kata pengantar · 2020-05-07 · 39 kata pengantar puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas...
TRANSCRIPT
39
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya ,
sehingga dapat diselesaikan Laporan Kinerja Seksi Kefarmasian 2019 sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan Dekonsentrasi Satker 259005 (07) Dinas
Kesehatan Provinsi Papua.
Laporan Kinerja Seksi Kefarmasian Tahun 2019 menyajikan gambaran atau
memberikan informasi mengenai berbagai capaian kinerja sesuai dengan sasaran
indikator kinerja yang tertian dalam Rencana Strategis (Renstra) Program
Kefarmasian dan Alkes Tahun 2015 – 2019 dan Rencana Strategis (Renstra) Seksi
Kefarmasian tahun 2013 – 2018. Laporan Kinerja ini juga merupakan hasil konkrit
dalam pelaksanaan berbagai program/kegiatan di Seksi Kefarmasian yang disusun
sebagai wujud pertanggungjawaban atas Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang
tertuang dalam daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2019.
Menyadari bahwa Laporan Kinerja Seksi Kefarmasian Satker 259005 (07)
Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2019 belum seperti yang diharapkan. Pada
akhirnya kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan Laporan Kinerja Seksi Kefarmasian Satker 259005 (07)
Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
i
Jayapura, Februari 2019 Mengetahui Kepala Seksi Kefarmasian Ponidin, SKM NIP. 19680305 199403 1 009
40
DAFTAR ISI
Kata
Penghantar………………………………………………………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………………….. ii
Daftar Tabel …………………………………………………………………………………………………..………………….. iii
Daftar Gambar……………………………………………………………………………………………………………………. iv
IKHTISAR EKSEKUTIF………………………………………………………………………………………………………….. iv
BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang …………………….……………………………………………………….……………………. 1
A. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………………………………………… 2
B. Struktur dan Organisasi …………….………………………………………………………………………..2
C. Tugas Pokok, Fungsi, Dan Kewenangan……………………………………………….……………..,3
D. Aspek strategis seksi kefarmasian ……………………………………………………………….………7
E. Sumber daya manusia…………………………………………………………..…………………………….9
F. Sistematika ……………………………….………………………………………………………………………..9
BAB II Perencanaan Kinerja……………………….…………………………………………………………….………… 11
A. Rencana Starategis …………………….……………………………………………………………….……11
B. Perjanjian Kinerja …. ………………………………………………………………………………..……….14
BAB III Akuntailitas Kinerja…………………………………………………..………………………………………….…15
A. Capaian Kinerja Organisasi.....………………………………………..…………………………………...15
1. Pengukuran Kinerja ……………………………………………..…………………………………………..15
2. Analisis Akuntailitas Kinerja…………………………………………………..………………………….15
B. Realisasi Angaran…………………………………………………………………………………………….….34
BAB IV Penutup…………………………………………………………………………………………………………………37
ii
41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Pertemuan Gema Cermat di Kabupaten Merauke …………………………………………..19
Gambar 2 : Pertemuan Evaluasi Implementasi ……….……………………………..………………………… 20
Gambar 3 : Pertemuan Peningkatkan Kemampuan SDM Dalam Implementasi Fornas
dan di Rumah Sakit Dan Puskesmas Serta POR Di Puskesmas Wilayah Adat
Saireri……………………………………………………………………………………………………………..23
Gambar 4 : Pertemuan Peningkatkan Kemampuan SDM Dalam Implementasi Fornas
dan di Rumah Sakit Dan Puskesmas Serta POR Di Puskesmas Wilayah Adat
Mamta……………………………………………………………………………………………………………23
Gambar 5 : Pertemuan Sosialisasi e-Monev Katalog Obat dalam mendukung Perencanaan
Kebutuhan Obat ( RKO ) dan SIPNAP untuk Unit Layanan ................................27
iii
42
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Struktur Oranisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Mengalami Perubahan
Mengikuti Kementrian Kesehatan RI ........................................................................3
Tabel 2 : Rekapitulasi Jumlah ASN di Seksi Kefarmasian Periode 31 Desember 2018 …………. 9
Tabel 3 : Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun
2015-2019 ……………………………………………………………………………………………………...….12
Tabel 4 : Capaian Indikator Kinerja Provinsi Papua ………………………..………………………………….15
Tabel 5 : Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator ………………………………………….16
Tabel 6 : Capaian Indikator Kinerja Pelayanan Kefarmasian ………………………………………………..19
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2016 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Pepres nomor 29
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Permen
Pan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Keinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Provinsi Papua, yang mendukung Visi Misi Gubernur Provinsi Papua yaitu
mewujudkan Generasi Emas Papua dan Papua Sehat untuk Bangkit, Mandiri dan
Sejahtera.
Dalam aspek strategi, Dinas Kesehatan Provinsi Papua adalah SKPD Teknis
membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan wajib bidang kesehatan yang
mempunyai tugas dan kewenangan diatur berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 08
Tahun 2015.
Berasarkan Surat Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Nomor PR.01.03/I/185/2017 dan
Surat Sesditjen Farmalkes nomor PR.03.02/I/0253/2017 tentang Penyusunan dan
Penyampaian Laporan Kinerja Tahun 2018 maka Dinas Kesehatan Provinsi Papua secara
Khusus Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan selaku penerima dana dekonsenstrasi
(APBN) wajib menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan
sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu
alat untuk mendapat masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja program
2
Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Provinsi Papua. Pertanggungjawaban dimaksud
berupa laporan yang disampaikan kepada atasan. Laporan tersebut menggambarkan
informasi mengenai berbagai capaian kinerja dalam Rencana Strategis (Renstra) Seksi
Kefarmasian yang disusun sebagai pertanggung ajawaban atas Rencana Kerja Tahunan
(RKT) yang tertuang dalam DPA dan DIPA tahun 2019.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Papua secara
Khusus Program Kefarmasian dan alat Kesehatan adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban Kepala Dinas Kesehatan kepada Gubernur Papua dan kepada
Menteri Kesehatan dalam hal ini Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas Perjanjian
Kinerja dan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang telah
dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2019.
C. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 2007 dengan ditetapkanya Peraturan Daerah
Provinsi Papua No 10 Tahun 2008.
Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan masyarakat serta tugas-tugas lainnya yang
diberikan oleh Gubernur.
3
Tabel 1. Struktur Oranisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Mengalami Perubahan Mengikuti Kementrian Kesehatan RI
D. TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN KEWENANGAN
Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan masyarakat serta tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
4. Pelaksanaan ketatausahaan Dinas;
5. Pengelolaan UPT; dan
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
4
Program kefarmasian dan alat kesehatan berada di bawah bidang Sumber Daya
Kesehatan dimana terdapat 3 seksi yaitu :
1. Kepala Alat Kesehatan dan PKRT
a. Tugas Pokok
melaksanakan registrasi, akreditasi, sertifikasi dan pengawasan sarana dan
peralatan kesehatan serta pemberian izin sarana kesehatan,
b. Uraian Tugas Pokok
• mengumpulkan peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman
dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
sarana dan peralatan kesehatan ;
• memberikan rekomendasi izin Penyalur alat kesehatan
• memberikan rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan
oleh Pemerintah ;
• melaksanakan sertifikasi perbekalan kesehatan rumah tangga kelas II
• melaksanakan sertifikasi sarana produksi dan distribusian alat kesehatan
• meregistrasi sarana dan peralatan kesehatan berdasarkan data penerbitan
rekomendasi / izin untuk bahan pengawasan.
