jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...
TRANSCRIPT
i
STUDI KOMPARASI PENDIDIKAN NONDIKOTOMI MENURUT
FAZLUR RAHMAN DAN AMIN ABDULLAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh:
SITI WARDATUL ROMIYATI
NIM. 12410176
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
v
MOTTO
نيا فعليه بالعلم ومن اراد الخرة فعليه بالعلم ومن من اراد الد
ا فعليه بالعلم ارادهم
(رواه ترمذى)
Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka hendaklah ia
berilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka hendaklah ia
berilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka hendaklah ia ilmu”
(H.R. Tirmidzi)1
1 Imam An-Nawawi, Al Majmu’ ,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hal. 44.
vi
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya ini untuk:
Almamater tercinta
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
غفره، ون عوذ باهلل من شرور أن فسنا ومن سي نه ونست ل إن الحمد لله نحمده ونستعي له ومن ا م ده اهلل مالنا، من أ ئا
بده و د أن محمدا د أن ال إله إال اهلل وحده الشرك له، وأش رسوله، أما ب عد ا هادي له ،أش
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, meskipun dalam prosesnya, banyak sekali rintangan dan hambatan.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dapat diselesaikannya skripsi ini benar-benar
merupakan pertolongan Allah SWT. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai figur dalam dunia pendidikan yang patut digugu dan ditiru.
Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang komparasi konsep
pendidikan nondikotomi menurut Fazlur Rahman dan Amin Abdullah. Sebagai manusia
biasa, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terjuwud dengan baik tanpa adanya
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Ketua Jurusan (Kajur) dan Sekretaris Jurusan (Sekjur) Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Usman, S.S., M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
dan ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, masukan serta
motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
viii
4. Bapak Drs. Nur Munajat M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang
senantiasa memberikan, bimbingan serta motivasinya.
5. Segenap Dosen dan Staf/Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. Ayahanda H. Nur Muhtarom Mahfud, Ibunda Nurhayati serta Kakanda Nuron
Kholbiyanto Serta semua keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan
dukungan baik moral maupun materi selama belajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
7. Suami tercinta Praka Elhakim Kurniawan dan ibunda Sulis Tiyarni yang senantiasa
mendoakan dan memberikan motivasi.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Yogyakarta yang telah
memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga.
9. Sahabat-sahabat tercinta Arifa Sofyana Rozak, Sulis Estiyani, Yushi Itsnayanti
Maulidah, Nur Islichah, Mba Sinta, Mba Halimah, yang telah melengkapi hidup penulis
dengan kehadiran, kebersamaan dan tingkah aneh kalian.
10. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu dalam pengantar ini. Terima kasih atas segala bantuan dan
dukungan yang telah diberikan.
Akhirnya penulis berharap semoga semua amal ibadah mereka dicatat oleh Allah
SWT sebagai amal kebaikan yang diridloi-Nya dan dilipatgandakan pahalanya. Dalam
penyusunan skripsi ini penyusun menyadari masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan guna penyusunan pada karya-karya
berikutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
ix
Yogyakarta, 16 Februari 2016
Penyusun,
Siti Wardatul Romiyati
NIM. 12410176
x
ABSTRAK
Siti Wardatul Romiyati. Studi Komparasi Pendidikan Nondikotomi Menurut Fazlur
Rahman dan Amin Abdullah. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Yogyakarta. 2016.
Penelitian ini berlatar belakang dari dampak pendidikan dikotomi yang telah
menciptakan kesenjangan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Sesungguhnya
tujuan dari pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang berkepribadian muslim dalam
rangka melaksanakan tugas kekhalifahan dan peribadahan kepada Allah untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sehingga pendidikan harus dapat menyeimbangkan
dan menyelaraskan baik material-spiritual, Individu maupun sosial, pengetahuan dan moral
yang terintegrasi dalam kerangka yang utuh dan diharapkan dapat mencapai keseimbangan
hidup antara dunia dan akhirat. Sehingga penulis tertarik untuk mengkaji bagaimanakah
konsep pendidikan nondikotomi Fazlur Rahman dan Amin Abdullah, yang nantinya akan
dapat memecahkan masalah-masalah pendidikan yang terjadi di negeri ini. Tujuan dari
penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bagaimana pendidikan nondikotomi menurut
Fazlur Rahman, (2) Untuk mengetahui bagaimana pendidikan nondikotomi menurut Amin
Abdullah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Studi Pustaka (Library Research), ialah
penelitian teknik pengumpulan datanya dilakukan di perpustakaan dengan didasarkan atas
pembacaan-pembacaan terhadap literature yang memiliki informasi serta memiliki relevansi
dengan topic penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
filosofis. Metode yang digunakan untuk menganalisis isi adalah (Content Analisis), metode
ini merupakan analisis ilmiah mengenai isi pesan sebuah pemikiran. Dalam konteks ini
peneliti mengkaji dari pemikiran Fazlur Rahman dan Amin Abdullah mengenai konsep
pendidikan nondikotomi.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) pendidikan nondikotomi menurut Fazlur
Rahman ada tiga pendekatan, yaitu (a) menerima pendidian sekuler modern dengan
”mengislamkannya”, (b) menyederhanakan silabus-silabus tradisional, dan (c)
menggabungkan dan memadukan cabang-cabang pengetahuan modern dengan cabang-
cabang pengetahuan lama. (2) pendidian nondikotomi menurut Amin Abdullah yaitu dengan
pendekatan integratif-interkonektif yang digambarkan dengan jaring laba-laba keilmuan,
dimana al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sentral ilmu dan antara berbagai disiplin ilmu saling
berinteraksi, saling bedialog, dan saling menghargai terhadap kehadiran ilmu yang lainnya.
(3) Persamaan Fazlur Rahman dan Amin Abdullah, keduanya merupakan pemikir dalam
kategori Neo-Modernisme. (4) Perbedaan pemikiran Fazlur Rahman hanya berupa sebuah
kerangka pemikiran sedangkan pemikiran Amin Abdullah telah diformulasikan dan
diaplikasikan.
