r. hamdani harahap abdullah akhyar nasution husni thamrin

53
Etnografi Kopi R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Etnografi Kopi

R. Hamdani Harahap

Abdullah Akhyar Nasution

Husni Thamrin

Page 2: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

USU Press

Art Design, Publishing & Printing

Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU

Jl. Universitas No. 9

Medan 20155, Indonesia

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737

usupress.usu.ac.id

O USU Press 2013

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang memperbanyak menyalin, merekam

sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin

tertulis dari penerbit

ISBN 979-458-679-X

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Etnografi Kopi / R. Hamdani Harahap: Abdullah Akhyar Nasution; Husni Thamrin--

Medan: USU Press, 2013

ix, 59 p. ; ilus. ; 20 cm

Bibliografi

ISBN: 979-458-679-X

1. Kopi I. Judul

Page 3: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Dicetak di Medan, Indonesia

Page 4: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

KATA PENGANTAR

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah mata kuliah wajib bagi setiap

mahasiswa Antropologi di FISIP USU. Mata kuliah PKL ini berisi tentang bagaimana

mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan kuesioner dan pedoman

wawacara (interview guide) serta pedoman observasi, mewawancarai informan

penelitian, mengobservasi objek penelitian, beradaptasi dengan masyarakat yang

dijadikan objek penelitian, melakukan "rapport, mengambil foto objek penelitian, serta

menulis laporan penelitian.

Keseluruhan rangkaian kemampuan di atas, sebelumnya telah diajarkan secara

teoritis di kelas. Selain kemampuan di atas, mahasiswa juga diajarkan bagaimana

mengelola proses pengumpulan data secara kelompok di lapangan. Materi yang

diajarkan adalah pengurusan administrasi kepada lembaga atau kantor yang terkait

dengan pengumpulan data di lokasi yang dijadikan objek penelitian, seperti surat izin

kepada Camat dan Kepala Desa, serta dinas terkait dengan tema penelitian Demikian

juga menghubungi informan di lokasi penelitian untuk mendiskusikan dan

memutuskan dimana mahasiswa akan menginap, dan bagaimana pengelolaan makan

serta kapan akan mendiskusikan hasil temuan lapangan Pengelolaan pengumpulan data

juga menyangkut pembagian kelompok mahasiswa, merumuskan topik setiap

kelompok, pengumpulan biaya PKL, kemudian menunjuk ketua kelompok, ketua

mahasiswa dan bendahara, serta merumuskan rundown selama melakukan praktek

penelitian lapangan.

Lokasi PKL di Kecamatan Sumbul, tepatnya di Desa Pergambiran dan Desa

Perjuangan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Tema penelitiannya adalah

tentang kopi. Kecamatan Sumbul adalah salah satu lokasi penghasil kopi di Provinsi

Sumatera Utara. Aspek kopi yang dijadikan objek kajian adalah sejarah keberadaan

kopi di Kecamatan Sumbul, budidaya kopi, distribusi kopi, tinjauan sosial kopi,

tinjauan ekonomi kopi, pengolahan kopi dan kebijakan terhadap kopi. Untuk

menunjang data-data di atas dilakukan juga wawancara mendalam berupa life history

Page 5: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

terhadap 5 orang informan Informan yang dijadikan untuk life history adalah orang-

orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas mengenai kopi dari

setiap aspek kajian di atas.

Proses penelitian dilakukan dengan membentuk kelompok mahasiswa

berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan penelitian Waktu penelitian (PKL) dilakukan

selama tiga (3) hari. Selama melakukan PKL mahasiswa Antropologi menginap di

rumah seorang informan, Ibu boru Siregar. Sebelum melakukan wawancara para

mahasiswa diberikan pengarahan oleh dosen yaitu Dr. R.Hamdani Harahap, MSi,

asisten dosen Saruhum Rambe, S Sos, Msi, dan Abdullah Akhyar Nasution, S Sos,

MSi. Pengarahan yang diberikan lebih banyak bagaimana mahasiswa melakukan

hubungan baik dengan informan sembari menjaga objektifitas data (rapport),

Hasil praktek kerja lapangan ini disana sini masih sangat banyak kekurangan,

oleh sebab itu saya sangat berharap banyak saran dan masukan dari pembaca terutama

untuk perbaikan buku ini, juga saran untuk pelaksanaan PKL di masa yang akan

datang. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Ketua

Departemen Antropologi FISIP USU, Dr. Fikarwin Zuska, yang telah memberikan

tanggung jawab kepada saya untuk mengasuh mata kuliah PKL di Departemen

Antropologi FISIP USU, Kepada tiga orang yang sangat dekat dengan saya Saruhum

Rambe, S Sos MSi dan Abdullah Akhyar Nasution, S Sos, MSi serta Arifin Hasibuan

saya ucapkan banyak terima kasih yang bersedia menemani saya ke lapangan,

membantu memberikan arahan dan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang

melakukan PKL.

Kepada Ketua Kelas Angkatan 2010 Mahasiswa Antropologi saudara Bendri

Ritonga yang menjadi ketua panitia kegiatan PKL ini serta saudari Annisa Solihati

sebagai bendahara kegiatan PKL, saya ucapkan terima kasih atas dedikasi dan

tanggung jawab terhadap kegiatan PKL. Semoga sepasang insan Antropologi ini dapat

melanjutkan kiprahnya lebih jauh di masa yang akan datang di bidang Antropologi dan

bidang-bidang lain. Saya ucapkan juga terima kasih kepada Husni Thamrin S Sos

MSP, walaupun bukan dosen Antropologi tetapi bersama Abdullah Akhyar Nasution,

S Sos, Msi bersedia membantu mengedit laporang PKL ini dan membantu

menerbitkannya sehingga menjadi sebuah buku. Terakhir saya juga mengucapkan

Page 6: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

terima kasih kepada seluruh mahasiswa Antropologi peserta PKL terutama sekali lagi

saudara Bendri Ritonga yang telah mengelola PKL ini dengan baik dan pasangannya

Annisa Solihati sebagai bendahara. Kemudian terima kasih juga kepada Jayanti yang

telah bersedia menuliskan bab I pendahuluan, kemudian kepada Bendri, Nisa, Laila

dan Nur Hasanah yang telah menuliskan Tinjauan Pustaka, serta Juliani dan Edi Safri

yang menuliskan Metode Praktek Kerja Lapangan.

Terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh mahasiswa yang telah

melakukan praktek kerja lapangan yaitu kelompok mahasiswa yang menuliskan

tentang budidaya kopi yaitu Agus, Juandi, Maulana, Rudy, Wening, dan Jisman,

kelompok yang menuliskan distribusi kopi yaitu Rini Rezeki Utami, Suci Wulansari,

Rama Sitha Husna, Chandra P.L Tobing, Rianda Purba, Wisnu Tri Wibowo, kelompok

mahasiswa yang menuliskan pengolahan kopi yaitu Redno Boekit, Fandi Ahmad

Harahap, Prasetyo Utomo, Adi Prana, Septian Yudiansyah, Fanny Larasati, Claudya

Alice L Barient, kelompok mahasiswa yang sejarah desa dan sejarah kopi yaitu Laila

Ulfa, Widya Indriani, Annisa Sholihati, Bendry S. Ritonga, Rubesly Dolok Saribu,

Eddy Syafri Husein Ritonga, kelompok yang menuliskan sosial ekonomi yaitu Denny

Pratama Putra, Jayanti P.N.Sihombing, Elsha Monica Pasaribu, Asrul Wijaya Saragih,

Muhammad Rifai, Richa Meliza, Sri Mauliani, kelompok yang menulis tentang sosial

budaya kopi yaitu Arnold B Sinulingga, Deswita Sari, Medi Harianja, Onyx

Simangunsong, Nurhasanah Tumanggor, kelompok yang menulis tentang kebijakan

kopi yaitu Daniel Simangunsong, Citra P Harefa, Sardo Naibaho, Indra S Sianipar,

Juliani Zalukhu, Novi P Sinaga, kelompok yang menulis tentang Doni Latuperisa,

Syahrian Rejeki, Martha Haryati Purba, Putri Septima S, Munandar, Evelyna S

Sihombing. Semoga buka sederhana ini bermanfaat bagi semua pembaca. Salam

Kerabat Antropologi.

Medan, Mei 2013

R. Hamdani Harahap

Page 7: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................

Daftar Isi .......................................................................................................

Bab I.

PENDAHULUAN .........................................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah .........................................................................

Bab II.

KOPI DAN JENISNYA. ...............................................................................

A. Kopi Arabika (Caffea Arabica. L). ...........................................................

B. Kopi robusta (Cafeea canephora. L) ..........................................................

Bab III

METODE PENELITIAN ..............................................................................

A. Observasi ..................................................................................................

B. Wawancara ...............................................................................................

Bab IV

SEJARAH DESA DAN MASUKNYA KOPI ...............................................

4.1. Sejarah Terbentuknya Daerah Sumbul A. Asal Usul Terbentuknya

Desa Perjuangan di Kecamatan Sumbul B. Asal Usul Terbentuknya

Desa Pergambiran ................................................................................

4.2. Sistem Kepemimpinan Desa Sumbul Pada Awal Terbentuknya Desa

Bab V.

BUDIDAYA KOPI .......................................................................................

1. Media Tanah ....................................................................................

2. Jenis Kopi yang Ditanam. .................................................................

3. Latar Belakang Bertani Kopi.... ........................................................

4. Pembibitan .......................................................................................

5. Pemupukan .......................................................................................

Page 8: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

6. Hama.... ............................................................................................

7. Pendederan atau Penyebaran Bibit ....................................................

8. Pemangkasan ....................................................................................

9. Pemanenan. ......................................................................................

Bab VI.

SOSIAL BUDAYA .......................................................................................

1. Sosial-Budaya Masyarakat Desa Sikunikan ......................................

2. Sosial-Budaya Masyarakat Desa Pergambiran. .................................

3. Perbedaan dan Kesamaan Sosial Budaya di Daerah Sumbul .............

Bab VII.

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI . ...................................

1. Dari Segi Kehidupan Sosial.. ............................................................

2. Dari Segi Sosial Ekonomi.... .............................................................

Bab VIII.

PENGOLAHAN KOPI .................................................................................

8.1. Klasifikasi Kopi Arabica ......................................................................

8.2. Alat Pengolahan Kopi Arabica Arabica ................................................

8.3. Metode Pengolahan Kopi 8.4. Kendala Dalam Proses Pengolahan

Kopi dan Cara Mengatasinya.. 8.5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

Pasca Panen Kopi .................................................................................

Bab IX.

DISTRIBUSI KOPI. ......................................................................................

9.1. Pengertian Distribusi ............................................................................

1. Fungsi Distribusi .............................................................................

2. Sistem Distribusi .............................................................................

3. Distribusi Kopi yang Berada di Kecamatan Sumbul Kabupaten

Dairi. ...............................................................................................

Bab X.

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PETANI KOPI .........................

10.1. Masyarakat Petani Kopi .......................................................................

10.2. Pandangan Pemerintah Terhadap Petani dan Tanaman Kopi. 10.3.

Pandangan Masyarakat Petani Terhadap Pemerintah ............................

Page 9: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Daftar Pustaka ...............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kopi dalam bahasa latin coffea, anggota keluarga KE Rubiaceae adalah sejenis

minuman dari pengolahan biji dan pengekstarian biji dari tanaman kopi. Kopi yang

identik dengan si biji kecil yang hitam dan pahit ini memiliki daya tarik tersendiri, baik

dari segi cita rasa dan juga peluang usaha dari budidaya dan juga jual belinya.

Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana

saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat

dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan

tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi,

yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis

Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia di sebelah Utara dimana

tanahnya sangat tandus.

Di Indonesia terdapat banyak lahan yang dapat digunakan sebagai tempat

budidaya kopi, mulai dari Sabang sampai Merauke paling tidak ada tempat yang

berpeluang untuk budidaya kopi. Terkhusus di daerah Sumatera Utara ada banyak

lahan-lahan yang digunakan untuk lahan tanaman kopi, salah satunya di Kecamatan

Sumbul, Kabupaten Dairi. Kabupaten Dairi merupakan salah satu dataran tinggi di

provinsi Sumatera Utara dengan ibu kotanya Sidikalang, memiliki lahan pertanian dan

hutan yang sangat luas, daerah ini di huni oleh beberapa suku bangsa yang hidup

secara berdampingan antara lain suku bangsa Pak-pak yang diyakini suku asli daerah

ini, juga suku Batak Toba, Karo, Jawa dan lain-lain.

Pada umumnya pekerjaan masyarakat di Kec. Sumbul sehari hari adalah

kebanyakan bertani, berbagai macam tanaman yang mereka usahakan seperti kopi,

sayuran kol, jipang, sawi, padi sawah dan darat, jagung, Jeruk, nilam dan lain

sebagainya, diantara semua tanaman ini yang paling terkenal adalah tanaman kopi,

Page 10: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

yang biasa disebut kopi Sidikalang. Areal produksi kopi robusta dan arabica yang

tersebar di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi. Luas perkebunan 14.117 Ha dengan

produksi 6.7 ribu ton per tahun.

Tanaman kopi merupakan komoditas utama dari daerah Kabupaken Dairi,

sehingga semua aspek kehidupan yang ada di daerah ini selalu ada hubungannya

dengan tanaman kopi, mulai dari sosial ekonomi, sosial budaya, dan aspek lain. Dalam

proses budidaya sendiri ada cara-cara khusus yang dilakukan, begitu juga dalam hal

lain seperti pemasaran, produksi distribusi.

Dalam tulisan ini akan berfokus pada Desa Perjuangan dan Desa Penggambiran

yang ada di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Tulisan ini akan berisi tentang

bagaimana proses budidaya yang dilakukan petani-petani kopi di daerah ini, hingga

pengolahan, pendistribusian serta kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya.

Tulisan ini merupakan hasil dari kegiatan mahasiswa Antropologi Sosial

Universitas Sumatera Utara, untuk mengetahui dan menyelesaikan tugas kuliah.

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk Praktik Kuliah Lapangan. Di dalam kegiatan ini

mahasiswa akan mencari data-data semua tentang yang berhubungan dengan tanaman

kopi, petani kopi dan juga kebijakan pemerintah tentang kopi, serta sejarah tentang

Desa yang menjadi tempat penelitian.

Jumlah mahasiswa yang ikut dalam PKL 48 orang, terdiri dari 26 orang

mahasiswa laki-laki dan 22 orang mahasiswa perempuan, sebagian besar berasal dari

stambuk 2011 dan satu orang dari 2010. Pelaksanaan PKL dilakukan pada hari jumat

tanggal 14 sampai minggu tanggal 16 Desember 2012, selama 3 hari. Proses PKL

dilakukan setelah mendapatkan perkuliahan PKL dengan materi:

1. Pengenalan tentang kedudukan Filed Work dalam Antropologi

2. Pengenalan akan Teknik-teknik Umum Pengumpulan Data

3. Teknik Pengumpulan Data Melalui Observasi dan Variasinya

4. Teknik Pengumpulan Data Melalui Wawancara dan Variasinya

Page 11: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB II

KOPI DAN JENISNYA

Tanaman kopi termasuk dalam family Rubiaceae dan terdiri atas banyak jenis

antara Coffea Arabica, Coffea Robusta dan Coffea Liberica. Negara asal tanaman

kopi adalah Abessinia yang tumbuh di dataran tinggi. Sistematik tanaman kopi

Robusta menurut Armansyah (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheabionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea Robusta Lindl

Kopi merupakan sumber utama kafein. Begitu terkenalnya kopi sampai timbul

istilah coffea break atau "rehat kopi" di setiap acara resmi seperti seminar, lokakarya

dan rapat. Saat itu para tamu atau peserta beristirahat sebentar untuk menikmati kue-

kue sambil minum secangkir kopi atau teh. Sementara dalam kehidupan sehari-hari,

kopi seringkali dijadikan pendamping sarapan pagi (Suriani, 1997).

Minum kopi ternyata dapat meningkatkan resiko terkena stroke. Sebuah

penelitian yang dimuat dalam journal of neorology, neurosurgy and psychiatry tahun

2002 menyimpulkan bahwa minum lebih dari 5 gelas kopi per hari akan meningkatkan

resiko terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah. Kafein juga dapat

menyebabkan insomnia, mudah gugup, sakit kepala, merasa tegang dan cepat marah.

Pada wanita hamil juga disarankan tidak mengkonsumsi kopi dan makanan yang

mengandung kafein. Hal ini karena kafein dapat meningkatkan denyut jantung. Pada

janin dapat menyerang plasenta dan masuk dalam sirkulasi darah janin. Dampak

Page 12: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

terburuknya, bisa menyebabkan keguguran (Anonim, 2009). Secara garis besar kopi

dibagi atas dua yaitu:

A. Kopi Arabika (Caffea Arabica. L)

Kopi arabika berasal dari Etiopia & Abessinia. Kopi arabika dapat tumbuh

dengan ketinggian 700-1700 mdpl dan temperature 16-20 C. Kopi arabika berbuah

setahun sekali. Kopi arabika menguasai pasar kopi di dunia hingga 70%. Kopi arabika

memiliki aroma yang khas. Kopi arabika memiliki rasa yang asam yang tidak dimiliki

oleh kopi jenis robusta. Kopi arabika memiliki perbedaan antara kopi lainnya karena

rasa kopi tergantung dari cuaca dan tanah tempat kopi di tanam (Anonim, 2011a).

B. Kopi Robusta (Cafeea canephora. L)

Kopi robusta berasal dari Kongo dan tumbuh pada ketinggian 400-700 mdpl.

Produksi kopi robusta lebih sedikit daripada kopi arabika. Kopi robusta hanya

mencapai 30 % di pasaran komoditi dunia. Kopi robusta juga sudah banyak tersebar di

wilayah Indonesia dan Filiphina. Kopi robusta memiliki rasa seperti coklat, memiliki

aroma yang khas dan rasa yang manis, arabika. Jenis Chanepora. Dalam

pertumbuhannya dengan kopi arabika yakni tergantung dan proses pngolahan dan

pengemasan untuk setiap Negara dan menghasilkan rasa yang sedikit banyak juga

berbeda (Anonim, 2011a).

Selain kedua kopi di atas, ada jenis kopi lainnya namun pelabelannya lebih

dikarenakan proses pengolahannya. Kopi tersebut adalah kopi Luwak. Kopi luwak

adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dan sisa kotoran

luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah

dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini dikawasan

Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di kalangan

peminat kopi gourment setelah publikasi pada tahun 1980-an (Anonim, 2011b).

Page 13: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Bogdan

dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu

prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan

perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu

menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang

dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu

dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh,

komprehensif, dan holistik.

A. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pertanian kopi di

kecamatan sumbul. Dalam melakukan observasi peneliti akan mengamati secara

langsung bagaimana sejarah kopi dan desa, kebijakan pemerintah terhadap tanaman

kopi, budidaya kopi. Observasi berguna juga untuk mengetahui bagaimana keadaan

lingkungan sekitar dimana penelitian dilakukan.

B. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik indepth interview atau wawancara mendalam

untuk mendapatkan informasi dari informan. Wawancara digunakan untuk mengetahui

bagaimana sejarah kopi dan desa, kebijakan pemerintah terhadap kopi, budidaya kopi,

melalui panduan interview guide sebagai bahan acuan pertanyaan. Dalam mencari

informan peneliti harus mencari yang bisa membantu mendapatkan informasi,

biasanya seperti tetua adat, kepala desa dll.

Page 14: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB IV

SEJARAH DESA DAN MASUKNYA KOPI

4.1. Sejarah Terbentuknya Daerah Sumbul

Sulit untuk mencari orang yang mengetahui tentang asal-usul Terbentuknya

Kecamatan Sumbul. Ini dikarenakan para penduduk asli dari kampung ini sudah

banyak yang pindah ke daerah lain. Sebagian dari suku asli tersebut memang masih

ada, tetapi sebagian besar sudah pindah ke daerah Pak-Pak Barat. Maka pada

penjelasan berikutnya kami beralih kepada kampung-kampung yang ada di dalam

kecamatan itu sendiri yaitu Desa Pergambiran dan Desa Perjuangan. Adapun data

mengenai Kecamatan Sumbul akan kami paparkan dengan seksama.

A. Asal Usul Terbentuknya Desa Perjuangan di Kecamatan Sumbul

Sekitar tahun 1950 suku bangsa Batak Toba yang datang dari daerah Tapanuli

menggarap lahan kosong yang pada awalnya diberi nama "Lae Rias” oleh tokoh

masyarakat Pak Pak. Setelah "perluasan wilayah" siap dilakukan, masyarakat suku

Pak-Pak yang bermarga (CLAN) Matanari yang tinggal di sekitar daerah tersebut

mengklaim bahwa tanah itu adalah tanah pak-pak, ketika ada tanah kosong marga

Matanari mengambil tanah tersebut sehingga sering terjadi keributan antara kedua

suku ini. Selama bertahun-tahun sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh

kelompok pendatang diatur oleh orang Pak-Pak. termasuk pesta adat yang dilakukan

oleh orang Batak Toba yang ada di daerah tersebut harus memberikan "jambar" atau

bagian sumbangan yang berupa daging secara simbolis kepada marga Mataniari dan

semua telah di atur dalam kontrak.

Page 15: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Gambar 1. Suasana di salah satu sudut Desa Pergambiran

Pada akhirnya para tokoh masyarakat/adat (tetua) Batak Toba menyadarkan

masyarakat bahwa tidak ada bukti bahwa tanah yang mereka tempati adalah milik

marga Matanari. Kemudian para tetua atau tokoh adat tersebut mengumpulkan warga

dengan menggunakan tung-tung (sejenis pentungan yang terbuat dari kayu yang

dilubangi) ke sebuah tempat untuk melakukan pertemuan atau musyawarah. Setelah

sadar akan perkataan para ketua adat maka mayarakat Lae Rias malakukan perlawanan

kepada marga Matanari untuk merebut kembali tanah yang telah mereka buka, karena

perjuangan dan berhasil merebut Lae Rias dari suku Pak-Pak, maka nama Lae Rias

diubah menjadi "Desa Perjuangan" pada sekitar tahun 1969.

Gambar 2. Beberapa Peserta PKL I berpose dengan Ibu M. Pasaribu dan Ibu

H. Munthe.

B. Asal Usul Terbentuknya Desa Pergambiran

Desa Pergambiran merupakan desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan

Sumbul. Letak desa ini berdekatan dengan desa Perjuangan, sekitar 1,5 km setelah

desa Perjuangan. Sebenarnya nama Desa Pergambiran ini tidak ada hubungannya

dengan gambir seperti perkiraan kami pada saat pertama kali mendengar nama desa

tersebut. Karena pada awalnya mata pencaharian utama masyarakat di sini adalah

Nilam dan Kemenyan atau dalam bahasa bataknya Haminjon. Pada saat kopi menjadi

tanaman yang sangat menguntungkan, maka masyarakat di desa ini pun ikut mengganti

mata pencahariannya menjadi petani kopi. Pada mulanya desa ini masi sangat sedikit

ditempati oleh manusia. Namun ketika pembukaan lahan oleh pemerintah, maka suku-

Page 16: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

suku bangsa pendatang dari berbagai daerah pun berdatangan untuk menggarap lahan

di desa ini.

