keganasan medula spinalis

Upload: yohanes-ivan

Post on 11-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    1/56

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS PASIENNama : Ny. Hartati

    Jenis Kelamin : Wanita

    Umur : 37 tahun

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Status Pernikahan : Menikah

    Suku/bangsa : Minang / Indonesia

    Alamat : Kelarik RT 01 RW 02 Natuna

    Tgl. Masuk RS : 23 Maret 2013

    No. RM : 32.72.95

    Ruang : Teratai ( Kamar 5)

    II. ANAMNESIS ( autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 3 April 2013 Pk 15.00WIB) Keluhan Utama

    Kelemahan pada kedua tungkai sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit

    Keluhan Tambahan

    o Buang air besar dan buang air kecil tidak terasao Nafsu makan menurun sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit

    Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSBP Batam rujukan dari RSUD Natuna dengan keluhan utama

    kelemahan pada kedua tungkai sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan

    sebenarnya sudah dirasakan selama 1 tahun, namun diakui makin hebat dalam 1 bulan terakhir.

    Keluhan diawali oleh rasa baal dan kesemutan pada kedua tungkai dan semakin lama timbul

    kelemahan sampai pasien tidak mampu berjalan. Timbul kelemahan diakui pasien terjadi secara

    bersamaan pada kedua tungkai dan disangkal penjalaran kelemahan dari bagian ujung ke pangkal

    tungkai.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    2/56

    2

    Pasien mengeluhkan buang air kecil dan buang air besar tidak terasa, yaitu tidak bisa mengontrol

    sensasi untuk buang air besar maupun buang air kecil. Keluhan ini dirasakan muncul bersamaan

    dengan semakin berat nya kelemahan tungkai. Pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan sejak

    1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Makan hanya sedikit-sedikit. Berat badan dirasakan

    menurun.

    Keluhan batuk-batuk lama, batuk berdarah, keringat malam, dan riwayat pengobatan selama 6

    bulan disangkal oleh pasien

    Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien sempat dirawat di RSUD Natuna dan

    didiagnosis Paraplegia, Gagal ginjal akut, dan anemia. Selama perawatan, sudah dilakukan

    transfusi 5 labu PRC dan fisioterapi lima kali. Keadaan anemia membaik, namun kelemahan

    pada kedua kaki tidak ada perubahan, sehingga pada tanggal 23 Maret 2013 pasien dirujuk ke

    RSBP.

    Baal &

    kesemutan

    Kelemahanpada 2 tungkai

    Gangguan BAB

    dan BAK

    1 tahun

    smrs

    Kelemahan

    semakin berat

    Tidak nafsumakan

    Berat badan

    menurun

    1 bulan

    smrs

    Berobat ke

    RSUD Natuna

    Didiagnosis :

    Paraplegia

    Anemia

    Gagal ginjal

    akut

    1

    minggu

    smrs

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    3/56

    3

    Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat hipertensi (-)2. Diabetes mellitus (-)3. Asma (-)4. Riwayat Stroke (-)5. Alergi obat dan makanan (-)6. Riwayat Trauma (-)7. Riwayat keluhan yang sama (-)

    Riwayat Penyakit Keluarga1. Riwayat penyakit serupa (-)2. Riwayat hipertensi (-)3. Diabetes mellitus (-)4. Asma (-)5. Alergi obat dan makanan (-)6. Riwayat keluhan yang sama (-).

    Riwayat Kebiasaan1.

    Merokok (-)

    2. Makan tidak teratur3. Olahraga (-)

    III. PEMERIKSAAN JASMANI

    Pemeriksaan Umum

    Tekanan Darah : 130/ 70 mmHg

    Nadi : 80 x/menit

    Suhu : 37,1 C

    Pernafasaan : 18 x/menit

    Keadaan gizi : Kurang

    Kesadaran : Compos mentis

    Sianosis : tidak ditemukan

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    4/56

    4

    Udema umum : tidak ditemukan

    Cara berjalan : tidak dinilai

    Mobilitas ( aktif / pasif ) : pasif

    Kulit

    Warna : sawo matang

    Efloresensi : tidak ada

    Jaringan Parut : tidak ada

    Pertumbuhan rambut : merata

    Suhu Raba : hangat

    Keringat : umum

    Lapisan Lemak : distribusi merata

    Pigmentasi : Tidak ada

    Lembab/Kering : lembab

    Pembuluh darah : tidak ada varises

    Turgor : baik

    Oedem : tidak ada

    Ikterus : tidak ada

    Lain-lain : tidak ada

    Kelenjar Getah Bening

    Submandibula : tidak teraba membesar

    Supraklavikula : tidak teraba membesar

    Lipat paha : tidak teraba membesar

    Leher : tidak teraba membesarKetiak : tidak teraba membesar

    Mata

    Exophthalmus : tidak ada Enopthalmus : tidak ada

    Kelopak : tidak oedem Lensa : jernih/jernih

    Konjungtiva pucat : -/- Visus : baik

    Sklera ikterik : -/- Gerakan Mata : tidak ada hambatan

    Lapangan penglihatan : normal Tekanan bola mata : tidak meningkat

    Nistagmus : tidak ada

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    5/56

    5

    Telinga

    Tuli : tidak ada Selaput pendengaran : Sulit dinilai

    Lubang : Tidak lapang Penyumbatan : tidak ada

    Serumen : +/+ cairan/perdarahan : tidak ada

    Hidung

    Dorsum nasi : Perubahan bentuk (-), perubahan warna (-), udema (-), krepitasi (-)

    Vestibulum nasi : Sekret (-), furunkel (-), krusta (-)

    Kavum nasi : Lapang, polip (-), terpasang Naso Gastric Tube

    Konkha inferior : Eutrophi, udema (-)

    Mulut

    Bibir : tidak kering Tonsil : T1T1 hiperemis

    Langit-langit : normal Bau pernapasan : tidak ada

    Gigi geligi : lengkap Trismus : tidak ada

    Faring : hiperemis Selaput lendir : normal

    Lidah : tidak kotor

    Leher

    Tekanan Vena Jugularis (JVP) : tidak dilakukan

    Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar.

    Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar.

    Dada

    Bentuk : datar, tidak cekung.

    Buah dada : simetris, tidak ada retraksi puting susu

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    6/56

    6

    Paruparu

    Depan Belakang

    Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

    Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

    Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan

    - Fremitus taktil simetris

    - Tidak ada benjolan

    - Fremitus taktil simetris

    Kanan - Tidak ada benjolan

    - Fremitus taktil simetris

    - Tidak ada benjolan

    - Fremitus taktil simetris

    Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

    Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

    Auskultasi Kiri - Suara vesikuler

    - Wheezing (-), Ronki (+)

    - Suara vesikuler

    - Wheezing (-), Ronki (+)

    Kanan - Suara vesikuler melemah

    - Wheezing (-), Ronki (-)

    - Suara vesikuler melemah

    - Wheezing (-),Ronki ( - )

    Jantung

    Inspeksi : Tampak pulsasi iktus cordis 1 jari lateral midklavikula kiri.

    Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 1 jari lateral midklavikula kiri.

    Perkusi :

    Batas kanan : sela iga III-V linea parasternalis kanan.

    Batas kiri : sela iga VI, 1cm sebelah lateral linea midklavikula kiri.

    Batas atas : sela iga III linea parasternal kiri.

