kitab-kitab tafsir

160
KITAB TAFSIR PERIODE KLASIK (ABAD III – Tahun 656 H. /IX – XIII M.) 1. Tafsir Mujâhid Bin Jubair al-Makhzumi al- Tâbi'iy. W. 104 H. (bercampur dengan riwayat hadits). a. Nama tafisr: ”Tafsir Mujahid b. Pengarang: Mujahid ibvn Jabr al-Makky c. Keberadaan tafsir: 1.Mujahid adalah murid Ibnu Abbas yang paling sedikit meriwayatkan tafsir darinya 2.Tafsir Mujahid banyak dinukil oleh Bukhary dalam kitab tafsirnya 3.Kitab tafsir ini hanya merupakan penjelasan bahasa terhadap beberapa ayat al-Qur’an serta penjelasan tentang istimbath hukum fiqh 4.Kitab ini dicetak oleh percetakan: ”al-mansyurat al-Ilmiyah” Bairut dengan jumlah 2 jilid atas tahqiq Abdurrahman Thahir Muhammad al-Suraty. Juga ditahqiq Muhammad Abdus Salam Abu Nubail) 1

Upload: ahmad-fakhruddin

Post on 11-Nov-2015

406 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

kitab-kitab tafsir

TRANSCRIPT

KITAB TAFSIR PERIODE KLASIK

18

KITAB TAFSIR PERIODE KLASIK

(ABAD III Tahun 656 H. /IX XIII M.)

1. Tafsir Mujhid Bin Jubair al-Makhzumi al-Tbi'iy. W. 104 H. (bercampur dengan riwayat hadits).

a. Nama tafisr:

Tafsir Mujahid

b. Pengarang:

Mujahid ibvn Jabr al-Makky

c. Keberadaan tafsir:

1. Mujahid adalah murid Ibnu Abbas yang paling sedikit meriwayatkan tafsir darinya

2. Tafsir Mujahid banyak dinukil oleh Bukhary dalam kitab tafsirnya

3. Kitab tafsir ini hanya merupakan penjelasan bahasa terhadap beberapa ayat al-Quran serta penjelasan tentang istimbath hukum fiqh

4. Kitab ini dicetak oleh percetakan: al-mansyurat al-Ilmiyah Bairut dengan jumlah 2 jilid atas tahqiq Abdurrahman Thahir Muhammad al-Suraty. Juga ditahqiq Muhammad Abdus Salam Abu Nubail)

2. Tafsir Yazid Bin Harun al-Sullamiy. W. 117 H. (bercampur dengan riwayat hadits).

(tafsirnya terdapat dalam riwayat shahihain, Abi Daud, al-Nasaiy, Tirmidzy, Ibnu Majah, al-Darimy, Musnad Ahmad, Shahih Ibnu Huzaimah, Shahih Ibnu Hibban, mustadrak al-Hakim)

3. Tafsir Ibnu Juraij. W. 150 H. (bercampur dengan riwayat hadits)

(Tafsirnya terdapat dalam riwayat Shahihain, Abi Daud, al-Nasaiy, Tirmidzy, al-Darimy, Musnad Ahmad, Shahih Ibnu Huzaimah, Shahih Ibnu Hibban, mustadrak al-Hakim)Nama kitab:

Tafsir Ibnu Juraij

Pengarang:

Abu al-Walid Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij.

Keberaan kitab

Kitab ini merupakan kitab tafsir bi al-matsur yang diambil dari hadits nabi dan riwayat sahabat, selalin itu terdapat pula penejelsan asbab nuzul, penjelsan nasakh mansukh, Qiraat dan lain-lain terkait dengan istimbath yang dilakukan oleh ibnu Juraij. Pada umumnya penafsiran lebih banyak hanya mwerupakan penafsiran arti kebahasaan saja. Walaupun kitab ini menjelaskan semua surat yang ada dalam mushaf, namun tidak semua ayat dalam surat tersebut ditafsirkan. Penafsiran hanya beberapa ayat saja.

Tafsir ini dicetak oleh maktabah al-Turats al-islamy, kairo dengan tahqiq Ali Hasan Abdul Ghany. Dengan jumlah hanya 1 jilid.

4. Tafsir Muqatil Bin Sulaiman Bin Basyir al-Ardiy al-Khurasani. W. 150 H.

a. Nama kitab:

tafsir Muqatil

b. Pengarang: Imam Muqatil bin Sulaiman al-Azdy

c. Keberadaan Kitab: 1. kitab ini merupakan kitab terpenting dalam penjelasan al-Quran dan merupakan kitab yang pertama kali secara lengkap membahas semua ayat-ayat al-Quran

2. Kitab ini susunannya mudah sehingga sangat membantu memehami ayat-ayat al-Quran

3. kitab ini dicetak oleh percetakan Dar al-kutub al-Ilmiyah Bairut Lebanon dengan jumlah 3 jilid. Dengan tahqiq Ahmad Farid5. Tafsir Syu'bah Bin al-Hajjaj. W. 160 H. (bercampur dengan hadits)

6. Tafsir al-Tsaury, karya Imam Abu Abdillah, Sufyan Bin Sa'id Bin Masruq al-Tsaury al-Kufy. W. 161 H. (bercampur dengan hadits)

Nama kitab

Tafsir Sufyan al-Tsaury

Pengarang:

Abu Abdillah bin Said bin Masyruq al-Tsaury al-Kufy

Keberadaan tafsir:

Kitab ini berupa penjelasan imam al-Tsaury tentang penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Quran, tidak semua ayat al-Quran ditafsirkan dalam kitab ini. Penafsiran hanya terbatas pada adanyaa pendapat sufyan terkait dengan ayat yang ditafsirkan. Riwayat dalam kitab ini berasal dari Muhammad dari Abi Hudzaifah al-Nahdy.

Kitab ini dicetak oleh dar al-kutub al-Ilmiyah pada tahun 1403 H./ 1983 dengan jumlah satu jilid.

7. Tafsir Waki' Bin al-Jarrah. W. 197 H. (bercampur dengan hadits).

8. Tafsir Sufyan Bin Uyainah. W. 198 H. (bercampur dengan hadits).

a. Nama Kitab:

Tafsir Sufyan ibn Uyainah

b. Pengarang:

Ahmad Shalih Muhabiry

c. Keberadaan Kitab:

1. Kitab ini dicetak oleh Maktabah al-Islamy li al-Nasyr Lebnanon berjumlah 1 jilid

2. dan seterusnya

9. Tafsir Yahya Bin Salam al-Tamimiy al-Bashry. W. 200 H. Bercampur dengan hadits)

a. Nama Tafsir:

tafsir Yahya Bin Salam al-Tamimiy

b. Pengarang:

Yahya Bin Salam al-Tamimiy al-Bashry. W. 200 H.

c. Keberadaan tafsir: 10. Tafsir Ruh Bin Ubadah al-Bashry. W. 205 H. (bercampur dengan hadits)

11. Tafsir al-Farra`. W. 207 H.

12. Tafsir Abdurrazaq Bin Hammam al-Sanany. W. 211 H. (bercampur dengan hadits).

a. Nama Tafsir:

Tafsir Abd al-Razaq al-Shananyb. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Abd al-Razaq bin Hammam bin Nafi al-Shanany. Ia lahir pada tahun 126 H di Shana Yaman. Dan meninggal pada pertengahan bulan Syawwal tahun 211 H. Ia merupakan seorang referensi utama para ulama tafsir di Yaman pada akhir abad 1 H menjelang awal abad ke 2 H. Selain memiliki kemampuan di bidang tafsir, ia juga seorang ahli hadis.

Di antara guru-gurunya adalah: Mamar bin Rasyid, Shufyan al-Tsaury, Sahufyan Ibn Uyainah, Ikrimah ibn Ammar dan lain-lain.

Diantara murid-muridnya adalah Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Main.

Diantara karya-karyanya adalah: al-Mushannaf (al-jami al-Kabir fi al-hadits), al-Sunan fi al-Fiqh, al-maghazy, Tazkiyah al-Arwah an Mawaqiq al-Aflah, Kitab al-shalah, al-Amaly fi Atsar al-Shahabah, dan tafsir al-Quran.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir karya al-Shanany ini dikenal dengan: Tafsir al-Quran li al-Shanany atau juga dikenal dengan: Tafsir Abd al-Razaq al-Shanany. Tafir al-Shanany termasuk tafsir bi al-matsur. Riwayat penafsirannya banyak ditemukan dalam kitab tafsir al-Thabary dan al-Durr al-mantsur karya al-Suyuthy.

Tafsir ini tidak meliputi keseluruhan surat dan ayat al-Quran. Akan tetapi, tafsir ini dianggap sebagai karya kitab tafsir masa transisi yang menghubungkan antara periode sahabat dan tabiin dengan periode al-Thabary.

Hampir keseluruhan sumber penafsirannya adalah hadis Nabi, fatwa para sahabat dan para tabiin. Setiap keterangan surat dan ayat yang ditampilkan selalu disertai dengan hadis yang diasumsikan sebagai penafsiran atas ayat tersebut. Kemudian, ditambahkan keterangan-keterangan yang dianggap penting seperti, nasikh-mansukh, sabab nuzul dan lingkup makna yang terkandung di dalamnya secara global.

Tidak terdapat muqaddimah yang menjelaskan metode penafsiran sebagaimana kitab-kitab tafisir pada umumnya.

Dalam penafsiran banyak berpegang pada pendapat dan riwayat gurunya yaitu Shufyan al-Tsaury.

Kitab ini pertama kali dicetak di Riyadh oleh Maktabah al-Rusyd li al-Nasyr wa al-Tauzi pada tahun 1410 H./1989 M. dengan tahqiq Doktor Mustafa Muslim Muhammad dengan jumlah 4 jilid. Kemudian dicetak di Bairut oleh Dar al-Marifah tahun 1411 H/1991 M. dengan tahqiq Doktor Abdul Muthi dengan jumlah 2 jilid.

d. Metodologi Penafsiran

Selalu menghadirkan hadits setiap kali menjelaksan surat atau ayat yang terkait dengan pembahasan, kemudian disertai dengan penjelasan nasakh mansukh atau sebab nuzul.

Hanya memasukkan hadits-hadits yang marfu dan mauquf dalam menafsirakan setiap ayat dengan sanad sampai ke sahabat atau tabiin. Menggunakan riwayat israiliyat walaupun tidak banyak, hal ini sebagaimana ketika menjelaskan surat al-Baqarah: 102 tentang harut dan Marut.

e. Penilaian Ulama

Ali Ayazy berkata: Kitab tafsir al-Shanany merupakan sumber kitab bi al-matsur yang sangat penting bagi ulama ahli Sunnah hal ini sebagaima banyaknya orang yang mengambil sanad darinya13. Tafsir Adam Bin Abi Iyas. W. 220 H. (bercampur juga dengan hadits).14. Tafsir Abed Bin Humaid. W. 249 H. (bercampur dengan hadits).

15. Kitab Tafsir dalam Shahih al-Bukhary. W. 256 H. (bercampur dengan hadits).

16. Tafsir al-Hasan al-'Askariy, Abu Muhammad al-Hasan Bin Aliy al-Hadiy bin Muhammad al-Jawad. (dianggap Imam ke-11 dalam Madzhab Syiah 12 Imam) W. 260 H.

17. Tafsir " Tafsir al-Qur`an al-'Adzim ". Karya Imam Abu Muhammad, Sahal Bin Abdillah Bin Yunus Bin Isa Bin Abdillah al-Tusturiy. W. 273 H

18. Tafsir Hud bin al-Muhakkam al-Huwwary. W. 280 H.

a. Nama Tafsir:

Tafsir Kitabullah al-Aziz atau Tafsir Hud bin al-Muhakkam al-Huwwary

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap penulis tafsir ini adalah Hud bin al-Muhakkam al-Huwwary. Ia lahir pada kisaran akhir pertengahan pertama abad ke 3 H dan meninggal pada tahun 280 H. Ia termasuk tokoh ulama Khawarij Ibadiyah. Ia berasal dari sebuah suku badui (pedesaan) dari kabilah Baranis Barbariyah.

c. Keberadaan Tafsir

Kitab ini merupakan salah satu dari tiga kitab tafsir dari golongan ibadiyah yang sampai kepada kita dengan sempurna. Berbentuk tafsir bi al-Matsur dengan ringkas serta tidak menjelaskan masalah-masalah fiqh dan Irab.

Banyak mengambil dari pendapat Yahya bin salam al-Bashry hingga kitab ini merupakan ringkasan dari tafsir tersebut.

Kitab tafsir ini dicetak pertama kali di Bairut oleh dar al-Gharb al-Islamy pada tahun 1990 dengan tahqiq Balhaq bin Said Syarify dengan jumlah 4 Jilid.

d. Metodologi Penafsiran

Menjelaskan seluruh ayat dan surat, makkiyah dan madaniyahnya kemudian disertai dengan hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut.

Banyak mengambil sumber dari penafsiran sahabat seperti Ibu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Masud, dan lain-lain sehingga kitab ini seakan-akan kumpulan tafsir sahabat. Banyak mengambil penafsiran dari tabiin yaitu Hasan al-Bashri dan Mujahid. Juga banyak menggunakan riwayat israiliyat dari al-kalaby dan al-Sudy.

19. Tafsir al-Nasaiy. (215 - 303 H)

a. Nama Tafsir:

Tafsir al-Nasaiy

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Shueb bin Aly al-NasaI. Ia lahir pada tahun 215 H. Ia adalah ahli hadis terkemuka dan merupakan salah satu tokoh hadis dalam kutub al-sittah (kitab induk yang enam). Al-NasaI adalah nisbah kepada tanah kelahirannya di daerah Khurasan.

Semasa hidupnya, al-NasaI pernah menjabat sebagai hakim di Mesir dan di Hams. Ia meninggal di Palestina pada tahun 303 H.

Pada masa kecilnya telah mencari ilmu hingga ke baghdad menemui Qutaibah ibn Said, kemudian pergi ke Hijaz, Mesir. Iraq, Basharah, Kufah. Meriwayatkan dari banyak guru hadits seperti Bukhary, Muslim, Abi Daud.

