kelp 4

34
Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Saw, di samping sebagai Rasulullah juga sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai Rasulullah tidak dapat digunakan oleh siapapun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantikannya. 1 Berita wafatnya beliau merupakan peristiwa yang mengejutkan sahabat. Sebelum jenazah Nabi Saw dikubur, sahabat telah berusaha memilih penggantinya sebagai pemimpin dan pemimpin negara yang dikenal sebagai al-Khulafa’ al-Rasyidin (para pemimpin yang diridai). Abu Bakar adalah sahabat pertama yang terpilih menggantian Nabi Saw. Abu Bakar kemudian digantikan oleh Umar bin Khaththab. 2 Umar bin Al-Khaththab adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu bakar Ash-Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah 1 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 43-44. 2 Dr. Jaih Nubarok. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2003). Hal 37. 1

Upload: akmal

Post on 09-Feb-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammad Saw, di samping sebagai Rasulullah juga sebagai kepala

pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai

Rasulullah tidak dapat digunakan oleh siapapun manusia di dunia ini, karena

pemilihan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai

kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang

menggantikannya.1 Berita wafatnya beliau merupakan peristiwa yang

mengejutkan sahabat. Sebelum jenazah Nabi Saw dikubur, sahabat telah

berusaha memilih penggantinya sebagai pemimpin dan pemimpin negara yang

dikenal sebagai al-Khulafa’ al-Rasyidin (para pemimpin yang diridai). Abu

Bakar adalah sahabat pertama yang terpilih menggantian Nabi Saw. Abu Bakar

kemudian digantikan oleh Umar bin Khaththab.2

Umar bin Al-Khaththab adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu

bakar Ash-Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah

sesudah Nabi Muhammad Saw. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya,

baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli

dalam membangun negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan ,

persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Dalam banyak hal, Umar bin Al-Khathtab dikenal sebagai tokoh yang sangat

bijaksana dan kreatif, bahkan jenius.3

Maka dari itu, dalam makalah ini membahas tentang biografi dan Islam

pada masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin (‘Umar bin Al-Khaththab).

1 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 43-44.2 Dr. Jaih Nubarok. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2003). Hal 37.3 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 77.

1

Page 2: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi ‘Umar bin Al-Khaththab?

2. Bagaimana dinamika pemilihan ‘Umar bin Al-Khaththab sebagai khalifah?

3. Bagaimana kondisi Islam dan kaum muslimin masa kekhalifahan ‘Umar bin

Al-Khaththab?

4. Apa saja peristiwa yang muncul pada masa kekhalifahan ‘Umar bin Al-

Khaththab’?

C. Tujuan

1. Mengetahui biografi ‘Umar bin Al-Khaththab.

2. Mengetahui dan memahami dinamaika pemilihan ‘Umar bin Al-Khaththab

sebagai khalifah.

3. Mengetahui dan memahami kondisi Islam dan kaum muslimin masa

kekhalifahan ‘Umar bin Al-Khaththab’.

4. Mengetahui dan memahami peristiwa yang muncul pada masa kekhalifahan

‘Umar bin Al-Khaththab.

2

Page 3: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biografi ‘Umar bin Al-Khaththab

Umar bin Al-Khaththab, yang memiliki nama lengkap Umar bin Kaththab

bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin

‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay, dilahirkan di Mekah tahun 581 M, dari keturunan

suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum

terjadinya perang Fijar, ‘Umar tiga belas tahun lebih muda dari Nabi

Muhammad.4

Ayahnya, al-Khattab bin Nufail bin Abdul- Uzza bin Riyah bin Abdullah

bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka'b. Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin al-

Mugirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Khattab orang terpandang di

kalangan masyarakatnya.5 Sesudah masa mudanya mencapai kematangan,

Umar terdorong ingin menikah. Kecenderungan banyak menikahi ini sudah

diwarisi dari masyarakatnya dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam

hidupnya itu ia menikahi sembilan perempuan yang kemudian memberikan

keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan.6

Sebelum masuk Islam, dia adalah musuh dan penantang Nabi Muhammad

Saw. yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginannya untuk

membunuh Nabi Muhammad dan pengiut-pengikutnya. Umar termasuk di

antara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah

masuk Islam.