    Auskultasi : Bunyi jantung I - II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Datar, simetris, smiling umbilicus (-) dilatasi vena (-)

    Auskultasi : Bising usus 4 x/menit

    Palpasi

    Dinding perut : Supel, nyeri tekan (-)

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    7/56

    7

    Hati : Tidak teraba

    Limpa : Tidak teraba

    Perkusi : Timpani, Shifting dullness negatif

    Ekstremitas

    Tungkai atas : Akral Hangat (+) / (+) ; Oedem (-) / (-) Tungkai bawah : Akral Hangat (+) / (+) ; Oedem (-) / (-)

    Permeriksaan Status Neurologis

    1. Kesadaran : Compos mentis ; GCS : 15 E4 V5 M62. Orientasi : Baik3. Jalan Pikiran : Baik4. Kecerdasan : Baik5. Gerakan abnormal : tidak ada6. Refleks dan Tanda rangsang meningeal

    Kanan Kiri

    Refleks Tendon

    Bisep Positif Positif

    Trisep Positif Positif

    Patela Menurun Menurun

    Achiles Menurun Menurun

    Refleks Patologis

    Babibsky Chaddok Schaffer

    Klonus Patella Klonus Achilles

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Refleks meningeal

    Kaku kuduk Brudzinsky 1

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    8/56

    8

    7. Saraf KranialNervus I Baik

    Nervus II

    Visus (secara kasar) Lapang pandang

    Baik

    Tidak dilakukan

    Nervus III, IV, VI

    Ptosis Diplopia Nistagmus Gerak bola mata

    o Ataso Bawaho Lateralo Medialo Atas lateralo Atas medialo Bawah lateralo Bawah medial

    Strabismus

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Negatif

    Nervus V

    Menggigit Membuka mulut Sensibilitas

    o R.Opthalmicus

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Brudzinsky 2 Kerniq Laseq

    Negatif

    Positif

    Positif

    Negatif

    Positif

    Positif

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    9/56

    9

    o R. Maksilariso R.

    Mandibularis

    Baik Baik

    Nervus VII

    Mengangkat alis danmengerutkan dahi

    Memejamkan mata Menyeringai Sudut mulut

    Baik

    Baik

    Baik

    Simetris

    Baik

    Baik

    Nervus VIII Tidak dilakukan

    Nervus IX, X

    Disfagia Disfonia Posisi uvula Refleks faring

    Negatif

    Negatif

    Sulit dinilai

    Tidak dilakukan

    Nervus XI

    Mengangkat bahu Menoleh

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Nervus XII

    Tremor lidah Lidah mencong Disartria

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    8. ExtremitasLENGAN Kanan Kiri

    Otot Tonus Normotonus Normotonus

    Massa Normal Normal

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    10/56

    10

    Sendi Normal Normal

    Gerakan Aktif Aktif

    Kekuatan +4 +4

    Oedem Tidak ada Tidak ada

    TUNGKAI dan KAKI Kanan Kiri

    Otot Tonus Normotonus Normotonus

    Massa Normal Normal

    Sendi Normal Normal

    Gerakan Pasif Pasif

    Kekuatan 0 0

    Oedem Tidak ada Tidak ada

    9. Pemeriksaan Sensoris

    Sensasi raba

    Kanan

    Dalam batas normal

    Kiri

    Dalam bats normal

    Perbedaan suhu Normal Normal

    Propioseptif Normal Normal

    10.KoordinasiFinger tip test Lambat dan menurun

    Romberg test Tidak dapat dilakukan

    11.Gerak involuntera. Tremor : Negatifb. Khorea : Negatifc. Balismus : Negatif

    12.Susunan Saraf Otonoma. Inkontinesia urine : Positif

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    11/56

    11

    b. Inkontinesia alvie : Positifc. Hipersekresi keringat : Negatif

    13.Fungsi Luhura. Memori : Lambatb. Bahasa : Lambatc. Afek & emosi : Baikd. Kognitif : Baik

    IV. PEMERIKSAAN LAB23 Maret 2013

    PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

    Paket Darah Rutin

    Leukosit 9.370 /ul 5000-10000

    Eritrosit 4,67 Juta/uL 4 -5,5

    HB 11,4 g/dL 1215,5

    Ht 33.9 % 35-47

    Trombosit 196.000 /uL 150000-440000

    LED 102 mm / jam

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    12/56

    12

    Natrium 157 135-147

    Kalium

    Chlorida

    3,5

    130

    3,5-5,0

    94-111

    GDS 112 70-140

    V. Diagnosis Kerja :a. Paraplegia et causa suspek myelitis et causa tuberkulosisb. Acute Kidney Injurt RIFLE EVI. Diagnosis Banding :

    a. Keganasan medulla spinalisb. Arachnoiditis

    VII. Penatalaksanaan :1. IVFD Ringer Laktat 14 tetes / menit ( per 12 jam )2. Clinimix / 24 jam3. Rimstar 1 x 3 tab4. Inj. Dexamethasone 3 x 15. Pasang NGT6. Diit cair 6 x 150 cc ( per NGT )7. Pasang kateter8. Rontgen thorako-lumbal APLateral9. Konsul Spesialis Paru10. EKG

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    13/56

    13

    FOLLOW UP SOAP

    Tanggal 24/3/13, pukul 07.00

    S: Demam (+) tidak menggigil.

    O: keadaan umum : Tampak sakit berat, kesadaran compos mentis.

    TD : 150/90, N: 80x/mnt, S: 38,5 C, RR: 20x/mnt

    Status Generalis: dalam batas normal

    Status Neurologis : tidak ada perubahan

    A: Observasi febris pada paraplegia ec. Suspek myelitis ec. Suspek TB

    AKI RIFLE E

    P : Farmadol drip 3x1 ; terapi lain lanjutkan

    Tanggal 25/3/13, pukul 06.00

    S: Demam (+) turun ; badan terasa lemas

    O: keadaan umum : Tampak sakit berat, kesadaran compos mentis.

    TD : 140/80, N: 84x/mnt, S: 37,4 C, RR: 20x/mnt

    Status Generalis: dalam batas normal

    Status Neurologi : tidak ada perubahan

    Pemeriksaan Penunjang

    Rontgen Thorakolumbal

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    14/56

    14

    A: Observasi febris pada paraplegia ec. Suspek myelitis ec. Suspek TB

    AKI RIFLE E

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    15/56

    15

    P:

    CT scan thoraco lumbal Cek Tes Mantoux ( spesialis paru ) terapi lain lanjutkan

    Tanggal 28/3/13, pukul 08.00

    S: Demam (-) ; nyeri perut (+) ; Ulkus Dekubitus (+)

    O: keadaan umum : Tampak sakit berat, kesadaran compos mentis.

    TD : 150/80, N: 82x/mnt, S: 36,4 C, RR: 20x/mnt

    Status Generalis: dalam batas normal ; Nyeri tekan regio umbilikus (+)

    Status Neurologi : tidak ada perubahan

    Pemeriksaan Penunjang

    CT scan Thoraco Lumbal

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    16/56

    16

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    17/56

    17

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    18/56

    18

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    19/56

    19

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    20/56

    20

    Tes Mantoux _(-)

    A:

    Paraplegia et. Causa suspek myelitis non TBAKI RIFLE E

    P: Spesialis paru lepas rawat

    Inj Terfacef 1 x 1Konsul dokter BedahTerapi lain lanjutkan

    Tanggal 2/4/13, pukul 08.00

    S: Paraplegia (+) ; nyeri perut (+)

    O: keadaan umum : Tampak sakit berat, kesadaran compos mentis.

