jatuh geriatri

45
LAPORAN TUTORIAL III MODUL “JATUH” BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI Tutor : dr. Asmaun Nadjamuddin, Sp.RM DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A Sukri Lakowani 1102070090 Agung Dirgantara 1102080103 Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115 L.M Akhiruddin 1102090079 Assafahani Sibua 1102090038 M. Taufik Syarifuddin 1102090010 Fadli 1102090131 Tasia Ma’bud 1102090044 Risda Nurfadila 1102090018 Rismawaty Samonding 1102090096 Andi Fajar Apriani 1102090106 1

Upload: zarah-alifani-dzulhijjah

Post on 28-Nov-2015

806 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

Geriatri

TRANSCRIPT

Page 1: Jatuh Geriatri

LAPORAN TUTORIAL III

MODUL “JATUH”

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI

Tutor : dr. Asmaun Nadjamuddin, Sp.RM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A

Sukri Lakowani 1102070090Agung Dirgantara 1102080103Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115L.M Akhiruddin 1102090079Assafahani Sibua 1102090038M. Taufik Syarifuddin 1102090010Fadli 1102090131Tasia Ma’bud 1102090044Risda Nurfadila 1102090018Rismawaty Samonding 1102090096Andi Fajar Apriani 1102090106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

1

Page 2: Jatuh Geriatri

Skenario 1

Seorang perempuan umur 65 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada pangkal

paha kanan sehingga tidak dapat berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu setelah

jatuh terduduk di kamar mandi pada saat penderita berjalan tertatih-tatih. Sejak 7 tahun terakhir

ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung, dan

rematik. Penderita pernah mengalami serangan stroke 3 tahun lalu.

Kata Sulit

Rematik : Beragam Keluhan nyeri pada sendi (William Heberden) ; berbagai kelainan yg

ditandai oleh peradangan, degenerasi, atau kekacauan metabolik struktur jaringan ikat terutama

sendi dan struktur yg berhubungan, dan disertai oleh rasa nyeri, kekakuan atau pembatasan

gerak

Tertatih – tatih : Cara jalan yang terganggu yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti

perubahan fungsi organ dan penyakit

Kata Kunci

- Perempuan 65 tahun

- Nyeri pada pangkal paha kanan

- 5 hari yang lalu jatuh terduduk di kamar mandi

- Riwayat konsumsi obat Kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung dan rematik

- Riwayat Stroke 3 tahun yang lalu

Analisa Kasus

Usia

Lanjut usia (Lansia) merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada pada usia di

atas 60 tahun. Sedangkan Pasien geriatri adalah pasien berusia lanjut (> 60 tahun) dengan

penyakit majemuk (multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, kondisi sosial

yang bermasalah. Ciri-ciri Pasien Geriatri yaitu memiliki beberapa penyakit

2

Page 3: Jatuh Geriatri

kronis,menurunnya daya cadangan faali, tampilan gejala penyakit tidak khas, tingkat

kemandiriannya berkurang, dan sering disertai dengan masalah nutrisi. Dengan alasan

tersebut, perawatan pasien geriatri berbeda dari pasien dewasa muda. Pendekatan yang

digunakan adalah Pendekatan Paripurna pada Pasien Geriatri (P3G) yang bertujuan dapat

mengidentifikasi dan menilai pasien geriatri untuk tatalaksana dan target terapi yang dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan skenario, pasien berusia 65 tahun dan

memiliki banyak penyalit bawaan, maka dapat didefinisikan pasien termasuk dalam kategori

pasien geriatri.

Tertatih-tatih

Tertatih-taih dapat didefinisikan sebagai gangguan cara berjalan yang disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti faktor visus, keseimbangan dan gangguan pada alat gerak. Dari segi

usia, maka dapat dihubungkan dengan perubahan fisiologis pada pasien. Jika pasien

mempunyai gangguan pada otot dan tulang, maka cara berjalan pasien dapat terganggu

Nyeri pada pangkal paha (femur)

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor trauma dan infeksi. Pada

skenario, terdapat riwayat nyeri pada pangkal paha tepat setelah jatuh terduduk di kamar

mandi. Jatuh dapat didefinisikan sebagai kejadian yang tak diharapkan dimana seseorang

jatuh dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah atau sama tingginya (Masud

Morris 2006)

Maka jika dihubungkan dengan faktor jatuh dan trauma, maka keduanya dapat saling

berhubungan jika ditinjau pada kerusakan pada daerah pangkal paha. Apakah kerusakan

terjadi pada jaringan lunak atau tulang di sekitar paha. Berdasarkan segi morbiditas dan

prevalensi, jatuh merupakan salah satu penyebab terbesar dan utama pada fraktur tulang yang

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit dan lingkungan. (Tinetti 1992). Fraktur

pada kolum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia, diderita oleh

200.000 lebih lansia AS pertahun dan sebagian besat wanita. Namun dapat pula diestimasikan

dengan fraktur pada tulang yang lain seperti tulang iga, humerus dan pelvis. Sedangkan pada

jaringan lunak, dapat menyebabkan perlukaan seperti memar dan keseleo otot (Kane et al

1994)

3

Page 4: Jatuh Geriatri

Nyeri pada pangkal paha juga dapat memberikan penjelasan bahwa persarafan sensoriknya

pada daerah femur masih belum mengalami kerusakan. Sedangkan motoriknya ada

kemungkinan mengalami gangguan karena adanya keluhan tidak dapat berjalan.