Diantara karya-karyanya adalah: tafsir al-Quran al-Adhim, Tasmiyah Fiqaha al-Amshar min Ashab Rasulillah, al-Sunan al-Shughra, al-Sunan al-Kubra, al-Dhuafa wa al-Matrukin, Khashaish Ali dan lain-lain.

Kitab tafsir ini masuk dalam kitab hadits yang dicetak pertama kali oleh Dar al-Salafiyah tahun 1410 H/1990 M dengan jumlah 2 jilid.

c. Keberadaan Dan metodologi Tafsir

Tafsir al-NasaI termasuk tafsir bi al-matsur. Tafsir hanya terdiri dari seratus empat surat saja. Itu pun ini tidak mencakup keseluruhan ayat al-Quran yang ada di dalam surat-surat yang ditafsirkan. Sebagaimana ciri khas tafsir bi al-matsur, tafsir ini kebanyakan juga menampilkan hadis-hadis nabi. Selain itu, di dalamnya juga dilengkapi dengan keterangan-keterangan seperti, makna global, nasikh-mansukh.

Ciri lain dari tafsir ini adalah al-NasaI tidak memasukkan kajian-kajian lain selain yang terkandung di dalam makna ayat yang sedang dibahas. Begitu pula, ia tidak menampilkan hadis dan fatwa sabahat atau tabiin, kecuali memiliki hubungan langsung dengan ayat yang sedang dibahas. 20. Tafsir Aly bin Ibrahim al-Qummy (w. 307 H

a. Nama Tafsir:

Tafsir Aly bin Ibrahim al-Qummy

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Aly bin Ibrahim bin Hasyim al-Qummy. Al-Qummy merupakan salah satu tokoh tafsir kelompok Syiah dua belas. Banyak yang menilai bahwa al-Qummy adalah seorang ulama tsiqah.

Dia hidup pada masa al-Askary dan ayahnya Abu Aly Ibrahim bin Haisyam meruapakan syaikhnya orang-orang Qum Iran.

Al-Qummy mempunyai banyak karya, diantaranya adalah: Kitab Tafsir, fi al-Nasikh wa al-Mansukh, al-Maghazy, fi al-SyaraI, Kitab al-Tauhid wa al-Syirk, Kitab Fadhail Amir al-Mukminin Ali, Ikhtiyar al-Quran dan lain-lain.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir al-Qummy termasuk tafsir bi al-matsur. Sebagaimana tafsir bi al-matshur, tafsir ini menampilkan riwayat-riwayat yang bersumber dari nabi. Hanya saja, perbedaannya adalah ketika tafsir ini sengaja menampilkan riwayat-riwayat dari para perawi ahli bait.

Merupakan sumber tafsir kelompok Imamiyah yang masyhur dan yang pertama ke tangan kita. Sebagian ulama menyatakan kitab tafsir al-Qumy yang sampai kepada kita sekarang ini sudah tidak lagi asli karya al-Qumy tetapi sudah banyak dirubah sebagaimana kitab tafsir yang dinisbatkan ke imam al-Askary.

Kitab ini dicetak untuk kedua kalinya di Bairut pada tahun 1387 H/1968 M. dengan jumlah 2 jilid. Kemudian pada tahun 1404 H/1983 M. dengan tahqiq Sayyid Thayyib al-Jazairi kemudian dicetak di Qum Iran pada tahun 1409 H/1988 M.

d. Metodologi Penafsiran

Tafsir dimulai dengan muqaddimah yang menjelaskan tentang keutamaan al-Quran, pentingnya perpegang teguh dengan ahli al-bait,

Banyak membahs tentang naskah manuskh, muhkam mutasyabih, tahrif dan tawil serta penolakan terdapat beberapa kelompok agama

Termasuk tafsir bi al-Matsur yang ditawili dan kurang diterima akal serta jauh dari dhahirnya lafadz.

Banyak menggunakan riwayat-riwayat dari para imam yang mashum.

21. Tafsir "Jami'ul Bayan 'An Wujuh Takwil Ayil Quran" (Tafsir al-Thabary). KaryaImam Abu Ja'far, Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib al-Thabary. W. 310 H.

a. Nama Tafsir:

Jami al-Bayan fi Tafsir al-Quran

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap al-Thabary adalah Abu Jafar Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Thabary. Lahir di Amul (Thabaristan) tahun 224 H./ 839 M. atau tahun 225 H./ 840 M. Wafat tahun 310 H. di Baghdad dalam usian 81 tahun.

al-Thabary hidup pada masa kejayaan dan kemajuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu sehingga hal ini menjadikannya mudah menjadi seorang yang alim dalam ilmu-ilmu agama.

Di kora Ray ia belajar hadits pada Muhammad bin Humaid al-Razy dan Mutsanna bin Ibrahim al-Ibily serta tarikh pada Muhammad bin Ahmad bin Hammad al-Daulaby.

Di Baghdad ia belajar pada Ahmad bin Hanbal dan mengambil qiraah dari Ahmad bin Yusuf al-Taghliby.

Di Kufah ia mengambil qiraah dari Sulaiman al-Tulkhy dan hadits dari sekelompok jamaah yang mengambil dari Ibrahim Abi Kuraib Muhammad bi al-Ala al-Hamdany salah seorang ulama besar ahli hadits. Ia mengenal fiqh syafiiyah dari al-Hasan bin Sabbah al-Zafarany dan Abi Salid al-Astakhary.

al-Thabary menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman dan tradisi-tradisi Arab. Selain ahli fiqh ia juga ahli sejarah, tafsir, sastra, leksikrografi, tata bahasa, logika, matematika dan kedokteran. Mulanya mengikuti madzhab Syafiiy lalu membentuk madzhab sendiri.

Al-Thabary merupakan salah seorang tokoh terkemuka yang menguasai benar berbagai displin ilmu, ia telah meninggalkan warisan keislaman yang cukup besar yang mendapatkan sambutan besar disetiap masa dan generasi. la mendapatkan popularitas luas melalui dua buah karyanya, Tarikh al-Umam wa al-Mulk tentang sejarah dan Jami al-bayan fi Tafsir al-Quran tentang tafsir. Kedua buku tersebut termasuk di antara sekian banyak rujukan ilmiah paling penting. Bahkan buku tafsirnya merupakan rujukan utama bagi para mufasir yang menaruh perhatian terhadap tafsir bil-ma'tsur.Tidak banyak diperoleh penjelasan tentang buah karya al-Thabary, namun Khatib al-Baghdady mendengar dari Ali bin Ubaidillah al-Lughawy al-Samy yang memberikan kesaksian bahwa al-Thabary aktif menulis selama 40 tahun dan setiap harinya mampu menulis 40 lembar sehingga diperkirakan karyanya mencapai 1.768.000 lembar.

Abdullah al-Fakhary menyebutkan bahwasanya sebagian murid al-Thabary memperhitungkan bila jumlah kertas yang pernah ditulisnya dibagi dengan usia sejak lahir hingga wafatnya maka diperkirakan ia menulis 14 lembar.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir ini mempunyai nama lengkap Jami al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Ditulis pada paruh abad ke 3 H. dan perupakan tafsir bi al-Matsur pertama serta referensi utama para mufassirin yang menaruh perhatian besar pada tafsir bi al-Matsur. Tafsir ini terdiri dari 30 jilid berukuran besar. Mulanya tafsir ini hilang tetapi kemudian terdapat satu manuskrip yang disimpan oleh Amir Hamud bin abd al-Rasyid seorang penguasa Najd, dari manuskrip ini kemudian diterbitkan dan beredar luas dan menjadi sebuah ensiklopedi tafsir bi al-Matsur.

Tafsir ini merupakan tafsir tertua yang sampai kepada kita secara lengkap, sebab tafsir-tafsir yang pernah ditulis sebelumnya tidak ada yang sampai kepada kita secara lengkap sebagaimana tafsir ini.

d. Metodologi Penafsiran

Tafsir ini menggunakan metode Tahlily sebab penafsirannya berdasarkan pada susunan ayat dan surat sebagaimana dalam urutan mushhaf. Selain itu juga dengan metode bi al-Matsur digabung dengan bi al-rayi, Karena dalam setiap penafsiran lebih banyak menampilkan riwayat-riwayat baik dari al-Quran, hadits, pendapat sahabat dan tabiin maka tafsir ini dimasukkan dalam kelompok tafsir bi al-Matsur.

Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran mula-mula dijelaskan makna kata-kata dari segi terminologi bahasa Arab, menjelaskan struktuir linguistiknya dengan melengkapi syawahid dari syiir-syiir Arab. Setelah itu menafsirkan ayat dengan disertai Syawahid berupa riwayat-riwayat yang datang dari shabat atau tabiin dengan sanad lengkap sebagaimana dalam metode bi al-matsur.

Semua riwayat berkaitan dengan ayat dipaparkan dengan panjang lebar lalu dibandingkan antara satu dengan yang lainnya, terhadap sanad-sanad yang ada terkadang dikritik dengan mentadil salah satu riwayat terkadang mentarjihnya, namun pada umumnya riwayat-riwayat itu tidak dijelaskan shahih dan dlaifnya.

Tafsir ini juga menjelaskan tentang berbagai macam qiraat dan konsekwensinya terhadap perbedaan arti yang timbul, namun demikian qiraat-qiraat itu dijelaskan kedlaifannya dan ditolak jika menurut ulama tidakl bisa dipakai sebagai hujjah.

Riwayat-riwayat Israiliyat juga dijadikan sebagai sumber pada tafsir ini, baik dari Kaab al-Ahbar, Wahab bin Munabbih, ibnu Juraij, al-Sudy dan lain-lainnya, namun demikian riwayat-riwayat Israiliyat tersebut terkadang dikritik jika tidak sesuai dengan hadits nabi dan terkadang tidak Adanya riwayat-riwayat Israiliyat ini tidak lepas dari latar belakang al-Thabary sebagai seorang sejarawan.

Selain itu pembicaraan tentang kaidah-kaidah bahasa dan syiir-syiir Arab, masalah akidah juga dibahas dalam tafsir ini. Dan karena kapasitasnya sebagai mujtahid masalah-masalah fiqh kerap kali dijelaskan hingga dikatakan bahwa kecenderungan tafsir ini adalah kepada masalah-masalah fiqh.

e. Penilaian Ulama

Tafsir al-Thabary mempunyai nilai yang tinggi sebab selain didasarkan pada riwayat-riwayat tafsir juga adanya istimbath hukum dari ayat-ayat yang ditafsirkan. Ketinggian nilai tafsir ini terbukti sepakatnya para ulama untuk menjadikan tafsir ini sebagai sumber tafsir yang penting, dan komentar beberapa ulama terhadap tafsir ini.

al-Suyuthy berkata: Tafsir al-Thabary adalah tafsir terbaik dan paling agung, sebab didalamnya dipaparkan berbagai pendapat lalu ditarjih salah satunya, juga dijelaskan masalah Irab serta adanya istimbath hukum sehingga mengungguli tafsir-tafsir terdahulu.

al-Nawawy berkata: Ulama sepakat bahwa tidak ada kitab tafsir pun yang lebih tinggi nilainya dari pada tafsir al-Thabary. pengarang kitab Lisan al-Mizan menjelaskan bahwa Ibnu Huzaimah pernah meminjam kitab tafsir al-Thabary dari Ibnu Khaluih selama dua tahun kemudian ia berkata: Tidak ada di muka bumi ini mufassir yang lebih pandai dari pada al-Thabary.

Abu Hamid al-Isfirayiny berkata: Seandainya seseorang pergi ke negara Cina untuk mendapatkan tafsir al-Thabary maka yang demikian itu tidaklah berat.

Ibnu Taymiah berkata: Adapun tafsir yang beredar dikalangan manusia maka yang terbaik adalah tafsir Ibnu Jarir al-Thabary, sebab menjelaskan tentang pendapat kaum salaf dengan sanad-sanad yang kokoh dan tidak ada bidah di dalamnya serta tidak dinukil dari para pendusta.

22. Tafsir Ibnu Abi Hatim al-Razy. W. 327 H.

a. Nama Tafsir:

Tafsir Ibnu Abi Hatim al-Razy Musnadan an al-Rasul wa Shahabah wa al-Tabiin

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abd al-Rahman bin Abu Hatim bin Idris bin al-Mudzir al-Handhali al-Razy. Al-Razy, selain dikenal sebagai serang ahli tafsir dan ilmu-ilmu al-Quran, ia juga dikenal sebagai seorang ahli hadis.

Dilahirkan pada tahun 204 H. dan diajak ayahnya pergi mencari ilmu hingga mendapatkan sanad yang tinggi. Mendengar hadits dari Abu said al-Asybah, Ali ibn Mundzir al-Thariqy.

Seorang yang zuhud dan termasuk wali Abdal. Pada tahun 260 pergi haji bersama ayahnya dan gurunya Muhammad bin hammad al-Thahrany, kemudian pergi ke Syam sendirian dan ke mesir pada tahun 262 dan ke Asfihan tahun 264.

Meninggal pada buklan Muharram tahun 327 H di al-Ray.

Diantara karya-karya adalah: al-jarh wa al-Tadil, Kitab Tafsir, al-Radd ala al-Jahmiyah, Ilal al-Hadits, al-Marasil dan lain-lain.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir karya al-Razy ini dikenal dengan nama, Tafsir Ibnu Abi Hatim al-Razy Musnadan an al-Rasul wa Shahabah wa al-Tabiin. Tafsir ini tidak lengkap tiga puluh juz. Akan tetapi, hanya memuat tafsir ayat-ayat yang dianggap sudah ditafsirkan oleh nabi, sahabat, tabiin dan tabbi tabiin saja. Selain itu, ditambahkan beberapa keterangan seperti sabab nuzul dan aspek kebahasaan yang berkaitan dengan ayat yang sedang dibahas.

