kajian masalah transportasi yg ditimbulkan oleh pembangunan lahan utama
DESCRIPTION
Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan UtamaTRANSCRIPT
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
KAJIAN MASALAH TRANSPORTASI YANG DITIMBULKAN OLEHPEMBANGUNAN LAHAN UTAMA DI DKI JAKARTA
Agus DharmaFakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Gunadarma
email : [email protected] : staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
1. Pendahuluan
Berbicara mengenai permasalahan lalu lintas, tentunya kita tidak akan dapat terlepas
dari faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya mobilitas pergerakan lalu lintas, dimana
salah satu dari faktor tersebut adalah penduduk. Mudah untuk dipahami bahwa tekanan
terhadap prasarana dan sarana transportasi di wilayah perkotaan Indonesia, khususnya
Jabotabek sangat dipengaruhi oleh intensitas dan mobilitas pergerakan penduduk antar
bagian wilayah.
Pada tahun 1990, misalnya, jumlah penduduk tercatat yang bermukim di wilayah ini
telah mencapai lebih dari 17 juta jiwa, dimana 8,2 jutamerupakan penduduk DKI-Jakarta dan
8,9 juta merupakan penduduk Botabek. Jumlah ini akan senantiasa meningkat, baik yang
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alamiah, maupun karena migrasi yang terjadi
sebagai akibat dari meningkatnya harapan ekonomi dan kesempatan kerja di wilayah ini.
Untuk periode 1985-1990 misalnya, pertumbuhan penduduk yang terjadi adalah sekitar 2.31
%per tahun untuk wilayah DKI-Jakarta dan 4,81% untuk wilayah Botabek, sehingga rata-rata
pertumbuhan penduduk untuk keseluruhan wilayah Jabotabek adalah 3,57% per tahun.
Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga masa yang akan
datang, meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan mengalami
penurunan, yaitu rata-rata Jabotabek untuk periode pasca tahun 2000 menjadi 2,19% per
tahun dari 3,11% yang terjadi pada periode sebelumnya. Diprediksikan bahwa jumlah
penduduk pada tahun 2000 akan mencapai sekitar 23,3 juta jiwa dan pada tahun 2015 akan
mencapai lebih kurang 32,2 juta jiwa(JMTSS). Jumlah ini berarti hampir mencapai 2x (dua
kali) lipat dari jumlah penduduk yang ada saat ini dan tentunya akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan yang sangat berarti terhadap mobilitas perjalanan orang dan barang,
jumlah kendaraan bermotor dan arus lalu litas jalan raya.
Di wilayah DKI-Jakarta, jumlah rata-rata perjalanan orang dengan kendaraan
bermotor (motorised trips) yang terjadi antara pk. 6.00 sampai pk. 22.00 telah mencapai
1
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/sekitar 9,7 juta perjalanan per hari, dimana sekitar 81% merupakan perjalanan internal di
dalam wilayah DKI, sedangkan 19% sisanya merupakan perjalanan internal-eksternal dari
dan ke wilayah Botabek. Jumlah perjalanan ini akan senantiasa meningkat setiap tahunnya,
dengan peningkatan sekitar 3,6% per tahun dan pada tahun 2015 diestimasikan akan
mencapai 23,7 jutaperjalanan per hari.
Dapat dipastikan bahwa permasalahan lalu lintas yang kronis akan terjadi apabila
penanganan-penanganan yang seksama dan terintegrasi tidak segera dilakukan, khususnya
mengingat bahwa untuk saat ini saja, kondisi kemacetan lalu lintas telah memprihatinkan dan
melanda hampir seluruh jalan-jalan raya yang ada dengan durasi waktu kemacetan yang
tidak terbatas hanya pada saat jam sibuk saja, melainkan telah tersebar hampir sepanjang
hari, khususnya pada daerah pusat kota.