Tidak dapat berjalan

Pasien yang tidak dapat berjalan dapat dihubungkan dengan kerusakan anggota gerak pada

daerah kaki, yaitu pada jaringan otot/tulang. Fungsi dari jaringan otot pada alat gerak adalah

sebagai media kontraksi alat gerak, sedangkan jaringan tulang berfungsi sebagai penopang

tubuh dan tempat perlekatan otot. Jika yang mengalami kerusakan adalah jaringan lunak

seperti otot, maka dapat menyebabkan memar dan keseleo, namun kaki masih dapat

digerakkan jika tidak sampai pada tahap robekan.

Sedangkan jika yang mengalami kerusakan adalah daerah tulang, maka dapat menyebabkan

fraktur pada tulang dengan gejala klinis pembengkakan dan ketidak mampuan untuk

menggunakan anggota gerak, yang bisa disebabkan karena nyeri hebat dan keterbatasan

anggota sendi. Pasien yang jatuh terduduk dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otot

maupun tulang yang disebabkan dari cara jatuhnya dan lokalisasi kerusakan, jika kerusakan

dapat mencapai derajat tertentu dan dihubungkan dengan faktor lain yang dapat

menyebabkan kerapuhan pada jaringan, seperti proses menua dan osteoporosis.

Konsumsi Obat-obatan

Pasien mempunyai riwayat konsumsi obat sejak 7 tahun yang lalu karena adanya penyakit

yang diderita. Namun riwayat mengonsumsi obat mempunyai efek lanjutan yang selanjutnya

dapat memperparah penyakit yang diderita. Seperti obat untuk gagal jantung, obat DM seperti

sulfoniurea yamg justru dapat menyebabkan hipoglikemia dan beberapa obat lainnya.

Riwayat Stroke

Penyakit Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang terjadi mendadak akibat pasokan darah

ke suatu bagian otak (karena pembuluh darah yang pecah/hambatan dipembuluh darah)

sehingga peredaran darah ke otak terganggu. kurangnya aliran darah dan oksigen

menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel

saraf di otak sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, penurunan

kesadaran. penyakit stroke banyak dialami oleh orang-orang yang berusia lanjut karena

4

Page 5: Jatuh Geriatri

proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis).

Adanya hambatan pasokan dapat menyebabkan serangan yang dapat menyebabkan

koma/pingsan mendadak.

5

Page 6: Jatuh Geriatri

Pertanyaan1. Perubahan fisiologis apa yang terjadi pada usia lanjut?

2. Faktor resiko apa yang terjadi jika jatuh terduduk?

3. Adakah riwayat konsumsi obat dengan perubahan fisiologis dan riwayat jatuh?

4. Hubungan riwayat penyakit terdahulu dengan keluhan!

5. Jelaskan Penanganan awal dari skala prioritas pada skenario!

6. Langkah diagnosis!

7. Komplikasi yang dapat terjadi akibat jatuh terduduk!

8. Penanganan untuk komplikasi dari segi geriatri!

6

Page 7: Jatuh Geriatri

Jawaban1. Perubahan fisiologis apa yang terjadi pada usia lanjut?

Dengan makin bertambahnya usia seseorang, maka kemungkinan terjadinya

penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organ tubuhnya makin besar. Peneliti

Andres dan Tobin, mengintroduksi hukum 1 % yang menyatakan bahwa fungsi organ

akan menurun sebanyak 1 % setiap tahunnya setelah usia 30 tahun. Walaupun

penelitian Svanborg et al. menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis

seperti diatas, tetapi memang terdapat penurunan fungsional yang nyata setelah usia

70 tahun. Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ pada lansia akan

mempermudah timbulnya penyakit pada organ tersebut (Martono, 2009).

Berbagai perubahan tersebut antara lain (Martono, 2009):

Sistem panca indra

Terdapat perubahan morfologik pada panca indra. Perubahan fungsional yang

bersifat degeneratif ini, memberi manifestasi pada morfologi berbagai organ panca

indra tersebut baik pada fungsi melihat, mendengar, keseimbangan ataupun perasa

dan perabaan. Pada keadaan yang ekstrim dapat bersifat patologik, misalnya terjadi

ekstropion/entropion, ulkus kornea, glaukoma, dan katarak pada mata, sampai

keadaan konfusio akibat penglihatan yang terganggu. Pada telinga, dapat terjadi tuli

konduksi dan sindroma Meniere (keseimbangan).

Sistem kardiovaskuler

Meskipun tanpa disertai adanya penyakit, pada usia lanjut jantung sudah

menunjukkan penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi sekuncup.

Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan jantung dan kemampuan untuk

meningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya pada keadaan latihan/ exercise.

Golongan lansia sering kali kurang merasakan nyeri dibandingkan usia muda dan

gejala awal infark miokard akut seringkali adalah gagal jantung, embolus, hipotensi

atau konfusio.

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada pembuluh darah. Terjadi

penebalan intima (akibat proses aterosklerosis) atau tunika media (akibat proses

menua) yang pada akhirnya menyebabkan kelenturan pembuluh darah tepi meningkat.

7

Page 8: Jatuh Geriatri

Hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah terutama tekanan darah

sistolik, walaupun tekanan diastolik juga sering meningkat sebagai akibat banyak

faktor lain termasuk genetik.