Kitab tafsir ini dicetak pertama kali pada tahun 1408 H. oleh maktabah al-Dar al-Madinah di Madinah. Kemudian di Riyadh oleh Dar al-Thayyibah.

d. Metodologi Penafsiran

Menyertakan hadits pada setiap pembahasan surat, kemudian menjelaskan keutamaan-keumtamaannya, sebab nuzulnya, kemudian menjelaskan makna ayat. Setiap ayat ditafsirkan dengan penjelasan yang cukup.

Tidak menjelaskan tentang keshahihan, kehasanan, dan kedhaifan hadits yang dipakai menafsirakan setiap ayat.

Menuqil riwayat-riwayat dari syumber Yahudi sebagai penjelasan ayat serta cerita-cerita israiliyat.

Berpegang teguh pada riwayat-riwayat sahabat dan tabiin terutama riwaayat Shufyan al-Tsaury.

23. Tafsir "Takwilat Ahlu al-Sunnah" karyaimam al-Maturidi, Abu Mansur Muhammad Bin Muhammad Bin Mahmud al-Maturidi al-Samarkandi. W. 330 H

a. Nama Tafsir:

Tawilat Ahli Sunnah

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Mansyur Muhammad bin Mahmud al-Maturidy. Ia lahir pada tahun 248 H, di desa Maturid Samarqan. Al-Maturidy adalah tokoh ulama mutakallimin (teolog) yang dijuluki dengan Mushahih Aqaid al-Muslimin (penegak kebenaran teologi kaum muslim).

Al-Maturidy banyak mengcounter pemikiran-pemikiran teologi Mutazilah. Jasanya di dalam ilmu kalam tidak diragukan lagi. Misalnya, ia pernah menjadi penengah atas perseteruan antara Mutazilah dengan Asyariyah dalam masalah baik buruknya perbuatan Tuhan.

Al-Maturidy hidup tidak lama setelah al-Asyary, dia banyak mendukung dan memperkuat madzhab ahlu Sunnah. Meninggal di Smarqand tahun 333 H.

Diantara karya-karyanya adalah: Kitab al-Tauhid, Kitab al-Maqalat, al-Radd `ala al-Qaramithah, Radd ushul al-Khamsah, radd kitab al-Imamah dan lain-lain.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir karya al-Maturidy dikenal dengan Tasfir al-Maturidy atau Tawilat Ahl al-Sunnah atau Tawilat al-Quran. Tafsir ini tergolong tafsir yang sangat sederhana. Tafsir ini sengaja ditulis untuk mempresentasikan padangan-pandangan akidah ahl sunnah wa al-jamaah.

Setiap ayat yag dibahas, dimpilkan makna globalnya dan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ayat, tanpa menampilkan sanad periwayatannya. Bahkan, tidak disebutkan pula perawi yang meriwayatkannya. Kemudian, tafsir ini menampilkan pandangan-pandangan para teolog dan pembahasan seputar argumentasi pandangan teologi ahli sunnah terhadap pandangan teolog di luar ahli sunnah.

Kitab ini dicetak dengan jumlah 8 jilid besar di Mesir oleh al-Majlis al-Ala li al-Syuun al-Islamiyah Lajnah al-Quran wa al-Sunnah pada tahun 1391 H/1971 M.

d. Metodologi Penafsiran

Setiap menjelaskan ayat dijelaskan secara global dan pada umumnya menjelaskan ayat dengan tafsir bi al-matsur tanpa sanad lengkap dan sumber tafsir.

Menggunakan metode bi al-Matsur dan bi al-rayi secara bersamaan dan menekankan pada`masalah-malasah aqidah.

Menempuh penafsiran al-Quran bi al-Quran terlebih dahulu baru kemudian menggunakan rayu.

Berpegang teguh pada pendapat fuqaha dan ahli ushul dan menjauhi riwayuat israiliyat.

e. Penilaian Ulama

menurut sebagian besar ulama tafsir ini sangat berguna dari segi penetapan aqidah Islamiyah terutama dalam menghadapi kelompok Murjiah dan Mutazilah.24. Tafsir Ibni Hibban, karya Abu al-Syaih Bin Hibban. W. 369 H.

(bercampur dengan hadits)25. Ahkam aL-Quran /Tafsir aL-Jashshash karyaAbu Bakr Ahmad bin Aly al-Rary al-Jashash (307 - 370 H.)

a. Nama Tafsir:

Ahkam al-Quran

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Ahmad bin Aly al-Rary al-Jashash atau yang dikenal dengan al-Jashash. Ia lahir pada tahun 307 H, di Baghdad. Al-Jashash adalah salah satu tokoh madzhab fiqih Hanafy.

Ia belajar fiqh pada Abi Sahl al-Zajjaj dan Abi al-Hasan al-Kurkhy dan belajar hadits pada Abdul Baqi bin Qani.

Pergi ke al-Ahwaz kemudian kembali ke Baghdad, kemudian ke Naisabur bersama al-Hakim al-Naisabury atas izin dari al-Kurkhy, kemudian tahun 344 kembali ke Baghdad. Dan meninggal pada tahun 370 H.

Diantara karya-karyanya adalah: Syarakh Mukhtashar al-Kurkhy, Syarakh Mukhtashar al-Thahawy, Syarakh Jami karya Muhammad bin Hasan, Syarakh Asma al-Husna dan lain-lain.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir karya al-Jashash ini dikenal dengan nama: Ahkam al-Quran. Tafsir ini merupakan tafsir dengan corak fiqih Hanafy. Tafsir ini sengaja ditulis oleh al-Jashash sebagai bentuk pengukuhan atas madzhab fiqihnya dan sekaligus sebagai ladang untuk mengemukakan pandangan-pandangan serta segala argumentasi yang digunakan oleh para pengikut madzhab Hanafy.

Tafsir ini menampilkan surat per surat. Kemudian, setiap pembahasan diberi komentar tentang hukum fiqih yang dapat digali dan diambil dari pembahasan setiap surat atau ayat.

Kitab tafsir ini dicetak di mesir oleh al-mathba al-Salafiyah bejumlah 3 jilid tanpa diketahui tarikhnya. Kemudian dicetak di istambul oleh Mathbaah al-Auqaf tahun 1335 H. Kemudian di Bairut oleh Dar al-Ihya al-Turats al-Islamny pada tahun 1405 H dengan jumlah 5 jilid. d. Metodologi Penafsiran

Menjelaskan surat demi surat dan pembahasan hukum setiap akhir ayat. Mula dijelaskan ayat terkait dengan hukum kemudian mengistimbath hukum dari ayat tersebut.

Tafsir ini tergolong tengah-tengah dalam mengistimbathkan hukum fiqh, tidak ringkas dan juga tidak bertele-tele.

Terkadang menjelaskan masalah hilafiyah yang sangat panjang yang tidak ada hubungannya dengan ayat yang ditafsirkan. Kebanyakan menjelaskan hukum fiqh untuk memperkuat pendapatnya.

e. Penilaian UlamaMenurut Ali Ayazy kitab tafsir ini merupakan kitab referensi penting bago madzhab fiqh Hanafy

26. Tafsir Ibnu Majah. W. 373 H

27. Tafsir "al-Bahr al-Ulum" yang dikenal dengan tafsir Abi Laits al-Samarkandi. W. 373 H / 375 H

a. Nama Tafsir:

Bahr al-Ulum

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap al-Samarqandy adalah Abu al-Laits Nasr bin Muhammad bin Ibrahim al-Samarqandy yang terkenal dengan Imam al-Huda. Tentang kelahirannya tidak banyak diketahui, namun ahli sejarah memperkirakan tahun lahirnya adalah tahun 301 H./ 310 H.

Berkaitan dengan wafatnya para ulama berbeda pendapat, menurut al-Dawawy dalam kitab Thabaqat al-Mufassirin beliau wafat pada malam selasa tangga 11 Jumadil Awwal 293 H. Pengarang kitab Kasyf al-Dhunun beliau wafat tahun 375 H. Kata al-Samarqandy yang menjadi nama julukannya di ambil dari kota Samarqandy yaitu tempat tinggalnya. Kota ini adalah salah satu di Khurrasan (sekarang termasuk wilayah kekuasaan Uni Soviet/Rusia).

Dalam bahasa Arab disebut dengan nama Saran yaitu daerah pemukiman yang termasuk dataran tinggi dan areal perkebunan yang luas. Seorang pujangga mengatakan: Setiap orang (muslim) akan berjumpa di surga sedang surga dunia adalah Samarqandy.

Samarqandy merupakan kiblat para cendekiawan muslim pada masa hidup imam abi al-Laits, sebab banyak ulama, para sufy yang pernah singgah dan belajar di kota ini. Selain itu kota Samarqandy merupakan pusat penyebaran kebudayaan Islam dan tempat rujukan ulama. Dengan demikian kota Samarqandy merupakan tempat ilmiyah di antara kota-kota Islam lainnya. Keadaan kota Samarqandy yang demikian ini memberikan kontribusi banyak kepada Abu al-Laits untuk menjadi seorang ulama besar.

Tidak banyak ditemukan dalam catatan sejarah tentang keberadaan keluarga Abu al-Laits kecuali ia sendiri dan ayahnya yang bernama Muhammad bin Ibrahim al-Taudy yang sekaligus menjadi guru pertamanya. Ia banyak mengambil pendapat ayahnya baik dalam kitab tafsir dan ktab-kitab karangan lainnya. Selain berguru pada ayahnya ia juga berguru pada Abu Jafar al-Handawany atau Abu Jafar al-Balkhy, al-Khalil bin Ahmad al-Qadly al-Sajazy seorang tokoh hadits dan figh madzhab Hanafy, dan Muhammad bin al-Fadl al-Balkhy.

Dalam bidang fiqh ia mengungguli ulama-ulama pada masanya, begitu pula dalam bidang ilmu ushuluddin. Di antara murid-murid yang mengambil ilmunya adalah Luqman bin al-Hakim al-Farghany, Abu Malik Nuaim al-Khatib, Muhammad bin Abd al-Rahman al-Zubairy, Abu Sahl Ahmad bin Muhammad, dan Abu Abdillah al-Harary.

Abu al-Laits medalam dan menyelami berbagai macam ilmu segingga ia menjadi seorang intelek handal dan penulis yang produktif. Di antara karya-karyanya adalah, dalam bidang tafsir: Bahr al-Ulum, dalam bidang fiqh: Khazanah al-Fiqh, Uyun al-Masail, al-Nawadir al-Muqayyadah dan lain-lainnya, dalam bidang tasawwuf: Tanbih al-Ghafilin, Bustan al-Arifin, Qurrah al-Uyun wa Mufarrikh al-Qalby al-Mahzun, dalam bidang ushuluddin: Ushul al-Din , Risalah fi al-Hukmn, Risalah fi al-marifah wa al-Iman dan lain-lainnya.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir ini mempunyai nama lengkap Bahr al-Ulum terdiri dari 3 juz yang besar. Kitab tafsir ini berada di Dar al-Kutub al-Mishriyah dan di perpustakaan al-Azhar ditemukan dua bentuk tulisan yang satu dalam bentuk satu juz dan yang satunya terdiri dari 3 juz.

Pada bab-bab permulaan kitab tafsir ini menjelaskan tentang dorongan mencari ilmu tafsir dan faidahnya, kemudian dijelaskan tidak bolehnya seseorang menafsirkan al-Quran dengan ijtihad tanpa ditopang dengan ilmu bahasa dan tanpa mengetahui keadaan-keadaan di mana al-Quran itu diturunkan, semuanya disertai dalil-dalil yang disandarkan kepada ulama salaf.

d. Metodologi Penafsiran

Tafsir ini mengunakan metode tahlily karena penafsirannya berdasarkan susunan ayat atau surat sesuai dengan urutan dalam msuhhaf. Selain itu juga menggunakan metode Bi al-Matsur.

Penafsiran dilakukan dengan mengemukakan riwayat-riwayat ulama salaf, dengan urutan riwayat dari sahabat, tabiin dan orang-orang sesudahnya, hanya saja riwayat-riwayat itu tidak dijelaskan orang yang meriwayatkannya dan langka sekali dikemukakan sanad pada sebagian riwayat-riwayat yang dijadikan sebagai penafsiran. Terkadang dijelaskan berbagai riwayat dan pendapat yang berbeda-beda tentang penafsiran sebuah ayat al-Quran tanpa dijelaskan sanadnya kecuali sangat langka sekali.

Selain itu juga dijelaskan masalah qiraat dan bahasa tetapi hanya sekedarnya. Juga sedikit diriwayatkan qisah-qisah dan riwayat-riwayat Israiliyah, itupun tanpa diseleksi. Kebanyakan komentarnya adalah: sebagian ulama berkata demikian Terkadang juga diriwayatkan dari orang-orang yang dloif (lemah) seperti dari riwayat al-Kalaby dari riwayat Asbath dari riwayat al-Sudy dan dari orang-orang lain yang masih dipertentangkan keshahihannya. Pada umumnya penafsiran terhadap ayat al-Quran dilakukan dengan mencari dulu ayat lain yang menjadi tafsir ayat yang ditafsirkan. al-Laits dalam tafsir ini mengumpulkan metode bi al-matsur dan bi al-Rayi hanya saja penafsiran bi al-Matsur lebih dominan dari pada bi al-Rayi.

e. Penilaian Ulama

Pada dasarnya tafsir ini baik dan mempunyai banyak faedah sebab pada umumnya ayat-ayat yang ditafsirkan berdasarkan al-Quran, hadits, riwayat-riwayat sahabat tabiin dan orang-orang salaf lainnya. Berkaitan dengan hal ini pengarang Kasy al-Dhunun mengatakan bahwa tafsir Abi al-Laits nasr bin Muhammad al-Faqih al-Samarqandy al-Hanafy adalah kitab yang masyhur dan banyak faedahnya, hadits-hadits nya banyak ditakhrij oleh Zain al-Din Qasim bin Qathlubigha al-Hanafy. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah keshahihan riwayat yang ada di dalamnya disebabkan langkanya riwayat tersebut disertai sanad yang jelas.28. Tafsir al-Hakim. W. 405 H (bercampur dengan hadits)

29. Tafsir Imam Abu Bakar Bin Mardawaih. W. 410 H (bercampur dengan hadits)

30. Tafsir " Haqoiq al-Tafsir " (Tafsir al-Sullamiy). Karya Imam Abu Abdir Rahman, Muhammad Bin al-Husain Bin Musa al-Azdi al-Sullami. W. 412 H

31. Tafsir al-Syaikh al-Mufid al-Mustakhraj min Turatsih, karya Syeikh al-Mufid (336 - 413 H)

a. Nama Tafsir:

Tafsir al-Syaikh al-Mufid al-Mustakhraj min Turatsih

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin al-Numan atau lebih dkenal dengan nama Syeikh al-Mufid. Ia lahir pada tahun 336 H, di Suwayqah dekat Baghdad dan meninggal pada tahun 413 H. Syeikh Mufid termasuk salah satu tokoh di kalangan ulama Syiah.

