eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/tesis juhaeni.docx · web viewbab i. pendahuluan. latar...

172
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa akan maju apabila memiliki sistem pendidikan yang baik serta dapat dilaksanakan dilapangan, sekaligus dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu usaha Pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah memasukkannya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk diajarkan pada setiap sekolah. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas dari potensi yang dimiliki peserta didik tersebut. Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa 1

Upload: others

Post on 08-Mar-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

akan maju apabila memiliki sistem pendidikan yang baik serta dapat dilaksanakan

dilapangan, sekaligus dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu usaha

Pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah memasukkannya

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk diajarkan pada setiap sekolah.

Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk

mewujudkan proses berkembangnya kualitas dari potensi yang dimiliki peserta

didik tersebut. Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat

memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c)

belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara epektif, (d) belajar untuk

hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan

menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidkan yang memanfaatkan

aktifitas jasmani serta direncanakan secara sistimatis bertujuan untuk

mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif,

penghayatan nilai-nilai (sikap mental-emosional-sportivitas-spiritual) serta

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

2

pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Sebagai bagian dari sistem

pendidikan maka proses pendidkan jasmani memiliki fungsi dan peran yang

strategis, khususnya dalam mengarahkan peserta didk unruk mengembangkan

seluruh kapasitas serta kemampuan individu.

Mencermati fungsi pentingnya pendidikan jasamani tersebut akan

menimbulkan konsekwensi bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus

dilaksanakan secara terencana, sistimatis, metodolog, rasional dan profesioanal oleh

guru pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani hendaknya melakukan usaha-

usaha yang terbaik untuk membantu anak mempersiapkan diri dalam menghadapi

dunia mereka dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Di lapangan guru sering mendapat kesulitan dalam melaksanakan tugasnya

karena langkanya media, sumber atau bahan yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang sangat

menjenuhkan bagi siswa. Mengingat hal tersebut guru pendidikan jasmani harus

mampu mengembangkan media ataupu sumber belajar dalam proses belajar mengajar

karena media merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran,

sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

Didalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabus yang

dikembangkan untuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

mencakup permainan dan olahraga meliputi olahraga bola besar, bola kecil, atletik

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

3

dan bela diri. Permainan dan olahraga bola besar terdiri dari tiga bagian yaitu

permainan sepakbola, permainan bolavoli dan permainan bolabasket.

Pelaksanaan proses pembelajaran Permainan bolabasket diharapkan agar

siswa memiliki keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan,

gerakan-gerakan akan menjadi baik dan sempurna sesuai dengan indikator

pembelajaran serta tujuan yang telah ditetapkan. Namun pada kenyatannya bahwa

nilai dari hasil evaluasi belajar dalam ranah psiko motorik untuk permainan

bolabasket pada siswa Kelas VIII.2 masih sangat rendah yaitu hanya ada 4 orang

dari 24 siswa yang memperoleh nilai tuntas yang berarti masih ada sekitar 83,33%

siswa yang belum tuntas, sehingga memerlukan upaya perbaikan khususnya dalam

hal teknik pelaksanaan lay up shoot.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap

beberapa siswa, maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar yang dialami

adalah koordinasi gerakan kaki dalam menentukan langkah (pijakan) yang kurang

tepat, posisi bola yang tidak pas pada saat melakuka dribbling.

Untuk mengatasi kesulitan belajar seperti yang dikemukakan diatas maka

perlu menyusun model dan strategi pembelajaran dengan menggunakan media audio

visual dengan bantuan rekaman video dan gambar.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba

melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan hasil belajar keterampilan lay up

shoot dalam permainan bolabasket melalui media audio visual Pada Siswa Kelas

VIII.2 SMP Negeri 3 Barru”.

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan uraian di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui penggunaan media

audiovisual dapat meningkatkan keterampilan lay up shoot dalam permaian

bolabasket pada siswa Kelas VIII.2 SMP Negri 3 Barru?

C. Bentuk Tindakan

Bedasarkan pada kelemahan dalam tekhnik dasar melangkah, mendribel dan

menembak pada teknik dasar lay up shoot, maka bentuk tindakan dalam

pembelajaran adalah menerapkan penggunaan media audiovisual pada

pembelajaran dalam bentuk video teknik pelaksanaan lay up shoot pada siswa yang

lamban mempelajari keterampilan bolabasket

D. Indikator Keberhasilan

Setelah menerapkan penggunaan media audiovisual dengan menggunakan

rekaman video mengenai teknik lay up shoot, maka keterampilan dalam melakukan

teknik dasar lay up shoot akan meningkat, kemampuan siswa untuk melakukan

tekhnik dasar lay up shoot semakin baik serta dapat mencapai bahkan melampaui

kriteria ketuntasan minimal(KKM) yang ditetapkan.

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

5

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penggunaan media

AudioVisual terhadap hasil belajar lay up shoot adalah untuk mengetahui apakah

penerapkan media audio visual dalam pembelajaran dapat meningkatkan

keterampilan lay up shoot dalam permainan bola basket pada siswa kelas VIII.2

SMP Negeri 3 Barru.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat bagi siswa dan pembelajaran

Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan

sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat

yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan

adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik

strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan

didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika

kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah

dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Ini

menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil

belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan

kemauan untuk melakukan PTK.

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

6

Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh

guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang

selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan

reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kritis inilah yang akan

dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan

oleh gurunya.

Manfaat Bagi Guru

Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu

kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam

perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan

sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang

dikelolanya.

Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya

secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu

memperbaiki pembelajaran yang dikelolahnya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya

sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan

selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan

perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Manfaat Bagi Sekolah

Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan

perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan

berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

7

dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan mampu berkembang

jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya

dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam

melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar,

karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di

sekolah tersebut.

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Bolabasket

a. Pengertian bolabasket

Menurut Imam Sodikun (1992:8) bolabasket merupakan olahraga permainan

yang menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan. Bola dapat dioper

(dilempar kepada teman), dipantulkan ke lantai (ditempat atau sambil berjalan) dan

tujuannya adalah memasukkan bola ke basket lawan. Permainan dilakukan oleh dua

regu masing-masing terdiri dari 5 Orang, setiap regu berusaha untuk memasukkan

bola kedalam keranjang lawan dan menjaga (mencegah) keranjangnya sendiri

supaya tidak kemasukan sedikit mungkin. Sedangkan menurut persatuan bola basket

indonesia bahwa setiap regu berusaha mencetak angka ke basket lawan dan mencegah

regu lain mencetak angka. Menurut Dedy Sumiyarsono (2002: 1), permainan

bolabasket tujuannya memasukkan bola sebanyak mungkin ke kerangjang lawan,

serta menahan lawan agar tidak memasukkan bola ke keranjang sendiri dengan cara

lempar tangkap, menggiring, dan menembak. Bolabasket adalah permainan olahraga

beregu yang memiliki daya tarik yang lebih dibandingkan dengan cabang olahraga

lainnya. Bola dimasukkan ke keranjang lawan dengan strategi dan teknik yang benar

8

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

9

kemudian mecegah lawan untuk memasukkan bola ke keranjang kita dengan dibatasi

oleh waktu.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka pengertian bolabasket dapat diartikan

sebagai olahraga yang berupa permainan, dilakukan oleh dua tim yang masing-

masing tim terdiri dari 5 orang pemain, menggunakan bola besar yang terbuat dari

karet dan lapangan yang tidak terlalu luas, bola dipantulkan kedasar lantai dan

dimasukkan kedalam keranjang lawan, yang bertujuan untuk mencetak point

sebanyak-banyaknya.

b. Tujuan Permainan Bolabasket

Tujuan dari permainan bolabasket adalah mencetak point dengan cara

memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya (Perbasi, 1990: 83).

Dengan perolehan point terbanyak, dengan dibatasi waktu yang ada, maka poin

terbanyak adalah pemenang dari permainan basket. Oleh karena itu, dengan tujuan

mencetak point seorang pemain bola basket diharapkan dapat memiliki kondisi fisik

yang baik, agar dapat mengembangkan teknik-teknik yang dimiliki dengan tujuan

utama untuk mencetak point.

c. Cara Bermain Bola basket

Menurut Dedy Sumiyarsono (2002: 1), cara bermain bola basket adalah

memegang bola basket dengan cara sikap tangan terbuka lebar, seperti jari-jari

merangkul bola. Bola berada di antara kedua telapak tangan. Telapak tangan melekat

disamping bola agak ke belakang dan jari-jari terentang melekat pada bola. Ibu jari

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

10

terletak dekat dengan bagian belakang bola yang menghadap ke arah tengah depan.

Kedua kaki membentuk kuda-kuda dengan salah satu kaki di depan.

Tubuh sedikit condong kedepan dan lutut rileks. Dalam menangkap bola

sebaiknya diperhatikan agar bola berada dalam teknik penguasaan. Bola diterima

telapak tangan dengan jari-jari tangan terentang dan pergelangan tangan rileks. Saat

bola masuk di antara kedua telapak tangan, jari tangan segera melekat pada bola dan

ditarik ke belakang atau mengikuti arah datangnya bola. Hal yang paling utama dalam

menangkap bola adalah terletak pada kunci menerima passing yaitu pada ibu jari,

dorongan bola yang begitu cepat akan tertahan oleh ibu jari, sehingga bola dapat

terkendali dengan baik dan tepat. Menangkap bola (catching ball) terdiri dari dua

macam cara yaitu menangkap bola di atas kepala dan menangkap bola di depan dada.

Melempar bola terdiri atas empat gerak atau cara yaitu melempar bola dari atas

kepala (over head pass), melempar bola daridari depan dada (chest pass) yang

dilakukan dari dada ke dada dengan cepat dalam permainan, melempar bola melalui

pantulan ke lantai (bounce pass), serta melempar bola melelui samping badan ( self

pass).

Menggiring bola (dribbling ball) adalah suatu usaha membawa bola ke depan.

Caranya dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan. Saat bola

bergerak ke atas telapak tangan menempel pada bola dan mengikuti arah bola.

Tekanlah bola saat mencapai titik tertinggi ke arah bawah dengan sedikit meluruskan

siku tangan diikuti dengan kelenturan pergelangan tangan. Menggiring bola dalam

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

11

permainan bola basket dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu menggiring bola rendah

dan menggiring bola tinggi.

Menggiring bola rendah bertujuan untuk melindungi bola dari jangkauan

lawan. Menggiring bola tinggi dilakukan untuk mengadakan serangan yang cepat

pada daerah pertahanan lawan. Pivot atau memoros adalah suatu usaha

menyelamatkan bola dari jangkauan lawan dengan salah satu kaki sebagai porosnya,

sedangkan kaki yang lain dapat berputar sampai 360 derajat. Teknik ini biasanya

digunakan karena sangat berguna untuk melindungi bola dari rampasan lawan.

Persatuan Bolabasket Seluruh Indonesia menyatakan bahwa shooting adalah usaha

memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket lawan untuk meraih point.

Dalam melakukan shooting ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

shooting dua tangan serta shooting dengan satu tangan. Shooting juga dibagi menjadi

3 yaitu short shoot adalah cara melempar bola dengan jarak yang pendek, Long shoot

yaitu cara melemparkan bola jarak jauh atau di garis three point dan ada juga medium

shoot yang dilakukan dengan menembak pada jarak pendek yaitu pada garis dalam

atau medium line. Lay-up adalah usaha memasukkan bola ke dalam ring basket

dengan dua langkah dan meloncat agar dapat meraih point. Lay-up disebut juga

dengan tembakan melayang. Selain dari pada lay up, ada juga tembakan melayang

seperti jump shoot dan runner. Jump shoot adalah usaha memasukkan bola dengan

menembak saat melompat dan masih berada di atas atau di udara. Kemudian runner

adalah usaha memasukkan bola ke ring basket dengan dua langkah dan meloncat agar

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

12

semakin dekat dengan ring namun dengan jarak yang lebih jauh dari pada melakukan

gerak lay up.

2. Teknik Permainan Bolabasket

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 13-21), teknik dasar dalam bermain bola basket

yaitu mengoper bola (passing), menerima bola, menggiring bola (dribbling),

menembak (shooting), latihan olah kaki (foodwork) dan pivot. Sedangkan menurut

Sukintaka (1982: 22) teknik dasar permainan bolabasket meliputi: dribbling, passing,

shooting, blocking out and rebound, screening and defense. Selain pada fisik dan

mental yang digunakan dalam bermain bola basket, menurut pendapat para ahli di

atas dapat di simpulkan bahwa teknik bermain bolabasket merupakan suatu

kemampuan teknik yang ada dalam permainan bolabasket yang harus dimiliki

seorang pemain. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam bermain bolabasket

adalah mengoper bola, atau menangkap bola, menggirirng bola, menembak,

tembakan melayang, dan memoros. Adapun penjelasan-penjelasan dalam teknik-

teknik permainan bolabasket adalah:

a. Mengoper Bola (passing)

Mengoper bola adalah mengumpan bola kepada teman dengan tiga cara

passing dalam permainan bola basket yang terdiri atas, chees pas (lemparan dada),

bounce pass (lemparan pantulan), dan over head (lemparan dengan bola di atas

kepala) dengan tujuan agar bola sampai pada teman satu tim.

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

13

Gambar.2.1 Pembelajaran teknik dasar chest pass Sumber : https://classicerseleven.files.wordpress.com/2012/08/3-1-1-chest-pass1.jpg

b. Menerima Bola(Treeipple Threat)

Menerima bola adalah seseorang yang menerima bola dari lemparan atau

operan teman, dengan cara posisi yang baik seperti telapak tangan terbuka lebar,

posisi tubuh condong lurus ke depan, dan kaki membentuk kuda-kuda yang sering

disebut dengan treeipple threat.