Sistem respirasi

Sistem respirasi sudah mencapai kematangan pertumbuhan pada usia 20-25

tahun, setelah itu mulai menurun fungsinya. Elastisitas paru menurun, kekakuan

dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun. Semua ini mengakibatkan

turunnya rasio ventilasi-perfusi di bagian paru yang tak bebas dan pelebaran gradien

alveolar arteri untuk oksigen. Disamping itu, pada sistem respirasi juga terjadi

penurunan gerak silia di dinding sistem respirasi, penurunan refleks batuk dan refleks

fisiologik lain, yang menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut

pada saluran nafas bawah. Berbagai penurunan morfologik dan fungsional tersebut,

akan mempermudah terjadinya berbagai keadaan patologik diantaranya PPOK

(penyakit paru obstruktif kronis), penyakit infeksi paru akut/ kronis, dan keganasan

pada paru-bronkus.

Sistem endokrinologik

Pada sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar

glukosa puasa normal. Pada lansia juga terjadi penurunan tingkat produksi hormon

tiroid dan tingkat bersihan metabolik tiroid. Pada lansia pria terjadi penurunan respon

RSH terhadap TRH. Pada wanita, terjadi penurunan hormon estrogen pasca

menopause sehingga bisa menimbulkan osteoporosis. Pada usia lebih tua, kejadian

osteoporosis pada pria juga meningkat karena faktor-faktor inaktivitas, asupan

kalsium kurang, pembuatan vitamin D melalui kulit menurun, dan juga faktor

hormonal.

Sistem hematologik

Pola pertumbuhan sel darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP) secara

kualitatif tidak berubah pada penuaan, akan tetapi sumsum tulang secara nyata

mengandung lebih sedikit sel hemopoitik dengan respon terhadap stimuli buatan agak

menurun. Respon regeneratif terhadap hilang darah atau terapi anemia pernisiosa agak

kurang dibanding waktu muda. Rentang hidup SDM tidak berubah akibat proses

menua, juga morfologi tidak menunjukkan perubahan penting. Berbagai jenis anemia

8

Page 9: Jatuh Geriatri

yang sering didapatkan pada usia lanjut antara lain anemia defisiensi besi, anemia

megaloblastik, dan anemia akibat penyakit kronis.

Sistem persendian

Pada sinovial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi,

fibrilasi, dan pembentukan celah dan lekukan di permukaan tulang rawan. Erosi

tulang rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan pembentukan kista di rongga

subkondra dan sumsum tulang. Semua perubahan ini serupa dengan yang terdapat

pada osteoartrosis. Keadaan tersebut baru bisa dikatakan patologik bila terdapat stres

tambahan, misalnya bila terjadi trauma atau pada sendi penanggung beban. Diantara

penyakit sendi yang sering terdapat pada usia lanjut adalah osteoartritis, rematoid

artritis, gout dan pseudogout, artritis monoartikuler senilis dan rematika polimialgia.

Sistem urogenital

Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan, antara lain penebalan kapsula

bowman dan gangguan permeabilitas terhadap solut yang akan difiltrasi, nefron

mengalami penurunan jumlah dan mulai terlihat atrofi. Akan tetapi, fungsi ginjal

secara keseluruhan dalam keadaan istirahat tidak terlihat menurun. Bila terjadi stres

fisik (latihan berat, infeksi, gagal jantung, dan lain-lain) ginjal tidak dapat mengatasi

peningkatan kebutuhan tesebut dan mudah terjadi gagal ginjal. Pada usia lanjut,

kreatinin juga tidak menggambarkan keadaan fungsi ginjal karena jumlah protein

tubuh dalam massa otot (yang merupakan kontributor kadar kreatinin darah) sudah

menurun.

Sistem saraf pusat dan otonom

Terjadi penurunan berat otak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30

sampai 70 tahun. Disamping meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang

kedalamannya. Akan tetapi kelainan ini tidak menimbulkan kelainan patologik yang

berarti. Pada semua sitoplasma sel juga terjadi deposit lipofusin yang sering disebut

sebagai pigmen wear and tear. Yang bersifat patologis adalah adanya degenerasi

pigmen substansia nigra, kekusutan neurofibriler dan pembentukan badan-badan

Hirano. Keadaan ini sesuai dengan proses terjadinya patologi pada sindrom Parkinson

dan demensia tipe Alzeimer. Pada pembuluh darah terjadi penebalan tunika intima

dan tunika media sehingga sering terjadi gangguan vaskularisasi otak yang berakibat

terjadinya TIA, stroke, dan demensia vaskuler. Vaskularisasi yang menurun pada

9

Page 10: Jatuh Geriatri

daerah hipotalamus menyebabkan terjadinya gangguan saraf otonom, disamping

mungkin sebagai akibat pengaruh berkurangnya berbagai neurotransmiter. Penyakit

metabolik seperti diabetes, hipotiroid, dan hipertiroid dapat menyebabkan gangguan

pada susunan saraf tepi, baik yang bersifat otonom atau tidak.

Otot dan tulang

Otot-otot mengalami atrofi karena berkurangnya aktivitas, gangguan

metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, proses berpasangan

(coupling) penulangan yaitu perusakan dan pembentukan tulang melambat, terutama

pembentukannya. Hal ini selain akibat menurunnya aktivitas tubuh, juga akibat

penurunan hormon estrogen (pada wanita), vitamin D (terutama orang yang kurang

terkena sinar matahari) dan beberapa hormon lain seperti kalsitonin dan parathormon.

Tulang-tulang terutama trabekulae menjadi lebih berongga-rongga, mikroarsitektur

berubah dan sering berakibat patah tulang baik akibat benturan ringan maupun

spontan.

Badan Menyeluruh

Pada lansia terjadi penurunan tinggi badan (postur bungkuk karena kifosis),

berat badan menurun, rasio lemak atau BB bersih meningkat, dan air tubuh total juga

menurun.