Belajar ilmu hingga matang dipangkuan ayahnya yang menjadi muallim sehingga ia dijuluki ibnu al-Muaallim. Pergi ke baghdad dan belajar qiraah dibawah bimbingan Abi Abdillah al-Husain ibn Ali al-Bashry al-Mutazily.

Diantara karya-karyanya adalah: al-Nusrah fi fadhail al-Quran, al-Bayan fi Talif al-Quran, al-kalam fi Wujuh Ijaz al-Quran dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Tafsir ini dikenal dengan Tafsir al-Sheikh al-Mufid al-Mustakhraj min Turatsihi. Sebenarnya, karya tafsir ini tidak semata-mata tafsir al-Quran secara independen. Sebab, di dalam tafsir ini terdapat banyak pembahasan tentang akidah, fiqih, sejarah dan juga hasil diskusi dengan beberapa pihak dalam kaitannya dengan pemikiran dan logika. Apalagi, tidak semua surat dan ayat dibahas di dalam kitab tafsir.

Tepatnya, tafsir ini merupakan bentuk perhatian Sheikh Mufid dalam hal mengcounter dan memberikan keterangan atas beberapa kasus yang sangat variatif. Meski dimulai dari surat al-Fatih}ah}, akan tetapi tafsir dapat dikatakan tidak berurutan ayat per ayat. Karena, dalam banyak pembahasannya, tafsir ini banyak menampilkan ayat-ayat al-Quran untuk mendukung satu pandagan atas kasus tertentu.

Kitab tafsir ini dicetak di Qum Iran oleh maktabah al-Ilam al-Islamy pada tahun 1415 H dengan satu jilid yang besar.

32. Tanzih al-Quran an al-Mathain, karya Abu al-Hasan Abd al-Jabar bin Ahmad al-Hamdany (359 H./970 M. - 415 H./1025 M).

a. Nama Tafsir:

Tanzih al-Quran an al-Mathain

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Abd al-Jabar bin Ahmad bin al-Khalil al-Hamdany al-Asad Abady atau lebih dikenal dengan al-Hamdany. Ia dilahirkan di tengah kota Hamdan pada tahun 359 H./970 M. dan meninggal pada tahun 415 H./1025 M.

Ia adalah seorang qadhy pada masa pemerintahan Buwaihi. Ia dijuluki oleh para ulama semasanya dengan qady qudhat. Ia banyak membaca fiqih Imam ShafiI, tafsir dan hadis serta ilmu kalam.

Diantara karya-karyanya adalah: Tafsir al-Muhith, mutasyabih al-Quran, al-Khilaf wa al-wafa, Syarkh Ushul al-Khamsah dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Tafsir karya al-Hamdany ini dikenal dengan, Tanzih al-Quran an al-Mathain. Sebenarnya al-Hamdany mempunyai tafsir yang diberi nama al-Muhith, akan tetapi tafsir itu hilang dari tangannya. Tafsir ini adalah tafsir yang singkat dan sederhana.

Tafsir ini juga tidak mencakup keseluruhan ayat al-Quran, meskipun secara keseluruhan suratnya telah dibahas. Karena, tujuan dari tafsir ini adalah menerangkan ayat-ayat yang mutashabih, muh}kan dan tambahan pembahasan seputar kesalahan orang-orang tentang tawil ayat-ayat yang termasuk dalam kategori keduanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tafsir ini tidak mengkhususkan diri seputar tafsir mutashabih dan muhkam, akan tetapi juga permasalahan-permasalahn yang berkaitan dengan akidah al-Hamdany atau yang bertentangan dengannya. Maka, di dalam tafsir ini juga akan didapatkan jawaban dari beberapa problem seputar kritik atas al-Quran dan akidah Mutazilah.

Kitab tafsir ini dicetak di Mesir oleh Mathbaah al-jamaliyah pada tahun 1339 H, kemudian di Bairut oleh Dar al-Nahdhah berjumlah satu jilid.

33. Tafsir " Al-Kasyfu wa al-Bayan 'An Tafsir al-Quran" (Tafsir al-Tsa'labi). Karya Imam al-Tsa'labi. W. 427 H.

a. Nama Tafsir

al-Kasyfu wa al-Bayan an Tafsir al-Qur'an

b. Riwayat Hidup Pengarang

Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim as-Tsalaby an Naisaburi. Kitab ini lebilh dikenal dengan sebutan tafsir alTslaby. Secara pasti kelahirannya tidak diketahui, akan tetapi la wafat pada hari Rabu pada bulan Muharram Tahun 427 H.

Beliau adalah seseorang Mufassir ahli Qori; (ahli baca al-Quran), Sejarawan, Khafidz, ahli bahasa dan pidato. Al-Tsalaby merupakan gelar atau julukan yang diberikan oleh masyarakat Khurasan. Kita ketahui bersama bahwa para ulmaahli hadits ddan ahli tafsir banyak yang berasal darl daerah Khurasan khususnya Naisyabur, hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah pusat keilmuan dan peradaban. Sehingga tidak mengherankan jika muncul seorang mufassir yang handal dari daerah ini.

Beliau memperoleh ilmunya dari guru-gurunya seperti Abi Thohir bin Khuzaimah dan Imam Abi Bakar bin Mahran. Konon dua guru inilah yang sangat berpengaruh dalam pemikirannya, sedang muridnya yang paling terkenal adalah Abu Hasan al-Wahidy.

Pada abad ke 4 H atau 10 M. tafsir sudah berkembang pesat, akan tetapi para mufassir dalam mengarang kitab tafsirnya banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran tertentu. Karena pada masa ini pertentangan masalah teologis sangat besar dan mempunyal efek yang kurang bagus terhadap para mufassir. Disamping itu juga pengaruh Israiliyat sangat mewarnai tafsir-tafsir pada masa ini. Hal ini dikarenakan karena semakin banyaknya orang-orang ahli kitab yang masuk Islam, disamping itu juga adanya keinginan dari umat mengetahui kisah-kisah yang simpang siur.

Selain kitaf tafsir al-Tsalabi juga mempunyai karya-Karya yang lain, dinataranya adalah: al-Arais (F1 Qosos al-Anbiya'), Tafsir al-Khawi Anwa al-Faraid, dan beberapa kitab lainnya yang berkaitan dengan masalah Frob, Qiroat, Balaghoh dan Sastra, dan sebagainya.

c. Keberadaan Tafsir

Kitab ini terdiri dari 4 jilid, dimulai dari surat al-Fatihah sampai dengan surat al-Furqon. Tafsir ini tersimpan pada perpustakaan al-Azhar dan sisanya hilang.

Kelebilian kitab ini dari segi Nahwu, hukum (fiqh), kedua masalah diatas dijelaskan dan dijabarkan secara panjang lebar. seperti penjelasakn tentang Irab, Sorof dan Qiro'at. Dalam masalah fiqh banyak dijelaskan pendapat-pendapat Imain Mazhab tetapi tidak edikomentarinya. Dalam masalah hokum lebih banyak dijelaskan pendapat al-Syafiiy.

Kekurangan kitab ini banyak memuat kisah-kisah Israiliyat dan memuat hadits-haditsa yang gharib bahkan maudhu, kitab ini juga hanya tertulis sampai dengan surat al-Furqan saja.

d. Metodologi Penafsiran

Tafsir ini tergolong ke dalam tafsir bi-al-Matsur atau riwayat, dikarenakan dalam penafsirannya al-Tsalabi banyak (mayoritis) menggunakan riwayat-riwayat untuk menjelaskan suatu ayat. la menafsirkan al-Quran berdasarkan hadits-hadits yang bersumber dari ulama salaf dengan meringkas sanadnya, karena menurut beliau sudah menganggap cukup dengan menyebutnya pada pendahuluan kitab.

Tafsir ini sedikit memperluas pembahasan Nahwu dalam menafsirkan ayat al-Qur'an dan menjelaskan masalah-masalah fiqih terutama fiqih syafiiy, karena beliau bermazhab Syafl'i. Beliau sangat senang dengan kisah-kisah dan cerita sehingga dalam kitabnya banyak ditemukan cerita-cerita Israiliyat yang dianggap asing bahkan ada yang sama sekali tidak benar adanya, terkadang beliau mengkritik terhadap beberapa kisah yang mereka kutip tetapi kadang-kadang tidak memberikan komentar dan tidak mau mengorek kesalahan yang terdapat dalam kisah tersebut, meskipun jelas-jelas kisah tersebut menodai kesucian para Nabi. Beliau meriwayatkan kisah-kisah tersebut dari Kaab al-Ahbar, akan tetapi mayoritas kisah-kisahnya diperoleh dari as-Sudi al-Shaghir dari al-Kalaby dari Abi Sholikh dari Ibn Abbas, silsilah periwayatan ini sering disebut silsilah Kazzab.

Dalam penafsirannya al-tsalaby banyak mengandalkan hadits-hadits yang gharib bahkan maudhu', terutarna ketika menerangkan tentang ketumaan surat-surat al-Qur'an.

e. Penilaian Ulama

Terdapat banyak ulama yang menyanjung dan memuji al-Tsalabi, akan tetapi tidak sedikit pula yang mengkritiknya. Ibn Khalkan mengatakan bahwa al-Tsalabi adalah orang yang Tsiqah, ahli tafsir. Yaqut dalam Mukam Udaba mengatakan bahwa al-tsalaby adalah ahli Qiroah, Hafidz, ahli Sastra dan Nahwu. Hal senada juga dilontarkan oleh Abd al-Ghofar Bin Ismail al-Farisi dalam kitabnya Syiyaq Tarikh Naisabur

Ibnu Taimiyah mengatakan, bahwa pada pribadi al-Tsalaby tertanam kebaikan dan agama, tetapi ia bagaikan pencari kayu di malam hari. al-Kattany juga mengatakan bahwa al-Tsalaby bukanlah Syekh karena ia banyak membuat bid'ah.34. Tafsir "al-Naqd wa al-'Uyun Fi Tafsir al-Quran" (Tafsir al-Mawardi). Karya Imam Abul Hasan, Ali Bin Muhammad Bin Habib al-Mawardi al-Bashriy al-Syafi'iy.

a. Nama Tafsir:

al-Nukat wa al-Uyun

b. Riwayat Hidup Pengarang

Penulis tafsir ini adalah Abu al-Hasan Aly bin Muhamad bin Hubayb al-Mawardy al-Bashry al-Syafii. Ia lahir pada tahun 364 H/975 M, di Bashrah. Nama al-Mawardy di ambil dari pekerjaannya ma al-ward (tukang siram mawar). Al-Mawardy dan orang tuanya memang berprofesi sebagai tukang (penjual) bunga mawar.

Ia banyak mengambil ilmu dari para ulama Bashrah seperti, Abu al-Qasim al-Shaymiry dan ulama Baghdad seperti, Abu Hamid al-Isfirainy.

Ia meninggal pada hari Selasa bulan Rabiul awwal tahun 450 H./1058 M.

Diantara karya-karyanya adalah: al-Ahkam al-Sulthaniyah, Adab al-Wazir, Adab al-Dunya wa`al-Din, Adab al-Qaghy dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Tafsir karya al-Mawardy ini dikenal dengan nama, al-Nukat wa al-Uyun atau dikenal juga dengan tafsir al-Mawardy.

Tafsir ini mencakup keseluruhan ayat al-Quran dan dikemas dalam bentuk yang singkat. Tafsir ini banyak menampilkan pembahasan bahasa.

Sebelum membahas keseluruhan makna kata, Al-Mawardy memulai pembahasannya dengan menerangkan nama surat, Makkiyah, Madaniyah, riwayat-riwayat yang ada yang diduga sebagai tafsir dari ayat yang dimaksud serta menampilkan pula sabab nuzul ayat. Selain itu, al-Mawardy juga membahas ayat dengan menampilkan makna asal kata, kemudian memberikan keterangannya seputar makna kata dengan didukung oleh amtsal (peribahasa atau kata bijak), dan syair.

Kitab tafsir ini pertama kali dicetak di Bairut oleh Dar al-Kutub al-Ilmiyah tahun 1412 H/1992 M dengan tahqiq Abdul Maqsud abdurrahim dengan jumlah 6 jilid. Kemudian pada tahun 1403 H./1982 dicetak di Kuwait oleh menteri perwakafan negara Kuwait.

35. al-Tibyan al-Jami li Ulum al-Quran, karyaAbu Jafar Muhammad bin al-Hasan bin Aly al-Thusy (385 H/960 M. - 460 H./1067 M).

a. Nama Tafsir:

al-Tibyan al-Jami li Ulum al-Quran

b. Riwayat Hidup Pengarang

Penulis tafsir ini adalah Abu Jafar Muh}ammad bin al-Hasan bin Aly al-Thusy atau dikenal dengan Syeikh al-Thusy. Ia lahir pada tahun 385 H/960 M. di Thus Khurasan. Ia pindah dari Thus ke Iraq sejak umurnya masih sangat kecil, sebagai murid Syeikh al-Mufid. Ia belajar fiqih madzhab Jafary dari gurunya itu. Sehingga, akhirnya ia dikenal sebagai tokoh Syiah dua belas. Ia meninggal di Najef tahun 460 H./1067 M.

