kitab ta'wil mukhtalaf hadits

34
MEMBEDAH KITAB Karya Imam Ibnu Qutaibah Gun Gun Abdul Basit

Upload: gun2ab

Post on 03-Jul-2015

4.720 views

Category:

Spiritual


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

MEMBEDAH KITAB

Karya Imam Ibnu Qutaibah

Gun Gun Abdul Basit

Page 2: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Riwayat Hidup Ibnu Qutaibah

• Nama lengkap Ibnu Qutaibah adalah ‘Abdullah bin Muslim bin Qutaibah al-Dainûrî al-Marwazî.

• Kun-yahnya adalah Abû Muhammad.

• Ia dinisbatkan pada al-Dainûrî, yaitu suatu daerah di mana ia pernah menjadi hakim di sana.

• Ibnu Qutaibah juga dinisbatkan pada al-Marwazî yang merupakan tempat kelahiran ayahnya.

Page 3: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Ibnu Qutaibah dilahirkan pada tahun 213 H / 828 M di Baghdad. Wafat tahun 276 H/889 M pada usia 63 tahun

• Pada masa itu Baghdad merupakan ibu kota negara yang berada di dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon.

• Dapat dikatakan bahwa pusat pemerintahan dinasti ‘Abbâsiah berada di tengah-tengah bangsa Persia.

• Sejak saat itu Baghdad tidak pernah sepi dariperkembangan ilmu pengetahuan dan kemunculan ulama, sehingga kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ibnu Qutaibah untuk menyerap ilmu dari beberapa ulama setempat.

Page 4: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Rihlah ‘Ilmiyyah

• Ia mengunjungi Bashrah, Makkah, Naisabur dan tempat-tempat lain untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu dari para ulama yang ada di sana.

• Beliau belajar hadits pada Ishâq bin Râhawaih, Abû Ishâq Ibrahim bin Sulaimân al-Ziyâdî, Muhammad bin Ziyâd bin ‘Ubaidillâh al-Ziyâdî, Ziyâd bin Yahyâ al-Hassânî, Abû Hâtim al-Sijistânî dan para ulama yang semasa dengan mereka.

Page 5: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Beliau menjadi rujukan bagi Ibnu Atsîr dalam mengupas lafazh-lafazh hadits yang janggal dansulit dipahami dalam karyanya al-Nihâyah fî Ghorîb al-Hadîts dan ulama lain dalam permasalahan yang sama.

• beliau mengikuti madzhab Imam Ahmad danImam Ishâq.

• Ibnu Qutaibah adalah salah seorang ulama yang gemar menulis. Hasil karyanya tidak kurang dari 300 buah.

Page 6: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Di antara karya-karya Ibnu Qutaibah dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan adalah: (1) Al-Ibil, (2) Adab al-Qâdlî, (3) Adab al-Kâtib, (4) Al-Isytiqâq, (5) Al-Asyribah, (6) Ishlâh al-Ghalâth, (7) I’râb al-Qur'an, (8) A’lâm al-Nubuwwah, (9) Al-Alfâzh al-Muqribah bi al-Alqâb al-Mu’ribah, (10) Al-Imâmah wa al-Siyâsah, (11) Al-Anwâ', (12) Al-Taswiyah bain al-‘Arab wa al-‘Ajam, (13) Jâmi’ al-Nahwî, (14) Al-Ru'yâ, (15) Al-Rajul wa al-Manzil, (16) Al-Râd ‘alâ al-Syu’ûbiyah, (17) Al-Râd ‘ala Man Yaqûlu bi Khalq al-Qur'an, (18) Al-Syi’ru wa al-Syu’arâ, (19) Al-Shiyâm, (20) Thabaqât al-Syu’arâ, (21) Al-Arab wa ‘Ulûmuha, (22) ‘Uyûn al-Akhbâr, (23) Gharîb al-Hadîts, (24) Gharîb al-Qur'an, (25) Al-Faras, (26) Fadllu al-‘Arab ‘alâ al-Ajam, (27) Al-Fiqh, (28) Al-Qirâ'ât, (29) Al-Masâ'il wa al-Ajwibah, (30) Al-Musytabih min al-Hadîts wa al-Qur'an, (31) Musykil al-Hadîts, (32) Al-Ma’ârif, (33) Ma’âni al-Syi’r, (34) Al-Nabât, (35) Al-Hajwu, dan karya-karya yang lain.

Page 7: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Di antara para muridnya yang mampu menyerap pengetahuan yang diajarkan oleh Ibnu Qutaibah adalah anaknya sendiri, Abû Ja’far Ahmad bin ‘Abdillah yang pernahmenjabat sebagai Qâdli di Mesir sekitar tahun 320 H.

