its-master-7021-2104201007-bab1
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permukaan adalah batas yang memisahkan suatu benda dengan
sekelilingnya. Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam
perancangan komponen mesin/peralatan. Banyak hal yang perlu dinyatakan
dengan jelas tentang karakteristik permukaan misalnya dalam kaitannya dengan
gesekan, keausan, pelumasan, tahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih
komponen-komponen mesin dan sebagainya. Karateristik permukaan yang
dimaksud oleh si perancang ini sedapat mungkin harus dapat dipenuhi oleh si
pembuat komponen (produsen). Salah satu karakteristik permukaan yang penting
adalah kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan sangat penting pula bila
dihubungkan dengan fungsi komponen. Pembuatan komponen tidak semata-mata
harus semuanya dengan nilai kekasaran yang kecil atau halus, tetapi harus benar
sesuai fungsi dan permintaan si perancang (designer). Untuk mendapatkan
karakteristik permukaan yang diinginkan tidak terlepas dengan alat ukur dan cara
atau metode pengukurannya. Pemotong permukaan perlu parameter tertentu untuk
mendapatkan karakteristik permukaan terutuma tentang kekasaran permukaan
yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan waktu proses serta
alat ukur yang tepat sebagai hasil pengukuran yang diinginkan sesuai permintaan
atau keiinginan si perancang. Kekasaran permukaan sangat berhubungan erat
dengan masalah keausan komponen terutama misalnya komponen yang dipakai
untuk slot, maka perlu permukaan dengan nilai kekasaran kecil (halus atau nilai
2
Ra yang kecil). Permukaan suatu komponen sangat penting diukur nilai
kekasaran permukaannya. Apabila itu berhungan dengan masalah cetakan, untuk
pasangan poros, bantalan (bearing), maka perlu permukaan dengan nilai kekasaran
yang kecil atau halus (nilai Ra kecil). Jika nilai kekasaran permukaan tersebut
tidak terukur dengan benar dapat mengakibatkan banyak efek yang terjadi
misalnya pada bantalan (bearing) akan cepat aus dan umur bantalan menjadi
pendek. Nilai kekasaran permukaan pada cetakan plastik maupun untuk cetakan
logam akan berpengaruh terhadap hasil cetakan yang tidak perlu proses
pemesinan lagi.
Setiap proses pengerjaan mempunyai ciri tertentu atas permukaan benda
kerja yang dihasilkannya. Oleh karena itu dalam memilih proses pengerjaan aspek
kekasaran permukaan ini perlu dipertimbangkan. Aspek lain yang tidak boleh
diabaikan adalah ongkos pembuatan. Kompromi haruslah didapat antara
persyaratan fungsional komponen dengan ongkos pembuatan.
Ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran maupun cara evaluasi
hasil pengukuran, maka suatu permukaan sesungguhnya (real surface) tidaklah
dapat dibuat tiruan atau duplikatnya secara sempurna. Tiruan permukaan hasil
pengukuran hanya bisa mendekati bentuk atau konfigurasi permukaan yang
sesungguhnya dan disebut sebagai permukaan terukur (measured surface).
Sebagai contoh suatu celah atau retakan yang sempit pada permukaan tidak akan
dapat diikuti oleh jarum peraba (stylus) alat ukur karena dimensi ujung jarum
peraba ini lebih besar dari pada ukuran celah. Ini adalah salah satu kelemahan
pengukuran permukaan dengan jarum peraba (stylus) yang dikenal dengan
pengukuran kontak langsung antara alat ukur dan obyek ukur.
3
Perkembangan industri menuntut hasil proses akhir pemesinan dengan
kualitas baik dengan parameter nilai kekasaran permukaan (surface roughness)
yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen atau industri. Nilai kekasaran
permukaan merupakan faktor penting yang perlu penanganan serius: terutama
untuk komponen yang bergerak dan kontak langsung dengan pasangannya
atau komponen lainnya.
Radhakrishan, 1970 dan Mc Cool, 1984, mengungkapkan bahwa dalam
pengukuran secara kontak (mekanik), ukuran dari stylus tip mempunyai pengaruh
yang besar terhadap hasil pengukuran kekasaran permukaan obyek ukur. Ukuran
stylus tip yang tidak sesuai dengan karakteristik profil permukaan akan
menghasilkan ketidakakuratan hasil pengukuran kekasaran permukaan obyek
ukur. Dari hasil penelitiannya yang dilakukan ukuran stylus tip yang besar hanya
sesuai digunakan pada profil permukaan yang mempunyai celah dan jarak puncak
(peak) yang besar. Untuk permukaan yang mempunyai celah dan antar puncak
(peak) yang kecil, maka ukuran stylus yang besar tentu akan menyebabkan
ketidakakuratan hasil pengukuran kekasaran permukaan. Sedangkan bila dibuat
stylus tip yang kecil timbul masalah lain yakni selain stylus tip harus kecil juga
harus tahan aus.
Poon dan Bhushan, 1995, dan Bushan, 1996, juga menyatakan bahwa
stylus yang keras dan tajam akan merusak permukaan obyek ukur. Kerusakan
yang terjadi disebut dengan micro-scrathes. Dengan keberadaan atau kehadiran
micro-scrathes akan menghasilkan data pengukuran yang tidak akurat, karena
ujung stylus tip tidak memgukur permukaan melainkan menggores pada
permukaan obyek ukur. Kehadiran adanya micro-scrathes, bila dilakukaan
4
pengukuran berulang pada permukaan yang sama akan menghasilkan nilai
kekasaran yang berbeda pula.