• melaksanakan pengawasan terhadap operasionalisasi izin pedagang besar
farmasi cabang dan industri kecil obat tradisional ;
• melaksanakan pengawasan terhadap operasionalisasi izin industri komoditi
kesehatan, pedagang besar farmasi dan pedagang besar alat kesehatan ;
• membuat naskah dinas peringatan, surat teguran, rancangan awal
pencabutan izin atas pelanggaran operasionalisasi izin
• melaksanakan bimbingan teknis pelayanan dan pengawasan sarana dan
peralatan kesehatan ke Kabupaten / Kota ; dan
• melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugasnya.
5
2. Kepala Seksi Kefarmasian. a. Tugas Pokok
merencanakan, mengadakan, mengadministrasikan dan mendistribusikan obat,
makanan dan minuman, narkotika, psikotropika dan zat aditif (napza),
kosmetika
b. Uraian Tugas Pokok
• mengumpulkan peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman
dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan ;
• melakukan analisis kebutuhan farmasi untuk bahan penyusunan rencana
pengadaan obat dan perbekalan kesehatan ;
• menyusun pedoman penyediaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan ;
• merencanakan dan mengadakan obat, makanan dan minuman, narkotika,
psikotropika dan zat aditif (napza), kosmetika dan alat kesehatan yang didanai
oleh APBD Provinsi Papua dan Pusat (Departemen Kesehatan RI) ;
• menerima obat, makanan dan minuman, narkotika, psikotropika dan
zat aditif (napza., kosmetika dan alat kesehatan dengan memeriksa jumlah,
jenis dan spesifikasinya sesuai ekspedisi, kontrak dan berita acara ;
• mencatat obat, makanan dan minuman, narkotika, psikotropika dan zat aditif
(napza), kosmetika dan alat kesehatan ke dalam buku penerimaan barang ;
• mengisi kartu induk, kartu rencana distribusi dan kartu stok barang ;
• membuat mutasi bulanan obat, makanan dan minuman, narkotika, psikotropika
dan zat aditif (napza), kosmetika dan alat kesehatan yang masuk ke instalasi
(gudang. dan yang sudah terkirim ;
• membuat dokumen stok opname setiap semester untuk mengetahui tingkat
ketersediaan.
• membuat neraca pada akhir tahun untuk mengetahui asset; mengonsep surat
permintaan kebutuhan tambahan bufferstok ;
• mengatur tata ruang instalasi (gudang) obat, makanan dan minuman,
6
narkotika, psikotropika dan zat aditif (napza), kosmetika dan alat kesehatan
dengan memperhatikan kemudahan bergerak, sirkulasi udara yang baik,
penempatan rak, penggunaan pallet, kondisi penyimpanan khusus dan
penempatan alat pemadam kebakaran ;
• menyimpan dan menyusun obat, makanan dan minuman, narkotika,
psikotropika dan zat aditif (napza., kosmetika dan alat kesehatan ke dalam
instalasi (gudang) menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menggunakan
prinsip FIFO (Frist In Frist Out), FEFO (Frist Expired First Out;
• menyimpan dan memelihara vaksin ke dalam lemari pendingin (kulkas),
cold chain khusus ;
• menyimpan dan menyusun alkohol, eter dan bahan-bahan mudah terbakar
lainnya ke dalam ruangan khusus ;
• menyimpan dan menyusun narkotika, psikotropika dan zat aditif (napza) dan
bahan berbahaya lainnya ;
• menyortir obat, makanan dan minuman, narkotika, psikotropika dan
zat aditif (napza), kosmetika dan alat kesehatan dengan menggunakan metode
FIFO (Frist In Frist Out) dan FEFO (Frist Expired First Out) ;
• mengonsep stok optimum persediaan obat, makanan dan minuman,
narkotika, psikotropika dan zat aditif (napza, kosmetika dan alat kesehatan
• mencatat obat, makanan dan minuman, narkotika, psikotropika dan
zat aditif (napza., kosmetika dan alat kesehatan yang didistribusikan pada Buku
Harian Pengeluaran Obat ;
• mengepak / mengemas obat, makanan dan minuman, narkotika,
psikotropika dan zat aditif (napza), kosmetika dan alat kesehatan yang akan
didistribusikan ;
• mendistribusikan obat, makanan dan minuman, narkotika, psikotropika dan
zat aditif (napza), kosmetika dan alat kesehatan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota ;
• melaksanakan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi program obat dan
7
perbekalan kesehatan ;
• memberikan rekomendasi izin Penyalur alat kesehatan
• melaksanakan pengawasan terhadap operasionalisasi izin pedagang besar
farmasi cabang dan industri kecil obat tradisional ;
• melaksanakan pengawasan terhadap operasionalisasi izin industri komoditi
kesehatan, pedagang besar farmasi dan pedagang besar alat kesehatan ;
• membuat naskah dinas peringatan, surat teguran, rancangan awal
pencabutan izin atas pelanggaran operasionalisasi izin
• melaksanakan bimbingan teknis pelayanan dan pengawasan sarana dan
peralatan kesehatan ke Kabupaten / Kota ; dan
• melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugasnya.
E. ASPEK STRATEGIS SEKSI KEFARMASIAN
Adapun kondisi pada awal Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2019 dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Peningkatan ketersediaan di tingkat Instalasi Farmasi Kabupaten/kota terus
meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian, ketersediaan obat dan vaksin
belum terdistribusi secara merata baik antar puskesmas, antar kabupaten/kota. Hal
ini mencerminkan belum optimalnya manajemen logistik obat dan vaksin. Untuk itu
perlu didorong pemanfaatan sistem pengelolaan logistik online serta skema relokasi
obat-vaksin antar Puskesmas/Kabupaten/Kota/Provinsi yang fleksibel dan
akuntabel.
2. Perbaikan manajemen logistik obat dan vaksin telah dimulai dengan adanya
pengimplementasian e-catalogue dan e-logistic obat. Melalui e-logistic pemantauan
ketersediaan obat dan vaksin akan semakin real time dan memudahkan
pengelolaannya bagi pelaksanaan program kesehatan. Adapun jumlah item obat
yang tersedia dalam e-catalogue semakin meningkat dari tahun ke tahun.
3. Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih
belum sesuai standar. Untuk itu terus dilakukan peningkatan pembinaan dalam
8
pelayanan kefarmasian. Penggunaan obat generik sudah cukup tinggi, tetapi
penggunaan obat rasional di fasilitas pelayanan kesehatan masih harus ditingkatkan.
