kuliah-8 pengompakan tanah
DESCRIPTION
Pengelolaan Tanah dan AirTRANSCRIPT
Kuliah-8
Pengompakan tanah:Penyebab, gejala dan pengendaliannya
Outline kuliah
1. Pengantar kuliah: Mengapa mengelola tanah dan air?
2. Memahami air (lengas) tanah
3. Air (lengas) tanah sangat penting: Bagaimana mengelolanya?
4. Erosi tanah dan pengendaliannya
5. Irigasi
6. Salinisasi dan pengendaliannya
7. Asidifikasi tanah: Pengaruh pH tanah terhadap sifat-sifat tanah lainya, dan pengendaliannya
8. Pengompakan tanah: Penyebab, gejala dan pengendaliannya
9. Ujian tengah semester
10. Bahan organik tanah: Kepentingan dan pengelolaannya
11. Mengelola tanah dan air untuk peningkatan kesuburan tanah
12. Polusi tanah dan remediasinya
13. Tanah dan perubahan iklim: Perubahan penggunaan lahan dan manajemen untuk meningkatkan sekustrasi karbon
14. Mengelola tanah untuk pertanian berkelanjutan
15. Pertanian berkelanjutan pada sistem produksi pangan rakyat
16. Ujian akhir semester
Pendahuluan
Pengompakan tanah bisa menjadi salah satu bentuk degradasi tanah
yang serius, walaupun sesungguhnya kerusakan tanah akibat
pengompakan bisa dihindari
Masalah pengompakan tanah cenderung meningkat dengan terus
meluasnya dan lebih intensifnya penggunaan alat-alat berat, misalnya alat
olah tanah, peletak benih dan pupuk, dan alat panen.
Pengompakan tanah merupakan masalah serius karena menghambat
masuknya air ke dalam tanah, menghambat perkecambahan dan
perkembangan akar, serta serapan hara dan air oleh tanaman
Apa itu pengompakan tanah?
Pengompakan tanah adalah penurunan volume tanah secara
keseluruhan akibat kompresi partikel-partikel tanah, sehingga ruang pori
untuk udara dan air berkurang.
Tanah terdiri dari padatan dan rongga. Umumnya, volume padatan tanah
(pasir, debu, liat dan bahan organik) adalah sekitar 50 %; 50 % sisanya
adalah volume pori (ditempati oleh air dan udara).
Bila tanah terkompakkan, volume tanah berupa rongga menurun,
sehingga volume udara dan air yang dapat tersimpan berkurang. Volume
padatan tidak berkurang.
Definition:
Soil compaction is defined as the method of mechanically
increasing the density of soil by reducing volume of air.
Solids
Water
Air
Solids
Water
Air
Compressed
soil
Load
Soil
Matrix
gsoil (1) = WT1
VT1gsoil (2) =
WT1
VT2
gsoil (2) > gsoil (1)
Pengaruh pengompakan tanah
Pengaruh umum:
Tekanan dari peralatan pertanian dapat menyebabkan partikel-partikel
tanah tersusun lebih rapat satu dan lainnya, sehingga volume tanah
berkurang.
Jika partikel-partikel tanah terkompresi, ruang antara partikel-partikel tanah
(ruang pori) menjadi berkurang, sehingga rongga untuk udara dan air juga
berkurang.
Pengompakan tanah bisa menyebabkan hancurnya agregat-agregat
tanah, kualitas struktur tanah (perimbangan sebaran pori tanah menjadi
terganggu)
Pengaruh lebih jauh:
Pengompakan tanah memberikan pengaruh negative lebih jauh terhadap kualitas tanah dan produksi tanaman, termasuk:
Mengurangi ruang pori tanah
Mengurangi tingkat infiltrasi ke dalam tanah
Mengurangi tingkat penetrasi air ke daerah perakaran
Meningkatkan potensi terjadinya penggengan air di permukaan tanah, aliran permukaan dan erosi
Mengurangi kemampuan tanah untuk menyimpan air dan udara, hal yang penting bagi perkembangan dan fungsi akar
Mengurangi perkecambahan
Menghambat pertumbuhan akar
Menghambat kemampuan tanaman mengambil hara dan air secara efisien dari dalam tanah
Mengurangi produksi tanaman
Karena menghambat perkembangan akar, pengompakan
mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, peka terhadap cekaman
kekeringan dan hara yang berakibat pada penurunan produksi.
Pada musim hujan, pengompakan tanah dapat mengurangi aerasi
dan berakibat pada kehilangan N-Nitrat melalui proses denitrifikasi
(konversi dari N-Nitrat yang tersedia bagi tanaman menjadi bentuk
N-gas yang hilang ke atmosfir).