Page 8: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Latar Belakang Penyusunan Kitab Ta'wîl Mukhtalaf al-Hadîts

• Imam Ibnu Qutaibah hidup pada masa Daulah ‘Abbâsiyah yang pusat kekuasaannya di kota Bahgdad. Beliau hidup pada masa ‘Abbâsiyah, yaitu masa Khalifah al-Mutawakkil sejak tahun 232 H/847 M. Pada masa ini keadaan politik dan militer mulai mengalami kemerosotan, namun dalam bidang ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, tidak terkecuali dalam bidang hadits. Keadaan itu antara lain karena negara-negara bagian dari kerajaan Islam berlomba-lomba dalam memberi penghargaan atau kedudukanterhormat kepada para ulama dan para pujangga.

Page 9: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan, banyak pula bermunculan gerakan-gerakan politik yang berselimutkan agama, sebagai kelanjutan dari masa sebelumnya, baik yang mendukung pemerintah maupun yang melakukan oposisi, seperti revolusi Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah, Murji'ah, Ahl al-Sunnah dan Mu’tazilah.

Page 10: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Ketegangan semakin memuncak ketika kaum Mu’tazilah mendapat angin segar dari penguasa pada waktu itu yaitu ketika pemerintahan dipegang oleh Khalifah al-Ma'mûn (wafat 218 H/833 M) yang dengan tegas mendukung pendapat-pendapat Mu’tazilah.

• Keadaan yang sangat tidak menguntungkan bagi ulama hadits ini tetap berlanjut pada masa Khalifah al-Mu’tashim (wafat 227 H/842 M) dan al-Watsîq (wafat 232 H/846 M). Barulah pada waktu Khalifah al-Mutawakkil mulai memerintah (232 H/846 M), ulama hadits mulai mendapat kelonggaran, sebab khalifah ini memiliki kepedulian terhadap sunnah

Page 11: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Sebagai seorang ulama yang santun, berilmu tinggi dan berwawasan yang luas, Ibnu Qutaibah merasa terpanggil untuk menancapkan kembali pondasi kebenaran dan kewibawaan Islam yang telah diceraiberaikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, melalui salah satu karyanya yang monumental Ta'wil Mukhtalaf al-Hadîts.

• Di dalam karyanya tersebut, beliau berusaha menepis anggapansebagian golongan yang menuduh ulama hadits telah melakukan kecerobohan, dengan meriwayatkan hadits yang dianggap saling berlawanan maupun tidak sejalan dengan al-Qur'an, pemahaman akal serta mengamalkan hadits-hadits yang bertentangan dengan Kemahasucian Allah. Beliau juga memberikan jawaban sebagai solusi pemecahan hadits-hadits tersebut berdasarkan keahlian yang beliau miliki.

Page 12: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Konsep Sunnah Menurut Ibnu Qutaibah

Ibnu Qutaibah membagi sunnah berdasarkan sumbernya ke dalam tiga bagian:

• Sunnah yang disampaikan Malaikat Jibrîl dari Allah SWT yang mengandung pokok-pokok hukum syariat.

• Sunnah di mana Nabi diizinkan oleh Allah untuk menetapkannya sendiri dengan menggunakan pendapatnya.

• Sunnah yang telah ditetapkan oleh Nabi sebagai pelajaran etika bagi umatnya. Jika melakukannya, maka akan memperoleh keutamaan, namun jika tidak melaksanakannya, maka juga tidak berdosa.

Page 13: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Pengertian Hadits Mukhtalaf

Bisa dibaca Mukhtalif, bisa juga Mukhtalaf.

Page 14: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Pengertian Hadits Mukhtalaf

• Pada dasarnya tidak semua hadits yang memenuhi persyaratan untuk diterima sebagai hujjah terlepas dari permasalahan. Salah satu persoalan yang sering terjadi adalah adanya beberapa riwayat yang tampak saling bertentangan makna lahiriahnya. Namun pada hakikatnya, pertentangan ini sebenarnya tidak pernah terjadi, sebab tidak mungkin di antara sabda-sabdaNabi terjadi ketidaksesuaian apalagi sampai mengarah pada pertentangan. Yang ada hanyalah kurangnya informasi yang diterima seorang periwayat maupun kesalahan dalam memahami hadits Nabi. Hadits-hadits tersebut oleh para ulama hadits dinamakan hadits mukhtalaf atau Musykil al-Hadîts.