Hal ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya penerapan formularium dan
pedoman penggunaan obat secara rasional.
4. Dalam upaya peningkatan ketersediaan obat dan alat kesehatan yang aman,
bermutu dan berkhasiat tersebut, pemerintah telah menyusun Formularium Nasional
(Fornas) dan e-catalogue untuk menjamin terlaksananya penggunaan obat rasional.
Konsep Obat Esensial diterapkan pada Formularium Nasional sebagai acuan dalam
pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan kefarmasian dapat menjadi cost
effective. Fornas selalu direview dan diperbaiki menyesuaikan dengan standar
pelayanan kedokteran terbaru.
5. Pembinaan terhadap distribusi alat kesehatan terus dilakukan, dimana Alat
Kesehatan dan PKRT yang memenuhi syarat keamanan, mutu dan manfaat terus
meningkat. Selain itu, hal ini juga meningkatkan sarana produksi alkes dan PKRT
yang memiliki sertifikat Good Manufacturing Process terkini dan memenuhi cara
produksi yang baik.
Berikut adalah hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan dan program
tahun 2019 sebagai berikut :
1. Belum lengkapnya kualifikasi dan kurangnya tenaga untuk melaksanakan kegiatan
teknis dan administratif. Di tingkat provinsi, jumlah dan kualifikasi tenaga
kefarmasian sangat kurang. Pada akhir tahun 2019 pada seksi tersedia ada 3 tenaga
Apoteker PNS, 2 orang Tenaga Kefarmasian yang bekerja pada Seksi kefarmasian
dan Seksi Alkes & PKRT, 1 tenaga Apoteker PNS dan 2 tenaga non Farmasi yang
bekerja di gudang obat sisannya lagi 3 orang adalah tenaga non kefarmasian yang
bertugas untuk menjalankan kegiatan baik sumber dana APBD maupun APBN.
Sementara di tingkat kab/kota permasalahan lebih besar belum semua fasilitas
pelayanan kefarmasian dalam hal ini puskemas memiliki Apoteker. Akibatnya
kegiatan kefarmasian masih dilaksanakan oleh tenaga non kefarmasian.
9
2. Penentuan persentase indikator kinerja program masih mengacu kepada program
pusat Kemenkes Direktorat Jendaral Kefarmasian dan Alkes, belum ada program
dan kegiatan yang berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya.
F. SUMBER DAYA MANUSIA
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai kinerjanya Seksi
Kefarmasian didukung oleh 8 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Seksi Alat Kesehatan &
PKRT didukung oleh 5 Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan rincian berikut :
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah ASN di Seksi Kefarmasian Periode 31 Desember 2019
G. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Seksi Kefarmasian dan Seksi
Alat Kesehatan Tahun 2019 sebagai berikut :
Program kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kasie Kefarmasian(Ponidin, SKM)
Tata Kelola Obat ( / IF(Dra. Lusia Ang.,Apt)
Fitriyan S. Welerubun, SKM Rini Martini, SKM
Pengelola Program (Dra. Sariati Sirait, Apt)
Prodis Kefarmasian (Riska Novianti, S.Farm)
Prodis Yanfar (Richard, S.Si.,Apt)
Perencanaan & Sekretariat Donald Tandiose, S.Farm.,Apt)
Kasie Alkes & PKRT(Lucina Oliva Seling Seng, S.Kep.,NS)
Pengawasan Alkes Penilaian Alkes
10
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek
strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja
sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.
Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis
capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah
di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
11
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Kebijakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Papua didasarkan kepada 2 Kebijakan yaitu Kebijakan Kementerian Kesehatan
(perpanjangan tangan pemerintah pusat) seperti yang tertuang di dalam Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dan melaksanakaan kebijakan Gubernur
Papua(sebagai daerah otonomi khusus) melalui Dinas Kesehatan provinsi yang
tertuang dalam Kebijakan RPJMD 2013-2018 dan dijabarkan dalam Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Papua 2013-2018. Antara kedua kebijakan dan program tersebut
saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Penyusunan Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Papua salah satunya bersumber dari kebijakan yang tertuang
dalam Renstra Kemenkes, sehingga program dan kegiatan yang ada mendukung
pencapaian program kementerian kesehatan termasuk di dalamnya Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Program kefarmasian dan Alat kesehatan di Dinas
Kesehatan Provinsi Papua sesuai dengan Tupoksi dilaksanakan oleh Seksi
Kefarmasian dan Seksi Alkes & PKRT yang berada di Bawah Bidang Sumber Daya
Kesehatan.
Adapun Kegiatan Seksi Kefarmasian dan Seksi Alkes yang bersumber APBN
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian;
2. Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
3. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian;
4. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
5. Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan
6. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT).
12
Tercapainya sasaran kegiatan tersebut dapat direpresentasikan dengan indikator
kinerja beserta target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019
NO KEGIATAN TARGET 2017 2018 2019
INDIKATOR TATA KELOLA OBAT PUBLIK
1 Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
Persentase puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap 23 item obat indikator)
83% 86% 90%
2
Persentase instalasi farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota yang melaporkan ketersediaan obat dan BMHP melalui aplikasi berbasis database
20% 30% 40%
INDIKATOR PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN
1 Persentase (%) Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar adalah Persentase puskesmas yang melaksanakan pemberian informasi obat dan/atau konseling
50% 55% 60%
2
Persentase (%) Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang melaksanakan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling
55% 60% 65%
13
3. Persentase (%) Kab/Kota yang menerapkan POR di Puskesmas
Persentase Kabupaten / Kota dengan minimal 20% puskesmas di wilayahnya memperoleh nilai penggunaan obat rasional di Puskesmas minimal 60%
30% 35% 40%
INDIKATOR KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1
Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
15 30 45
2
Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif
3 6 9
3
Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu
80 88 90
INDIKATOR KEGIATAN PENINGKATAN PENILAIAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT)
1
Jumlah jenis/varian alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
- 21 28
2
Persentase penilaian pre- market Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices
- 82 85
INDIKATOR KEGIATAN PENINGKATAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT)
14
1
Persentase produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat
Persentase produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Keseatan Rumah Tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi syarat
82 86 90
2
Persentase sarana produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB)
Persentase Sarana Distribusi Alat Kesehatan yang memenuhi Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik
65 70 72
INDIKATOR KEGIATAN DUKUNGANMANAJEMEN DAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
1.
Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu
90 90
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara
penerima dan pemberi amanah atas kinerja yang terukur berdasarkan tugas, fungsi,
dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2019 dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
15
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
1. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran tingkat capaian kinerja Seksi Kefarmasian Tahun 2019 dilakukan
dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah
ditetapkan dalam penetapan Kinerja dengan realisasinya, tingkat capaian kinerja seksi
farmasi dan perbekalan kesehatan pada Tahun 2018 dapat diilustrasikan dalam tabel II
sebagai berikut :
Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Provinsi Papua
NO SASARAN SRATEGI INDIKATOR KINERJA Target 2019
Capaian 2019
1 Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
Persentase puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap 23 item obat indikator)
90 % 88 %
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari
tujuan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses
dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT).