Gambar. 2.2 Pembelajaran teknik dasar menerima bola(Treeipple Threat) Sumber : Roji (2014: 27)

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

14

c. Menggiring Bola (dribbling)

Mendribel adalah salah satu dasar bola basket yang pertama diperkenalkan

kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang

terlibat dalam pertandingan bola basket Jon Oliver (2007: 49). Menggiring bola

adalah seseorang yang menguasai bola dengan cara memantulkan bola ke lantai dan

menjaga bola dari lawan agar bola tetap pada penguasaan seseorang. Seperti yang

dikemukakan oleh Sri Wahyuni, Sutamin, Pramono (2010: 18) Menggiring atau

mendribel bola adalah gerakan memantul-mantul bola dengan satu tangan, baik

tangan kanan maupun tangan kiri. Menggiring bola dapat dilakukan di tempat atau ke

segala arah. Menggiring bola dapat dilakukan dengan bola rendah , tinggi, maupun

campuran.

Gambar. 2. 3 Pembelajaran teknik dasar membawa bola(drible) Sumber : Roji (2004: 29)

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

15

d. Menembak (shooting)

Menembak adalah seseorang melakukan lemparan tembakan ke arah

keranjang lawan dengan prinsip BEEF yaitu balance, eyes, elbow, dan follow trough.

Balance merupakan keseimbangan tubuh pada saat kita melakukan shooting.

Sedangkan elbow adalah bentuk siku sebesar 90 derajat ketika akan melakukan

shooting. Dan untuk pengertian follow through adalah merupakan gerakan lanjutan

setelah melakukan shooting.

Gambar. 2.4 Pembelajaran teknik dasar menembak bola(shooting) Sumber : Roji (2004: 31)

e. Memoros (pivot)

Pivot adalah orang yang melindungi bola dengan kaki terbuka selebar bahu,

dan menggunakan salah satu kakinya sebagai poros untuk memutar tubuhnya yang

bertujuan untuk melindungi bola dari lawan. Berporos satu kaki atau pivot dalam

permainan bola basket dilakukan untuk melindungi bola dari sergapan lawan dan

membuat bola tetap bergerak. Dengan teknik ini seorang pemain dapat mencari

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

16

peluang untuk mengoper bola, menggiring bola ataupun melakukan tembakan

(Muhadir, (2004: 39).

Demikian pula dengan pendapat Akros Adidin (2003: 129), Gerakan

bertumpu pada satu kaki atau pivot terjadi apabila seorang pemain yang sedang

membawa bola kemudian melangkah satu kali atau lebih kesegala arah dengan kaki

yang sama, sedankan kaki lainnya sebagai poros”. Biasanya pivot dilakukan untuk

menghindari gerakan musuh yang ingin merebut bola

Gambar 2.5 Teknik dasar memoros (pivot)http://1.bp.blogspot.com/-Y26hH1-ZD4c/VkQYyhOVv0I/AAAAAAAAAMY/

4G_EogQCJD0/s1600/pivot.JPG

f. Tembakan Melayang (Lay Up)

Tembakan melayang adalah teknik menembak dengan awalan dua langkah

dan pantulan pada papan keranjang basket, yang bertujuan mengecoh lawan untuk

mencetak point atau memperoleh angka. Seperti yang dikemukakan oleh Akros

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

17

Abidin (2003: 127), latihan menembak bola sambil melayang (lay up) adalah suatu

gerakan untuk memasukkan bola ke dalam ring basket dari jarak dekat dan didahului

dengan gerakan awalan dua langkah sambil berlari.

Jaja Suharja Husdarta dan Emi Maryani (2010: 109), menjelaskan cara

melakukan lay up shoot sebagai berikut:

1. Sikap awal berdiri tiga langkah dari depan ring basket

2. Bola dipegang menggunakan ketua tangan, kemudian lakukan dribble satu kali

sambil melangkah.

3. Setelah itu tangkap bola dengan kedua tangan

4. Pada langkah ketiga tembakkan bola sambil melakukan layangan badan

5. Teknik gerak ini dapat dilakukan dari samping layangan

Gambar.2.6 Pembelajaran teknik dasar lay up shootSumber:

http://3.bp.blogspot.com/W8gxjzwjRC4/VdZT4IHxJAI/AAAAAAAAA8Y/b3h5Y5r0-Bs/s1600/layup.png

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

18

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Wina Sanjaya

(2010) secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti

perantara atau pengantar Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau

pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Selanjutnya akan diuraikan pengertian

media menurut istilah. Para ahli di dalam memberikan batasan media berbeda-beda

pendapat, meskipun arah dan tujuannya sama, yang tidak lepas dari kata medium.

Secara umum media merupakan  alat bantu proses belajar mengajar. Segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemampuan atau ketrampilan peserta didk sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber,

lingkungan, manusia dan metoda yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau

pelatihan.

Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National

Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah

sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi

perangkat keras. Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), media

adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau

gagasan itu sampai pada penerima.

Page 19: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

19

Sedangkan Assosiasi Teknologi dan Komunikasi (Association of Education

and Communication Technology/ AECT) di Amerika memberi batasan yaitu: Media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/

informasi. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media

dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik.

Istilah media juga digunakan dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga

istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-

upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar

mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat

disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut

sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat

menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam

upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Kemampuan guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya dalam

memberi contoh atau model dalam kegiatan pembelajaran sangatlah terbatas

disebabkan karena berbagai macam faktor seperti kelelahan, kemampuan fisik,

keterbatasan gerak, sehingga teknik gerak dasar pada cabang olah raga tertentu

mengalami ketidak tepatan yang dapat mengakibatkan kesalahan atau ketidak tepatan

gerak pada siswa. Untuk itu diperlukan media untuk membantu guru penjas dalam

memberi contoh yang benar. Seperti yang dikemukakan oleh Imama Zulkarnaen

Page 20: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

20

(2009), media dapat dibagi menjadi media diam (static) dan media gerak (movie)

yang berguna untuk membantu pengajaran secara lebih jelas lagi, karena hampir

menyamai dengan conto-contoh aslinya.

b. Pengertian Media Audio-Visual 

Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian

para ahli, ternyata media yang beraneka ragam itu hampir semua bermanfaat. Cukup

banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang sederhana

sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural

sampai kepada media yang harus dirancang sendiri oleh guru. Dari ketiga jenis media

yang ada yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, bahwasanya media

audio-visual adalah media yang mencakup 2 jenis media yaitu audio dan visual. 

Media Audio-Visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi

kedua jenis media yaitu Media Audio dan Media Visual. Dale (1969:180)

mengemukakan bahwa bahan-bahan Audio-Visual dapat memberikan banyak

manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. 

Menurut pendapat Harmawan (2007), Media Audio-Visual adalah Media

instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu

pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan didengar)”. Jika

dilihat dari perkembangan media pendidikan, pada mulanya media hanya dianggap

sebagai alat bantu guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu

Page 21: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

21

visual misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan

pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi

belajar siswa. Namun disayangkan karena terlalu memusatkan perhatian pada alat

bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek disain,

pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Dengan

masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20, alat visual

untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal

adanya alat audio-visual atau Audio-Visual Aids (AVA). “Alat Bantu Dengar”

seperti : Video Tape, Televisi dan Gambar Hidup (biocope). Akan tetapi media bukan

hanya menjadi alat Bantu guru atau seseorang pendidik lainnya, media mempunyai

banyak manfaat bagi semua orang untuk mendapatkan informasi yang sedang

berkembang dan mempermudah manusia menerima pesan darimana pun.

Konsep pengajaran visual kemudian berkembang menjadi Audio-Visual aids

pada tahun 1940. Istilah ini bermakna sejumlah peralatan yang dipakai oleh para guru

dalam menyampaikan konsep, gagasan, dan pengalaman yang ditangkap oleh indera

pandang dan pendengaran. Penekanan utama dalam pengajaran audio-visual adalah

pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman kongkret, tidak hanya

didasarkan atas kata-kata belaka. Perkembangan berikutnya adalah munculnya

gerakan audiovisual communication yang terjadi pada tahun 1950-an. 

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu

audiovisual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur

pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu alat audiovisual bukan hanya dipandang

Page 22: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

22

sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media.

Teori ini sangat penting dalam penggunaan media untuk kegiatan program-program

pembelajaran.

Menurut seorang ahli komunikasi dan media pendidikan Rudy Breatz media

pendidikan mempunyai ciri utama dan memiliki 3 unsur pokok yaitu : Suara, Visual

dan gerak. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah

percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis, kemudian lahir teknologi Audio-

Visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan

pembelajaran.

Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media audio-

visual mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi

2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian

3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.

4. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil

yang dicapai

5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan). 

c. Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran

Dalam mengaplikasikan media audiovisual ada hal-hal yang harus

dipersiapkan oleh guru misalnya; Harus mampu mengoprasikan media tersebut,

Page 23: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

23

guru harus terlebih dahulu tahu konten alat bantu yang akan diguakan, dan yang pasti

harus sesuai dengan indikator pencapaian yang diharapkan. Berikut akan dijelaskan

saran-saran untuk menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran agar dapat

berfungsi secara optimal:

1) Bahan yang disajikan harus mengarah langsung pada masalah yang dibicarakan

oleh kelompok, dalam artian harus terarah.

2)        Bahan seyogianya hanya disajikan pada waktu yang tepat sehingga tidak

menyebabkan terputusnya kelangsungan berpikir.

3)        Pimpinan sebaiknya mengetahui bagaimana menjalankan alat bantu.

4)        Alat bantu sebaiknya mengajarkan sesuatu, tidak sekedar menayangkan sesuatu.

5) Partisipasi pelajar sangat diharapkan dalam situasi ketika alat bantu audio visual

digunakan.

6)         Rencana mutlak diperlukan untuk membuat bahan yang disajikan dengan alat

bantu lebih efektif.

7)         Beberapa alat bantu sebaiknya digunakan.

8)        Alat bantu audio visual sebaiknya digunakan secara hati-hati dan disimpan

dengan baik.

Telah diketahui bahwa media audio-visual merupakan salah satu bentuk

media pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar.

Bentuk media audi-visual dapat diketahui dengan melihat ciri-ciri umumnya, yaitu

dengan melibatkan dua indra sekaligus, indra pendengaran dan indra penglihatan

yang merupakan gabungan dari media auditif dan mediavisual. Media audiovisual

Page 24: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

24

merupakan media yang dirasa cukup efektif dan efisien apabila diterapkan dalam

suatu pembelajaran. Kebanyakan seorang peserta didik akan lebih memahami suatu

materi yang sedang diajarkan tersebut dengan melibatkan pendengaran (audio) juga

melibatkan penglihatannya (visual) sehingga materi yang disampaikan tersebut bisa

dirasakan seperti nyata.

Media audiovisual ada dua jenis, yaitu media audio visual gerak dan media

audio visual diam. Media audio visual gerak merupakan bentuk media yang dapat

dilihat, didengar dan juga ada gerakan; seperti film, video, dan televisi. Ketiga hal

tersebut sudah sering kita jumpai dalam kehidupan  sehari-hari, dan semuanya sudah

tahu bahwa televisi mampu menampilkan gambar yang bergerak, bersuara dan juga

bisa dilihat. Kenggulan yang lain dari media ini juga dapat memberikan hal yang

seperti nyata seolah-olah kita juga terlibat dalam suatu penayangan tentang suatu

kejadian (yang mendidik). Sedangkan media audiovisual diam merupakan bentuk

media yang hanya menampilkan suara dan penglihatan, perbedaan media audiovisual

gerak dengan media audiovisual diam hanya ada tidaknya gerakan saja. Media

audiovisual diam dapat bergerak jika ada fasilitatornya, seperti pada film strip

bersuara dan  slide bersuara.

Menurut Azhar Arsyad (2002:81) salah satu ciri media pembelajaran adalah

bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima

yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan atau respons siswa sehingga

media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh

media bisa berupa pesan yang sederhana maupun sangan kompleks. Akan tetapi

Page 25: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

25

media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta

siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka pikir

Berdasarkan kajian teori terkait dengan penggunaan media audiovisual untuk

meningkatkan keterampilan lay up shoot, maka kerangka pikir dalam penelitian ini

dapat digambarkan dalam skematis sebagai berikut.

Gambar 2.7. Kerangka Pikir Penelitian

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir terkait dengan penggunaan media audio visual untuk

meningkatkan keterampilan lay up shoot, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: Jika penggunaan media audiovisual diterapkan dalam

pembelajaran, maka keterampilan siswa dalam melakukan lay up shoot akan

meningkat, dan hasil belajar yang diharapkan dapat mencapai bahkan melebihi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan.

Page 26: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

26

D. Indikator Kinerja

Adapun yang menjadi indikator kinerja dari penelitian ini adalah apabila

terjadi peningkatan dan perubahan yang dialami siswa dari siklus kesiklus.

Peningkatan yang dimaksud adalah meningkatnya hasil belajar siswa kelas VIII.2

yang diukur dengan perolehan nilai (tuntas) secara klasikal 100%.

Page 27: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

27

Page 28: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan yang berbasis kelas (Classroom

Action Research) yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar keterampilan lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui penggunaan

media audiovisual pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru.

Mappasoro (2000:1) mengemukakan “Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research)” dilandasi oleh paradigma “proses-produk” yang artinya bahwa proses

mengajar mempunyai hubungan erat dengan hasil belajar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)

sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, partisipasif, dan kolaboratif,

yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, isi,

kompetisi, dan situasi.

B. Tempat, Waktu Penelitian dan Jumlah Siswa

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan hasil belajar

keterampilan lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui penggunaan media

audio visual Pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru”

28

Page 29: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

29

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari mulai bulan Maret sampai April 2016 di

SMPNegeri 3 Barru Kabupaten Barru.

3. Jumlah Siswa

Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten

Barru dengan jumlah siswa 24 Orang

C. Indikator Peningkatan Hasil Belajar

Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengukur sejauh mana peningkatan

hasil belajar keterampilan lay up shoot pada permainan bola basket dengan

menggunakan media audiovisual.

