keperawatan dalam dimensi islam

24
KARYA TULIS ILMIAH KEPERAWATAN DALAM PANDANGAN ISLAM Karya tulis ilmiah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Disusun Oleh: Nama : Sholikah NIM : 2014.1295 PRODI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN MAMBA’UL U’LUM SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Upload: khomsha-sholikhah

Post on 21-Jul-2015

255 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keperawatan dalam dimensi islam

KARYA TULIS ILMIAH

KEPERAWATAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Karya tulis ilmiah ini di susun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

Nama : Sholikah

NIM : 2014.1295

PRODI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN MAMBA’UL U’LUM SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2014/2015

Page 2: Keperawatan dalam dimensi islam

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah dengan judul “Keperawatan dalam Pandangan Islam”. Karya tulis ilmiah

ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Prodi DIII

Keperawatan di Akademi Keperawatan Mamba’ul U’lum Surakarta

Dalam menyusun karya tulis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan

pengarahan yang penulis terima dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Sri Iswahyuni, S.Kep., Ns, M.Kes selaku direktur Akademi Keperawatan

Mamba’ul U’lum Surakarta.

2. Darmanto, S.S selaku dosen sekaligus pembimbing utama yang telah

membimbing dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

3. Semua dosen dan karyawan Akademi Keperawatan Mamba’ul U’lum

Surakarta yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Page 3: Keperawatan dalam dimensi islam

iii

4. Ngatimin dan Supini selaku orang tua serta keluarga dan kakak tersayang

yang telah memberikan dukungan dan do’a sehingga karya tulis ini dapat

terselesaikan.

5. Teman-teman kelas 1B Akademi Keperawatan Mamba’ul U’lum Surakarta

yang telah memberikan motivasi untuk belajar.

Semoga amal baik dari berbagai pihak yang telah membantu dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini mendapat balasan yang sesuai dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar

pada karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca

untuk memberikan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga

karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Surakarta, 12 November 2014

Penulis

Page 4: Keperawatan dalam dimensi islam

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................iv

A. Latar Belakang ................................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 8

A. Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam .................................................. 8

B. Prinsip Keperawatan dalam Islam .................................................................... 11

C. Tujuan Penetapan Hukum Syariat .................................................................... 14

D. Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan ...................................................... 15

E. Mulianya Profesi Perawat ................................................................................ 17

F. Peran Keperawatan Islam ................................................................................. 19

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 21

A. Kesimpulan....................................................................................................... 21

B. Saran ................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Keperawatan dalam dimensi islam

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sudah ada sejak adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa

dikatakan, keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh

kenyataan bahwa keperawatan adalah kegiatan yang awalnya dilakukan atas dasar

“mother instinct”. Setiap manusia pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan

bahwa naluri keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia. (Asmadi,2008:58)

Keperawatan telah berkembang baik sebagai ilmu maupun profesi sehingga

ia telah menjadi bidang studi yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya

dorongan bagi seorang ibu untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses

penyusuan.

Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

pekerjaan keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun

tumbuh dalam bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan seperti

observasi, eksperimen, empiris yang digali akarnya dari pemikiran kefilsafatan

maupun budaya. Akan tetapi penggalian pengetahuan tentang keperawatan

mendorong untuk terus mencari akar yang lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar

Page 6: Keperawatan dalam dimensi islam

6

bersumber dari keberadaan manusia dengan alam semesta akan tetapi dari hakikat

keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.

Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna

menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk

hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan

masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan dan kebersihan dipandang

sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya

sedemikian rupa risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang

diluar kemampuannya. Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka

profesi keperawatan tidak bisa dihindari dan sangat dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dimensi keperawatan dalam perspektif islam?

2. Bagaimana prinsip etika dalam profesi keperawatan sudut pandangan Islam?

3. Bagaimana tingkat perkembangan kebutuhan terhadap keperawatan?

4. Apa kemuliaan dari profesi perawat?

5. Bagaimana peran keperawatan islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Page 7: Keperawatan dalam dimensi islam

7

Karya tulis ilmiah ini susun dengan tujuan umum untuk memenuhi tugas

mata kuliah Bahasa Indonesia Prodi DIII Keperawatan di Akademi

Keperawatan Mamba’ul U’lum Surakarta.