Diantara karya-karyanya adalah: Ikhtiyar Rijal fi marifah al-Rijal, al-Istibshar fima Ikhtalafa min al-Akhyar, Talkhish al-Syafiiy, Tadzhib al-Ahkam, al-jamal wa al-Uqud fi al-Ibadah, dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Tafsir karya al-Thusy ini dikenal dengan al-Tibyan al-Jami li Ulum al-Quran atau lebih dikenal dengan nama tafsir al-Thusy. Tafsir ini disebut-sebut sebagai tafsir pertama di kalangan orang-orang Syiah.

Tafsir al-Thusy mencakup keseluruhan ayat al-Quran, tiga puluh juz. Di dalamnya terdapat berbagai macam pembahasan yang cukup mendalam seperti, al-qiraah, bahasa, irab, sabab nuzul, nadhm, nasikh mansukh, muhkam dan mutasyabih.

Pembahasannya ditulis dengan sangat ilmiah. Selain itu, tafsir al-Thusy dianggap sebagai tafsir yang menggabungkan antara pandangan rasio dengan wahyu dan antara riwayah dan dirayah.

Sistematika penulisannya sangat baik. Pertama-tama al-Thusy menampilkan surat, kemudian membahas nama surat, menyebutkan Makkiyah dan Madaniyahnya dan beberapa hal yang dbutuhkan di dalam tasfir untuk mendukung kebenaran penafsirannya. Seperti, nasihkh mansukh dan sabab nuzul.

Kitab tafsir ini dicetak pertama kali di Teheran dengan pemantauan al-Sayyid Muhammad al-Hujjah al-Kuh Kamrah al-Tibrizy pada tahun 1406 H. dengan jumlah 10 jilid 36. Tafsir "Lathaif al-Isyarat Fi Tafsir al-Quran" (Tafsir al-Qusyairi). KaryaImam Abu al-Qosim, Abdu al-Karim Bin Hawazin al-Syafi'i al-Qusyairi. W. 465 H

a. Nama Tafsir:

Lathaif al-Isyarat

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim Abd al-Karim bin Hawazan bin Abd al-Malik Zayn al-Islam al-Qushairy al-Nayshabury atau lebih dikenal dengan Abu al-Qasim al-Qushairy.

Ia lahir pada tahun 376 H, di Nayshabur. Ia adalah tokoh sufi terkenal pada jamannya. Ia meninggal pada tahun 465 H.

Belajar tasawwuf pada Abi al-hasan bin al-Daqqaq, Abu bakar al-Thusy, Ibnu fauraq, al-Asfarayiny. Hingga menjadi tokoh sufy terkjenal.

Diantara karya-karyanya adalah: al-Tafsir al-Kabir terkenal dengan al-taisir fi al-Tafsir, Lathaif al-Isyarat, al-Riasalah al-Qusyairiyah, Adab al-Shufiyyah, Ahkam al-Sima dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Tafsir karya al-Qushairy ini diberinama Lathaif al-Isyarat atau dikenal dengan nama tafsir al-Qushairy. Tafsir ini ditulis lengkap keseluruhan al-Quran, tiga puluh juz. Sebelumnya, al-Qushairy sudah pernah menulis tafsir yang diberinama al-Taysir fi al-Tafsir.

Tafsir al-Qushairy didahului dengan tafsir al-basmalah dan sebagian dari ayat al-Quran. Kemudian dengan sengaja ia menambahkan keterangan dalam kajian bahasa, syair dan beberapa riwayat yang tidak disertai dengan sanadnya.

Dalam menukil beberapa riwayat, al-Qushairy tidak memperhatikan kualitas hadis. Sebab, banyak di dalamnya didapati riwayat-riwayat yang shahih dan dhaif serta riwayat-riwayat Israiliyat, khususnya yang berkaitan dengan kisah para nabi.

Kitab tafsir ini dicetak untuk kali kedua di Kairo oleh al-haiah al-Mishriyah pada tahun 1390 H dengan jumlah 3 julid. Kemudian pada tahun 1971 H. dicetak lagi oleh Dar al-Kutub al-Arabiyah dengan tahqiq Doktor Ibrahim Basyuny.

37. Tafsir Al-Basith, tafsir al-Wasith dan tafsir al-Wajiz. Tiga tafsir ini disebut, Al-Hawi Li Jami' al-Ma'ani. Karya Imam Abu al-Hasan, Ali bin Ahmad al-Wahidi. W. 468 H

38. Tafsir "Ma'alim al-Tanzil" (Tafsir al-Baghowi). Karya Imam al-Husain Bin Masud Bin Muhammad, Abu Muhammad al-Baghowi al-Faqih al-Syafi'i. W. 510 H

a. Nama Tafsir

Maalim al-Tanzil

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap al-Baghawy adalah Abu Muhammad al-Husain bin Masud yang lebih dikenal dengan nama al-farra al-Baghawy, kemudian digelari dengan muhyi al-Sunnah, yang cenderung kepada ilmu-ilmu agama. Beliau lahir di Persia tahun 436 H./1044 M. dan wafat pada tahun 510 H./ 1117 M.

al-Baghawy adalah imam dalam tafsir, imam dalam hadits, imam dalam fiqh dan juga seorang yang hafizh. Dia seorang yang zuhud dan wara (menjaga kesucian agama), pernimpin yang baik dan murid paling khusus (paling cerdas). beliau mendengarkan hadits dari Abi Umar Abdul Wahid al-Muhaailiy, Abi al-Hasan al-Dawudi, Abi Bakar Yacub Ibn Ahmad al-Shairrify, Abi aI-Hasan Ali bin Yusuf aI-Juwainy, Abi al-Fadhl Ziyad Ibn Muhammad al-Hanafy, Ahmad bin Abi Nashar aI-Kufaany, Hasan bin Muhammad maniy, Abi al-Hasan Muhammad bin Muhammad al-Syayatazi dan lain sebagainya. Beliau mendengarkan hadits setelah tahun 460 H.

Di antara murid-muridnya adalah Abu Mansur Muhammad bin As'ad al-Thaary, Abu al-Fathuh Muhammad bin Muhammad al-Thay, Abu al-Mukarram Fadullah bin Muhamammad al-Nukony.

Diantara karya-karya al-Baghawy adalah Mualim al-Tanzil dalam tafsir, Syarah al-Sunnah, al-Mashabih, al-Jamu bain al-Shohihain, Tadzib dalam fiqh. Beliau tidak menerima pelajaran kecuali dalam keadaan suci, tidak tamak dalam makanan apalagi untuk mencelanya dan membubuhkan minyak dalam rnakanannya itu, beliau terkenal dengan pernimpin yang baik, beliau sudah berumur 80 tahun namun belum juga melaksanakan haji.

c. Keberadaan TafsirKitab tafsir ini berjudul Maalim al-Tanzil, kitab tafsir ini tergolong kilab tafsir besar terdiri dari 8 jilid menurut informasi yang diberikan Ibn Talmiyah dalam muqaddimah fi usul al-Tafsir. Kitab al-Baghawy merupakan ikhtisahar (ringkasan) dari tafsir karya al-Tsalaby (yang bernama al-Kasyfu al-Bayan an tafsir al-Qur'an).

Dalam karya tersebut, al-Baghawy menghindarkan tafsirnya dari hadits-hadits maudhu serta pandangan-pandangan bidah. Beliau juga menukil perkataan ulama salaf mengenai perbedaan pendapat di dalam tafsir dan tidak menguatkan satu riwayat atas riwayat yang lain.

d. Metodologi Penafsiran

Dilihat dari sumber penafsiran tafsir ini menggunakan metode bi al-Ma'sur, hal ini disebabkan ketika menafsirkan ayat-ayat al-Quran selalu detempuh dengan mengumpulkan nukilan dari kitab tafsir yang ada sebelumnya.

Masalah yang lebih banyak dikemukakan adalah masalah aqidah, hukum fiqh, qira'at, isralliyat, syair, kebahasaan dan nahwu. Kitab tafsir ini merupakan salah satu tafsir salaf yang berkaitan dengan Asma Allah, sifat-sifat-Nya, yang terhindar dari takwil-takwil yang batil. Dalam tafsir ini ayat-ayat dan penafsirkan dijelaskan dengan sangat mudah ringkas.

al-Bagahawy termasuk ulama salaf, dalam menetapkan sifat-sifat Allah dijelaskan sebagaimana adanya tanpa adanya tawil. Namun demikian terdapat juga asma-asma Allah yang ditawilkan, seperti ar-Rahmah yang ditakwilkan dengan lradah Allah untuk berbuat baik terhadap pelakunya. al-Haya ditawilkan dengan at-Tark wa al-man'u (membiarkan dan mencegah).

al-Baghawy seringkali menukil semua yang berasal dari ulama Salaf mengenai tafsir suatu ayat tanpa menyebutkan Isnad-nya. Akan tetapi bellau telah menyebutkan sanad-sanadnya hingga sampai kepada mereka itu pada mukaddimah Tafsimya. Beliau biasanya amat selektif terhadap keashihan hadits yang disandarkannya kepada Rasulullah. Sementara itu beliau tidak peduli terhadap hadits-hadits Munkar dan Maudlu (palsu) namun terkadang meriwayatkan dari al-Kalabiy dan periwayat-penwayat lemah lainnya..

al-Baghawy juga menjelaskan permasalahan-perinasalahan fiqih dengan gaya bahasa yang mudah dan menukil perbedaan yang ada tanpa mengupasnya secara panjang lebar. Beliau juga menyinggung tentang Qira'at dan jenis-jenis bacaan ayat tanpa bertele-tele. Beliau juga menyinggung tentang sebagian israiliyat namun tidak memberikan tanggapan terhadapnya. Beliau menghindari kupasan panjang lebar di dalam pembahasan Irab (penguraian anak kalimat) dan hal-hal yang terkait dengan Balaghah namun menyinggung hal-hal yang memang urgen disebutkan untuk menyingkap makna suatu ayat.e. Penilaian Ulama

Menurut al-Khazin (orang yang meringkas kitab Maalim al-Tanzil karya al-Baghawy) bahwa tafsir maalim al-Tanzil mempunyai produk karya ilmu tafsir yang tinggi kualitasnya. Disamping itu, menurut al-Khazin, al-Baghawy dianggap memiliki kualitas intelektual yang tinggi dan patut menjadi panutan ummat. Pujian senada juga dilontarkan oleh Mani Abd Al-Halim Mahmud dalam Manahij al-Mufassirin yang menyatakan bahwa al-bagahawy sebagai pribadi yang berpegang teguh pada al-Qur'an dan Sunnah sangat tinggi integritas keilmuannya dan karya tafsir yang ia susun berdasar keahliannya membawa faedah yang besar.

al-Subhi menganggap al-baghawy sebagai seorang ulama terkenal dalam mazhad al-Syafiiy.

Ibnu Taimiyah dalam muqaddimah tafsirnya mengatakan: tafsir al-baghawy lebih ringkas daripada al-Tsalaby, tafsirnya merupakan perbedaan dari hadits-hadits palsudan dari pendapat-pendapat ahli bidah.

39. Tafsir "al-Kasyaf 'An Haqoiq al-Tanzil Wa 'Uyun al-Aqowil Fi Wujuh al-Takwil" (Tafsir al- Kasyaf). KaryaImam Mahmud Bin Umar Bin Muhammad Bin Umar al-Nahwi al-Lughawi al-Muktazili al-Zamakhsyari. W. 538 H

a. Nama Tafsir:

al-Kasysyaf 'an Haqaiq al-Tanzil waUyun al-Aqawil fi Wujuh al-Taiwill b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap al-Zamakhsyary adalah Abd al-Qasim Mahmud Ibn Mahammad Ibn Umar al-Zamakhsyary. la dilahirkan di Zamakhsyar, sebuah kota kecil di Khawarijmi pada hari Rabu Tanggal 27 Rajab Tahun 467 H atau 18 Maret 1075 M., dari sebuah keluarga miskin, tetapi alim dan taat beragarna. dilihat dari masa tersebut, la lahir pada masa pemerintahan Sultan Jalal al-Din Abi al-Fath Maliksyah dengan Wazirya Nizam al-Mulk. Wazir ini terkenal sebagal orang yang aktif dalam pengembangan dan kegiatan keilmuan. Dia mempunyai kelompok diskusi yang terkenal maju dan selalu penuh dihadiri oleh para ilmuan dari berbagai kalangan.

Sejak usia menjelang remaja, al-Zamakhsyary sudah pergi merantau meninggalkan desanya pergi menuntut ilmu pengetahuan ke Bukhara, yang pada masa itu menjadi pusat kegiatan keilmuan dan terkenal dengan para sastrawan. Baru beberapa tahun belajar, ia. merasa terpanggil untuk pulang sehubungan dengan dipenjarakannya ayahnya oleh pihak penguasa dan kemudian wafat. al-Zamakhsyary masih beruntung, bisa. berjumpa. dengan Ulama' terkemuka di Khawarizim, yaitu Abu Mudar al-Nahwy (w. 508 H), berkat bimbingan dan bantuan yang diberikan Abu Mudar, ia berhasil menjadi murid yang terbaik, menguasai bahasa dan sastra Arab, logika, filsafat dan ilmu kalam.

Al-Zamakhsyary juga dikenal sebagai yang berambisi memperoleh kedudukan di pemerintahan. Setelah merasa tidak berhasil dan kecewa melihat orang-orang yang dari segi ilmu dan akhlaq lebih rendah dari dirinya diberi jabatan-jabatan yang tinggi oleh penguasa, sementara ia sendiri tidak mendapatkannya walaupun telah di promosikan oleh guru yang sangat di hormatinya, Abu Mudar. Keadaan itu memaksanya untuk pindah ke Khurrasan dan memperoleh sambutan baik serta pujian dari kalangan pejabat pemerinttahan Abu al-Fath Ibn al-usain al-Dastani dan kemudian Ubaidillah Nizam al-Mulk. Di sana, ia di angkat menjadi sekretaris (katib) tetapi karena tidak puas dengan jabatan tersebut, la pergi ke pusat pemerintahan Daulah Bani Saljuk, yakni kota Isfahan.