    TD : 130/70, N: 84x/mnt, S: 37,4 C, RR: 20x/mnt

    Status Generalis: dalam batas normal

    Status Neurologi : tidak ada perubahan

    A: Observasi febris pada paraplegia ec. Suspek myelitis non TB

    AKI RIFLE E

    P:

    GV 2x / hari + nekrotomi Kompres aquades + gentamycin (terapi oleh spesialis bedah) Inj. Panso 2x1 Inpepsa syr 4 x C II Terapi lain lanjutkan Rencana USG Abdomen

    Tanggal 3/4/13, pukul 07.00

    S: Nyeri perut (+) menurun

    O: keadaan umum : Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    21/56

    21

    TD : 130/60, N: 74x/mnt, S: 36,4 C, RR: 20x/mnt

    Status Generalis: dalam batas normal

    Status Neurologi : tidak ada perubahan

    Pemeriksaan Penunjang

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    22/56

    22

    USG ABDOMEN

    o Espertise : Hepar tidak membesar ; tekstur halus homogen; tidak tampak massa;

    vaskuler normal

    Kt. Empedu tidak membesar ; tidak tampak batu atau sludge; Duct.Billier tidak melebar

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    23/56

    23

    Lien tidak membesar, tidak tampak SOL. Pankreas tidak tervisualisasi Ginjal kiri-kanan; ukuran membesar, parenkim masih tebal, tidak

    tampak batu atau SOL, tampak hydronefrosis

    Vesica urinaria; tampak terisi balon kateter, dinding menebal, disekitar buli tampak koleksi cairan disertai fibrosis batas tidak tegas

    KESAN : HYDRONEFROSIS BILATERAL; EC. MASSA DI SEKITAR BULI

    SARAN : CT SCAN ABDOMEN DENGAN KONTRAS BILA MEMUNGKINKAN

    A: Observasi febris pada paraplegia ec. Suspek myelitis non TB

    AKI RIFLE E

    P:

    Konsul spesialis kandungan Konsul spesialis urologi Terapi lain lanjutkan

    Tanggal 4/4/13, pukul 07.00

    S: Nyeri perut (+) menurun

    O: keadaan umum : Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.

    TD : 130/60, N: 84x/mnt, S: 36,4 C, RR: 20x/mnt

    Status Generalis: dalam batas normalStatus Neurologi : tidak ada perubahan

    Jawaban Konsul :

    Spesialis Obsgyn : Tidak didapatkan kelainan pada cervix. Terdapat massa di pelvis.Saran :

    o CT scan abdomen dengan kontrasSpesialis Urologi : Pasien dengan diagonis kerja Hydronefrosis bilateral ec. Suspek

    massa Buli + ARF. Saran :

    o CT Scan Whole Abdomen dengan kontraso Terapi lain sesuai teman sejawato Pertahankan kateter

    A: Observasi febris pada paraplegia ec. Suspek myelitis non TB

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    24/56

    24

    AKI RIFLE E

    P:

    CT scan whole abdomen dengan kontras Terapi lain lanjutkan

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    25/56

    25

    Hepar tidak membesar, permukaan licin, parenkim homogen, post kontras tidakmencurigakan SOL / HCC / metastasis. Intra dan extra bile duct tidak melebar. Corakan

    vaskuler porta baik. Kt. Empedu tidak tampak kelainan

    Lien tidak membesar, parenkim homogen, vena lienalis tidak melebar Pankreas Normal, tidak curiga massa. Peripancreatic fat bersih. Ductus pancreaticus tidka

    melebar

    Ginjal besar normal, parenkim baik, tidak tampak kista atau solid mass. Perirenal spcabersih. Tidak mencurigakan batu opak sepanjang tractus urniarius. Sistem Pelviokalises

    dan kedua ureter tidak melebar. Kelenjar adrenal baik.

    KGB paraaorta tidak membesar. Tidak tampak ascites Lambung dan usus dalam batas normal, usus tidak melebar, tidak tampak ileus. Buli terisi balon kateter. Perivesica tampak suram. Tampak bayangan kistik multiple (

    terbesar 3,8 cm) di posterior buli.

    KESIMPULAN : Massa kistik pada ovarium tampak menginfiltrasi buli; DD/. Massa pada buli, dengan

    gambaran inflamasi di sekitarnya, (susp. Malignancy); disertai hydronefrosis dan

    hydroureter bilateral. Organ abdomen lainnya dalam batas normal

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    26/56

    26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Komponen Saraf Di Medulla SpinalisPada medulla spinalis terdapat 4 komponen saraf :

    1. Aferen Somatik Umum (ASU)Komponen ini menghantarkan impuls eksteroseptif dan proprioseptif

    2. Aferen Viseral Umum (AVU )Komponen ini menghantarkan impuls yang berasal dari organ visera seperti impuls yang

    berasal dari organ visera seperti impuls tarikan / regangan, perubahan tekanan, perubahan

    O2/CO2, perubahan kimiawi

    3. Eferen Somatik Umum ( ESU )Komponen ini menghantarkan impuls motorik ke otot rangka. Terdiri atas neuron alfa

    dan gamma

    4. Eferen Viseral Umum (EVU)Komponen ini menghantarkan impuls otonom yang terdiri atas komponen simpatis dan

    parasimpatis.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    27/56

    27

    II. Jaras-Jaras Desenden Pada Medulla SpinalisA. Tractus corticospinalis ( tractus pyramidalis )

    Merupakan jaras desendens yang penting dan berfungsi untuk perintah motorik langsung

    di dalam keadaan sadar.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    28/56

    28

    Tractus ini berasal dari axon-axon upper motor neuron yang berada pada cortex motorik.

    Lintasan tractus ini :

    Membentuk corona radiata Melalui crus posterior capsula interna Melalui 1/ 3 tengah basis pedunculi Melalui basis pontis Sebagian besar serabut akan menyilang membentuk decussatio pyramidum

    kemudian turun ke caudal sebagai tractus corticospinalis lateralis

    Sebagian kecil serabut yang tidak menyilang akan melanjutkan diri sebagaitractus corticospinalis anterior melalui kolumna anterior substansia alba medulla

    spinalis. Namun tractus ini juga akan menyilang garis median sesaat sebelum

    berakhir pada segmen medulla spinalis yang bersangkuta. Tractus ini terutama

    melayani otot-otot batang badan

    Tractus corticospinalis akan bersinaps dengan motor neuron alfa yang terletakpada kornu anterior substansia grissea medulla spinalis

    B. Tractus reticulospinalisC. Tractus RubrospinalisD. Tractus VestibulospinalisE. Tractus TectospinalisF. Tractus Olivospinalis

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    29/56

    29

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    30/56

    30

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    31/56

    31

    III. Jaras-Jaras Asenden Pada Medulla SpinalisSecara umum dibagi menjadi 3 sistem :

    A. Sistem Penghantar Rasa Nyeri dan Suhu Serabut ordo I : membentuk tractus dorsolateralis (Lissauer) Serabut ordo II: membentuk tractus spinothalamicus lateralis Serabut ordo III: membentuk tractus thalamocorticalis

    B. Sistem Penghantar Rasa Raba Umum dan Tekanan Serabut ordo I : membentuk tractus dorsolateralis (Lissauer) Serabut ordo II: membentuk tractus spinothalamicus anterior Serabut ordo III: membentuk tractus thalamocorticalis

    C.

    Sistem Penghantar Rasa Raba Spesifik (diskriminasi 2 titik) dan Propriosepsi Serabut ordo I :

    i. membentuk fasiculus cuneatusii. membentuk fasiculus gracilis

    Serabut ordo II: membentuk lemnicus medialis Serabut ordo III: membentuk tractus thalamocorticalis

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    32/56

    32

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    33/56

    33

    IV. MielitisA. Definisi

    Pada abad 19, hampir semua penyakit pada medula spinalis disebut mielitis. Dalam

    Dercums Of Nervous Diseases pada 1895, Morton Prince menulis tentang mielitis trumatik,

    mielitis kompresif dan sebagainya, yang agak memberikan kejelasan tentang arti terminologi

    tersebut. Dengan bertambah majunya pengetahuan neuropatologi, satu persatu penyakit di atas

    dapat diseleksi hingga yang tergolong benar-benar karena radang saja yang masih tertinggal.

    Menurut Plum dan Olsen (1981) serta Banister (1978) mielitis adalah terminologi

    nonspesifik, yang artinya tidak lebih dari radang medula spinalis. Tetapi Adams dan Victor

    (1985) menulis bahwa mielitis adalah proses radang infektif maupun non-infektif yang

    menyebabkan kerusakan pada nekrosis pada substansia grisea dan alba.

    Menurut perjalanan klinis antar awitan hingga munculnya gejala klinis mielitis dibedakan

    atas :

    1. Akut :Simptom berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam tempo beberapa hari

    saja.