D. Faktor yang Diselidiki

1. Faktor proses : yaitu dengan memperhatikan teknik-teknik dan langkah-langkah

yang dipergunakan dan pembelajaran di kelas dan melihat sejauh mana keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran serta perubahan sikap siswa dalam belajar penjas.

2. Faktor hasil : yang akan diselidiki adalah hasil belajar, apakah terjadi peningkatan

atau tidak setelah diadakan tes setiap akhir siklus.

Page 30: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

Perencanaan

PelaksanaanRefleksi SIKLUS I

Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

?

30

E. Gambaran Umum Penelitian

Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.

Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Setiap siklus

penelitian terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan

pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

F. Desain Penelitian / Alur penelitian

Suharsimi Arikunto dalam Sudirman Burhanuddin (2015 : 30)Gambar 3.1 Alur penelitian

Page 31: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

31

Alur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan

dengan perincian sebagai berikut :

1. Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan dan tes

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan yang dilaksanakan yaitu :

1) Menelaah kurikulum dan silabus SMP kelas VIII.2 mata pelajaran pendidikan

jasmani

2) Membuat rencana pengajaran yang menggunakan media untuk setiap pertemuan

3) Merancang dan membuat media yang akan digunakan dalam proses belajar

mengajar

4) Membuat format observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas

ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung

5) Membuat alat penilaian untuk mengukur hasil belajar penjas siswa

b. Tahap Tindakan

Secara umum tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah :

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran, memperkenalkan media yang akan

digunakan dalam proses belajar.

2) Mengajarkan materi sesuai dengan rencana pengajaran

3) Menganalisis tanggapan yang diberikan oleh siswa untuk merumuskan rencana

pada siklus berikutnya

c. Tahap Observasi

Page 32: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

32

pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

mempraktikkan untuk mengetahui hasil belajar pada siklus I serta proses belajar

mengajar

d. Tahap Refleksi

Hasil diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis dari hasil

tersebut direfleksikan terhadap tindakan yang dilakukan selanjutnya dibuat

rencana perbaikan dan penyempurnaan siklus pada siklus berikutnya.

2. Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan dan tes

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini direncanakan kegiatan berdasarkan hasil pada refleksi siklus I

b. Tahap Tindakan

Tindakan siklus II yaitu melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada

siklus I yang sesuai dengan perencanaan siklus I

c. Tahap Observasi

Secara umum tahap observasi siklus II ini adalah melanjutkan kegiatan atau pada

siklus I

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi umumnya langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II

seperti halnya yang dilakukan pada siklus I

Page 33: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

33

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Data mengenai peningkatan menguasaan materi diambil dan tes setiap akhir

siklus

2. Data mengenai sikap dan prilaku siswa seperti kejujuran, kerja sama, disiplin

dan percaya diri dalam mengikuti proses belajar yang diambil melalui observasi

selama pembelajaran

3. Data mengenai pelaksanaan tindakan diperoleh dari tanggapan siswa yang ditulis

pada akhir siklus.

H. Tekhnik Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data

hasil observasi dan catatan harian akan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data

mengenai hasil belajar siswa akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan

cara statistik deskriptif

Adapun untuk keperluan analisis kualitatif akan digunakan teknik kategorisasi

dengan skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar dalam penentuan nilai

rapor penilaian hasil belajar SMP Negeri 3 Barru.

Page 34: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

34

I. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya

peningkatan hasil belajar keterampilan lay up shoot dalam permainan bola basket

siswa melalui penggunaan media audiovisual pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3

Barru Kabupaten Barru meningkat. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditetapkan oleh pihak sekolah, standar ketuntasan minimal untuk tiap individu

yaitu nilai 70, dan mencapai tuntas secara klasikal 100% dari jumlah siswa kelas

VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru.

Page 35: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran data penelitian secara umum

yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel rangkuman. Dalam hal ini akan diuraikan

hasil penelitian yang dilanjutkan pembahasan dari hasil tersebut. Hasil yang diperoleh

untuk memberikan jawaban terhadap masalah penelitian yang dikemukakan

memerlukan dua siklus penelitian. Hasil dari kedua siklus tersebut akan diuraikan

sebagai berikut :

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data awal hasil belajar lay up shoot siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu peneliti

melakukan survei atau pengambilan data awal untuk mengetahui keadaan yang

terjadi didalam kelas sebelum memberikan tindakan yang akan diberikan oleh

peneliti. Berikut adalah hasil data awal sebelum melakukan penelitian di kelas.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Awal ketuntasan belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru.

Kriteria ketuntasan Kategori Frekuensi Presentasi0 – 69 Tidak Tuntas 20 83,33 %

70 – 100 Tuntas 4 16,67 %

Jumlah 24 100 %Sumber : Analisis data hasil belajar siswa

35

Page 36: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

36

Pada tabel diatas menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada

adalah 16,66 % tuntas dari jumlah frekuensi 4 dan 83,33 % tidak tuntas dari jumlah

frekuensi 20.

Jadi data awal hasil belajar keterampilan lay up shoot dalam permainan

bolabasket siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru Dapat dilihat

pada diagram batang dibawah ini:

Tuntas Tidak Tuntas0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Diagram Batang Data Awal

Jumlah SiswaPersentase

Gamabar 4.1. Diagram Batang Persentase Data awal Hasil Belajar

Berdasarkan gambaran persentase data awal hasil belajar lay up shoot di kelas

VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru, sebelum diberikan tindakan maka dapat

dijelaskan bahwa dari jumlah keseluruhan siswa, belum menunjukkan hasil belajar

lay up shoot yang baik dengan nilai persentase nilai 83,33 % dari 24 siswa yang

dinyatakan belum tuntas dan yang dinyatakan tuntas dengan nilai persentase 16,66 %

dari 4 siswa.

Page 37: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

37

Dari data awal diatas maka dapat dijelaskan bahwa data tersebut belum

mencapai kriteria nilai ketuntasan minimal yang baik, oleh karena itu perlu adanya

tindakan yang diberikan pada hasil belajar lay up shoot siswa kelas VIII.2 SMP

Negeri 3 Barru Kabupaten Barru melalui permainan kombinasi lay up shoot. Dimana

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari

Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Observasi, Tahap Refleksi.

2. Deskripsi Hasil Belajar Pada Siklus I

Tahap penelitian tidakan kelas pada siklus I dalam kemampuan dasar lay up

shoot dalam permainan bolabasket melalui permainan kombinasi lay up shoot dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru,

yang terdiri dari empat tahapan yakni; a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasi,

d) refleksi. Keempat tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus pertama sebagai langkah awal dalam penelitian

tindakan kelas ini, yaitu mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pelaksanaan

tindakan meliputi :

1) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siswa kelas VIII.2

SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru melalui permainan kombinasi lay

up shoot.

2) Menyiapkan pembelajaran media audiovisual.

Page 38: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

38

3) Membuat tes penilaian hasil belajar lay up shoot dalam permainan

bolabasket berdasarkan materi yang diajarkan melalui permainan

kombinasi lay up shoot.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tahap penelitian tindakan kelas (PTK) pada siklus I berlangsung

sebanyak 3 kali pertemuan, dengan perincian yaitu dua kali pertemuan untuk proses

pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar lay up shoot dalam

permainan bolabasket melalui permainan lempar tangkap bola. Setiap pertemuan

berlangsung 2 jam pelajaran (2x40 menit). Kegiatan yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan tindakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal dilaksanakan selama 15 menit dan dilakukan dalam proses

pembelajaran lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui permainan kombinasi

lay up shoot pada siklus I, yaitu : 1) Berbaris dilapangan, 2) berdoa sebelum memulai

pelajaran, 3) Mengecek kehadiran siswa, kesehatan kuku, dan rambut, 4) Menegur

siswa yang belum berpakaian lengkap (olahraga), 5) Menginformasikan permainan

yang digunakan dalam pembelajaran, 6) Melakukan kegiatan pemanasan yang

berorientasi pada kegiatan inti, 7) Guru melakukan persepsi sebagai penilaian awal,

8) Guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen sesuai dengan jenis

permainan yang digunakan dalam pembelajaran.

Page 39: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

39

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti dilaksanakan selama 45 menit , guru memperkenalkan

materi pelajaran (bahan ajar) mengenai lay up shoot dalam permainan bolabasket.

Kemudian guru menginstruksikan kepada siswa berkumpul dengan teman

kelompoknya. Setelah semua siswa berkumpul kemudian guru memberikan contoh

kepada siswa cara lay up shoot dalam permainan yang akan dilakukan. Dengan

menggunakan dua permainan lay up shoot dan kombinasi menembak bola/shooting

selama 40 menit, setiap permainan berdurasi 20 menit. Permainan pertama yang

diberikan adalah permainan lay up shoot dan permainan yang kedua adalah

kombinasi menembak/shooting. Pada saat melakukan aktivitas permainan lay up

shoot siswa-siswa masih rebut dan susah diatur karena masih saling menggangu,

selain itu siswa masih ragu-ragu dalam melakukan gerakan. Setelah guru menegur

siswa yang membuat keributan dan memberi arahan dan motivasi kepada siswa yang

kurang bersungguh-sungguh serta ragu dalam melakukan gerakan dalam proses

bembelajaran, guru menginstrusikan untuk melanjutkan permaianan.

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir dilaksanakan selama 20 menit, adapun kegiatan yang

dilakukan siswa dikumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi

yang telah dilakukan/diajarkan. Kemudian guru menyimpulkan materi bersama siswa

serta mengemukakan materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya. Selain

itu guru melakukan refleksi kesalahan-kesalahan gerakan dalam proses pembelajaran

siswa. Selain itu guru memberikan pesan-pesan moral kepada siswa.

Page 40: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

40

c. Obsevasi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, pada aktivitas guru menunjukan

bahwa kegiatan awal, guru memberikan persepsi sebagai dasar penilaian awal, dan

dilanjutakan dengan pemanasan secara umum serta membentuk kelompok

disesuaikan dengan permainan yang akan dimainkan.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran

penjasorkes dengan materi lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui

permainan kombinasi lay-up shoot yaitu tampak bahwa pada kegiatan awal masih ada

siswa yang kurang bersungguh-sungguh melakukan pemanasan kemudian saat masuk

dipembelajaran inti masih kurang partisipasi dan perhatian siswa dalam pembelajaran

dimana siswa cenderung bermain-main tidak memperhatikan pembelajaran.

Hal ini terlihat karena masih ada siswa yang cenderung meminta dijelaskan

ulang materi pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru dan masih ada yang

bingung dalam melakukan aktivitas kombinasi lay-up shoot dengan teman dalam

kelompoknya.

Pada kegiatan akhir dimana siswa masih kurang dalam mendengarkan

penjelasan tentang materi dari guru hal itu terlihat karena siswa masih kurang dalam

mengangkat tangan ketika guru meminta siswa yang bias memperagakan secara

singkat materi yang telah dilakukan dalam proses pembelajran. Setelah semua selesai

barulah siswa terlihat antusias dalam mendengarkan pesan-pesan dan motivasi dari

guru serta memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.

Page 41: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

41

d. Hasil Belajar Pada Siklus I

Kegiatan yang telah dilakukan pada siklus pertama adalah penyajian materi

lay up shoot melalui permainan kombinasi menembak/shooting pada pembelajaran

bolabasket sebanyak 2 kali pertemuan dan untuk kegiatan tes dilakukan pada

pertemuan ketiga atau pengambilan nilai aspek Psikomotor, Afektif dan kognitif.

Berdasarkan hasil belajar pada siklus pertama, maka persentase ketuntasan belajar

siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2. Deskripsi ketuntasan belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru

Kriteria ketuntasan Kategori Frekuensi Presentasi

0 – 69 Tidak Tuntas 8 33,33 %

70 – 100 Tuntas 16 66,67 %

Jumlah 24 100 %Sumber: Analisis data hasil belajar siswa Siklus I

Pada tabel diatas menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada

siklus pertama adalah 66,67 % tuntas dari jumlah frekuensi 16 dan 33,33 % tidak

tuntas dari jumlah frekuensi 8.

Jadi hasil belajar lay up shoot dalam permainan bolabasket siswa kelas VIII.2

SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru melalui permainankombinasi

menembak/shooting pada siklus I mencapai persentase tidak tuntas 33,33 % dan yang

tuntas mencapai 66,67%. Dapat dilihat pada diagram batang skor nilai persentase

pada siklus I berikut ini:

Page 42: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

42

Tuntas Tidak Tuntas0

10

20

30

40

50

60

70

Diagram Batang Siklus I

Jumlah SiswaPersentase

Gambar 4.2. Diagram batang skor nilai persentase pada siklus I

Berdasarkan gambaran persentase data siklus I hasil belajar lay up shoot di

kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru, maka dapat dijelaskan bahwa dari

jumlah keseluruhan siswa, menunjukkan hasil belajar lay up shoot dengan nilai

persentase nilai 33.33 % dari 8 siswa yang dinyatakan belum tuntas dan yang

dinyatakan tuntas dengan nilai persentase 66,67 % dari 8 siswa.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus I, siswa

belum mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yang telah durumuskan

sebelumnya. Sebagai bentuk refleksi yang menjadi pertimbangan dalam melakukan

revisi tindakan pada siklus kedua yaitu :

a. Masih ada siswa yang bermain-main bahkan bercerita dengan temanya

walaupun ditegur karena tidak memperhatikan pelajaran.

Page 43: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

43

b. Dalam proses pembelajaran siswa masih kurang bersungguh - sungguh dan

tidak memperhatikan penjelasan guru.

c. Siswa masih ragu–ragu dalam melakukan gerakan dalam proses pembelajaran

mengakibatkan garakan yang dilakukan kurang maksimal. Oleh karena

itu,diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan pada siklus II.