Moh. Yusuful Khoir, 2002, dalam tugas akhirnya (TA) [8],
mengemukakan pengukuran kekasaran permukaan logam dengan tanpa kontak
antara alat ukur dan obyek ukur yaitu dengan metode korelasi spekel hasil
pergeseran celah persegi pada fotografi penyinaran ganda dengan analisa
kekontrasan pola frinji hasil rekonstruksi. Pengambilan gambar dilakukan masih
dengan teknik merekam menegatifkan film dan selanjutnya di lihat
kekontrasannya. Nilai kekontrasan ini dianalisa melalui pola frinji yang dapat
diamati pada layar (screen). Didalam sarannya untuk peneliti selanjutnya
diharapkan memakai kamera CCD (charge coupled device).
Sutikno, 2004, dalam tesisnya [9], pengembangan metode pengukuran
kekasaran dan kerataan permukaan dengan prinsip pengolahan image. Pada
tesisnya penelitian dilakukan dengan tanpa kontak antara alat ukur dan obyek
ukur. Image dihasilkan dari scanning permukaan obyek ukur. Image diolah
dikomputer dan hasil pengukuran dalam satuan gray level.
Mengingat pentingnya kekasaran permukaan dalam aplikasi komponen
industri dan dari kelemahan yang ada pada uraian diatas terutama pengukuran
secara kontak (mekanik) yang terlihat adanya hasil pengukuran yang kurang
akurat, maka perlu dilakukan model pengukuran tanpa kontak yang lainnya.
Pada tesis ini dilakukan penelitian dengan judul : ”Studi Eksperimental
Pengukuran Kekasaran Permukaan Dengan Metode Electronic Speckle Pattern
Interferometry (ESPI)”. Metode ini pengukuran dilakukan tanpa kontak antara
alat ukur dan obyek ukur. Prinsip kerja dari pengukuran kekasaran permukaan
5
dengan metode ESPI ini adalah cahaya laser He Ne yang mengenai obyek ukur
menimbulkan hamburan cahaya pada permukaan obyek ukur. Hamburan cahaya
dari permukaan obyek ukur akibat interferensi membentuk pola spekel (speckle
pattern). Pola spekel ditangkap oleh kamera CCD (charge coupled device)
selanjutnya di simpan (record) dan diolah di komputer melalui image.
Pengolahan image dikomputer menghasilkan nilai kekasaran dalam satuan tingkat
keabuan (gray level). Nilai kekasaran tersebut akan dikonversikan dalan satuan
panjang (µm).
1.2. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah, maksud dari penelitian
pada tesis ini adalah mengangkat permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana set-up pengukuran kekasaran permukaan dengan metode
ESPI, sehingga didapatkan hasil pencitraan (image) permukaan obyek
ukur dengan cahaya Laser He Ne.
b. Bagaimana menentukan nilai kekasaran permukaan obyek ukur dengan
metode ESPI, sehingga didapatkan nilai kekasaran permukaan obyek
ukur dalam satuan tingkat keabuan (gray level).
c. Bagaimana menentukan nilai kekasaran permukaan dalam satuan tingkat
keabuan (gray level) agar dapat dipakai dilapangan dalam satuan
panjang (µm).
6
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
a. Mengukur kekasaran permukaan dengan tanpa kontak antara alat ukur
dan obyek ukur “Dengan Metode Electronic Speckle Pattern
Interferometry (ESPI)”. Obyek ukur yang diukur adalah kekasaran
permukaan standar (surface roughness standards) hasil proses Flat
Lapping, Grinding, Horizontal Milling dan Vertical Milling dengan
parameter kekasaran rata-rata aritmatik (Ra) dalam satuan tingkat
keabuan (gray level) . Kemudian dikonversikan dalam satuan panjang
(µm) berdasarkan nilai Ra surface roughness standards.
b. Untuk menentukan kelebihan dan kekurangan pengukuran kekasaran
permukaan dengan metode ESPI, maka dilakukan pembandingan :
- Dengan alat Mitutoyo Surftest 301.
- Dengan alat Mitutoyo Surftest 401.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah :
a. Untuk membantu masyarakat umum, akademis dan industri dalam hal
pengukuran kekasaran permukaan (surface roughness) obyek ukur
dengan metode ESPI.
b. Untuk menambah salah satu teknik pengukuran kekasaran permukaan
obyek ukur tanpa kontak dengan metode ESPI dan dapat membantu
dunia pendidikan (akademis) atau intansi industri sebagai ilmu
pengetahuan dan dasar kajian penelitian selanjutnya.
7
1.5. Batasan Masalah
Pembatasan permasalahan penelitian yang dilakukan dengan asumsi :
a. Obyek ukur hanya dilakukan pada kekasaran permukaan standar (surface
roughness standards) hasil proses akhir pemesinan yaitu proses Flat
Lapping, Grinding, Horizontal Milling dan Vertical Milling
b. Permukaan obyek ukur tidak bertekstur yang disebabkan oleh warna lain
tetapi hanya yang terjadi akibat proses pemesinan (machining).
c. Pola Spekel (Speckle pattern) di rekam menggunakan kamera CCD
(charge coupled device) dan menggunakan Laser He Ne dengan panjang
gelombang 633 nm dan output daya 35mW sebagai sumber cahaya
penyinaran permukaan obyek ukur.
d. Resolusi hasil pengukuran dibatasi oleh kemampuan kamera CCD
(charge coupled device) sebagai alat untuk mengambil image dan
komputer sebagai penyimpan data image dan pengolah data image.