Kata Kunci: Pendidikan Nondikotomi, Fazlur Rahman, Amin Abdullah.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN PEMBIMBING ................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
TRANSLITERASI ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 10
D. Kajian Pustaka ...................................................................... 11
E. Landasan Teori ..................................................................... 13
F. Metode Penelitian ................................................................. 20
G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 24
BAB II BIOGRAFI FAZLUR RAHMAN DAN AMIN ABDULLAH
A. Biografi Fazlur Rahman ......................................................... 26
1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Intelektual ................ 26
2. Karya-karya ..................................................................... 29
3. Corak Pemikiran .............................................................. 32
B. Biografi Amin Abdullah ........................................................ 33
1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Intelektual ................ 34
2. Karya-karya ..................................................................... 37
3. Corak Pemikiran .............................................................. 40
BAB III ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN NONDIKOTOMI MENURUT
FAZLUR RAHMAN DAN AMIN ABDULLAH
A. Konsep Pendidikan Nondikotomi Fazlur Rahman ................. 44
1. Pendekatan Pendidikan Nondikotomi Fazlur Rahman ..... 45
2. Implementasi Pendidikan Nondikotomi Fazlur Rahman .. 53
B. Konsep Pendidikan Nondikotomi Amin Abdullah ................. 55
1. Pendekatan Pendidikan Nondikotomi Amin Abdullah .... 55
2. Implementasi Pendidikan Nondikotomi Amin Abdullah .. 72
C. Komparasi Pemikiran Fazlur Rahman dan Amin Abdullah .... 76
1. Persamaan Pendidikan Nondikotomi Fazlur Rahman dan Amin Abdullah
........................................................................................ 77
xii
2. Perbedaan Pendidikan Nondikotomi Fazlur Rahman dan Amin Abdullah
........................................................................................ 78
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 82
B. Saran-saran ........................................................................... 84
C. Penutup ................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi
dari Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158
Tahun 1987 dan No. 05436/UU/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba’ b Be ب
Ta’ t Te ت
Sa’ ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ha’ ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha’ Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Z\|al ẑ Zet (dengan titik di atas) ذ
Ra’ R Er ر
Zai Z Zet ز
xiv
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
Sad ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
D}ad ḍ d (dengan titik di bawah) ض
T{a’ ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Z{a’ ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ᾿ Koma terbalik di atas‘ ع
Gain G Ge غ
Fa’ F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Waw W We و
xv
Ha’ H Ha ه
Hamzah ’ Apostrof ء
Ya’ Y Ye ي
A. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap
Muta’aqqidain متعقدين
Iddah‘ عدة
B. Ta’ Marbutah diakhir kata
1. Bila mati ditulis
Hibbah هبة
Jizyah جزية
2. Bila dihidupkan berangkai dengan kata lain ditulis
i’matull ah نعمة هللا
Zakātulfiṭri زكاةالفطر
C. Vokal Pendek
Fathah ( _ _ ) ditulis a, Kasrah ( _ _ ) ditulis i, dan Dammah ( _ _ ) ditulis u.
Contoh : أحمد ditulis aḥmada
ditulis rafiqa رف ق
ditulis ṣaluḥa صل ح
xvi
D. Vokal Panjang
Bunyi a an ang di ulis , bunyi i an ang di ulis i dan bunyi u an ang di ulis u , masing-
masing dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.
1. Fathah + Alif ditulis ā
ditulis falā فال
2. Kasrah + Ya’ ma i di ulis i>
ditulis mi>ṡāq ميثاق
3. Dammah + Wawu mati ditulis u>
ditulis uṣu>l أصول
E. Hamzah
1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang mengiringinya.
ditulis inna إن
2. Bila erle ak di akhir ka a, maka di ulis dengan lambang a os rof ( ’ ).
ditulis waṭa’un وطء
3. Bila terletak di tengah kata dan berada setelah vokal hidup, maka ditulis sesuai dengan bunyi
vokalnya.
ditulis raba>ib ربائب
4. Bila terletak di tengah kata dan dima ikan, maka di ulis dengan lambang a os rof ( ’ ).
ditulis ta’khuẑu>na تأخذون
F. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al.
ditulis al-Baqarah البقرة
2. Bila diikuti huruf syamsiyah, huruf l diganti dengan huruf syamsiyah yang bersangkutan.
’<ditulis an- isa النساء
xvii
Catatan: yang berkaitan dengan ucapan-ucapan bahasa Persi disesuaikan dengan
yang berlaku di sana seperti: Kazi (qaḍi).
G. Huruf Besar
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi
ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan seperti yang berlaku dalam EYD, diantara
huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat.
Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital
tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandang.
xviii
H. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ẑawi al-furu>ḍ ذوى الفروض
Ahl as-sunnah اهل السنة
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Sertifikat OPAK
Lampiran II : Sertifikat SOSPEM
Lampiran II : Sertifikat PKTQ
Lampiran IV : Sertifikat PPL I
Lampiran V : Sertifikat PPL-KKN Integratif
Lampiran VI : Sertifikat ICT
Lampiran VII : Sertifikat TOEFL
Lampiran VIII : Sertifikat IKLA/TOAFL
Lampiran IX : Fotocopy KTM
Lampiran X : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang ilmu selalu tidak lepas dari ranah
pendidikan. Islam sebagai agama yang diklaim memiliki keutuhan
dan kelengkapan dalam sembarang aspek kehidupan yang paling
komprehensif juga menempatkan pendidikan sebagai bagian paling
vital dalam dirinya.1 Manusia sebagai makhluk Tuhan, telah
dikaruniai kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah
dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mempertahankan
hidup serta memajukan kesejahteraannya. Sasaran utama yang
dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain
adalah pendidikan.2
Pendidikan di era modern mengalami perkembangan dan
perubahan yang sangat pesat, hal ini dikarenakan oleh arus
globalisasi yang semakin lama semakin tidak terbendung
mengikuti grafik eksponensial. Banyak hal yang akan terjadi dan
tidak terduga di masa depan, seperti kemajuan dalam bidang
teknologi dan informasi. Dalam hal ini manusia dituntut untuk
menguasai dan memanfaatkan secara arif terhadap teknologi yang
telah mewarnai kehidupan mereka. Manusia tidak dapat bertahan
1 Nur Aylin Dania, “Pendidikan Perspektif Islam”, http:/www.koranpendidikan.com/,
diakses Tanggal 10 Februari 2016 pukul 11.20. 2 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 2.
2
hanya dengan tradisi lama, akan tetapi menjadi sangat perlu untuk
belajar, menyesuaikan diri, serta berinovasi dengan peradaban
yang baru. Karena arus global bukanlah lawan atau kawan,
manusia harus pandai menarik ulur artinya, yang sesuai dapat
ditarik atau diambil dan dicerna, sementara yang tidak sesuai dapat
diulur, dilepas atau ditinggalkan.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer setiap manusia
karena pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas bagi pembangunan bangsa dan negara.
Begitu urgennya pendidikan menyebabkan pendidikan menjadi
ranah yang hangat untuk diperbincangkan. Berbicara tentang
sejarah pendidikan, maka tidak bisa lepas dari sistem pendidikan
Islam dan sistem pendidikan yang berasal dari warisan kolonial
Belanda yang turut menentukan dinamika pendidikan di negara
kita. Terlihat adanya sekolah yang didirikan dan hanya boleh
diakses oleh golongan bangsawan (priyayi) saja untuk menempuh
pendidikan dari Barat (umum). Sedangkan bagi rakyat pribumi
pilihan tidak lain hanya pendidikan pesantren yang berarti
bernuansa Islam. Tentunya ini adalah awal mula yang memberikan
pemahaman kepada kita tentang adanya dikotomi pendidikan
antara pendidikan umum dan pendidikan agama.