2. Tujuan khusus

a. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana dimensi keperawatan

dalam perspektif islam.

b. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana prinsip etika dalam

profesi keperawatan sudut pandangan Islam.

c. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana tingkat perkembangan

kebutuhan terhadap keperawatan.

d. Untuk mengetahui apa kemuliaan dari profesi perawat.

e. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana peran keperawatan

islam.

Page 8: Keperawatan dalam dimensi islam

8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam

Penyakit dalam pandangan islam adalah suatu gangguan keseimbangan

sebagai mana yang dimaksud oleh Allah. Sebab-sebab dari gangguan ini dapat

dicari baik dari kekuatan yang menguasai alam maupun yang berasal dari kuasa-

kuasa manusia. (Stevens, 1999:284).

Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan

dengan merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi

cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Keperawatan sebagai

profesi bukan hal baru bagi Islam. Pada kenyataannya, itu adalah atributif untuk

simpati dan tanggung jawab terhadap yang bersangkutan membutuhkan. Usaha

ini telah dimulai selama pengembangan Islam sebagai agama, budaya, dan

peradaban. (Dahlia, 2013:1).

Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan

keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.

Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan

aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang

Page 9: Keperawatan dalam dimensi islam

9

memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap

kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya

seseorang (Inna, 2009:2).

172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik

yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.

Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi

juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya

maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak

sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari

isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh

terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW

adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional,

yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara.

Islam adalah agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat,

damai, penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran Islam

adalah membawa ajaran yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia

dan di akhirat. Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara

Page 10: Keperawatan dalam dimensi islam

10

sempurna terhadap seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang

dapat diketahui secara darurat (al islam: al khudlu’ wa al inqiyad al tamm lima

ja-a bihi Nabiyu Muhammadin sallallahu ‘alaihi wa salam wa ‘ulima bi al

dlarurat). Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian

kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya

dengan cara seperti itulah hidup menjadi bermakna (Lubis, 2011:3).

Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk

termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada

agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari

ajaran dakwah yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk,

menyuruh perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka

memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat (Lubis, 2011:3).

Oleh karena itu profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki

berbagai aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, da’i,

guru dan sebagainya. Terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan

sudut pandangan Islam:

1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori

keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia

hendaklah memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang

yang mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya

Page 11: Keperawatan dalam dimensi islam

11

khairun min yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan

pertolongan lebih baik dari tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam pandangan Islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang

mandiri yaitu yang dapat menolong orang lain karena perbuatan itu pada

hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri.

2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan

sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT.

Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang

mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien.

3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman

yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya

karena Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam

seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya

(min husni islam al mar-I tarku ma la ya’nihi).

4. Seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil

baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga

memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.

B. Prinsip Keperawatan dalam Islam

1. Aspek Teologis yaitu setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu

kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka

Page 12: Keperawatan dalam dimensi islam

12

seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan

inovasi dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya

kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang

sungguh-sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu

menyerahkan hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang

seperti itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang krusial dalam

pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya

adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup manusia yang disebut

tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran sebagian diantaranya

menekankan manusia agar berbuat secara maksimal karena Allah tidak akan

merubah nasib seseorang sehingga merubah sendiri. Sementara pada ayat

yang lain menegaskan seakan manusia tidak berperan sedikitpun dalam

perbuatannya dengan mengatakan “Dan Allah yang menciptakan kamu dan

apa yang kamu kerjakan”.

2. Aspek fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas khilafah adalah

mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan

tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan

oleh hamba-hamba Allah yang memiliki kepatutan untuk itu. Selanjutnya

pelaksanaan tugas khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah

yang benar pula dan demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim

hendaknya menggali seluruh informasi ilmu pengetahuan tentang alam

semesta termasuk tugas perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang

Page 13: Keperawatan dalam dimensi islam

13

tidak muslim. Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al

Quran antara lain dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu dengan ulul

albab. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan

bumi dan pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran

Allah bagi orang yang berpikir. Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah

menjelaskan tanda-tanda orang yang disebut ulul albab yaitu orang yang

selalu mengingat Allah; memikirkan penciptaan langit dan bumi; dan

kemudian yang mampu mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah

Engkau jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir

pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami dari

azab neraka.