    2. Sub Akut :Perjalanan klinis penyakit berkembang dalam waktu 2-6 minggu.

    3. Kronik :Perjalanan klinis penyakit berkembang dalam waktu lebih dari 6 minggu.

    Beberapa istilah lain digunakan untuk dapat menunjukkan dengan tepat, distribusi proses

    radang tersebut. Bila mengenai substansia grisea disebut poliomielitis, bila mengenai substansia

    alba disebut leukomielitis. Dan bila seluruh potongan melintang medula spinalis terserang proses

    radang maka disebut mielitis transversa.

    Bila lesinya multipleks dan tersebar sepanjang sumbu vertikal disebut mielitis diseminataatau difusa. Sedang istilah meningomielitis menunjukkan adanya proses radang baik pada

    meninges maupun medula spinalis, demikian pula denagn meningoradikulitis (meninges dan

    radiks). Proses radang yang hanya terbatas pada durameter spinalis disebut pakimeningitis dan

    bahan infeksi yang terkumpul dalam ruang epidural disebut abses epidural atau granuloma.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    34/56

    34

    Istilah mielopati digunakan bagi proses noninflamasi medula spinalis misalnya yang

    disebabkan proses toksis, nutrisional, metabolik dan nekrosis.

    B. Klasifikasi

    1. Mielitis yang disebabkan oleh virus.a. Poliomielitis, group A dan B Coxsackie virus, echovirusb. Herpes zosterc. Rabiesd. Virus B

    2. Mielitis yang merupakan akibat sekunder akibat sekunder dari penyakit pada meningensdan medula spinals.

    a. Mielitis sifilitika Meningoradikulitis kronik (tabes dorsalis) Meningomielitis kronik Sifilis meningovaskular Meningitis gumatosa termasuk pakimeningitis spinal kronik

    b. Mielitis piogenik atau supurativa Meningomielitis subakut Abses epidural akut dan granuloma Abses medula spinalis

    c. Mielitis tuberkulosa Penyakit pott dengan kompresi medula spinalis Meningomielitis tuberkulosa Tuberkuloma medula spinalis

    d. Infeksi parasit dan fungus yang menimbulkan granuloma epidural, meningitislokalisata atau meningomielitis dan abses.

    3. Mielitis (mielopati) yang penyebabnya tidak diketahui.a. Pasca infeksiosa dan pasca vaksinasib. Kekambuhan sklerosis multipleks akut dan kronikc. Degeneratif atau nekrotik.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    35/56

    35

    C. Myelitis Tuberculosa1. Definisi

    Myelitis tuberculosa berasal dari bagianbagian tubuh lain ( paruparu, ginjal, tulang,

    dll.) oleh Mycobacterium tuberculosis melalui sirkulasi darah atau tuberkulosis spinal

    yang berasal dari infiltrasi akibat trauma medulla spinalis (sering mengikutsertakan

    meningen)

    2. Gejala

    Gejala dari myelitis tuberkulosa adalah sebagai berikut.

    a. Paling sering pada dewasa muda, terutama yang memiliki riwayat TBb. Biasanya onset n ya lambat, disertai dengan demam subfebris, anoreksia, dan

    penurunan berat badan

    c. Trauma medulla spinalis sering tidak komplitd. Ketika lesi teradapat di meningen, dapat terjadi arachnoiditis yang memunculkan

    nyeri sebagai keluhan utama, bersifat asimetri serta disfungsi sensoris segmental

    e. Tes darah normal. Jumlah sel dalam CSF meningkat sedikit (dominasimononuklear), peningkatan protein, dan penurunan kadar glukosa dan klorida

    3.Tatalaksana

    a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )

    Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), Pirasinamid ( Z) dan Etambutol ( E )

    Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Klemudian diteruskan

    dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali

    dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).Obat ini diberikan untuk :

    D. Penderita baru TBC Paru BTA PositifE. Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat danF.

    Penderita TBC Ekstra Paru berat.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    36/56

    36

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    37/56

    37

    D. MIELITIS TRANSVERSA AKUT

    1. Definisi

    Myelitis Transversa adalah kelainan neurologis yang disebabkan oleh peradangan di

    kedua sisi dari satu tingkat, atau segmen, dari sumsum tulang belakang. Istilah myelitis mengacu

    pada radang sumsum tulang belakang; transversal hanya menggambarkan posisi peradangan,

    yaitu, di seberang lebar dari sumsum tulang belakang. Serangan peradangan bisa merusak atau

    menghancurkan myelin, substansi lemak yang meliputi isolasi sel serabut saraf. Ini menyebabkan

    kerusakan sistem saraf yang mengganggu inpuls antara saraf-saraf di sumsum tulang belakang

    dan seluruh tubuh.

    2. Epidemiologi

    Myelitis Transversa terjadi pada orang dewasa dan anak-anak, di kedua jenis kelamin,

    dan di semua ras. Faktor predisposisi pada keluarga tidak jelas. Sebuah puncaknya pada tingkat

    insiden (jumlah kasus baru per tahun) tampaknya terjadi antara 10 dan 19 tahun dan 30 dan 39

    tahun. Meskipun hanya beberapa studi telah meneliti tingkat insiden, diperkirakan bahwa sekitar

    1.400 kasus baru didiagnosis myelitis melintang setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar

    33.000 orang Amerika memiliki beberapa jenis kecacatan akibat gangguan ini.

    3. Etiologi

    Para peneliti tidak yakin mengenai penyebab pasti transversa myelitis. Peradangan yang

    menyebabkan kerusakan yang luas pada medulla spinalis dapat diakibatkan oleh infeksi virus,

    reaksi kekebalan yang abnormal, atau tidak cukup aliran darah melalui pembuluh darah yang

    terletak di sumsum tulang belakang. Myelitis Transversa juga dapat terjadi sebagai komplikasi

    sifilis, campak, penyakit Lyme, dan beberapa vaksinasi, termasuk untuk cacar dan rabies serta

    idiopatik.

    Myelitis transversa sering berkembang akibat infeksi virus. Agen infeksi yang dicurigai

    menyebabkan myelitis transversa termasuk varicella zoster, herpes simpleks, sitomegalovirus,

    Epstein-Barr, influenza, echovirus, human immunodeficiency virus (HIV), hepatitis A, dan

    rubella. Bakteri infeksi kulit, infeksi telinga tengah (otitis media), dan Mycoplasma pneumonia.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    38/56

    38

    3. Patogenesis

    Pasca-kasus infeksi mekanisme sistem kekebalan tubuh yang aktif akibat virus atau

    bakteri, tampaknya memainkan peran penting dalam menyebabkan kerusakan pada saraf tulang

    belakang. Meskipun peneliti belum mengidentifikasi mekanisme yang tepat bagaimana

    terjadinya cedera tulang belakang dalam kasus ini, mungkin rangsangan sistem kekebalan

    sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa reaksi kekebalan tubuh mungkin

    bertanggung jawab. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh, yang biasanya melindungi

    tubuh dari organisme asing, keliru menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan inflamasi

    dan, dalam beberapa kasus,menyebabkan kerusakan myelin dalam sumsum tulang belakang

    Beberapa kasus myelitis transversa akibat dari malformasi arteriovenosa spinal (kelainan

    yang mengubah pola-pola normal aliran darah) atau penyakit pembuluh darah seperti

    aterosklerosis yang menyebabkan iskemia, penurunan tingkat normal oksigen dalam jaringan

    sumsum tulang belakang. Iskemia dapat terjadi di dalam sumsum tulang belakang akibat

    penyumbatan pembuluh darah atau mempersempit, atau faktor-faktor lain yang kurang umum.

    Pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan saraf tulang belakang dan membawa

    sisa metabolik. Ketika arterivenosus menjadi menyempit atau diblokir, mereka tidak dapat

    memberikan jumlah yang cukup sarat oksigen darah ke jaringan saraf tulang belakang. Ketika

    wilayah tertentu dari sumsum tulang belakang menjadi kekurangan oksigen, atau iskemik, sel

    saraf dan serat mungkin mulai memburuk relative dengan cepat. Kerusakan ini dapat

    menyebabkan peradangan luas, kadang-kadang menyebabkan myelitis transversal. Kebanyakan

    orang yang mengembangkan kondisi sebagai akibat dari penyakit vaskular melewati usia 50,

    punya penyakit jantung, atau baru saja menjalani operasi dada atau abdominal.

