integrasi pai dan sains serta teknologi di pt

108
INTEGRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SAINS DAN TEKNOLOGI DI PERGURUAN TINGGI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. POKOK KAJIAN C. TUJUAN KAJIAN D. MANFAAT KAJIAN E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pengertian Integrasi 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam 3. Pengertian Sains dan Teknologi 4. Penguruan Tinggi 5. Pengertian Integrasi PAI sains dan teknologi Dalam Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, kata integrasi memiliki pengertian penyatuan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat. [1] Pengertian pendidikan Islam menurut Hasbullah merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam AL- Qur’an dan Sunnah Rasul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam. Dengan demikian ciri yang membedakan antara pendidikan Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia tersebut.[2] Sedangkan Haidar Putra Daulay menyatakan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah pembentukan manusia yang dicita-citakan, sehingga dengan demikian pendidikan Islam adalah proses pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan Islam.[3] Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan

Upload: muhammad-saddam-naghfir

Post on 15-Feb-2016

245 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

INTEGRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SAINS DAN TEKNOLOGI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGB. POKOK KAJIANC. TUJUAN KAJIAND. MANFAAT KAJIANE. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengertian Integrasi2. Pengertian Pendidikan Agama Islam3. Pengertian Sains dan Teknologi4. Penguruan Tinggi5. Pengertian Integrasi PAI sains dan teknologi

Dalam Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, kata integrasi

memiliki pengertian penyatuan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat. [1] Pengertian pendidikan Islam menurut Hasbullah merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam AL-Qur’an dan Sunnah Rasul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan demikian ciri yang membedakan antara pendidikan Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia tersebut.[2] Sedangkan Haidar Putra Daulay menyatakan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah pembentukan manusia yang dicita-citakan, sehingga dengan demikian pendidikan Islam adalah proses pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan Islam.[3]

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan bimbingan yang dilakukan secara sadar dan sengaja serta terencana yang mengarah pada terbentuknya kepribadian anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang ditentukan oleh ajaran agama.

Pengertian Sains (science) menurut Agus S. diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”.[4]

Page 2: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Sedangkan teknologi adalah aktivitas atau kajian yang menggunakan pengetahuan sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, perobatan, perdagangan dan lain-lain. Teknologi juga dapat didefinisikan sebagai kaedah atau proses menangani suatu masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik termaju seperti menggunakan peralatan elektronik, proses kimia, manufaktur, permesinan yang canggih dan lain-lain.[5] Teknologi merupakan bagian dari sains yang berkembang secara mandiri, menciptakan dunia tersendiri. Akan tetapi teknologi tidak mungkin berkembang tanpa didasari sains yang kokoh. Maka sains dan teknologi menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.

Integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi pendidikan agama dengan sains dan teknologi berarti adanya penguasaan sains dan teknologi dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.[6]

BAB II

INTEGRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SAINS DAN TEKNOLOGI

A. Integrasi Pendidikan Agama Islam dengan Sains dan Teknologi

Merujuk kepada sejarah Islam, teknologi bukanlah sesuatu yang asing. Teknologi akan terus berkembang sejalan dengan kepandaian manusia untuk memudahkan urusan kehidupan. Islam tidak pernah menghalangi atau bahkan mengharamkan teknologi terutama dimanfaatkan untuk pendidikan. Tidak ada hukum sesuatu itu haram kecuali terdapat nas dan dalil terang menyatakan sesuatu itu haram.

Wacana perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata pendidikan sebagai bentuk kesadaran bersama untuk mencapai kualitas hidup yang utuh.

Peserta didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja menerima pelajaran pendidikan agama Islam. Ketika disampaikan tentang haramnya makanan tertentu maka mereka tidak serta merta menerima namun mereka mempertanyakan tentang keharaman makanan tersebut. Dalam kasus seperti inilah peran sains diharapkan mampu memberikan penjelasan secara menyeluruh. Sehingga antara pendidikan agama Islam dan sains dapat saling mendukung dalam memberikan pemahaman yang utuh kepada peserta didik.

Page 3: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagai Agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan  teknologi.[7]

Agama, dalam hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih sebagai justifikasi atau pembenaran terhadap konsep-konsep sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang menyeluruh (holistik). Orientasi  dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan ilmu umum haruslah diintegrasikan secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya antara Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel, dan link and match.

Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa Agama (Islam) bukan Agama  yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu.

Sebagai seorang muslim yang mesti kita pikirkan bahwa penyebab Islam dalam kondisi terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah “kalau bangsa-bangsa lain sudah berhasil membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang bagaimana mengirimkan pesawat rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk menyelesaikan problem-problem yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti halnya kunut, bid’ah, do’a jama’ah, zikir ba’da shalat, dan lain sebagainya“.[8]

Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal sejumlah figur intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu,  baik ilmu Agama maupun ilmu umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu juga merupakan ilmu Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja misalnya Ibn Sina (370-428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-1111) Ibn Rusd, Ibn Thufail dan lain sebagainya. Mereka adalah para figur intelektual  muslim yang memiliki kontribusi besar terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika pada awalnya kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan Bahasa, maka pada periode berikutnya, setelah kemenangan Islam di berbagai wilayah, kajian tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu: fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa munculnya para ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual  muslim yang direbut pada masa kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut beliau inilah yang mesti direbut kembali dengan dalih ilmu itu merupakan daur (berputar) mulai dari Yunai berpindah ke  Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di kuasai oleh Negara-negara Barat yang insyaAlloh  akan dapat kita raih kembali.

Page 4: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

 

B. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Sains dan Teknologi

Peran Pendidikan Islam dalam perkembangan teknologi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Aqidah Islam Sebagai Dasar Sains dan Teknologi

Inilah peran pertama pendidikan islam yang dimainkan dalam iptek, yaitu menjadikan aqidah Islam sebagai basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.

a) Syariah Islam sebagai Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi

Peran kedua Islam dalam perkembangan sains dan teknologi, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan sains dan teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan sains dan teknologi yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaAlloh akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia.

 

C. Upaya Pendidikan Islam dalam Menghadapi Dampak negatif Sains dan Teknologi

Materi pendidikan Islam harus mampu menstimulir fitrah manusia, baik fitrah ruhani, akal, maupun perasaan sehingga dapat melaksanakan perannya dengan baik, entah sebagai hamba Allah SWT..ataupun sebagai khalifah dimuka bumi.

Menurut Prof. A. Qodry Azizy (2004: 81), tiga komponen yang dimiliki pendidikan Islam sebagai kunci dalam mengendalikan dan mengembalikan sains dan teknologi ke posisi semula, yaitu: 

1. Amar ma’ruf

Pendidikan Islam memperkenalkan konsep pengembangan amar ma’ruf. Tidak hanya kaitannya dalam pergaulan sosial saja, akan tetapi amar ma’ruf ini dimaknai juga sebagai pengembangan diri dan iptek secara positif. Jadi apapun yang dihasilkan oleh umat Islam harus mampu memberikan nilai positif bagi kehidupannya dan habitat di sekelilingnya. Begitu pun dalam pengembangan iptek, umat Islam harus mengarahkan penggunaan iptek kepada hal yang benar, yang diridhoi oleh Allah SWT.

Page 5: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

2. Nahi Munkar

Pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk mampu membedakan dan memilih kebenaran. Seandainya ada penyalahgunaan iptek, maka pendidikan Islam mengharuskan umat Islam untuk menghindarinya dan memperbaiki serta mencegah penyalahgunaannya kembali.

3. Iman kepada Allah

Poin ketiga ini menjadi poin utama dasar pendidikan Islam. Karena dengan keimanan yang kuat, umat Islam akan mampu menghadapi dampak negatif iptek yang hadir. Iman kepada Allah SWT akan menghadirkan rasa takut untuk bermaksiat terhadap-Nya, dan rasa malu untuk melakukan kerusakan di bumi. Sebesar apapun serangan dampak negatif iptek, umat Islam akan mampu membentengi diri melalui peningkatan keimanan yang terus menerus. Karena pada dasarnya dampak negatif iptek tidak akan terbendung, hanya diri kitalah yang harus membentengi diri sebaik mungkin untuk menghadapinya.[9]

 

D. Problematika Integrasi Pendidikan islam dengan Sains dan teknologi

Idealnya integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam memantapkan materi pendidikan agama Islam. Juga sebagai sarana memperjelas permasalahan yang timbul dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam yang awalnya hanya bersifat dogmatis saja. Juga sebagai peningkatan rasa keimanan akan kebenaran segala yang disampaikan Al-Qur’an dan Hadis.

Namun kenyataan di lapangan tentu akan berbeda pelaksanaannya dengan adanya beberapa hambatan atau problematika yang dihadapi dalam proses integrasi tersebut. Di antara problematika tersebut adalah:

1. Sumber Daya Manusia

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru pendidikan agama Islam berangkat dari disiplin ilmu yang hanya membekalinya untuk dapat mengajar pendidikan agama Islam sesuai dengan bidang keahliannya saja. Sehingga dalam aplikasinya ketika integrasi dengan sains dan teknologi dilaksanakan akan menimbulkan permasalahan kurangnya pemahaman dari guru pendidikan agama Islam tersebut tentang sains dan teknologi.