16
Tabel 5. Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator
NO PROGRAM / KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN OUTPUT ANGGARAN 1. Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian 1. Persentase Puskesmas yang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
Melakukan advokasi, workshop dan evaluasi kepada stakeholders di bidang pelayanan kefarmasian
Fasyankes yang mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar ( 73 Fasyankes)
859.389.000 2. Persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas
2. Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
1. Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial
Workshop E-Monev Katalog dalam Mendukung Perencanaan Kebutuhan Obat (RKO) dan SIPNAP untuk Unit Layanan
Dinas Provinsi dan Kab/Kota yang melaksanakan Program Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ( 1 PROVINSI ) 911.770.000
2. Persentase Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan aplikasi logistik obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
Melaksanakan Monitoring Ketersediaan Obat dan Vaksin serta Hasil Capaian Program Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes
3. Persentase Instalasi Farmasi Kab/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar
Membiayai Pendistribusian dan Pengemasan Kembali Obat dan Perbekalan Kesehatan di Instalasi Farmasi
3. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
1. Jumlah Bahan Baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
Monitoring Perijinan Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Pengamanan Pangan yang dibina (48 SARANA)
81.804.000 2. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertranformasi (kumulatif)
3. Persentase layanan ijin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu
4. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
1. Persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
Melaksanakan Inspeksi Sarana Produksi Alkes dan PKRT dan Sarana Penyalur Alat Kesehatan
Produk dan Sarana Distribusi Alat Kesehatan Serta Perbekalan Kesehatan Rumah tangga (PKRT) yang diuji ( 5 SARANA)
103.473.000 2. Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB)
Melaksanakan Sampling Produk Alkes dan PKRT
5. Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
1. Persentase produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
Melakukan evaluasi hasil pembinaan, pengawasan dan pengendalian di bidang alat kesehatan dan PKRT
- 2. Persentase sarana produksi alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik (GMP/CPAKB)
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
1. Persentase layanan dukungan manajemen yang diselesaikan tepat waktu
Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Layanan Perencanaan, Konsolidasi dan Evaluasi Terhadap Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
492.312.000
Memberikan Administrasi kegiatan Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
TOTAL ANGGARAN Rp. 2.448.748.000
17
1. PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN
A. Melaksanakan Pembekalan Edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas
menggunakan Obat (Gema Cermat) di Kabupaten/kota
Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah
dalam upaya pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
sehingga tercapai keselamatan pasien (patient safety). Menurut WHO,
penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima obat yang
sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan
kebutuhan, dan dalam periode waktu yang adekuat. Selain peresepan secara
irrasional oleh tenaga kesehatan dan kurangnya informasi penggunaan obat
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penggunaan obat secara tidak tepat
juga dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam pengobatan sendiri
(swamedikasi).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan Pembekalan
Tenaga Kefaramsian di Provinsi/Kab/Kota tentang Pengunaan Obat Rasional
Dalam Rangka Gerakan Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) untuk
meningkatkan pemahaman stakeholder tentang teknis pelaksanaan kegiatan
GeMa CerMat. Dengan demikian diharapkan setiap pemangku kepentingan
dapat ikut serta melaksanakan GeMa CerMat. Sebelumnya sosialisasi Gema
Cermat sudah dilaksanakan di kota Jayapura, Kabupaten Jayapura,
Kabupaten Mimika dan sekarang Tahun 2019 dilaksanakan di Kabupaten
Merauke.
18
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 18 Oktober 2019
dilaksanakan Hotel Core Inn, Kabupaten Merauke . Peserta yang diundang
adalah 35 Apoteker di kabupaten yang bersangkutan sebagai AOC ( Agent Of
Change ) Elemen Masyarakat : Dharma wanita Prov/kab/kota, Kader
kesehatan, PKK prov/kab/kota, Dharma wanita Dinkes Prov/Kab/Kota, Dharma
wanita Bhayangkara, AL (jalasinastri), AD (persit), AU dan KNPI total 115
orang.
Narasumber pertemuan berasal dari Direktorat Pelayanan Kefarmasian
dan Praktisi dari RSUD DR. Soetomo Surabaya . Hasil pertemuan diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya obat sebagai komoditi kesehatan, tercapainya kemandirian
masyarakat dalam menilai dan memilih informasi yang beredar di masyarakat
terkait obat (swamedikasi) dan tercapainya pemahaman dan kesadaran
masyarakat terhadap obat melalui metode CBIA dan DAGUSIBU ( DApatkan,
GUnakan, SImpan dan BUang ) obat dengan benar.
Kesimpulan : output kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian berupa 1
(satu) laporan sudah terealisasi.
Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Pelayanan Kefarmasian
NO SASARAN SRATEGI INDIKATOR KINERJA Target 2019
Capaian 2019
1. Persentase (%) Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar adalah Persentase puskesmas yang melaksanakan pemberian informasi obat dan/atau konseling
60% 40 %
19
2.
Persentase (%) Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang melaksanakan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling
65% 50 %
3. Persentase (%) Kab/Kota yang menerapkan POR di Puskesmas
Persentase Kabupaten / Kota dengan minimal 20% puskesmas di wilayahnya memperoleh nilai penggunaan obat rasional di Puskesmas minimal 60%
40% 20 %
Gambar 1. Pertemuan Gema Cermat di Kabupaten Merauke
B. Evaluasi Implementasi
Evaluasi pelaksanaan Gema Cermat dilaksanakan di Kota Jayapura
sebelumnya sudah dilaksanakanan sosialisasi Gema Cermat. Pelaksanaan
meliputi Tahap Persiapan dan koordinasi dengan Pengurus Daerai IAI Papua.
Sesudah data lengkap baru dilaksanakan pertemuan di Hotel Horizon Kotaraja
20
dengan mengundung perwakilan dari masing-masing Dinas Kesehatan Kota
Jayapura, Kabupaten Jayapura, pengurus daerah IAI Papua dan AoC terpilih
yang sudah melaksanakan Gema Cermat. Pelaksanaan Evaluasi
Implementasi dilaksanakan Tanggal 29 November 2019.