Jauh sebelumnya, dalam sejarah pendidian Islam telah pula
berpola pengembangan keilmuan yang bercorak integralistik-
3
ensiklopedik disatu sisi, yang dipelopori oleh para ilmuwan seperti
Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, berhadapan dengan pola
pengembangan keilmuan agama yang spesifik-parsialistik di sisi
lain, yang dikembangkan oleh para ahli hadis dan ahli fiqih.
Keterpisahan secara diametral antara keduanya dan sebab-sebab
lain yang bersifat politis-ekonomis, berakibat pada rendahnya mutu
pendidikan dan kemunduran dunia Islam pada umumnya.3 Disadari
atau tidak, ilmu seolah dipisahkan antara “Ilmu Agama” dan “Ilmu
Umum”. Dikotomi terhadap ilmu ini akhirnya memaksa untuk
meyakini adanya sistem pendidikan yang dualisme seperti
“pendidikan agama” dan “pendidikan umum”.4 Kedua sistem
tersebut akhirnya dikenal dengan “pendidikan tradisional” untuk
yang pertama, dan “pendidikan modern” untuk yang kedua.5
Seiring dengan problematika dikotomik tersebut, berbagai
partikel konsep istilah yang kurang sedap pun akhirnya muncul
sebagai wacana polarisasi pendidikan. Misalnya, adanya fakultas
agama dan fakultas umum; sekolah agama dan sekolah umum;
ilmu agama dan ilmu umum. Bahkan, dikotomi ilmu menghasilkan
kesan bahwa “pendidikan agama’ berjalan tanpa dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta terdominasi oleh masalah-masalah
3 Amin Abdullah, dkk.,Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), hal. 5. 4 Baharuddin, dkk., Dikotomi Pendidikan Islam: Historisitas dan Implikasi Pada
Masyarakat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 22. 5 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), hal. 3.
4
yang bersifat normatif, ritual, eskatologis, dan sebaliknya,
“pendidikan umum” hadir tanpa sentuhan agama yang bersifat
positivistik-rasionalis.6
Dalam hal ini seorang tokoh pembaharu dalam islam yakni
Fazlur Rahman menganggap bahwa suatu keharusan untuk
menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi
Barat adalah melakukan kajian Islam secara menyeluruh, baik
secara historis maupun sistematis. Disamping itu, sikap umat islam
terhadap ilmu pengetahuan harus bersifat positif karena ilmu
pengetahuan tidak ada yang salah. Sendainya terjadi kesalahan,
berarti yang salah itu adalah penggunanya.7Menurutnya Islam
memperbolehkan umatnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dalam bentuk apapun, selama ilmu pengetahuan yang diperolehnya
tersebut tidak menyesatkan dan mengarahkannya pada kehancuran
diri dan umat manusia.8 Fazlur Rahman menawarkan Tajdid
(pembaharuan) dengan Ijtihad (berfikir bebas). Perhatian utamanya
adalah menyiapkan dasar dari pemikiran yang secara berangsur-
angsur direalisasikan oleh sarana pendidikan. Lebih jauh Fazlur
Rahman mengatakan, “Salah satu hal yang paling diabaikan dalam
reformasi pendidikan adalah sistem pendidikan tradisional-
konservatif para ulama. Fazlur Rahman mengemukakan bahwa
6 Baharuddin, dkk., dikotomi Pendidikan Islam, hal. 23. 7Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap Metode, Epistimologi, dan Sistem
Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Penerbit : 2006), hal. 14-15. 8 Gunawan Ikhtiono,Konsep Pendidikan Nondikotomik Dalam Perspektif Fazlur Rahman,
(Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014), hal. 108
5
Islam bukan agama yang anti terhadap kemodernan, dan sekaligus
membuktikan bahwa Islam tidak hanya sebatas mengatur ritual
ibadah. Tetapi juga mengintegrasikan segi-segi kehidupan yang
tidak lepas dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.9
Pada prinsipnya, ilmu pengetahuan itu adalah satu, yang
berasal dari Allah SWT. Keduanya tidak dapat dibedakan apalagi
didikotomikan. Islam sebagai agama yang sempurna telah
memberikan pedoman yang jelas tentang tujuan dan hakikat
pendidikan, yakni memperdayakan potensi fitrah manusia secara
utuh (integral) baik jasmani, rohani dan akal agar dapat
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah yang taat dan setia
dalam beribadah kepada-Nya. Setelah itu manusia disiapkan untuk
menjalankan tugasnya sebagai kholifah di muka bumi yang
bertugas untuk mengatur, mengelola dan memakmurkan bumi
dengan segenap potensi yang dimilikinya. Fungsi manusia sebagai
‘abdillâh dan kholifatullah tersebut tidak dapat dipisahkan,
keduanya harus seimbang dan saling melengkapi. Oleh karena itu,
pendidikan harus berusaha menyeimbangkan dan menyelaraskan
kehidupan baik material maupun spiritual, individu maupun sosial,
pengetahuan dan moral yang terintegrasi dalam kerangka yang
utuh sehingga tercapai keseimbangan hidup antara dunia dan
akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al – Qashash :77
9 Ibid., hal. 167.
6
الدهار اآلخرة وال تنس نصيبك نيا وأحسن وابتغ فيما آتاك للاه من الد
ال يحب إليك وال تبغ الفساد في األرض إنه للاه كما أحسن للاه
المفسدين
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”10
Wilayah ontologis pendidikan Islam memang tidak megenal
dikotomi-dikotomi yang akhirnya akan mempersempit makna
pendidikan Islam itu sendiri. Jika penyakit dikotomi dibiarkan
mewabah dalam dunia pendidikan Islam, maka yang terjadi adalah
kegagalan yang terjadi dewasa ini. Sudah selayaknya masalah
tersebut diperhatikan dan ditangani dengan baik, bahkan perlu
dicari suatu titik-titik integrasi antara kedua ilmu pengetahuan
tersebut agar terwujud hubungan yang sinergis, sistematis, dan
fungsional bagi keduanya. Menurut Amin Abdullah untuk
menjembatani kesenjangan antara ilmu-ilmu sekuler dan ilmu-ilmu
agama yakni dengan gerakan rapprochement (kesediaan untuk
saling menerima keberadaan yang lain dengan lapang dada).11
10Al-Qur’an dan terjemah, (Bandung : Hilal, 2010), hal. 393. 11 M. Amin Abdullah, “Etika Tauhidik Sebagai Dasar Kesatuan Epistimologi Keilmuan
Umum dan Agama” dalam buku Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum, (Yogyakarta:
Suknan Kalijaga Press, 2003), hal. 6.