Hal ini dapat dicarikan solusi dengan beberapa langkah, di antaranya: dengan mengikuti pendidikan dan latihan terkait dengan sains dan teknologi, menambah

Page 6: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

referensi bacaan tentang sains dan teknologi, dan pembahasan dalam forum musyawarah guru mata pelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit.Dalam hal ini pemerintah telah memberikan perhatiannya dengan program sertifikasi guru.Dengan adanya program sertifikasi guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan yang berupa tunjangan profesi bagi guru. Undang-undang guru dan dosen antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru sekaligus kesejahteraannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.[10]

Selain itu dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pendidikan, para pengambil kebijakan di bidang pendidikan sering memperkenalkan inovasi pendidikan.Inovasi di bidang pembelajaran misalnya, sering ditatarkan atau di-diklat-kan kepada para guru.[11]

2. Laboratorium Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama sebagaimana pendidikan lainnya juga membutuhkan sarana dan fasilitas. Bila di sekolah ada laboratorium IPA, Biologi, Bahasa, maka sebetulnya sekolah juga membutuhkan laboratorium agama di samping masjid. Laboratorium itu dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang membawa peserta didik untuk lebih menghayati agama, misalnya video yang bernapaskan keagamaan, musik dan nyanyian keagamaan, syair, puisi keagamaan, alat-alat peraga pendidikan agama, foto-foto yang bernapaskan keagamaan, dan lain sebagainya yang merangsang emosional keberagaman peserta didik.

3. Buku Referensi

Buku merupakan faktor yang sangat mendukung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penambahan referensi buku-buku agama maupun buku-buku tentang sains dan teknologi akan membantu menyelesaikan problem integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi. Pengadaan buku ini sebenarnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga pendidikan yang ada.

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi  ilmu berarti adanya penguasaan sains dan teknologi dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.

Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.

Selain memberi panduan hidup kepada manusia agar menjadi manusia yang bertaqwa yang dapat selamat dan menyelamatkan, Al-Qur’an banyak terkandung informasi-informasi ilmiah. Walaupun Al-Qur’an bukan merupakan kitab sains dan teknologi, ia banyak memuat informasi sains dan teknologi, tapi ia hanya menyatakan bagian-bagian asas yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu dan teknologi yang dimaksud. Al Qur’an juga mendorong umat Islam untuk belajar, mengkaji dan menganalisa alam ciptaan Allah ini.

 

Page 8: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita. Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan. 2007.Jakarta: Giliran Timur.

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. 1999.Jakarta: RajaGrafindo.

Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. 2004. Jakarta: Kencana.

Muhaimin. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. 2011.Jakarta: Rajawali Pers.

http://www.blogger.com/home?hl=en&fvi=8gNVUAFLLPws7uhIEb0dTMT0skekczIcrnlMEc3ZJQRDAAA

[1] Menuk Hardaniwati dkk, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), hlm. 251-252

[2] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta: RajaGrafindo, 1999, cetakan ke-3), hlm. 9.

[3] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 3.

[4] Agus S. dalam, Ilmu Alam dalam http :// id . wikipedia . org / wiki / Ilmu _ alam , diakses 25 November 2011

[5] Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita, Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, (Jakarta: Giliran Timur, 2007), hlm. 2.

[6] U Maman Kh, Urgensi Memadukan Kembali Sains dan Teknologi dengan Islam, http://www.pusbangsitek.com

[7][16] Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi  Islami Masa Depan, (Malang: UIN Maliki Press, 2006), hlm, xv

[8][19] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. ix-x

Page 9: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

[9] Syaifur Al-Muntasyiri, Dampak Perkembangan Iptek dan Pendidikan Islam, dalam massyaifur.blogspot.com/…/dampak-perkembangan-iptek-dan.html

[10] Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 99.

[11]Ibid, hlm. 102.

Buku A. Rifqi Amin (pendiri Banjir Embun) berjudul: "Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Perguruan

Tinggi umum" 

Rincian buku:Contoh Kata Pengantar BukuContoh Daftar Isi Buku Contoh Daftar Gambar dan Daftar Tabel    Isi Lengkap Buku Contoh Glosarium BukuContoh Indeks BukuContoh Sinopsi Buku (Sampul Belakang)

INTEGRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SAINS DAN TEKNOLOGI

Page 10: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Oleh: Ainul Mahbubah  

I.       PENDAHULUAN

Pada era kemajuan IPTEK ini, perubahan global semakin cepat terjadi dengan adanya

kemajuan dari Negara maju di bidang Sains serta teknologi informasi dan komunikasi. Menurut

Soetjipto Wirosardjono temuan IPTEK telah menyebarkan hasil yang membawa kemajuan, dan

dampaknya terasa bagi kehidupan seluruh umat manusia. Semua hasil temuan IPTEK di satu sisi

harus diakui telah secara nyata mempengaruhi bahkan memperbaiki taraf dan mutu hidup

manusia.1[1] Berbagai sarana modern industry, komunikasi dan transportasi misalnya, telah

terbukti amat bermanfaat. Ditemukannya teknologi pesawat terbang telah membuat manusia

dapat pergi ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat. Dahulu orang pergi haji dengan

naik kapal laut dapat menempuh perjalanan selama 17-20 hari untuk dapat sampai ke Jeddah,

sekarang dengan naik pesawat terbang hanya membutuhkan waktu 8 jam saja. Kemajuan di

bidang televisi satelit telah memungkinkan kita untuk melihat sebuah peristiwa penting dan

hebat di tempat yang jauh tanpa harus keluar rumah. Penemuan telepon genggam telah

memungkinkan kita untuk menghubungi siapa saja dan di mana saja kita berada. Kemajuan di

bidang komputer telah menciptakan jaringan internet yang memungkinkan kita untuk mengakses

segala informasi dengan mudah, cepat dan akurat.

Akan tetapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan

membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu

manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Bayi tabung di Barat bisa berlangsung

walaupun asal usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri. Kloning hewan rintisan Ian

Willmut yang sukses menghasilkan domba cloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan

pada manusia (humancloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak

sedikit yang mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Tak

sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia

maya (cybercrime) dan mengakses pornografi, kekerasan dan perjudian.2[2]

1[1]Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Di Sekolah , (Bandung ; Rosdakarya., 2001), 85

2[2] http:/www.scribd.com/doc/36601185/Iptek-Dalam-Islam, diakses 11 Nopember 2011

Page 11: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Kenyataan yang demikian akan mempengaruhi nilai, sikap atau tingkah laku kehidupan individu

dan masyarakat. Ada beberapa nilai, sikap dan tingkah individu dan masyarakat modern yang

kongruen (sejalan) dengan ajaran Islam dan mendukung keberhasilan pembangunan bangsa. Ada

pula nilai dan sikap modernitas yang tidak kongruen (berlawanan) dengan ajaran Islam sekaligus

tidak mendukung keberhasilan pembangunan. Misalnya, lemahnya keyakinan keagamaan, sikap

individualistis, materialistis, hedonistis, dan sebagainya. Nilai-nilai dan sikap yang negative akan

muncul bersamaan dengan nilai dan sikap positif lainnya, yang sudah barang tentu merupakan

ancaman bagi terwujudnya cita-cita pembangunan bangsa.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Jumlah yang

begitu besar menjadikan sebuah keunggulan sekaligus masalah. Keunggulan dapat diraih ketika

umat Islam mampu menjadi frontier atau ujung tombak pembangunan negara dan perwujudan

kemakmuran seluruh rakyat yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Sedangkan jumlah yang

begitu besar juga bisa menjadi masalah, ketika umat Islam tidak mampu mempraktekkan nilai-

nilai keislaman, dan tidak mampu menunjukkan kualitasnya sebagai seorang muslim untuk

mewujudkan kemakmuran yang sesuai dengan tujuan penciptaan agar menjadi khalifah utusan

Allah di bumi ini dan umat Islam belum banyak berperan dalam menyelesaikan problem umat

maupun bangsa dalam menghadapi perkembangan sains dan teknologi.

Saat ini bangsa kita sedang menghadapi krisis nasional dalam berbagai dimensi

kehidupan seperti ekonomi, politik, hokum dan sebagainya.. Akibatnya timbul kerusuhan social

di mana-mana, semakin menjamurnya tindakan criminal, unjuk rasa yang disertai dengan

tindakan brutalisme dan sebagainya. Menurut Muhaimin dalam kondisi semacam ini masyarakat

berharap banyak terhadap jasa dan peran agama yang di dalamnya sarat akan dimensi moralitas

dan spiritualitas, baik secara konseptual maupun aktualitasnya, dan/atau normativitas maupun

historisitasnya.3[3] Maka dari itu, pendidikan Agama harus dapat memberikan kontribusi dalam

upaya mengatasi persoalan yang sedang melanda bangsa ini, terutama dalam rangka

mengantisipasi dampak negative yang ditimbulkan perkembangan IPTEK.

Agar kemajuan dalam bidang teknologi dan sains dapat memberikan banyak manfaat dan

meminimalis mudharat (dampak negatifnya), maka diperlukan integrasi antara sains dan

teknologi dengan agama. Integrasi yang dimaksud adalah integrasi pendidikan agama dengan

sains dan teknologi yang diartikan sebagai upaya untuk menghubungkan dan memadukan

3[3] Muhaimin, . Paradigma Pendidikan Islam, 86.