Setelah Umar masuk agama Islam, pada bulan Dzulhijjah enam tahun

setelah kerasulan Nabi Muhammad saw. Kepribadiannya bertolak belakang

4 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 77-78.5 Muhammad Husain Haekal. Al-Faruq ‘Umar (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002). Hal 8.6 Muhammad Husain Haekal. Al-Faruq ‘Umar (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002). Hal 13-14.

3

Page 4: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih

dan setia membela agama Islam. Bahkan, dia terrmasuk seorang sahabat yang

terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad Saw.7

Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat,Beliau

ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang

bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia

mendapat perintah dari kalangan Majusi.Umar bin Khattab dimakamkan di

samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq,beliau wafat dalam usia 63 tahun.

B. Dinamika Pemilihan ‘Umar sebagai Khalifah

Umar bin Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat

dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit

menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan

yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah akibat

perbedaan keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon penggantinya,

lalu ia memilih Umar.8 Namun, beberapa orang sahabat Nabi ketika

mendengar saran-saran Abu Bakar mengenai penunjukan Umar sebagai

khalifah, mereka merasa khawatir mengingat bawaan Umar memang begitu

keras dan karena kekerasannya itu umat akan terpecah belah. Tetapi Abu

Bakar dapat meyakinkan dan memperoleh persetujuan para pemuka

masyarakat pada saat mereka menengok dirinya sewaktu sakit.9

Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya,

ia memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan (bai’at

Umar). Penulis menilai bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar dalam suspensi

kepemimpinan di Negara Madinah pada saat itu merupakan langkah yang

7 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 78.8 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 46.9 Husain Haekal. Al-Faruq ‘Umar (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002). Hal 88.

4

Page 5: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

tepat. Dan apa yang dilakukan itu merupakan implementasi yang optimal

terhadap prinsip musyawarah.

Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khaththab begitu diba’iat atau dilantik

menjadi khalifah menyampaikan pidato penerimaan jabatannya di Mesjid

Nabi di hadapan kaum muslimin. Bagian dari pidatonya adalah :

“aku telah dipilih menjadi khalifah. Kerendahan hati Abu bakar selaras

dengan jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat terhadap kamu

dan juga lebih mampu untuk memikul urusan kamu yang penting-penting.

Aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama dengan beliau. Andaikan

aku tahu bahwa ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk memikul

beban jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong lebih aku

sukai daripada memikul jabatan ini.” “Sesungguhnya Allah SWT menguji

kamu dengan aku dan mengujiku dengan kamu dan membiarkan aku

memimpin kamu sesudah sahabatku. Maka demi Allah, bila ada suatu

urusan dari urusan kamu dihadapkan kepadaku, maka janganlah urusan itu

diuruskan oleh seseorang, selain aku dan jangalah seseorang menjauhkan

diri dari aku, sehingga aku tidak dapat memilih orang yang benar dan

memegang amanah. Jika mereka berbuat baik, tentu aku akan berbuat baik

kepada mereka dan jika mereka berbuat jahat, maka tentu aku akan

menghukum mereka.”

Pidato tersebut menggambarkan pandangan Umar bahwa jabatan khalifah

adalah tugas yang berat sebagai amanah dan ujian. Antara pemimpin dan yang

dipimpin harus terjalin hubungan timbal balik yang seimbang dalam

melaksanakan tanggung jawab itu. Setiap urusan harus diurus dan

diselesaikan oleh khalifah dengan baik. Khalifah harus memilih orang-orang

yang benar dan bisa memegang amanah untuk membantunya. Hukum harus

ditegakkan terhadap pelaku tanpa memandang dari pihak manapun.10

10 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 79-80.

5

Page 6: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

C. Kondisi Islam dan Kaum Muslimin Pada Masa Kepemimpinan ‘Umar

a. Kebijakan-kebijakan Pemerintahan

Maju dan mundurnya sebuah pemerintahan akan sangat bergantung

kepada pemegang kekuasaan. Dalam periode Khulafa’ al-Rasyidun,

khalifah adalah pemimpin Negara. Oleh karenanya kulitas seorang

khalifah memberi contoh tersendiri dalam menentukan kebijakan-

kebijakan di berbagai bidang yang berhubungan dengan hajat hidup

masyarakat yang dipimpinnya. Demikian pula dalam mengatasi berbagai

krisis dan gejolak yang muncul dalam pemerintahannya.11 Beberapa

kebijakan pemerintahan pada periode ‘Umar bin Al-Khaththab adalah

sebagai berikut:

1. Pengelolaan Kas Negara

Tindakan yang dilakukan Umar adalah menata pemerintahan

dengan membentuk departemen-departemen (diwan), mengadopsi

model Persia. Tugas diwan adlah menyampaikan perintah dari

pemerintah pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang

perilaku dan tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah.