Setidaknya ada dua kemungkinan mengapa al-Zamakhsyary selalu gagal dalam mewujudkan keinginannya duduk di pemerintahan. Kemungkinan pertama, karena ia bukan saja ahli Bahasa dan Sastra Arab saja, tetapi juga seorang tokoh Mutazilah yang sangat demonstratif dalam menyebar-luaskan fahamnya, dan ini membawa dampak kurang disenangi oleh beberapa kalangan yang tidak berafiliasi pada Mutazilah. Kedua, mungkin juga karena kurang didukung kondisi jasmaninya, al-Zamakhsyary memiliki cacat fisilk, yaitu kehilangan satu kakinya.

Akan tetapi, setelah terserang sakit yang parah pada tahun 512 H, angan-angamya untuk mendapatkan jabatan di pemerintahanpun segera sirna. Al-Zamakhsyary lalu pergi melanjutkan perjalanannya ke Baghdad. DI sini ia mengikuti pengajian Hadits oleh Abu al-Khattab al-Batr Abi Saidah al-Syafani, Abi Mansur al-Harisi, dan mengikuti pengajian fiqh oleh ahli fiqh Hanafi, al-Damagani al-Syarif Ibn al-Syajary. Ia bertekad membersihkan dosa-dosanya yang lalu dan menjauhi penguasa, menuju penyerahan diri kepada Allah SWT. Dengan melawat ke Makkah selama dua tahun. Di kota sucl ini ia suntuk mempelajari kitab Sibawaihi, pakar gramatika Arab yang terkenal (w.518 H). ia juga menyempatkan diri mengunjungi banyak negeri di Jazirah Arab. Kerinduannya pada kampung halaman membawanya pulang kembali, setelah al-Zamakhsyary menyadari usianya yang semakin lanjut, timbul lagi kegairahannya untuk pergi ke Makkah. la tiba kembali di sana untuk yang kedua kalinya pada tahun 256 H. dan menetap selama tiga tahun yaitu mulai tahun 256-259 H. atau 1132-1135 M, bertetangga dengan Baitullah sehingga la mendapat gelar Jar Allah. Dari Makkah ia pergi lagi ke Baghdad dan selanjutnya ke Khawarizm. Beberapa tahun setelah berada di negerinya itu, ia wafat di Jurjaniyah pada malam arafah tahun 538 H.

Al-Zamakhsyary membujang seumur hidup. Sebagian besar waktunya di abdikan untuk ilmu dan menyebarluaskan faham yang di anutnya, seperti sering di lakukan kalangan ulama Mutazilah pendahulunya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila para penulis biografinya mencatat kurang lebih 50 buah karya tulisnya yang mencakup berbagai bidang. Sebagian karya al-Zamakhsyary ada yang masih berbentuk manuskrip.

Selain kitaf tafsir ini al-Zamakhsary juga mempunyai karya-karya yang lain dal;am berbagai disiplin ilmu, yaitu:

1. Dalam bidang tafsir: al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa 'Uyun al-Aqawil fi Wujud al-Tawil

2. Dalam bidang hadits: al-Faiq fi Gharib al-Hadits.

3. Dalam bidang fiqh: al-Raid fi al-Faraid.

4. Dalam bidang ilmu bumi : al-Jibal wa al-Amkinah.

5. Dalam bidang akhlaq: Mutasyabih asma al-Ruwat, al-Kalim al-Nabawiy fi al-Mawaiz, al-Nasaih al-Kibar, al-Nasaih al-Sighar, Maqamat fi al-Mawaiz, kitab fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah.

6. Dalam bidang sastra: Diwan Rasail, Diwan al-Tamtsil, Tasliyat al-Darir.

7. Dalam bidang ilmu Nahwu: al-Namuzaj fi Nahw, syarkh kitab Syibawaih, Syarh al-Mufassal fi Nahw.

8. Dalam bidang bahasa: Asas al-Balaghah, Jawahir al-Lughah, al-Ajnas, Muqadimah al-Adab fi al-Lughah.

c. Keberadaan Tafsir

al-Zamakhsyary menulis kitab tafsirnya yang berjudul al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Tawil bermula dari permintaan suatu kelompok Mutazilah. Dalam muqaddimah tafsir al-Kasysyaf disebutkan sebagai berikut: .. mereka menginginkan adanya sebuah kitab tafsir, dan mereka meminta saya supaya mengungkapkan hakikat mana al-Quran dan semua kisah yang terdapat di dalamnya, termasuk segi-segi penakwilannya .....

Didorong oleh permitaan di atas, al-Zamakhsyary menulis sebuah kitab tafsir, dan kepada mereka yang meminta didiktekan mengenai fawatih al-suwar dan beberapa bahasan tentang hakikat-hakikat dari surat al-Baqarah. Penafsiran al-Zamakhsary ini nampaknya mendapat sambutan hangat di berbagai negen. Dalam perjalanannya yang ke dua di Makkah, banyak tokoh yang di jumpainya menyatakan keinginannya untuk memperoleh karnyanya itu. Bahkan setelah tiba di Makkah, ia di beri tahu bahwa pemimpin pemenntah Makkah, Ibn Wahhas, bermaksud mengunjunginya ke Khawarizm untuk mendapatkan karya tersebut. Semua itu menggugah semangat al-Zamakhsyary untuk memulai menulis tafsirnya, meskipun dalam bentuk yang lebih ringkas dari yang telah didiktekan sebelumnya.

Berdasar desakan pengikut-pengikut Mutazilah di Makkah dan atas dorongan al-Hassan 'Ali Ibn Hamzah Ibn Wahhas, serta kesadaran dirinya sendiri, akhimya al-Zamakhsyary berhasil menyelesaikan penulisan tafsirnya dalam waktu kurang lebih 30 bulan. Penulisan tafsir tersebut dimulai ketika ia berada di Makkah pada tahun 526 H. dan selesai pada hari senin 23 Rabi'ul Akhir 528 H.

Penafsiran yang di tempuh al-Zamakhsyary dalam karyanya ini sangat menarik, karena uraiannya singkat tapi jelas, sehingga para ulama Mutazilah mengusulkan agar tafsir tersebut dipresentasikan pada para ulama Mutazilah dan mengusulkan agar penafsirannya dilakukan dengan corak Itizaly, dan hasilnya adalah tafsir al-Kasysyaf yang ada sekarang ini.

Pada tahun 1968, tafsir al-Kasysyaf di cetak ulang pada percetakan Mustafa al-Babi al-Halabi, Mesir, dalam empat jilid. Jilid pertama diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Maidah. Jilid kedua diawali dengan surat al-Anam dan diakhiri dengan surat al-Anbiya. Jilid ketiga diawali dengan surat al-Hajj dan diakhiri dengan surat al-Hujurat. Jilid keempat diawali surat al-Qaf dan diakhiri dengan surat al-Nas

d. Metodologi Penafsiran.

Tafsir al-Kasysyaf disusun dengan tartib mushafi, yaitu berdasarkan urutan surat dan ayat dalam mushaf utsmani, yang terdiri dari 30 juz berisi 114 surat, dimulai dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas. Setiap surat diawali dengan basmalah, kecuali surat al-Taubah.

Dalam menafsirkan al-Quran, al-Zamakhsary lebih dahulu menuliskan ayat al-Quran yang akan di tafsirkan, kemudian mulai menafsirkannya dengan mengemukakan pemikiran rasional yang didukung dengan dalil-dalil dan riwayat (hadits) atau ayat al-Quran, baik yang berhubungan dengan sabab al-nuzul suatu ayat atau dalam hal penafsiran ayat. Meskipun demikian, ia tidak terikat oleh riwayat dalam penafsirannya. Dengan kata lain, kalau ada riwayat yang mendukung penafsirannya ia akan mengambilnya, dan kalau tidak ada riwayat, ia akan tetap melakukan penafsirkannya.

Jika diteliti dengan cermat, ayat demi ayat, surat demi surat, maka nampaklah dengan jelas bahwa metode yang dipergunakan al-Zamakhsary dalam penafsirannya adalah metode tahlily, yaitu meneliti makna kata-kata dan kalimat-kalimat dengan cermat. la juga menyingkap aspek munasabah, yaitu hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya atau antara satu surat dengan surat lainnya, sesuai dengan tertib susunan surat-surat dalam mushaf usmani. Untuk membantu mengungkapkan ayat-ayat, ia juga menggunakan riwayat-riwayat dari para sahabat dan para tabiin, dan kemudian mengambil konklusi dengan pandangan atau dengan pemikirannya sendiri.

Karena sebagian besar penafsirannya berorientasi kepada rasio (rayu), maka tafsir al-Kasysyaf dapat dikategorikan pada tafsir bi al-rayi, meskipun pada beberapa penafsirannya menggunakan dalil naql (nas al-Quran dan hadist).

Mengenai corak tafsir al-Kasysyaf, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. al-Zamakhsyary terkenal sebagai seorang yang ahli dalam bahasa Arab, yang meliputi sastranya, balaghahnya, nahwunya, atau gramatikanya. Oleh karena. itu tidak mengherankan kalau bidang-bidang keahliannya itu juga sangat mewarnai hasil penafsirannya, al-Zahabi misalnya, menyatakan bahwa penafsiran al-Zamakhsary lebili banyak berorientasi pada aspek balaghah, untuk mengungkap keindahan dan rahasia yang terkandung dalam al-Quran. Sehingga tafsir al-Kasysyaf sangat terkenal di negara-negara Islam di belahan timur, karena disana perhatian masyarakat pada kesusastraan sangat besar. Subhi al-salih juga menyatakan hal yang sama, bahwa tafsir al-Kasysyaf mempunyai keistimewaan dalam mengetengahkan aspek balaghah dan membuktikan beberapa bentuk Ijaz dengan cara adu argumentasi. Tafsir al-Kasysyaf uraiannya jelas dan tidak bertele-tele.

2. al-Zamakhsaryt adalah seorang teolog (mutakallimin) sekaligus seorang tokoh Mutazilah. Kedua predikat ini juga. mewarnai penafsirannya yang tertuang dalam tafsir al-Kasysyaf, sehingga tafsir tersebut juga memiliki corak teologis dan lebih khusus lagi corak Mutazilah (laun al-Itizah)

al-Zamakhsyary sebagai tokoh Mutazilah yang benar-benar menguasai bahasa Arab dan balaghah, sering menggunakan keahliannya itu untuk membela alirannya, jika menemukan dalam al-Quran suatu lafaz yang tampaknya tidak sesuai dengan Mutazilah, la berusaha dengan segenap kemampuannya untuk membatalkan makna yang tampak dan menetapkan makna lainnya yang terdapat dalam bahasa.

Al-Zamakhsyary juga memperlihatkan keberpihakannya pada Mutazilah dan membelanya secara gigih, dengan menarik ayat mutasyabihat pada muhkamat. Oleh karena itu, ketika ia menemukan suatu ayat yang tampaknya bertentangan dengan prinsip-prinsip Mutazilah, ia. akan mencari jalan keluar dengan cara mengumpulkan beberapa ayat, kemudian mengklasifikasikannya pada ayat muhkamat dan mutasyabihat, ayat-ayat yang sesuia dengan paham Mutazilah di kelompokkan kedalam ayat muhkamat, sedangkan ayat-ayat yang tidak sesuai dengan pahan Mutazilah di kelompokkan kedalam ayat mutasyabihat, kemudian ditakwilkan agar sesuai dengan prinsip-prinsip Mutazilah.

e. Penilaian Uama.

Dikalangan para ulama, tafsir al-Kasysyaf sangat terkenal karena kepiawaian al-Zamakhsyary dalam mengungkap kemukjizatan al-Quran, terutama mengena keindahan balaghahnya. Mereka bahkan mengatakan bahwa tafsir inilah yang pertma kali menyingkap kemujizatan al-Quran secara sempurna. Namun tiada gading yang tak retak. Di samping mempunyai kelebihan, tafsir ini juga mempunyai kelemahan dan kekurangan, berikut ini beberapa penilaian ulama terhadap tafsir al-Kasysyaf.

1. Imam Busykual

Setelah mengadakan penelitian terhadap dua tafsir, yaitu tafsir ibn Athiyyah dan tafsir al-Zamakhsyary, Busykual berkesimpulan bahwa tafsir ibn Athiyah banyak mengambil sumber dari naql, lebih luas cakupannya dan lebih bersih, sedangkan tafsir al-Zamakhsary lebih ringkas dan lebih mendalam. Hanya saja al-Zamakhsyary sering menggunakan kata-kata yang sukar dan menggunakan syair, sehingga mempersulit pembaca untuk memahaminya, dan sering menyerang mazhab lain. Hal ini terjadi karena ia berusaha membela mazhabnya, mazhab Mutazilah.

2. Haidar al-Harawy

Haidar al-Harawy menilai bahwa tafsir al-Kasysyaf merupakan kitab tafsir yang sangat tinggi nilainya. Tafsir-tafsir sesudahnya menurut Haidar tiada satupun yang dapat menandinginya, baik dalam kemudahan maupun kedalamannya, kalaupun ada, maka penyusunannya hanya mengutip apa adanya, tanpa mengubah sedikitpun baik susunan kata maupun kalimatnya.

Tafsir al-Kasysyaf sangat terkenal di berbagai negara dan menaburkan mana dan kandungan al-Quran dalam setiap kalbu insan, bagaikan matahari di siang hari menyinari seluruh daratan bahari. Namun bukan berarti bahwa al-Kasysyaf adalah sempurna tanpa kekurangan. Menurut Haidar, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada al-Kasysyaf antara lain:

a. Sering melakukan penyimpangan mana dan lafadz tanpa di pikirkan lebih mendalam, dan menafsirkan ayat dengan panjang lebar, seakan-akan manutupi kelemahannya, serta penuh dangan pemikiran Mutazilah.

b. Terlalu banyak menghadirkan syair-syair dan peribahasa yang penuh kejenakaan, yang jauh dari tuntunan syari'at.

c. Sering menyebut ahl al-sunnah wa al-jama'ah dengan sebutan yang tidak sopan, bahkan kadang-kadang mengkafirkan mereka dengan sindiran-sindiran. Ini adalah suatu perilaku yang tidak layak di sandang oleh ulama yang baik.