3. Deskripsi Hasil Belajar Pada Siklus II

Tahap penelitian tidakan kelas pada siklus II dalam meningkatkan hasil

belajar lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui permainan kombinasi lay-

up shoot dalam meningkatkan hasil belajar kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru

Kabupaten Barru, yang terdiri dari empat tahapan yakni; a) perencanaan, b)

pelaksanaan, c) observasi, d) refleksi. Keempat tahap tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus kedua sebagai langkah awal dalam penelitian

tindakan kelas ini dengan berdasarkan pada hasil refleksi dari siklus pertama sehingga

merumuskan rencana tindakan pada siklus kedua. yaitu mempersiapkan segala

sesuatunya dalam rangka pelaksanaan tindakan demi perbaikan atas apa yang

dilakukan disiklus pertama, meliputi :

1) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siswa kelas VIII.2

SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru melalui permainan kombinasi lay-up

shoot dengan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus

Page 44: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

44

pertama dan menambah permainan yang lebih menarik lagi dari siklus

pertama.

2) Menyiapkan pembelajaran media audio visual.

3) Membuat tes penilaian hasil belajar lay up shoot dalam permainan

bolabasket berdasarkan materi yang diajarkan melalui permainan kombinasi

lay-up shoot.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tahap penelitian tindakan kelas (PTK) pada siklus II berlangsung

sebanyak tiga kali pertemuan, dengan perincian yaitu dua kali pertemuan untuk

proses pembelajran dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar lay up shoot dalam

permainan bolabasket melalui permainan kombinasi lay-up shoot. Setiap pertemuan

berlangsung 2 jam pelajaran (2x40 menit). Kegiatan yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan tindakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

1) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit dan dilakukan dalam proses

pembelajaran lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui permainan kombinasi

lay-up shoot pada siklus II, yaitu : 1) Berbaris dilapangan, 2) berdoa sebelum

memulai pelajaran, 3) Mengecek kehadiran siswa, kesehatan kuku, dan rambut, 4)

Menegur siswa yang belum berpakaian lengkap (olahraga), 5) Menginformasikan

permainan yang digunakan dalam pembelajaran, 6) Melakukan kegiatan pemanasan

yang berorientasi pada kegiatan inti, 7) Guru melakukan persepsi sebagai penilaian

Page 45: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

45

awal, 8) Guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen sesuai dengan

jenis permainan yang digunakan dalam pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru memperkenalkan materi pelajaran (bahan ajar)

mengenai lay up shoot dalam permainan bolabasket. Kemudian guru

menginstruksikan kepada siswa berkumpul dengan teman kelompoknya. Setelah

semua siswa berkumpul kemudian guru memberikan contoh kepada siswa cara

melakukan kombinasi lay-up shoot dalam permainan yang akan dilakukan. Dengan

menggunakan kombinasi lay up shoot, kombinasi menembak /shooting dan lay up

shoot selama 55 menit, setiap permainan berdurasi 18 menit. Permainan pertama yang

diberikan adalah permainan kombinasi lay up shoot, permainan yang kedua adalah

kombinasi menembak/shooting, permainan yang ketiga adalah permainan kombinasi

lay-up shoot. Pada saat melakukan aktivitas permainan kombinasi lay up pada siklus

kedua ini tampak siswa-siswa sudah tidak merasa bosan lagi karena banyak

permainan yang mainkan dan tampak lebih semangat. Selain itu, siswa sudah tidak

lagi ragu-ragu dalam melakukan gerakan dalam melakukan lay-up shoot.

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir dilaksanakan selama 10 menit, kegiatan yang dilakukan

adalah siswa dikumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang

telah dilakukan/diajarkan. Kemudian guru menyimpulkan materi bersama siswa serta

mengemukakan materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya. Selain itu

guru memberikan pesan-pesan moral kepada siswa.

Page 46: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

46

c. Obsevasi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, pada aktivitas guru menunjukan

bahwa kegiatan awal, guru memberikan persepsi sebagai dasar penilaian awal, dan

dilanjutakan dengan pemanasan secara umum serta membentuk kelompok

disesuaikan dengan permainan yang akan dimainkan.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran

penjasorkes dengan materi lay up shoot dalam permainan bolabasket melalui

permainan kombinasi lay-up shoot yaitu tampak bahwa pada kegiatan awal siswa

yang sudah bersungguh-sungguh melakukan pemanasan kemudian saat masuk di

pembelajaran inti semua siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran dan semua

siswa merasa senang dan gembira dalam melakukan proses pembelajaran kombinasi

lay-up shoot serta perhatian siswa dalam pembelajaran dimana siswa sudah serius dan

tidak bermain-main lagi dalam proses pembelajaran. Hal ini ditandai dengan

kurangnya siswa yang meminta dijelaskan ulang materi pembelajaran yang telah

dijelaskan oleh guru.

Pada kegiatan akhir aktivitas siswa juga sudah mulai tampak baik dimana

dalam mendengarkan penjelasan tentang materi dari guru, siswa secara keseluruhan

mulai berlomba-lomba mengangkat tangan ketika guru meminta siswa yang bias

memperagakan secara singkat tentang matari yang telah dilakukan dalam proses

pembelajaran. Setelah semua selesai barulah siswa terlihat antusias dalam

mendengarkan pesan-pesan dan motivasi dari guru.

Page 47: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

47

d. Hasil Belajar Pada Siklus II

Kegiatan yang telah dilakukan pada siklus kedua adalah penyajian materi lay

up shoot melalui permainan lempar tangkap bola pada pembelajaran bolabasket

sebanyak 2 kali pertemuan dan untuk kegiatan tes dilakukan pada pertemuan ketiga

atau pengambilan nilai aspek Psikomotor, Afektif dan kognitif. Berdasarkan hasil

belajar pada siklus kedua, maka persentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3. Deskripsi ketuntasan belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru.

Kriteria ketuntasan Kategori Frekuensi Presentase(%)

0 – 69 Tidak Tuntas 0 0 %70 – 100 Tuntas 24 100 %

Sumber : Analisis data hasil belajar siswa Siklus I

Pada tabel diatas menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada

siklus kedua adalah 100 % tuntas dari jumlah frekuensi 24 dan tidak ada siswa yang

tidak tuntas.

Jadi hasil belajar lay up shoot dalam permainan bolabasket siswa kelas VIII.2

SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru melalui kombinasi lay-up shoot pada siklus II

mencapai persentase ketuntasan 100%. Dapat dilihat pada diagram batang skor nilai

persentase pada siklus II berikut ini :

Page 48: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

48

Tuntas Tidak Tuntas0

20

40

60

80

100

120

Diagram Batang Siklus II

Jumlah SiswaPersentase

Gamabar 4.3. Diagram batang skor nilai persentase pada siklus IIBerdasarkan diagram batang skor nilai persentase pada siklus II diatas,

tampak bahwa dari 24 subjek penelitian, terdapat 0 % siswa yang tidak tuntas dan

100% siswa yang tuntas.

e. Refleksi

Refleksi pada siklus II, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I upaya yang

dilakuka pada siswa mengalami peningkatan, berdasarkan hasil pengamatan sebagai

berikut :

a. Sudah tidak ada lagi ditemukan siswa yang bermain-main bahkan bercerita

dengan temanya saat pembelajaran berlangsung.

b. Dalam proses pembelajaran siswa sudah bersungguh - sungguh dan

memperhatikan penjelasan guru.

Page 49: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

49

c. Siswa sudah tidak ragu–ragu lagi dalam melakukan gerakan dalam proses

pembelajaran mengakibatkan garakan yang dilakukan bisa maksimal.

d. Siswa - siswa sudah tidak bosan lagi dalam melakukan aktivitas permainan

kombinasi lay-up shoot.

4. Perbandingan Hasil Belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Peningkatan hasil belajar siswa untuk lebih jelasnya mengenai peningktan

hasil belajar lay up shoot dalam permainan bolabasket siswa kelas VIII.2 SMP Negeri

3 Barru Kabupaten Barru, pada siklus I dan II dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4.4. Deskripsi ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II

No Nilai Kategori

Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Persentase

(%)

1. < 70,00 Tidak Tuntas 8 33,33 0 0

2. > 70,00 Tuntas 16 66,66 24 100

Jumlah 24 100 24 100Sumber: Analisis data hasil belajar siswa Siklus I dan Siklus II

Untuk lebih jelasnya perbandingan distribusi frekuensi dan kategori

ketuntasan hasil belajar lay up shoot pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru

Kabupaten Barru pada saat siklus I dan II dapat dilihat pada grafik 4.4.

Page 50: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

50

Siklus I Siklus II0

20

40

60

80

100

120

Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

TuntasTidak Tuntas

Gambar 4.4. Diagram Batang Persentase Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru

Dari gambar 4.4, tampak bahwa dari 24 orang siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3

Barru Kabupaten Barru yang menjadi subyek penelitian dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Persentase ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui permainan kombinasi

lay-up shoot, untuk kategori tuntas sebesar 66,67 % pada siklus I, kemudian

meningkat menjadi 100 % pada siklus II untuk materi lay up shoot dalam

permainan bolabasket.

b. Persentase ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui permainan kombinasi

lay-up shoot, untuk kategori tidak tuntas sebesar 33,33 % pada siklus I, kemudian

menurun menjadi 0 % pada siklus II.

Page 51: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

51

Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa yang berada dalam kategori

tuntas mengalami peningkatan yakni, 8 orang atau 33,33 % pada saat Siklus I proses

ketuntasan terjadi dalam 3 kali pertemuan proses pembelajaran dengan materi yang

sama begitupun pada Siklus II mengalami ketuntasan 100 % dengan pelaksanaan

proses penelitian yang hampir sama dengan siklus I tetepi ditambah dengan beberapa

permainan yang lebih menarik lagi penelitian ini menunjukkan peningkatan

ketuntasan kelas secara klasikal pada siklus II sebanyak 100 % dan mencapai

ketuntasan secara individu dengan nilai peserta didik berada pada kategori cukup.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitiaan tindakan tentang hasil

belajar lay up shoot dalam permainan bolabasket pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri

3 Barru Kabupaten Barru, dengan tingkat pencapaian nilai rata-rata baik dengan

standar KKM 70 dan nilai ketuntasan seluruh siswa 100 % pada siklus II, sehingga

tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar Keterampilan Lay Up Shoot

Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, terlihat pada dasarnya

pelaksanaan pembelajaran melalui media audio visual memberikan perubahan hasil

belajar keterampilan lay up shoot dalam permainan bolabasket yaitu terjadi

peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II.

Tabel 4.1 tampak bahwa pada data awal sebanyak 20 orang dengan persentase

(83,33%) siswa yang masuk dalam kualifikasi tidak tuntas dan sebanyak 4 orang

Page 52: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

52

dengan persentase (16,67%) siswa masuk dalam kualifikasi tuntas. Pada siklus I

sebanyak 8 orang dengan persentase (33,33%) siswa yang masuk dalam kualifikasi

tidak tuntas dan sebanyak 16 orang dengan persentase (66,67%) siswa yang masuk

dalam kualifikasi tuntas. Pada siklus II sebanyak 24 orang dengan persentase (100%)

siswa yang masuk dalam kualifikasi tuntas dan 0% siswa yang tidak tuntas.

Kenyataan yang terjadi merupakan suatu fakta bahwa penggunaan media audio visual

merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam pelajaran penjas.

Pembelajaran dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan

keterampilan lay up shoot siswa karena dalam pembelajaran ini siswa bisa melihat

langsung proses belajar kay up shoot untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan

dihadapkan langsung dengan fenomena atau peristiwa yang berhubungan dengan

materi lay up shoot yang akan dipelajari dalam hal ini adalah pelaksanaan

demonstrasi, sehingga dengan penggunaan media audio visual tersebut siswa dapat

menghubungkan dengan konsep-konsep yang ada dan juga mereka harus mengetahui

pengaplikasian dari pada konsep tersebut, hal ini sangat membantu siswa untuk

memahami materi yang sedang dipelajari dan dapat mengingatnya dalam waktu yang

karena dalam pembelajaran ini siswa yang dituntut untuk lebih aktif dimana guru

hanya berperan sebagai fasilitator.

2. Siklus I

Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus I diketahui bahwa melalui

penggunaan media audio visual dapat mengaktifkan siswa walaupun peningkatannya

masih kecil, persentase siswa yang mengerti tentang media audio visual masih kurang

Page 53: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

53

dan proses lay up shoot siswa masih ada sebagian yang kurang memahami, hal ini

dipengaruhi oleh rasa percaya diri siswa yang masih kurang untuk tampil di depan

temannya.

Namun, secara individu terdapat beberapa siswa yang belum mengalami

peningkatan dari sebelum penelitian hingga pada siklus I. Hal ini disebabkan karena

siswa tersebut belum memahami benar proses penggunaan media audio visual yang

diterapkan. Selain itu, masih ada siswa yang tidak memperhatikan dan mendengarkan

guru  yang  menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan siswa memiliki nilai yang masih rendah

dan sedang antara lain siswa masih terkesan belum percaya diri dalam permainan

karena baru pertama kali mengikuti pembelajaran lay up shoot yang disajikan dalam

bentuk pembelajaran penggunaan media audio visual.

Hasil analisis deskriptif pada tabel 4.2 tentang deskripsi keterampilan lay up

shoot setelah diajar melalui penggunaan media audio visual menunjukkan bahwa

hampir setengah jumlah siswa yang perlu perbaikan karena belum mencapai ketutasan

minimum yang ditetapkan di sekolah, sehingga hal ini perlu diusahakan pada siklus II.

Adapun langkah-langkah sebagai hasil refleksi siklus I dalam pelaksanaan siklus

II meliputi :

1) Memberi semangat agar siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Page 54: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

54

2) Memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang dan selalu main-main

untuk mempraktekkan lay up shoot dan memberikan kegiatan yang lebih

intensif.

3) Melakukan peningkatan intensitas latihan/kegiatan.

4) Memberikan motivasi kepada siswa.

3. Siklus II

Siklus II dilakukan setelah merefleksikan pelaksanaan siklus I, kemudian

diperoleh gambaran tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai perbaikan dari

pelaksanaan siklus I, sehingga keterampilan lay up shoot dalam permainan bolabasket

yang diperoleh pada siklus II meningkat.