Untuk melancarkan hubungan antar daerah, wilayah negara dibagi

menjadi delapan propinsi: Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah,

Kufah, Palestina dan Mesir. Masa pemerintahan Umar inilah mulai

diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak tanah.

Terkait dengan masalah pajak, Umar membagi warga negara dalam

dua kelompok yaitu muslim dan non muslim dipungut kharaj (pajak

tanah) dan jizyah (pajak kepala). Bagi muslim diperlakukan hukum

menurut agama atau adat mereka masing-masing. Agar situasi tetap

terkendali, Umar menetapkan wilayah Jazirah Arab untuk muslim,

wilayah luar Jazirah Arab untuk non muslim. Untuk mencapai 11 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 46.

6

Page 7: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

kemakmuran yang merata, wilayah Syria yang sudah padat

penduduknya dinyatakan sebagai wilayah tertutup bagi pendatang

baru. Pada masa Rasul dan Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral

(eksekutif, legislatif dan yudikatif terpusat pada pemimpin tertinggi).

Pada masa Umar lembaga yudikatif dipisahkan dengan didirikannya

lembaga pengadilan, bahkan di daerah-daerah. Untuk menjaga

keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian dan juga

jawatan umum. Untuk mengelola keuangan Negara didirikan Baitul

Mal. Mulai saat ini pemerintahan Umar sudah menempa mata uang

sendiri. Untuk mengenang peristiwa hijriah ditetapkan peristiwa

tersebut sebagai awal tahun hijriah. Seluruh kebijakan yang

dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya mengkonsolidasi

bangsa Arab dan melebur suku-suku Arab ke dalam satu bangsa.12

2. Pemberlakuan Ijtihad

Tatkala agama Islam telah meluas ke Syam, Mesir dan Persia,

agama Islam menjumpai kebudayaan yang hidup di negeri-negeri itu.

Islam berhadapan dengan keadaan-keadaan baru, dan timbullah

berbagai macam kesulitan dan masalah-masalah yang belum pernah

ditemui oleh kaum muslimin. Umar bukan saja menciptakan

peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan

perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bila memang peraturan

itu perlu diperbaiki dan diubah. Misalnya aturan yang telah berlaku

bahwa kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dansegala sesuatu

yang didapat dengan berperang, Umar mengubahnya bahwa tanah itu

harus tetap di tangan pemiliknya semula tetapi dikenai pajak tanah

(kharaj). Semua ide yang lahir dari Umar merupakan hasil interaksi

dari peristiwa yang dihadapi dengan berdasarkan ijtihadnya yang

12 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 47-48.

7

Page 8: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

mencakup bidang pemerintahan, pertanahan, kependudukan, ekonomi

dan hukum.

Dengan melaksanakan ijtihad, barangkali Umar ingin memberi

tuntunan dengan pengertian bahwa ajaran Islam itu tidak kaku, tapi

bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan

permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada substansi

ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dan hadits.13

3. Lembaga Peradilan

Kebijakan yang paling signfikan pada masa Umar, selain

administratife pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah

pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khaththab

khususnya dalam peradilan, masih berlaku sampai sekarang.

Secara prakttis, Umar bin Khaththab yang sering menjadi rujukan

berbagai buku hukum baik Islam ataupun hokum murni dapat dilihat

dari cerita berikut ini.

“Pada suatu ketika Umar r.a yang sedang menjalankan tugasnya

sebagai hakim, didatangi seorang wanita yang menyeret seorang

pemuda bersamanya, sambil berteriak-teriak seperti orang panik.

Wanita itu melapor dan mengadu kepada Khalifah Umar r.a bahwa

si pemuda yang diseretnya itu telah memperkosanya dan

mempermalukannya di tengah-tengah keluarganya. Dalam dakwa

atau pengaduannya itu, ia memajukan saksi-saksi, bahkan bahan

bukti lain juga diajukan, yakni dengan menunjukan tempat tertentu

dari pakaiannya yang basah dari anggota tubuhnya. Sementara itu,

terdakwa, yaitu si pemuda dengan nada mohon dikasihani

menyangkal perbuatan yang dituduhkan atas dirinya, dan

menangkis tuduhan itu bahwa yang sesungguhnya terjadi ialah

wanita tersebut merayu dan mengajak saya berbuat sesuatu atas 13 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 50.