Page 12: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

antara pendidikan agama dengan sains dan teknologi, bukan berarti menyatukan atau bahkan

mencampuradukkan ketiga-tiganya, karena ketiga entitas itu tak mesti hilang atau harus tetap

dipertahankan. Integrasi yang diinginkan adalah integrasi yang konstruktif, hal ini dapat

dimaknai sebagai suatu upaya integrasi yang menghasilkan konstribusi baru (untuk sains

dan/atau agama) yang dapat diperoleh jika keduanya terpisahkan

Bertolak dari uraian di atas, maka pembahasan tentang integrasi Pendidikan Agama Islam

dengan sains dan teknologi penulis fokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan definisi

Pendidikan Agama Islam, sains dan teknologi, permasalahan-permasalahan yang muncul dan

upaya-upaya yang dilakukan dalam mengintegrasikan Pendidikan Agama Islam dengan sains

dan teknologi.

II.    PEMBAHASAN

A.    Definisi Pendidikan Agama Islam, Sains dan Teknologi

Apabila kita berbicara pendidikan agama dalam konteks dunia pendidikan di Indonesia,

pengertiannya mencakup dua hal : pertama, lembaga pendidikan Agama atau Perguruan Agama

dan kedua, isi atau program pendidikan.

Perguruan / lembaga pendidikan Agama (yang Islam) yang lazim dikenal masyarakat dan

menjadi binaan Departemen Agama meliputi Raudlatul Athfal/Bustanul Athfal, Madrasah,

(terdiri dari tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah Negeri dan swasta), Pendidikan Guru

Agama Negeri (PGAN)4[4], Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah/Sekolah Agama terdiri

dari tingkat Awaliyah, Wustha dan Ulya. Di tingkat Perguruan Tinggi terdapat IAIN dan

Fakultas-fakultas atau Akademi Agama yang dikelola masyarakat/pihak swasta. 5[5]

Adapun pendidikan agama dalam arti isi atau program adalah merupakan bagian dari

Pendidikan Islam, di mana tujuan utamanya ialah membina dan mendasari kehidupan anak didik

dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu

mengamalkan syari’at Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.6[6] Dalam sistem

4[4] Dewasa ini PGA difungsikan menjadi Madrasah Aliyah dan untuk menyiapkan Guru Agama Islam dilakukan Fakultas Tarbiyah STAIN / IAIN

5[5] Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Amissco, 1996), 37

6[6] M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),(Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 5.

Page 13: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

pendidikan di negeri kita istilah pendidikan agama Islam dibakukan menjadi nama mata

pelajaran yang berisikan tentang pengajaran Al-Qur'an, Hadits, Fiqh, Akhlak, dan Sejarah Islam.

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimaksud dalam judul makalah ini

adalah pendidikan agama yang diberikan pada lembaga-lembaga formal baik yang yang

menyelenggarakan “pengajaran” agama Islam maupun yang menyelenggarakan “pendidikan”

Islam. Pengajaran agama Islam diselenggarakan di sekolah-sekolah umum dengan “pendidikan

agama Islam” sebagai sebuah bidang studi. Sedangkan pendidikan Islam diselenggarakan pada

sekolah-sekolah atau perguruan agama seperti madrasah mulai tingkat dasar sampai dengan

tingkat PerguruanTinggi.

Istilah sains adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa Inggris yakni science 7[7] dan sering

dikaitkan dengan teknologi serta dikhususkan penggunaannya untuk ilmu-ilmu alam. Kata sains

berasal dari kata science (bahasa Inggris). Sains sepenuhnya adalah hasil usaha manusia dengan

perangkatnya yaitu panca indra dan akal, maka sains tidak membicarakan sesuatu yang tidak

dapat dijangkau oleh panca indra dan akal. Sains tergolong ke dalam pengetahuan, tapi bukan

sembarang pengetahuan. Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metoda sains

(scientific methode). Metoda sains  adalah proses sebagai berikut : kumpulan fakta - hipotesa -

pengujian hipotesa – teori sains. Jika ditemukan fakta baru maka perlu dibuat hipotesa baru lalu

dilakukan lagi pengujian hipotesa (baru) lalu diperoleh teori sains baru begitu seterusnya sebagai

proses yang tidak akan pernah berakhir. Maka  sains akan terus berubah berbanding lurus dengan

ditemukannya fakta-fakta baru.8[8] Jadi yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan (sains) di sini

adalah ilmu sains yang tergolong dalam kumpulan sains terapan yang dikaitkan dengan teori dan

dasar untuk menciptakan sesuatu hasil atau sesuatu yang dapat memberi manfaat kepada

manusia. Jelasnya sains merupakan pemahaman ilmu tentang fenomena fisik yang digunakan di

dalam teknologi dan proses penciptaan teknologi tersebut dengan menggunakan kaidah yang

paling efisien.

Istilah teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk

hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Pengertian teknologi dari segi

7[7] Jujun S. Suriasumantri, Filasafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009), 295

8[8]http://kusmardiyanto-islamadalahkebenaran.blogspot.com/2009/01/memahami-perbedaan-makna-antara-ilmu.html, diakses 15 Nop 2011.

Page 14: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

istilah secara umum ialah penggunaan sains. Perkataan “tekno” itu sendiri membawa maksud

kemahiran teknik atau hasil kerja sementara, “logi” bermaksud doktrin, teori atau ilmu. Menurut

pengertian bahasa , teknologi merujuk kepada penggunaan barang ataupun perusahaan yang

dihasilkan melalui ciptaan sains untuk meningkatkan kualiti kehidupan manusia sehari-hari.9[9]

Teknologi dapat didefinisikan pula sebagai, “Cara melakukan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang,

memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindera dan otak manusia”. Dengan

demikian secara sederhana teknologi dapat diartikan ilmu tentang cara menerapkan sains untuk

memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

Berkaitan dengan sains dan teknologi, Al-Qur’an memerintahkan manusia supaya terus

berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya untuk terus mengembangkan teknologi dengan

memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Menurut sebagian ulama, terdapat

sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang

memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini.10[10]

Para ahli peneliti kandungan Al-Qur’an dari aspek ilmu dan teknologi; antara lain Prof.

Afzalurrahman dan Prof Dr. Maurice Bucaille mendapatkan kesimpulan-kesimpulan bahwa kitab

suci Al-qur’an memberi dorongan daya cipta umat manusia dalam berpikir dan menganalisa serta

mengembangkan fenomena semesta alam ciptaan Allah yang bergerak secara sistematis dan

bertujuan itu, menjadi benda-benda atau alat-alat teknologi yang tepat guna bagi kesejahteraan

hidup manusia, sejak dari ilmu dan teknologi pertanian, irigasi, botani, perkebunan, bio-kimia,

arsitektur, archeology, astronomi, fisika, matematika sampai kepada ilmu dan teknologi ruang

angkasa dan kedokteran. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut di atas dapat kita

telaah dalam surat-surat Al-An’am; 99, dan Qaaf ; 9, Abasa : 26-27, Al-baqarah : 266, An-Nahl ;

15 dan sebagainya. [11].

Dalam kasus paradigma epistemologi Islam, integrasi antara agama dengan sains dan

teknologi dalam artian sebagai upaya untuk menghubungkan dan memadukan antara pendidikan

agama dengan sains dan teknologi adalah sesuatu yang mungkin adanya, karena didasarkan pada

9[9] Sulaiman Nordin, Sains Menurut Perspektif Islam, terj. Munfa’ati, (Kuala Lumpur, Dwi rama,2000), 150.

10[10] Samsul NIzar dan Muhammad Syarifudin, Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), 121.

Page 15: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

gagasan Keesaan (tauhid). Dalam hal ini, ilmu pengetahuan, studi tentang alam, dianggap terkait

dengan konsep Tauhid (Keesaan Tuhan), seperti juga semua cabang pengetahuan lainnya. Dalam

Islam, alam tidak dilihat sebagai entitas yang terpisah, melainkan sebagai bagian integral dari

pandangan holistik Islam pada Tuhan, kemanusiaan, dan dunia.

Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan alam adalah berkesinambungan dengan

agama dan Tuhan. Hubungan ini menyiratkan aspek yang suci untuk mengejar pengetahuan

ilmiah oleh umat Islam, karena alam itu sendiri dilihat dalam Al Qur'an sebagai kumpulan tanda-

tanda menunjuk kepada Tuhan. Secara normatif, sejak awal diwahyukannya, al-Qur’an melalui

surah al-Alaq 1-5, sudah tergambar bahwa konstruksi pengetahuan dalam Islam dibangun di atas

nilai-nilai tauhid. Dari ayat-ayat yang pertama turun tersebut terlihat bahwa ada perintah untuk

“membaca” yang merupakan proses pencapaian ilmu pengetahuan dengan rambu-rambu “atas

nama Tuhan” sehingga proses pencapaian ilmu pengetahuan semestinya ekuivalen dengan proses

makrifat kepada Tuhan. Disini teknologi dapat dijadikan sebagai media pembuktian atas

keesaan dan kekuasaan Allah.