    4. Gambaran klinis

    Myelitis transversa dapat bersifat akut (berkembang selama jam sampai beberapa hari)

    atau subakut (berkembang lebih dari 2 minggu hingga 6 minggu). Gejala awal biasanya

    mencakup lokal nyeri punggung bawah, tiba-tiba paresthesias (sensasi abnormal seperti

    membakar, menggelitik, menusuk, atau kesemutan) di kaki, hilangnya sensorik, dan paraparesis

    (kelumpuhan parsial kaki). Paraparesis sering berkembang menjadi paraplegia. Dan

    mengakibatkan gangguan genitourinary dan defekasi. Banyak pasien juga melaporkan

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    39/56

    39

    mengalami kejang otot, perasaan umum tidak nyaman, sakit kepala, demam, dan kehilangan

    nafsu makan. Tergantung pada segmen tulang belakang yang terlibat, beberapa pasien mungkin

    juga akan mengalami masalah pernapasan.

    Dari berbagai macam gejala, empat ciri-ciri klasik myelitis transversa yang muncul:

    (1) kelemahan kaki dan tangan,

    (2) nyeri,

    (3) perubahan sensorik, dan

    (4) disfungsi pencernaan dan kandung kemih.

    Kebanyakan pasien akan mengalami berbagai tingkat kelemahan di kaki mereka,

    beberapa juga mengalaminya di lengan mereka. Awalnya, orang-orang dengan myelitis

    transversal mungkin menyadari bahwa kaki mereka tampak lebih berat dari biasanya.

    Perkembangan penyakit selama beberapa minggu sering mengarah pada kelumpuhan penuh dari

    kaki, yang mengharuskan pasien untuk menggunakan kursi roda.

    Nyeri adalah gejala utama dari myelitis transversa pada sepertiga sampai setengah dari

    semua pasien. Rasa sakit dapat dilokalisasi di punggung bawah atau dapat terdiri dari tajam,

    sensasi yang memancarkan bawah kaki atau lengan atau di sekitar dada.

    Pasien yang mengalami gangguan sensoris sering menggunakan istilah-istilah seperti

    mati rasa, kesemutan, dingin, atau pembakaran untuk menggambarkan gejala mereka. Sampai 80

    persen dari mereka yang myelitis transversa memiliki kepekaan yang meningkat, sehingga

    pakaian atau sentuhan ringan dengan jari signifikan menyebabkan rasa tidak nyaman atau sakit

    (suatu keadaan yang disebut allodynia). Banyak juga mengalami peningkatan sensitivitas

    terhadap perubahan suhu yang ekstrem atau panas atau dingin.

    Gangguan pada genitourinary dan gastrointestinal mungkin melibatkan peningkatan

    frekuensi dorongan untuk buang air kecil atau buang air besar, inkontinensia, kesulitan buang air

    kecil, dan sembelit. Selama perjalanan penyakit, sebagian besar orang dengan myelitis transversa

    akan mengalami satu atau beberapa gejala.

    5. Perjalanan penyakit

    Gejala biasanya dimulai dengan nyeri punggung yang timbul secara tiba-tiba, diikuti oleh

    mati rasa dan kelemahan otot kaki yang akan menjalar ke atas.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    40/56

    40

    Gejala tersebut bisa semakin memburuk dan jika menjadi berat akan terjadi kelumpuhan

    serta hilangnya rasa disertai dengan hilangnya pengendalian pencernaan dan kandung kemih.

    Lokasi terhambatnya impuls saraf pada medula spinalis menentukan beratnya gejala yang

    timbul.

    6. Diagnosa

    Mielitis transversa harus dibedakan dari mielopati komprensi medula spinalis baik karena

    proses neoplasma medula spinalis intrinsik maupun ekstrensik, ruptur diskus intervertebralis

    akut, infeksi epidural dan polineuritis pasca infeksi akut (Sindrom Guillain Barre).

    Pungsi lumbal dapat dilakukan pada mielitis transversa biasanya tidak didapati blokade

    aliran likuor, pleositosis moderat (antara 20-200 sel/mm3) terutama jenis limfosit, protein sedikit

    meninggi (50-120 mg/100 ml) dan kadar glukosa normal. Berbeda dengan sindrom Guillain

    Barre di mana dijumpai peningkatan kadar protein tanpa disertai pleositosis. Dan pada sindrom

    Guillain Barre, jenis kelumpuhannya adalah flaksid serta pola gangguan sensibilitasnya di

    samping mengenai kedua tungkai juga terdapat pada kedua lengan.

    Lesi kompresi medula spinalis dapat dibedakan dari mielitis karena perjalanan

    penyakitnya tidak akut sering didahului dengan nyeri segmental sebelum timbulnya lesi

    parenkim medula spinalis. Selain itu pada pungsi lumbal dijumpai blokade aliran likuor dengan

    kadar protein yang meningkat tanpa disertai adanya sel.

    Dilakukan pungsi lumbal , CT scan atau MRI, mielogram serta pemeriksaan darah.

    7. Penatalaksanaan

    Pemberian glukokortikoid atau ACTH, biasanya diberikan pada penderita yang datang

    dengan gejala awitanya sedang berlangsung dalam waktu 10 hari pertama atau bila terjadi

    progresivitas defesit neurologik. Glukokortikoid dapat diberikan dalam bentuk prednison oral 1

    mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal selama 2 minggu lalu secara bertahap dan

    dihentikan setelah 7 hari. Bila tidak dapat diberikan per oral dapat pula diberikan metil

    prednisolon intravena dengan dosis 0,8 mg/kg/hari dalam waktu 30 menit. Selain itu ACTH

    dapat diberikan secara intramuskular denagn dosis 40 unit dua kali per hari (selama 7 hari), lalu

    20 unit dua kali per hari (selama 4hari) dan 20 unit dua kali per hari (selama 3 hari). Untuk

    mencegah efek samping kortikosteroid, penderita diberi diet rendah garam dan simetidin 300 mg

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    41/56

    41

    4 kali/hari atau ranitidin 150 mg 2kali/hari. Selain itu sebagai alternatif dapat diberikan antasid

    per oral.

    Pemasangan kateter diperlukan karena adanya retensi urin, dan untuk mencegah

    terjadinya infeksi traktus urinarius dilakukan irigasi dengan antiseptik dan pemberian antibiotik

    sebagai prolifilaksis (trimetroprim-sulfametoksasol, 1 gram tiap malam). Konstipasi dengan

    pemberian laksan.

    Pencegahan dekubitus dilakukan dengan alih baring tiap 2 jam. Bila terjadi hiperhidrosis

    dapat diberikan propantilinbromid 15 mg sebelum tidur. Disamping terapi medikamentosa maka

    diet nutrisi juga harus diperhatikan, 125 gram protein, vitamin dosis tinggi dan cairan sebanyak 3

    liter per hari diperlukan.

    Setelah masa akut berlalu maka tonus otot mulai meninggi sehingga sering menimbulkan

    spasme kedua tungkai, hal ini dapat diatasi dengan pemberian Baclofen 15-80 mg/hari, atau

    diazepam 3-4 kali 5 mg/hari. Rehabilitas harus dimulai sedini mungkin untuk mengurangi

    kontraktur dan mencegah komplikasi tromboemboli.

    E. Arachnoiditis

    1. DefinisiArachnoiditis adalah kelainan dengan nyeri sebagai keluhan utama yang disebabkan oleh

    inflamasi arachnoid, salah satu membrane yang melapisi dan melindungi saraf-sarafmedulla spinalis. Kelainan ini ditandai dengan rasa nyeri seperti tersengat, terbakar, dan

    disertai gangguan neurologis.