Berkurangnya aerasi memengaruhi pertumbuhan dan fungsi akar
dengan akibat meningkatnya resiko munculnya penyakit tanaman.
Semua itu berakibat pada peningkatan cekaman yang dialami tanaman dan kehilangan hasil
Pentingnya pori tanah
Tanah terdiri dari partikel-partikel (dengan berbagai ukuran), bahan
organik, dan pori yang berisi udara dan air
Konektivitas (ketersambungan) pori-pori tanah bersama dengan ukuran
dan jumlah pori sangat penting untuk proses infiltrasi, pergerakan air dan
hara di dalam tanah, dan kemampuan tanah memegang air. Pori-pori
berukuran besar (pori makro, diameter >60 mm) yang saling terhubungkan
berfungsi untuk:
Infiltrasi air ke dalam tanah
Perkolasi air ke daerah perakaran dan ke lapisan bawah tanah
Pertukaran udara (O2) dari atmosfir
Banyak proses biologi dan kimia yang terjadi di dalam pori tanah
membutuhkan air dan udara. Jika ukuran dan jumlah pori berkurang,
proses-proses ini akan terganggu, memengaruhi siklus, pelepasan dan
ketersediaan hara.
Pengompakan tanah merubah total, ukuran dan
sebaran pori serta meningkatkan kekuatan tanah.
Salah satu cara untuk mengkuantifikasi perubahan itu
adalah dengan mengukur kerapatan isi (bulk
density),rb, tanah. [rb = massa tanah kering dibagi
dengan volume tanah].
Karena volume tanah berkurang akibat
pengomapakan, rb meningkat.
Dalam keadaan normal, rb dari tanah-tanah bertekstur
lempung berliat adalah sekitar 1,3 sampai 1.4 Mg/m3,
tetapi tanah-tanah lempung berpasir bisa mencapai 1,6
Mg/m3. Kebanyakan tanah-tanah pertanian di daerah
tropic adalah sekitar 1,1 sampai 1,2 Mg/m3.
Tanah dengan nilai rb sebesar 1,6 Mg/m3 menghambat
pertumbuhan akar secara signifikan, total pori
(khususnya pori makro) dan infiltrasi air berkurang drastis.
Pori makro adalah yang paling aktif menginfiltrasi dan
melalukan air.
Selain itu, pertukaran gas (misalnya O2) di dalam tanah
menuju atmosfir akan menjadi lambat bila tanah
mengalami pengompakan. Akibatnya, masalah-
masalah terkait dengan aerasi akan muncul, kekuatan
tanah meningkat.
Peningkatan kekuatan tanah berimplikasi pada
meningkatnya usaha yang harus dilakukan oleh akar
tanaman untuk menembus tanah yang terkompakkan.
Akibatnya, serapan air dan hara terganggu, produksi
menurun tanaman.
Pertumbuhan akar pada tanah kompak
(kiri) dan tidak kompak (kanan)
Mengidentifikasi jenis pengompakan tanah
Pengompakan tanah dapat terjadi di lapisan tipis di permukaan tanah
dalam bentuk crust, atau di lapisan sub-soil.
Keduanya merugikan dan mengurangi produktivitas tanaman.
Untuk pengendaliannya yang efektif, sangat penting untuk mendiagnosa
secara tepat penyebab pengompakan tanah.
Jadi, langkah pertama yang dilakukan adalah, mendiagnosa apakah
telah terjadi pengompakan tanah, lalau menetapkan langkah-langkah
pengendalian jangka pendek dan jangka panjang.
Pengamatan yang cermat membantu proses diagnosa:
Adakah tanda-tanda pertumbuhan semua tanaman sepanjang tahun,
bahkan selama lebih dari setahun pada lokasi yang sama?
Adakah pertumbuhan tanaman memperlihatkan pola tertentu,
misalnya dihubungkan dengan jejak ban, lebar peralatan, dll?
Pakah permukaan tanah tampak seperti crust?
Apakah ada penggunaan alat-alat berat dalam sistem produksi? Atau
adakah peralatan yang digunakan semakin berat?
Bila anda mencungkil tanah dengan skop, apakah anda melihat
adanya lapisan-lapisan yang padat? Apakah ada tanda-tanda
pertumbuhan akar yang horizontal?
Pengompakan tanah bisa terjadi oleh berbagai praktik
pertanian:
Pengolahan tanah secara berlebih dapat menginduksi proses
pengompakan tanah.