Frekuensi siswa yang mendengarkan guru menyampaikan tujuan dalam proses

pembelajaran serta siswa yang dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik,

siswa selama mengikuti kegiatan proses belajar mengajar sampai akhir pertemuan

siklus II menggambarkan bahwa minat dan motivasi belajar penjas siswa mengalami

peningkatan, siswa yang melakukan latihan lay up shoot dengan baik, sudah merata

bukan hanya pada golongan siswa yang mempunyai keterampilan lay up shoot yang

baik saja. Melainkan siswa yang selama ini kurang aktif memperlihatkan

keterampilan lay up shoot yang baik.

Kemampuan siswa dalam melakukan keterampilan lay up shoot semakin

meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan terampilnya siswa dalam proses lay up shoot

serta dalam proses pembelajaran siswa melakukannya dengan gembira dan

Page 55: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

55

menyenagkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas belajar mengajar

pada siklus II ini semakin baik.

Adapun bentuk perubahan tindakan yang dilakukan pada siklus II yaitu

melakukan proses pembelajarn yang efektif dan efisien tanpa mengurangi waktu

pemberian materi pelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang

berpartisipasi dan kurang memperhatikan proses pembelajaran untuk mempraktekkan

keterampilan lay up shoot serta, memberikan bimbingan kepada siswa, khususnya

yang dianggap masih kurang secara bergiliran, memberikan sanksi kepada siswa yang

bertindak kurang positif seperti memberi teguran serta hukuman kepada siswa

tersebut agar siswa tersebut lebih terfokus pada materi  yang diberikan, serta

memberikan motivasi kepada siswa berupa penghargaan kepada kelompok yang

mendapatkan skor rata-rata yang mendapatkan kategori kelompok baik dalam

melakukan proses pembelajaran.

Secara umum pada siklus II terjadi peningkatan positif aktivitas siswa, hal ini

terlihat dari rata–rata siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan gembira

dan menyenangkan, dan melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok serta

melakukan keterampilan lay up shoot dengan baik selama proses pembelajaran

berlangsung semakin meningkat. Sebaliknya jumlah siswa yang melakukan kegiatan

lain pada saat proses pembelajaran semakin berkurang. Selama pelaksanaan kegiatan

di siklus II, peneliti telah berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan demi

meningkatkan keterampilan lay up shoot siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru

Kabupaten Barru. dan hasil penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan dari

Page 56: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

56

siklus sebelumnya dengan hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator

keberhasilan yang ditargetkan oleh peneliti. Kenyataan ini sejalan dengan teori

Hamalik (2001 : 30) yaitu bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar pada hakekatnya adalah

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Penelitian dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya karena waktu

penelitian dibatasi oleh administrasi sekolah. Selain itu, penelitian telah sampai pada

titik jenuh. Artinya, peserta didik yang menjadi subjek penelitian sudah merasa jenuh

terhadap perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Karena walaupun telah

melakukan perubahan-perubahan hasil yang diperoleh tetap sama.

Page 57: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru

Kabupaten Barru Tahun Ajaran 2015/2016 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap

siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan,

(3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data

yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan, diperoleh simpulan

bahwa:

Pembelajaran melalui kombinasi lay up shoot, dapat meningkatkan hasil

belajar lay up shoot pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru

Tahun Ajaran 2015/2016. Dari hasil analisis yang diperoleh terjadi peningkatan dari

siklus I dan siklus II. hasil belajar lay up shoot pada siklus I dalam kategori tuntas

adalah 66,66 % jumlah siswa yang tuntas adalah 16 siswa. Pada siklus II terjadi

peningkatan persentase hasil belajar lay up shoot siswa dalam kategori tuntas sebesar

100 %.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pendekatan melalui

permainan lempar tangkap bola dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

57

Page 58: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

58

pelajaran penjasorkes khususnya pada materi lay up shoot dalam permainan

bolabsket. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru Penjas :

Pada saat proses pembelajaran, guru penjas SMP diharapkan menerapkan

penggunaan media audio visual dan memberikan demo atau

memperagakan tugas gerak secara berulang supaya siswa lebih jelas

memahami tugas gerak yang diberikan, serta memberikan feedback.

2. Bagi Siswa :

Harus fokus pada pembelajaran yang sedang dipelajari.

3. Bagi Sekolah :

Agar menyediakan atau memperbaharui sarana pembelajaran olahraga,

jangan hanya memperbaharui sarana pembelajaran lainnya. Perlunya

diperbanyak referensi atau buku-buku pendidikan khususnya media

pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran.

Page 59: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Akros, 2001. Materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jakarta : Erlangga

Arikunto Suharsimi, 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

Azhar Arsyad, 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Burhanuddin Sudirman, 2015.Penelitian Tindakan Kelas dalam Bidang Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Makassar: FIK UNM

Dale T, 1992. Kreativiy, Jakarta : Gramedia Asrimedia

Sumiyarsono Dedy, 2002. Keterampilan bermain bolabasket, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

E.Muliyasa, 2004. Impementasi Kurikulum 2004, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Husdarta Jaja Suharja, Maryani Eli, 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan SMP/MTs Untuk Kelas IX, Jakarta: Pusat perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Oliver Jon 2007. Dasar-Dasar Bola Basket Cara yang lebih baik untuk Mempelajarinya Easten Illion University. Pakar Raya

Kennet D More, 200. Class Room Teaching Skill, New York: McGraw Hill

Muhajir, 2004. Teori Praktik Pendikan Jasmani untuk Kelas 2 SMP, Bandung: Yudhistira

Sujana Nana, 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Nuril Ahmadi, 2007. Permainan Bola Basket. Sura karta: Era Intermedia

PERBASI, 1990. Peraturan Permainan Bolabasket. Jakarta : PB. Perbasi.

Roji, 2004. PENJAS Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kls VII, Jakarta: Erlangga

59

Page 60: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

60

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sodikun Imam, 1992. Olahraga Pilihan Bolabasket. Jakarta : PPLPTK Dirjen Dikti Depdikbud

Soejeodi Imam, 1979. Permainan Dan Metodik Jilid II. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Depdikbud

Sukintaka, 1982. Permainan Dan Metodik, Jakarta : Percetakan Negara RI.

Sri Wahyuni, Sutamin, Pramono, 2010. Pendidkian Jasmani Olah Raga dan Kesehatan SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta. Pusat perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Soekarman R, 1997. Dasar Olahraga. Jakarta : Inti Idayu Press

Zulkarnaen Imam, 1999. Pengembangan Media dan Sumber Belajar, PPPPTK Penjas dan BK. Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional

https://classicerseleven.files.wordpress.com/2012/08/3-1-1-chest-pass1.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-Y26hH1 ZD4c/VkQYyhOVv0I/AAAAAAAAAMY/4G _EogQCJD0/s1600/pivot.JPG

http://3.bp.blogspot.com/W8gxjzwjRC4/VdZT4IHxJAI/AAAAAAAAA8Y/b3h5Y5r0-Bs/s1600/layup.png

http://ubay-thereds.blogspot.co.id/2011/04/gaya-mengajar-penjas.html diposting oleh : Agil Ubay Rizkian di 03.09

Page 61: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

61

LAMPIRAN

Page 62: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

62

Lampiran 1

Data Awal Hasil Belajar Lay up shoot Dalam Permainan Bolabasket Siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Barru Kabupaten Barru

NO NAMA SISWA JMLH KET

1 Adriansyah 53 Tidak Tuntas

2 Alfyan Saputra 61 Tidak Tuntas

3 Efa Nursafila 64 Tidak Tuntas

4 Erni Ardita 38 Tidak Tuntas

5 Hakim 68 Tidak Tuntas

6 Haslindah 79 Tuntas

7 Masniar 67 Tidak Tuntas

8 Muh. Asri 69 Tidak Tuntas

9 Muhammad Fajrul 68 Tidal Tuntas

10 Muhammad Saiful 62 Tidak Tuntas

11 Musnandar 52 Tidak Tuntas

12 Nurnajmi Fadriah 72 Tuntas

13 Rabial Al Adawiah 80 Tuntas

14 Rahmad Efendi 68 Tidak Tuntas

15 Sukma 50 Tidak Tuntas

16 Safira 67 Tidak Tuntas

17 Salma Santi 66 Tidak Tuntas

18 Salsa Febrianti 67 Tidak Tuntas

Page 63: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

63

19 Sartono 64 Tidak Tuntas

20 Sulfiana 68 Tidak Tuntas

21 Wahyuni 68 Tidak Tuntas

22 Ahmad Irfan 71 Tuntas

23 Asdar 50 Tidak Tuntas

24 Aswan 59 Tidak Tuntas

JUMLAH 1531RATA-RATA 67

NILAI MAKSIMUM 80NILAI MINIMUN 38% KELULUSAN 16,67

% KETIDAK LULUSAN 83,33Keterangan : Tuntas 4 siswa

Tidak Tuntas 20 siswa

Makasar, Maret 2016Guru Penjasorkes Peneliti

Juhaeni

Mengetahui,Kepala Sekola SMP Negeri 3 Barru

Drs. Muhammad Talha, M. Pd Nip.19621110 198403 1 015

Page 64: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

64

Lampiran 2.

NILAI YANG DIPEROLEH BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN PSIKOMOTOR, AFEKTIF, DAN KOGNITIF PADA SIKLUS I

NO NAMA SISWAPENILAIAN JML

H KETPSIKO AFEKIF KOGNITIF

1 Adriansyah 34 24 12 70 Tuntas

2 Alfyan Saputra 28 21 16 65 Tidak Tuntas

3 Efa Nursafila 41 21 14 72 Tuntas

4 Erni Ardita 34 15 14 54 Tidak Tuntas

5 Hakim 34 21 16 71 Tuntas

6 Haslindah 44 21 16 87 Tuntas

7 Masniar 34 24 14 72 Tuntas

8 Muh. Asri 34 24 14 72 Tuntas

9 Muhammad Fajrul 31 24 16 71 Tuntas

10 Muhammad Saiful 38 18 14 70 Tuntas

11 Musnandar 38 21 10 69 Tidak Tuntas

12 Nurnajmi Fadriah 38 24 16 78 Tuntas

13 Rabial Al Adawiah 44 27 16 87 Tuntas

14 Rahmad Efendi 34 21 10 64 Tidak Tuntas

15 Sukma 31 21 14 66 Tidak Tuntas

16 Safira 34 34 14 71 Tuntas

17 Salma Santi 44 21 12 77 Tuntas

18 Salsa Febrianti 34 21 14 69 Tidak

Page 65: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

65

Tuntas

19 Sartono 34 24 12 70 Tuntas

20 Sulfiana 38 24 10 62 Tidak Tuntas

21 Wahyuni 41 24 8 73 Tuntas

22 Ahmad Irfan 41 18 16 75 Tuntas

23 Asdar 25 15 12 52 Tidak Tuntas

24 Aswan 38 24 10 72 Tuntas

JUMLAH 1689RATA-RATA 71

NILAI MAKSIMUM 87NILAI MINIMUN 52% KELULUSAN 66,67

% KETIDAK LULUSAN 33,33

Keterangan : Tuntas 16 siswa

Tidak Tuntas 8 siswa

Page 66: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

66

Lampiran 3.

NILAI YANG DIPEROLEH BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN PSIKOMOTOR, AFEKTIF DAN KOGNITIF PADA SIKLUS II

NO NAMA SISWAPENILAIAN

JMLH KETPSIKO AFEKIF KOGNITIF

1 Adriansyah 47 24 16 87 Tuntas

2 Alfyan Saputra 41 24 16 81 Tuntas

3 Efa Nursafila 44 24 18 86 Tuntas

4 Erni Ardita 38 24 18 80 Tuntas

5 Hakim 38 21 16 75 Tuntas

6 Haslindah 44 27 18 89 Tuntas

7 Masniar 41 27 18 85 Tuntas

8 Muh. Asri 38 24 18 80 Tuntas

9 Muhammad Fajrul 44 24 16 84 Tuntas

10 Muhammad Saiful 44 24 14 82 Tuntas

11 Musnandar 41 21 16 78 Tuntas

12 Nurnajmi Fadriah 44 24 18 80 Tuntas

13 Rabial Al Adawiah 44 27 16 93 Tuntas

14 Rahmad Efendi 41 21 14 75 Tuntas

15 Sukma 44 24 16 84 Tuntas

16 Safira 34 24 16 73 Tuntas

17 Salma Santi 47 27 18 91 Tuntas

18 Salsa Febrianti 38 24 14 76 Tuntas

Page 67: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

67

19 Sartono 41 27 16 84 Tuntas

20 Sulfiana 41 27 16 74 Tuntas

21 Wahyuni 44 24 16 84 Tuntas

22 Ahmad Irfan 47 27 18 92 Tuntas

23 Asdar 44 24 16 84 Tuntas

24 Aswan 41 24 16 81 Tuntas

JUMLAH 1978RATA-RATA 83

NILAI MAKSIMUM 93NILAI MINIMUN 73% KELULUSAN 100

% KETIDAK LULUSAN 0

Keterangan : Semua siswa Tuntas 24 orang

Lampiran 4.

Page 68: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

68

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )SIKLUS I

Sekolah : SMP Neg. 3 Barru

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Kelas/Semester : VIII / 2 (Genap )

Alokasi Waktu : 2 x 2 x 40 menit (2 x pertemuan )

Standar Kompetensi

Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar

Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya dini, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

Indikator

Psikomotor

Melakukan teknik dasar dengan koordinasi yang baik ( menggiring/drible, lay up shoot)

Melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar dan koordinasi yang baik (menggiring/drible, lay up shoot)

Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi.

Kognitif

Memahami Pengertian lay up shoot dalam permainan bola basket. Memahami tekik pelaksanaan lay up shoot pada permainan bola basket.