    2. GejalaArachnoiditis tidak memiliki gejala dengan pola yang konsisten , namun pada banyak

    orang, kelainan ini mempengaruhi saraf-saraf yang menginervasi pinggang dan tungkai.

    Gejala utama arachnoiditis adalah nyeri, namun gambaran klinis arachnoiditis dapat juga

    berupa :

    Rasa kesemutan (tingling), baal (numbness), atau kelemahan pada tungkai Sensasi berupa serangga yang berjalan di kulit atau tetesan air mengalir ke bawah pada

    tungkai (trickling down)

    Nyeri yang berat seperti tersengat listrik Keram dan spasme otot disertai kedutan otot (twitching)

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    42/56

    42

    Gangguan buang air kecil dan buang air besar, disfunsi seksual

    Sejalan dengan progresivitas penyakit, gejala dapat semakin berat dan permanen. Banyak

    orang dengan arachnoiditis mengalami gangguan aktivitas sehari-hari dan pekerjaan

    karena nyeri yang konstan.

    3. PenyebabInflamasi arachnoid dapat membentuk jaringan parut dan menyebabkan saraf spinal

    saling menempel dan mengalami malfungsi. Inflamasi arachnoid dapat disebabkan iritasi

    yang terjadi akibat :

    Trauma langsung tulang belakang Kimiawi

    o Kontras pada myelogram dahulu diduga sebagai penyebab beberapa kasusarachnoiditis

    o Pelarut pada injeksi steroid epidural Ineksi bakteri dan virus, seperti meningitis viral dan tuberkulosis Kompresi kronik saraf spinal Komplikasi bedah saraf dan prosedur invasif

    4. DiagnosisMendiagnosis arachnoiditis dapat sulit dilakukan, namun beberapa pemeriksaan

    penunjang seperti CAT scan (computerized axial tomography) atau MRI ( magnetic

    resonance imaging) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan EMG

    (electromyogram) dapat menunjukkan derajat keberatan dari radix saraf yang terlibat.

    5. TatalaksanaTidak ada obat untuk menyembuhkan arachnoiditis. Pilihan pengobatan terhadap

    arachnoiditis mirip pengobatan yang dilakukan terhadap kondisi nyeri kronik lainnya.

    Kebanyakan berfokus pada meringankan nyeri dan meredakan gejala-gejala yang

    menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari. Seringkali, direkomendasikan

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    43/56

    43

    program manajemen nyeri , fisioterapi, latihan, dan psikoterapi. Terapi pembedahan

    terhadap arachnoiditis masih kontroversial, karena hasil yang kurang memuaskan dan

    hanya menyediakan waktu bebas nyeri yang singkat.

    G. Tumor Medula Spinalis1.Definisi

    Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang

    atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis

    atau akar-akar saraf. Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat

    terjadi pada daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas;

    Tumor primer:

    1) jinak yang berasal daria) tulang;osteoma dankondroma,

    b) serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma),

    c) berasal dari selaput otak disebut Meningioma;

    d) jaringan otak; Glioma, Ependinoma.

    2) ganas yang berasal dari

    a) jaringan saraf seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma,

    b) sel muda seperti Kordoma.

    Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah

    rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.

    2. EtiologiPada sejumlah kecil individu, tumor SSP dapat disebabkan penyakit genetik tertentu,

    seperti neurofibromatosis dan tuberous sclerosis, atau paparan radiasi.6

    Sebagian kecil tumor

    medulla spinalis terjadi di saraf medulla spinalis itu sendiri. Kebanyakan adalah ependyoma dan

    glioma lainnya. Tumor dapat berawal di jaringan spinalis yang disebut tumor spinalis primer.

    Tumor dapat menyebar ke spinalis dari tempat lain (metastasis) yang disebut tumor spinalis

    sekunder. Penyebab tumor spinalis primer tidak diketahui. Beberapa tumor spinalis primer

    terjadi karena defek genetic. Tumor spinalis umumnya lebih sedikit dibanding tumor otak

    primer. Tumor medulla spinalis dapat terjadi :

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    44/56

    44

    - Didalam medulla (intramedularis)- Dalam membrane (mening) menutupi medulla spinalis (exramedularis-intradural)- Diantara meninges dan tulang spinalis (extradural)

    Atau tumor merupakan perluasan dari tempat lain. Kebanyakan tumor spinalis adalah

    extradural.7

    Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan muncul

    dari pertumbuhan sel normal pada tempat tersebut. Riwayat genetik terlihat sangat berperan

    dalam peningkatan insiden pada keluarga tertentu atau syndromic group (neurofibromatosis).

    Astrositoma dan neuroependymoma merupakan jenis yang tersering pada pasien dengan

    neurofibromatosis tipe 2, yang merupakan kelainan pada kromosom 22. Spinal

    hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan von hippel-lindou syndrome

    sebelumnya,yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.8

    Faktor risiko lainnya yang menyebabkan tumor SSP primer termasuk ras (Kaukasian

    lebih sering didapatkan tumor SSP dari ras lain) dan penduduk. Pekerja di tempat yang

    berhubungan dengan kontak radiasi pengion atau bahan kimia tertentu, termasuk yang digunakan

    untuk memproduksi bahan bangunan atau plastik dan tekstil, memiliki kesempatan lebih besar

    mengidap tumor otak.9

    3.

    KlasifikasiTumor pada medulla spinalis dapat dibagi menjadi tumor primer dan tumor

    metastasis. Kelompok yang dominan dari tumor medula spinalis adalah metastasis dari

    proses keganasan di tempat lain. Tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi tiga kelompok,

    berdasarkan letak anatomi dari massa tumor.

    Pertama, kelompok ini dibagi dari hubungannya dengan selaput menings spinal,

    diklasifikasikan menjadi tumor intradural dan tumor ekstradural. Selanjutnya, tumor

    intradural sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tumor yang tumbuh pada

    substansi dari medula spinalis itu sendiriintramedullary tumours- serta tumor yang tumbuh

    pada ruang subarachnoid (extramedullary).

    a. Tumor IntraduralBerbeda dengan tumor ekstradural tumor intradural pada umumnya jinak.

    - Tumor Ekstramedular

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    45/56

    45

    Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah

    ini merupakan neurofibroma atau meningioma jinak

    - Tumor Intramedular

    Berasal dari dalam medula spinalis itu sendiri.

    b. Tumor Ekstradural Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara,

    prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung

    Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari

    dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural

    biasanya karsinoma dan limfoma metastase.

    Ekstradural Intradural ekstramedular Intradural intramedular

    Chondroblastoma

    Chondroma

    Hemangioma

    Lipoma

    Lymphoma

    Meningioma

    Metastasis

    Neuroblastoma

    Neurofibroma

    Osteoblastoma

    Osteochondroma

    Osteosarcoma

    Sarcoma

    Vertebral hemangioma

    Ependymoma, tipe myxopapillary

    Epidermoid

    Lipoma

    Meningioma

    Neurofibroma

    Paraganglioma

    Schwanoma

    Astrocytoma

    Ependymoma

    Ganglioglioma

    Hemangioblastoma

    Hemangioma

    Lipoma

    Medulloblastoma

    Neuroblastoma

    Neurofibroma

    Oligodendroglioma

    Teratoma

    Tabel 1 distribusi anatomi dari tumor medulla spinalis berdasarkan gambaran histologisnya

    4. PatofisiologiTumor intramedulla menyusup dan menghancurkan parenkim medula, dapat meluas

    lebih dari beberapa segmen medulla spinalis atau menyebabkan suatu syrinx. Medula spinalis

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    46/56

    46

    terdiri dari banyak berkas saraf yang naik dari dan turun ke otak. impuls listrik yang dibawa

    dan dikirim untuk memfasilitasi gerakan dan sensasi. Dengan tumor medulla spinalis

    intramedulla, kompresi, dan peregangan dari system serabut menyebabkan hilangnya fungsi

    motorik dan sensorik. Sejalan pertumbuhan tumor, fungsi neurologi pasien lebih memburuk.8

    Patofisiologi tumor medulla spinalis intrameduler bervariasi sesuai dengan jenis

    tumor. Ependymomas biasanya lambat, tumor berkapsul yang secara histologis jinak. Nyeri

    dan defisit neurologis timbul sebagai akibat dari peregangan progresif dan distorsi serat saraf.