Gambar 3. Seorang Peserta PKL I sedang mewawancarai Bapak Manahan

Sinaga, warga asli desa Pargambiran.

4.2. Sistem Kepemimpinan Desa Sumbul Pada Awal Terbentuknya Desa

Pada awal terbentuknya desa ini, kepemimpinan yang dipakai untuk mengatur

daerah ini adalah sistem kepemimpinan ketua adat atau bahasa daerahnya sering

disebut natua-tua ni huta. Pada perkembangan zaman saat ini dimana sistem

pemerintahannya dipimpin oleh Camat sebagai pimpinan kecamatan, peran dari para

natua-tua ni huta ini pun tetap tidak berkurang, hanya fungsinya saja yang mengalami

perubahan.

a. Terjadinya Perubahan Struktur Kepemimpinan di Desa dari Awal Terbentuknya

Desa hingga Sekarang

Perubahan kepemimpinan di daerah Sumbul terjadi karena sudah

masuknya sistem politik pemerintahan nasional. Sistem kepala suku atau natua-tua

ni huta yang sebelumnya dipakai oleh masyarakat pun kini berganti menjadi

sistem birokrat yang lebih modern. Natua-tua ni huta pada awalnya merupakan

kepala suku di daerah tersebut yang berasal dari suku asli (Pak-Pak), yang

memimpin suku bangsa asli dan suku-suku bangsa pendatang.

b. Keberadaan Tokoh yang Menjadi Panutan dan Disegani oleh Masyarakat

Pada saat ini dimana kehidupan di daerah sumbul sudah semakin beragam

dengan hadirnya suku-suku bangsa lain seperti Karo, Toba, Jawa dan lain-lain.

Page 17: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Akhirnya lahirlah beberapa tokoh dari masing-masing suku bangsa yang disegani

oleh suku-suku bangsa lainnya. Perwakilan atau pemimpin tokoh dari suku-suku

bangsa tersebut kemudian melatarbelakangi terbentuknya walu suhu. Walu suhu

merupakan perwakilan tokoh dari masing masing suku bangsa yang berada di

Sumbul. Walu suhu memiliki arti delapan suku, yang dimana pengertian ini

mengacu kepada pemimpin delapan suku yang terdiri dari:

- Suku bangsa Pak-pak

- Suku bangsa Batak Toba yang dibagi menjadi tiga : Samosir, Balige, Tarutung

- Suku bangsa Karo

- Suku bangsa Simalungun

- Suku Bangsa Jawa

c. Fungsi Tokoh Tersebut Dalam Kehidupan Desa

Fungsi dari tokoh-tokoh adat tersebut (walu suhu) adalah sebagai

pengambil keputusan ketika ada suatu masalah yang terjadi didaerah tersebut dan

harus dilakukan musyawarah sebagai jalan penyelesaiannya. Dimana dalam

penyelesaiannya, musyawarah tersebut melibatkan delapan suku yang kemudian

masing-masing suku diwakili oleh salah satu tokoh yang tergabung dalam walu

suhu. Maka dalam pengambilan keputusan dimusyawarah tersebut, walu suhu lah

yang berperan sebagai pengambilan keputusan.

1. Masa Kejayaan Daerah Sumbul

Masa keemasan di daerah sumbul terjadi pada tahun 1969 hingga akhir 1998.

Daerah Sumbul mengalami periode keemasannya ketika hasil kopi di daerah tersebut

mengalami puncaknya. Penyumbang hasil kopi terbanyak yang didapat oleh daerah

sumbul didapat dari Desa Perjuangan dan Pergambiran. Adanya harga yang tinggi dan

pangsa pasar yang sangat luas mumbuat petani kopi mendapat banyak keuntungan.

2. Masa Keterpurukan Daerah Sumbul

Masa keterpurukan di daerah Sumbul terjadi pada tahun 2012. Tahun 2012

merupakan tahun yang paling berat yang pernah dilalui oleh para petani kopi di daerah

Sumbul. Keterpurukan ini diakibatkan oleh hasil pertanian yang banyak namun

mengalami kerugian karena harga jual kopi yang rendah. Pada masa keemasannya kopi

Page 18: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Sumbul dapat dihargai Rp.20.000/kg, namun sekarang petani hanya dapat menjual

kopinya dengan harga Rp.10.000/kg, kondisi ini membuat petani resah karena ongkos

dari penanaman sampai pemanenan tidak sebanding dengan hasil yang mereka

dapatkan. Tidak diketahui pasti penyebab dari turunnya harga kopi ini. Namun di

kalangan petani kondisi ini ditengarai diakibatkan oleh para tengkulak dan orang-orang

penting yang mengatur jalan keluar masuknya produksi kopi di daerah ini. Para petani

pun berharap dengan adanya penelitian ini, dapat menjelaskan apa sebenarnya

permasalahan yang sedang mereka hadapi. Satidaknya itu merupakan ungkapan dari

para petani yang kami wawancarai baik di Desa Perjuangan maupun Desa

Pergambiran.

3. Momentum atau Periode yang Dianggap Punya Pengaruh Penting Terhadap

Kondisi Daerah Tersebut (Sumbul)

Momentum yang memiliki pengaruh penting di daerah tersebut adalah pada

saat perjuangan suku bangsa Batak Toba merebut Desa Perjuangan yang di klaim milik

marga Matanari yang merupakan bagian dari suku bangsa Pak-Pak. Kemenangan suku

bangsa Batak Toba dalam perebutan tanah ini berdampak pada desa-desa lainnya.

Dimana desa-desa yang pada penggarapan lahan pertaniannya dilakukan oleh suku

pendatang kemudian menjadi tanah sah milik para penggarapnya.

4. Keberadaan Penduduk Asli dan Pendatang

Suku yang pertama kali mendiami daerah sumbul ini adalah suku bangsa Pak-

Pak atau dikenal juga sebagai suku bangsa asli bagi suku-suku bangsa pendatang.

Keberadaan suku bangsa asli tersebut (Pak-Pak) masih ada, namun jarang dijumpai di

daerah sumbul ini. Dikarenakan suku bangsa asli tersebut sudah banyak yang pindah

ke dacrah Pak-Pak Barat. Sehingga daerah Sumbul ini lebih di dominasi oleh

keberadaan suku bangsa Batak Toba dan Karo. Suku bangsa Pak-Pak tersebut sudah

mulai tersaingi dari segi ekonomi, pendidikan maupun politik. Kita dapat melihat hal

tersebut dari banyaknya aparat pemerintahan daerah yang didalamnya di dominasi oleh

batak Toba, maupun dari segi pendidikan dimana banyak sekali anak-anak dari suku

bangsa pendatang yang berhasil dari segi akademis hingga bisa menjadi sarjana

Page 19: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

a. Awal Mula Para Pendatang atau Suku-Suku Bangsa Lain Masuk dan Tinggal

ke Daerah Sumbul

Awal mula masuknya para pendatang dari suku lain adalah diakibatkan oleh

pembukaan lahan besar-besaran yang dilakukan pemerintah di daerah terpencil

seperti Desa Perjuangan dan Pergambiran di Kecamatan Sumbul. Pada awal

mulanya para pendatang tersebut bukan berprofesi sebagai petani kopi, melainkan

sebagai petani nilam dan kemenyan. Ini adalah salah satu faktor yang membuat

mengapa para pendatang memilih daerah ini untuk menjalani hidupnya. Selain

masih banyaknya lahan yang bisa digarap, harga dari komuditas tanaman tani masih

sangat menggiurkan. Suku bangsa yang menjadi pendatang pertama kalinya adalah

suku bangsa Batak Toba yang berasal dari Samosir dan Balige.

b Penyebab Datangnya Para Pendatang dari Daerah Lain

Faktor yang menyebabkan suku-suku bangsa pendatang tersebut dalam hal ini

Batak Toba datang dan memilih untuk tinggal di daerah ini adalah karena

pembukaan lahan dari pemerintah dan masih suburnya tanah didacrah ini untuk

membuka lahan pertanian mereka. Lain halnya dengan suku bangsa Batak Toba,

maka suku bangsa Jawa datang ke daerah ini lebih dikarenakan ingin mengikuti

kesuksesan suku bangsa Batak Toba yang telah terlebih dahulu tinggal di daerah ini.

c. Reaksi Mayarakat Asli Terhadap Para Pendatang

Sikap dari penduduk suku bangsa atau masyarakat asli terhadap pendatang tentu

mendapat pertentangan pada awalnya. Pertentangan ini di dominasi oleh persoalan

lahan yang ditempati oleh suku pendatang yang di klaim milik penduduk asli daerah

tersebut dalam hal ini suku bangsa Pak-Pak. Sebagai contoh di Desa Perjuangan

yang sebelumnya sudah dijelaskan. Namun sekarang pertentangan-pertentangan

tersebut sudah bisa dikatakan tidak ada. Karena baik suku asli maupun pendatang

telah hidup damai berdampingan dalam kurun waktu yang lama.

Page 20: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

5. Mulai Masuknya Agama ke Daerah Sumbul

a. Proses Masuknya Agama ke Daerah Sumbul

Tahun berapa masuknya agama ke daerah Sumbul ini tidak dapat diketahui

dengan pasti. Ini dikarenakan agama sudah ada sejak daerah tersebut dibuka.

Tidak ada data untuk mengetahui bagaimana proses masuknya agama ke daerah

ini. Namun banyak masyarakat berpendapat bahwa masuknya agama ke daerah

ini pertama kali dibawa oleh para pendatang yang didominasi oleh suku bangsa

Batak Toba. Agama yang pertama kali masuk ke daerah ini adalah agama kristen

katolik yang kemudian diikuti oleh Kristen Protestan dan Islam.

b. Reaksi Masyarakat Pada Saat Pertama Kali Masuknya Agama ke Daerah Sumbul

Reaksi masyarakat pada saat pertama kali masuknya agama ke daerah sumbul

adalah bersikap sangat menerima. Rasa penasaran masyarakat akan apa arti

agama mendorong perkembangan yang begitu pesat dalam bidang agama.

Masyarakat yang pada awalnya tidak memiliki agama pun kemudian memilih

agama yang ia rasa cocok dengan kehidupannya.

6. Sejarah Masuknya Kopi di Desa Perjuangan dan Pergambiran Kecamatan

Sumbul

Pada awalnya bibit kopi dibawa langsung oleh petani kopi dari daerah

Tapanuli ketika membuka Desa Perjuangan dan Pergambiran yang kemudian

menyebar ke daerah lain. Kopi yang pertama kali di tanam adalah kopi robusta.

Kopi robusta dibawa langsung dari Tapanuli oleh suku Batak Toba ketika membuka

Desa Perjuangan dan Pergambiran, karena hasil kopi robusta kurang menjanjikan,

maka petani kopi mulai beralih ke kopi arabika. Kopi arabika pertama yang ditanam

adalah jenis kopi jogor/jugur. Kopi ini sudah sangat langka dan hasil yang produksi

juga kurang banyak, umur panen kopi juga sangat di lama yakni hingga 10 tahun.