2. Faktor resiko dan komplikasi apa yang terjadi jika jatuh terduduk?

Jatuh dapat didefinisikan sebagai kejadian yang tak diharapkan dimana seseorang

jatuh dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah atau sama

tingginya (Masud Morris 2006). Faktor resiko dari jatuh terduduk ada beberapa

macam dan merupakan gabungan dari beberapa faktor :

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh

lansia).

- Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung

- Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat

proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah

tertabrak, lalu jatuh.

b. Nyeri kepala dan atau vertigo

10

Page 11: Jatuh Geriatri

c. Hipertensi othostatik :

- Hipovolemia/curah jantung rendah

- Disfunfsi otonom

- Penurunan kembali darah vena ke jantung

- Terlalu lama berbaring

- Pengaruh obat-obat hipotensi

- Hipotensi sesudah makan

d. Obat-obatan

- Diuretik/antihipertensi

- Antidepressan trisiklik

- Sedativa

- Antipsikotik

- Obat-obat hipoglikemik

- Alkohol

e. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit akut seerti :

Kardiovaskuler :

- Aritmia

- Stenosis aorta

- Sinkope sinus carotis

Neurologi :

- TIA

- Stroke

- Serangan kejang

- Parkinson

- Kompressi saraf spinal karena spondilosis

- Penyakit serebellum

f. Idiopatik : tak jelas sebabnya

g. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

- Drop attack (serangan roboh)

- Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba

- Terbakar matahari

Sedangkan dari faktor lingkungan :

11

Page 12: Jatuh Geriatri

- Alat-alat/perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di

bawah

- Tempat tidur/WC yang rendah/jongkok

- Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang

- Lantai yang licin atau basah

- Penerangan yang tidak baik

- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya

Faktor situasional :

- Aktivitas, sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa

seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi dan beberapa kegiatan

olahraga

- Lingkungan, sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga karena

disebabkan tersandung/menabrak perlengkapan rumah tangga

- Penyakit akut, seperti dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh.

Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering

menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akuit, nyeri dada tiba-tiba pada penderita

jantung sistemik dan lain-lain.

Sedangkan komplikasi dari jatuh terduduk, semuanya amat berhubungan dengan

lokasi jatuh, posisi jatuh dan lokalisasi kerusakan. Jika pasien jatuh dalam posisi

terduduk, maka kemungkinan kerusakan berada pada daerah anggota gerak bawah,

yaitu daerah os coccygeus hingga pada daerah paha. Kerusakan tersebut meliputi :

- Perlukaan dan trauma pada jaringan lunak pada daerah bokong dan paha, dapat

menyebabkan memar dan robekan otot

- Patah tulang (fraktur), meliputi fraktur panggul dan fraktur femur

- Nyeri hebat dan deformitas pada daerah panggul dan paha

- Dislokasi

- Anemia dan syok jika menyebabkan perdarahan hebat

- kematian

12

Page 13: Jatuh Geriatri

3. Adakah riwayat konsumsi obat dengan perubahan fisiologis dan riwayat jatuh?

1. Obat Hipertensi

Diuretik : Hipokalemi & nyeri kepala

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan

yang termasuk golongan diuretik adalah Hidroklorotiazid. Efek samping yang

sering dijumpai adalah : hipokalemia dan hiponatremia (kekurang natrium

dalam darah) yang dapat mengakibatkan gejala lemas, hiperurisemia

(peningkatan asam urat dalam darah) dan gangguan lainnya seperti kelemahan

otot, muntah dan pusing. Pada penderita DM, Obat Golongan tiazid juga

dapat menyebabkan hiperglikemia karena mengurangi sekresi insulin.

Alfa blocker : hipotensi ortostatik, pusing, lemah

Beta blocker : bradikardia

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah

diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat-

obatan yang termasuk dalam golongan betabloker adalah : Metoprolol,

Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,

karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam

darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi

penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan

saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

Antagonis Ca : hipotensi , gangguan penglihatan

ACE inhibitor : hipotensi ortostatik, pusing, sesak

2. Obat DM

Insulin : hipoglikemi

Oral : hipoglikemi, vertigo

Sulfonilurea

13

Page 14: Jatuh Geriatri

Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak

makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar dan atau ginjal.

Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme

kompensasi berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang. Selain

itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada oarang tua karena timbul perlahan

tanpa tanda akut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat menimbulkan

disfungsi otak sampai koma. Gejala susunan saraf pusat yang lain berupa

vertigo, konfusio / bingung, ataksia dan sebagainya

3. Obat Rematik

Alopurinol

Alopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar

asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin

oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin,

selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Alopurinol

mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja

sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini

berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa

mengganggu biosintesa purin. Efek sampingnya yaitu Reaksi

hipersensitivitas :ruam makulopapular didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif

dan lesi purpura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis.

Demam, eosinofilia, kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa

mengantuk, sakit kepala dan rasa logam. Pemberian Alopurinol bersama

dengan azatioprin, merkaptopurin atau siklotosfamid, dapat meningkatkan

efek toksik dari obat tersebut. Jangan diberikan bersama-sama dengan garam

besi dan obat diuretik golongan tiazida. Dengan warfarin dapat menghambat

metabolisme obat di hati.