2. Ketidakseimbangan antara Prasarana dan Pertumbuhan Jumlah Kendaraan
Penyebab klasik yang sering dikumandangkan sebagai faktor yang menimbulkan
terjadinya permasalahan lalu lintas adalah karena tidak seimbangnya tingkat pertumbuhan
prasarana jalan raya yang saat ini memiliki panjang sekitar 4500 km jika dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan sarana kendaraan yang saat ini telah melampaui jumlah 1,5 juta
buah. Bahkan menurut prediksi yang telah disusun secara seksama, ketidak-seimbangan ini
akan terus berlanjut di masa datang dengan angka tingkat pertumbuhan sekitar 5,1%untuk
pertumbuhan kendaraan dan 2%untuk pertumbuhan prasarana jalan raya (JMTSS). Estimasi
jumlah kendaraan pada tahun 2015 diperkirakan akan mencapai lebih dari 4,5juta buah (tiga
kali lipat kondisi saat ini), sedangkan penyediaan prasarana jalan raya, meskipun akan
mengalami peningkatan, namun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan pada Studi Pengembangan Sistem Jalan Arteri DKI-Jakarta
(SPSJA) menyatakan bahwa meskipun total panjang jalan beraspal yang terdapat di wilayah
DKI-Jakarta hampir mencapai 10%dari total panjang yang terdapat di seluruh pulau Jawa,
namun jika ditinjau secara proporsional dari aspek tata guna lahan, total luas peruntukkan
lahan untuk jalan kota ini hanya sekitar 4%dari total luas wilayah DKI-Jakarta yang meliputi
luas areal sekitar 64 ribuhektar. Hal ini berarti masih berada jauh di bawah nilai pagu dasar
10-20%yang terdapat pada kota-kota besar di negara maju. Rendahnya tingkat penyediaan
prasarana jalan ini terutama terjadi pada wilayah-wilayah di bagian Timur, Barat, Barat Laut
dan Timur Laut kota DKI-Jakarta, dimana hal ini telah mengakibatkan rendahnya tingkat
aksebilitas pergerakan penduduk yang bermukim di wilayah-wilayah tersebut untuk menuju
ke wilayah lainnya.
2
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
3. Kurang Memadainya Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Angkutan Umum
Indikator yang paling jelas mengenai kurang memadainya kualitas pelayanan bis yang
disediakan adalah tingginya tingkat kelebihan muatan (Overloading) yang dialami oleh
seluruh pelayanan bis, khususnya pada jam-jam puncak. Studi TNPR menyimpulkan bahwa
sekitar 58%dari seluruh pelayanan angkutan bis mengalami kondisi kelebihan penumpang
(Overloaded), bahkan hampir mencapai 30% pelayanan angkutan mengalami kondisi
kelebihan muatan dengan tingkatan yang berat (Heavily Overloaded). Kondisi ini berlaku
bukan hanya pada pelayanan bis-bis besar di koridor utama saja, melainkan juga melanda
pada jenis-jenis angkutan yang lain, seperti Metro Mini dan Mikrolet. Ini memberikan arti
bahwa pengguna jasa angkutan bis kota harus mengalami kondisi yang berjejal-jejal dan
kurang nyaman setiap kali mereka melaksanakan perjalanan.
Faktor lain yang merupakan permasalahan di bidang angkutan umum adalah
rendahnya kualitas pelayanan disebabkan oleh tidak memadainya sistem perawatan; waktu
singgah yang lama di terminal-terminal (rata-rata 37 menit/perjalanan) mengakibatkan rata-
rata tingkat penggunaan bis hanya menjadi 58%; sistem Wajib Angkut Penumpang (WAP)
yang menimbulkan tingkah laku pengemudi dan awak bis menjadi tidak disiplin; rendahnya
tingkat keamanan; kondisi tempat pemberhentian bis ada terminal yang tidak memadai;
kecepatan yang rendah dan waktu perjalanan yang panjang karena beroperasi pada lalu
lintas yang berbaur (Mixed Traffic).
Hasil survai studi TNPR terhadap penumpang bis memperlihatkan bahwa hampir
separuh dari seluruh perjalanan penumpang memerlukan sekurang-kurangnya satu kali
transfer. Dari sisi pengguna jasa angkutan umum, semakin banyak jumlah transfer antar bis
yang harus dilakukan, maka semakin besar pengeluaran mereka untuk membayar ongkos
perjalanan.