8

Page 9: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

dirinya, tetapi saya menampik rayuannya itu. Karena ia malu,

datanglah menyeret saya seperti ini”.

Dalam mempertimbangkan perkara ini, Khalifah Umar selaku

hakim yang bijaksana melakukan dua hal penting yang patut mendapat

perhatian dan menjadi peajaran berharga bagi para hakim di sepanjang

zaman. Kedua hal penting tersebut adalah:

a) Beliau sekalipun dikenal sebagai orang keras dan tegas

menghadapi setiap pelanggar hukum Allah, dan orang-orang jahat,

namun beliau mampu menguasai dan mengendalikan diri untuk

tidak terburu-buru menjatuhkan suatu keputusan (vonis).

b) Beliau memanfaatkan tenaga ahli/penasihat ahli dalam hal ini

sahabat NAbi yang terkenal dengan gelarnya Babul-ilm, yaitu ‘Ali

bin Abi Thalib r.a.

Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan meminta bantuan Ali

r.a adalah apa yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jariimah

(menganalisis unsur kejahatannya sendiri), seperti pemeriksaan darah,

sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan misalnya.

Langkah selanjutnya, Umar menitikberatkan pada bukti yang diajukan

oleh pendakwa (wanita yang menuduh). Tempat yang basah dari kain

itu disiram dengan air panas yang mendidih dan ternyata di tempat

yang disiram tersebut tampak suatu unsur yang putih, yaitu putih telur

yang tidak meleleh bersama air panas. Khalifah Umar r.a memberikan

peringatan keras kepada wanita tersebut yang akhirnya mengakui terus

terang segala perbuatannya.14

b. Perkembangan Peradaban Islam

14 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 82-85.

9

Page 10: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

Beberapa perkembangan Islam pada masa ‘Umar bin Al-Khaththab

adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan klasik Islam dibedakan menjadi dua macam:

‘Ulum an-Naqliyah, yang bersumber pada Al-Qur’an atau dalil naql

(disebut juga ‘Ulum as-Syari’ah), dan ‘Ulum al ‘Aqliyah, yang

bersumber pada akal bukan dalil naql (disebut juga ‘Ulum al-‘Ajam).

Dalam perioe Khulafa’ al-Rasyidun sebagai periode paling awal dari

sesudah wafatnya Rasulullah, masih didominasi oleh perkembangan

ilmu-ilmu naqliyah. Ini bisa dipahami ibarat Rasul baru saja menabur

benih, pada periode Khulafa’ al-Rasyidun benih-benih itu baru mulai

bersemi.

Lahirnya Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan

mempelajari al-Qur’an. Terdapatnya beberapa dialek bahasa dalam

membaca al-Qur’an, dikhawatiran akan terjadi kesalahan dalam

membaca dan memahaminya. Oleh karenanya diperlukan standarisasi

bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri. Apalagi bahasa Arab yang

tidak bersyakal menimbulkan kesulitan dalam membacanya. Untuk

mempelajari bacaan dan pemahaman al-Qur’an Khalifah Umar telah

mengutus Mu’adz ibn Jabal ke Palestina, ibadah ibn as-Shamit ke

Hims, Abu Darda ke Damaskus, Ubai ibn Ka’ab dan Abu Ayub di

Madinah.

Ilmu Hadits belum dikenal pada masa Khulafa’ al-Rasyidun tetapi

pengetahuan tentang hadits sudah tersebar luas dikalangan umat Islam.

Usaha mempelajari dan menyebarkan hadits, seiring dengan kegiatan

mempelajari dan menyebarkan al-Qur’an. Untuk memahami al-Qur’an

tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan tentang hadits. Beberapa

sahabat yang menyebarluaskan hadits atas perintah Khalifah Umar

10

Page 11: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

adalah Abdullah ibn Mas’ud ke Kufah, Ma’qal ibn Yasrah ke Basrah,

Ibadah ibn Shamit dan Abu Darda ke Syria.