7
Seperti paradigma keilmuan yang diterapkan oleh PTAIN-
PTAIN yang ada di Indonesia yakni Integrasi-Interkoneksi atau
saling berhubungan satu dengan yang lainnya antara haḍarah al-
naṣ (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teks keagamaan) dengan
haḍarah al-‘ilm (ilmu-ilmu kealaman dan kemasyarakatan),
maupun dengan haḍarah al-falsafah (ilmu-ilmu filosofis).
Integrasi-Interkoneksi tersebut juga dikembangkan antara ilmu-
ilmu Ke-Islaman dengan ilmu-ilmu umum pada bidang ilmu
humaniora (humanities), ilmu-ilmu sosial (social sciences),
maupun ilmu-ilmu kealaman ( natural sciences). Paradigma
tersebut dapat digambarkan seperti “jaring laba-laba keilmuan
teoantroposentrik-integralistik” oleh Amin Abdullah, dimana
sentral keilmuan adalah al-Qur’an dan al-Sunnah, kemudian pada
lapisan kedua dan seterusnya terdapat ilmu-ilmu lainnya. Antara
satu sama lain harus saling berinteraksi, saling berdialog, dan
saling menghargai atau mempertimbangkan serta sensitif terhadap
kehadiran ilmu lainnya. paradigma tersebut jelas menggambarkan
bahwa tidak dikenal adanya dikotomi maupun segala bentuk
pemisahan ilmu lainnya.12
Pemikiran transformatif dalam sistem pendidikan Islam
yang digagas Fazlur Rahman sangat berkaitan dengan sistem
pendidikan tradisional dan modern. Fazlur Rahman memandang
12Pokja akademik, Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum,
(Yogyakarta : Pokja Akademik, 2006), hal. 19-21.
8
bahwa sistem pendidikan tradisionalis cenderung kaku, ekslusif
dan ortodoks yang bersumber dari pusat seorang individual yang
menguasai ilmu. Tokoh-tokoh istimewa tertentu, yang telah
mempelajari hadiṣ dan membangun sistem-sistem teologi dan
hukum mereka sendiri di bidangnya, menarik murid-murid dari
daerah-daerah yang jauh dan dekat yang mau menimba ilmu dari
mereka.13
Sistem pendidikan tradisional memiliki kecenderungan
ekslusif karena, ia hanya mempelajari ilmu dan bersandar pada
aliran logika mazhab tertentu.14
Dikatakan ortodoks karena ilmu-
ilmu yang dikembangkan adalah ilmu klasik yang hanya dipelajari
begitu saja tanpa ada riset lebih lanjut, dan juga tidak membuka
pelajaran-pelajaran yang mendalami ilmu–ilmu modern, sehingga
berakibat pada terisolasinya sistem pendidikan tradisional.15
Akibat dari isolasi oleh dunia luar dan mengisolasikan diri
dari ilmu pengetahuan modern atau intelektualisme sekuler maka
telah membawa kepada kemacetan dalam ilmu-ilmu pengetahuan
(pemikiran), yakni teknologi dan pemikiran keagamaan sangat
mengalami kemunduran dan menjadi miskin karena pengucilan
mereka yang disengaja dari intelektualisme sekuler.16
13 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas Tentang Transformasi Intelektual, alih bahasa
Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 2000), hal. 269. 14 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 148-149. 15 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas …, hal. 271. 16 Ibid, hal. 270
9
Perspektif diatas memiliki perbedaan dengan pandangan
Amin Abdullah, menurutnya ada dua pandangan positif terhadap
sistem tradisionalisme.17
Pertama, pendidikan tradisionalis perlu
dilestarikan sebagai tradisi keilmuan Islam yang telah terbangun
secara kokoh sejak berabad-abad serta memanfaatkannya untuk
membendung aspek negatif dari gerak arus pembangunan dan
modernisasi dalam segala aspek. Tradisi keilmuan Islam seperti
yang ada dalam madrasah dan pesantren adalah sebagai kekayaan
dan kekuatan spiritual yang perlu dipertahankan. Sistem
tradisionalisme merupakan sumber kekuatan mental spiritual yang
maha ampuh untuk menahan badai perubahan dalam segala aspek.
Kedua, sistem tradisionalisme yang kritis, di mana sistem
pendidikan ini semua yangb dipelajari selalu dikaji terlebih dahulu
dari aspek histotis. Pemikiran ini selalu mencari penyesuaian–
penyesuaian yang diperlukan tanpa meninggalkan akar tradisinya.
Namun jika ditelusuri lebih akurat dan mendalam, konsep
transformasi pendidikan Fazlur Rahman ini hanyalah sebuah
strategi sistem, sebab ia setuju dengan tradisionalisme sebagai
landasan pendidikan religious dan disisi lain walaupun tidak secara
keseluruhan, ia setuju dengan sistem modernisme. sintesa atau
integrasi dari kedua sistem tersebut adalah merupakan
pengembangan seperti apa yang digambarkan oleh Amin Abdullah.
17 Harun Nasution, Islam Rasional:Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995),
hal. 294.
10
Atas dasar itulah peneliti mencoba mendeskripsikan dan
memaparkan pemikiran Fazlur Rahman dan Amin Abdullah,
kemudian membandingkan pendidikan nondikotomi yang digagas
oleh kedua tokoh tersebut dan mencoba mencari persamaan serta
perbedaan antara pemikiran kedua tokoh tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam skripsi ini
peneliti akan merumuskan inti permasalahan yang menjadi pokok
bahasan utama peniliti ini, yaitu:
1. Bagaimanakah pendidikan nondikotomi Fazlur Rahman dan
Amin Abdullah?
2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan pendidikan
nondikotomi menurut Fazlur Rahman dan Amin Abdullah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian.
a. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan nondikotomi
menurut Fazlur Rahman dan Amin Abdullah.
b. Mengetahui perbedaan dan persamaan pendidikan
nondikotomi menurut Fazlur Rahman dan amin Abdullah.
11
2. Kegunaan penelitian.
a. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan khazanah
intelektual bagi peneliti khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam pendidikan Islam supaya pendidikan
Islam berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
b. Untuk memberikan masukan bagi para praktisi dan
pengelola pendidikan dalam mendesain metodologi
pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas
penyelenggaran pendidikan.
c. Menjadi salah satu referensi mahasiswa atau ilmuwan
untuk membahas secara lebih serius terhadap kajian
nondikotomik dalam pendidikan.
D. Kajian Pustaka
Fazlur Rahman adalah tokoh pembaharu pemikiran abad
XX, dimana gagasan-gagasannya telah banyak diteliti dan
dielaborasi oleh para peneliti maupun para akademisi yang
mendalami kajian ilmu keislaman. Banyak tulisan-tulisan beliau
seperti buku, artikel, opini maupun gagasan dalam aspek hukum
Islam, Sejarah maupun dalam Pendidikan Islam. Namun Fazlur
Rahman tidak mengangkat tulisan tentang kedudukan ilmu dan
sains secara spesifik.