B.     Permasalahan yang muncul dalam mengintegrasikan pendidikan agama Islam dengan

sains dan teknologi

Pada dasarnya integrasi Pendidikan Agama Islam dengan sains dan teknologi adalah

upaya untuk memadukan antara Pendidikan Agama Islam dengan sains dan teknologi dalam

rangka peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan hasil yang dicapai oleh

peserta didik. Dengan cara ini diharapkan pendidikan agama Islam tidak sekedar sebagai wahana

transfer pengetahuan keagamaan semata, tetapi juga penanaman nilai-nilai keislamaan yang

nantinya mampu diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat sebagai seorang

muslim yang mampu berperan dalam menyelesaikan problem umat maupun bangsa menghadapi

perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat dengan segala dampak yang ditimbulkan.

Dalam pelaksanaannya integrasi Pendidikan Agama Islam dengan sains dan teknologi

menemui beberapa permasalahan antara lain;

1.         Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Umat Islam

Page 16: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Berbicara tentang sumber daya manusia, umat Islam seharusnya dapat memberikan

konstribusi yang besar linier sebanding dengan jumlahnya. Akan tetapi, dengan kuantitas yang

besar, ternyata belum sebanding dengan kualitasnya. Masih banyak di antara umat Islam yang

“Gaptek alias Gagap Teknologi”. Demikian halnya di kalangan dunia pendidikan kita, terutama

di tingkat sekolah menengah ke bawah masih banyak guru yang hanya kaya dalam hal

pengetahuan agama, tetapi miskin dalam pengetahuan umum. Selain itu masih banyak juga

siswa dan guru yang belum menguasai teknologi terutama dalam penggunaan komputer dan

internet.

2.      Keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber bacaan materi keagamaan terutama yang

berkaitan dengan sains, mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama

yang diklaim sebagai aspek yang penting, seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan

fasilitas.

Tidak semua sekolah atau madrasah mempunyai dana yang cukup untuk pengadaan

sarana dan prasarana yang memadai. Banyak materi pendidikan agama yang membutuhkan

pengkajian dan pembuktian secara ilmiah, namun karena tidak tersedianya tenaga ahli dan

peralatan yang memadai sampai sejauh ini materi-materi itu hanya disampaikan secara dogmatis.

Sebagai contoh tentang diharamkannya daging anjing dan babi, perbedaan status najis untuk air

kencing bayi laki-laki yang dihukumi najis mukhaffafah, se dangkan air kencing bayi

perempuan dihukumi najis mutawasitah, juga terhadap air liur anjing yang dikatagorikan najis

mughalladzah yang cara pensuciannya harus dibasuh sampai tujuh kali dan salah satunya harus

diserta pasir atau debu, tentunya ada rahasia atau hikmah yang dapat diungkap di balik semua

itu.

Selain itu buku sumber rujukan yang digunakan oleh guru dan siswa masih membahas hal-hal

yang berkaitan dengan materi agama semata belum banyak yang menghubungkan kebenaran

ajaran agama dengan kebenaran sains.

3.      Sistem dan metode pendidikan yang diterapkan dalam proses kependidikan Islam masih belum

seluruhnya mengintegrasikan sains dan teknologi.

. Bila dianalisis lebih jeli, selama ini khususnya sistem pendidikan Islam seakan-akan

masih terkotak-kotak antara urusan duniawi dengan urusan ukhrowi. Ada pemisahan antara

keduanya sehingga dari paradigma yang salah itu, menyebabkan umat Islam belum mau ikut

andil dan berpartisipasi banyak dalam agenda-agenda yang tidak ada hubungannya dengan

Page 17: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

agama. Sebagai permisalan, tentang sains sering kali umat Islam fobia dan merasa sains bukan

urusan agama. Jadi ada pemisahan antara urusan agama yang berorientasi akhirat dengan sains

yang dianggap hanya berorientasi dunia saja.

Pada sistem pendidikan kita yang telah berjalan terdapat dikotomi antara sains dan ilmu

agama yang telah melahirkan dua jenis manusia yang ekstrim ; sistem pendidikan agama yang

melahirkan manusia yang hanya berfikir kepada fikih, halal haram dan kurang memperdulikan

kemajuan pembangunan material, sementara sistem lainnya hanya melahirkan manusia yang

pandai membuat kemajuan dan pembangunan material tetapi makin jauh dari Allah.

Nilai urgensi pengembangan studi sains dan agama khususnya Islam di banyak Perguruan

Tinggi sampai sekarang masih terasa parsial dan terpotong-potong. Agama dan Islam sebagai

paradigma keilmuan masih ditempatkan sebagai “pelengkap” bahasan-bahasan sains yang

artifisial. Keberadaannya hanya tak lebih dari sekedar penjustifikasi konsep-konsep sains dan

belum menjadi sebuah paradigma keilmuan yang holistic yang di dalamnya mensyaratkan

elaborasi-elaborasi saintifik sesuai konsep ilmu yang ada. 11[12]

4.       Sejauh ini Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada peserta didik dianggap belum

mampu mengantisipasi dampak-dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi seperti

terjadinya krisis moral dan krisis social yang kini makin menggejala dalam kehidupan

masyarakat..

Kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah menimbulkan perubahan yang

sangat cepat dalam kehidupan manusia. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak

tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai-

nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral dan

kemanusiaan. Seharusnya Pendidikan Agama Islam mampu berperan sebagai perisai dan filter

bagi peserta didik dalam menangkal dampak-dampak negatif perkembangan sains dan teknologi

pada masa sekarang ini. Namun kenyataannya pendidikan Agama masih jauh dari yang

diharapkan. Menurut Rasdianah seperti dikutip oleh Muhaimin ada beberapa kelemahan dari

Pendidikan Agama Islam di sekolah, baik dalam pemahaman materi pendidikan agama Islam

maupun dalam pelaksanaannya, yaitu (1) dalam bidang teologi, ada kecenderungan mengarah

pada fatalistic; (2) bidang akhlak yang berorientasi pada urusan sopan santun dan belum

11[12]http://blog.uin-malang.ac.id/ahmadbarizi/2010/06/26/panduan-riset-integrasi-sains-dan-islam/, diakses 5 Nopember 2011.

Page 18: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

dipahami sebagai keseluruhan pribadi manusia beragama; (3) bidang ibadah diajarkan sebagai

kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan pribadi; (4) dalam

bidang hukum ( fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata aturan yang tidak akan berubah

sepanjang masa, dan kurang memahami dinamika dan jiwa hokum Islam; (5) agama Islam

cenderung diajarkan sebagai norma dan kurang mengembangkan rasionalitas serta kecintaan

pada kemajuan ilmu pengetahuan; (6) orientasi mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada

kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahaman arti dan penggalian makna.12[13]

5.    Belum seluruhnya Guru Agama Islam memiliki kompetensi menjadi guru agama sebagai hasil

(produk) lembaga pendidikan profesional keguruan.

Guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu

mengimbangi bahkan melampaui perkembangan sains dan teknologi, menghasilkan peserta didik

yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral serta

spiritual. Oleh karena itu, diperlukan seorang guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi

personal-religius dan kompetensi professional religious serta dedikasi yang tinggi dalam

menjalankan tugas profesionalnya . Keberadaan guru, apalagi guru Pendidikan Agama Islam

tidak bisa digantikan oleh sumber-sumber belajar yang lain. Hal ini karena guru Pendidikan

Agama Islam tidak semata-mata berperan dalam kegiatan transfer of knowledge saja, tetapi juga

berperan dalam kegiatan transfer of value. Namun kenyataannya, masih banyak guru Pendidikan

Agama Islam yang belum bisa menulis ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar, belum bisa

membaca Al-Qur’an yang benar dan baik sesuai dengan ilmu tajwid, tidak mampu menjawab

masalah fiqih sederhana yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, kurang menguasai sejarah

Islam dan seterusnya,13[14] apalagi penguasaan materi lintas ilmu sains.

C.           Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan dalam mengintegrasikan Pendidikan

Agama Islam dengan sains dan teknologi.

12[13] Muhaimin, . Paradigma Pendidikan Islam

13[14] Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2011), 194

Page 19: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Untuk menjawab beberapa permasalahan di atas sebagai upaya untuk merealisasikan integrasi

pendidikan Agama Islam dengan Sains dan teknologi sebagaimana yang diharapkan, penulis

mencoba memberikan solusi sebagai berikut :

1.      Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah.