Kemudian petani menanam kopi Jember yang berasal dari Jember lalu terakhir kopi

ateng yang di kembangkan di Desa Littong, Dolok Sanggul Kabupaten Dairi.

Menurut wawancara yang kami lakukan di dua desa penghasil kopi di

daerah Sumbul, yang pertama kali memperkenalkan kopi di daerah ini adalah suku

Page 21: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

bangsa Batak Toba. Suku bangsa batak toba membawa bibit kopi dari Tapanuli

untuk kemudian ditanam dan di kembangkan di daerah Sumbul.

Pada awalnya mata pencaharian masyarakat di daerah ini adalah sebagai

penghasil nilam dan kemenyan. Namun pengolahan Nilam yang membutuhkan

waktu lama dan hasilnya yang tak seberapa membuat masyarakat mengganti

tanamannya. Sedangkan pekerjaan pengumpul kemenyan telah dianggap

ketinggalan zaman oleh anak muda yang ada di daerah tersebut. Maka hal ini pula

yang melatar belakangi bergantinya mata pencaharian masyarakat menjadi petani

kopi. Jenis kopi yang pertama kali ditanam di daerah ini (Sumbul) adalah jenis kopi

robusta. Namun karena berbagai masalah yang dihadapi oleh para petani,

masyarakat kemudian mengganti jenis tanaman kopinya.

Masyarakat telah beralih dengan mengganti jenis-jenis tanaman kopinya,

diantaranya jenis kopi arabika yaitu kopi jogor/jugur, kopi jember dan terakhir kopi

ateng. Pergantian ini dikarenakan jenis-jenis kopi sebelumnya yang dirasa petani

kurang menguntungkan, sehingga memaksa petani untuk berpindah-pindah dalam

memilih tanaman kopi yang paling ideal dan menguntungkan untuk di tanam.

Hingga sampai pada pilihan jenis kopi ateng yang bercirikan pohon yang pendek

dengan buah yang banyak dan berbuah setelah 3 tahun di tanam.

7. Mata Pencaharian Masyarakat di Daerah Sumbul

Dalam kehidupan masyarakat di daerah Sumbul, tidak semua masyarakat

bermata pencaharian sebagai petani kopi. Mata pencaharian masyarakat di daerah

ini memang di dominasi oleh petani kopi. Persentasenya sekitar 90% petani kopi,

5% Pegawai Negeri Sipil (PNS), polisi, tentara, pedagang dan lain-lain. Itupun

dalam beberapa kesempatan saya menjumpai dua orang Polisi yang dalam

kehidupannya sehari hari juga bertani kopi sebagai mata pencaharian tambahan.

Sebelum berprofesi sebagai petani kopi, masyarakat di daerah ini menggantungkan

hidupnya sebagai penghasil nilam dan kemenyan. Setidaknya itulah informasi yang

kami dapat pada saat wawancara.

Page 22: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB V

BUDIDAYA KOPI

Di pasar kopi internasional, kopi Indonesia juga banyak digemari. Namun,

produsen kopi Indonesia yang umumnya berasal dari perkebunan rakyat masih belum

mampu memenuhi permintaan pasar yang tinggi tersebut, baik pasar dalam negeri

maupun luar negeri. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi

penghambat selama proses budidaya kopi. Mulai dari proses penanaman sampai

pemanenan yang akhirnya mempengaruhi mutu kopi yang dihasilkan.

Oleh karena itu, penanganan budidaya kopi harus diberikan secara optimal,

terutama dalam hal penerapan teknik budidaya dan cara pengolahan yang benar.

1. Media Tanah

Tanah yang digunakan dalam menanam kopi adalah jenis tanah yang

gembur. Yang memiliki unsur kompos dan memilki ph standar yakni 5,0-7,0.

Semakin tinggi kandungan ph yang terdapat dalam tanah maka semakin baik untuk

tanaman kopi. Jarak antara tanaman kopi yang satu dengan tanaman kopi lainnya

adalah 2,5m sampai 3m. Jarak antara tanaman kopi yang satu dengan kopi yang

lainnya memang tidak boleh terlalu dekat karena bisa membuat kurang masuknya

cahaya matahari pada tanaman kopi yang kemudian berdampak pada hasil kopi

yang didapat kurang maksimal. Tanaman kopi yang baik memang lebih cocok

ditanam di daerah beriklim dingin atau sejuk yang bersuhu sekitar 15-20 seperti

daerah Sumbul Sidikalang ini. Hal ini dimaksudkan agar tanaman kopi tersebut

bertahan lama. Kopi yang ditanam pada suhu sejuk atau dingin akan bertahan pada

usia yang cukup lama yakni hingga puluhan tahun ketimbang tanaman kopi yang

ditanam pada suhu yang panas.

2. Jenis Kopi yang Ditanam

Jenis kopi yang umum ditanam di daerah Sumbul ini adalah jenis kopi ateng

atau kopi Arabika. Hal ini dikarenakan cara perawatannya yang mudah, tidak

Page 23: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

membutuhkan banyak biaya dan harga jualnya lebih tinggi dari pada kopi Robusta

yang menyebabkan jenis kopi ini paling banyak di tanam oleh petani kopi yang ada

di Sumbul. Jenis Bibit kopi ateng ini bisa diperoleh dengan cara pembibitan sendiri

ataupun bisa dibeli di Dinas Pertanian Kec. Sumbul melalui kelompok-kelompok

petani.

3. Latar Belakang Bertani Kopi

Pada umumnya para petani kopi yang terdapat di Kecamatan Sumbul

memang lebih memilih usaha bertani kopi sebagai usaha utama. Hal ini dikarenakan

bertani kopi lebih mudah dibandingkan bertani tanaman lain serta penghasilan yang

didapat cukup lumayan. Seperti salah satu informan yang kami wawancarai. Ia

dalam sebulan dapat memanen 192 kg kopi dengan harga jual kopi per kilo nya

adalah Rp.15.000. Dari hasil pertaniannya la dapat menghasilkan sekitar Rp.

2.880.000/bulannya.

4. Pembibitan

Dalam pertanian pasti ada yang namanya proses pembibitan. Pembibitan

dalam penanaman kopi ialah pertumbuhan bibit kopi selama berada dalam polyback

hingga siap ditanam dilahan luas. Adapun teknik-teknik yang di gunakan dalam

melakukan pembibitan ialah:

a. Menyiapkan bibit yang akan ditanam. Dengan ciri-ciri bibit baik adalah bibit

yang di peroleh dari buah kopi yang berwarna merah dan berbiji 2 dan berukuran

besar.

b. Menyiapkan polyback yang akan dipakai pada saat pembibitan awal. Buah kopi

yang sudah didapat harus dikupas lalu dicuci. Hingga kemudian dimasukkan ke

dalam polyback yang berisi tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kompos.

Page 24: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Gambar. 5.1. Bibit Kopi yang Ada di Dalam Polybag

5. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tahap yang paling wajib dalam proses

penanaman. Karena pupuk merupakan sumber protein bagi tanaman. Pada tanaman

kopi, pupuk yang dipakai ada dua jenis yakni, pupuk alami (kompos) berupa

kotoran ternak dan pupuk kimiawi. Dalam proses pemupukan pada tanaman kopi

biasanya dilakukan pada saat tanaman kopi mulai berbunga. Untuk jenis pupuk

kimiawi biasanya para petani kopi membelinya di KUD (Koperasi Unit Desa) yang

terdapat di kawasan sekitar Sumbul. Tahap atau cara yang dilakukan dalam

pemupukan bebas namun, kebanyakan petani memberikan pupuk sebanyak-

banyaknya pada tanaman mereka dengan cara dikubur bersama dengan tanah

ataupun menaburkan di sekitar tanaman kopi tersebut.

6. Hama

Hama yang paling sering menyerang tanaman kopi di Sumbul adalah ulat

buah, semut (yang bersarang di tanaman kopi). Dari semua hama tersebut yang

paling berbahaya ialah ulat buah dan jamur merah yang terdapat pada batang

tanaman kopi. Hama ulat buah biasanya terdapat dalam buah kopi tersebut dan

memakan buah kopi tersebut. Ciri-ciri ulat tersebut: sangat kecil, dan berwarna

hitam.

Gambar. 5.2. Contoh Biji Kopi yang Terkena Hama Ulat Buah

Adapun hama lainnya adalah hama jamur merah yang untungnya belum

terdapat/di temukan di pertanian kopi yang berada di kecamatan Sumbul. Namun,

Page 25: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

hama inilah yang paling berbahaya dan di takuti para petani kopi. Hama ini

biasanya akan tumbuh di batang kopi. Hama jamur merah bersifat merusak seluruh

batang tanaman kopi. Sehingga para petani kopi ini akan mengalami kerugian yang

sangat parah karena kerusakan pada batang pohon dapat mengakibatkan pohon kopi

tersebut mati. Kemudian ada hama yang lain lagi yaitu hama semut. Tanda-tanda

pohon kopi yang terkena hama semut bisa dilihat dari buah kopi yang membusuk

dan menghitam. Cara yang dapat digunakan petani kopi untuk menangani hama

semutini adalah dengan cara mengikis sarang semut yang terdapat pada tanaman

kopi dan menyemprotkan pestisida pada tanaman kopi. Pestisida tanaman kopi yang

dipakai adalah antrakol detain

7. Pendederan atau Penyebaran Bibit

Penyebaran bibit dilahan biasanya dilakukan pada saat bibit berusia 6-7

bulan. Penyebaran bibit ini dilakukan secara manual, yakni dengan cara meletakkan

bibit kopi yang sudah ditanam pada polyback kedalam lahan tanah yang sudah

disediakan. Tanah yang akan dipakai untuk melakukan pendederan harus telah

dilubangi sekitar 25 cm.

Gambar. 5.3. Seorang petani yang sedang melakukan pendederan

8. Pemangkasan

Tanaman kopi yang baik dipangkas pada saat masih muda dan batangnya

belum terlalu tinggi. Pemangkasannya dilakukan dengan cara memotong pucuk dan

batang batang/ranting. Hal ini dilakukan agar tanaman kopi lebih banyak

Page 26: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

mendapatkan cahaya matahari dan jarak antara tanaman kopi satu dengan kopi

lainnya tidak terlalu berdekatan.

9. Pemanenan

Pemanenan kopi biasanya dilakukan 2 kali dalam sebulan. Panen yang bagus

pada saat pertama kali melakukan pemanenan ialah pada saat tanaman kopi berusia

3,5 tahun, tapi ini hanya berlaku pada jenis kopi ateng. Dan buah kopi yang bisa

dipanen yakni kopi yang memilki warna merah terang.

Page 27: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB VI

SOSIAL BUDAYA

Kami wawancara 5 orang informan yang berasal dari Desa yang berbeda

diantaranya, Desa Sikunihan dan Desa Pergambiran. Kami melakukan wawancara

dengan salah seorang informan di desa Sikunihan ketika proses observasi berlangsung.

Kami mengamati sekitar Desa tersebu ternyata hampir semua masyarakat memiliki

lahan kopi. Kopi bisa dikatan senagai sumber penghasilan utama bagi desa ini.

Berdasarkan hasil wawancara dari sekian banyak informan, kami mendapat

informasi yang sebenarnya hampir sama. Jenis kopi yang banyak ditanam di Desa

Sikunihan dan Desa Pargambiran adalah jenis kopi ateng (Arabika). Ada beberapa

faktor yang menyebabkan para petani lebih memilih kopi Arabika dibandingkan kopi

Robusta, dalam hal ini jenis kopi arabika yang dimaksud adalah kopi ateng.