Afektif

Page 69: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

69

Melakukan kerjasama, toleransi, percaya diri, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

Keseriusan mengikuti pelajaran (semangat)

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat melakukan teknik dasar dan kombinasi teknik dasar menggiring, shooting dan lay - up shoot

2. Siswa dapat melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar, Menggiring, shooting dan lay - up shoot

3. Siswa dapat bermain bola basket dengan peraturan yang dimodifikasi.

B. Materi Pembelajaran

Permainan Bola Basket :

Teknik dasar menggiring/drible Teknik dasa langkah kaki. Teknik dasar lay –up shoo

C. Metode Pembelajaran

o Penugasano resiprokal/timbal-balik

D. Nilai yang diharapkam

o Kerja sama dengan teman

o Keberanian dalam melakukan gerak (tidak ragu-ragu)

o Mentaati aturan

o Disiplin

o Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam bermain

E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

P e r t e m u a n 1

(2 x 40 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)

Page 70: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

70

Elaborasi

- Menayangkan video materi pembelajaran (permainan bolabasket)- Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

(alokasi waktu ini sudah memperhitungkan waktu peralihan dari mapel lain)

2. Kegiatan Inti (45 menit)

Melakukan teknik dasar dan kombinasi passing, Menggiring, shooting dan lay - up shoot kearah ring dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan 1 : Melakukan latiahan teknik dasar dan kombinasi menggiring bola sambil berjalan/berlari :

Kolaborasi

Latihan 1) : Menggiring bola sambil berlari lurus ke arah depan dan

berputar

Latihan 2) : Menggiring bola sambil berkelok-kelok atau melewati rintangan.

Page 71: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

71

Kegiatan 2 : Melakukan latiahan teknik dasar dan kombinasi menembak/shooting dua tangan dan satu tangan

Elaborasi

Latihan 1) : Menembak dengan dua tangan tanpa lompat dan lompat

Latihan 2) : Menembak dengan satu tangan sambil melompat

Latihan 3) : Menembak ke ring sambil melompat menggunakan dua tangan atau satu tangan.

Page 72: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

72

Kegiatan 4 : Melakukan latiahan teknik dasar dan kombinasi lay-up shoot

Teknik langka dalam lay-up shoot sebagai berikut :

Latihan 1 : Melakukan lay-up yang awali menggiring bola dilanjutkan dengan lay-up shoot ke ring dilakukan secara bergantian dari berbagai arah.

Latihan 2 : Melakukan lay-up dari tiga arah bergantian (arah kiri, arah kanan dan arah tengah ring basket) Kolaborasi

Page 73: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

73

Strategi pelaksanaan dengan menggunakan model tugas/penugasan- guru membagikan bahan ajar, yang berisi deskripsi tugas dan indikator tugas

gerak Konfirmasi- siswa mempelajari tugas ajar dan indikator keberhasilannya Elaborasi- siswa memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mencapai ketuntasan

tugas ajar Kolaborasi- siswa melaksanakan tugas ajar sesuai dengan target waktu yang telah

ditentukan sendiri Elaborasi- bagi siswa yang belum mampu mencapai target belajar sesuai dengan alokasi

waktunya, maka mereka diberi kesempatan untuk memperbaiki target waktu. Konfirmasi

3. Penutup (20 Menit)

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel lain)

P e r t e m u a n 2

(2 x 40 menit)

Page 74: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

74

1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)

- Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

(alokasi waktu ini sudah memperhitungkan waktu peralihan dari mapel lain)

2. Kegiatan Inti (45 menit)

Melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar passing, Menggiring, shooting dan lay - up shoot dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Latihan 1 : Melakukan menggiring bola yang diakhiri dengan lay-up shoot:

Latihan 2 : Melanggkah lay-up shoot dengan merima bola passing dari teman

Page 75: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

75

3. Penutup (20 Menit)

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel lain)

Strategi pelaksanaan dengan menggunakan model tugas/penugasan- guru membagikan bahan ajar, yang berisi deskripsi tugas dan indikator

tugas gerak Elaborasi- siswa mempelajari tugas ajar dan indikator keberhasilannya

Kolaborasi- siswa memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mencapai

ketuntasan tugas ajar Kolaborasi- siswa melaksanakan tugas ajar sesuai dengan target waktu yang telah

ditentukan sendiri Konfirmasi- bagi siswa yang dianggap pemenang adalah siswa yang paling banyak

mengumpulkan angka/skor dalam pertandingan Kolaborasi dan Konfirmasi

3. Penutup (20 Menit)

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel lain)

Page 76: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

76

F. Sumber Belajar

- Ruang terbuka/lapangan bola basket- Bola basket- Buku teks- Video Pembelajaran - LCD

G. Penilaian

1. Teknik Penilaian

- Tes unujk kerja (Psikomotor) :

Lakukan berbagai lemparan, menggiring, menembak serta variasi dan kombinasi, bentuk penyerangan , bentuk bertahan, cara mencetak angka dan koordinasi gerakan satu tim bermain bola basket.

Keterangan :

Berikan penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4.

Jumlah Skor yang diproleh Nilai = ---------------------------------- x 50 Jumlah skor maksimal

- Pengamatan sikap ( afektif ) :

Memainkan permainan bola basket dengan peraturan yang telah dimodifikasi , kerjasama dengan kelompok, taat pada aturan, semangat, menunjukkan perilaku sportif.

Keterangan :

Berikan tanda cek (√) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta ujian menunjukkan atau menampilkan perilaku yang diharapkan. Tiap perilaku yang (√) mendapat nilai 1 .

Page 77: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

77

Jumlah Skor yang diproleh Nilai = ---------------------------------- x 30 Jumlah skor maksimal

- Kuis/ embedded test (kognitif) :

Jawab secara lisan atau peragakan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep gerak dalam permainan bola baske

Keterangan :

Berikan penilaian terhadap kualitas jawaban peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4

Jumlah Skor yang diproleh Nilai = ---------------------------------- x 20 Jumlah skor maksimal

- Nilai Akhir Yang diproleh siswa =

2 Rubrik Penilaian :

RUBRIK PENILAIANUNJUK KERJA KEMAMPUAN BERMAINAN BOLA BASKET

Nilai tes unjuk kerja +Nilai Sikap + Nilai Kognitif

Page 78: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

78

Aspek yang dinilaiSkor

1 2 3 4

1. Teknik pelaksanaan benar dan bola masuk

kedalam ring basket

2. Teknik pelaksanaan benar tetapi bola tidak masuk

kedalam ring basket

3. Teknik pelaksanaan kurang baik namun bola

masuk kedalam ring basket

4. Teknik pelaksanaan kurang benar dan bola tidak

masuk kedalam ring basket

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 20

Keterangan: Setiap siswa diberikan kesempatan sampai 5 kali

RUBRIK PENILAIANPRILAKU (AFEKSI) PADA PERMAINAN BOLA BASKET

PERILAKU YANG HARAPKANSkor

Ya (1) Tidak (0)

1. Bekerja sama dengan teman

2. Keberanian dalam melakukan gerakan (tadak ragu-

ragu)

3. Menaati Peraturan

4. Disiplin

Page 79: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

79

5. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam

bermain

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 10

RUBRIK PENILAIAN

PENGETAHUAN (KOGNITIF) DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Pertanyaan yang diajukan Kualitas Jawaban

Page 80: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

80

1 2 3 4 5

1. Jelaskan Pengertian Permainan Bola Basket

2. Jelaskan pengertian Lay up

3. Jelaskan cara melakukan lay up shoot dalam

permaian bola basket.

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 10

Galung, 6 Januari 2016

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 3 Barru Guru Mata Pelajaran

Drs. MUHAMMAD TALHA,M.Pd JUHAENI, S.PdNIP. 19621110198403 1 015 NIP.19660808198803 1 022

Lampiran 5.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )SIKLUS II

Page 81: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

81

Sekolah : SMP Neg. 3 Barru

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Kelas/Semester : VIII / 2 (Genap )

Alokasi Waktu : 2 x 2 x 40 menit (2 x pertemuan )

Standar Kompetensi

Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, dan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar

Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan

olahraga beregu bola besar lanjutan dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi,

percaya dini, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan.

Indikator

Psikomotor

Melakukan teknik dasar dengan koordinasi yang baik ( menggiring/drible, lay up

shoot)

Melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar dan koordinasi yang baik

(menggiring/drible, lay up shoot)

Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi.

Kognitif

Memahami Pengertian lay up shoot dalam permainan bola basket.

Memahami tekik pelaksanaan lay up shoot pada permainan bola basket.

Afektif

Melakukan kerjasama, toleransi, percaya diri, menghargai lawan, bersedia berbagi

tempat dan peralatan.

Page 82: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

82

Keseriusan mengikuti pelajaran (semangat)

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat melakukan teknik dasar dan kombinasi teknik dasar menggiring,

shooting dan lay - up shoot

2. Siswa dapat melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar, Menggiring,

shooting dan lay - up shoot

3. Siswa dapat bermain bola basket dengan peraturan yang dimodifikasi.

B. Materi Pembelajaran

Permainan Bola Basket :

Teknik dasar menggiring/drible

Teknik dasa langkah kaki.

Teknik dasar lay –up shoo

C. Metode Pembelajaran

o Penugasan

o resiprokal/timbal-balik

D. Nilai yang diharapkam

o Kerja sama dengan teman

o Keberanian dalam melakukan gerak (tidak ragu-ragu)

o Mentaati aturan

o Disiplin

o Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam bermain

E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Page 83: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

83

P e r t e m u a n 1(2 x 40 menit)

1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)

Elaborasi

- Menayangkan video materi pembelajaran (permainan bolabasket)- Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

(alokasi waktu ini sudah memperhitungkan waktu peralihan dari mapel lain)

2. Kegiatan Inti (45 menit)

Melakukan teknik dasar dan kombinasi passing, Menggiring, shooting dan lay - up shoot kearah ring dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan 1 : Melakukan latiahan teknik dasar dan kombinasi menggiring bola sambil berjalan/berlari :

Kolaborasi

Latihan 1) : Menggiring bola sambil berlari lurus ke arah depan dan

berputar

Latihan 2) : Menggiring bola sambil berkelok-kelok atau melewati

rintangan.

Page 84: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

84

Kegiatan 2 : Melakukan latiahan teknik dasar dan kombinasi menembak/shooting dua tangan dan satu tangan

Elaborasi

Latihan 1) : Menembak dengan dua tangan tanpa lompat dan lompat

Latihan 2) : Menembak dengan satu tangan sambil melompat

Latihan 3) : Menembak ke ring sambil melompat menggunakan

dua tangan atau satu tangan.

Page 85: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

85

Kegiatan 4 : Melakukan latiahan teknik dasar dan kombinasi lay-up shoot

Teknik langka dalam lay-up shoot sebagai berikut :

Latihan 1 : Melakukan lay-up yang awali menggiring bola dilanjutkan dengan lay-up shoot ke ring dilakukan secara bergantian dari berbagai arah.

Latihan 2 : Melakukan lay-up dari tiga arah bergantian (arah kiri, arah kanan dan arah tengah ring basket) Kolaborasi

Page 86: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

86

Strategi pelaksanaan dengan menggunakan model tugas/penugasan- guru membagikan bahan ajar, yang berisi deskripsi tugas dan indikator tugas

gerak Konfirmasi- siswa mempelajari tugas ajar dan indikator keberhasilannya Elaborasi- siswa memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mencapai ketuntasan

tugas ajar Kolaborasi- siswa melaksanakan tugas ajar sesuai dengan target waktu yang telah

ditentukan sendiri Elaborasi- bagi siswa yang belum mampu mencapai target belajar sesuai dengan alokasi

waktunya, maka mereka diberi kesempatan untuk memperbaiki target waktu. Konfirmasi

3. Penutup (20 Menit)

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel lain)

P e r t e m u a n 2

(2 x 40 menit)

Page 87: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

87

1. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)

- Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

(alokasi waktu ini sudah memperhitungkan waktu peralihan dari mapel lain)

2. Kegiatan Inti (45 menit)

Melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar passing, Menggiring, shooting dan lay - up shoot dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Latihan 1 : Melakukan menggiring bola yang diakhiri dengan lay-up shoot:

Latihan 2 : Melanggkah lay-up shoot dengan merima bola passing dari teman

Page 88: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

88

3. Penutup (20 Menit)

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel lain)

Strategi pelaksanaan dengan menggunakan model tugas/penugasan- guru membagikan bahan ajar, yang berisi deskripsi tugas dan indikator

tugas gerak Elaborasi- siswa mempelajari tugas ajar dan indikator keberhasilannya

Kolaborasi- siswa memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mencapai

ketuntasan tugas ajar Kolaborasi- siswa melaksanakan tugas ajar sesuai dengan target waktu yang telah

ditentukan sendiri Konfirmasi- bagi siswa yang dianggap pemenang adalah siswa yang paling banyak

mengumpulkan angka/skor dalam pertandingan Kolaborasi dan Konfirmasi

3. Penutup (20 Menit)

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (alokasi waktu ini sudah memperhitungkan persiapan mengikuti mapel lain)

Page 89: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

89

F. Sumber Belajar

- Ruang terbuka/lapangan bola basket- Bola basket- Buku teks- Video Pembelajaran - LCD

G. Penilaian

1. Teknik Penilaian

- Tes unujk kerja (Psikomotor) :

Lakukan berbagai lemparan, menggiring, menembak serta variasi dan kombinasi, bentuk penyerangan , bentuk bertahan, cara mencetak angka dan koordinasi gerakan satu tim bermain bola basket.

Keterangan :

Berikan penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4.

Jumlah Skor yang diproleh Nilai = ---------------------------------- x 50 Jumlah skor maksimal

- Pengamatan sikap ( afektif ) :

Memainkan permainan bola basket dengan peraturan yang telah dimodifikasi , kerjasama dengan kelompok, taat pada aturan, semangat, menunjukkan perilaku sportif.

Page 90: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

90

Keterangan :

Berikan tanda cek (√) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta ujian menunjukkan atau menampilkan perilaku yang diharapkan. Tiap perilaku yang (√) mendapat nilai 1 .