Gambar II. Pertemuan Evaluasi Implementasi
C. Meningkatkan Kemampuan SDM Dalam Implementasi Fornas dan di
Rumah Sakit Dan Puskesmas Serta POR Di Puskesmas
Berdasarkan pasal 25 UU No. 40 tahun 2004 bahwa daftar dan harga
obat, serta bahan medis habis pakai yang dijamin oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, untuk itu Kementerian Kesehatan telah menetapkan daftar obat di
dalam Formularium Nasional dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
328/MENKES/SK/IX/2013 tentang Formularium Nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan
efisiensi pengobatan dengan mengutamakan patient safety sehingga tercapai
penggunaan obat rasional. Bagi tenaga kesehatan, Formularium Nasional
21
bermanfaat sebagai “pengaman” bagi penulis resep, mengoptimalkan
pelayanan kepada pasien, memudahkan perencanaan, dan penyediaan obat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya Formularium Nasional maka
pasien akan mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman
dan terjangkau, sehingga akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Pertemuan Peningkatkan Kemampuan SDM Dalam Implementasi
Fornas dan di Rumah Sakit Dan Puskesmas Serta POR Di Puskesmas
menurut rencana dilaksanakan di 3 (tiga) wilayah adat di Provinsi Papua, yaitu
Mamta, Lapago dan Saireri. Namun dikarenakan situasi keamanan menjelang
pelaksanaan pertemuan di wilayah ada Lapago dibatalkan dan pertemuan
tersebut dialihkan ke Saireri.
Pelaksanaan di wilayah adat Saireri dilaksanakan pada tanggal 30
Oktober s.d 2 November 2019 November 2019 di Hotel Arumbai Kabupaten
Biak Numfor. Perserta Terdiri dari 6 Orang peserta Kabupaten dan 40 orang
dari puskesmas, Pelaksanaan di wilayah adat Mamta dilaksanakan pada
tanggal 18-21 November 2019 di Hotel Aston Kota Jayapura. Perserta yang
mengikuti terdiri dari 17 orang dari Kabupaten dan peserta lokal 30 orang.
Pelaksanaan kegiatan berupa pertemuan dengan peserta Ketua Medik, Ketua
Komite Farmasi Terapi, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepala
Puskesmas, Pengelola obat Puskesmas serta Kadinkes Prov/Kab.Kota secara
swakelola melalui paparan materi, pengumpulan data pemantauan Penerapan
Pelayanan Kefarmasian penggunaan obat rasional dan penerapan fornas,
diskusi, dan tanya jawab. Narasumber dari Ditjen Kefarmasian dan Alkes,
Komite Nasional Fornas, Praktisi Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Narasumber dan Materi :
1. Kepala Dinas Kesehatan / Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
2. Kepala Seksi Kefarmasian
3. Ka. Instalasi Farmasi Provinsi
4. Staf Penanggung Jawab Program
Materi :
1. Kebijakan Program Kefarmasian dan Alkes Tk. Nasional
2. Kebijakan dan Kegiatan Program Kefarmasian dan Alkes Tk. Provinsi Papua
3. Evaluasi Kegiatan Tahun 2018 dan Indikator Kinerja Tahun 2019
22
4. Pengelolaan Tata Kelola Obat di IFK
5. Pengelolaan Tata Kelola Obat di Puskesmas
6. Pengelolaan Tata Kelola Obat di RS
7. Pelayanan Kefarmasian di RS dan Puskesmas
8. Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alkes
9. Pelaporan di Program Kefarmasian dan Alkes
Hasil pertemuan diharapkan adanya peningkatan kapasitas SDM
Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar dan penggunaan obat rasional di Puskesmas dan Meningkatnya
pemahaman Petugas Kefarmasian di Kabupaten/Kota mengenai Program-
program Kefarmasian.
Rekomendasi kegiatan yaitu Perlu penambahan Peserta dari Puskesmas
dari Kabupaten Pemekaran agar Tenaga Kefarmasian Yang Mampu Dalam
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar lebih maksimal.
23
Gambar III. Pertemuan Peningkatkan Kemampuan SDM Dalam Implementasi Fornas dan di Rumah Sakit Dan Puskesmas Serta POR Di Puskesmas
Wilayah Adat Saireri
Gambar IV. Pertemuan Peningkatkan Kemampuan SDM Dalam Implementasi Fornas dan di Rumah Sakit Dan Puskesmas Serta POR Di Puskesmas
Wilayah Adat Mamta
2. PENINGKATAN TATA KELOLA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN ALAT
KESEHATAN A. Membiayai Pendistribusian dan Pengemasan Kembali Obat dan
Perbekkes di Instalasi Farmasi Kegiatan yang dilaksanakan adalah membiayai Operasional Kegiatan
Instalasi Farmasi Provinsi Berupa ATK, fotokopi/penggandaan dan bahan
repacking.
B. Monitoring Ketersediaan Obat, Vaksin dan Hasil Capaian Program Pelayanan Kefarmasian di Pelayanan Kesehatan
Kegiatan ini bertujuan agar terwujudnya peningkatan ketersediaan obat
dan vaksin di puskesmas, yang dicapai melalui meningkatnya kapasitas supply
chaint management obat di Intalasi farmasi kabupaten/kota, meningkatnya
promosi penggunaan obat rasional, dan meningkatnya mutu pelayanan
24
kefarmasian di puskesmas dan rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan ke 29
(dua puluh sembilan) Kabupaten/Kota di Provinsi Papua.
Dari hasil monev didapatkan adanya permasalahan terkait pelaksanaan
program kefarmasian dan alkes yaitu :
1. Kurangnya tenaga apoteker sebagai penanggung jawab ruang farmasi
merupakan salah satu kendala dalam melakukan pelayanan kefarmasian
di puskesmas. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
penanggung jawab ruang farmasi di Puskesmas adalah tenaga Apoteker.
Dengan adanya tenaga Apoteker diharapkan pelayanan kefarmasian di
puskesmas lebih optimal sehingga dapat menghindari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
2. Terdapat pengelola program kefarmasian di beberapa Dinas Kesehatan
Kabupaten yang tidak memahami indikator kinerja kegiatan dan pelaporan
di program kefarmasian dan alat kesehatan
3. Keadaan geografis dan medan yang berat sehingga tidak semua
puskesmas dapat di monitoring.
4. Beberapa kabupaten tidak dapat dilaksanakan monev akibat situasi
keamanan yang tidak memungkingkan.
C. Mensosialisasikan e-Monev Katalog Obat dalam mendukung perencanaan kebutuhan obat ( RKO ) dan SIPNAP untuk Unit Layanan Mengacu pada Permenkes nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan
Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue) dan Permenkes No.71
tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN, maka diperlukan suatu
sistem monitoring dan evaluasi obat e-catalog untuk membantu dalam
pemantauan ketersediaan obat e-catalogue dalam pemenuhan kebutuhan
Obat Program JKN. Sistem Monitoring dan Evaluasi obat e-catalog sangat
bermanfaat untuk mengetahui kesesuaian Rencana Kebutuhan Obat (RKO)
dengan realisasi pengadaan obat berdasarkan e-catalogue. Dengan adanya
sistem tersebut, dapat mempermudah mendata obat program BPJS yang
beredar di Indonesia sehingga Kementerian Kesehatan bisa memonitoring
peredaran dan pemenuhan obat BPJS sesuai dengan e-catalog LKPP di
seluruh Indonesia.
25
Sehubungan dengan hal tersebut dilaksanakan Pertemuan Sosialisasi
e-Monev Katalog Obat dalam mendukung Perencanaan Kebutuhan Obat (
RKO ) dan SIPNAP untuk Unit Layanan dilaksanakan di Hotel Aston Jayapura
Jl. Percetakan Negara no. 50-52, Jayapura pada tanggal 7s.d 10 Oktober 2019.
