iklan dan dimensi etikanya

13
DI SUSUN OLEH: ERMA NURUL HIKMAH SITI MASITOH RISMA MARTHANINGSIH SINDY PUSPITA SARI PUSPAWANA LESTARI SANTI MEYLISA DEBI SAFITRI YANTI PENDIDIKAN TATA NIAGA REG’12

Upload: risma-martha

Post on 29-Nov-2014

1.454 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Iklan dan dimensi etikanya

DI SUSUN OLEH:

ERMA NURUL HIKMAH

SITI MASITOH

RISMA MARTHANINGSIH

SINDY PUSPITA SARI

PUSPAWANA LESTARI

SANTI MEYLISA

DEBI SAFITRI YANTI

PENDIDIKAN TATA NIAGA REG’12

Page 2: Iklan dan dimensi etikanya

PENGERTIAN IKLAN

• Menurut kamus besar bahasa Indonesia iklan adalah berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jaa yang di tawarkan.

• Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi benda seperti meja baru, jasa seperti kantor pos, tempat usaha dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat klanik sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.

Page 3: Iklan dan dimensi etikanya

SEJARAH ETIKA PERIKLANAN DI INDONESIA

• Aturan, tata cara dan etika dalam beriklan sempat menjadi perbincangan di masa periklanan modern Indonesia pada tahun 1978 yaitu inisiatif untuk melahirkan tata karma periklanan Indonesia. Contohnya saat ini pemerintahan Indonesia mendukung dibentuknya Dewan Periklanan Nasional yang beranggotakan PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), SPS (Seikat Penerbit Surat Kabar), TVRI & RRI, PRSSNI ( Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia), GPBSI ( Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia) dan YLKI ( Yayasan Lembaga KOnsumen Indonesia). Sayangnya dewan itu hanya bertahan atau berusaha hanya satu tahun sebelum pada akhirnya dibubarkan.

• Tata karma periklanan Indonesia yang dicita-citakan akan lahir dari dewab periklanan nasional tidak sempat menjjadi kenyataan. Beberapa pendapat mengatakan beberapa hal banyak terutama ini karena tekanan dari pengelolaan media cetak yang menginginkan agar kode etik periklanan mengac pada kode etik penerbitan pers yang sudah dimiliki dan diberlakukan oleh SPS bagi para anggotanya.

•  

Page 4: Iklan dan dimensi etikanya

• Pada pertengahan tahun 1980, Aspindo (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia) memprakarsai sebuah Simposium Periklanan nasional bersama PPPI, SPS dan PRSSNI. Semua daraft dan butir-butir pikiran tata krama periklanan Indonesia yang dirumuskan dimasing-masing organisasi dipertemukan dalam symposium ini dan dibahas secara bersama.

• Menjelang akhir tahun 1980, sebegai kelanjutan dalam symposium periklanan nasional, diselenggarakan konvensi masyarakat periklanan Indonesia untuk merumuskan sebuah rancangan tata krama periklanan Indonesia yang dapat disepakati bersama. Setelah melalui persidangan sebanyak 68 kali dalam waktu delapan bulan, akhirnya lahirlah tata krama dan tata cara periklanan Indonesia (TKTCPI).

• Iklan pertama kali diperkenalkan di nusantara oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda periode 1619 - 1629 Jan Pieterzoon Coen. J.P. Coen juga adalah penerbit Bataviasche Nouvelle, surat kabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal.

Page 5: Iklan dan dimensi etikanya

PENGARUH IKLAN DALAM BISNIS

• Dalam dunia bisnis, iklan merupakan satu kekuatan yang dapat digunakan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Penekanan utama iklan adalah akses informasi dan promosi dari pihak produsen kepada konsumen. Sebagai media, baik yang berupa visual atau oral, iklan jenis punya tendensi untuk mempengaruhi khalayak umum untuk mencapai targe keuntungan.

• Tulisan ini mencoba memaparkan etika dalam iklan. Apa saja kerugian yang ditanggung oleh produsen dengan iklan dan apa pengaruhnya dalam dunia ekonomi, politik, bidaya, moral, dan agama. Untuk itulah perlu ada prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam dunia periklanan agar segi negatif dari iklan itu bisa dikurangi.

• Untuk membuat konsumen tertarik, iklan harus dibuat menarik bahkan kadang dramatis. Tapi iklan tidak diterima oleh target tertentu (langsung). Iklan dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui media massa komunikasi iklan akan diterima oleh semua orang: semua usia, golongan, suku, dsb). Sehingga iklan harus memiliki etika, baik moral maupun bisnis.

Page 6: Iklan dan dimensi etikanya

FUNGSI IKLAN DAN CIRI IKLAN YANG BAIK

a.iklan sebagai pemberi informasi

iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat tentang produk lain yang akan atau sedang ditawarkan dalam pasarYang ditekankan disini adalah bahwa iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataan yang serinci mungkin tentang suatu produk

b.Iklan Sebagai Pembentuk Pendapat Umum

iklan adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk tersebut.Secara etis,iklan manipulasi jelas dilarang karena iklan semacam itu benar-benar memanipulasi manusia,dan segala aspek kehidupan,sebagai alat demi tujuan tertentu di luar diri manusia

Page 7: Iklan dan dimensi etikanya

ETIKA IKLAN SECARA UMUM

• Dalam bukunya Marketing Management, Kotler (2003) menyebutkan dengan iklan calon konsumen (a) diberi informasi, (b) dibujuk, (c) diingatkan, dan (d) dikuatkan untuk membentuk ingatan dan asosiasi terhadap suatu barang atau jasa. Iklan secara sistematis menuntun calon konsumen mempercayai bahwa barang atau jasa yang ditawarkan baik.