Obat Jantung

β –Bloker : hipotensi, bradikardi, rasa lelah

Penggunaan β –bloker banyak digunakan untuk terapi gagal jantung

kronik. β –bloker bekerja terutama dengan menghambat efek merugikan

dari aktivitas simpatis pada pasien gagal jantung, dan efek ini jauh lebih

menguntungkan dibandingkan efek inotropik negatifnya. Pada gagal

14

Page 15: Jatuh Geriatri

jantung yang mengalami pengaktivan adalah sistem RAA nya yang dapat

menyebabkan hipertrofi miokard melalui efek vasokontriksi perifer hingga

terjadi iskemia miokard. Pemberian β –bloker pada gagal jantung akan

mengurangi kejadian iskemia miokard, mengurangi stimulasi sel-sel

automatik jantung dan efek aritmia lainnya. β –bloker juga menghambat

pelepasan sistem RAA yang dapat menurunkan resiko hipertrofi miokard.

namun pemberian β –bloker harus diberikan dengan dosis rendah dan

ditingkatkan secara perlahan-lahan agar dosis target dan penyesuaian pada

tubuh dapat berjalan. Pemakaian yang tidak sesuai dengan dosis target

dapat berhubungan dengan gejala awal dengan terapi β –bloker dimana

terdapat gejala hipotensi, retensi cairan, bradikardi dan rasa lelah.

4. Hubungan riwayat penyakit terdahulu dengan keluhan!

Kencing manis

Kencing manis dapat didefinisikan sebagai kadar gula yang tinggi dalam urin.

Penyebab dari kencing manis adalah penyakit Diabetes mellitus (DM). Penyakit

diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing

manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa)

dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik.

Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi

dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM). Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah

kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme

glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang

disimpan di dalam hati dan otot. Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak

bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur

sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami

kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam

jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai

komplikasi. Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa

menimbulkan berbagai komplikasi akibat gangguan pembuluh darah. Gangguan bisa

terjadi pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan

15

Page 16: Jatuh Geriatri

penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah

ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).

Gangguan tersebut dapat berakibat dengan faktor penyebab jatuh pada pasien.

Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Hipertensi dapat disebabkan karena adanya gangguan pada curah jantung dan

vaskular perifer. Faktor di atas banyak ditentukan sistem saraf simpatis, parasimpatis,

SRAA dan faktor lokal. Hipertensi yang berlangsung lama dapat menyebabkan sakit

kepala yang intermitten dan kerusakan organ pada jantung, otak dan ginjal.

Penyakit Jantung

Gangguan pada jantung mempunyai banyak faktor dan penyebab. Seperti gagal

jantung dan PJK. Adanya gangguan pada jantung dapat menyebabkan gangguan pada

kontraksi dan curah jantung. Hubungan yang sangat berhubungan dengan faktor jatuh

adalah karena adanya high output dan gangguan kontraksi. High output disebabkan

karena curah jantung yang meningkat namun di atas normal tapi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pada otak, sedangkan gangguan kontraksi disebabkan

karena adanya hipertrofi dinding ventrikel dan ekspansi volume ventrikel jika

gangguan berlangsung lama dan dapat berakibat apoptosis sel jantung dan proliferasi

jaringan ikat. Sehingga distribusi darah dan oksigen dapat terganggu. Kurangnya

distribusi darah dan oksigen dapat berakibat buruk pada organ tubuh khususnya pada

otak, sehingga dapat menyebabkan sinkop dan jatuh mendadak.

Rematik

Rematik dapat didefinisikan sebagai berbagai kelainan yg ditandai oleh peradangan,

degenerasi, atau kekacauan metabolik struktur jaringan ikat terutama sendi dan

struktur yg berhubungan, dan disertai oleh rasa nyeri, kekakuan atau pembatasan

gerak. Rematik banyak dialami oleh orang yang lanjut usia dengan berbagai macam

kelainan. Seperti osteoporosis, osteoarthritis, rematoid artritis, gout dan pseudogout.

Adanya gangguan-gangguan tersebut dapat menyebabkan Sakit / nyeri hilang timbul,

Nyeri setelah melakukan suatu aktifitas, rasa kaku pada persendian, dan Kelemahan

otot / tulang. Akibatnya pasien sulit berjalan dan tertatih-tatih dan mempunyai resiko

jatuh jika cara berjalan kurang baik.

16

Page 17: Jatuh Geriatri

5. Penatalaksanaan skala prioritas pada penderita!

Penatalaksanaan awal

Skala Prioritas

1. Nyeri

paracetamol 500 mg/ hr dosis max 3000 mg

kodein 10 mg

Pantau perkembangan nyeri dengan VAS ( visual analgesik scale)

Tahapan pemberian anlgesik pada lansia :

a. analgesik

b. analgesik + opioid tinggi

c. analgesik + opioid tinggi + anti anxietas

2. Fraktur

Terapi operatif pada FRAKTUR-nya. Terapi operatif hampir selalu dilakukan

pada penderita fraktur leher femur baik orang dewasa muda maupun pada orang

tua karena :

Perlu reduksi yang akurat dan stabil

Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi

Tindakan operatif : dilakukan pemasangan prostesis Moore.

3. Osteoporosis

Untuk nyeri tulang yang disebabkan oleh osteoporosis, prinsip pengobatannya

adalah:

Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obat yang dapat meningkatkan

pembentukan tulang adalah:Na-flurida dan steroid anabolic.

Menghambat resorbsi tulang,obat-obat yang dapat menghambat resorbsi

tulang adalah; kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat. Disamping itu

juga diberikan obat anti nyeri.