Pertemuan dihadiri oleh 90 orang yang terdiri dari :
1. Peserta Kab/ Kota ➢ 1 orang peserta dari 13 Kab. Induk (Kepala Instalasi Farmasi)
➢ 1 orang peserta dari 15 Kabupaten pemekaran (Kepala Instalasi)
➢ 1 orang dari 18 rumah sakit (Ka. IFRS) 2. Peserta Provinsi ➢ 6 orang dari RS Pemerintah di Kota Jayapura
➢ 3 orang dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura
➢ 3 orang dari Bidang P2M (Kabid, Kasie ATM)
➢ 3 orang staf bidang Jamsarkes
➢ 2 orang staf Bidang Yankes Dinkes Provinsi Papua
➢ 7 orang panitia lokal dari Dinas Kesehatan Provinsi
➢ 10 orang narasumber (kepala Bidang), pembahas dan moderator
Narasumber pertemuan berasal dari Pusat dan Provinsi, yaitu :
1. Narasumber dan Moderator ➢ Kadinkes Provinsi Papua
➢ Ka. BPOM di Jayapura
➢ Narasumber Pusat (farmalkes)
➢ Kabid Yankes
➢ Kasie. Kefarmasian
➢ Bidang P2M
➢ UPT ATM
➢ TIM Instalasi Farmasi Provinsi
2. Materi ➢ Kebijakan Tata Kelola Obat Nasional dan Pelaksanaan E Katalog Obat
➢ Evaluasi Pengawasan BPOM terhadap Sarana Pelayanan Kefarmasian
Pemerintah di Papua
➢ Program Imunisasi, Penyakit tidak menular, malaria
➢ SIPNAP (sistem informasi pelaporan narkotika dan psikotropika)
26
➢ Sosialisasi E Logistik
➢ Sosialisasi E Monev
➢ Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Obat Satu Pintu
➢ Evaluasi Pencapaian Indikator Kinerja Pengelolaan Obat
➢ Evaluasi Penerimaan Obat 2018
➢ Perencanaan Terpadu RKO 2019
➢ Harmonisasi dan Integrasi RKO dan Obat Program 2019
Kesimpulan :
1. Pertemuan pendampingan implementasi e-monev katalog dalam mendukung
perencanaan kebutuhan obat (rko) dan sipnap untuk unit layanan
meningkatkan keterampilan petugas kesehatan kab/kota dalam menghitung
dan menyusun rencana kebutuhan obat. PKD dan program serta kebutuhan
obat lainnya, hal ini dibuktikan dengan tersusunnya perencanaan kebutuh obat
di Provinsi Papua
2. Pertemuan pendampingan implementasi e-monev katalog dalam mendukung
perencanaan kebutuhan obat (rko) dan sipnap untuk unit layanan
meningkatkan kepatuhan pelaporan sipnap pada unit layanan.
I. SARAN / REKOMENDASI
a. Saran
1. Perlu penambahan narasumber lintsa program yang termasuk dalam tim
perencanaan terpadu
2. Perlu adanya monitoring ke kabupaten dan rumah sakit mengenai
perencanaan pengadaan obat 2020 agar sesuai dengan RKO yang dibuat
3. Perlu pemantauan ke Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) mengenai
penerapan e logistik dan evaluasi hasil keputusan
b. Rekomendasi
1. Kegiatan rencana kebutuhan obat wajib dilaksanakan setiap tahun dengan
melibatkan peserta dari IFK, RS pemerintah dan RS swasta serta apotek
PRB
2. Setiap peserta pertemuan wajib melaksanakan kesepakatan.
27
Gambar V. Pertemuan Sosialisasi e-Monev Katalog Obat dalam mendukung Perencanaan Kebutuhan Obat ( RKO ) dan SIPNAP untuk Unit Layanan
NO SASARAN SRATEGI INDIKATOR KINERJA Target 2019
Capaian 2019
1 Persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial
Persentase puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator)
90% 88%
28
2
Persentase instalasi farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menerapkan sistem informasi logistik obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Instalasi farmasi provinsi dan kabupaten/kota yang melaporkan ketersediaan obat dan BMHP melalui aplikasi berbasis database
40 % 50%
3 Persentase IFK Sesuai Standart 75.86%
Tabel IV. Capaian Indikator Tata Kelola Obat Publik
3. PENINGKATAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
A. Monitoring dan Evaluasi Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Kegiatan monitoring dan evaluasi ke sarana produksi dan distribusi
kefarmasian merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk melindungi masyarakat dari sediaan farmasi baik itu obat, bahan obat
dan kosmetika yang beredar di masyarakat yang berbahaya dan tidak
memenuhi persyaratan. Disamping itu, pembinaan juga diharapkan dapat
mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mencapai
persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan mampu bersaing secara sehat serta membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten / kota memegang peranan yang sangat strategis, karena terkait
langsung dalam pembinaan kepada sarana produksi dan distribusi kefarmasian
di wilayahnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya kegiatan
Monitoring dan Evaluasi Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Sarana Produksi dan Distribusi
Kefarmasian dilaksanakan mulai Triwulan II Tahun 2019 ke sarana-sarana
produksi dan distribusi kefarmasian di Provinsi Papua. Pelaksana kegiatan
adalah staf seksi kefarmasian, Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Kriteria
sarana produksi dan distribusi kefarmasian yang dimonitoring adalah sarana
produksi dan distribusi yang tidak patuh terhadap peraturan, sarana produksi
dan distribusi yang mendapat teguran/peringatan dari Balai atau Badan POM.
29
Hasil dari kegiatan ini adalah hampir semua sarana telah memiliki ijin,
namun dalam pelaksanaan kegiatan produksi dan distribusi, beberapa sarana
masih memiliki kekurangan seperti suhu penyimpanan obat yang tidak sesuai
ketentuan, penanggung jawab yang tidak ada di tempat pada saat monitoring,
adanya perubahan ijin yang tidak dilaporkan kepada instansi terkait dan adanya
permasalahan terkait kepatuhan pelaporan e report PBF akibat aplikasi yang
sedang dimaintenance.
4. DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN A. Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Rapat Koordinasi Nasional tahun 2019 regional timur dilaksanakan di
Hotel Four Point by Sheraton Manadyang dilaksanakan pada tanggal 27 s.d 30
Maret 2019. Peserta dari Provinsi Papua sebanyak 25 orang yang terdiri dari 6
peserta dari Dinas Kesehatan Provinsi dan 19 dari kabupaten terpilih (kab
Jayapura, Kota Jayapura, Keerom, Sarmi, Jayawijaya, Supiori, Kep. Yapen,
Merauke, Boven Digoel, Mamberamo Tengah, Mimika, Nabire, Pegunungan
Bintang, Mamberamo Raya, Waropen, Yalimo, Mappi, Lanny Jaya). Tujuan
dari pertemuan ini untuk mensosialisasikan dan menyamakan persepsi
program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam upaya peningkatan Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menuju suksesnya pelaksanaan RPJMN
2015-2019 serta tercapainya strategi serta 9 fokus kegiatan di Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
B. Administrasi kegiatan Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Dalam rangka melaksanakan Kegiatan pada Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan diperlukan sarana dan prasarana pendukung kegiatan.