Page 15: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Sebagian ulama membedakan antara istilah Mukhtalaf al-Hadîts dan Musykil al-Hadîts. Musykil al-Hadîts (Isykâl) lebih bersifat umum dari pada Mukhtalaf al-Hadîts (Ikhtilâf). Karena, terkadang sebab terjadinya Isykâl adalah adanya kata-kata yang sulit dipahami dalam al-Qur'an maupun hadits dan munculnya pertentangan antara dua hadits, maupun hadits dengan al-Qur'an. Sedangkan Ikhtilâf (perbedaan) hanya terbatas pada pertentangan antara dua hadits secara lahiriah maknanya saja. Oleh karena itu setiapMukhtalaf al-Hadîts pasti termasuk Musykil al-Hadîts, tetapi tidak sebaliknya.

Page 16: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Beberapa Definisi Mukhtalaf Hadits

• Imam An-Nawawi sebagaimana dikutip As-Suyuthi

“Hadits mukhtalif adalah dua buah hadits yang saling bertentangan pada makna lahiriahnya, kemudian dikompromikan antara keduanya atau ditarjih salah satunya.”

Page 17: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Abû Zahwu

Artinya: “Hadits mukhtalaf adalah terjadinya dua hadits yang masing-masing dari keduanya bertentangan secara lahiriah dengan yang lain.”

Page 18: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Mahmud Ath-Thahhan

Artinya: “(Hadits mukhtalif) adalah hadits maqbûl yang bertentangan denganhadits yang sepadan dengannya, dan antara keduanya memungkinkan untuk dikompromikan. Dengan kata lain, hadits mukhtalif itu merupakan hadits Shahîh atau Hasan yang datang bersama-sama hadits lain yang sepadan kualitasnya serta terjadi pertentangan pada makna lahiriahnya. (Hal itu) bagi orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam memungkinkan untuk mengkompromikan maksud kandungan yang dituju di antara keduanya dengan cara yang dapat diterima.”

Page 19: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• dapat disimpulkan mengenai pengertian hadits mukhtalaf menurut pemahaman para ulama adalah hadits maqbûl (hadits Shahîh atau Hasan) yang secara lahiriah maknanya tampak saling bertentangan dengan hadits maqbûl lainnya, namun maksud yang dituju oleh hadits-hadits tersebut tidaklah bertentangan karena antara hadits satu dengan yang lainnya sebenarnya dapat dikompromikan atau dicari penyelesaiannya dengan cara-cara tertentu.

• Secara garis besar definisi hadits mukhtalif mencakup dua aspek. Pertama, adanya pertentangan secara lahiriahantara dua hadits, dan kedua ada kemungkinan dikompromikannya kedua hadits tersebut.

Page 20: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

Kaidah-Kaidah Penyelesaian Hadits Mukhtalaf

Dalam menyelesaikan hadits-hadits yang tampak saling bertentangan, Jumhur ulama telah menentukan berbagai cara yang ditempuh secara berurutan. Di antaranya adalah menyelesaikannya dengan jalan 1. al-jam’u wa al-taufîq (penggabungan), 2. nasakh (menghapus), 3. tarjîh (menguatkan salah satu dalil), 4. al-ikhtilâf min jihah al-mubâh (dianggap sebagai tata cara

ibadah yang berbeda), 5. tawaqquf (mendiamkan hukum) dan mengembalikan

pada hukum asal.6. takhyîr

Page 21: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

1. al-jam’u wa al-taufîq (penggabungan)

Ulama hadits menetapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya adalah:1. Hadits-hadits yang bertentangan tersebut termasuk kategori haditsyang

maqbûl2. Penggabungan tersebut tidak berakibat pada batalnya pengamalan dalil

syar’î maupun salah satu hadits yang bertentangan tersebut. Karena tujuan utama al-jam’u adalah mengamalkan kedua hadits tersebut, bukan salah satunya.

3. Penggabungan tersebut harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab dariberbagai aspeknya dan tidak menyalahi tujuan ditetapkannya hukumsyara’.

4. Pertentangan hadits-hadits tersebut tidak bermakna saling bertolak belakang atau saling menafikan.

5. Yang patut meneliti dan mendalami kegiatan ini adalah para mujtahid yang ahli dalam bidangnya dan memiliki kapasitas yang memadai.

Page 22: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

2. Naskh

Beberapa indikator yang menunjukkan bahwa suatu hadits telah menasakh hadits yang lain, di antaranya adalah:1. Adanya penjelasan dari Rasulullah bahwa suatu

hadits itu telah dinasakh.2. Adanya petunjuk dari sahabat tentang hadits-

hadits yang dinasakh.3. Telah diketahui tarikhnya.4. Berdasarkan dalil Ijmâ’. (Taisir Mushthalah

Hadits)

Page 23: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

3. Tarjih

• Penyelesaian hadits-hadits mukhtalif dengan cara tarjîh dilakukan jika hadits-hadits tersebut tidak bisa dikompromikan dan tidak pula ditemukan keterangan yang menunjukkan diperbolehkannya nasakh.