Di sisi kuantitas, proporsi rata-rata dari jumlah bis yang sebenarnya beroperasi
terhadap jumlah bis yang memiliki ijin sebesar 75% merupakan angka yang relatif agak
rendah, bahkan pada lebih dari seperempat rute-rute yang dioperasikan oleh operator
terbesar misalnya, pelayanan yang sebenarnya disediakan hanya kurang dari 50%
pelayanan yang diijinkan. Rata-rata tingkat penggunaan bis juga sangat rendah, yaitu rata-
rata hanya 6 rit operasi per bis per hari. Kuantitas pelayanan bis yang disediakan secara
keseluruhan ditentukan oleh jumlah bis yang melayani, ukuran-nya, dan kecepatan rata-rata
bis. Lebih dari 75% bis di Jakarta berupa minibus yang efisien untuk pengoperasian di
3
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/wilayah pinggir kota (sub-urban), tetapi tidak tepat untuk fungsi jalur angkutan utama
sebagaimana yang digunakan di Jakarta.
4. Penggunaan Kendaraan Yang Tidak Efis ien Dalam Pemanfaatan Ruang
Di samping pengaruh-pengaruh dan faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan
lalu lintas sebagaimana diuraikan sebelumnya, perlu ditekankan pula disini bahwa
permasalahan yang paling mendasar adalah karena besarnya jumlah pemakaian kendaraan
yang tidak efisien dalam penggunaan ruang. Sebagai ilustrasi, meskipun berdasarkan
standar internasional, penawaran angkutan umum di Jabotabek telah relatif tinggi (52,5%),
namun sekitar 4,6 juta perjalanan (47,5% sisanya) masih harus menggunakan angkutan
pribadi yang tidak efisien jika ditinjau dari sudut pandang pemanfaatan ruangnya.
Komposisi kendaraan pribadi yang berjumlah 1,3 juta buah menempati 86% dari
jumlah total kendaraan yang ada di wilayah DKI-Jakarta, sedangkan secara berturut 2,6%
(0,04 juta kendaraan) dan 11,4% (0,17 juta kendaraan ) sisanya merupakan jenis angkutan
umum penumpang dan angkutan barang. Dari fakta diatas dapat dilihat bahwa kendaraan
angkutan umum penumpang yang hanya menduduki proporsi 2,6% dari total jumlah
kendaraan yang berada di wilayah DKI-Jakarta harus melayani sejumlah hampir 5,1 juta
perjalanan, sedangkan 86% lainnya yang merupakan angkutan pribadi hanya melayani 4,6
juta perjalanan. Hal ini memberikan arti bahwa, secara rata-rata, setiap kendaraan angkutan
umum melayani 36 kali lebih banyak dari pada kendaraan pribadi.
5. Pesatnya Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembangunan Lahan Utama
Dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir ini, kondisi perekonomian Indonesia telah
meningkat secara pesat yang tercermin dari peningkatan rata-rata GNP sebesar 5,5% per
tahun untuk perode 1983-1989 dan bahkan pada periode 1988-1989 telah mencapai tingkat
pertumbuhan 6,1% per tahun. Konstribusi DKI-Jakarta terhadap pendapatan nasional ini
hampir mencapai angka 12% dengan tingkat pertumbuhan GRDP rata-rata 6,6% per
tahunnya.
Pesatnya pertumbuhan ini disebabkan karena meningkatnya penerimaan devisa
negara sebagai akibat dari keberhasilan pelaksanaan program-program pembangunan di
berbagai bidang, khususnya sektor produksi berupa industri manufaktur yang berskala dan
berorientasi ekspor, industri pariwisata dan ekspor hasil bumi. Pertumbuhan sektor jasa,
perdagangan dan industri non-manufaktur telah pula meningkat secara dramatis mengikuti
pertumbuhan industri dasar tersebut. Migrasi penduduk ke kota-kota besar dan sentra-sentra
4
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/produksi, secara tidak dapat dihindarkan, telah pula meningkat guna memenuhi kebutuhan
akan penyediaan tenaga kerja.