Kegiatan pendukung tersebut berupa honor pengelola keuangan yang di
tuangkan dalam honor yang terkait dengan operasional satuan kerja, belanja
barang non operasional lainnya, belanja barang Penunjang Kegiatan
Dekonsentrasi untuk diserahkan kepada pemerintah daerah. Serta perjalanan
lainnya yang secara keseluruhaan sangat membantu kelancaran pelaksanaan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam melaksanakan Administrasi
Kegiatan diperlukan sarana pendukung yang memadai demi kelancaran
30
pelaksanaan Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dinas
Kesehatan Provinsi Papua.
5. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
a. Sampling Produk Alat Kesehatan
Kegiatan Sampling Produk Alkes dan PKRT Tahun 2019 dilakukan di Kota
Jayapura di Provinsi Papua. Sampel yang diambil terdiri dari 7 jenis alkes dan
PKRT dengan jumlah total 7 Jenis dan Merk sampel. Adapun sampel yang
diambil dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6 Hasil Pengujian Mutu Alkes dan PKRT di Provinsi PapuaTahun 2018
NO NAMA PRODUK
JUMLAH SAMPEL UNTUK
PENGUJIAN
ASAL SAMPEL JENIS PRODUK JENIS UJI KODE SAMPLING HASIL UJI
1 ONEMED SURGICAL BLADES 50 PCS PT. GRAHA PAPUA
MEDIKA SURGICAL BLADES STERILITAS Q.91.1.19.1.01.1.5 MS
2 SURGICAL SUTURES PLAIN CATGUT 2/0 (3.5 M)
48 PCS PT. GRAHA PAPUA MEDIKA BENANG BEDAH STERILITAS D.91.1.19.1.02.1.5 MS
3 STERACATH 20 G 50 PCS PT. GRAHA PAPUA MEDIKA IV CATHETER STERILITAS F.91.1.19.1.03.1.5 MS
4 TELEFLEX TRACHEAL TUBE 3.5 MM RUSCH 40 PCS PT. SINAR MEDIKA
PAPUA ENDOTRACHEAL TUBE STERILITAS W.91.1.19.1.04.2.5 MS
5 CARESTART MALARIA HRP2/Pldh 50 PCS PT. SINAR MEDIKA
PAPUA RDT MALARIA STERILITAS AA.91.1.19.1.05.2.5 MS
6 CONFIDENCE ADULT DIAPERS 45 PCS PT. TABI ANUGERAH
PHARMINDO ADULT DIAPERS
FLUOROSENSI, DAYA SERAP,
DAYA TEMBUS, Ph
BA.91.1.19.1.06.3.5 MS
7 SOFTEX MATERNITY PEMBALUT BERSALIN 40 PCS PT. TABI ANUGERAH
PHARMINDO MATERNITY DIAPERS
FLUOROSENSI, DAYA SERAP,
DAYA TEMBUS, Ph
CA.91.1.19.1.07.3.5 MS
Hasil pengujian terhadap 7 Produk Alkes diperoleh hasil 7 Produk ( 100 % )
Memenuhi Syarat (MS), selanjutnya hasil pengujian dikompilasi serta dilaporkan ke
Direktorat Pengawasan Alkes dan PKRT Kementerian Kesehatan RI serta
ditembuskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pengambilan sampel.
31
Di dalam proses sampling produk Alkes dan PKRT tahun 2019, ditemukannya
beberapa permasalahan mulai dari pelaksanaan pengambilan sampel hingga
pengujian sampel. Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Sampel yang diambil hanya berasal dari IPAK dikarenakan jumlah yang terbatas
jika diambil di toko alkes dan apotek.
2. Jumlah dan Jenis Sample yang diambil di Kabupaten/Kota terbatas, sehingga
menyulitkan mencari alkes dan PKRT yang direncanakan.
3. Tempat Lab Penguji Alkes dan PKRT yang terbatas sehingga persiapan
dilaksanakan sedini mungkin untuk bisa melaksanakan kegiatan tersebut.
4. Jenis Produk Alkes yang beredar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berbeda merk
dengan yang berada di Pasaran yang dapat kita beli, sehingga sampel yang
diambil belum sepenuhnya mewakili sampel yang beredar di Provinsi Papua.
b. Inspeksi Sarana Produksi Alat Kesehatan dan PKRT dan Penyalur Alat Kesehatan Kegiatan ini berupa monev ke sarana penyalur alat kesehatan di provinsi papua
dengan jumlah kabupaten yang dimonev sebanyak 6 (enam) Kabupaten (
Jayawijaya, Nabire, Biak, Mimika, Merauke, Kota Jayapura).
Hasil dari kegiatan ini adalah semua sarana telah memiliki ijin, namun
dalam pelaksanaan kegiatan distribusi, beberapa sarana masih memiliki
kekurangan seperti suhu penyimpanan alkes yang tidak sesuai ketentuan,
penanggung jawab yang tidak ada di tempat pada saat monitoring, PAK yang tidak
aktif melakukan distribusi alkes dan adanya perubahan fungsi PAK, dan adanya
permasalahan terkait kepatuhan pelaporan e report Alkes.
Capaian Kinerja Kegiatan Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga dapat dilihat pada Tabel berikut :
NO SASARAN SRATEGI INDIKATOR KINERJA Target 2019
Capaian 2019
1.
Produk dan Sarana Distribusi Alat Kesehatan serta Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang diuji
Jumlah Produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di peredaran yang memenuhi Syarat
17 Produk 7 Produk
32
B. Realisasi Anggaran
KEGIATAN DENGAN SUMBER DANA APBN a. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
- Melaksanakan Pembekalan Edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas menggunakan Obat (Gema Cermat) di Kabupaten/kota
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 97.87%.
- Evaluasi Implementasi Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 96.36 %.
- Pembekalan Tenaga Kefarmasian dalam Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar dan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 995.49 %.
Jika total program peningkatan pelayanan kefarmasian maka
realisasi fisik 100%, Pagu Rp. 859.389.000 realisasi keuangan Rp.
827.389.250 persentase realisasi keuangan sebesar 96.28 %
b. Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
- Membiayai Pendistribusian dan Pengemasan Kembali Obat dan Perbekkes di Instalasi Farmasi Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 99.95 %
- Monitoring Ketersediaan Obat, Vaksin dan Hasil Capaian Program Pelayanan Kefarmasian di Pelayanan Kesehatan Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 76.25 %
- Mensosialisasikan e-Monev Katalog Obat dalam mendukung perencanaan kebutuhan obat ( RKO ) dan SIPNAP untuk Unit Layanan
33
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 92.84 %
Jika total program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan maka
realisasi fisik 100%, Pagu Rp. 911.770.000 realisasi keuangan Rp.
