,415,083,088,139 86.48 90.13 TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
NO. PROVINSI/KABUPATENREALISASI ANGGARAN
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
148 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2018
Lampiran 6