kedai digital

Upload: lance-sullivan

Post on 05-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kedai Digital

TRANSCRIPT

KEDAI DIGITALBIODATA PEMILIK Nama: Saptuari Sugiarto (anto)Tempat, tanggal lahir: Yogyakarta, 8 September 1979Pendidikan: S1 Jurusan Perencanaan pengembangan Wilayah, F. Geografi UGMUsaha: Kedai DigitalPenghargaan a. Tahun 2007 pemenang II Wirausaha muda Mandiri Kategori Mahasiswa Program Pasca Sarjana dan Alumnib. Tahun 2008 penghargaan ISMBEA (Indonesia Small and Medium Bussiness) dan Enterpreneur Award versi Majalah Wirausaha dan KeuanganKISAH BIOGRAFIAwal mulanya, Beliau mengambil konsep bisnis yang nge-pop saat itu yaitu ATM dan PISS. ATM kepanjangan dari Amati Tiru dan Modifikasi sedangkan PISS kepanjangan dari Positive Thinking, Ikhtiar dan Ikhlas, Sedekah dan Sukses Dunia Akhirat.Dengan pedoman itu beliau kini sukses mendirikan kedai digital di 30 kota di Indonesia dengan hanya 200 karyawan. Tak ada modal besar ataupun strategi bisnis yang rumit pada pendirian Kedai Digital. Menurut Beliau, mendirikan bisnis tidak harus menciptakan hal baru yang mengharuskan riset pasar dan memakan biaya mahal. Dengan cara mengamati dari bisnis yang sudah ada pun juga bisa, kemudian tiru bisnis nya tetapi jangan ditiru plek akan tetapi dimodifikasi sehingga menghasilkan keunikan tersendiri, bahkan bisa jadi bisnis yang kita hasilkan bisa lebih unik dan lebih sukses jika kita lebih kreatif dalam memodifikasinya. Itulah penjabaran prinsip ATM yang menjadi dasar bisnis Beliau.Sejak masuk dunia mahasiswa Beliau, memang telah memiliki tekad untuk merintis bisnis sendiri. Sambil nyambi kuliah berbagai bisnis pernah digelutinya. Mulai dari jadi penjaga tas di koperasi mahasiswa, penjual ayam kampung, penjual stiker, hingga sales di agen kartu seluler dan rokok. Bisnisnya berawal dari konser Dewa yang saat itu beliau sebagai EO nya sedang menangani konser band Dewa. Ketika konser berlangsung, terjadi kericuhan antar penggemar gara-gara berebut merchandise sang artis. Hampir saja itu menimbulkan tawuran dan pertumpahan darah. Dari situ Beliau membatin,Merchandise berbentuk t-shirt, pin, topi atau yang lain kan bisa diperbanyak, kenapa harus berebut sampai tawuran. Dari situlah Saptu akhirnya berfikir untuk berbisnis merchandise.Beliau kemudian mendirikan Kedai Digital yang memproduksi berbagai cendermata atau merchandise seperti mug, t-shirt, pin, gantungan kunci, mouse pad, foto, poster keramik dan banner, dimana hiasannya adalah hasil print digital. Untuk modal awal Beliau rela menjual sepeda motor kesayangannya dan memohon pada orang tuanya untuk menggadaikan sertifikat rumahnya sehingga terkumpul uang 28 juta. Awalnya, merchandisenya hanya terbatas pada pin dan kaos. Ketika bisnisnya mulai berjalan stabil, Beliau mulai merekrut desainer dari kampus seni terdekat yang tersebar di Yogyakarta. Untuk promosi, beliau meminta bantuann mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogya. Target marketnya adalah para mahasiswa.Tahun pertama, Kedai Digital berhasil membukukan omset sebesar 400 juta. Kemudian meningkat dua kali lipat lebih yaitu 900 juta di tahun kedua. Hingga pada 2007, omsetnya bisa menembus angka 1,5 miliar. Bermula dari sebuah kios kecil di daerah Gejayan, Yogyakarta, kini Kedai Digital memiliki 31 outlet yang tersebar di 21 kota di seluruh Indonesia. Diantaranya yaitu di kota-kota seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, Magelang, Kudus, Klaten Purwokerto, Sukoharjo, Wonogiri, Madiun, Malang, Surabaya, Jember, Balikpapan, Sukabumi, Denpasar, Medan, Padang, Batam, Pekan Baru dan Banda Aceh.Sebelum Kedai Digital, banyak sekali bisnis souvenir yang sudah berdiri. Namun Kedai Digital memiliki keunikan sendiri yang tak bisa didapatkan dari pengusaha souvenir lain. Untuk menciptakan keunikan ini, Beliau harus melakukan riset pasar. Beliau mengakui edukasi pasar tentang produk kedai digital tak berlangsung kilat. Kedai ini juga melayani pesanan satu biji barang sesuai dengan slogannya Bikin Mug Satu Saja atau Bikin Merchandise Semau Kamu.Kata-kata yang berkesan dari beliau jadilah mahasiswa yang kreatif dan tidak hanya berpangku tangan. Mulailah berani berwirausaha tanpa harus menunggu diwisuda.