Khath al-Qur’an berkaitan erat dengan penulisan dan penyebaran

al-Qur’an. Dalam Islam seni menulis al-Qur’an sangat dihargai, dan

tak satu aksara pun di dunia ini menjadi seni artistik yang hebat seperti

aksara Arab. Orang Arab belajar tulisan Nabti/Naskhi dari

perdagangan ke luar Syam, tulisan Kufi dan Irak. Pada masa awal

datangnya Islam hanya belasan orang Mekkah yang dapat menulis,

mayoritas mereka adalah sahabat Rasulullah. Masa Khulafa’ al-

Rasyidun al-Qur’an ditulis dengan tulisan Kufi, untuk surat menyurat

dan semacamnya ditulis dengan tulisan Naskhy.15

2. Perkembangan Arsitektur

Arsitektur dalam Islam dimulai tumbuhnya dari masjid. Masjid

Quba didirikan oleh Rasulullah dalam perjalanan hijrah sebelum

sampai di Madinah. Sesampainya beliau di kota Madinah, didirikan

pula sebuah masjid yang belum mempunyai nilai seni. Sungguhpun

demikian masjid tersebut telah memberikan tempat bertolak bagi

kesenian Islam. Salah satu masjid yang dibangun dan diperbaiki pada

masa Khulafa’ al-Rasyidun yaitu masjid al-Haram. Masjid al-Haram

adalah satu dari tiga masjid yang paling mulia dalam Islam. Masjid ini

dibangun di sekitar Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.

Khalifah Umar mulai memperluas masjid yang pada masa Rasulullah

masih amat sederhana, dengan membeli rumah-rumah disekitarnya.

Masjid dikelilingi dengan tembok batu bata setinggi kira-kira 1,5

meter.16

D. Berbagai Peristiwa Masa Kekhalifahan ‘Umar

15 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 59-60.16 Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 62.

11

Page 12: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

a. Peristiwa Ekspansi Islam masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Al-Khaththab

Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar ( 13 H./634 M. – 23 H./644

M.), sebagian besar ditandai dengan penaklukan-penaklukan untuk

melebarkan pengaruh Islam keluar Arab. Sejarah mencatat, Umar telah

berhasil membebaskan Negeri-negeri jajahan Imperium. Romawi dan

Persia yang dimulai dengan awal pemerintahannya, bahkan sejak

pemerintahan sebelumnya. Segala tindakan yang dilakukan untuk

menghadapi dua kekuatan itu, jelas bukan hanya meyangkut kepentingan

keagamaan saja, namun juga untuk kepentingan politik.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat

Islam dengan bangsa Romawi dan Persia yang akhirnya mendorong umat

Islam mengadakan penaklukan Negeri Romawi dan Persia, serta negeri-

negeri jajahannya karena : pertama, bangsa Romawi dan Persia tidak

menaruh hormat terhadap maksud baik Islam; kedua, semenjak Islam

masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha menghacurkan Islam;

ketiga, bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal

kemakmurannya, tidak berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan

negeri-negeri Arab; keempat, bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh

menghasut suku-suku Badui untuk menentang pemerintahan Islam dan

mendukung musuh-musuh Islam; dan kelima, letak geografis kekuasaan

Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan keamanan dan

pertahanan Islam.

Tindakan pertama yang dilakukan Umar untuk menghadapi kekuatan

Romawi-Persia adalah mengutus Saad bin Abi Waqqas untuk

menaklukkan Persia dan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah untuk

menggantikan Khalid bin Walid sebagai panglima tertinggi yang sedang

menghadapi kekuatan Romawi di Siria. Saad bin Abi Waqqas berangkat

dari Madinah memimpin pasukan militer menuju Irak yang sedang

dikuasai Persia. Pasukan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas berhasil

12

Page 13: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

menerobos pintu gerbang kekuatan Persia. Pertempuran antar keduanya

tidak dapat dielakkan lagi maka terjadi pertempuran lain di Qadisyiah

pada tahun 635 M./14 H. Dalam pertempuran ini, pihak persia berhasil

dipukul mundur oleh kekuatan Islam-Arab yang dipimpin Saad bin Abi

Waqqas.

Pada tahun 637 M./16 H., Persia bermaksud membalas kekalahannya,

sehingga terjadi peperangan di Jakilah. Namun, maksud tersebut tidak

dapat terwujud, bahkan pasukan Persia terdesak dalam kota Hulwan

dikuasai juga oleh pasukan Islam-Arab. Pertempuran terjadi di Nahawan

pada tahun 642 M./21 H. Dalam pertempuran ini, pasukan persia dapat

ditundukkan secara mutlak. Dengan demikian, seluruh kekuasaan menjadi

wilayah kekuasaan pemerintahan Islam.