3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman

hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai

dengan Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau

melihatNya dan andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia

melihatmu (an ta’bud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu

yaraka). Atas dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak

memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di dalam

hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu menuntunnya untuk menjadi orang

yang takut berbuat maksiat.

Page 14: Keperawatan dalam dimensi islam

14

C. Tujuan Penetapan Hukum Syariat

Hukum islam disebut dengan syariat dengan pengertian dasarnya adalah

bermakna jalan yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hukum syariat

diturunkan Allah adalah semata-mata untuk kemaslahatan hambaNya oleh karena

itu tidak ada dalam ajaran Islam yang dapat membuat hidup manusia menjadi

susah. Justru, syariat bertujuan untuk membuat kehidupan manusia lebih mudah

dan tenteram. Tujuan penetapan hukum syariat (maqashid al syari’at) itu disusun

oleh ulama fikh ke dalam lima prinsip pemeliharaan yaitu:

1. Hifz Al Din, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara agama agar hidup

manusia selamat dunia dan akhirat. Agama (din) adalah yang utama sebagai

dasar kehidupan manusia karena tanpa agama maka hidup manusia tidak

memiliki arah dan tujuan.

2. Hifz Al Nafs, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup

manusia karena manusia adalah hamba Allah dalam format tubuh yang

sempurna. Oleh karena itu, tidak selayaknya kehidupan manusia menjadi

susah akibat pengamalan ajaran agama.

3. Hifz Al Nasl, yaitu syariat menegaskan bahwa perlunya kelangsungan

keturunan manusia sehingga semakin banyak orang yang menyembah Allah.

Oleh karena itu, tindakan keperawatan yang memutuskan kelangsungan

keturunan tanpa alasan yang sah maka tindakan itu terlarang dalam ajaran

Islam.

Page 15: Keperawatan dalam dimensi islam

15

4. Hifz Al ‘aql, yaitu syariat bertujuan untuk menjaga keberadaan akal manusia

sehingga akal menjadi salah satu patokan seseorang dibebani hukum syari’at

(taklif).

5. Hifz Al Mal, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara aturan tentang

kepemilikan dan penyalurannya kepada yang berhak.

Dari uraian di atas, maka kedatangan syariat adalah untuk menegaskan

keberadaan manusia sebagai hamba Allah yang berkewajiban beribadah kepada-

Nya dan melaksanakan tugasnya mengelola segala sesuatu ciptaan Allah di alam

semesta. Tugas-tugas keperawatan hendaklah disusun sejalan dengan tujuan

hukum syariat. Bentuk perumusannya adalah peluang kepada manusia untuk

mengerahkan segala kemampuannya untuk melakukan berbagai eksperimen dan

empiris namun harus tetap harus meyakini bahwa penentu yang terakhir adalah

Allah. Peran manusia hanya sebatas usaha (al kasb) dan pilihan (Lubis, 2011:5).

D. Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan

Setiap tindakan dalam tugas keperawatan dibagi dalam tiga klasifikasi sesuai

dengan tingkat kepentingannya, yakni:

1. Tingkatan dlaruriyat yaitu suatu kondisi darurat yang sedang dihadapi oleh

orang yang sakit. Apabila derajat kesakitan seorang klien telah mencapai

kondisi darurat sesuai dengan pertimbangan medis, maka dapat dilakukan

tindakan darurat yaitu diperkenankan untuk menyimpang dari hukum

Page 16: Keperawatan dalam dimensi islam

16

konvensional syari’at, dengan ukuran sekedar mengatasi suasana yang

darurat. Demikian pula, petugas kesehatan dapat menunda untuk sementara

waktu kepentingan Allah untuk menyelamatkan situasi darurat yang sedang

dihadapi oleh hambaNya misalnya menunda sementara melaksanakan solat

karena membantu pasien yang sedang kritis.

2. Tingkatan hajiyat yaitu kondisi manusia yang sangat membutuhkan untuk

menopang terwujudnya hifz al nafs sebagaimana telah diterangkan di atas.

Sebagian ulama mempersamakan antara dlaruriyat dengan hajiyat namun

dengan derajat yang bisa berbeda. Oleh karena itu, apabila dalam dlaruriyat,

seorang petugas keperawatan dapat menunda pelaksanaan ibadah atau

melakukan tindakan pemotongan bagian tubuh manusia, maka dalam hajiyat

tidak sampai kepada derajat itu.