Masyarakat memilih kopi ateng karena dianggap lebih menguntungkan. Hal itu telah

dirasakan sendiri oleh masyarakat tersebut. Kebanyakan masyarakat pada awalnya

menanam kopi Robusta namun setelah hasilnya yang kurang menguntungkan akhirnya

masyarakat beralih kejenis kopi ateng (Arabika). Hal ini dirasakan langsung oleh

petani tersebut setelah memproduksinya selama tiga tahun. Ternyata setelah tiga tahun

dalam masa panen kopi mulai layu/mati satu persatu. Kopi Robusta ternyata berumur

pendek.

1. Sosial-Budaya Masyarakat Desa Sikunikan

Informan pertama yang kami datangi yaitu Ibu Simanjuntak di desa

Sikunihan II. Beliau memiliki lahan kopi seluas 8 hektar. Jenis kopi yang ditanam

yaitu kopi ateng (arabika). Kopi tersebut berumur 10 tahun dengan tinggi sekitar

+ 2 meter. Ibu Simanjuntak mengurus sendiri kopi tersebut karena suaminya telah

meninggal dunia sekitar 15 tahun yang lalu. Ibu Simanjuntak menghidupi sendiri

ketiga orang anaknya. Namun sekarang dua diantara anak-anaknya sudah menikah

dan satu lagi sudah hidup mandiri.

Page 28: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Lahan kopi yan digunakan oleh Ibu Simanjuntak merupakan lahan sendiri.

Lahan tersebut sebagian dipakai untuk menanam tanaman muda seperti cabe.

Tujuannya adalah karena kopi tidak setiap saat dapat dipanen sehingga untuk

menutupi kebutuhan sehari-hari diperlukan usaha sampingan. Dalam memulai

bertani kopi Ibu simanjuntak membutuhkan modal sekitar Rp 5.000.000. Modal

tersebut digunakan untuk pengadaan bibit, perawatan, pemupukan serta pengolahan

hingga kopi dapat dijual.

2. Sosial-Budaya Masyarakat Desa Pergambiran

Informan kedua yaitu Ibu Pananda yang bertempat di Desa Pergambiran.

Beliau menanam kopi ateng (arabika). Beliau memiliki luas lahan kopi sekitar 500

hektar. Kopi merupakan usaha utama bagi keluarga ini. Ibu memiliki tanaman

tambahan seperti tomat dan cabe. Beliau bercocok tanam kopi sekitar 3 tahun

lamanya, sehingga kopi beliau masih tergolong muda.

Penanaman kopi dilakukan dengan pembibitan sendiri yang membutuhkan

waktu sekitar 8 bulan hingga 1 tahun.

Pembibitan yang dibuat bersumber dari kopi pilihan yang memiliki kriteria

yakni: kopi tersebut merupakan kopi yang benar-benar tua, merah, besar dan berasal

dari pohon kopi yang sudah berumur panjang. Setelah pembibitan beliau bersama

suaminya melakukan penanaman. Jarak tanam yang dibuat yaitu sekitar 2 sampai

2,5 meter, alasannya agar tanaman lain bisa ditanam di bawah pohon kopi tersebut.

Berbagai perawatan yang dilakukan sehingga menghasilkan kopi yang

berproduksi tinggi. Setelah penanaman beliau melakukan pemupukan sekitar 3

tahun sekali. Pupuk yang dipergunakan bermacam-macam, yaitu pupuk organik dan

pupuk non organik (kompos) kandang dan kulit kopi. Selain itu dilakukan juga

penunasan. Tunas-tunas kecil yang tumbuh diranting dan di batang harus dibuang.

Tunas-tunas kecil itu jika tidak dibuang akan mengganggu pembuahan kopi.

Menurut Ibu Pananda, kopi membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk dapat

memproduksi buah

Page 29: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Ibu Pananda merasa sangat menguntungkan sekali untuk bercocok tanam

kopi. Kopi tidak memerlukan perawatan yang banyak. Setelah kopi dibersihkan, di

pupuk maka bisa ditinggalkan. Hal ini membuat Ibu Pananda bisa mengurus

tanaman yang lain.

Dengan melakukan wawancara yang begitu singkat berhubung ibu Pananda

memiliki kegiatan lain sehingga kami berlih ke informan yang selanjutnya. Kami

bertemu dengan Pak Regar dan Ibu Siallagan. Usaha kopi sudah lima tahun

dilakukan sejak awal menikah. Kopi itu merupakan kopi warisan dari orang tua.

Saat ini kopi ssudah berumur 12 tahun. Luas lahan kopi sekitar 10 rantai (± 700

hektar). Jenis kopi yang dibudi dayakan yaitu kopi ateng (arabika). Beliau juga

melakukan berbagai perawatan-perawatan untuk menghasilkan kopi yang optimal.

Namun, dengan keadaan kopi yang sudah berumur, kopi sulit sekali menghasilkan

buah yang bagus dan melimpah.

3. Perbedaan dan Kesamaan Sosial Budaya di Daerah Sumbul

Dari sekian banyak informan yang kami temui, saling ada kesamaan diantara

mereka. Perbedaan mendasar dari kebanyakan mereka yaitu cara perawatan dan

pembibitan. Masyarakat di desa ini kebanyakan menanam kopi jenis Arabika.

Mereka memiliki alasan yang sama untuk memilih jenis kopi ini. Alasan-alasan itu

adalah, umur kopi robusta yang sangat pendek, kopi robusta juga membutuhkan

perawatan yang banyak dibanding kopi ateng selain itu kopi ateng (Arabika)

memiliki tingga batang yang bisa dijangkau oleh pemiliknya, sehingga tidak

mengkhawatirkan apabila kopi sudah bertambah besar.

Jenis kopi yang berbeda yang ditanam oleh salah seorang informan (Ibu

Limbong). Beliau memilih bibit kopi brazil untuk dibudidayakan. Ibu Limbong

ingin melihat bagaimana perbedaan jenis kopi ini dengan kopi ateng. Kopi ateng

merupakan kopi yang sebelumnya sudah ditanam oleh Ibu Limbong dilahan yang

berbeda. Sampai sejauh ini beliau tidak mampu menjelaskan lebih mendalam

tentang kopi ini. Berhubung kopi ini masih keluaran baru. Tidak semua orang yang

di desa ini yang mengetahui jenis kopi Brazil. Perbedaan yang sudah diketahuinya

yaitu daunnya lebih tebal dan besar. Daun lebih hijau dan tingginya hanya sekitar 2-

Page 30: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

3 meter hingga kopi mati. Buah kopi Brazil juga lebih besar. Namun harganya sama

dengan kopi Ateng (Arabika).

Informan-informan yang kami wawancarai untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari mereka melakukan usaha sampingan. Mereka tidak terfokus pada usaha

kopi. “kalau kami hanya mengurusi kopi ini jadi kami harus makan apa jika tidak

musim panen, kecuali jika kopi kami berhektar-hektar dan kami bisa

menyimpannya", kata salah seorang informan kepada kami.

Page 31: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB VII

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI

Bagaimana cara masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa

dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan pertukaran?

Faktor ekonomi adalah hal yang penting dikaji untuk mengetahui kehidupan

masyarakat. Di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu

dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat

tersebut.

Denyut nadi kehidupan sebagian besar masyarakat Di kabupaten dairi

khususnya di Kecamatan Sumbul terletal di sektor pertanian. Daerah ini adalah

masyarakat agraris, di mana tanaman kopi dijadikan sebagai tumpuan sosial ekonomi

oleh sebagian besar rakyat.

Produksi dan pendapatan petani merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Agar pendapatan petani kopi dapat meningkat maka diperlukan suatu

pengelolaan usahatani agar kegiatan usahatani kopi miliknya dapat dilaksanakan secara

efisien mungkin, sehingga dapat meminimalisir biaya. Pengelolaan usahatani kopi

harus dilakukan dengan benar agar petani memperoleh keuntungan sehingga usahatani

kopi ini layak diusahakan secara ekonomi. Dalam melaksanakan usahatani kopi, petani

dipengaruhi karakteristik sosial ekonomi yang nantinya mempengaruhi keputusan

petani itu dalam berusahatani.

Sama halnya dengan petani kopi di daerah Kecamatan Sumbul, pedapatan dan

produksi kopi tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi. Musim

panen yang dapat dilakukan secara terus menerus yaitu panen sekali dalam dua

minggu, tidak dapat membutuhi kehidupan jika harga jual kopi ini rendah.

Untuk dapat menghasilkan produksi yang cukup, perlu ada biaya tambahan

yang perlu dikeluarkan sebagai biaya perawatan. Namun untuk biaya ini pun perlu

dana yang cukup besar. Sehingga untuk menjadi tumpuan kehidupan masyarakat tidak

Page 32: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

dapat lagi mengandalkan hasil dari kopi ini untuk biaya kehidupan. Untuk itu banyak

para petani lain mengambil inisiatif lain untuk memenuhi kehidupan sehari-hari

tersebut antara lain dengan menanam tanaman muda di tepi-tepi ladang mereka dan

hasil ini cukup untuk memenuhi kebutuhan itu. Selain itu ada juga petani kopi ini

membuka warung sebagai sampingan pekerjaan sebagai petani. Bahkan petani ini juga

terkadang menjadi buruh upah untuk mengerjakan ladang lain, meskipun upah yang

diperoleh tidak seberapa. Tetapi mereka dapat mencukupi kehidupan keluarga mereka.

Dari kehidupan tersebut dapat dibagi ke dua segi yaitu dari segi kehidupan sosial dan

segi kehidupan ekonomi.

1. Dari Segi Kehidupan Sosial

Dilihat dari segi kehidupan sosial masyarakat petani kopi di daerah Dairi

khususnya Desa Perjuagan dan Pengambiran memiliki hubungan sosial yang cukup

baik antara satu dengan yang lain. Hal itu dapat terlihat dari komunikasi antara

sesama penduduk yang sering bercengkrama di kedai kopi ataupun di teras rumah

warga dan juga diperkebunan mereka masing masing. Mereka tidak mengenal

adanya lawan ataupun perbedaan antara mereka.

Di dalam kehidupan sosial mereka selalu adanya perkumpulan untuk

membahas tentang segala hal terutama tentang perkebunan kopi dan harga kopi di

daerah desa Perjuangan dan Pengambiran serta membahas tentang kehidupan yang

menyangkut kehidupan sosial. Ketika ada acara atau perayaan seperti natal, banyak

warga yang bergotong royong untuk mensukseskan acara dan hampir seluruh warga

akan hadir dalam acara tersebut.

Secara sosial kehidupan masyarakat Desa Perjuangan dan Pergambiran

didasari jiwa tolong menolong antara satu dengan yang lain. Jika mereka kesusahan

mereka saling membantu dan mereka saling berdekatan antara satu dengan yang

lain. Kehidupan sosial mereka tidak ada rasa saling kecemburuan antara satu

penduduk dengan yang lain.