797.456.630 persentase realisasi keuangan sebesar 87.46 %
c. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian - Monitoring dan Evaluasi Sarana Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target. Pagu Rp. 81.804.000
realisasi keuangan Rp.73.053.350 persentase realisasi keuangan
sebesar 89.30 %
d. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Kefarmasian dan Alkes. - Konsultasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 99.94 %
- Administrasi kegiatan Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 99.93 %
Jika total program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya maka realisasi fisik 100%, Pagu Rp. 492.312.000
realisasi keuangan Rp. 492.028.500 persentase realisasi keuangan
sebesar 99.94 %
e. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). - Sampling Produk Alat Kesehatan
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 95.22 % - Inspeksi Sarana Produksi Distribusi Alkes
34
Realisasi fisik mencapai 100% sesuai target, sedangkan realisasi
keuangan sebesar 95.68 %
Jika total program peningkatan Pengawasan Alkes maka realisasi
fisik 100%, Pagu Rp. 103.473.000 realisasi keuangan Rp.
98.854.956 persentase realisasi keuangan sebesar 95.54 %
PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/KOMPONEN/SUB KOMPONEN/AKUN PAGU REALISASI SISA
PERSENTASE
09 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2.448.748.000
2.288.782.686
159.965.314 93,47
2064 Peningkatan Pelayanan Kefarmasian 859.389.000
827.389.250
31.999.750 96,28
2064.504 Fasyankes yang mampu dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
859.389.000
827.389.250
31.999.750 96,28
001 Tanpa Sub Output 859.389.000
827.389.250
31.999.750 96,28
052 Pembekalan Tenaga Kefarmasian dalam Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar dan Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas
540.621.000
516.246.000
24.375.000 95,49
A Pembekalan Tenaga Kesehatan di Kab/Kota tentang Yanfar dan POR di Puskesmas Wilayah Adat Mamta
290.546.000
290.546.000
- 100,00
B Pembekalan Tenaga Kesehatan di Kab/Kota tentang Yanfar dan POR di Puskesmas Wilayah Adat Saireri
112.145.000
109.645.000
2.500.000 97,77
C Pembekalan Tenaga Kesehatan di Kab/Kota tentang Yanfar dan POR di Puskesmas Wilayah Adat La Pago
137.930.000
116.055.000
21.875.000 84,14
054 Sosialisasi, Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat, dan Optimalisasi AoC dalam rangka mendukung Germas di Kabupaten Kota Provinsi
318.768.000
311.143.250
7.624.750 97,61
A Pertemuan Sosialisasi 263.758.000
258.133.250
5.624.750 97,87
B Evaluasi Implementasi 55.010.000
53.010.000
2.000.000 96,36
2065 Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
911.770.000
797.456.630
114.313.370 87,46
2065.506 Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota yang Melaksanakan Program Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
911.770.000
797.456.630
114.313.370 87,46
001 Tanpa Sub Output 911.770.000
797.456.630
114.313.370 87,46
35
101 Workshop E-Monev Katalog dalam Mendukung Perencanaan Kebutuhan Obat (RKO) dan SIPNAP untuk Unit Layanan
547.560.000
508.361.800
39.198.200 92,84
A tanpa sub komponen 547.560.000
508.361.800
39.198.200 92,84
102 Melaksanakan Monitoring Ketersediaan Obat dan Vaksin serta Hasil Capaian Program Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes
316.210.000
241.119.100
75.090.900 76,25
103 Membiayai Pendistribusian dan Pengemasan Kembali Obat dan Perbekalan Kesehatan di Instalasi Farmasi
48.000.000
47.975.730
24.270 99,95
2067 Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
81.804.000
73.053.350
8.750.650 89,30
2067.505 Sarana Produksi dan Distribusi sediaan Farmasi dan Pengamanan Pangan yang di bina
81.804.000
73.053.350
8.750.650 89,30
001 Tanpa Sub Output 81.804.000
73.053.350
8.750.650 89,30
053 Monitoring Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian
81.804.000
73.053.350
8.750.650 89,30
2068 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
492.312.000
492.028.500
283.500 99,94
2068.501 Layanan perencanaan, konsolidasi dan evaluasi terhadap manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
492.312.000
492.028.500
283.500 99,94
001 Tanpa Sub Output 492.312.000
492.028.500
283.500 99,94
051 Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
205.876.000
205.800.000
76.000 99,96
053 Memberikan dukungan administrasi kegiatan dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
286.436.000
286.228.500
207.500 99,93
A Administrasi Kegiatan 148.098.000
148.097.900
100 100,00
B Pertemuan Konsultasi Perencanaan dan Monitoring Program Kefarmasian antara Provinsi Papua dan Farmalkes
108.136.000
108.136.000
- 100,00
C Reviu Penyusunan Anggaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
13.290.000
13.082.600
207.400 98,44
D Melaksanakan Reviu Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Pelayanan Kefarmasian
13.517.000
13.517.000
- 100,00
E FGD dalam rangka Monev Kegiatan 3.395.000
3.395.000
- 100,00
5839 Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
103.473.000
98.854.956
4.618.044 95,54
5839.007 Produk dan Sarana Distribusi Alat Kesehatan Serta Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang di uji
103.473.000
98.854.956
4.618.044 95,54
36
001 Tanpa Sub Output 103.473.000
98.854.956
4.618.044 95,54
051 Melaksanakan Sampling Produk Alkes dan PKRT
31.549.000
30.040.306
1.508.694 95,22
052 Melaksanakan Inspeksi Sarana Produksi Alkes dan PKRT dan Sarana Penyalur Alat Kesehatan
71.924.000
68.814.650
3.109.350 95,68
A tanpa sub komponen 71.924.000
68.814.650
3.109.350 95,68
37
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Seksi Kefarmasian dan Seksi Alkes 259005 (07) Dinas
Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2019 disusun sebagai wujud pertanggung jawaban
atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan ini
disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Kesehatan.
Laporan Kinerja menggambarkan pencapaian kinerja Seksi Kefarmasian
dan Seksi Alkes dalam mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan
didalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Seksi Kefarmasian
dan Seksi Alkes Satker 259005 (07) Dinas Kesehatan Provinsi Papua cukup berhasil
melaksanakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta telah merealisasikan
beberapa target yang telah ditetapkan di dalam dokumen perencanaan. Namun ada
beberapa hal yang menurut kami masih kurang terutama pada Program Pelayanan
Kefarmasian.
Keberhasilan dan kekurangan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan
kegiatan yang telah rencanakan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan
kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan
efisien.Laporan Seksi Kefarmasian dan Seksi Alkes Satker 259005 (07) Dinas
38
Kesehatan Provinsi Papua diharapkan dapat dimanfaatkan untuk bahan evaluasi
kinerja bagi yang membutuhkan dalam penyempurnaan dokumen perencanaan
maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, dan penyempurnaan
berbagai kebijakan yang diperlukan.