• Dengan perkembangan teknologi, iklan bisa tampil dengan aneka rupa. Dengan visualisasi dan estetika desain yang semakin baik, iklan menjadi semakin atraktif dan ‘eye-catching’. Selain itu, pemaparan gagasan iklan pun semakin berani dan terbuka, meskipun kadang terkesan vulgar, eksploitatif, dan tidak etis. Bahasa iklan cenderung superlatif dan hiperbol. Ada dua kemungkinan.

Page 8: Iklan dan dimensi etikanya

• Pertama pembeli terlalu terpesona oleh tampilan dan isi iklan sehingga kehilangan ketelitian dan kecermatannya dalam mengambil keputusan. Kedua, bisa jadi si penjual (atau si pengiklan) sengaja memoles iklan secara menipulatif dengan melebih-lebihkan manfaatnya dan menutupi kekurangannya (prima facie). Perspektif etika menyebutkan bahwa manipulasi dalam iklan bisa terjadi dalam dua bentuk.

• Pertama adalah apa yang disebut ‘subliminal advertising’ yang mana konsumen secara bawah sadar dipengaruhi oleh iklan-iklan yang disajikan begitu cepat dan ringkas baik melalui media audio maupun visual. Cara kedua adalah iklan yang ditujukan pada anak. Iklan ini dianggap manipulatif karena anak belum bisa mengambil keputusan dengan bebas dan sangat peka terhadap pengaruh luar.

Page 9: Iklan dan dimensi etikanya

• Ciri-ciri iklan yang baik

• Etis: berkaitan dengan kepantasan.

• Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?).

• Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.

• Contoh Penerapan Etika

• Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.

• Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut

• Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.

Page 10: Iklan dan dimensi etikanya

PERATURAN PERIKLANAN

• Dalam mengiklankan produk dan layanannya, penyelenggara telekomunikasi wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

• Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 17, dan Pasal 20 UU Perlindungan Konsumen;

• Pasal 17, Pasal 19, dan Pasal 25 UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

• Pasal 10 dan Pasal 21 UU Telekomunikasi;

• Pasal 46 ayat (4) UU Penyiaran;

• Pasal 9, Pasal 27, dan Pasal 28 UU ITE ;

• Pasal 68 dan Pasal 69 PP Penyelenggaraan Telekomunikasi;

• Peraturan KPI No. 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran;

• Peraturan KPI No. 2 Tahun 2012 tentang Standar Program Siaran;

• Etika Pariwara Indonesia.

Page 11: Iklan dan dimensi etikanya

CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA

• Pelanggaran Etika Bisnis Iklan XL “ Kawin Dengan Monyet “ yang Terlupakan

• Akhir-akhir ini sangat banyak iklan yang saling menjatuhkan satu sama lain. Banyak iklan yang mempromosikan sebuah produk dengan menbandingkan produknya itu dengan produk lain sejenis dengan cara merendahkan bahkan mengejek produk lain. Jelas iklan-iklan tersebut sangatlah melanggar etika bisnis.

•Masih hangat pasti tentang iklan penyindiran balas-balasan yang dilakukan oleh operator telekomunikasi AS dan XL. Menurut Ternyata iklan yang melanggar etika bisnis yang dilakukan oleh salah satu operator telekomunikasi di atas bukanlah saat-saat ini saja, mungkin masih ada yang masih ingat iklan operator telekomunikasi XL yang bercerita tentang seorang pria yang menikah dengan monyet dan kambing. Sangatlah mengiris hati, konsumenlah yang direndahkan dalam iklan tersebut. Iklan XL tersebut di nilai memperolok dan merendahkan martabat manusia, bahkan beberapa pihak seperti BRTI( Badan Regulasti Telekomunikasi Indonesia) menyatakan bahwa iklan tersebut kebablasan.

Page 12: Iklan dan dimensi etikanya

• Telekomunikasi Indonesia) menyatakan bahwa iklan tersebut kebablasan.Iklan tersebut di nilai tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga terjadi misinterpretasi di kalangan konsumen, melampaui batas etika dan tidak memberikan nilai pendidikan bagi masyarakat. Iklan operator telekomunikasi tersebut juga dan yang melanggar UU No.8/1999 pasal 17f pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang melanggar etika dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan.Bukti nyata dari pelanggaran etika bisnis di atas adalah akhirnya KPI pusat meminta kepada seluruh stasiun TV untuk menghentikan tayangan iklan tersebut.Kesimpulan

Page 13: Iklan dan dimensi etikanya

• Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan membawa etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnis, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.Contoh iklan tersebut menurut kami bukan hanya tidak memenuhi etika antara sesama pelaku bisnis tetapi juga tidak memberikan nilai edukasi bagi masyarakat dan cenderung membodohi masyarakat. Inilah akibat dari pandangan yang salah terhadap prinsip berbisnis “What is legal is ethical” asal tidak melanggar hokum ya etis. Memang iklan tersebut sah-sah saja karena tidak melanggar hukum dan menggambarkan kebebasan untuk berekspresi namun ada baiknya kebebasan tersebut tetap dibatasi dengan etika.