3. Tahsiniyat yang bersifat aksesori kehidupan. Dalam hal ini hukumnya tidak

wajib dan tidak haram yaitu berada pada posisi mubah. Bahkan terkadang,

derajat kepentingan tahsiniyat dapat berubah menjadi haram apabila motivasi

yang melandasintya justru bersifat cenderung mubazir atau bertentangan

dengan tujuan syariat.

Oleh karena itu, seorang petugas keperawatan dituntut kearifan guna

menentukan pilihan di antara tiga alternatif kondisi yang dihadapi oleh seorang

yang sakit. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penetapan alternatif justru

akan berakibat fatal yaitu pelanggaran terhadap syariat.

Page 17: Keperawatan dalam dimensi islam

17

E. Mulianya Profesi Perawat

Perawat merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat

Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan

selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya

dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah

sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia

apa yang tidak diketahuinya (Inna, 2009:4).

Allah berfirman:

“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(3) yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam(4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(5)”

Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap

organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan

Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti

dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin

terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah

perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili

Page 18: Keperawatan dalam dimensi islam

18

oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan

masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat

kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan

tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat

dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban

negara terhadap warganegaranya.

Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara,

pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan,

jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk

menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan

dan kesenangan yang pantas.

Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien,

tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat

perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya,

kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itulah dokter dan perawat

mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah

bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam

profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan,

melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian,

penyakit, rasa sakit dan kecemasan.

Page 19: Keperawatan dalam dimensi islam

19

Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan,

siapa saja yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan

hak prerogatif Allah menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang

maksimal untuk mengatasi penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu

sebabnya terhadap penyakit yang parah sekalipun, dokter dan perawat tetap

melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup para pasien

bersangkutan.

F. Peran Keperawatan Islam

1. Mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam ilmu keperawatan.

Islam mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan

manusia itu terlihat baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai

keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu keperawatan yang berkembang

pada saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan terciptanya

seorang perawat yang bercirikan agama Islam.

2. Mengaplikasikan nilai-nilai keislaman dalam ilmu keperawatan.

Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai-

nilai tersebut untuk diaplikasikan terhadap praktik keperawatan. Misalnya

ketika seorang perawat mendapati pasien yang beragama islam, dan pasien

tersebut memiliki penyakit yang apabila terkena air maka penyakit tersebut

bertambah. Maka seorang perawat tersebut perlu untuk mengajarkan

Page 20: Keperawatan dalam dimensi islam

20

bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak bertambah sakitnya, namun

tidak pula meninggalkan ibadahnya.

Page 21: Keperawatan dalam dimensi islam

21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai

profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-nilai

keislaman serta mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan. Dalam

padangan agama islam merawat pasien merupakan tugas mulia, baik secara

tersurat maupun tersirat.

B. Saran

Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi

apabila manusia sudah menjadi pemimpin mereka lupa dengan masyarakat yang

dia pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang keperawatan atau kesehatan

jangan membeda-bedakan masyarakat antara si kaya dan si miskin apabila dalam

merawat pasien.

Page 22: Keperawatan dalam dimensi islam

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG

Dahlia, Lia.2013. “Peran Perawat Islam dalam Membimbing Ibadah bagi Pasien”, (online), (http://keperawatanreligionlia.wordpress.com/2013/06/02/peran-perawat-islam-dalam-membimbing- ibadah-bagi-pasien-2/ diakses 1 Januari

2015).

Departemen Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media Cipta

Inna.2009.”Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam”, (online),

(http://www.inna-k.org/2009/09/dimensi-keperawatan-dalam-perspektif.html, diakses 13 November 2014).

Lubis, Ridwan.2011. “Keperawatan Sebagai Ilmu dan Profesi dalam Pandangan

Islam”, (online), (http://perawatmuslimindonesia.blogspot.com/2011/11/keperawatan-sebagai-ilmu-dan-profesi.html, diakses 29 Desember 2014).

Stevens, P.J.M. dkk,.1997. Ilmu Keperawatan. E/2. Jilid 2. Terjemahan oleh J.A.

Tomasowa. 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 23: Keperawatan dalam dimensi islam
Page 24: Keperawatan dalam dimensi islam