• Adapun yang dimaksud dengan tarjîh sebagaimana yang dirumuskan oleh para ulama adalah menampakkan kelebihan salah satu dari dua dalil yangsama, dengan sesuatu yang menjadikannya lebih utama daripada yang lain. Hadits-hadits yang bertentangan tersebut kemudian dikaji lebih jauh agar diketahui mana yang lebih kuat dan lebih tinggi ke-hujjah-annya, kemudian diamalkan yang kuat dan ditinggalkan yang lemah.

Page 24: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

4. al-ikhtilâf min jihah al-mubâh

Yang dimaksud dengan bentuk al-ikhtilâf min jihah al-mubâh adalah memahami beberapa hadits yang tampak saling bertentangan sebagai cara atau bentuk pelaksanaan ibadah yang bervariasi dan boleh diikuti dengan cara mengumpulkan semua bentuk pelaksanaan tersebut atau mengamalkan secara bergantian. Penyelesaian dalam bentuk ini hanya terbatas pada hadits-hadits yang menyangkut tata cara pelaksanaan ibadah dan hadits tersebut pun termasuk kategori hadits maqbûl. (Muqaddimah Ibnu Shalah)

Page 25: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

5. tawaqquf.

Penyelesaian dalam bentuk ini berarti mendiamkan atau tidak mengamalkan kedua hadits yang saling bertentangan untuk sementara waktu, sampai terdapat dalil lain yang mengunggulkan salah satunya. Sebagian ulama berpendapat bahwa konsekuensi dari bentuk penyelesaian ini adalah menganggap tidak adanya kedua hadits yang bertentangan tersebut dan mengembalikan semua permasalahan pada kaidah ushul yang menyatakan bahwa pada dasarnya segala sesuatu boleh dilakukan, sampai terdapat dalil yang mengharamkannya.

Page 26: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

6. At-Takhyir

Yang dimaksud takhyîr dalam permasalahan ini adalah memilih salah satu dalil yang dikehendaki dari kedua hadits yang bertentangan tersebut untuk diamalkan. Metode penyelesaian ini ditempuh apabila tidak mungkin melakukan ketentuan-ketentuan sebelumnya maupun menungguketidakpastian hukum. Oleh sebagian ulama, pendapat ini didasarkan pada wajibnya melaksanakan suatu ketentuan hukum yang telah dibebankanpertama kali bagi seorang mukallaf. (Al-Ta’arudh wa al-Tarih baina al Adillah al Syar’iyyah)

Page 27: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

METODE PENYELESAIAN HADITS-HADITS MUKHTALAFDALAM KITAB TA'WÎL MUKHTALIF AL-HADÎTS

A. Penyelesaian Antara Hadits Dengan Hadits

B. Penyelesaian Antara Hadits Dengan Al-Qur`an

C. Penyelesaian Hadits Yang Tidak Sejalan Dengan Pemahaman Akal

D. Penyelesaian Hadits-Hadits Mutasyabihat

Page 28: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

A. Penyelesaian Antara Hadits Dengan Hadits

Contoh

Artinya: “Tidak ada penularan dan ramalan jelek.”

Page 29: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

A. Hadits tersebut dianggap bertentangan dengan

-

Artinya: “Jangan sekali-sekali orang yang sakit mendatangi orang yang sehat.”

-

Artinya: “Larilah dari orang yang sakit lepra, seperti kamu lari dari singa.”

3-

Artinya:“Suatu bencana (sial) itu (bermula) pada wanita, rumah dan hewan.”

Page 30: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

• Ketiga hadits di atas justru memberi pemahaman bahwa suatu penyakit akan mudah sekali menular pada orang lain jika terjadi kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita.

• Menurut Ibnu Qutaibah, hadits-hadits di atas sebenarnya tidak bertentangan sama sekali bila telah diketahui makna dan konteksnya masing-masing.

Page 31: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

B. Penyelesaian antara hadits dengan al-Qur'an

Hadits :

Dianggap bertentangan dengan ayat :

Page 32: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

C. Penyelesaian antara hadits yang tidak sejalan dengan pemahaman akal

Hadits :

Hadits ini dianggap bertentangan dengan akal.

Page 33: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

D. Penyelesaian hadits-hadits mutasyâbihât

• Hadits

• Menurut Ibnu Qutaibah Yang dikehendaki dalam hadits di atas bukanlah seperti yang mereka katakan, akan tetapi maksudnya adalah bahwa angin yang berhembus tersebut termasuk kemurahan dari Allah.

Page 34: Kitab ta'wil mukhtalaf hadits

TERIMA KASIH