17

Page 18: Jatuh Geriatri

4. Diabetes

Obat Diabetik Oral:

a. Biguanide : metformin

b. Alpha- glucoside inhibitor

c. PPAR- gamma agonis/thiazolidinedions: pioglitazon

d. Sulphonylureas

5. Hipertensi dan Jantung

Diet Jantung I-IV ( 835 – 2023 kkal)

Diet rendah garam (untuk hipertensi)

Medika mentosa

a. ACE inhibitors : Catopril

b. Angiotensin II receptor blockers :

c. Beta-blockers: propanolol,asebutolol

d. Calcium antagonists : Dihidropitridin (Nifedipin), Benzodtiazepin

(Diltiazem), Difenalkilamin (Verapamil)

e. Central Sympatolitic : methyldopa,clonidine

f. Direct vasodilators : Hydrolazine, Na-Nitroprusside)

g. Diuretics: Thiazide (Hydrochlorothiazide, Chlorthalidon,Indapamide),

Loop (Furosemide,Bumetadine), K sparing (spirolactone, amilorita)

18

Page 19: Jatuh Geriatri

Rekomendasi untuk Hipertensi dengan komplikasi penyakit lain

DM: ACE-I

Dislipidemia : α bloker

Isolated sistolik HT : Diuretik, Ca++ antagonis

Osteoporosis: Thiazide

6. Rematik

Dukungan psikologis

Istirahat

Medika mentosa:

Penggunaan asetaminofen (hingga 4 g/hari).

NSAID oral selektif dan non-selektif COX-2 yang digunakan dengan dosis

terendah yang efektif untuk penanganan OA, dan hindari penggunaannya

dalam jangka panjang.

Preparat topikal NSAID dan capsaicin.

Injeksi intraartikular kortikosteroid dan hialuronat.

Suplementasi menggunakan glucosamine dan chondroitin sulfat untuk

meringankan gejala-gejala simtomatik.

Structure-modifying effects dengan

penggunaan glucosamine sulfat, chondroitin sulfat dan diacerein.

Indikasi penggunaan golongan opioid dan analgesik narkotik lemah untuk

penanganan nyeri yang refrakter.

Garam emas dan penisilamin

Injeksi hidrokortison intraartikular

7. Stroke

Rehabilitasi. :

a. Fisioterapi sejak Hari-I * posisi

* gerakan Pasif Aktif

b. Bina Wicara

19

Page 20: Jatuh Geriatri

c. Psikoterapi & Sosialisasi

d. Terapi Kerja

Preventif : * ASA : 80 - 300 mg/hari

* Terapi F.Risiko

6. Langkah-langkah diagnosis!

1. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)

Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau

keluarganya. Anamnesis ini meliputi

Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa karena terpeleset,

tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok

atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin,

sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas lainnya.

Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-

tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.

Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes

mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung,

rematik, depresi, deficit rematik dll

Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non

spesifik), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik,

analgetik, psikotropik, ACE inhibitor dll

Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat dan

tidak datar, pencahayaannya dll

2. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran pasien (bisa dengan GCS)

tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan)

tanda nyeri dan fraktur serta pemeriksaan ekstremitas(edema dan sebagainya)

keadaan jantung: apakah ada pembesaran dan bunyi jantung abnormal

pemeriksaan neurologis untuk menetukan lesi pada otak atau juga sensorik dan

motorik

pemeriksaan status fungsional dan kognitif, memperhatikan apakah pasien

menderita demensia terutama demensia vascular

pemeriksaan mobilitas pasien: status fungsional cara berlajan

20

Page 21: Jatuh Geriatri

3. Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan laboratorium tergantung dari sifat permasalahan dan keadaannya.

Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, kadar kalsium, elektroforesis

protein serum

Mengukur kadar alkali fosfatase serum, bone-Gla-protein plasma

(osteocalcin),untuk mengetahui adanya pembentukan tulang pada

osteoporosis.

Pemeriksaan foto roentgen bagian panggul dalam bidang anteroposterior,

lateral, dan oblique, harus dilakukan pada setiap pasien yang menderita nyeri

pada pangkal paha dan juga pada sendi lutut.

4. Assasement Fungsional

Seyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien

dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk

mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan

observasi atau pencarian terhadap :

Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk

dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau

duduk dibawah dll.

Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu

( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya.

Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Terutama

kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga apakah

terdapat depresi dll.

7.Komplikasi apa yang dapat terjadi jika jatuh dalam keadaan terduduk?

Jatuh dapat didefinisikan sebagai kejadian yang menyebabkan orang tergeletak tanpa

disengaja pada tanah atau tempat yang lebih rendah. Salah satu komplikasi jatuh yang

berhubungan dengan skenario adalah perlukaan/kerusakan pada jaringan lunak (otot),

tulang & syaraf. Pada skenario, keluhan penderita adalah nyeri pada pangkal paha

kanan dan tidak dapat berjalan. Maka beberapa kemungkinan yang dapat

ditegakkan :

- Daerah kaki kanan pasien masih bisa digerakkan, namun karena adanya

sensasi nyeri yang hebat (seperti fraktur/dislokasi pada tulang) sehingga

21

Page 22: Jatuh Geriatri

pasien sulit untuk berjalan.

- Sistem saraf sensorik dan motorik pada pasien belum mengalami kerusakan

yang parah, namun adanya sensasi nyeri bisa diakibatkan karena syaraf yang

terjepit, memar pada otot dan fraktur pada tulang

maka salah satu pernyataan yang bisa kita dapatkan adalah adanya keluhan nyeri

dan tidak dapat berjalan dapat disebabkan karena faktor trauma yang terjadi pada

pasien. Trauma (jatuh terduduk) yang terjadi menyebabkan kerusakan pada

jaringan tulang pada pangkal paha, yang selanjutnya dapat mengarah pada

komplikasi fraktur pada femur. Fraktur femur dapat menyebabkan sensasi nyeri

yang sangat hebat yang mengakibatkan pasien sulit untuk menggerakkan kakinya.