12
Buku yang ditulis oleh gunawan Ikhtiono berjudul “Konsep
Pendidikan Nondikotomik Dalam Perspektif Fazlur Rahman”,
buku ini berisi tentang latar belakang munculnya pendidikan
dikotomik, biografi tokoh Fazlur Rahman, serta pandangan beliau
tentang dasar, tujuan dan fungsi pendidikan islam.
Buku karangan Amin Abdullah, dkk. yang berjudul
“Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum Upaya
Mempertemukan epistimologi Islam dan Umum”, buku ini ditulis
sebagai hasil dari Seminar Nasioanal tentang “Reintegrasi
Epistimologi Keilmuan“ dan dimaksudkan untuk memperoleh
masukan mengenai pentingnya reintegrasi epistimologi ilmu-ilmu
agama dan umum yang selama ini cenderung dipisah-pisahkan
antara satu dengan yang lainnya.
Penelitian skripsi saudara M. Imam Syarifuddin yang
berjudul “Konsep Humanisme Religius Dalam Pendidikan Islam :
Telaah Atas Pemikiran Abdurrahman Mas’ud Dalam Buku
Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik”. Pembahasan dari
penelitian ini adalah menjelaskan pendapat Abdurrahman Mas’ud
tentang konsep humanisme religius dalam pendidikan Islam.
Penelitian skripsi saudara Mahbub Sufyan yang berjudul
“Konsep Transformasi Pendidikan Islam Menurut Fazlur
Rahman”. Pembahasan dalam penelitian tersebut adalah
menjelaskan konsep transformasi pendidikan islam yang digagas
13
Fazlur Rahman serta implikasinya terhadap situasi pemikiran
pendidikan Islam di Indonesia.
Dari buku-buku dan karya ilmiah tersebut diatas,
sesunguhnya telah ada penelitian mengenai konsep pendidikan
nondikotomik dalam perspektif Fazlur Rahman. Namun berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam penelitian ini
penulis melakukan sebuah studi komparasi, yakni penulis mencoba
membandingkan pemikiran dua orang tokoh yakni Fazlur Rahman
dan Amin Abdullah mengenai pendidikan nondikotomik. Oleh
karena itu, posisi penulis di sini adalah sebagai pelengkap karena
sebelumnya telah ada penelitian tentang pendidikan nondikotomik.
E. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan dapat dipahami secara luas, tidak
terbatas dan juga dapat dipahami secara sempit. Pengertian
pendidikan secara luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.18
Pengertian ini menyiratkan bahwa pendidikan telah dimulai
18 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),
hal. 3.
14
sejak manusia berada di muka bumi, atau bahkan sejak dalam
kandungan. Dalam arti lain bahwa pendidikan adalah segala
pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang
berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
pertumbuhan atau perkembangan individu.19
Sedangkan
pengertian pendidikan secara sempit atau sederhana adalah
sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan
di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan
adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap
anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
hubungan-hubungan dan tugas sosial.20
Pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasioanal Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.21
19 Mangun Budiyanto, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIn Sunan Kalijaga, 2013), hal. 31-32. 20 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, …, hal.6. 21 Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan, Diakses Pada tanggal 27 Oktober 2014.
15
1. Pengertian Dikotomi
Kata dikotomi berasal dari bahasa Inggris yaitu
dichotomy yang berarti pembagian dua, pembelahan dua,
bercabang dalam dua bagian, pembagian dua hal menjadi dua
kelompok atau dua pasang.22
Kata yang dalam bahasa
Inggrisnya “dichotomy” tersebut, digunakan sebagai serapan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi “dikotomi” yang arti
harfiahnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan.23
Sedangkan Mujammil Qomar mengartikan dikotomik sebagai
pembagian atas dua konsep yang saling bertentangan.24
Secara
terminologis, dikotomi dipahami sebagai pemisahan antara
ilmu dan agama yang kemudian berkembang menjadi
fenomena dikotomik-dikotomik lainnya, seperti dikotomi
ulama dan intelektual, dikotomi dalam dunia pendidikan Islam
dan bahkan dikotomi dalam diri muslim itu sendiri (split
personality).25
Dengan pemaknaan dikotomi di atas, maka dikotomi
pendidikan Islam adalah dualisme sistem pendidikan antara
22 H.S. Kartoredjo, Kamus Baru Kontemporer, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
hal. 88. 23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), hal. 205. 24 Mujammil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga
Metode Kritik, (Jakarta: Erlanga, 2006), hal. 74. 25 Ahmad Watik Pratiknya, “Identifikasi Masalah Pendidikan Agama Islam di Indonesia”,
Muslih Usa (Ed.), Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta :Tiara
Wacana, 1991), hal. 104.
16
pendidikan agama Islam dan pendidikan umum yang
memisahkan kesadaran keagamaan dan ilmu pengetahuan.
Dulaisme ini, bukan hanya pada dataran pemilahan tetapi
masuk pada wilayah pemisahan, dalam operasionalnya
pemisahan mata pelajaran umum dengan mata pelajaran
agama, sekolah umum dan madrasah, yang pengelolaannya
memiliki kebijakan masing-masing. Sistem pendidikan yang
dikotomik pada pendidikan Islam akan menyebabkan
pecahnya peradaban Islam dan akan menafikan peradaban
Islam yang kqffah (menyeluruh). Sedangkan dimaksud dari
nondikotomik yaitu tidak membagi, membedakan atau
memisahkan sesuatu menjadi dua kelompok yang berbeda dan
bahkan saling bertentangan.
2. Pendidikan Nondikotomi
Ilmu sebagai dasar pijakan dalam terjadinya dikotomi
dan dualisme dalam pendidikan dapat kita kaji dan analisa dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits, sebagaimana diungkap Quraish
Shihab.26
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854
kali dalam al-Qur’an dan 750 ayat al-Qur’an yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya. Hal ini mengisyaratkan
agar manusia mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Objek
26 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan
umat, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 434-447.
17
ilmu dalam Islam terbagi kepada dua bagian besar yaitu objek
materi dan objek non-materi. Seperti kaum sufi melalui ayat-
ayat al-Qu’ran memperkenalkan ilmu-ilmu yang mereka sebut
al-haḍarat al-Ilahiyah al-khams (lima kehadiran ilahi) sebagai
gambaran keseluruhan realitas wujud, yaitu alam nasut ( alam
materi), alam malakut (alam kejiwaan), alam jabarut (alam
ruh), alam lahut (sifat-sifat ilahiyah), dan alam hahut (wujud
zat ilahi). Selain itu banyak ayat al-Qur’an yang
memerintahkan untuk berfikir tentang alam semesta,
melakukan perjalanan dengan titik tolak dan tujuan akhir
karena Allah, seperti dalam Surat Al-‘Alaq sebagai surat yang
pertama kali diturunkan diawali dengan kalimat Iqra’ dan
diakhiri dengan kalimat “wasjud waqtarib” ini merupakan
indikator bahwa ilmu dalam Islam tidak dikenal ilmu hanya
untuk ilmu dan tidak dibenarkan dalam Islam. Sementara
sekarang ini berkembang ilmu itu bebas nilai.27
Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
menunjukkan betapa penting antara keduanya dan saling
berkaitan satu sama lain, maka dalam disiplin ilmu pun tidak
harus membedakan ini ilmu duniawi dan yang lain ukhrawi.