Bangsa yang maju pastilah bangsa yang unggul dalam hal penguasaan ilmu. Fakta sejarah

ini bersesuaian dengan pandangan Islam yang mengatakan bahwa Allah mengangkat derajat

orang-orang yang berilmu pengetahuan (Al-Mujadalah [58]:11. Keunggulan orang yang

berpengetahuan dibanding dengan yang tidak berpengetahuan adalah kemampuannya dalam

mengungkap misteri atau problem-problem yang dihadapi manusia serta kemampuannya

memberdayakan alam lingkungan dan manusia itu sendiri.14[15] Tiga kemampuan manusia yang

unggul dan berkualitas adalah (1) manusia yang sadar iptek, (2) manusia kreatif, dan manusia

beretika solidaritas sangat berperan dalam menghadapi era globalisasi.15[16] Salah satu indikasi

manusia yang sadar iptek adalah menguasai sains dan teknologi. Untuk itu dalam dunia

pendidikan hendaknya para guru dan juga para murid menyiapkan diri mereka dalam

ketrampilan penggunaan teknologi khususnya komputer dan kemampuan pencarian informasi

sebanyak-banyaknya tentang keterkaitan antara sains dan ilmu pengetahuan agama melalui

internet yang sudah menjadi kebutuhan tidak terpisahkan di dalam dunia informasi seperti saat

ini. Selain itu SDM yang berkualitas harus cerdas komprehensif dan cerdas kompetitif. Menurut

Muhaimin SDM Indonesia yang cerdas komprehensif adalah yang memiliki kecerdasan spitual,

kecerdasan emosional, kecerdasan social, kecerdasan intelektual dan kecerdasan kinestetis16[17].

Sedangkan SDM yang cerdas kompetitif adalah SDM yang berkepribadian unggul dan gandrung

akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri, pantng menyerah, pembangun dan

Pembina jejaring, bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif,

sadar mutu, berorientasi global dan pembelajar sepanjang hayat.17[18]

2.        Salah satu komponen pendidikan adalah sarana dan prasarana yang memadai.

14[15] Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta :Pustaka Pelajar. 1994), 103

15[16] Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, 89

16[17] Ibid., 92

17[18] Ibid., 93

Page 20: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Salah satu komponen terpenting dalam pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh

tersedianya sarana dan prasarana.yang memadai. Maka dari itu Pemerintah dalam hal ini bagian

Kemenag yang menangani pendidikan agama di sekolah-sekolah umum maupun madrasah

(MAPENDAIS) hendaknya sudah mulai memperhatikan permasalahan tentang keterbatasan

peralatan teknologi dan laboratorium keagamaan sebagai media pembelajaran ini, terutama untuk

madrasah-madrasah swasta yang mengalami keterbatasan dana sehingga mengalami kesulitan

untuk pengadaan media terutama yang berbasis TI (Teknologi Informasi) dan sumber

pembelajaran yang memadai.

Tak terbantahkan bahwa fungsi informasi teknologi saat ini dalam pembelajaran PAI

sangat besar, namun yang perlu disadari oleh penggunanya, baik dosen atau mahasiswa, bahwa

teknologi hanya sekedar alat bantu saja, bukan segala-galanya. Artinya, tanpa teknologi pun

proses pembelajaran dapat berhasil, namun memerlukan waktu yang lebih lama. Penggunaan

teknologi bukan tanpa resiko, karena disamping ada sisi positifnya terdapat juga sisi negatif yang

perlu dihindari. Di antaranya, belajar mandiri dengan menggunakan IT berarti meniadakan

interaksi dengan guru yang memiliki pengaruh besar terhadap kejiwaan siswa, karena guru dapat

membimbing, mengevaluasi, dan meluruskan moral siswa. Oleh karena itu menurut Bakar,

masih ada di kalangan ummat Islam yang masih menolak kehadiran IT dalam proses

pembelajaran PAI. 18[19]

Dengan demikian IT ibarat dua sisi mata uang, sisi pertama penuh dengan nilai positif,

sisi kedua penuh dengan nilai negatif. Sisi positifnya, dengan IT proses pembelajaran

berkembang lebih cepat, lebih efektif, hasil penelitian lebih cepat dalam realisasi dan

sosialisasinya. Sedangkan sisi negatifnya bahwa, kebenaran dapat bercampur baur dengan

kepalsuan dan kekeliruan. Oleh karena itu, guru dan murid harus memiliki pemikiran kritis untuk

dapat menilai antara yang asli dengan yang palsu dan antara yang baik dengan dengan yang

buruk. Karena informasi bukan ilmu dan ilmu bukan hikmah.

18[19] Sapiudin Shidiq,Pembelajaran Pai Membutuhkan Informasi Teknologi , http://didaktika.fitk-uinjkt.ac.id/2010/02/pembelajaran-pai-membutuhkan-informasi_19.html, diakses 8 Nopember 2011

 

Page 21: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

3.      Sistem dan metodologi pendidikan yang tepat guna dalam proses kependidikan Islam yang

kontekstual dengan sains dan teknologi.

Orientasi dan sistem pendidikan Islam di perguruan tinggi maupun di madrasah atau di

sekolah-sekolah umum tidak perlu lagi terjadi dikotomis antara sains dengan Islam. Pendidikan

Agama Islam di semua jenjang pendidikan tersebut harus dilakukan dengan pendekatan yang

bersifat holistic, integralistik dan fungsional.19[20] Dengan pendekatan holistic, Islam harus

dipahami secara utuh, tidak parsial dan partikularistik dengan mengikuti pola iman, ibadah dan

akhlaqul karimah tanpa terpisah satu dengan yang lain sehingga dapat memperkaya pemikiran

dan wacana keislaman dan melahirkan kualitas moral (akhlaq al-karimah) sebagai tujuan dari

pendidikan agama itu sendiri. Dengan pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak boleh

terpisah dan dipisahkan dari pendidikan sains dan teknologi. Sedangkan dengan pendekatan

secara fungsional, pendidikan agama harus menjadi way of life seseorang dan berguna bagi

kemaslahatan umat serta mampu menjawab tantangan dan perkembangan zaman.

Selanjutnya di sini penulis contohkan tentang UIN Malang dengan Fakultas Sains dan

Teknologi hadir sebagai jawaban atas problematika keilmuan di atas dalam konteks relasi sains

dan Islam. UIN Malang dicita-citakan sebagai center of excellent bagi pengembangan keilmuan

dan keislaman, sehingga terbentuk komunitas ilmiah-religius yang bersendikan Islam. Bukan

sekedar pengawal, penjaga dan pelestari tradisi yang ada. Tidak saja piawai sebagai pemroduk

“Guru Agama” dan “Kyai Tradisional”, melainkan mampu melahirkan “Kyai-kyai professional”

di dalam mengurus pesantren perikanan, pesantren peternakan, pesantren perindustrian dan

sebagainya.20[21]

Dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agama di semua jenjang pendidikan dalam

penggunaan metode pembelajaran harus berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan

pendidikan agama Islam. Menurut Bakar, ada dua macam metodologi pengajaran. Pertama

metodologi konseptual. Pendekatan ini terkait dengan pendekatan (approaches) dalam rangka

memahami ajaran Islam. Di dalamnya terdapat pendekatan filosofis, pendekatan sejarah atau

historis, pendekatan sosiologis, dan sebagainya. Kedua pendekatan teknikal yang terkait dengan

19[20] http://www.al-shia.org/html/id/books/001/02.html, diakses 5 Nopember 2011

20[21]http://blog.uin-malang.ac.id/ahmadbarizi/2010/06/26/panduan-riset-integrasi-sains-dan-islam/, diakses 5 Nopember 2011.

Page 22: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

isu-isu peralatan pengajaran (technical teaching tools), seperti penggunaan video, presentasi

power point, internet, dan lain sebagainya.21[22]

Pada saat ini, dengan adanya inovasi pembelajaran metode pembelajaran pun makin beragam dan

bervariasi. Namun apapun metode yang digunakan, essensi dari pendidikan Agama ini

dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek afektif melalui praktik dan pembiasaan,

pengalaman langsung dan keteladanan perilaku dan amal shalih.

Hakikat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dimasukkan ke dalam kurikulum adalah agar

generasi muda Indonesia bukan hanya cerdas dan pandai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,

tetapi juga menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Sehubungan dengan itu, maka : (1Pendidikan Agama diharapkan mampu membentengi peserta

didik dalam mengantisipasi dampak- dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi

terhadap nilai-nilai etika keagamaan Islam dan nilai-nilai moral. Pendidikan agama hendaknya

tidak sekedar transfer of knowledge semata dengan menyentuh aspek kognitif dan kecerdasan

intelektual (IQ) semata, tapi juga menyentuh kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual

(SQ) peserta didik. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam memiliki karakter sebagai

berikut : (1) PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi

dan kondisi apa pun; (2) PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang

tertuang dan terkandung di dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah serta ontensitas keduanya sebagai

sumber utama ajaran Islam; (3)PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu, dan amal dalam

kehidupan keseharian; (4) PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu

dan sekaligus kesalehan sosial; (5) PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan

ipteks…22[23]

4.        Guru agama sebagai hasil (produk) lembaga pendidikan profesional keguruan harus memiliki

kompetensi yang mencerminkan guru yang professional pula.

21[22] Sapiudin Shidiq,Pembelajaran Pai Membutuhkan Informasi Teknologi , http://didaktika.fitk-uinjkt.ac.id/2010/02/pembelajaran-pai-membutuhkan-informasi_19.html, diakses 8 Nopember 2011

 

22[23] Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan, 183

Page 23: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Pembelajaran PAI merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai

komponen yang saling terkait dan memiliki fungsi masing-masing. Salah satu komponen

terpenting yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran PAI adalah komponen sumber

daya manusia, yaitu guru/dosen.