Kota Damaskus, salah satu pusat Siria yang paling penting jatuh di

tangan pasukan Islam-Arab pada tahun 635 M./ 14 H. di bawah komado

Abu Ubaidah. Ketika Romawi (Bizatium) memutuskan untuk melakukan

serangan balasan secara besar-besaran terhadap para penyerang. Pasukan

Abu Ubaidah mampu menghadapinya dengan kekuatan penuh pada

pertempuran Yarmuk pada tahun 16 H./ 631 M.

Mesir secara keseluruhan berada di bawah kekuasaan Islam-Arab

setelah penyerahan Iskandariyah (Alexanderia), ibukota Mesir dan ibukota

kedua dari kekaisaran Romawi Timur pada tahun 642 M./ 21 H.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada masa pemerintahan

Umar ibn Al-Khaththab, kekuatan dua adikuasa dunia dapat diruntuhkan.

Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan sejarah Islam.

b. Sejarah Penaklukan Palestina

Khalifah Umar memerintahkan Amr Ibn Al Ash dan Syarhabil Ibn

Hasanah untuk menguasai Yerusalem. Kejadian ini terjadi pada tahun 635

M. Amr dan Syarhabil akan menuju  Yerusalem dengan membawa

13

Page 14: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

pasukan. Tapi, itu bukan jalan mudah. Pasalnya, mereka mesti

menaklukkan terlebih dahulu beberapa daerah untuk bisa masuk ke

Yerusalem.

Pasukan pun melangkah lewat area pegunungan subur dan penuh

pepohonan di Golan (Jaulan). Di sini, pasukan muslim akan melewati

Galileia yang ada di utara Palestina. Sama seperti Golan, wilayah ini juga

sangat subur. Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki memori sejarah penting

di kota ini. Dan, peperangan kecil terjadi. Pasukan yang dipimpin Amr

dan Syarhabil berhasil memenangkan pertempuran dengan pasukan

Byzantium yang kala itu berkuasa. Kota-kota sepanjang Galileia mampu

ditaklukkan pasukan muslim, dan penduduknya diberikan jaminan

keamanan dan kepemilikan.

Rupaya strategi Umar untuk menaklukkan Yerusalem sangat cerdas.

Kota ini bakal dikuasai dengan jalan pengepungan. Di lain sisi Palestina,

Yazid Ibn Abi Sufyan dan Muawiyah ternyata juga diutus untuk

membantu menaklukkan Yerusalem. Muawiyah membawa pasukan untuk

menaklukkan wilayah utara Palestina lainnya. Akhirnya Beirut, Tripoli,

Sidon, Byblos, dan Latakia berhasil dikuasai. Sementara itu, Yazid

menaklukkan daerah di Palestina sebelah selatan. Daerah yang berhasil

dikuasai Yazid dan pasukan muslim adalah Sidon, Tyre, Acre, hingga

Haifa. Usai menaklukkan Haifa, Yazid dan pasukannya bergabung dengan

Amr. Dua kekuatan militer ini lantas berjalan menuju Yerusalem.

Pangeran Konstantin II, penguasa wilayah Caesarea yang ada barat

Palestina, merasa gelisah dengan pergerakan pasukan Islam ke Yerusalem.

Dari kota bandar yang ada di pesisir Levantina ini, Pangeran Konstantin II

meminta bantuan pasukan Byzantium dari Siprus dan Konstantinopel.

Padahal, kala itu, pertahanan Caesaria cukup kuat sebagai daerah

kekuasaan Byzantium. Lalu, terbentuklah pasukan Byzantium di bawah

14

Page 15: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

komando Artavon yang harus menghadang pasukan Islam yang harus

melewati daerah Caesarea untuk bisa sampai ke Yerusalem.

Kemudian, pasukan Amr dan Yazid bertemu pasukan Artavon dari

Caesarea. Perang hebat pun terjadi di daerah Ajnadin. Atas izin Allah,

pasukan Islam menang. Artavon lalu melarikan diri ke Yerusalem. Dari

kemenangan inilah rencana penaklukan Yerusalem jadi semakin mudah.