27 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan
umat, …, hal. 440.
18
Seperti kedua ayat QS. Al-Qaṣaṣ: 77 dan QS. Al-Mujadalah:
11 yang mengarahkan keseimbangan dalam pendidikan:
Artinya: “ Dan carilah apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan
duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain,
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”28
…
“ … Dan apabila dikatakan , “berdirilah kamu” maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”29
Dikotomi ilmu adalah konsep yang sama sekali tidak
dikenal dalam tradisi keilmuan salaf. Banyaknya ulama yang
punya otoritas keilmuan lebih dari satu bidang adalah bukti
kuat ulama kita tidak mengenal konsep dikotomi ilmu. Apa
yang diistilahkan orang-orang sekarang sebagai ilmu agama
28 Alquran dan terjemahan, (Bandung: Hilal, 2010), hal. 393. 29 Alquran dan terjemahan, …, hal. 543.
19
(ilmu-ilmu Islam-Teologi, Tafsir, Hadis , Fikih, dll) dan ilmu-
ilmu umum (ilmu sekuler) dalam pandangan Islam pada batas
tertentu wajib dikuasai semuanya. Hanya istilahnya
dibedakan, kalau mempelajari ilmu agama (dasar-dasarnya) itu
fardu ’ain, artinya wajib bagi setiap manusia Islam
mempelajarinya. Sementara mempelajari ilmu-ilmu umum
adalah fardu kifayah, artinya kalau secara fungsional sudah
tercukupi kebutuhannya maka gugur kewajiban bagi yang
belum mempelajarinya. Artinya terminologi dalam ranah
keilmuan Islam sangat luas cakupannya menyangkut hal yang
bisa diverifikasi dan hal-hal yang bersifat metafisik.
Jika memandang berbagai hal dampak dan implikasi
negatif dari dikotomi ilmu-ilmu agama (al-‘ulum al-diniyyah
atau religious sciences) dengan ilmu-ilmu umum (general
sciences), maka sudah waktunya bagi kaum muslim
khususnya lembaga-lembaga Islam untuk melakukan
“reintegrasi ilmu-ilmu”. Sehingga yang dibutuhkan sekarang
adalah cara memandang kita selama ini yang masih
mengkotak-kotakkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum
haruslah direvolusi. Ilmu-ilmu dipandang sebagai satu
kesatuan, yang setara hierarkinya, yang dari perspektif Islam,
sama-sama mendapat pahala jika menuntut dan menekuninya.
20
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan nondikotomi itu adalah pendidikan yang tidak
berkonotasi semata-mata pada nilai-nilai pendidikan yang
terkait dengan al-‘ulum al-dunyawiyyah atau juga tidak
semata-mata berkonotasi al-ulum al-kauniyah.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian literer, sebab
difokuskan pada suatu penggalian dan analisis data yang memakai
sumber kepustakaan (Library Research). Data yang dikumpulkan
dan dianalisis seluruhnya berasal dari literatur maupun bahan
dokumentasi lain, seperti tulisan-tulisan di jurnal, maupun media
lain yang relevan dan masih dikaji. Adapun sifat penelitian ini
adalah komparatif-deskriptif, yakni penilitian ini berusaha
memaparkan, mendeskripsikan atau menggambarkan gagasan
Fazlur Rahman dan Amin Abdullah tentang pendidikan
nondikotomi kemudian membandingkan pemikiran keduanya, serta
dicari kesamaan dan perbedaan kedua pemikiran tersebut. Jenis
dan sifat penelitian yang bersumber pada data kepustakaan dan
bersifat komparatif-deskriptif ini termasuk dalam kategori
penelitian kualitatif, karena yang dikaji adalah pemikiran tokoh.
21
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam proses penelitian ini
adalah pendekatan filosofis, yaitu dengan cara berfikir menurut
logika dengan bebas kedalamnya sampai ke dasar
persoalan/pengetahuan yang mendalam tentang rahasia dan
tujuan dari segala sesuatu.30
Dalam penelitian ini, pendekatan
tersebut digunakan untuk menggali pemikiran atau gagasan
dua orang tokoh yakni Fazlur Rahman dan Amin Abdullah
tentang pendidikan nondikotomi yang bersifat rasional serta
mengapresiasi pada pendidikan yang ada saat ini sehinga
melahirkan solusi yang proporsioanal.
3. Metode Pengumpulan Data
Sebagai sebuah penelitian library research, studi ini
difokuskan pada penelusuran dan penelaahan literatur dan
bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah yang
dikaji. Dalam penelitian ini pengumpulan data didasarkan pada
dua sumber data yakni sumber data primer dan sumber data
sekunder. (1) sumber data primer, yaitu buku yang secara
langsung berkaitan dengan objek material penelitian, (2)
sumber data sekunder, yaitu sumber data yang berupa buku-
buku serta kepustakaan yang berkaitan dengan objek material
30 Ismail Muhammad Syah, dkk, Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta : Bumi Aksara dan
Depag, 1991), hal. 19.
22
akan tetapi tidak secara langsung merupakan karya filsuf
tertentu yang menjadi objek penelitian, atau dapat diartikan
sebagai sumber data yang berupa kepustakaaan yang berkaitan
dengan objek formal atau buku-buku sebagai pendukung
dalam mendeskripsikan objek material penelitian.31
Adapun data primernya adalah tulisan-tulisan Fazlur
Rahman sendiri, diantaranya (1) Islam and Modernity :
Transformation of an Intellektual tradition, (2) Islam, (3)
Mayor Themes of the Qur’an, (4) Islamic Methodologi in
History dan (5) The Qur’anic Solution of Pakistan’s
Educational Problems. Kemudian buku yang tidak kalah
menarik yaitu “Membuka Pintu Ijtihad” Yang diterjemahkan
oleh Anas Muhyidin. Serta buku-buku yang ditulis oleh Amin
Abdullah seperti buku yang berjudul (1) Islmaic Studies di
Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif, (2)
Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum, dan (3)
Islamic Studies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi.