Menurut Muhammad Surya seperti yang dikutip Ramayulis kompetensi guru agama

sekurang-kurangnya ada empat, yaitu: menguasai substansi materi pelajaran, menguasai

metodologi mengajar, menguasai teknik evaluasi dengan baik, memahamai, menghayati, dan

mengamalkan nilai-nilai moral dan kode etik profesi.23[24] Pemerintah dalam kebijakan

pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru ada empat, hal tersebut tercantum dalam

Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.24[25]

Dengan demikian seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk dapat

melaksanakan peranan bukan hanya sekedar melaksanakan proses transformasi ilmu, tetapi juga

harus dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, artinya guru juga harus dapat membentuk

sikap dan perilaku peserta didiknya sebagai cerminan dari sikap dan perilaku yang sesuai dengan

ajaran agama Islam. Selain itu untuk memperoleh hasil yang optimal guru dituntut tidak hanya

mengandalkan terhadap apa yang ada di dalam kelas (apalagi hanya membaca buku ajar), tetapi

harus mampu dan mau menelusuri serta mendayagunakan berbagai sumber pembelajaran yang

diperlukan seperti majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini penting agar apa yang dipelajari

sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam

pola pikir peserta didik .

Penguasaan bahan ajar yang berkaitan dengan materi pokoknya dari ilmu-ilmu lain

seringkali sangat dibutuhkan dalam memberikan penjelasannya. Hal ini menjadi sebuah

kebutuhan di masa sekarang, di mana arus informasi begitu cepat untuk diketahui siswa. Dengan

mengintegrasikan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan ilmu lain akan menjadikan

proses pembelajaran lebih bermakna dan semakin mudah dipahami siswa, tidak sekedar mata

pelajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi kalau ditinjau lebih ke dalam, pemahaman tentang

23[24] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2005 ), 60

24[25] Kementerian Pendidikan Nasional, h ttp://www.kemdiknas.go.id/media/103777/ permen _27_2008.pdf, diakses 6 Nop 2011.

Page 24: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Islam sendiri juga beragam, sehingga tidak heran jika dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis

sebagai sumber pokok dalam Islam banyak sekali pendapat yang berbeda, bahkan tidak sedikit

yang bertolak belakang. Terhadap bahan dari ilmu lain yang ada hubungannya dengan materi

pelajaran PAI, guru tidak harus tahu secara mendetail. Cukuplah gambaran umum sebagai

penunjang untuk memahami materi pokoknya. Berikut beberapa contohnya :25[26]

   Dalam materi kelas 9 tentang Iman Kepada Hari Kiamat. Dalam praktiknya agar pembelajaran lebih

bermakna dan mudah dipahami, guru sedikit banyak tahu tetang ilmu astronomi, fisika, biologi,

kimia, matematika, vulkanologi, demografi dan lain-lain. Guru seharusnya juga tahu tentang

gejala atau fenomena-fenomena alam yang menjadi pemberitaan media massa, baik tingkat

lokal, regional maupun global.

   Materi tentang Iman Qadha dan Qadar. Agar pembelajaran bermakna maka dalam menyampaikan

contoh konkrit tidak cukup sebatas mati, rizki, jodoh. Setidaknya guru juga tahu banyak contoh

lain, yang jika ditinjau dari ilmu lain akan lebih memudahkan dalam pemahaman dan

penerapannya, serta dapat meningkatkan keimanan siswa. Mulai dari ilmu bumi, kedokteran,

sosial dan budaya, geografi, dan lain-lain.

   Pemahaman tentang mati suri. Pada acara Kick Andy yang disiarkan salah satu stasiun televisi,

pernah menayangkan orang yang mati suri secara langsung. Orang yang mati suri melibatkan

warga Muslim, dan agama yang lain. Akibat dari tayangan itu, muncul kegundahan dalam diri

siswa dalam memahami konsep kematian. Karena dari empat orang yang “diuji coba” mati suri

dengan latar belakang agama yang berbeda, ternyata pengalamannya berbeda-beda. Untuk

menjelaskan hal tersebut, setidaknya guru perlu tahu sedikit ilmu kedokteran, anatomi, dan

psikologi. Pada akhirnya muara dari penjelasan mati suri masuk ke dalam materi Qadha Qadar

dan Kiamat Sughra. Tentunya dengan penjelasan yang mengglobal tersebut lebih memudahkan

pemahaman siswa tentang ajaran Islam dari hasil tayangan di televisi.

Selain itu dengan pemanfaatan teknologi materi pendidikan agama dapat juga disampaikan

dengan cara berikut ini :

  materi syariah, maka dapat divisualkan perkembangan institusi-isntitusi berdasarkan syariah

sepanjang sejarah.

  materi ibadah dapat divisualkan cara-cara wudlu dan shalat yang benar, tuntunan palaksanaan

rangkaian ibadah haji, dan sebagainya.

25[26] http://fahrurrozi.com/kompetensi-guru-pendidikan-agama-islam/, diakses 14 Nop 2011

Page 25: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

  materi muamalah dapat divisualkan proses transaksi bank-bank Islam, transaksi jual beli dan

sebagainya.

  materi aqidah dapat dapat divisualisasikan contoh-contoh-contoh ciptaan Allah atau peristiwa-

peristiwa yang menakjubkan sebagai bukti kekuasaan Allah dan sifat-sifatnya yang terkandung

dalam Asma al-Husna.

  sejarah peradaban Islam dapat ditayangkan film tentang perjuangan nabi (selain nabi boleh

divisualkan) seperti perang badar dan perang uhud. Film tentang penyebaran Islam di Nusantara

(wali songo) yang menyebarkan Islam melalui bisnis dan perdagangan, film tentang tokoh saintis

muslim seperti Ibnu Sina, al-Ghazali, dan sebagainya.

  bidang seni dapat divisualkan tentang keindahan seni kaligrafi, seni nasyid, seni sastra, dan

sebagainya.

Oleh karena itu perlunya guru PAI membekali dirinya dengan ketrampilan pemanfaatan

teknologi dan senantiasa mengembangkan wawasan keilmuan yang berhubungan langsung

dengan materi pelajaran, dan hal-hal lainnya yang berkaitan agar dapat membantu pemahaman

siswa. Selain itu Guru Agama juga harus memiliki kompetensi profesional dalam hal

penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam terkait dengan mata pelajaran lainnya

(sains) dan mengerti tujuan proses pembelajaran terhadap materi yang diajarkan dan hasil yang

akan didapat, serta melengkapi dengan kompetensi-kompetensi lainnya sebagaimana telah

diuraikan di muka.

III PENUTUP

Penggunaan informasi dan teknologi (IT) sangat dibutuhkan dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam, baik dilihat secara filosofis maupun praktis. Informasi dan teknologi

adalah alat bantu yang berfungsi mempermudah kebehasilan tujuan pembelajaran PAI. IT

memiliki nilai positif dan negatif. Oleh karena itu, guru dan siswa harus memiliki daya kritis

dalam menggunakan kecanggihan IT untuk hal-hal yang positif dan menghindari penggunaan IT

untuk hal-hal yang berdampak negative. Teknologi miliki peran yang sangat besar, yaitu mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, memudahkan riset, membantu guru dan dosen dalam

menjelaskan konsep dan ide dengan cara yang lebih mudah. IT juga mampu menyajikan

pembelajaran lebih menarik.

Page 26: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

IT merupakan fasilitas yang wajib disediakan oleh pihak sekolah atau universitas, karena guru

dan dosen berhak mendapatkan fasilitas IT, baik dari segi pelatihan dan penyediaan sarananya.

Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang cerdas komprehensif dan cerdas

kompetitif serta menguasai sains dan teknologi merupakan salah satu kunci sukses dalam

menghadapi globalisasi. Guru dan murid yang trampil dalam menggunakan komputer dan

mengakses informasi dari internet memudahkan dalam integrasi Pendidikan Agama Islam

dengan sains dan teknologi.

Dalam kaitannya dengan integrasi pendidikan Agama Islam dengan sains dan

teknologi, dibutuhkan sistem pendidikan yang kurikulumnya memadukan antara sains dengan

pendidikan agama. Karena dalam Islam tidak pernah mendikotomikan (memisahkan dengan

tanpa saling terkait) antara ilmu-ilmu agama dan umum. Pendidikan Agama Islam yang terdiri

atas Al-Qur’an-Hadis, Akidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah dan Kebudayaan Islam menjadi

motivator, pembimbing dan dinamisator bagi pengembangan kualitas IQ (Intelligent Quotient),

EQ (Emotional Quotient), CQ (Creativity Quotient), dan EQ Spiritual Quotient). PAI merupakan

inti, sehingga bahan-bahan kajian yang termuat dalam sains dan pelajaran umum lainnya di

samping harus mengembangkan kualitas IQ, EQ, CQ, dan SQ, juga harus dijiwai oleh ajaran dan

nilai-nilai Islam (PAI).

Pengembangan semua bahan kajian atau mata pelajaran tersebut harus didukung oleh

guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi pedagogis religious, personal religious,

social religious dan professional religious, yang juga mengembangkan kualitas IQ, EQ, CQ dan

SQ serta didukung oleh media dan sumber belajar dan/fasilitas serta dana yang memadai.