Jumlah Skor yang diproleh Nilai = ---------------------------------- x 30 Jumlah skor maksimal

- Kuis/ embedded test (kognitif) :

Jawab secara lisan atau peragakan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep gerak dalam permainan bola baske

Keterangan :

Berikan penilaian terhadap kualitas jawaban peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4

Jumlah Skor yang diproleh Nilai = ---------------------------------- x 20 Jumlah skor maksimal

- Nilai Akhir Yang diproleh siswa =

2 Rubrik Penilaian :

RUBRIK PENILAIANUNJUK KERJA KEMAMPUAN BERMAINAN BOLA BASKET

Aspek yang dinilai Skor

Nilai tes unjuk kerja +Nilai Sikap + Nilai Kognitif

Page 91: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

91

1 2 3 4

5. Teknik pelaksanaan benar dan bola masuk kedalam ring basket

6. Teknik pelaksanaan benar tetapi bola tidak masuk kedalam ring basket

7. Teknik pelaksanaan kurang baik namun bola masuk kedalam ring basket

8. Teknik pelaksanaan kurang benar dan bola tidak masuk kedalam ring basket

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 20

Keterangan: Setiap siswa diberikan kesempatan sampai 5 kali

RUBRIK PENILAIANPRILAKU (AFEKSI) PADA PERMAINAN BOLA BASKET

PERILAKU YANG HARAPKANSkor

Ya (2) Tidak (1)

6. Bekerja sama dengan teman7. Keberanian dalam melakukan gerakan

(tadak ragu-ragu)8. Menaati Peraturan9. Disiplin10. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh

dalam bermainJUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 10

RUBRIK PENILAIAN

PENGETAHUAN (KOGNITIF) DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Pertanyaan yang diajukan Kualitas Jawaban

Page 92: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

92

1 2 3 4 5

4. Jelaskan Pengertian Permainan Bola Basket5. Jelaskan pengertian Lay up6. Jelaskan cara melakukan lay up shoot dalam

permaian bola basket.

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 10

Galung, 6 Januari 2016

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 3 Barru Guru Mata Pelajaran

Drs. MUHAMMAD TALHA,M.Pd JUHAENI, S.PdNIP. 19621110198403 1 015 NIP.19660808198803 1 022

Lampiran 6.LEMBAR KRITERIA PENILAIAN PSIKOMOTOR

Page 93: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

93

PRAKTEK

NO Nama siswaUmpan dada(lay up shoot)

SKORBS(4)

B(3)

C(2)

K(1)

Keterangan :

Sangat Baik (BS) mendapat point 4 yaitu : Teknik pelaksanaan benar dan bola masuk kedalam ring basket

Baik (B) mendapat point 3 yaitu : Teknik pelaksanaan benar tetapi bola tidak masuk kedalam ring basket

Cukup (C) mendapat point 3 yaitu : Teknik pelaksanaan kurang baik namun bola masuk kedalam ring basket

Kurang (K) mendapat point 1 yaitu : Teknik pelaksanaan kurang benar dan bola tidak masuk kedalam ring basket

Lampiran 7SOAL-SOAL LATIHAN

Nilai

Page 94: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

94

SIKLUS I

Nama Sekolah : Mata pelajaran : P J O K

Nama/No.Absen : Hari, Tanggal :

Kelas : Waktu :

A. Berilah tanda (x) silang pada jawaban yang benar

1. Penemu permainan bolabasket adalah…………..a. James Naismithb. James redrugesc. Alan Smitchd. Ricardo

2. Permainan bolabasket berasal dari Negara……………..a. Inggris b. Belandac. Amerika serikatd. Norwegia

3. Panjang lapangan pernainan bolabasket……………..a. 26 mb. 24 mc. 25 md. 28 m

4. Lama permainan dalam permainan bolabasket………a. 2 x 45 menitb. 2 x 30 menitc. 2 x 20 menitd. 2 x 40 menit

5. Berat bola ukuran standar nasional permainan bolabasket adalah……a. 500 – 550 gramb. 550 – 600 gramc. 600 – 650 gramd. 650 – 700 gram

6. Lay up shoot dalam permainan bola basket adalah …………a. Umpan silang

Page 95: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

95

b. Shoot langsung ke ringc. Mendrible bolad. Meletakkan bola ke dalam ring dengan berlari 2 langkah

7. Induk organisasi bolabasket di Indonesia adalah….a. PERBASIb. PSSIc. PBVSId. PASI

8. Lay up shoot adalah istilah dalam permainan…………..a. sepakbolab. bolavolic. bolabasketd. sepak takraw

9. Persatuan Bolabasket Internasional adalah…………a. FIFAb. FIBAc. FBId. IBF

10. Jumlah pemain dalam permainan Bolabasket adalah………..a. 6 orangb. 11 orangc. 2 orangd. 5 orang

Kunci Jawaban :

A. Pilihan Ganda

1. a. James Naismith

2. c. Amerika Serikat

3. d. 28 m

4. c. 2 x 20 menit

5. c. 600 – 650 gram

6. d. Meletakkan bola ke dalam ring dengan berlari 2 langkah

7. a. PERBASI

8. c. Bolabasket

Page 96: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

96

9. b. FIBA

10. d. 5 orang

Lampiran 8.

LEMBAR KRITERIA PENILAIAN AFEKTIF

Page 97: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

97

PERILAKU DALAM PERMAINAN BOLABASKET

SIKLUS I

PERILAKU YANG DIHARAPKAN

CEK (√ )

Ya

(2)

Tidak

(1)

11. Bekerja sama dengan teman

12. Keberanian dalam melakukan gerakan (tadak

ragu-ragu)

13. Menaati Peraturan

14. Disiplin

15. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam

bermain

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 10

Lampiran 9.Nilai

Page 98: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

98

SOAL-SOAL LATIHAN

SIKLUS II

Nama Sekolah : Mata pelajaran : P J O K

Nama/No.Absen : Hari, Tanggal :

Kelas : Waktu :

1. Tujuan permainan bolabasket adalah…………..

a. Memasukkan bola ke ring lawan

b. Menjaga daerah pertahanan

c. Menunjukkan teknik yang indah

d. Menghalangi pergerakan lawan

2. Jumlah pemain dalam pernainan bolabasket……………..

a. 6

b. 5

c. 4

d. 7

3. Istilah lay up merupakan istilah untuk………

a. Mengoper bola

b. Tembakan melayang

c. Menggiring bola

d. Melemparkan bola

4. Berat bola ukuran standar nasional permainan bolabasket adalah……

a. 500 – 550 gram

b. 550 – 600 gram

c. 600 – 650 gram

d. 650 – 700 gram

5. Lay up shoot dalam permainan bola basket adalah …………

Page 99: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

99

a. Umpan silang

b. Shoot langsung ke ring

c. Mendrible bola

d. Meletakkan bola ke dalam ring dengan berlari 2 langkah

6. Induk organisasi bolabasket di Indonesia adalah….

a. PERBASI

b. PSSI

c. PBVSI

d. PASI

7. Lay up shoot adalah istilah dalam permainan…………..

a. sepakbola

b. bolavoli

c. bolabasket

d. sepak takraw

8. Persatuan Bolabasket Internasional adalah…………

a. FIFA

b. FIBA

c. FBI

d. IBF

9. Jumlah pemain dalam permainan Bolabasket adalah………..a. 6 orangb. 11 orangc. 2 orangd. 5 orang

10. Lama permainan dalam permainan bolabasket………a. 2 x 45 menitb. 2 x 30 menitc. 2 x 20 menitd. 2 x 40 menit

Kunci Jawaban :

Page 100: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

100

1. a. Memasukkan bola ke ring lawan

2. b. 5

3. b. Mengoper bola

4. c. 600 – 650 gram

5. d. Meletakkan bola ke dalam ring dengan berlari 2 langkah

6. a. PERBASI

7. c. Bolabasket

8. b. FIBA

9. d. 5 orang

10. c. 2 x 20 menit

Page 101: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

101

Lampiran 10.

LEMBAR KRITERIA PENILAIAN AFEKTIF

PERILAKU DALAM PERMAINAN BOLABASKET

SIKLUS II

PERILAKU YANG DIHARAPKAN

CEK (√ )

Ya

(2)

Tidak

(1)

1. Bekerja sama dengan teman

2. Keberanian dalam melakukan gerakan (tadak ragu-ragu)

3. Menaati Peraturan

4. Disiplin

5. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam bermain

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL : 10

Page 102: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

102

Lampiran 11.

PEDOMAN PENSKORAN PENILAIAN PSIKOMOTOR

TES SIKLUS I DAN SIKLUS II

No Kriteria Keterangan1. Sikap awal :

1) Berdiri tegak

2) Kedua kaki sejajar

3) Kedua kaki dibuka

selebar dengan bahu

Nilai 4 : Siswa dapat melakukan

teknik gerakan dengan sempurna

Nilai 3 : siswa dapat melakukan 2

gerakan dengan benar

Nilai 2 : siswa dapat melakukan 1

gerakan dengan benar

Nilai 1 : siswa tidak dapat

melakukan gerakan dengan benar

2. Gerakan kaki :

1) Salah satu kaki di depan

2) Berlari dengan sikap kaki

jinjit

3) Luruskan lutut saat

mendorong bola

Nilai 4 : Siswa dapat melakukan

teknik gerakan dengan sempurna

Nilai 3 : siswa dapat melakukan 2

gerakan dengan benar

Nilai 2 : siswa dapat melakukan 1

gerakan dengan benar

Nilai 1 : siswa tidak dapat

melakukan gerakan dengan benar

3. Gerakan tangan :

1) Bola dipegang dengan

kedua tangan dengan jari-

jari tangan

2) Memegang bola sejajar

dada

Nilai 4 : Siswa dapat melakukan

teknik gerakan dengan sempurna

Nilai 3 : siswa dapat melakukan 2

gerakan dengan benar

Nilai 2 : siswa dapat melakukan 1

gerakan dengan benar

Page 103: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

103

3) Mendorong bola dengan

melecutkan kedua tangan

Nilai 1 : siswa tidak dapat

melakukan gerakan dengan benar

4. Sikap akhir :

1) Badan condong kedepan

2) Berat badan berada pada

kaki bagian depan

3) Pandangan kering

Nilai 4 : Siswa dapat melakukan

teknik gerakan dengan sempurna

Nilai 3 : siswa dapat melakukan 2

gerakan dengan benar

Nilai 2 : siswa dapat melakukan 1

gerakan dengan benar

Nilai 1 : siswa tidak dapat

melakukan gerakan dengan benar

Page 104: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

104

Lampiran 12.

PEDOMAN PENSKORAN PENILAIAN KOGNITIFTES SIKLUS I DAN SIKLUS II

A. Pedoman penskoran Pilihan Ganda

No Keterangan Bobot

1.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

2.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

3.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

4.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

5.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

6.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

7.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

8.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

9.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

10.Jika siswa menjawab benar

Jika siswa menjawab salah

1

0

Page 105: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

105

Lampiran 13. Nilai Kognitif Siklus I

NO Nama Siswa

Nomor soal Jumlah

Nilai Kognitif

Soal Pilhan Ganda Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 201 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Adriansyah 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6 6/10 x 20 = 122 Alfyan Saputra 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 163 Efa Nursafila 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 7/10 x 20 = 144 Erni Ardita 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 7 7/10 x 20 = 145 Hakim 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 8/10 x 20 = 166 Haslindah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 8/10 x 20 = 167 Masniar 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 7/10 x 20 = 148 Muh. Asri 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7 7/10 x 20 = 149 Muhammad Fajrul 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 1610 Muhammad Saiful 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 7/10 x 20 = 1411 Musnandar 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 5 5/10 x 20 = 1012 Nurnajmi Fadriah 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 8 8/10 x 20 = 1613 Rabial Al Adawiah 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 1614 Rahmad Efendi 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 5 5/10 x 20 = 1015 Sukma 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 7 7/10 x 20 = 1416 Safira 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7 7/10 x 20 = 1417 Salma Santi 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 6/10 x 20 = 1218 Salsa Febrianti 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 7/10 x 20 = 1419 Sartono 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6 6/10 x 20 = 1220 Sulfiana 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 5 5/10 x 20 = 1021 Wahyuni 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 4/10 x 20 = 822 Ahmad Irfan 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 8/10 x 20 = 1623 Asdar 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 6 6/10 x 20 = 1224 Aswan 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 5 5/10 x 20 = 10

Page 106: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

106

Lampiran 14.

Nilai Afektif Siklus I

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Jumlah

Afektif = Nilai yang

diperoleh/skor maksimal x 30

Kerja sama

Keteli

Tian

disiplin

Taat Peratura

n

Sungguh-

sungguh

1 Adriansyah 2 2 1 1 1 8 8/10 x 30= 242 Alfyan Saputra 2 1 1 1 2 7 8/10 x 30= 213 Efa Nursafila 1 2 1 1 2 7 7/10 x 30= 214 Erni Ardita 1 1 1 1 2 5 5/10 x 30= 155 Hakim 1 1 1 2 2 7 7/10 x 30= 216 Haslindah 2 1 1 1 2 7 7/10 x 30= 217 Masniar 2 2 2 1 1 8 8/10 x 30= 248 Muh. Asri 1 2 1 2 2 8 7/10 x 30= 249 Muhammad Fajrul 2 2 1 1 2 8 8/10 x 30= 2410 Muhammad Saiful 2 1 1 1 1 6 6/10 x 30= 1811 Musnandar 2 1 1 1 2 7 7/10 x 30= 2112 Nurnajmi Fadriah 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2413 Rabial Al A 1 2 2 2 2 9 9/10 x 30= 2714 Rahmad Efendi 2 1 1 2 1 7 7/10 x 30= 2115 Sukma 2 1 1 2 2 7 7/10 x 30= 2116 Safira 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2417 Salma Santi 2 1 1 1 2 7 7/10 x 30= 2118 Salsa Febrianti 1 2 1 2 1 7 7/10 x 30= 2119 Sartono 2 2 1 2 1 8 8/10 x 30= 2420 Sulfiana 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2421 Wahyuni 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2422 Ahmad Irfan 2 1 1 1 1 6 6/10 x 30= 1823 Asdar 1 1 1 1 1 5 5/10 x 30= 1524 Aswan 2 1 1 2 2 8 8/10 x 30= 24

Page 107: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

107

Lampiran 15.