Sedangkan data sekundernya adalah buku-buku, artikel,
opini, komentar dan karya-karya lain yang relevan dengan data
primer sebagai penyempurna atau pelengkap. Adapun tulisan
tersebut antara lain karya Gunawan Ikhtiono, “Konsep
Pendidikan Nondikotomik dalam Perspektif Fazlur Rahman”,
31 Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005),
hal. 148-150.
23
Baharuddin, dkk., “Dikotomi Pendidikan Islam”,dan karya
Sutrisno “Fazlur Rahman : Kajian Terhadap Metode,
Epistimologi dan Sistem Pendidikan”, serta buku-buku lain
yang dapat dilihat dalam daftar pustaka skripsi ini.
4. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analisis yaitu penyelidikan yang
kritis terhadap obyek atau data untuk membuat gambaran atau
deskripsi secara sistematis, faktual, akurat tentang fakta, sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.32
Dalam
konteks ini yaitu terhadap pemikiran Fazlur Rahman dan Amin
Abdullah mengenai konsep pendidikan nondikotomi.
Dalam penulisan skripsi ini, metode analisis yang
digunakan adalah metode induktif, deduktif, dan komparatif.33
1) Metode induktif
Yaitu suatu analisis data yang bertitik tolak atau
berdasarkan pada data-data yang bersifat khusus, kemudian
diambil suatu kesimpulan yang bersifat umum.
32 Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hal. 55. 33 Sapari Imam Asy’ari, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
hal. 12.
24
2) Metode deduktif
Yaitu analisis data yang bertitik tolak atau berpedoman
pada kaidah-kaidah yang bersifat umum kemudian diambil
suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
3) Metode komparatif
Yaitu metode penelitian yang bersifat membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan
sifat-sifat yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran
tertentu
G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini meneliti pemikiran dua orang tokoh mengenai
pendidikan nondikotomik, kemudian akan dibahas persamaan dan
perbedaannya. Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab,
sebelum bab pertama penulis mencamtumkan halaman judul,
halaman nota dinas, halam persembahan, halaman pengantar,
daftar isi, pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan
untuk mengarahkan para pembaca kepada substansi penelitian ini.
Bab II diuraikan biografi Fazlur Rahman dan Amin
Abdullah dari sisi akademis dan lingkungan sosialnya, serta
25
disajikan karakteristik pemikiran Fazlur Rahman dan Amin
Abdullah tentang pendidikan Islam.
Bab III berisi tentang analisis pemikiran Fazlur Rahman dan
Amin Abdullah tentang pendidikan nondikotomi dan implikasinya
dalam pendidikan, serta akan dibahas persamaan dan perbedaan
antara keduanya.
Bab IV adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan hasil
keseluruhan penelitian, saran-saran, dan kata penutup.
Bagian akhir skripsi ini dicantumkan pula daftar pustaka,
lampiran-lampiran, dan curriculum vitae penulis.
81
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengkaji dan menganalisis tentang konsep pendidikan
nondikotomi menurut Fazlur Rahman dan Amin Abdullah maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Konsep pendidikan Fazlur Rahman
Konsep pendidikan nondikotomi menurut Fazlur Rahman dapat
dilaksakan melalui tiga pendekatan yakni, (1) menerima pendidian
sekuler modern dengan ”mengislamkannya”, (2) menyederhanakan
silabus-silabus tradisional, dan (3) menggabungkan dan memadukan
cabang-cabang pengetahuan modern dengan cabang-cabang
pengetahuan lama.
2. Konsep Pendidikan Amin Abdullah
konsep yang ditawarkan oleh Amin Abdullah yaitu dengan
pendekatan integratif-interkonektif. Dalam hal ini Amin Abdullah
menggambarkan ilustrasi tersebut dengan hubungan jaring laba-laba
yang bercorak teoantroposentris-integralistik, Dimana al-Qur’an dan
as-Sunnah sebagai sentral ilmu dan ilmu-ilmu yang lain pada lapisan
kedua dan seterusnya. Antara berbagai disiplin ilmu saling
berinteraksi, saling memperbincangkan/ bedialog, dan saling
82
menghargai atau mempertimbangkan serta sensitive terhadap
kehadiran ilmu yang lainnya.
3. Persamaan konsep pendidikan nondikotomi Fazlur Rahman dan Amin
Abdullah
Fazlur Rahman dan Amin Abdullah merupakan pemikir dalam
kategori Neo-Modernisme karena mencoba memadukan antara
pemikiran rasional yang tidak mengenal kata “final” melalui ijtihad
akademis dan pemikiran yang dihasilkan oleh mazhab dengan tetap
merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.
4. Perbedaan konsep pendidikan nondikotomi Fazlur Rahman dan Amin
Abdullah
Perbedaaan antara konsep Fazlur Rahman dan Amin Abdullah.
Pertama, Jika konsep Fazlur Rahman hanya sebuah kerangka
pemikiran yang didominasi oleh semangat pembaharuan di negaranya
Pakistan, tetapi konsep Amin Abdullah telah diformulasikan menjadi
visi UIN Sunan Kalijaga dan telah diaplikasikan dalam baik dalam
pengembangan silabinya, proses pembelajarannya, dll.
Kedua, Konsep Fazlur Rahman menawarkan tiga pendekatan
dalam pelaksanaanya (1) menerima pendidian sekuler modern dengan
”mengislamkannya”, (2) menyederhanakan silabus-silabus tradisional,
(3) menggabungkan dan memadukan cabang-cabang pengetahuan
modern dengan cabang-cabang pengetahuan lama. Sedangkan konsep
yang ditawarkan oleh Amin Abdullah yaitu dengan pendekatan
83
integratif-interkonektif. Dalam hal ini Amin Abdullah menggambarkan
ilustrasi tersebut dengan hubungan jaring laba-laba yang bercorak
teoantroposentris-integralistik, Dimana al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai sentral ilmu dan ilmu-ilmu yang lain pada lapisan kedua dan
seterusnya. Antara berbagai disiplin ilmu saling berinteraksi, saling
memperbincangkan/ bedialog, dan saling menghargai atau
mempertimbangkan serta sensitive terhadap kehadiran ilmu yang
lainnya.
B. Saran-saran
Saran-saran yang penulis sampaikan antara lain sebagai berikut:
1. dapat menjadikan konsep pendidikan nondikotomi sebagai pijakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam merumuskan teori-teori ilmu
pengetahuan yang diambil dari khazanah dunia Islam.
2. Pembaharuan dalam sistem pendidikan islam harus didasarkan pada kultur
masyarakat dimana sistem itu akan digunakan.
3. Perguruan Tinggi Islam dimasa depan perlu diarahkan untuk memberikan
solusi atas berbagai problem yang dihadapi ummat manusia.
C. Penutup
Alahamdulillah, hanya dengan Rahman dan Rahim Allah SWT-lah,
penelitian yang sangat sederhana ini dapat terselesaikan, walaupun penulis
telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang dimiliki.