3. Ibn Khaldun

Ketika membahas pentingnya lughah,Irab dan balaghah dalam memahami al-Quran, Ibn Khaldun mengatakan bahwa di antara tafsir yang baik dan dan paling mampu mengungkapkan al-Quran dengan pendekatan bahasa dan balaghah, adalah tafsir al-Kasysyaf. Hanya saja penyusunnya bermazhab Mutazilah dalam masalah aqidah. Dengan balaghah ia membela mazhabnya dalam menafsirkan al-Quran, karena itu sebagian ulama menentangnya dengan balaghah dalam pengertian ahl al-sunnah, bukan menurut pengertian Mutazilah.

4. Mustafa al-Sawi al-Juwaini

al-Sawy berpendapat bahwa al-Zamakhsyary adalah seorang ulama Mutazilah yang sangat fanatik dalam membela paham Mutazilah, sehingga penafsirannya sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Mutazilah. Olehkarena itu, tafsirnya seakan-akan merupakan pembelaan Mazhab Mutazilah

40. Tafsir "al-Muharrar al-Wajiz Fi tafsir al-Kitab al-'Aziz" (Tafsir Ibnu Athiyah). Karya Imam al-Qodhi Abu Muhammad Abdul Haq Bin Ghalib Bin Abdir Rahman. W. 541 H

a. Nama Tafsir

al-Muharrir al-Wajiz fi tafsir Kitab al-Aziz

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap Ibnu ayhiyah adalah abd al-haqq bin Ghalib bin Athiyah al-Andalusi. Ia dilahirkan pada tahun 481 H. dan wafat pada tahun 546 H.

Ibnu athiyah adalah salah seorang hakim terkenal dari Spanyol selama masa keemasan Islam. Ia dibesarkan dilingkungan para pecinta ilmu dan keluarga terhormat. Ia adalah salah seorang hakim yang mempunyai reputasi tinggi dan ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan, hadits, tafsir, bahasa dan sastra. Ia juga seorang tokoh terkemuka dari madzhab Maliki.

Diantara gurunya adalah ayahnya sendiri yakni Abu Bakar Ghalib Ibnu Athiyah seorang imam yang hafiz. Guru yang lainnya adalah Abi Ali al-Ghassany dan al-Shafdy. Murid-muridnya yang terkenal adalah Abu bakar ibni Abi hamzah, Abu al-Qasim bin Jaiz, Abu jafar bin Mudho.

Selain itu ia juga ahli tata bahasa, pakar bahasa, ahli filologi, ahli penyusunan kamus (leksiografer), penulis dan penyair. Ia terkenal dengan kepiawian dan kecemaerlangan dan kecerdasannya.

c. Keberadaan Tafsir

Tafsir ini, dalam bentuk manuskripnya, terkenal karena pembahasannya yang ekklusif. Terdapat 10 (sepuluh) jilid besar yang hingga kini masih eksis.

Al-Dzahaby menyebutkan bahwa di dar al-Kutub al-Misriyah kitab tafsir ini berjumlah empat jilid, yaitu jilid III, V, VII, dan X.

Tafsir Ibnu Athiyah lebih baik daripada kebanyakan tafsir lain, meskipun tafsir ini memiliki beberapa hal yang tidak shahih.

d. Metodologi Penafsiran

Tafsir ini tergolong tafsir bi al-matsur karena sebagaian besar penafsirannya bersandar pada riwayat. Namun demikian tafsir ini tidak membatasi pada riwayat saja tetapi juga didalamnya ditambahkan semangat ilmiah sebagai refleksi kecerdasan pengarangnya hingga tafir ini semakin mempesona dan diogemari para pembacanya.

Tafsir ini banyak menukil dari tafsit al-Thabary, dan riwayat-riwayat dari kaum salaf yang dinukil dengan sesekali dikomentari dan sesekali tidak diberi penjelasan. Tafsir ini banyak juga yang menggunakan syiir Arab sebagai penguat penafsiran yang dijelaskannya.

e. Penilaian UlamaIbnu Taimiyah dalam fatwanya membuat perbandingan antara Tafsir Ibnu Athiyah dengan tafsir al-Zamakhsary dan beluai mengatakan: Tafsir Ibnu Athiyah lebih baik daripada tafsir al-Zamakhsary dan lebih akurat dalam pengambilan sumber-sumber dari periwayatannya, selain itu beliau juga mengatakan Tafsir Ibnu Athuyah lebih menyerupai ahli sunnah wa al-jamaah dan lebih selamat dari bidah disbanding dengan zamakhsary.

Dalam muqaddimah tafsirnya Ibnu Hayyan juga membandingkan kitab tafsir Ibnu Athiyah dengan tafsir al-Zamakhsary dengan berkomentar: Tafsir Ibnu Athuyah lebih manqul (dominan tafsir bi al-Matsurnya), lebih padat dsan lebih murni, sedang tafsir al-Zamakhsary lebih ringkas dan lebih dalam.41. Tafsir Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran karya Abu Aly al-Fadl bin al-Hasan al-Thibrisy al-Thusy (468 H, - 548 H).

a. Nama Tafsir

Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Aly al-Fadl bin al-Hasan al-Thibrisy al-Thusy atau lebih dikenal dengan nama Syeikh al-Turusy. Syeikh al-Thurusy lahir pada tahun 468 H, di Tubrustan Khurasan. Tetapi ada yang mengatakan bahwa Syeikh al-Turusy berasal dari T}ubrus kota Qum. Syeikh al-Thurusy termasuk salah satu ulama Syiah dua belas. Meninggal pada tahun 548 H.

Diantara karya-karyanya adalah Tafsir Jawami al-Jami, al-Kafy al-Syafi an al-Kasysyaf dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Syeikh al-Turusy mempunyai dua kitab tafsir yaitu, Majma al-Bayan dan Jawami al-Jami. Kedua tafsir ini sama-sama terkenal di kalangan umat Islam Syiah, khususnya Majma al-Bayan. Di dalam tafsir Majma al-Bayan memuat bernagai macam pembahasan ilmiah, seperti bahasa, irab, naz}m dan sabab nuzul.

Tafsir ini disusun dengan cara menampilkan surat dan menyebutkan Makkiyah dan Madaniyahnya. Selain itu, tafsir ini juga memuat banyak tetang perbedaan pandangan di kalangan ulama tafsir seputar jumlah ayat yang terkandung dalam setiap surat, perbedaan qiraat. Setelah menerangkan beberapa poin pokok, kemudian diterangkan pula hal-hal yang berkaitan dengan ayat seperti, alasan mengapa kata ini atau itu mesti ditafsirkan demikian, hukum yang terkandung di dalamnya, kisah, tawil dan kesesuaian ayat dengan ayat yang lain.

Kitab tafsir ini dicetak beberapa kali diMesir, Iran, Bairut, Iraq dan negara-negara Islam lainnya. Di Teheran kitab ini dicetak oleh Maktabah al-Ilmiyah al-Islamiyah dengan tahqiq Abu al-Hasan al-Syarany dengan jumlah 10 jilid. Pada tahun 1382 H. Percetakan Dar al-Taqrib Kairo mencetak kitab ini dengan jumnlah 12 jilid dengan diberi muqaddimah oleh Ahmad Syalthut.

42. Tafsir "Zad al-Masir Fi Ilm al-Tafsir" (Tafsir al-Jauzi). Jamaluddin Abul Farag, Abdurrahman Bin Abi al-Hasan/terkenal dengan Imam Ibnu al-Jauzi. W. 597 H

43. Tafsir "Mafatih al-Ghaib" atau "al-Tafsir al-Kabir" (Tafsir al-Razi). Karya Imam Abu Abdillah, Muhammad Bin Umar Bin Husain al-Qurasyi aL-Razy al-Tabrastani al-Syafi'i. W. 639 H

a. Nama Tafsir:

Mafaatih al-Ghaibb. Riwayat Hidup PengarangNama lengkap al-Razy adalah Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Husain bin Hasan bin Ali al-Tamimy al-Bakry al-Thabaristany al-Razy. Kemudian dijuluki dengan nama Fakhruddin al-Razy. Lahir tahun 543 H./1149 M atau 544 H/1150 M. Wafat di kota Heart (alray) pada tahun 606 H./1209 M. Menurut sebagian riwayat bahwa ia wafat diracun oleh kelompok Karramiyah akibat seringnya adanya perdebatan dengan mereka hingga saling mengkafirkan.

al-Razy adalah seorang ulama yang banyak menguasai disiplin ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu aqliyah, ia menguasai ilmu logika, filsafat, dan sangat menonjol dalam ilmu kalam (teologi Islam). Saking menguasainya dalam berbagai ilmu hingga ia menjadi seorang imam (pakar) dalam bidang tafsir, ilmu kalam, ilmu bahasa dan ilmu logika.

Mula-mula belajar pada ayahnya Dliya al-Din (dikenal dengan nama al-Khatib al-Ray), kemudian belajar pada al-Kamal al-Samany, al-Majd al-Jaily, dan ulama-ulama semasanya. Selain belajar di kota kelahirannya al-Razy juga belajar di kota Khawarizm, Bukhara dan samarkand. Sekitar tahun 582 H./1185 M. ia bekerja di Ghazna dan Hindi, kemudian menetap di Heart dibawah perlindungan Sultan Gharid dan Khawarizmsyah.

al-Razy termasuk ulama yang produktif, ia mempunyai banyak karangan, antara lain dalam bidang tafsir dan ilmu al-Quran terdapat Mafatih al-Ghaib, al-Burhan fi Qiraah al-Quran, Durrah al-Tanzil wa Ghurrah al-Tawil fi Ayat al-Mutasyabihat, dalam bidang kalam terdapat al-Mathalib al-Ulya, Kitab al-Bayan wa al-Burhan fi al-Radd ala Ahl al-Zaigh wa al-Tughyan, dalam bidang ushul fiqh terdapat al-Muhashshal fi Ushul al-Fiqh, dalam bidang filasafat terdapat Syarakh al-Isyarah wa Tanbihat li Ibn Sina, dan lain-lainnya.c. Keberadaan Tafsir

Karya tafsir al-Razy ini berjudul Mafatih al-Ghaib, kitab tafsir ini tergolong kitab tafsir besar terdiri dari 8 jilid. Menurut al-Qadly Syuhbah kitab tafsir ini tidak sempat diselesaikan oleh al-Razy, ia hanya sampai pada surat al-Anbiya saja, kemudian tafsir ini diteruskan oleh orang lain, yaitu Ahmad bin Muhammad Ibn al-Hazm Makky Najm al-Din al-Makhzumy (wafat 727 H.) menurut Ibn Hajar. Adapun menurut pengarang kitab Kasy al-Dhunun yang meneruskan adalah Najm al-Din Ahmad bin Muhammad al-Qamuly (wafat 727 H.) dan Syihab al-Din bin Khalil al-Khauby al-Dimasyqy (wafat 629 H.).

Meskipun demikian, pembaca tafsir ini tidak akan mendapatkan perbedaan tentang metode dan alur pembahasan dalam penafsiran ayat-ayat al-Quran.

Menurut al-Dzahaby di antara bukti bahwa tafsir ini tidak diselesaikan oleh al-Razy dengan sempurna yaitu penjelakasan tafsir ini pada penafsiran surat al-Waqiah: 24. Berkaitan dengan ayat ini terdapat penjelsaan: masalah pertama adalah masalah pokok sebagaimana dijelaskan oleh imam fakhruddin al-Razy diberbagai tempat Penjelasan ini mengindikasikan bahwa yang menafsirkan ayat ini bukanlah al-Razy tetapi ulama lain.

d. Metodologi Penafsiran

Di tinjau dari urutan ayat-ayat yang ditafsirkan tafsir ini menggunakan metode Tahlily sedang dari sumber penafsiran menggunakan metode bi al-Rayi. Selain metode di atas al-Razy juga menggunakan metode analisis dengan menjelaskan korelasi antar ayat. Korelasi antar ayat tidak hanya sekedar dijelaskan dengan ayat tertentu bahkan terhadap berbagai ayat dalam al-Quran Tafsir ini juga banyak menguraikan ilmu-ilmu eksakta, fisika, falak, filsafat dengan mengemukakan argumen rasional para folosof serta berbagai macam pandangan ahli fiqh.

Selain itu masalah bahasa dan kebalaghian al-Quran juga sering dikemukakan, hingga seakan-akan kitab tafsir ini merupakan ensiklopedi ilmu kalam, kosmologi, fisika dan ilmu-ilmu eksakta lainnya.

Dengan demikian kitab tafsir ini menjelaskan segala hal berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu selama mempunyai relevansi dengan ayat yang ditafsirkan.

e. Penilaian Ulama

Pada dasarnya kitab tafsir ini tergolong kitab tafsir bi al-rayi mahmud karena penafsirannya sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran, hanya saja karena tafsir ini menjelaskan secara panjang lebar tentang berbagai macam disiplin ilmu baik berkaiatn dengan keagamaan atau masalah umum, maka kitab tafsir ini kemudian menuai kritik minor dari sebagian ulama.

Berkaiatan dengan tafsir ini pengarang kitab Kasy al-Dhunun berkata: al-Razy memenuhi tafsirnya dengan pendapat-pendapat kaum ahlu hikmah dan filosof sehingga orang yang melihatnya merasa taajub (heran). Ibnu Hayyan berkomentar: Imam al-Razy memasukkan segala sesuatu dalam tafsirnya yang sebenarnya tidak dibutuhkan dalam ilmu tafsir, hingga sebagian ulama menyatakan bahwa dalam tafsir al-Razy ini terdapat segala sesuatu kecuali tafsir.44. Tafsir Rahmah min al-Rahman fi Tafsir wa Isyarat al-Quran, karya Muhammad bin Aly bin Muhammad bin Abdullah al-Araby (560 H 638 H).

a. Nama Tafsir

Rahmah min al-Rahman fi Tafsir wa Isyarat al-Quranlb. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Aly bin Muhammad bin Abdullah al-Araby atau lebih dikenal dengan al-Syeikh al-Akbar dan Sheikh Muhy al-Din bin Araby. Ia lahir pada tahun 560 H./1165 M. dan merupakan seorang tokoh sufi terkenal. Sheikh Muhy al-Din bin Araby meninggal pada tahun 638 H.