Nilai Psikomotrik Siklus I

No Nama Siswa

Lay up shoot

Jumlah

Psikomotorik= nilai yang

diperoleh/skor maksimal x 50

G.1 G.2 G.3 G.4

1 Adriansyah 3 3 2 3 11 11/16 x 50= 342 Alfyan Saputra 3 2 2 2 9 9/16 x 50= 283 Efa Nursafila 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 414 Erni Ardita 2 2 2 2 8 8/16 x 50= 255 Hakim 3 3 3 2 11 11/16 x 50= 346 Haslindah 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 447 Masniar 3 3 2 3 11 11/16 x 50= 348 Muh. Asri 3 3 3 2 11 11/16 x 50= 349 Muhammad Fajrul 3 2 2 3 10 10/16 x 50= 3110 Muhammad Saiful 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 3811 Musnandar 3 2 4 3 12 12/16 x 50= 3812 Nurnajmi Fadriah 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 3813 Rabial Al Adawiah 4 3 3 4 14 14/16 x 50= 4414 Rahmad Efendi 3 2 3 3 11 11/16 x 50= 3415 Sukma 3 2 2 3 10 10/16 x 50= 3116 Safira 4 2 2 3 11 11/16 x 50= 3417 Salma Santi 4 3 3 4 14 14/16 x 50= 4418 Salsa Febrianti 3 2 3 3 11 11/16 x 50= 3419 Sartono 3 3 2 3 11 11/16 x 50= 3420 Sulfiana 4 3 2 3 12 12/16 x 50= 3821 Wahyuni 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 4122 Ahmad Irfan 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 4123 Asdar 2 2 2 2 8 8/16 x 50= 2524 Aswan 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 38Keterangan :

G1 = sikap awalG2 = gerakan kakiG3= gerakan TanganG4= sikap akhir

Page 108: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

108

Lampiran 16.

REKAPITULASI SIKLUS I HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLABASKET MELALUI PERMAINAN KOMBINASI LAY

UP SHOOT PADA SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 3 BARRU

NO NAMA SISWA

PENILAIANJMLHP + A + K

PSIKOMOTOR = Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 50

AFEKTIF = Nilai yang

diperoleh/skor maksimal x 30

KOGNITIF = Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 20

1. Adriansyah 11/16 x 50= 34 8/10 x 30= 24 6/10 x 20= 12 702. Alfyan Saputra 9/16 x 50= 28 7/10 x 30= 21 8/10 x 20= 16 653. Efa Nursafila 13/16 x 50= 41 7/10 x 30= 21 7/10 x 20= 14 724. Erni Ardita 8/16 x 50= 25 5/10 x 30= 15 7/10 x 20= 14 545. Hakim 11/16 x 50= 34 7/10 x 30= 21 8/10 x 20= 16 716. Haslindah 14/16 x 50= 44 7/10 x 30= 21 8/10 x 20= 16 877. Masniar 11/16 x 50= 34 8/10 x 30= 24 7/10 x 20= 14 728. Muh. Asri 11/16 x 50= 34 8/10 x 30= 24 7/10 x 20= 14 729. Muhammad F 10/16 x 50= 31 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 7110. Muhammad S 12/16 x 50= 38 6/10 x 30= 18 7/10 x 20= 14 7011. Musnandar 12/16 x 50= 38 7/10 x 30= 21 5/10 x 20= 10 6912. Nurnajmi F 12/16 x 50= 38 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 7813. Rabial Al Adawiah 14/16 x 50= 44 9/10 x 30= 27 8/10 x 20= 16 8714. Rahmad Efendi 11/16 x 50= 34 7/10 x 30= 21 5/10 x 20= 10 6415. Sukma 10/16 x 50= 31 7/10 x 30= 21 7/10 x 20= 14 6616. Safira 11/16 x 50= 34 8/10 x 30= 24 7/10 x 20= 14 7117. Salma Santi 14/16 x 50= 44 7/10 x 30= 21 6/10 x 20= 12 7718. Salsa Febrianti 11/16 x 50= 34 7/10 x 30= 21 7/10 x 20= 14 6919. Sartono 11/16 x 50= 34 8/10 x 30= 24 6/10 x 20= 12 7020. Sulfiana 12/16 x 50= 38 8/10 x 30= 24 5/10 x 20= 10 6221. Wahyuni 13/16 x 50= 41 8/10 x 30= 24 4/10 x 20= 8 7322. Ahmad Irfan 13/16 x 50= 41 6/10 x 30= 18 8/10 x 20= 16 7523. Asdar 8/16 x 50= 25 5/10 x 30= 15 6/10 x 20= 12 5224. Aswan 12/16 x 50= 38 8/10 x 30= 24 5/10 x 20= 10 72

JUMLAH 1689RATA-RATA 71

NILAI MAKSIMUM 87NILAI MINIMUM 52

Page 109: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

109

Lampiran 17. Nilai Kognitif Siklus II

NO Nama Siswa

Nomor soal Jumlah Nilai Kognitif

Soal Pilhan Ganda Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 201 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Adriansyah 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 16

2 Alfyan Saputra 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 16

3 Efa Nursafila 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 9/10 x 20 = 18

4 Erni Ardita 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 9/10 x 20 = 18

5 Hakim 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 8/10 x 20 = 16

6 Haslindah 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 9/10 x 20 = 18

7 Masniar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 9/10 x 20 = 18

8 Muh. Asri 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 9/10 x 20 = 18

9 Muhammad Fajrul 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 16

10 Muhammad Saiful 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 7/10 x 20 = 14

11 Musnandar 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 8/10 x 20 = 16

12 Nurnajmi Fadriah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 9/10 x 20 = 18

13 Rabial Al Adawiah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 16

14 Rahmad Efendi 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 7/10 x 20 = 14

15 Sukma 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 8/10 x 20 = 16

16 Safira 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 8/10 x 20 = 16

17 Salma Santi 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 9/10 x 20 = 18

18 Salsa Febrianti 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 7/10 x 20 = 14

19 Sartono 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 8/10 x 20 = 16

20 Sulfiana 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 8/10 x 20 = 16

21 Wahyuni 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 8/10 x 20 = 16

22 Ahmad Irfan 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 9 9/10 x 20 = 18

23 Asdar 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 16

24 Aswan 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 8/10 x 20 = 16Lampiran 18.

Page 110: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

110

Nilai Afektif Siklus II

No Nama Siswa Aspek yang dinilai Jumlah

Afektif = Nilai yang

diperoleh/skor maksimal x 30

Kerja sama

KeteliTian

disiplin

Taat Peratura

n

Sungguh-

sungguh

1 Adriansyah 2 2 1 2 1 8 8/10 x 30= 242 Alfyan Saputra 2 1 1 2 2 8 8/10 x 30= 243 Efa Nursafila 1 2 1 2 2 8 8/10 x 30= 24

4 Erni Ardita 1 2 1 2 2 8 8/10 x 30= 245 Hakim 1 1 1 2 2 7 7/10 x 30= 216 Haslindah 2 2 2 1 2 9 9/10 x 30= 277 Masniar 2 2 2 2 1 9 9/10 x 30= 278 Muh. Asri 1 2 1 2 2 8 8/10 x 30= 249 Muhammad Fajrul 2 2 1 1 2 8 8/10 x 30= 24

10 Muhammad Saiful 2 1 1 2 2 8 8/10 x 30= 2411 Musnandar 2 1 1 1 2 7 7/10 x 30= 2112 Nurnajmi Fadriah 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2413 Rabial Al Adawiah 1 2 2 2 2 9 9/10 x 30= 2714 Rahmad Efendi 2 1 1 2 1 7 7/10 x 30= 2115 Sukma 2 1 1 2 2 8 8/10 x 30= 2416 Safira 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2417 Salma Santi 2 1 2 2 2 9 9/10 x 30= 2718 Salsa Febrianti 1 2 2 2 1 8 8/10 x 30= 2419 Sartono 2 2 2 2 1 9 9/10 x 30= 2720 Sulfiana 2 2 2 2 1 9 9/10 x 30= 2721 Wahyuni 2 1 2 2 1 8 8/10 x 30= 2422 Ahmad Irfan 2 2 2 1 2 9 9/10 x 30= 2723 Asdar 1 2 2 1 2 8 8/10 x 30= 2424 Aswan 2 1 1 2 2 8 8/10 x 30= 24

Lampiran 19.

Page 111: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

111

Nilai Psikomotrik Siklus II

No Nama Siswa

Lay up shoot

Jumlah

Psikomotorik= nilai yang

diperoleh/skor maksimal x 50

G.1 G.2 G.3 G.4

1 Adriansyah 4 4 4 3 15 15/16 x 50= 472 Alfyan Saputra 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 413 Efa Nursafila 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 444 Erni Ardita 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 385 Hakim 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 386 Haslindah 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 447 Masniar 3 4 3 3 13 13/16 x 50= 318 Muh. Asri 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 389 Muhammad Fajrul 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 4410 Muhammad Saiful 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 4411 Musnandar 3 3 4 3 13 13/16 x 50= 4112 Nurnajmi Fadriah 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 4413 Rabial Al Adawiah 4 3 3 4 14 14/16 x 50= 4414 Rahmad Efendi 3 4 3 3 13 13/16 x 50= 4115 Sukma 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 4416 Safira 4 2 2 3 11 11/16 x 50= 3417 Salma Santi 4 4 3 4 15 15/16 x 50= 4718 Salsa Febrianti 3 3 3 3 12 12/16 x 50= 3819 Sartono 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 4120 Sulfiana 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 4121 Wahyuni 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 4422 Ahmad Irfan 4 4 4 3 15 15/16 x 50= 4723 Asdar 4 4 3 3 14 14/16 x 50= 4424 Aswan 4 3 3 3 13 13/16 x 50= 41Keterangan :G1 = sikap awalG2 = gerakan kakiG3= gerakan TanganG4= sikap akhir

Page 112: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

112

Lampiran 20.

REKAPITULASI SIKLUS II HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLABASKET MELALUI PERMAINAN KOMBINASI

LAY UP SHOOT PADA SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 3 BARRU

NO NAMA SISWA

PENILAIANJMLHP + A + K

PSIKOMOTOR = Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 50

AFEKTIF = Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 30

KOGNITIF = Nilai yang diperoleh/skor maksimal x 20

1. Adriansyah 15/16 x 50= 47 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 872. Alfyan Saputra 13/16 x 50= 41 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 813. Efa Nursafila 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 9/10 x 20= 18 864. Erni Ardita 12/16 x 50= 38 8/10 x 30= 24 9/10 x 20= 18 805. Hakim 12/16 x 50= 38 7/10 x 30= 21 8/10 x 20= 16 756. Haslindah 14/16 x 50= 44 9/10 x 30= 27 9/10 x 20= 18 897. Masniar 13/16 x 50= 41 9/10 x 30= 27 9/10 x 20= 18 858. Muh. Asri 12/16 x 50= 38 8/10 x 30= 24 9/10 x 20= 18 809. Muhammad F 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 8410. Muhammad S 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 7/10 x 20= 14 8211. Musnandar 13/16 x 50= 41 7/10 x 30= 21 8/10 x 20= 16 7812. Nurnajmi F 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 9/10 x 20= 18 8013. Rabial Al A 14/16 x 50= 44 9/10 x 30= 27 8/10 x 20= 16 9314. Rahmad Efendi 13/16 x 50= 41 7/10 x 30= 21 7/10 x 20= 14 7515. Sukma 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 8416. Safira 11/16 x 50= 34 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 7317. Salma Santi 15/16 x 50= 47 9/10 x 30= 27 9/10 x 20= 18 9118. Salsa Febrianti 12/16 x 50= 38 8/10 x 30= 24 7/10 x 20= 14 7619. Sartono 13/16 x 50= 41 9/10 x 30= 27 8/10 x 20= 16 8420. Sulfiana 13/16 x 50= 41 9/10 x 30= 27 8/10 x 20= 16 7421. Wahyuni 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 8422. Ahmad Irfan 15/16 x 50= 47 9/10 x 30= 27 9/10 x 20= 18 9223. Asdar 14/16 x 50= 44 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 8424. Aswan 13/16 x 50= 41 8/10 x 30= 24 8/10 x 20= 16 81

JUMLAH 1978RATA-RATA 83

NILAI MAKSIMUM 93NILAI MINIMUM 73

Page 113: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

113

Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 114: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

114

Page 115: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

115

Page 116: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

116

Lampiran 22. Izin Penelitian

Page 117: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

117

RIWAYAT HIDUP

Page 118: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5648/1/TESIS JUHAENI.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pendidikan merupakan masalah fundamental bagi suatu bangsa. Suatu bangsa

118

JUHAENI. Anak ketiga dari delapan bersaudara lahir

didesa Galung Kecamatan Barru Kabupaten Barru pada

tanggal 8 Agustus 1966, dari pasangan La Maru dan

Nahnu. Mulai memasuki jenjang pendidikan dasar pada SD

Inpres Barru II pada Tahun 1972 dan tamat pada Tahun

1979. Kemudian melanjutkan pendidikan pada tingkat menengah SMP Negeri1

Barru dari tahun 1979 sampai Tahun 1982. Pada Tahun 1982 melanjutkan

pendidikan di SMA PGRI Barru dan tamat pada Tahun 1985. Pada tahun yang

sama diterima sebagai mahasiswa pada program Diploma Dua IKIP ujung

pandang dengan Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Tahun 2001 telah

menyelesaikan kuliah pada program strata satu dengan jurusan Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Tahun 2014 kembali melanjutkan pendidikan

pada jenjang Strata dua (program magister) dengan jurusan Pendidikan Jasmani

dan Olahraga Universitas Negeri Makassar (UNM) dan selesai pada Tahun 2016.