    Biasanya gambaran anatomi yang jelas terdapat saat operasi, dan hasil reseksi visual

    anatomis yang besar dalam pengobatan. Subtipe anaplastik yang langka dapat invasif,

    bagaimanapun, dan lebih cenderung kambuh atau menyebar melalui ruang CSF. Bahkan

    secara histologi jinak-muncul ependymomas medulla spinalis dapat bermetastasis dengan

    cara ini.10

    5. InsidensiInsidensi tumor medulla spinalis terjadi 1,1 kasus per 100.000 orang.

    10Tumor

    medulla spinalis umumnya lebih sedikit dibanding tumor otak. Meskipun semuanya

    mengenai orang-orang dari segala usia, tumor medulla spinalis paling sering terjadi pada usia

    dewasa muda dan paruh baya. Hampir 3.200 tumor sistem saraf pusat didiagnosis setiap

    tahun pada anak di bawah usia 20.9

    Jumlah tumor medula spinalis mencakup kira-kira 15 % dari seluruh neoplasma

    susunan saraf. Sebagian besar tumor-tumor intradural tumbuh dari konstituen seluler medula

    spinalis dan filum terminale, akar saraf atau meningens. Metastasis ke dalam kompartemen

    intradural kanalis spinalis jarang terjadi (paraganglioma, neoplasma melanositik). Sebagian

    besar tumor primer medula spinalis tumbuh pada intradural. Lokasi tumor medula spinalis:

    Thorak (50%), lumbal (30%), servikal (20%).Tumor medula spinalis yang paling sering pada

    intrameduler adalah glioma. Tipe lainnya yang sering adalah astrositoma, ependimoma, dan

    ganglioglioma, lebih jarang hemangioblastoma dan tumor neuroektodermal primitif.1,2

    Histologi Insiden

    Tumor sel glia

    Ependymoma

    3 %

    13%-15%

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    47/56

    47

    Astrositoma

    Schwanoma

    Meningioma

    Lesi vascular

    Chondroma/chondrosarkoma

    Jenis tumor yang lain

    7%-11%

    22%-30%

    25%-46%

    6%

    4%

    3%-4%

    Tabel 2 Distribusi insiden tumor primer medulla spinalis berdasarkan histology

    Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma, astrositoma dan

    hemangioblastoma. Ependymoma merupakan tumor intramedular yang paling sering pada

    orang dewasa. Tumor ini lebih sering didapatkan pada orang dewasa pada usia

    pertengahan(30-39 tahun) dan lebih jarang terjadi pada usia anak-anak. insidensi ependidoma

    kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari ependydoma muncul pada daerah

    lumbosakral.11

    Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh pada

    medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering pada tiga

    dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular yang tersering pada

    usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur

    10 tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60% dari astrositoma spinalis berlokasidi segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal,

    lumbosakral atau pada conus medialis.12

    Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang tumbuh lambat dengan

    prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula spinalis. Rata-rata

    terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau syndrome

    (VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel. Rasio

    laki-laki dengan perempuan 1,8 : 1. Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah

    schwanoma, dan meningioma. Berdasarkan table 2, schwanoma merupakan jenis yang

    tersering (53,7%) dengan insidensi laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia 40-

    60 tahun dan tersering pada daerah lumbal.10

    Meningioma merupakan tumor kedua tersering pada kelompok intradural-

    ekstramedullar tumor. Meningioma menempati kira-kira 25% dari semua tumor spinal.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    48/56

    48

    Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi pada segmen thorakal, 25% pada daerah

    servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada foramen magnum.12,13

    6. Gejala KlinisGejala klinis bergantung pada tempat, tipe tumor, dan keadaan umum. Tumor dapat

    menyebar ke spinalis dari bagian lain (metastasis) seringnya progresif cepat. Tumor primer

    seringnya progresif lambat lebih dari minggu sampai tahun.7

    Umumnya gejala berkembang

    perlahan dan memburuk sesuai dengan pertumbuhan tumor.9

    Tumor medulla spinalis

    (intrameduler) biasanya memberikan gejala, kadang-kadang melebihi besar bagian tubuh.

    Tumor diluar medulla spinalis (extramedular) dapat tumbuh lama sebelum menyebabkan

    kerusakan saraf.7

    Gejala umum dari tumor medulla spinalis termasuk rasa sakit, mati rasa atau

    perubahan sensorik, dan masalah motorik dan hilangnya kontrol otot. Nyeri dapat merasa

    seolah-olah berasal dari berbagai bagian tubuh. Nyeri tulang belakang dapat meluas ke

    pinggul, tungkai, kaki, dan lengan. Nyeri ini sering menetap dan bisa memberat. Hal ini

    sering progresif dan dapat terasa terbakar atau sakit. Mati rasa atau perubahan sensorik

    dapat mencakup penurunan sensitivitas kulit, suhu dan progresif mati rasa atau kehilangan

    sensasi, terutama pada kaki. masalah Motorik dan hilangnya kontrol otot termasuk

    kelemahan otot, spastik (dimana otot-otot berkontraksi tetap kaku), dan gangguan kandung

    kemih dan atau kontrol buang air besar. Jika tidak diobati, gejala dapat memperburuk

    termasuk disfungsi otot, penurunan kekuatan otot, ritmejalan normal yang disebut ataksia,

    dan kelumpuhan.Gejala dapat menyebar di berbagai bagian tubuh ketika tumor satu atau

    lebih meluas ke beberapa bagian dari medulla spinalis.7

    Gambaran klinik pada tumor medulla spinalis sangat ditentukan oleh lokasi serta

    posisi pertumbuhan tumor dalam kanalis spinalis

    a. Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor1) Tumor foramen magnum

    Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan

    hiperestesi dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2). Setiap aktivitas yang

    meningkatkan tekanan intrakranial (misal, batuk, mengedan, mengangkat barang atau

    bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    49/56

    49

    motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau

    memasang kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadraplegia spastik dan

    hilangnya sensasi secara bermakna. Gejala lainnya adalah pusing, disatria, disfagia,

    nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot

    sternokleidomastiodeus dan trapezius. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi

    dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastic, palsy N.IX

    sampai XI, dan kelemahan ekstremitas.14

    2) Tumor daerah servikalLesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik mirip lesi

    radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga melibatkan tangan.

    Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas diduga disebabkan oleh kompresi

    suplai darah ke kornu anterior melaui arteria spinalis anterior. Pada umumnya

    terdapat kelemahan dan artrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih

    rendah ( C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas

    (biseps,brakhioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial

    lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk

    pada lesi C7; dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari

    tengah.14

    3) Tumor daerah thorakalPenderita lesi daerah thorakal seringkali datang dengan kelemahan spastik yang

    timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parastesia.

    Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan

    abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat intrathorakal dan

    intraabdominal. Pada lesi thorakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan

    tanda beevor dapat menghilang.14

    4) Tumor daerah lumbosakralKompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun

    menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi

    panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan

    refleks pergelangan kaki dan tanda babynski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan ke

    selangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    50/56

    50

    bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki.

    Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus

    dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian

    bawah.14

    5) Tumor kauda ekuinaLesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam., kelemahan dan atrofi dari

    otot-otot termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan otot anterior tibialis.

    Refleks APR mungkin menghilang, muncul gejala-gejala sfingter dini dan impotensi.

    Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum dan perineum yang

    kadangkadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf

    yang terkena dan terkadang asimetris.14

    b. Perjalanan klinis tumor berdasarkan letak tumor dalam kanalis spinalis1) Lesi Ekstradural

    Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi cepat akibat

    invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna vertebralis, atau perdarahan dari

    dalam metastasis. Begitu timbul gejala kompresi medula spinalis, maka dengan cepat

    fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali. Kelemahan spastik dan hilangnya

    sensasi getar dan posisi sendi di bawah tingkat lesi merupakan tanda awal kompresi

    medula spinalis.14

    2) Lesi Intradurala) Intradural Ekstramedular

    Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi medula spinalis

    dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom Brown-Sequard mungkin

    disebabkan oleh kompresi lateral medula spinalis. Sindrom akibat kerusakan

    separuh medula spenalis ini ditandai dengan tanda-tanda disfungsi traktus

    kortikospinalis dan kolumna posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi. Pasien

    mengeluh nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks

    spinal. Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh gerakan,

    batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari. Nyeri

    yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang

    sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    51/56

    51

    pemendekan dari gravitasi. Defisit sensorik mula-mula tidak jelas dan terjadi di

    bawah tingkat lesi (karena tumpah tindih dermaton). Defisit ini berangsur-angsur

    naik hingga di bawah tingkat segmen medula spinalis. Tumor pada sisi posterior

    dapat bermanifestasi sebagai parestesia dan selanjutnya defisit sensorik

    proprioseptif, yang menambahkan ataksia pada kelemahan. Tumor yang terletak

    anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan tetapi dapat menyebabkan

    gangguan motorik yang hebat.14

    b) Intradural IntramedularTumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari medula spinalis dan merusak

    serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. Kerusakan serabut-

    serabut yang menyilang ini mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang

    meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan

    pada kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar.

    Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas sensasi yang lain dikenal sebagai

    defisit sensorik yang terdisosiasi. Perubahan fungsi refleks renggangan otot terjadi kerusakan

    pada sel-sel kornu anterior. Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh

    keterlibatan neuron-neuron motorik bagian bawah. Gejala dan tanda lainnya adalah nyeri

    tumpul sesuai dengan tinggi lesi, impotensi pada pria dan gangguan sfingter.14

    7. Pemeriksaan PenunjangModalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mendiagnosa semua tipe tumor

    medulla spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada

    struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat denan pemeriksaan yang

    lain17

    Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen

    interverebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak

    berlekuk lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak

    interpendilkular. (sama)17

    Mielograf selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradularekstradular

    memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada pemeriksaan myelogram.

    Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula spinalis.

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    52/56

    52

    Gambar 2 MRI Ekstradular

    Gambar 3 MRI tumor medulla spinalis (intradural intramedular)

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    53/56

    53

    Gambar 4 MRI tumor intradural ekstramedular

    Gambar 5 myelogram normal

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    54/56

    54

    Gambar 6 myelografi neurofibroma

    Cairan Serebrospinal

    Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat bermanfaat untuk

    differensial diagnosa ataupun untuk memonitor terapi. Apabila terjadi obstruksi dari aliran

    CSS sebagai akibat dari ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus. Punksi lumbal

    harus dipertimbangkan secara hati hati pada pasien tumor medulla spinalis dengan sakit

    kepala (terjadi peningkatan tekanan intracranial)

    Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan (sitologi), protein dan

    glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta kadar glukosa dan sitologi yang normal

    didapatkan pada tumor tumor medulla spinalis. Walaupun apabila telah menyebar ke selaput

    otak, kadar glukosa didapatkan rendah dan sitologi menunjukkan malignansi. Adanya

    xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya eritrsit merupakan karakteristik dari tumor

    medulla spinalis yang menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS statis pada

    daerah kaudal tekal sac

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    55/56

    55

    a. DiagnosaDiagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil anamnesis dan

    pemeriksaan fisis serta penunjang. Tumor ekstradural mempunyai perjalanan klinis berupa

    fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali disertai Kelemahan spastik dan hilangnya

    sensasi getar dan posisi sendi dibawah tingkat lesi yang berlangsung cepat. Pada pemeriksaan

    radiogram tulang belakang, sebagian besar penderita tumor akan memperlihatkan gejala

    osteoporosis atau kerusakan nyata pada pedikulus dan korpus vertebra. Myelogram dapat

    memastikan letak tumor.12

    Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah kompresi serabut saraf

    spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah nyeri, mula-mula di punggung dan

    kemudian di sepanjang radiks spinal. Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh

    traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari.

    Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang sakit,

    yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari gravitasi.

    Defisit sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen medulla spinalis.

    Pada tomor ekstramedular, kadar proteid CSS hampir selalu meningkat. Radiografi spinal

    dapat memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikulus yang berdekatan.

    Seperti pada tumor ekstradural, myelogram, CT scan, dan MRI sangat penting untuk

    menentukan letak yang tepat.12

    Pada tumor intramedular, Kerusakan serabut-serabut yang menyilang pada substansia

    grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh

    segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.

    Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi

    nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas senssi yang lain dikenal sebagai defisit sensorik

    yang terdisosiasi. Radiogram akan memperlihatkan pelebaran kanalis vertebralis dan erosi

    pedikulus. Pada myelogram, CT scan, dan MRI, tampak pembesaran medulla spinalis.12

    b. Diagnosa banding

    Tumor medula spinalis harus dibedakan dari kelainan-kelainan lainnya pada medula

    spinalis. Beberapa diferensial diagnosis meliputi : transverse myelitis, multiple sklerosis,

    syringomielia, syphilis,amyotropik lateral sklerosis (ALS), anomali pada vertebra servikal

  • 7/23/2019 keganasan medula spinalis

    56/56

    dan dasar tengkorak, spondilosis, adhesive arachnoiditis, radiculitis cauda ekuina, arthritis

    hipertopik, rupture diskus intervertebralis, dan anomaly vascular.18

    Multiple sklerosis dapat dibedakan dari tumor medula spinalis dari sifatnya yang

    mempunyai masa remisi dan relaps. Gejala klinis yang disebabkan oleh lesi yang multiple

    serta adanya oligoklonal CSS merujuk pada multiple sklerosis. Transverse myelitis akut

    dapat menyebabkan pembesaran korda spinalis yang mungkin hampir sama dengan tumor

    intramedular.18

    Diferensial diagnosis antara syringomielia dan tumor intramedular sangat rumit,

    karena kista intramedular pada umumnya berhubungan dengan tumor tersebut. Kombinasi

    antara atrofi otot-otot lengan dan kelemahan spastic pada kaki pada ALS mungkin dapat

    membingungkan kita dengan tumor servikal. Tumor dapat disingkirkan apabila didapatkan

    fungsi sensorik yang normal, adanya fasikulasi, dan atrofi pada otot-otot kaki. Spondilosis

    servikal, dengan atau tanpa rupture diskus intervertebralis dapat menyebabkan gejala iritasi

    serabut saraf dan kompresi medulla spinalis. Osteoarthritis dapat didiagnosis melalui

    pemeriksaan radiologi.18

    Anomali pada daerah servikal atau pada dasar tengkorak, seperti platybasia atau

    klippel-feil syndrome dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologi. Kadang kadang

    arakhnoiditis dapat memasuki sirkulasi dalam medulla spinalis yang dapat menunjukkan

    gejala seperti lesi langsung pada medulla spinalis. Pada arakhnoiditis, terdapat peningkatan

    protein CSS yang sangat berarti.18

    Tumor jinak pada medulla spinalis mempunyai ciri khas berupa pertumbuhan yang

    lambat namun progresif selama bertahun-tahun. Apabila sebuah neurofibroma tumbuh pada

    radiks dorsalis, akan terasa nyeri yang menjalar selama bertahun-tahun sebelum tumor ini

    menunjukkan gejala-gejala lainnya yang dikenali dan didiagnosis sebagai tumor. Sebaliknya,

    onset yang tiba-tiba dengan defisit neurologis yang berat, dengan atau tanpa nyeri, hampir

    selalu mengindikasikan suatu tumor ekstradural malignan, seperti karsinoma metastasis atau

    limfoma.18