2. Dari Segi Sosial Ekonomi

Page 33: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Pada umumnya pekerjaan utama dari warga masyarakat di Desa

Pergambiran dan Perjuangan adalah petani kopi. Tetapi saat ini sudah banyak juga

yang beralih dengan tanaman muda seperti jagung, cabai ataupun tomat. Dari

informan yang kami temui kami mendapat informasi bahwa sebagian besar petani

kopi sudah memiliki lahan pertanian sendiri walaupun ada juga sebagian yang

masih mengerjakan lahan orang lain. Lahan itu biasanya diperoleh dari harta

warisan orang tua atau membeli tanah sendiri. Untuk masalah modal, beberapa

petani yang kami jumpai mengaku bahwa ada yang mendapatkan modal utama dari

keluarga, tetapi banyak juga yang meminta pinjaman modal dari para agen yang

biasa menjualkan hasil pertanian mereka dengan syarat tertentu. Jenis kopi yang

mereka tanam kopi Ateng atau Arabika atau menurut bahasa setempat kopi sibayar

hutang (menutup hutang) karena hasil panen kopi digunakan untuk membayar

hutang. Harga penjualan kopi biasanya sekitar Rp.10.000 sampai Rp.13.000 per

kilo. Menurut pengakuan mereka, harga itu turun dari harga biasanya, sehingga

pendapatan yang mereka terima menurun. Untuk perawatan, biasanya para petani

menggunakan pupuk ataupun pestisida yang harganya sekitar Rp.10.000 per kilo.

Kebanyakan keadaan rumah dari para petani itu sangat sederhana dan semi

permanen. Untuk biaya perbulan, kebanyakan para petani itu tidak memperkirakan

berapa biaya selama sebulan, dan juga ada yang mengatakan rata-rata per bulan

mereka hanya Rp.1.000.000 per bulannya, semuanya itu dibagi dalam semua hal

baik dalam biaya rumah tangga, anak sekolah dan biaya tak terduga. Mereka juga

mengatakan sebanyak apa hasil panen yang mereka peroleh, maka sebesar itu juga

yang mereka gunakan. Untuk biaya jajan anaknya juga hanya seribu rupiah saja.

Mereka mengatakan mereka hidup dengan apa adanya yang mereka dapati. Setelah

itu ada yang mengatakan juga kehidupan mereka tidak dapat mencukupi ekonomi

mereka.

Setelah itu dalam hal kehidupan ekonomi di daerah tersebut mereka tidak

hanya dengan bertani kopi saja tetapi juga bekerja di tempat orang lain, dan juga

berjualan di kedai-kedai kopi yang berbedekatan dengan pemukiman daerah

tersebut, Walaupun pendapatan mereka tidak sebesar dari pendapatan tani kopi

yang mereka punya untuk memenuhi kehidupannya.

Page 34: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Bentuk rumah di Desa Pergambiran dan Perjuangan rata rata semi

permanen. Sebagian penduduk dari Desa Perjuangan dan Pergambiran tersebut

rumah yang mereka miliki itu hanya pinjaman dan pemberian dari orang tua dan

ada juga yang membangun sendiri dari hasil panen tani kopi yang dihasilkan

pertama kali oleh mereka.

Untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari seperti sayur dan lauk paluk,

para petani kopi itu biasanya pergi ke Desa Pergambiran atau pergi ke Sumbul

karena disana terdapat pasar tradisional yang cukup besar. Lauk yang biasanya

mereka makan itu ikan asin atau ikan pora-pora.

Kehidupan petani kopi pada dasarnya sangat sederhana, Kekeluargaan

terlihat melekat sangat erat diantara para warga. Mereka juga saling gotong royong

di dalam masyarakat.

Kehidupan sosial ekonomi penduduk petani kopi di kedua desa perjuagan

dan pengambiran dapat dikatakan sejahtera. Berdasarkan pengamatan, petani kopi

adalah mata pencaharian utama untuk menafkahi keluarga mereka. Petani tidak

hanya menanam kopi saja, tetapi juga menanam jenis tanaman yang lain. Mereka

tidak hanya menggantungkan hidup pada hasil kopi saja.

Kebanyakan anak dari para petani itu setelah tamat sekolah akan

melanjutkan untuk bertani di ladang kopi milik keluarganya. Para petani itu

berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk membantu mensejahterakan

keadaan para petani di Indonesia. Walaupun dengan kehidupan yang sederhana

tetapi para petani selalu bersyukur dengan kehidupan mereka dan menikmmati

hidup sebagai petani kopi. Karena dengan bertani mereka dapat memenuhi

kebutuhan hidup mereka dan membiayai anak mereka sekolah.

Page 35: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB VIII

PENGOLAHAN KOPI

8.1. Klasifikasi Kopi Arabica

Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang praktis dalam cara penyajian

dan tidak sulit ditemukan oleh masyarakat. Banyak sekali jenis kopi yang bisa

dinikmati, tapi tentunya harus disesuaikan juga dengan selera para penikmat kopi.

Beberapa jenis kopi yang umum diketahui oleh masyarakat adalah Kopi Luwak, Kopi

Tubruk, Kopi Robusta, Kopi Arabica. Hasil penelitian berikut ini akan menjelaskan

tentang klasifikasi serta cara pengolahan Kopi Arabica atau biasa disebut oleh

masyarakat Sidikalang kopi Ateng karena pohonnya yang pendek. Para petani kopi di

Sumbul lebih cenderung memproduksi Kopi Arabica daripada Kopi Robusta, karena

hasil panennya yang lebih cepat yakni 1 % tahun - 2 tahun masa panen dan kelebihan

ini menjadi keuntungan tersendiri bagi petaninya. Pembibitan Arabica berasal dari

bibit alami lokal dan harus melakukan penanaman ulang berlanjut. Setelah itu

disemaikan hingga menjadi bibit baru selama +7 bulan. Bibit dimasukkan ke dalam

pollybag selama 3 bulan.

Arabika mempunyai biji yang lebih kecil dibandingkan Robusta, kandungan

kafeinya lebih rendah, rasa dan aroma lebih nikmat dan harga relatif lebih mahal. Kopi

Robusta memiliki perbedaan dengan Kopi Arabika yaitu biji kopi ini butirannya lebih

besar, bentuknya oval, tinggi kafein dan memiliki aroma yang tidak terlalu harum.

Kopi Arabica memiliki aroma yang lebih harum tetapi bagi para penikmat kopi di

Sidikalang, rasa yang dihasilkan tidak senikmat kopi Robusta. Manfaat yang paling

banyak diambil dari kopi Arabica adalah sebagai bahan pewarna pakaian, kertas dan

lainnya. Perawatan tanaman Kopi arabica lebih menggunakan pupuk kompos/organik.

baik dengan

8.2. Alat Pengolahan Kopi Arabica

Page 36: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Berdasarkan hasil penelitian tentang petani kopi di Desa Perjuangan dan Desa

Pergambiran Kecamatan Sumbul, mesyarakat masih mengolah kopi secara manual

dengan menggunakan alat-alt pengolahan tradisional, ini dikarenakan biaya yang

terlalu besar jika menggunakan alat modern. Berikut adalah beberapa alat tradisonal

yang digunakan :

a. Cangkul atau Sabit

Fungsi: untuk mencangkul tanah keras akibat penyemprotan pestisida dan untuk

membersihkan rumput yang ada di lahan tanaman kopi.

b. Hirang (keranjang khas orang Batak) terbuat dari rotan Fungsi: untuk membawa

buah kopi yang sudah matang.

Gambar. 8.1. Contoh Hirang

c. Gunting khusus

Fungsi: untuk memangkas biji kopi yang sudah memasuki usia produksi.

d. Mesin penggiling manual

Fungsi: untuk mengupas kulit biji kopi.

Page 37: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Gambar. 8.2 Contoh Mesin Penggiling Manual

e. Karung atau Tong Plastik

Fungsi: untuk memasukkan biji kopi yang telah dikupas dan bersih dari lendir.

f. Goni atau Terpal

Fungsi: sebagai alas/tempat penjemuran kopi yang telah dibersihkan.

g. Karung Goni

Fungsi untuk menyimpan biji kopi yang sudah kering dan siap dijual.

h. Saringan

Fungsi: untuk proses pengayakan setelah proses penggosengan agar dapat

memisahkan kopi yang lembut dan kasar.

Beberapa alat Modern yang digunakan :

a. Mesin penggiling (mesin pulper)

Biaya : sekitar Rp 300.000,- - Rp 500.000,

Fungsi : untuk proses pengupasan biji kopi agar terlepas dari kulitnya.

b. Alat penyemprotan

Fungsi : untuk menyemprot hama/penyakit tanaman dengan insektisida.

Page 38: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

8.3. Metode Pengolahan Kopi Arabica

Bagi petani kopi di Sumbul, metode pengolahan kopi yang baik adalah dengan

menggunakan cara tradisional. Selain karena keterbatasan dana, pola pikir mereka juga

belum bisa menerima metode pengolahan secara modern walaupun sudah ada

penyuluhan dari lembaga pertanian setempat. Berikut penjelasan mengenai metode

pengolahan kopi sesudah dipetik (pasca panen) dari hasil penelitian di kecamatan

Sumbul :

a. Pemangkasan peremajaan kopi

Peremajaan sangat penting dilaksanakan pada tanaman yang sudah tidak produktif

(biji kopi yang sudah tua). Cara pemangkasannya adalah:

Cara pemangkasan Rok

Ambil bagian bawah ranting (dari jarak tanah sampai ke atas) antara 40-60 cm.

Pemangkasan Body (Zig Zag) Pemangkasan dilakukan dengan cara menyilang

untuk mengurangi tunas-tunas air. Jika kurang penunasan hasil kurang baik,

maka akan lebih banyak menguap dari pada tunas air.

Pemangkasan Bayonet Pemangkasan diambil dengan cara mengambil bagian

pucuk supaya tumbuh ke samping bukan ke atas agar mempermudah pemetikan

dan memperbanyak hasil produksi.

b. Panen buah kopi

Petik buah kopi yang sudah berwarna merah matang. Tidak dibenarkan memetik

buah kopi yang masih hijau, kuning atau masih separuh merah. Buah yang kering di

pohon atau yang jatuh ke tanah dibersihkan dan ditimbun dalam tanah agar tidak

menularkan hama/penyakit. Setelah itu harus segera direndam dan digiling dengan

mesin.

Gambar: 8.3 Buah Kopi Yang Sudah Matang Berwarna Merah

Page 39: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

c. Pengupasan

Sebelum dikupas, perhatikan kembali buah kopi yang kira kira masih belum matang

dengan menggunakan mesin pulper. Mesin harus dibersihkan terlebih dahulu dan

tidak boleh tercampur dengan oli atau minyak agar hasil kopi tidak rusak. Sebelum

dikupas, buah direndam sebentar dalam air agar memudahkan pengupasan kulit

buah.

d. Fermentasi

Biji kopi yang telah dikupas kemudian dimasukkan ke dalam karung, tong plastik

wadah yang bersih dan ditutup. Lamanya proses fermentasi hanya satu malam saja

dan tidak boleh lebih agar tidak merusak kualitas kopi.

e. Penyortiran dan pencucian

Setelah melakukan proses fermentasi satu malam, pada pagi harinya kopi dapat

dicuci. Pencucian biji kopi harus menggunakan air bersih dan tidak berbau agar

tidak merusak aroma kopi. Biji yang terapung menandakan biji kosong atau rusak.

Sedangkan biji yang tenggelam menandakan biji yang bagus. Biji yang terapung

serta kulit buah hasil gilingan dimasukkan lubang dan ditimbun dalam tanah.

Tujuannya agar tidak menularkan hama/penyakit khususnya hama penggerek buah

kopi yang bersarang dalam biji kopi.

f. Penjemuran

Setelah biji bersih dari lendir kemudian dijemur. Alas/tempat penjemuran kopi

dapat berupa goni atau terpal. Jangka waktu proses penjemuran tergantung

panasnya matahari, kira-kira selama 3-4 jam.