Khalifah Umar segera memerintahkan penambahan pasukan untuk

mendukung Amr. Pasukan yang dipimpin Ubaidah, Khalid, dan

Mu’awiyah diminta untuk membantu setelah sebelumnya menaklukkan

Suriah dan pesisir Levantina. Dan, pasukan Islam pun mengepung

sepanjang kota selama musim dingin.

Rasa gentar dihadapi oleh Artavon dan Patriarch Sophronius. Patriarch

adalah uskup agung gereja Yerusalem. Mereka beradu mulut. Artavon

tidak ingin bila Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi,

Patriarch menginginkan Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam

dengan damai. Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk

kehendak Tuhan. Perdebatan itu disaksikan oleh orang-orang di dalam

gereja yang letaknya dalam benteng. Dan, orang-orang ini menyetujui ide

Patriarch.

Lantas dikirimlah utusan gereja menemui pasukan Islam. Utusan ini

menyampaikan bahwa Yerusalem akan diserahkan dengan beberapa

syarat. Yaitu, penyerahan kota tidak dilakukan dengan jalan peperangan,

pasukan Byzantium dibiarkan untuk menuju Mesir, dan Khalifah Umar

diminta datang ke Yerusalem untuk serah-terima “kunci kota”.  Abu

Ubaidah yang menerima utusan gereja itu menyanggupi permintaan yang

ada. Setelah kabar gembira ini disampaikan ke Umar, beliau pun segera

menuju Yerusalem. Masyarakat kota ini bahkan menyiapkan arakan untuk

menyambut Umar yang bagi mereka cukup disanjung sikap adilnya. Tapi,

arakan ini mendadak hilang. Pasalnya, orang-orang di Yerusalem hanya

15

Page 16: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

melihat dua orang dan seekor unta. Salah satunya naik ke punggung unta.

Sungguh, tidak tampak seperti kedatangan penguasa di zaman sekarang ini

yang penuh dengan penyambutan mewah.

Penduduk kota menyangka Umarlah yang naik di punggung unta.

Justru sebaliknya, yang di punggung unta adalah pengawal Umar.

Ternyata mereka bergantian naik unta selama dalam perjalanan. Umar

tidak egois membiarkan pengawalnya kelelahan. Kejadian ini menambah

kagum penduduk Yerusalem terhadap pemimpin barunya.. Apalagi, Umar

hanya memakai pakaian lusuh, bekal makanan seadanya, dan satu tikar

untuk sholat. Sesampainya di kota, Umar disambut Uskup Patriarch. Umar

diajak ke beberapa tempat suci di kota. Uskup membukakan Gereja

Makam Suci kala waktu dhuhur tiba. Maksudnya, Umar dipersilakan shlat

dulu di gereja itu. Namun, hal tersebut ditolak Umar.

“Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya khawatir para

pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini

dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian

mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di

dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk

menghindari kesulitan ini dan supaya Gereja kalian tetap sebagaimana

adanya, maka saya shalat diluar,” ucap Umar yang tetap menghormati

pemeluk agama lain dalam wilayah perlindungan Islam.

Ketika Umar meminta diantar ke bekas Kuil Sulaiman, dia mendapati

reruntuhan itu tidak terawat. Ada banyak kotoran dan timbunan sampah.

Umar dan shahabat lainnya membersihkan tempat itu dan menjadikannya

tempat shalat. Ke depannya, di tempat ini berdiri sebuah masjid atas

perintah Umar. Masjid itu dinamai dengan Masjid Umar.

Kemenangan Umar atas Yerusalem hingga seluruh wilayah Palestina.

Yordania, pesisir Levantina,  dan Suriah, menandai berakhirnya kakuasaan

Byzantium (Yunani-Romawi). Setelah dalam genggaman Islam, Palestina

16

Page 17: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

hidup dalam naungan pemerintahan Islam. Kabar baiknya, sekali pun

sudah berada dalam kekuasaan Islam, hak-hak masyarakat non Islam tetap

dilindungi. Ini berkebalikan dengan pemerintahan Zionis Israel di zaman

sekarang yang melakukan pembunuhan massal penduduk Palestina untuk

merebut tanah suci ini dan seluruh wilayah di sekitarnya.17

c. Madinah Sebagai Negara Adikuasa

Semenjak penaklukan Persia dan Romawi, pemerintahan Islam menjadi

adikuasa dunia memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi Semenajung Arabia,

Palestina, Siria, Irak, Persia, dan Mesir.