84
Namun penulis sadar sepenuhnya bahwa penelitian ini masih kurang
sempurna. Untuk itu, penulis senantiasa berharap adanya kritik serta saran
yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman untuk menambah
bekal penulis untuk perbaikan pada langkah selanjutnya.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti oleh para peneliti lain, sebagai
pematangan dari konsep-konsep pemikiran Fazlur Rahman dan Amin
Abdullah. Sebagai seorang pemikir
Menggali melalui penelitian dan usaha mengembangkan pemikiran
dari para tokoh muslim dirasa sangat perlu, karena akan terjadi sebuah
kesinambungan mata rantai pemikiran keislaman yang kemudian akan
memberikan sumbangsih tersendiri bagi perkembangan pemikiran Islam di
dunia.
Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca, serta bermanfaat
bagi perkembangan pendidikan Islam. Semoga Allah SWT senantiasa
berkenan memberikan petunjuk, kemudahan serta kebahagiaan untuk kita
semua, amin yarobbal ‘alamin.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad, Islam Penalaran dan Peradaban dalam John J Donohue 7
John I Eposito. Islam dan Pembaharuan, Ensiklopedi Masalah-masalah,
Penerjemah Machnun Husein, 1995.
Abdullah, Amin, “Etika Tauhidik Sebagai Dasar Kesatuan Epistimologi Keilmuan
Umum dan Agama” dalam buku Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama
dan Umum, Yogyakarta: Suknan Kalijaga Press, 2003.
Abdullah, Amin, “Kata Pengantar” dalam, Pendekatan Terhadap Islam dalam
Studi Agama, terj. Zakiyuddin Bhaydawi Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2002. Edisi revisi, Suka Press, 2010.
Abdullah, Amin, dkk., Islamic Studies: Dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi
(Sebuah Antologi),, Yogyakarta: Suka Press, 2007.
Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-
Interkonektif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Abdullah, Amin, Islamic Studies: Di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-
Interkonektif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Abdullah, Amin, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004.
Adnan Amal, Taufik, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1996.
Al Makin, dkk., Mengenal Para Pemimpin Pascasarjana, Yogyakarta:
Pascasarjana, 2014.
Al-Qur’an dan terjemah, Bandung : Hilal, 2010.
Arifin, Akhmad, Paradigma Pemikiran Kritis Emansipatoris Dalam Studi Islam
Menurut Amin Abdullah, Fak.Ushuluddin, 2009.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Aylin Dania, Nur, “Pendidikan Perspektif Islam”,
http:/www.koranpendidikan.com/, diakses pukul 11.20, Tanggal 10
Februari 2016.
Baharuddin, dkk., Dikotomi Pendidikan Islam: Historisitas dan Implikasi Pada
Masyarakat Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
86
Budiyanto, Mangun, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIn Sunan Kalijaga, 2013.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1994.
Fajar Riyanto, Waryani, Integrasi-Interkoneksi Koneksi: Biografi Intelektuali M.
Amin Abdullah, Yogyakarta, Suka Press, 2013.
Hasan Bashori, Agus, Koreksi Total Buku Fikih Lintas Agama, Jakarta: Pustaka
Kautsar, 2004Ahmad Watik Pratiknya, “Identifikasi Masalah Pendidikan
Agama Islam di Indonesia”, Muslih Usa (Ed.), Pendidikan Islam di
Indonesia Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta :Tiara Wacana, 1991), hal.
104.
https://aminabd.wordpress.com/perihal/ diunduh pada jam 11.38 1 Februari 2016.
Ikhtiono, Gunawan, Konsep Pendidikan Nondikotomik Dalam Perspektif Fazlur
Rahman, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014.
Imam Asy’ari, Sapari, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Usaha Nasional,
1983.
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, Yogyakarta: Paradigma,
2005.
Kartoredjo, Kamus Baru Kontemporer, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
2008.
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi awal Tentang Dasar-
dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2002.
Muhaimin dkk., Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman : Studi Kritis
Pembaharuan Pendidikan Islam, Cirebon: Dinamika, 1999.
Muhammad farid,(skripsi), konsep pendidikan multikultural Amin Abdullah dan
Relevansinya terhadap pendidikan Islam, fak tarbiyah 2015.
87
Muhammad Syah, Ismail, dkk, Filsafat Hukum Islam, Yogyakarta : Bumi Aksara
dan Depag, 1991.
Mujammil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga
Metode Kritik, Jakarta: Erlanga, 2006.
Mulyadi, Redi, Kamus Nasional Kontemporer, Bandung: CV Aneka, 1994.
Nasir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Nasution, Harun, Islam Rasional:Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan,
1995.
Pokja Akademik, Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta :
Pokja Akademik, 2006.
Rahman Assegaf, Abd., Aliran pemikiran pendidikan Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013.
Rahman, Fazlur, “The Qur’anic Solution of Pakistan’s Educational Problems”,
dalam Islamic Studies 6, No. 4. 1967.
Rahman, Fazlur, Cita-cita Islam, Editor Sofyanto dan Imam Musbikin,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Rahman, Fazlur, Gelombang Perubahan Dalam Islam: Studi Tentang
Fundamentalisme Islam, terj. Aam Fahima, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001.
Rahman, Fazlur, Islam and Modernity Transformation of an Intellectual
Tradition, Chicago & London: The Chicago University Press, 1982.
Rahman, Fazlur, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual
Tradition, Chicago 7 London: The University of Chicago Press, 1984.
Rahman, Fazlur, Islam dan Modernitas Tentang Transformasi Inteletual,
Bandung, Pustaka, 2005.
Rahman, Fazlur, Membuka Pintu Ijtihad,alh. Anas Muhyidin, .Bandung: Pustaka,
1995.
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996.
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan, Diakses Pada tanggal 27 Oktober 2014.
88
Shihab, Quraish, Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan
umat, Bandung: Mizan, 1996.
Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap Metode, Epistimologi, dan Sistem
Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Penerbit : 2006.
CURRICULUM VITAE
Identitas Pribadi
Nama : Siti Wardatul Romiyati
Tempat/Tanggal Lahir : Banyuwangi, 25 Februari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat di Yogyakarta : Patalan Utara KG II/718c RT 39 RW 8 Prenggan
Kotagede
Alamat Asal : Dusun Salakan Desa Kenjo RT 2 RW 1 Kecamatan
Glagah Kabupaten Banyuwangi
Nama Orang Tua
a. Ayah : H. Muhammad Nur Muhtarom Mahfud
b. Ibu : Nurhayati
Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
Riwayat Pendidikan Formal
1. SDN Kenjo (2000-2006)
2. MTs.N Banyuwangi (2006-2009)
3. MAN Banyuwangi (2009-2012)
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012-2016)
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 18 Maret 2016
Penulis
Siti Wardatul Romiyati
NIM : 12410176