Gambar. 8. 4. Biji Kopi Saat Dijemur Harus Sampai Kering

Page 40: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

g. Penggongsengan (roasting)

Proses penggongsengan dengan menggunakan wadah (kuali) besar. Proses ini untuk

memasak kopi hingga berwarna kehitaman dan matang merata. Setelah siap matang,

diangkat lalu didingankan terlebih dahulu. Agar hasil kopi Arabica lebih baik, bisa

ditambahkan campuran bahan lainnya seperti kayu manis, cengkeh dan beras agar

rasanya lebih enak diminum.

Gambar 8.5. Pengambilan Kayu Manis Sebagai Bahan Cam puran Kopi Agar

Kopi Lebih Nikmat

h. Penggilingan/Penumbukan

Setelah dingin baru bisa di giling,atau tumbuk manual. Jika dengan cara tumbuk

manual perlu dilakukan proses akhir pengayakkan, fungsinya memisahkan antara

kopi yang lembut dan yang masih kasar.

8.4. Kendala dalam Proses Pengolahan Kopi dan Cara Mengatasinya

Kendala yang dihadapi para petani kopi Sumbul ketika proses pengolahan kopi

dan cara mengatasinya :

A. Hama Penyakit Tanaman Kopi.

Cendawan (Hemileiavastatrix) menyebabkan karat daun. Gejala Serangan:

Terdapat bercak berwarna orange/jingga pada permukaan daun dan dapat

mengakibatkan daun berguguran hingga pohon menjadi gundul.

Bagian bawah daun terdapat bercak yang mulanya berwarna kuning hingga

kuning tua atau kecoklatan.

Page 41: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Pengendalian :

Menanam varietas kopi serta sigarat utang, zat S795, Andong Sari I.

Secara kultur teknis, menjaga kesehatan tanaman dengan cara pemupukan yang

berimbang, pemangkasan dan menanam pohon pelindung yang cukup.

Konsultasi dengan lembaga pertanian berwenang.

Penyemprotan insektisida dalam jangka waktu dua kali setahun.

B. Jamur Upas disebabkan oleh Corticium Salmoniculum Gejala serangan :

Batang/cabang yang terserang menjadi layu mendadak.

C. Modal/biaya

Kendala yang paling banyak dikeluhkan oleh petani kopi di Kecamatan Sumbul

adalah kendala biaya, karena biaya tersebut dibutuhkan untuk pembelian pupuk,

upah pekerja, pembelian alat pengolahan dan kebutuhan lainnya. Pemerintah dan

kepala desa juga kurang memperhatikan kesejahteraan para petani.

D. Iklim (Cuaca hujan)

Cuaca hujan tidak baik bagi tanaman kopi karna dapat mengakibatkan lahan rusak

karena terlalu lembab. Kemarau panjang juga mengakibatkan tanaman kopi susah

berbuah, daun kering, dan jika pun berbuah maka buahnya tidak akan memerah

(masak).

Pengendalian :

Dibuat belengan/paret agar tidak terendam dan akar tidak susah menyerap.

8.5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pasca Panen Kopi

Berdasarkan hasil penelitian pengolahan kopi di Desa Perjuangan, para petani

kopi menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pasca

panen kopi, yaitu :

a. Jangan menyimpan kopi dalam karung bekas pupuk

Page 42: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

b. Gudang tempat penyimpanan harus bersih, tidak dibenarkan dekat dengan bahan-

bahan kimia seperti pestisida, sabun, oli/minyak dan sebagainya.

c. Menggunakan air bersih dan tidak berbau.

d. Tidak dibenarkan menyimpan kopi gabah terlalu lama.

e. Jangan menanam buah kopi yang masih hijau atau kuning.

f. Buah yang baru petik harus segera direndam, jangan biarkan bermalam.

g. Buah yang rusak dan kulit bekas gilingan dikomposkan dalam lubang

h. Sisa air pencucian kopi jangan mencemari sungai atau sumber air bersih yang lain.

Dari hasil penelitian enam informan mengenai pengolahan kopi di Desa

Perjuangan dan Desa Pergambiran di Kecamatan Sumbul Sidikalang kami

menyimpulkan bahwa budaya petani kopi dalam mengolah kopi Arabica masih

menggunakan cara cara tradisional. Peralatan yang digunakan masih seadanya dan

manual karena para petani tidak memiliki banyak biaya. Apalagi bagi petani yang

memiliki kebun sendiri, mereka harus membiayai upah buruh petaninya. Selain itu

pola pikir masyarakat Sumbul masih tetap percaya bahwa pengolahan kopi secara

tradisonal tidak akan merusak kualitas produksi kopi Arabica dan juga alam. Berbagai

penyuluhan dari lembaga pertanian sudah beberapa kali dilakukan dari desa ke desa,

namun para petani kopi lebih mengharapkan perhatian dari pemerintah untuk

kesejahteraan petani kopi, terutama bantuan modal.

Page 43: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin
Page 44: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB IX

DISTRIBUSI KOPI

9.1. Pengertian Distribusi

Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari

produsen ke konsumen. Tujuan diadakannya distribusi adalah untuk meningkatkan

daya guna tempat dan daya guna waktu. Kopi di Sumbul tepatnya di Desa Perjuangan

dan Desa Pergambiran juga mengalami serangkaian proses distribusi yang sangat

panjang hingga sampai ke tangan konsumen.

1. Fungsi Distribusi

Fungsi Distribusi pokok : pembelian, penjualan, transportasi, pergudangan, dan

menanggung resiko.

Fungsi Distribusi Tambahan penyortiran, pengepakan, dan penyampaian

informasi.

Sasaran distribusi adalah untuk meningkatkan penjualan barang dan efesiensi usaha,

faktor-faktor yang mempengaruhi saluran distribusi adalah pasar, barang,

perusahaan, dan kebiasaan pembeli.

2. Sistem Distribusi

a. Sistem distribusi langsung: produsen-konsumen (tanpa perantara)

b. Sistem semi tak langsung: produsen-perantara (milik produsen)-konsumen

c. Sistem tak langsung produsen-perantara orang lain) konsumen

3. Distribusi Kopi yang Berada di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi (Desa

Perjuangan dan Desa Pengambiran)

Bulan-bulan terakhir disetiap tahun, biasanya petani kopi di Desa

Perjuangan dan Desa Penggambiran Kecamatan Sumbul akan memanen kopinya.

Proses inilah merupakan awal dimulainya distribusi kopi kearah yang lebih

Page 45: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

kompleks. Setelah kopi dipanen, selanjutnya petani tersebut akan mengolah kopinya

sebelum akhirnya dijual. Biasanya setelah melakukan pemanenan petani akan

memmbersihkan kulit kopi dan kemudian dilakukan penjemuran hingga kopi

kering. Proses ini memakan waktu dalam beberapa hari hingga dihasilkan kopi

dalam bentuk kopi kulit kopi. Kopi dalam bentuk kulit putih ini yang kemudian

akan dijual kepada cokang / tengkulak. Cokang Tengkulak adalah agen yang

mengumpulkan dan membeli kopi kulit putih dari petani-petani di Desa Perjuangan

dan Penggambiran. Kopi-kopi tersebut dihargai Rp 13.000 - Rp 14.000 perkilonya.

Harga ini relatif berubah disetiap waktunya.

Kopi yang biasa ditanam oleh penduduk lokal adalah kopi jenis Arabika atau

biasa disebut kopi Ateng. Harga kopi Saat ini dinilai petani lebih rendah

dibandingkan tahun lalu yang mencapai harga Rp 30.000 perkilonya.

Selain dalam bentuk kiloan, petani juga menggunakan istilah lokal dalam

menjual kopinya keagen. Istilah tersebut antara lain istilah tumbak dan kaleng, Satu

tumbuk kopi biasanya seharga dengan 2 liter beras. Petani juga menjual dalam

bentuk kopi putih. Satu Kaleng kopi setara dengan 15 kg. Satu kaleng kopi juga

setara dengan 2 kaleng beras.

Tahap selanjutnya dalam proses distribusi kopi ini adalah kopi yang akan

didistribusikan oleh agen ke agen selanjutnya. Banyaknya agen kopi di Desa

Perjuangan dan Desa Pergambiran ini menyebabkan bervariasinya harga kopi

tersebut. Harga kopi ini merupakan harga yang ditetapkan oleh agen agen tersebut.

Masalah harga jual menjadi persoalan yang pelik dikalangan petani. Setiap agen

mematok harga namun harga tersebut dinilai petani kopi masih dibawah harga rata-

rata pasaran Di Desa Perjuangan dan Penggambiran pendistribusian kopi dari Petani

ke Agen, Setelah para Petani memetik kopinya dan membuat biji merah dan biji

putih maka petani akan menjual kopinya kepada Tengkulak/Agen atau yang disebut

pengepul kopi.

Berdasarkan informan dari seorang agen atau tengkulak di desa

penggambiran, ia memulai usaha sebagai Tengkulak kopi karena di desa

penggambiran sangat banyak masyarakat yang bercocok tanam kopi dan jumlah

Tengkulak masih sangat sedikit di desa itu. Tengkulak itu sendiri tinggal di Desa

Page 46: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Perjuangan dan Desa Pergambiran. Penduduk setempat sudah kenal dekat dengan

agen tersebut. Desa perjuangan memiliki satu agen yang sudah menjadi agen

bertahun tahun lamanya. Bapak Marlon Sinaga adalah agen yang selalu mendatangi

rumah- rumah penduduk di Desa Perjuangan untuk menjual kopi putih tersebut

kepadanya. Desa Pergambiran mengenal bapak M Sihotang sebagai agen kopi putih

di desa tersebut.

Tengkulak memiliki banyak strategi dalam menarik petani kopi untuk

menjual kopi tersebut kepadanya. Salah satu strategi tengkulak untuk menarik

pelanggan agar petani kopi menjual kopi kepadanya dengan cara memberi modal

kepada para petani kopi. Proses pengambilan hasil kopi dari para petani terkadang

tengkulak mengambil sendiri ke petani atau petani itu mengantar hasil kopinya

kepada tengkulak. Sepeda motor dan betor (becak bermotor) adalah transportasi

yang digunakan oleh tengkulak untuk mengangkut kopi putih petani. Waktu yang

dibutuhkan tengkulak untuk mengumpulkan kopi yang dibelinya sebelum dijual ke

toke besar yang ada di Sumbul tergantung banyaknya kopi yang sudah

dikumpulkannya. tengkulak tersebut tidak menjual kopi tersebut ke satu pabrik saja,

hal ini disebabkan oleh variasi harga setiap toke yang berbeda-beda, dan mencari

harga yang paling mahal.

Sarana yang digunakan Tengkulak untuk mengantarkan kopinya ke toke

besar di Sumbul menggunakan becak mesin. Dalam proses pendistribusian

tengkulak ke toke besar kendala yang dihadapi adalah negosiasi harga jual yang

selalu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan tengkulak karena bisa saja harga

dalam satu hari dapat berubah.