Sebagai konsekuensinya, guru PAI dan guru-guru mata pelajaran lainnya harus saling

berinteraksi secara kompak dan melakukan interkoneksi mulai dari pengembangan perencanaan,

pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran.

Selain itu guru PAI membekali dirinya dengan ketrampilan pemanfaatan teknologi

dan senantiasa mengembangkan wawasan keilmuan yang berhubungan langsung dengan materi

pelajaran, dan hal-hal lainnya yang berkaitan agar dapat membantu pemahaman siswa. Selain itu

Guru Agama juga harus memiliki kompetensi guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban

secara bertanggung jawab dan layak. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

guru untuk memiliki kompetensi pedagogis, personal, profesional, dan sosial.

Page 27: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Sistem belajar mengajar inovatif dan kreatif perlu digalakkan di lembaga-lembaga

pendidikan Islam pada khususnya dan dalam kegiatan belajar mengajar agama di sekolah-

sekolah umum pada semua jenjang. Sistem belajar mengajar yang taklidi (dogmatis) dalam

Pendidikan Agama Islam harus segera ditinggalkan. Guru Agama atau Dosen perlu menjalin

hubungan akrab dengan para ilmuan muslim dalam sains dan teknologi khususnya, untuk

bertukar pikiran masalah-masalah keagamaan terkait kedua bidang tersebut atau studi banding ke

tempat-tempat perindustrian besar seperti pembuatan alat-alat transportasi dan komunikasi,

tempat peternakan, pengawetan makanan dan minuman dan lain sebagainya. Dengan melihat

fakta langsung di lapangan, para guru dan dosen agama mampu menjelaskan tentang sains dan

teknologi juga bidang-bidang lainnya yang terkait dengan materi agama yang diajarkan.

Page 28: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt
Page 29: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt
Page 30: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

DAFTAR PUSTAKA

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta :Pustaka Pelajar. 1994)

http://blog.uin-malang.ac.id/ahmadbarizi/2010/06/26/panduan-riset-integrasi-sains-dan-islam/, diakses 5 Nopember 2011.

http://fahrurrozi.com/kompetensi-guru-pendidikan-agama-islam/, diakses 14 Nop 2011

http://kusmardiyanto-islamadalahkebenaran.blogspot.com/2009/01/memahami-perbedaan-makna-antara-ilmu.html, diakses 15 Nop 2011.

http://www.al-shia.org/html/id/books/001/02.html, diakses 5 Nopember 2011

http:/www.scribd.com/doc/36601185/Iptek-Dalam-Islam, diakses 11 Nopember 2011

Jujun S. Suriasumantri, Filasafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009)

Kementerian Pendidikan Nasional, http://www.kemdiknas.go.id/media/103777/permen _27_2008.pdf, diakses 6 Nop 2011.

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),(Jakarta : Bumi Aksara, 1995)

Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Amissco, 1996)

Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2011)

---------------------,. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Di Sekolah , (Bandung ; Rosdakarya., 2001)

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2005 )

Sapiudin Shidiq,Pembelajaran Pai Membutuhkan Informasi Teknologi , http://didaktika.fitk-uinjkt.ac.id/2010/02/pembelajaran-pai-membutuhkan-informasi_19.html, diakses 8 Nopember 2011

Samsul Nizar dan Muhammad Syarifudin, Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010)

Sulaiman Nordin, Sains Menurut Perspektif Islam, terj. Munfa’ati, (Kuala Lumpur, Dwi rama,2000)

Page 31: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

 STUDI INTEGRASI SAINS DAN ISLAM

Oleh: Hamdan Husien Batubara

A.  Pendahuluan

Hingga saat ini, anggapan Agama dan ilmu adalah dua hal yang sulit dipertemukan

karena memiliki wilayah masing-masing, baik dari segi objek formal dan material, metodologi,

kriteria kebenaran, maupun teori-teorinya. Bukti sejarah di Barat mengenai hubungan ilmu dan

Agama seperti gereja menolak teori Heliosentris Galileo, sedangkan Isaac Newton dan tokoh

ilmu-ilmu sekular menempatkankan Tuhan sebagai penutup sementara untuk hal yang tak bisa

dipecahkan oleh ilmu mereka. Begitu hal itu terpecahkan campur tangan Tuhan tidak lagi

diperlukan.Sebaliknya di dunia Timur, dalam dunia keIslaman, pengajaran ilmu Agama Islam

semakin terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berakibat pada

kehidupan dan kesejahteraan umat manusia.

Banyak orang pandai dan cerdik namun miskin nilai-nilai spiritual dan moralitas,

kemajuan teknologi membuat orang berpikiran materialis dan individualis, dengan hasrat yang

meluap-luap dan hanya mencari kenikmatan semu. Tampaknya hal ini pun sudah mewabah di

Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya sebuah sistem pendidikan yang mampu menyatukan

nilai-nilai Agama dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat menghasilkan individu yang tidak

hanya memiliki skill di bidang keilmuan dan teknologi tetapi juga memiliki kesadaran religius

agar tidak terjerumus dalam arus perkembangan global saat ini. Tulisan ini mencoba

memberikan satu contoh formulasi ataupun konsep integrasi ilmu dengan Agama Islam.

B.  Urgensi Integrasi Sains dan Islam

1.    Konsepsi Islam Tentang Sains

Agama dalam arti luas adalah wahyu Tuhan, yang mengatur hubungan timbal balik

antara manusia dan tuhan, manusia dengan sesama dan lingkungan hidup yang bersifat fisik,

sosial maupun budaya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk etika, moral,

akhlak, kebijaksanaan dan dapat pula menjadi teologi ilmu serta grand theory ilmu.26[1] Allah

SWT berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 109:

26[1] Amin Abdullah, dkk, Integrasi Sains – Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2004), hlm, 11

Page 32: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

@è% öq©9 tb%x. ã�óst7ø9$# #YŠ#y‰ÏB ÏM»yJÎ=s3Ïj9 ’În1u‘ y‰ÏÿuZs9 ã�óst6ø9$# Ÿ@ö7s% br& y‰xÿZs? àM»yJÎ=x. ’În1u‘ öqs9ur

$uZ÷¥Å_ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ #YŠy‰tB ÇÊÉÒÈ “Katakanlah: “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,

sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami

datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu (dharuriyyah; benar, salah),

bagaimana ilmu diproduksi (hajiyah; baik,buruk), dan tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyah; manfaat,

merugikan). Ilmu yang lahir dari induk Agama akan menjadi ilmu yang bersifat objektif. Maka,

ilmu yang dihasilkan oleh orang beriman, adalah ilmu untuk seluruh umat, bukan untuk salah

satu pengikut Agama.27[2]

Sebelum kita membahas tentang integrasi ilmu dan Agama, perlu diketahui konsep

ilmu dalam pandangan Islam. Berikut beberapa pengertian ilmu yang penulis himpun dari

pendapat umum maupun dari ilmuan muslim:

a.    Dalam Ensiklopedia Indonesia yang dikutip oleh Budi Handrianto, ilmu pengetahuan adalah

suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil

pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode

tertentu.28[3]

b.    Ashley Montagu menyebutkan, “Science is a sistematized knowledge derived from observation,

study, and experimentation carried on order to determine the nature of principles of what being

studied.”29[4] (Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh dari

observasi, pembelajaran, dan percobaan untuk menentukan sifat alami dan prinpsip-prinsip dari

apa yang dipelajari).

c.    Ibnu Taimiyah menyebutkan ilmu adalah sebuah pengetahuan yang berdasar pada dalil (bukti)

baik yang berupa wahyu (al-naql al-mushaddaq) atau dari hasil penelitian ilmiah (al-bahts al-

muhaqqaq).30[5]

27[2] Amin Abdullah, dkk, Integrasi Sains – Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2004), hlm, 12

28[3] Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modern, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2010), hlm, 45

29[4] Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modern, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2010), hlm, 44

Page 33: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Imam al-Ghazali membedakan ilmu menjadi dua; Pertama, ilmu Agama yakni ilmu yang

diperoleh dari ajaran Nabi SAW dan wahyu, Kedua, ilmu nonAgama yang dikelompokkan

kepada ilmu yang terpuji (mahmud), dibolehkan (mubah), dan tercela (mudzmum).31[6] Ilmu

Agama masuk dalam kategori fardu‘ain, sedangkan ilmu nonAgama yang berguna untuk

kehidupan sehari-hari termasuk fardu kifayah.

d.   Al-Ghazali Dalam konteks pengembangan ilmu ia membagi ilmu itu kepada dua bagian,

pertama, ilmu fardhu'ain, yang wajib di tuntut oleh setiap muslim seperti ilmu tauhid, dan hal-

hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah mahdhah (syari'ah). Kedua, ilmu yang wajib

dicari dan menjadi tanggung jawab sekelompok umat Islam yang diistilahkan dengan fardhu

kifayah, seperti ilmu kesehatan, fisika, kimia, matematika dan lain-lain. Hanya sayang sekali

pengggolongan ilmu yang dibuat imam al-Ghazali ditangkap secara tidak tepat oleh generasi

penerusnya, sehingga perhatian mereka terhadap ilu fardhu kifayah tersebut sangat kurang,

bahkan diabaikan. Padahal Al-Ghazali sendiri seorang figur ilmuan besar yang menguasai

disiplin ilmu Agama, filsafat, maupum yang selama ini dianggap ilmu "umum".32[7]

Di dalam Islam tidak ada yang namanya batasan dalam menuntut ilmu, selama ilmu tersebut

memberikan manfaat bahkan ilmu hitam juga boleh untuk menuntutnya untuk sekadar

mengetahui. Pentingnya mempelajari ilmu-ilmu selain ilmu Agama menurut al-Qur’an dan

sunnah bisa didasari beberapa alasan, yaitu:

a.    Jika pengetahuan merupakan persyaratan untuk pencapaian tujuan-tujuan Islam dalam hal

syariah, maka mencari ilmu tersebut merupakan kewajiban untuk memenuhi kewajiban syariah.