Pengolahan tanah saat tanah masih basah, bisa menginduksi
pengompakan di lapisan di bawah lapisan olah
Peralatan besar, seperti traktor, peletak benih, peletak pupuk,
combines, truk, dapat menyebabkan terjadinya pengompakan
yang mengikuti jejak ban sampai ke kedalaman daerah perakaran.
Sub-surface compaction
Hardpan tillage-induced compaction
Causes – A tillage-induced compaction layer is sometimes referred to as a “hardpan,” or “plow pan” and occurs in the layer of soil just below the depth of tillage. It occurs when soils are cultivated repeatedly at the same depth. The weight of the tillage equipment, such as discs or cultivator shovels, can cause compression of the soil and smearing at the base of contact between the soil and tillage implement.
Compaction will increase when soil moisture conditions are wet at the time of tillage and/or if soils have a higher silt and clay content. In extreme cases, the compaction can be quite serious, affecting water and root penetration into the subsoil. However, with coarser textured soils, the hardpan tends to be weaker and more friable, and may not affect crop production. Usually the compacted layer is about 2 to 3 cm thick.
Diagnosis – The occurrence of a hardpan can be determined by
using a shovel or trowel to carefully shave away the tilled surface
soil to the depth of the tillage layer, until the top of the hardpan is
exposed. The hardpan can be examined visually to see if plant roots
are growing horizontally along the surface of the hardpan, which is a very good indicator that roots are having difficulty penetrating
the hardpan.
Ilustrasi perbandingan antara volume padatan, pori
terisi air dan pori terisi udara antara tanah tidak
kompak dan kompak
Tidak kompak Kompak
Kadar air saat pengolahan tanah menentukan
besarnya potensi terjadinya pengompakan
tanah: Ada kadar air optimum
Ilustrasi tanah yang mengalami
pengompakan
Bagaimana mengolah tanah untuk
menjaga agar tidak terjadi pengompakan?
Apa tekstur tanahnya?
Berapa bulk densitynya?
Perlukah diolah?
Apa tujuan pengolahan tanah? (Tanam apa? Pembibitan?
Bedengan?)
Cara pengolahan:
Kapan mengolahnya? Kadar air tanah pada kadar air sekitar “batas
plastis”
Berapa dalam? (Tanaman apa? Profil kepadatan tanah?)
Alat apa? (Traktor? Mata bajak?)
Berapa lintasan olah yang diperlukan?
Atterberg limits: Cara untuk mengetahui kapan
(pd kadar berapa) sebaiknya tanah diolah
Kadar terbaik untuk
mengolah tanah
Menghitung “batas cair”
Review
Soil compaction in cropping systems: A review of the nature, causes and possible
solutionsM.A. Hamza, W.K. Anderson
Soil and Tillage Research 82 (2005), 121-145
Soil compaction is one of the major problems facing modern agriculture. Overuse of machinery, intensive cropping, short crop rotations, intensive grazing and inappropriate soil management leads to compaction. Soil compaction occurs in a wide range of soils and climates. It is exacerbated by low soil organic matter content and use of tillage or grazing at high soil moisture content. Soil compaction increases soil strength and decreases soil physical fertility through decreasing storage and supply of water and nutrients, which leads to additional fertiliser requirement and increasing production cost. A detrimental sequence then occurs of reduced plant growth leading to lower inputs of fresh organic matter to the soil, reduced nutrient recycling and mineralisation, reduced activities of micro-organisms, and increased wear and tear on cultivation machinery. This paper reviews the work related to soil compaction, concentrating on research that has been published in the last 15 years. We discuss the nature and causes of soil compaction and the possible solutions suggested in the literature. Several approaches have been suggested to address the soil compaction problem, which should be applied according to the soil, environment and farming system.
The following practical techniques have emerged on how to avoid, delay or prevent soil compaction: (a) reducing pressure on soil either by decreasing axle load and/or increasing the contact area of wheels with the soil; (b) working soil and allowing grazing at optimal soil moisture; (c) reducing the number of passes by farm machinery and the intensity and frequency of grazing; (d) confining traffic to certain areas of the field (controlled traffic); (e) increasing soil organic matter through retention of crop and pasture residues; (f) removing soil compaction by deep ripping in the presence of an aggregating agent; (g) crop rotations that include plants with deep, strong taproots; (h) maintenance of an appropriate base saturation ratio and complete nutrition to meet crop requirements to help the soil/crop system to resist harmful external stresses.
Anda diminta untuk menerjemahkan (bila perlu),
membaca, dan memahaminya