Di Kecamatan Sumbul tidak terdapat pabrik atau ekspedisi yang mengolah

kopi sampai dijadikan produk kopi berupa bubuk yang bisa langsung dikonsumsi

oleh masyarakat. Tetapi, di Kecamatan Sumbul, terdapat gudang kopi milik toke

besar yang hanya mengolah kopi sebatas kulit putihnya saja. Setelah itu, para toke

besar kopi menjual kopi ke ekspedisi seperti di Medan, Tebing Tinggi, Gayo,

bahkan di ekspor keluar negeri. Salah satu eksportir yang cukup dikenal oleh

penduduk Sumbul adalah Eksportir Goves. Goves diambil dari nama anak pemilik

usaha tersebut. Goves banyak mengekspor biji kopi robusta. Biji kopi robusta hasil

Page 47: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

pengolahan Gove dihargai seharga Rp 40.000/ Kilogram. Hal yang terasa unik,

walaupun penduduk lokal menanam kopi jenis arabika tapi ternyata mereka

mengkonsumsi kopi jenis robusta. Kopi arabica yang mereka hasilkan ini tidak

dikonsumsi melainkan dipasarkan memasuki berbagai daerah. Kopi Gayo yang

terkenal ternyata disebutkan oleh penduduk setempat juga berasal dari kota Sumbul.

Kopi biji putih dari Sumbul di distribusikan ke Gayo, Aceh Tengah. Pengolahan biji

kopi tersebut mengubah nama kopi Sumbul menjadi kopi Gayo dan menjadi

trandmark dipasaran.

Kecamatan Sumbul memiliki UMKM yang berkaitan dengan kopi. UMKM

adalah singkatan dari usaha mikro kecil menengah. UMKM bisa berupa usaha

perorangan, kelurga maupun usaha milik bersama. Produksi kopi UMKM rumahan

di Kecamatan Sumbul salah satunya tepat berada di pajak Sumbul. Usaha ini

dimiliki oleh pak Nursalam Sagala, Pak Nursalam adalah salah satu orang yang

memproduksi usaha kopi dirumahnya sendiri. Kopi yang didapat berasal dari kebun

sendiri dan juga terkadang dari petani dan agen-agen kopi. Pengolahan menjadi

bubuk kopi diolah sendiri dibantu oleh Istri dan anak anak beliau. Lahan kopi yang

dimiliki beliau seluas 2 hektar dan jauh dari rumah. Maka dari itu, yang mengelolah

lahan milik beliau adalah keluarga. Jika masa panen tiba, kopi yang sudah bersih

dan dikupas kulitnya diantar kerumah produksi pak Nursalam.

Kopi tersebut dibawa dengan menggunakan pick up. Jika kopi yang didapat

dari agen tidaklah memiliki harga tetap. Terakhir kali kopi di dapat seharga Rp

20.000. Disamping itu bapak ini juga menjual hasil kopinya ke agen agen yang mau

menerimanya. Bapak ini tidak terfokus satu agen saja tetapi dimana harga yang

paling mahal disitulah bapak ini menjualnya. Kopi yang sudah dikumpulkan

langsung di proses dirumah, alat yang digunakan masih dengan alat tradisional.

Proses kopi menjadi bubuk kopi yaitu pertama dengan cara digongseng selama 2

jam lalu dihaluskan dengan alatnya, kopi yang sudah halus ini tidak langsung

dikonsumsi. Setelah halus, kopi tersebut dicampur lagi dengan beras dan kayu

manis. Kopi yang sudah di proses atau dihasilkan bapak ini tidak menggunakan

merek kerena harga yang dibutuhkan untuk membuat merek ini sangatlah mahal.

Beliau hanya menjual kopinya dari mulut ke mulut. Kopi produksi pak Nursalam

Page 48: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Sagala telah dikenal oleh penduduk Kecamatan Sumbul karena kenikmatannya

yang khas.

Harga yang sudah menjadi kopi kemasan hasil produksi usaha Pak Nursalam

Sagala, yakni :

¼ Kg = Rp12.000

½ Kg = Rp24.000

1 Kg = Rp48.000

Jika kopi dijual dengan pedagang lain kopi ini dikasih harga lebih murah

yakni, dalam 1 Kg Rp.42.000. Proses terakhir dari distribusi ini adalah ekspor-

impor, distribusi ini berujung di pabrik untuk diolah menjadi bubuk kopi. Bubuk

kopi ini diolah berbagai bentuk olahan makanan yang berbahan dasar kopi. Proses

distribusi terakhir dari serangkaian distribusi kopi adalah sampainya kopi ketangan

konsumen sebagai pengguna produk olahan hasil dari biji-biji kopi tersebut.

Menurut analisis kami proses Distribusi di Kecamatan Sumbul Kabupaten

Dairi adalah sebagai berikut :

PETANI TENGKULAK/AGEN KECIL AGEN BESAR DAERAH LAIN

HOME INDUSTRI

Page 49: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

BAB X

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PETANI KOPI

10.1. Masyarakat Petani Kopi

Petani adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan banyak kesabaran dalam

pengerjaannya, karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memporoleh

hasilnya. Di Kecamatan Sumbul atau tepatnya di desa Perjuangan dan Pergambiran

banyak masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani kopi.

Pada dasarnya mereka dapat memenuhi kebutuhannya dari hasil pertanian kopi,

beda sekarang beda dulu, itulah sebuah keadaan yang saat ini terjadi pada petani kopi

di desa Perjuangan dan Pargambiran, kehidupan para petani kopi sekarang telah

menurun dan mengalami pergeseran karena kekurangan hasil dari bertanian

kopi,dimana masyarakat petani kopi kecamatan Sumbul mulai beralih ke tanaman-

tanaman lain seperti tanaman jeruk, cabe, tomat, dan lain sebagainya yang menurut

para petani sudah lebih menguntungkan dari hasil pertanian kopi sekarang

Faktor penyebab dari kurangnya keuntungan dalam pertanian kopi adalah

merosotnya harga kopi, hama yang semakin banyak, dan juga perubahan iklim yang

mengakibatkan hasil dari pertanian kopi tidak sebanyak yang dulu lagi. Keadaan yang

menyedihkan ini dapat mudah kita jumpai ketika kita pergi ke desa tersebut. Akan

banyak terlihat jenis tanaman tanaman lain selain tanaman kopi.

10.2. Pandangan Pemerintah Terhadap Petani dan Tanaman Kopi

Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai

kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat

dan negara, termasuk kesejahteraan para petani dan tanamannya. Kabupaten Dairi, di

kecamatan Sumbul, desa Perjuangan dan desa Pergambiran yang dominan

masyarakatnya bekerja sebagai petani, memilih untuk menanam kopi sebagai

penghasilan mereka. Kabupaten Dairi sudah terkenal dengan penghasil kopi terbaik di

Page 50: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Sumatera Utara, Namun petani-petani kopi yang ada di kedua desa tersebut tidak

hanya terpaut pada satu tanaman saja, mereka juga mulai beralih menanam tanaman

lain seperti jeruk, cabe, tomat, dan sebagainya.

Pemerintah setempat pun mendukung adanya peralihan tanaman, supaya

mendukung terjadinya kemajuan ekonomi di desa tersebut tanaman-tanaman lain

seperti jeruk, cabe, dan tomat lebih menghasilkan keuntungan dibandingkan tanaman

kopi, sebab tanaman kopi membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak, apalagi

untuk memetik tanaman kopi. Sampai saat ini, di kedua desa tersebut tidak ada

kebijakan atau peraturan mengenai petani atau pun tanaman kopi dari pemerintah

Para petani tentunya memiliki lahan pribadi/milik mereka sendiri, kebanyakan

lahan itu adalah tanah warisan dari orangtua atau nenek moyang mereka, dan rata-rata

lahan mereka sudah memiliki surat tanah yang dibuat oleh pemerintah, maka para

petani harus membayar pajak kepada pemerintah Pemerintah telah memiliki catatan

pajak pertahun terhadap petani kopi yang memiliki tanah sendiri, dimana pajak tanah

tersebut jatuh tempo setiap tanggal 1 Oktober.

Pemerintah di desa tersebut juga mendirikan organisasi petani kopi sebagai

wadah para petani menjalin kebersamaan dan hal-hal penting lainnya. Hanya saja

banyak masyarakat setempat tidak mau mengikuti organisasi yang telah dibuat

pemerintah tersebut. Pemerintah juga telah menyediakan PPL yang merupakan

insinyur-insinyur pertanian untuk membantu perkembangan tanaman para petani,

namun PPL yang telah diutus tersebut tidak memiliki dampak bagi masyarakat, karena

mereka tidak percaya kepada insinyur pertanian yang mereka lihat tidak berkompeten

dalam menenam kopi ataupun tanaman lainnya, malah justru hasil dari petani

sendirilah yang lebih unggul dan lebih baik.

10.3. Pandangan Masyarakat Petani Terhadap Pemerintah

Petani sudah tidak lagi percaya sepenuhnya kepada pemerintah sebab

pemerintah sendiri pun tidak memberikan perhatian kepada para petani. Seharusnya

pemerintah setempat mampu mengayomi, mampu mengerti, dan memenuhi

kesejahteraan masyarakat.

Page 51: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

Bab II. Kebijakan Pemerintah Terhadap Petani Kopi

Socara khusus pada petani kopi, mereka kebanyakan mengeluh soal kinerja

pemerintah yang tidak maksimal, karena banyak pembagian-pembagian pupuk subsidi,

bibit unggul, atau bantuan lainnya tidak merata, pemerintah membagikannya kepada

orang-orang yang mereka kenal atan orang-orang kaya (kebun luas, penghasilan

banyak, keluarga dari bagian pemerintah), orang-orang miskin jadi merasa

tersingkirkan dan merasa tidak dipedulikan. "Jangankan pupuk subsidi, pembagian

raskin saja tidak merata" sebuah kalimat yang terlontar dari masyarakat setempat.

Akibat hal tersebut akhimya membuat masyarakat kecewa dengan sikap pemerintah

Sehingga masyarakat petani yang awalnya berfokus pada tanaman kopi, beralih ke

tanaman lain. Untuk memenuhi kehidupan mereka. hanya

Organisasi petani kopi yang dibangun oleh pemerintah hanya sebatas nama

saja, masyarakat petani kopi tidak mengakui adanya organisasi tersebut, dan tidak

melihat hasil nyata dari pembentukan organisasi petani kopi, dan mereka

mengganggap semua itu telah lenyap.

Page 52: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Manfaat dan Bahaya Kandungan Kaffei Dalam Kopi.

http://www.azk4.com/2009/02/manfaat-dan-bahaya-kopi.htm. Akses Tanggal 1

September 2012; Medan.

Anonim, 2011a. Jenis-jenis Kopi. http://kopiblackborneo.com/jenis-jenis-kopi/s. Akses

Tanggal 2 september 2012: Medan.

Anonim, 2011b. Kopi Luwak, http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi luwak. Akses tanggal

2 September 2012: Medan BPS, 2013. Kabupaten Dairi dalam Angka Tahun

2012. BPS Kabupaten Dairi: Sidikalang.

Armansyah M., 2010. Mempelajari Minuman Formulasi Dari Kombinasi Bubuk

Kakao Dengan Jahe Instan. Teknologi pertanian. Universitas Hasanuddin:

Makassar.

Bogdan, R and Taylor, S. 1992. Introduction to The Social Science. Terjemahan Usaha

Nasional: Surabaya. Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992, The Mammals of the

Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford

Univ. Press.

Suriani., 1997. Analisis Kandungan Kofeina Dalam Kopi Instan Berbagai Merek yang

Beredar di Ujung Pandang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Hasanuddin: Makassar.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari.. 2000. Panduan Lapangan

Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah

Wildlife Conservation Society-Indonesia Society, Programme dan WWF:

Malaysia.

Page 53: R. Hamdani Harahap Abdullah Akhyar Nasution Husni Thamrin