Umar ibn Al-Khaththab yang dikenal sebagai negarawan, administrator

terampil pandai, dan seorang pembaharu membuat berbagai kebeijakan mengenai

pengelolahan wilayah kekuasaan yang luas, ia menata struktur kekuasaan dan

administrasi pemerintahan Negara Madinah berdasarkan semangat demokrasi.

Untuk menunjang kelancaran administrasi dan operasional tugas-tugas

eksekutif, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan, antara lain :

a. Dewan Al-Kharraj ( Jawatan Pajak );

b. Dewan Al-Addas ( Jawatan Kepolisian );

c. Nazar Al-Nafiat ( Jawatan Pekerjaan Umum );

d. Dewan At-Jund ( Jawatan Militer );

e. Bai’iat Al-Mal ( Lembaga Pembendaharaan Negara ).

Sebagaimana Rasulullah SAW. dan Abu Bakar, Khalifah Umar juga sangat

condong menanamkan semangat demokrasi secara intensif di kalangan rakyat,

dikalangan para pemuka masayarakat, dan di kalangan para pejabat atau pada

administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan musyawarah dengan rakyat

untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan yang dihadapi. Ia

tidak bertindak sewenang-wenang dan memutuskan suatu urusan tanpa

mengikutsertakan warga negara, baik warga negara muslim maupun warga

negara non-muslim.18

17 http://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/sejarah-indah-pembebasan-palestina-oleh-khalifah-umar.html#.Uck_8zcfnIU. Diakses pada tanggal 17 April 2013.18 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 80-82.

17

Page 18: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Umar bin Al-Khaththab, yang memiliki nama lengkap Umar bin Kaththab

bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail

bin ‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay, dilahirkan di Mekah dari keturunan suku

18

Page 19: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum

terjadinya perang Fijar. Ayahnya bernama al-Khattab bin Nufail bin

Abdul- Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka'b.

Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin al-Mugirah bin Abdullah bin Umar

bin Makhzum. Dalam hidupnya itu ia menikahi sembilan perempuan yang

kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan

empat perempuan. Sebelum masuk Islam, Umar adalah penantang Nabi

Muhammad Saw. Tetapi, setelah masuk Islam dia terrmasuk seorang

sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad Saw.

2. Umar bin Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat

dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit

menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan

pasukan yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah

akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon

penggantinya, lalu ia memilih Umar.

3. Pada periode pemerintahan Umar bin al-Khaththab terdapat beberapa

kebijakan yang diterapkan oleh Umar yaitu pengelolaan kas Negara dan

pemberlakuan ijtihad serta sistem lembaga peradilan yang masih berlaku

sampai sekarang. Serta terdapat bereberapa perkembangan peradaban pada

masa tersebut yaitu perkembangan yang ditinjau dari segi ilmu

pengetahuan dan dari segi arsitektur.

4. Terdapat peristiwa-peristiwa penting pada masa pemerintahan ‘Umar

diantaranya peristiwa ekspannsi Islam yang sebagian besar ditandai dengan

penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam keluar Arab.

Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan Negeri-negeri jajahan

Imperium. Romawi dan Persia yang dimulai dengan awal pemerintahannya,

bahkan sejak pemerintahan sebelumnya. Segala tindakan yang dilakukan

untuk menghadapi dua kekuatan itu, jelas bukan hanya meyangkut

kepentingan keagamaan saja, namun juga untuk kepentingan politik.

19

Page 20: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

Semenjak penaklukan Persia dan Romawi, pemerintahan Islam menjadi

adikuasa dunia memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi Semenajung

Arabia, Palestina, Siria, Irak, Persia, dan Mesir.

B. Saran

harapan kami melalui makalah ini adalah semoga dapat bermanfaat bagi kami

dan pemabaca mampu memahami isi dari makalah kami serta memberikan

kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Sejarah Penaklukan Palestina.

http://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/sejarah-indah-pembebasan-palestina-

oleh-khalifah-umar.html#.Uck_8zcfnIU.

Haekal, Husain. 2002. Al-Faruq ‘Umar. Bogor: Pustaka Litara Antarnusa.

Nubarok, Jaih. 2003. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia

20

Page 21: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

Sodiqin, Ali dkk, 2002. Sejarah Peradaban Islam. Editor Siti Maryam. Yokyakarta:

Lesfi

21

Page 22: Kelp 4

Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab

22