Kemungkinan yang lain adalah trauma yang menyebabkan robekan pada otot-otot

di daerah pangkal paha sehingga kaki pasien sulit digerakkan. Namun melihat dari

kondisi lingkungan dan tempat jatuh pasien, maka kemungkinan robekan pada

paha bisa dibilang kecil sekali. Karena trauma yang terjadi bersifat trauma tumpul

yang komplikasinya hanya dapat menyebabkan memar dan perdarahan pada otot-

otot paha. Sedangkan jika yang mengalami kerusakan adalah sistem persyarafan,

khususnya daerah sensorik, hingga seharusnya sensasi nyeri sudah tidak dapat

dirasakan. Maka kepastian yang paling mungkin terjadi adalah fraktur femur

yang disebabkan oleh jatuh terduduk.

FRAKTUR FEMUR

22

Page 23: Jatuh Geriatri

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan

jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan

persarafan.

Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting. Dengan

bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara eksponensial.

Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur menyebabkan peningkatan

biaya kesehatan.

Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi

tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular

sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), seperti akibat terpeleset.

Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang pinggul intrakapsular biasanya

disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada

daerah yang lainnya serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan

nonunion. Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri telah berkembang,

akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10

sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur ini

masih tetap tinggi. Reduksi anatomis dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku

digunakan untuk membantu meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika

suplai darah ke kaput femur tidak dikontrol dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan

kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis.

ETIOLOGI

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus

mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang

patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan

memuntir (shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi akibat truma yang disebabkan oleh kegagalan tulang menahan

tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang dapat menyebabkan fraktur

dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

Trauma Langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada

daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak

ikut mengalami kerusakan.

23

Page 24: Jatuh Geriatri

Trauma Tidak Langsung

Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya

jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada

keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Sedangkan dari segi fraktur, klasifikasi etiologis :

1. Fraktur traumatik : terjadi karena trauma yang tiba-tiba

2. Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang yang sebelumnya akibat

kelainan patologis di dalam tulang

3. Fraktur stress : terjadi karena adanaya trauma yang terus menerus pada suatu

tempat tertentu

Segi Klasifikasi klinis

Fraktur tertutup (simple fracture)

Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

Fraktur terbuka (compound fracture)

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada

kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from

without (dari luar)

Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) adalah fraktur yang disertai

dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

PATOFISIOLOGI

Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari

tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan

apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila

seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

ketebalan tulang.

Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang,ada 2 faktor yang mempengaruhi

terjadinya frakturya itu ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma yang

mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi

energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang – tulang yang dapat

24

Page 25: Jatuh Geriatri

menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-macam, antara lain trauma langsung

dan tidak langsung, akibat keadaan patologi serta secara spontan.

HUBUNGAN ANTARA NYERI PANGKAL PAHA DAN KLASIFIKASI

FRAKTUR FEMUR

Pada dassarnya, fraktur pada femur dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis berdasarkan

lokasi dan radiologisnya :

1. Fraktur leher

2. Fraktur trokanterik

3. Fraktur Subtrokantorik

4. Fraktur diafisis

5. Fraktur Suprakondiler

6. Fraktur Kondiler

Adanya riwayat Jatuh terduduk dan keluhan nyeri pada pangkal paha, maka kemungkinan

fraktur adalah pada daerah leher dan trokanterik.

FRAKTUR LEHER FEMUR

Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tus

terutama wanita umur 60 tahun ke atas disertai tulang osteoporosis. Tingkat kejadian

tersering pada wanita dan berusia lanjut dikarenakan berkurangnya kepadatan tulang.

Semua fraktur di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup

terhadap fraktur ini kecuali jenis fraktur yang impaksi, baik yang subservikal maupun

yang basal. Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri dengan kanan.

Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek karena

trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke kranial. Penderita umumnya

datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan terasa nyeri. Umumnya penderita

tidur dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan eksorotasi serta memendek.

Gambaran radiologis menunjukkan fraktur leher femur dengan dislokasi pergeseran ke

kranial atau impaksi ke dalam kaput.

Penanganan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup dan

fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur.

25

Page 26: Jatuh Geriatri

Bila tak dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah langsung mobilisasi

dengan pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar

terbentuk pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan

dengan sedikit rasa sakit yang dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.

Mekanisme Trauma

Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang

tidak terlalu tinggi seperti terpeleset dikamar mandi dimana panggul dalam keadaan fleksi

dan rotasi

Gambaran Klinis

Riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri pada daerah panggul terutama daerah inguinal

depan. Nyeri dan pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi rotasi lateral

FRAKTUR DAERAH TROKANTER

Fraktur daerah trokanter biasa juga disebut fraktur trokanterik adalah semua fraktur yamg

terjadi antara trokanter mayor dan minor. Fraktur ini bersifat ekstra-artikuler dan sering

terjadi pada usia 60 tahun.

Mekanisme trauma

fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung pada trokanter

mayor atau pada trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter

mayor dan minor dimana fragmen proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur

dapat bersifat komunitif terutama pada korteks bagian posteromedial.

Gambaran Klinis

penderita lanjut usia dengan riwayat trauma pada daerah femur proksimal. Pada

pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah rotasi eksterna. Penderita

26

Page 27: Jatuh Geriatri

biasanya datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh disertai nyeri yang

hebat. Penderita terlentang di tempat tidur dengan tungkai bawah eksorotasi dan terdapat

pemendekan sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap pergerakan. Pada bagian luar pangkal

paha terlihat kebiruan akibat hematom subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur daerah

trokanter dengan leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 90 derajat.