Kondisi tersebut diatas memberikan konsekwensi logis berupa meningkatnya
permintaan terhadap pembangunan fisik prasarana, sarana dan fasilitas penduduk yang
pada gilirannya telah mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap lahan-lahan
pembangunan baru guna mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut yang
disediakan baik oleh Pemerintah maupun sektor Swasta. Hampir seluruh kota-kota besar di
Indonesia saat ini tengah mengalami desakan yang meningkat dari berbagai pihak,
khususnya Developer swasta untuk mengembangkan lahan yang ada, baik yang berskala
kecil, sedang maupun besar dan untuk memperoleh ijin pembangunan Major Real Estate
guna kepentingan kegiatan-kegiatan bisnis, komersil, perdagangan, industri dan perumahan,
dimana desakan tersebut tidak terbatas hanya di wilayah pusat kota saja, melainkan meliputi
pula wilayah lain di sekitarnya.
Tidak dapat dihindarkan bahwa pembangunan-pembangunan yang telah
dilaksanakan tersebut, selain akan lebih memacu lagi pertumbuhan perekonomian negara
dan peningkatan terhadap lapangan pekerjaan, hal ini telah pula memberikan tekanan yang
cukup berarti terhadap prasarana dan sarana transportasi yang pada sebagian besar kasus,
tidak atau belum dirancang untuk melayani dan menampung beban-beban lalu lintas
tambahan yang ditimbulkan oleh karena adanya pembangunan-pembangunan baru tersebut.
Meskipun permasalahan-permasalahan tersebut tumbuh di kebanyakan pusat-pusat
kota di daerah, sudah barang tentu, masalah tersebut terutama sangat terasakan pula di ibu
kota negara, DKI-Jakarta dan wilayah sekitarnya, Bogor-Tangeran-Bekasi atau secara
keseluruhan wilayah ini lazim disebut sebagai JABOTABEK. Permintaan terhadap
pengembangan lahan di wilayah ini sangat tinggi, baik untuk kegiatan industri, bisnis,
perdagangan maupun perumahan, bahkan dalam dekade terakhir ini desakan yang kuat dari
berbagai pihak untuk mengembangkan lahan berupa pembangunan y-pembangunan yang
bersifat masif dan besar (Major Development) telah semakin meningkat.
Pembangunan utama tersebut yang acapkali disebut pula sebagai Superblock,
meskipun pada dasarnya tidak diragukan lagi akan dapat meningkatkan pendapatan daerah,
peningkatan lapangan kerja, dan bahkan peningkatan kesempatan terhadap penanaman
modal asing, akan tetapi merupakan suatu keadaan yang nyata dan terbukti bahwa
pembangunan-pembangunan semacam itu akan memberikan tekanan tambahan yang cukup
berarti terhadap kapasitas daya dukung lingkungan, utilitas dan pelayanan umum (listrtik, air
5
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/bersih, gas, kebersihan, kemanan), dan khususnya prasarana, serta sarana transportasi
yang ada di wilayah DKI-Jakarta.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, meskipun Pemerintah tidak bermaksud untuk
menghalangi antusiasme bisnis dan komersial yang pada dasarnya tidak diragukan lagi akan
dapat meningkatkan pendapatan daerah, peningkatan lapangan kerja, dan bahkan
peningkatan kesempatan terhadap penanaman modal asing, akan tetapi merupakan suatu
bukti yang nyata bahwa kapasitas daya dukung fisik, khususnya prasarana jalan raya yang
ada akan menjadi tidak mampu untuk memenuhi tingkat permintaan lalu lintas kendaraan
pribadi di masa datang yang dibangkitkan oleh karena adanya pembangunan-pembangunan
yang baru tersebut.