Diantara karya-karyanya adalah: al-Futuhat al-makkiyah, Qushush al-Hikam, Diwan al-Syaikh, Rauh al-Quds fi al-tarjamah an al-Quran dan lain-lain.

c. Keberadaan dan metodologi Tafsir

Tafsir karya Sheikh Muhy al-Din bin Araby ini dikenal dengan nama Rahmah min al-Rahman fi Tafsir wa Isyarat al-Quran. Tafsir ini tidak memuat keseluruhan ayat al-Quran, akan tetapi tafsir atas ayat-ayat yang ada kaitannya dengan dunia sufi. Secara sistematika, tema-tema yang ada di dalam kitab tafsir ini disusun sesuai dengan urutan mushaf al-Quran.

Dalam menafsirkan ayat al-Quran terlebih dahulu menghadirkan makna dhahir ayat kemudian meriwayatkan makna lain kemudian menjelaskan dengan dhahir dan isyarat.

Tidak banyak menjelaskan riwayat-riwayat israiliyat bahkan mengingkari riwayat-riwayat tersebut.

Kitab tafsir ini dicetak pertama kali di Damaskus oleh Mathbaah Nashar tahun 1410 H./1989 M. dengan jumlah 4 jilid.

45. Tafsir "Amaly Fi Tafsir al-Quran". Karya Syaih al-Islam, Izzuddin, Abdul Aziz Bin Abdissalam al-Masry al-Syafi'i. W. 660 H

TAFSIR PERIODE PERTENGAHAN (Tahun 656 H /XII H.) (masa ulama mutaakhkhirin)

1. Tafsir "al-Jami' Li Ahkam al-Quran" (Tafsir al-Qurthubiy). Karya Imam Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakar Bin Farah al-Anshoriy al-Khazraji al-Andalusiy. Malikiy al-Madzhab. W. 671 H

a. Nama Tafsir:

al-Jami li Ahkam al-Quran

b. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap al-Qurthuby adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakar ibn Farh al-Anshary al-Khazrajy al-Andalusi. Tidak ada penjelasan tentang waktu lahirnya tetapi beliau wafat pada tahun 671 H.

Sebagian riwayat menjelaskan bahwa al-Qurthuby termasuk seorang hamba Allah yang shaleh, ahli zuhud dan ulama yang arif dalam madzhab maliki. Saking zuhudnya hingga ia hanya mempunyai satu pakaian dan satu kopyah semasa hidupnya.

Diantara gurunya adalah Abi al-Abbas Ibn Umar al-Qurthuby, Abiu Ali al-hasan ibn Muhammad al-Bakry.

Hidupnya banyak dicurahkan untuk tawajjuh kepada Allah dan mengarang hingga mempunyai banyak karangan. Diantara karya-karyanya adalah: al-Jami li Ahkam al-Quran, syarkh Asmaul Husna, Kitab al-Tidzkar fi Afdhal al-Adzkar, Kitab Tadzkirah li Umur al-Akhirah, Syarkh al-Tuqsha, Kitab Qam al-Hirshy bi al-Zuhd wa al-Qnaah dan lain-lainnya. Sebagian karyanya dalam bidang taswwuf.

c. keberadaan tafsir

Tafsir al-Qurthuby termasuk tafsir yang besar. Dalam tafsir ini pengarang tidak membatasi penafisrannya pada ayat-ayat yang terkait dengan hokum saja tetapi semua ayat ditafsirkan sesuai dengan urutan surat dalam mushhaf.

Tafsir ini sangat luas dalam mengkaji ayat-ayat hokum, di adalamnya dikemukakan berbagai masalah khilafiyah. Selain itu diketengahkan pula dalil-dalil yang dikemukakan dengan diberikan komentar. Pengarangnya tidak fanatik terhadap madzhab Maliki walaupun ia pendukung madzhab tersebut.

Dalam tafsir ini pengarang juga melakukan konfrontasi terhadap sejumlah golongan seperti Mutazilah, Syiah, para ahli filsafat, kaum sufi dan lain-lainnya tetapi dengan bahasa yang halus dan sopan.

Kitab tafsir ini sempat hilang dari perpustakaan hingga akhirnya dicetak oleh Dar al-Kutub al-Misriyah pada mulanya, kemudian dal al-Fikr serta percetakan-percetakan lainnya. Kitab ini berjumlah sekitar 23 jilid besar.

d. metodologi penafsiran

Ditinjau dari sumber penafsiran tafsir al-Qurthuby termasuk tafsir bi al-rayi. Dari segi cara penjelasannya termasuk tafsir muqarin. Dari segi keluasan penjelasannya termasuk itnaby. Dari segi sasaran dan tertib ayat-ayat yang ditafsirkan termasuk tafsir tahlily.

Kecenderungan tafsir ini adalah fiqhy terutama madzhab Maliky.

Metode yang ditempuh adalah mula-mula menampilkan ayat-ayat al-Quran yang akan ditafsirkan. Kemudian menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan mengemukakan asbab nuzul (jika ada), macam-macam qiraat, Irab, penjelasan lafadz-lafadz yang gharib, mengkaitkan pendapat para ulama.

Selain metode di atas dalam kitab tafsir ini pengerang menyediakan paragraph khusus bagi penjelasan ahli tafsir dan ahli sejarah kemudian mengutip pendapat mereka yang dipercaya. Selain itu juga mengutip pendapat para ulama terutama yang ahli hokum dan ulama tafsir sepeti: al-Thabary, Ibn Athiyah, Ibn Araby, al-Jashshash dan lain lainnya.

e. nilai tafsir

Tafsir al-Qurthuby termasuk tafsir bi al-Rayi yang mahmud karena penafsiran terhadap ayat-ayat al-Quran dalam tafsir ini sesuai dengan kaidah-kaidah penafisran al-Quran. Terhadap ayat-ayat yang akan ditafsirkan selalu dikemukakan riwayat-riwayat dengan sanad yang lengkap, selain itu dikemukaan juga asbab nuzul dan ilmu-ilmu yang terkait dengan panfsiran juga ditampilkan.

Berkaitan dengan tafsir ini Ibnu Farkhun berkata: Tafsir al-Thabary adalah tafsir yang paling agung dan banyak memberikan faedah. Di dalamnya dijelaskan hukum-hukum beserta dengan dalil-dalilnya, qiraat dan nasakh mansukh juga kerap kali dijelaskan dalam tafsir ini

2. Tafsir " Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Takwil" (Tafsir al-Baidhawi). Karya Qodhi al-Qudhoh, Abdullah Bin Umar al-Baidhawi al-Syafi'i. W. 691 H / 685 Ha. Nama Tafsir

Anwar al-Tanzil wa asrar al-Ta'wilb. Riwayat Hidup Pengarang

Nama pengarang tafsir ini adalah Nashiruddin Abu al-Khair Abdullah bin Umar al-Baidhawy (w. 685 H), dilahirkan di kota Baida, sebuah daerah yang berdekatan dengan kota Syiraz di daerah Iran bagian selatan. Kota tempat kelahiran al-Baidhawy ketika itu merupakan kota pusat ilmu pengetahuan hingga ia lebih mudah untuk mengusasi ilmu-ilmu agama hingga menjadi seorang hakim agung, namun demikian ia akhirnya mengundurkan diri dari hakim agung.

Selepas mengundurkan diri dari hakim agung, al-Baidhawy mengembara ke Tabriz hingga akhirnya meninggal dunia. Di Kota Tabriz inilah beliau menulis karya tafsirnya ini. Selain mengusai ilmu tafsir al-Baidhawy juga menguasai ilmu fiqh, ilmu ushul fiqh, teologi, nahwu, mantiq dan sejarah, hal ini terbukti dengan karya dalam ilmu-ilmu tersebut.

Diantara karya-karya al-Baidhawy adalah: Kitab Minhaj al-Wushul, Tawali al-Anwar Anwan al-Tanzil dan lain-lain.

c. Keberadaan Tafsir

Ada du alasan yang mendasar tentang penulisan kitab tafsir ini, hal ini sebagaimana dinyatakan oleh al-Baidhawy sendiri dalam muqaddimah tafsirnya, yaitu:

1. Ilmu tafsir adalah ilmu yang tertinggi. al-Baidhawy menyatakan: Sesungguhnya ilmu yang paling tinggi derajatnya dan paling mulia adalah ilmu tafir, ilmu ini adalah pemimpin ilmu-ilmu agama dan kepalanya, pondasi dasar ilmu-ilmu agama.

2. Melaksanakan apa yang diniatkan seja lama. Dalam kaitan ini al-Baidhawy menyatakan: Saya telah lama berkeinginan menulis kitab tafsir sesuai dengan yang telah saya pelajari dari para sahabat, tabiin dan para kaum salaf. Kitab yang akan mencakup pikiran-pikiran saya dan mereka yang sebelum saya. Didalamnya mencakup qiraat dari delapan imam.

Dalam penulisan tafsir ini al-Baidhawy mendapat bimbingan dari gurunya yaitu Syekh Muhammad al-Khaththaby, salah seorang ulama yang menyarankan al-Baidhawy mengundurkan diri dari jabatannya hakim agung.

Tafsir al-Baidhawy sangat popular di kalangan kaum muslimin maupun orang-orang Barat. Bahkan populernya tafsir ini didunia barat menyamai populernya tafsir jalalain di dunia Islam, hingga sebagian tafsir ini yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan perancis.

Eric F.F.L. Bishop menerjemahkan penafsiran surat Yusuf dari tafsir al-Baidhawy dalam karyanya yang berjudul: The light of Intspiration and the Secret of Interpretation of the Chapter of Yoseph (surat Yusuf) with the Commentary of nashir ad-Din al-Baidhawy.

d. Metodologi Penafsiran

Di lihat dari segi luasnya penafsiran tafsir al-Baidhawy menggunakan model tahlily, dan dari kecenderungannya tafsir ini mencakup berbagai macam qiraat, kebahasaaan, aqidah filsafat, fiqh dan tasawwuf.

Tafsir ini merupakan kombinasi antara riwayah dan dirayah. Tafsir ini dilengkapi dengan bukti-bukti untuk menopang argumentasi ahl al-sunnah wa al-jamaah.

Metode penalaran secara logis juga ditentukan dalam tafsir ini, sehingga tafsir ini menjadi polpluler dengan adanya beberapa catatan atau komentar ualma terkait dengan tafsir ini. e. Penilaian Ulama

Menurut al-Dzahaby terdapar sekitar 40 (empat puluh) komentar tenbtang tafsir al-Baidhawy. Edwin Carverly menyebutkan lebih kurang 80 (delapan puluh) komnetar tentang tafsir ini.

Sebagian ulama menilai tafsir ini merupakan ringkasan dari tafsir al-Kassyaf karya al-Zamakhsay, Mafatih al-Ghaib karya al-Razy dan tafsir al-Raghib al-Asfihany, hanya saja terhadap ketiga tafsir di atas al-Baidhawy mengadakan penelitian yang sangat ketat.

3. Tafsir "Madarik al-Tanzil Wa Haqoiq al-Takwil" (Tafsir al-Nasafi). Karya Imam Abul Barakat, Abdullah Bin Ahmad Bin Mahmud al-Nasafi al-Hanafi. W. 701 H

a. Nama Tafsir

Madarik al-Tanzil Wa Haqaiq al-Tawilb. Riwayat Hidup PengarangAbu al-Barakat Abd Allah bin Ahmad bin Mahmud al-Nassafy al-Hanafy. Tidak dijumpai keterangan tentang tempat dan tahun lahirnya. wafat pada tahun 701 H. di Kota Aidzaj negara bagian Kharistan.

al-Nassafy adalah salah seorang ulama mutaakhkhirin ahli zuhud ternama, ahli dalam bidang fiqh, ushul fiqh, hadits, manany dan lain-lain. Belajar pada ulama-ulama besar pada masanya, di antaranya adalah Syams al-Aimmah al-Kurdy, Ahmad bin Muhammad al-Ataby. Al-Nassafy juga seorang ulama produktif yang mempunyai banyak karangan, di antaranya adalah: Matan al-Wafy, Syarakh al-Kafy, Kanz al-Daqaiq, al-Manar, semuanya dalam bidang fiqh dan ushul fiqh. al-Umdah fi Ushul al-Din dalam bidang teologi dan Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Tawil dalam bidang tafsir.

c. Keberadaan Tafsir

Kitab tafsir al-Nassafy terdiri dari dua jilid. Kitab ini tergolong kitaf tafsir yang ulasannya sedang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Menurut penilaian al-Dzahaby kitab tafsir al-Nassafy merupakan ringkasan dari kitab tafsir al-Baidlawy dan al-Kasysyaf karya al-Zamakhsary, hanya saja dalam tafsir ini al-Nassafy meninggalkan madzhab Mutazilah dan menyesuaiakan dengan madzhab ahli sunnah wa al-jamaah sesuai dengan madzhab yang diikutinya.

d. Metodologi Penafsiran

Sebagaimana kitab tafsir al-Baidlawy dan al-Zamakhsary, kitab tafsir al-nassafy menggunakan metode bi al-rayi dan metode Tahlily. Selain itu dipaparkan juga masalah-masalah Irab dari segi ragam bacaan, segi balaghah, segi muhassinat, dan makna-makna gharib (abstrak). Dari sudut qiraat tafsir ini menguraikan macam-macam qiraah tujuh (Qiraah sabah) yang mutawatir dengan menghubungkan tiap-tiap qiraah kepada qarinya.

Berkaitan dengan ayat-ayat ahkam tafsir ini menjelaskan berbagai macam wacana fiqh yang ada, namun kecenderungannya kepada madzhab Abu Hanifah. Selain itu permasalaan israiliyat juga dijelaskan, namun tidak secara panj