8. Penanganan pada fraktur femur dari segi geriatri!

Pada dasarnya, kriteria penanganan pada pasien geriatri mempunyai 3 kriteria. Yaitu penanganan dari sudut pandang interna, rehabilitasi medik dan psikiatri. Penanganan tersebut adalah :

Terapi Operatif

Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi dini pasca bedah.

a. Terapi Konservatif

Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :

· Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal

· Kesulitan mengamati fragmen proksimal

· Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.

Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction, dengan buck extension.

b. Terapi Operatif

Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-fraktur itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip yang harus diikuti dalam melakukan terapi operasi reduksi anatomi yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku.

Merode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith Petersen Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi. Kemudian fraktur difiksasi internal dengan S.P. Nail dibawah pengawasan Radiologi. Metode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple compression screws.

Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur ditangani dengan acara memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis Austin Moore.

Terapi Rehabilitasi medik

27

Page 28: Jatuh Geriatri

Rehabilitasi medik dilakukan kepada penderita dengan atau tanpa kecacatan. Rehabilitasi harus dimulai sejak awal yaiu sebelum ataupun sesudah tindakan operatif. Kriteria rehabilitasi medik adalah :

-Tentukan masalah utama

-Pencegahan komplikasi

-Kembalikan fungsi yang hilang

-Ciptakan kemampuan adaptasi

-Ciptakan adaptasi lingkungan

-Ciptakan adaptasi keluarga

Beberapa terapi yang dapat dilakukan :

FISIOTERAPI

fisioterapi adalah suatu cara pengobatan dengan mempergunakan tenaga alam (fisik) sebagai modalitas terapi. Terdiri atas :

1. Terapi mekanik :

Pijat (massage) : untuk memberikan relaksasi pada sirkulasi sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri atau lelah

Latihan-latihan, seperti latihan bebas, latihan aktif, latihan pasif dan latihan dengan tahanan

Manipulasi, adalah tindakan mengembalikan fungsi pergerakan ruang sendi dengan cara manipulasi baik secara perlahan-lahan atau sekaligus dengan pemberian obat analgetika.

Traksi, dilakukan untuk melakukan peregangan tulang, melebarkan ruang diskus dan memisahkan sendi-sendi apofisial

2. Pengobatan panas, seperti inframerah dan lilin

3. pengobatan dingin

4. helioterapi

5. Aktinoterapi

6. Laser medis kekuatan rendah

TERAPI PSIKIATRI

Terapi psikiatri/Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatar-belakangi terjadinya penyakit ini. Pendekatan psikoterapi ini mencakup psikoterapi kognitif dan psikoterapi tingkah laku :

a. Psikoterapi kognitif – Penderita akan dibantu mengatasi masalah ini melalui saran dan perbincangan berdasarkan pemikiran yang rasional.

b. Psikoterapi tingkah laku – Terapi ini lebih bercorak kepada pemaparan dan tindakan pencegahan yang bertahap.

28

Page 29: Jatuh Geriatri

Biasanya kombinasi dari psikoterapi dan obat-obatan merupakan pengobatan yang terbaik bagi penyakit obsesif-kompulsif.

Bagaimanapun, sembuh atau tidaknya seorang penderita bergantung kepada :

Keseriusan masalah yang dihadapi Kerjasama dan kepatuhan terhadap terapi yang diberikan Dukungan individu yang hampir seperti anggota keluarga atau teman. Lamanya mengidap penyakit tersebut.

Penderita juga perlu dibantu mengatasi masalah yang mereka hadapi, baik masalah keuangan, perkawinan, hubungan sosial dan sebagainya.

29

Page 30: Jatuh Geriatri

INFORMASI TAMBAHAN

Perspektif Islam

Mengenai masa tua :

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan

apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

(QS. Ar Ruum: 54)

Hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam :

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang

waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu

sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa

sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al

Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat

Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’

Ash Shogir)

Dari Hadits Ziyad bin 'Ilaqah bin Usamah bin Syuraik berkata," Aku bersama nabi

SAW, ketika itu seorang arab datang bertanya,"Ya Rasulullah, apakah kami

diperintahkan untuk berobat?" Beliau SAW menjawab, "Ya, berobatlah wahai hamba-

hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan

juga obatnya, kecuali satu penyakit." "Penyakit apa itu?" Nabi SAW menjawab,

30

Page 31: Jatuh Geriatri

"Penyakit tua."(HR Bukhari, Abu Daud,An-Nasa'i, Tirmizy, Ibnu Hazm dengan sanad

yang shahih)

PENUTUP

KESIMPULAN

Jatuh bisa disebabkan oleh gangguan gait, sensorik, kognitif, dan SSP yang didukung

oleh lingkungan rumahnya yang berbahaya.

Komplikasi dari JATUH: memar, keseleo, patah tulang bahkan kematian

Prinsipnya mencegah terjadinya jatuh lebih utama daripada mengobati akibatnya

Pencegahan: Identifikasi faktor resiko, penilaian keseimbangan, dan gaya berjalan,

serta mengatur / mengatasi faktor situasional

SARAN

Pemahaman akan malnutrisi energi protein pada anak serta gangguan-gangguan

yang terjadi sangatlah penting dan seharusnya lebih dipahami lagi. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

31

Page 32: Jatuh Geriatri

DAFTAR PUSTAKA

H. Hadi Martono (2010), Buku ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta : Penerbit : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Prof. Chairuddin Rasjad, MD., Ph.D (2009), Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta. Penerbit : PT. Yarsif Watampone

Suharko Hasan, Jurnal Kedokteran Geriatri, Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

www. Medicastore.com

32