6. Penutup
Meskipun bukanlah suatu hal yang realistis dan hanya memandang dari sudut
pandang supply semata, semua permasalahan lalu lintas yang telah berpotensi akan terjadi
sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya, secara ekstrim dapat terpecahkan seluruhnya
apabila dana yang dimiliki Pemerintah tidak terbatas. Semua kendala yang berkaitan dengan
faktor fisik dapat diatasi seluruhnya oleh penerapan faktor teknologi yang direncanakan
secara seksama.
Secara lebih konkrit, masalah kemacetan lalu lintas dapat diatasi seluruhnya dengan
melaksanakan pembangunan secara besar-besaran terhadap prasarana jalan raya dan
prasarana/sarana angkutan umum yang berkualitas tinggi, bebas hambatan dan memiliki
tingkat keselamatan yang tinggi, termasuk disini peningkatan dan pelebaran jalan,
pembangunan jalan bertingkat banyak (multy decker), persimpangan tidak sebidang
(interchange & flyover) pada semua simpang yang ada, pembangunan sistem angkutan
umum massal cepat & ringan (Mass Rapid & Light Rail Transits), pembangunan terminal &
penyediaan bis secara masal, dan lain-lain.
Upaya kearah itu telah dilaksanakan oleh Pemerintah dan beragam langkah, serta
tindakan untuk mengurangi masalah lalu lintas dan menyeimbangkan antara supply dan
demand telah pula dilaksanakan. Disamping telah dilakukannya pembangunan prasarana
dan sarana angkutan yang sifatnya cukup intensif, Pemerintah telah pula melaksanakan
pengaturan terhadap sisi permintaan lalu lintas (management of demand) melalui upaya
pengaturan jam masuk kerja dan sekolah, seta penerapan Kawasan Pembatasan
Penumpang (KPP) yang seringkali dikenal dengan sebutan three in one.
6
-
5/27/2018 Kajian Masalah Transportasi Yg Ditimbulkan Oleh Pembangunan Lahan Utama - slid...
http:///reader/full/kajian-masalah-transportasi-yg-ditimbulkan-oleh-pembanguna
source > http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/Namun demikian, dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat, termasuk
upaya untuk menyediakan prasarana dan fasilitas-fasilitas umum bagi penduduk, Pemerintah
memiliki kendala dalam hal pembiayaan dan penyediaan dananya. Terlebih lagi dengan
adanya fungsi pemerataan pembangunan dan keadilan sosial yang harus diemban
Pemerintah dalam menjalankan tugasnya, tentunya hal ini akan lebih membatasi lagi jumlah
dana yang dapat disediakan Pemerintah untuk pembangunan sektor transportasi pada
wilayah tertentu, termasuk disini DKI-Jakarta.
Pihak yang memperoleh nilai tambah dan terlibat secara langsung dalam memberikan
tekanan tambahan terhadap daya dukung fisik, prasarana & lingkunan, dalam hal ini
Developer, harus turut pula dalam memberikan konstribusinya secara langsung dan nyata
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh pembangunan lahan
utama yang mereka lakukan.
Daftar Pustaka
BPPT & Deutche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit. Jakarta Mass Transit
System Study (JMTSS). Jakarta, tidak diterbitkan, 1992.
Bruton, Michael J. Introduction to Transportation Planning. London, Hutchinson, 1986.
Golany, Gideon. New-Town Planning : Principles and Practice. New York, John Willey &
Sons, 1976.
Parsons Brickerfohh International & PT Indulexco Consulting Group for BPPT. Jakarta Mass
Transit System: Development and Conceptual Design. Jakarta, tidak diterbitkan,
1993.
Meyer, Michael D. & Eric J. Miller. Urban Transportation Planning: A Decision-Oriented
Approach. New York, Mc Graw-Hill, 1984.
Nasution, H. M. N. Manajemen Transportasi. Bandung, Ghalia, 1996.
Warpani, Suwardjoko.Analisi s Kota & Daerah . Bandung, Penerbit ITB, 1984.
Wells, G.R. Rekayasa Lalu-lin tas. Jakarta, Bharata, 1993.
7