Misalnya, mempelajari ilmu obat-obatan karena kesehatan merupakan hal penting dalam Islam.33

[8]

30[5] Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modern, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2010), hlm, 49-50

31[6] Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 3

32[7] Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. xi

33[8] Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 14

Page 34: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

b.    Al-Qur’an menghendaki umat Islam menjadi umat yang agung dan mulia sehingga tidak

bergantung kepada orang kafir. Oleh karena itu umat Islam harus memiliki keahlian di berbagai

bidang, sehingga memiliki spesialis hebat dan teknisi handal.34[9]

c.    Manusia telah diperintahkan dalam al-Qur’an (QS.Qaf [50]: 6-8) untuk mempelajari sistem dan

skema penciptaan, keajaiban-keajaiban alam dan sebagainya.35[10]

óOn=sùr& (#ÿrã�ÝàZtƒ ’n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# ôMßgs%öqsù y#ø‹x. $y »g oYø‹t^t/ $y »g ¨Yƒy—ur $tBur $olm; `ÏB 8lrã�èù ÇÏÈ uÚö‘F{$#ur $y »g tR÷Šy‰tB

$uZøŠs)ø9r&ur $p Žk Ïù zÓÅ›ºuru‘ $uZ÷Fu;/Rr&ur $p Žk Ïù `ÏB Èe@ä. £l÷ry— 8kŠÎgt/ ÇÐÈ ZouŽÅÇö7s? 3“t�ø.ÏŒur Èe@ä3Ï9

7‰ö6tã 5=ŠÏY•B ÇÑÈ “Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami

meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? dan

Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami

tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi

pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)”.

d.   Ilmu tentang hukum-hukum alam, karakteristik benda-benda dan organisme dapat berguna untuk

memperbaiki kondisi hidup manusia.36[11]

2.    Urgensi Integrasi Sains Dan Islam Dalam

pelaksanaan pendidikan memiliki dua misi utama yaitu pembinaan daya intelektual dan

pembinaan daya moral, Mensinergikan sains dan Islam (Agama) merupakan sesuatu yang sangat

penting, bahkan keharusan, karena dengan mengabaikan nilai-nilai Agama dalam perkembangan

sains dan tekhnologi akan melahirkan dampak negatif yang luar biasa, tidak hanya pada orde

sosial-kemanusiaan, tetapi juga pada orde kosmos atau alam semesta ini. Dampak negatif dari

kecendurungan mengabaikan nilai-nilai (moral Agama) bisa kita lihat secara emperik pada

perilaku korup dan lain sebagaianya yang dilakukan oleh manusi dimuka bumi ini dengan

munggunakan kekuatan sains dan tekhnologi.37[12] Namun tampaknya dalam realitas kehidupan

terjadi ketimpangan, dimana misi pertama lebih diutamakan Ilmu tanpa Agama sehingga

34[9] Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Men urut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 15

35[10] Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 16

36[11] Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 20

37[12]Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. xi-xii

Page 35: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

mengakibatkan timbulnya krisis moral,kapitalis, materialistis hingga menjatuhkan harkat derajat

atau kualitas "khairi ummah" yang kemudian menjadi penyebab krisis alam dan sumber daya.

Sebenarnya pembinaan intelektual dan moral dapat dikembalikan pada hakikat ilmu

pengetahuan yaitu; (1) ontologi ilmu pengetahuan yang menekankan pada kemampuan spiritual,

(2) epistemologi ilmu pengetahuan yang menjamin pembinaan kemampuan intelektual, dan (3)

etika ilmu pengetahuan yang lebih menjamin pada pembinaan kemampuan moral.38[13]

Wacana perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan

sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan

penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata pendidikan sebagai bentuk kesadaran

bersama untuk mencapai kualitas hidup yang utuh.39[14]

Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern

bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat

duniawi di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan.

Kesadaran ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu

Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling

menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan

sains dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi ilmu berarti adanya penguasaan sains dan

teknologi dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.40[15]

Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan

menghasilkan sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimilki dengan

diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap

sebagai Agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri di

berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan teknologi.41[16]

38[13] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm, 138

39[14] Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm, 256

40[15] U Maman Kh, Urgensi Memadukan Kembali Sains dan Teknologi dengan Islam, http://www.pusbangsitek.com diakses tanggal 24 Nopember 2011

41[16] Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa Depan, (Malang: UIN Maliki Press, 2006), hlm, xv

Page 36: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Agama, dalam hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih sebagai justifikasi atau

pembenaran terhadap konsep-konsep sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang

menyeluruh (holistik). Orientasi dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan ilmu

umum haruslah diintegrasikan secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya antara

Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel, dan link and match.42[17]

Konsep integralisme monistik dalam perspektif Islam adalah sebuah paradigma

unifikasi bagi ilmu-ilmu kealaman dan keagamaan, tidak hanya menyatukan ilmu-ilmu tersebut

tetapi juga menjadi paradigma ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Islam tidak hanya

menjadi sudut pandang atau pelengkap tetapi menjadi pengawal dari setiap perbuatan/kerja

sains.43[18]

Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan

antara Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan

bahwa Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan

sumber atau inspirasi dari semua ilmu.

Sebagai seorang muslim satu hal menurut penulis yang mesti kita pikirkan bahwa Penyebab

Islam dalam kondisi terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah "kalau bangsa-bangsa

lain sudah berhasil membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang bagaimana

mengirimkan pesawat rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk

menyelesaikan problem-problem yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti halnya

kunut, bismillah, bid'ah, do'a jama'ah, zikir ba'da shalat, dan lain sebagainya".44[19]

Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal

sejumlah figur intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu, baik ilmu Agama maupun

ilmu umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu juga merupakan

ilmu Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja misalnya Ibn

Miskawaih (320-412/ 932-1032), Ibn Sina (370-428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-

42[17] Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm, 260

43[18] Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm, 260 & 261

44[19] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. ix-x

Page 37: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

1111) Ibn Rusd, Ibn Thufail dan seterusya. Mereka adalah para figur intelektual muslim yang

memiliki kontribusi besar terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika

pada awalnya kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan

Bahasa, maka pada periode berikutnya , setelah kemenangan Islam di berbagai wilayah, kajian

tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu: fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan

ilmu-ilmu sosial lainnya. Kenyataan ini bisa dibuktikan pada masa kegemilangan/keemasan

antara abad 8-15 M, dari Dinasti Abbasiyyah (750-1258 M) hingga jatunya Granada tahun

1492M.45[20]

Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa munculnya

para ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual muslim yang direbut pada

masa kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut beliau inilah yang mesti

direbut kembali dengan dalih ilmu itu merupakan daur (berputar) mulai dari Yunai berpindah ke

Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di kuasai oleh Negara-negara Barat yang insya Allah akan

dapat kita raih kembali46[21]

 C.  Metode Formulasi Integrasi Sains Dan Islam

Untuk terwujudnya model Integrasi sains dan Islam dalam lembaga pendidikan Islam,

perlu diadakan tahapan-tahapan antara lain adalah sebagai berikut:

1.    Menjadikan Kitab Suci Sebagai Basis atau Sumber Utama Ilmu

Memposisikan kitab suci (Al-Qur'an, Injil, Weda, Taurat dan Zabur) sebagai basis atau

sumber utama Ilmu masing-masing yang bersangkutan, maka kedepan dapat diharapkan akan

lahir pribadi-pribadi dalam masyarakat yang memiliki kekokohan dalam pemahaman,

penghayatan dan pengamalan Agamanya sekaligus juga professional dalam bidang ilmu modern

yang ditekuninya.47[22]

Alquran da hadis dalam pengembangan ilmu diposisikan sebagai sumber ayat-ayat

qauliyyah sedangkan hasil observasi, eksperimen dan penalaran-penalaran yang logis diletakkan

sebagai sumber ayat-ayat kauniyyah. Dengan memposisikan Alquran dan hadis sebagai sumber

45[20] Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. x-xi

46[21] Neneng Dara Affiah, Pidato ilmiah dalam diskusi & peluncuran buku Pembaruan Pemikiran Islam, Malang, 28 November 2011

47[22] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 66

Page 38: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

ilmu, maka dapat ditelusuri semua cabang ilmu mempunyai dasar yang bersifat konsep di

dalamnya. Ilmu hukum mislanya, sebagai rumpun ilmu sosial maka dikembangkan dengan

mencari penjelasan-penjelasan pada Alquran dan hadis sebagai ayat qauliyyah sedangkan hasil-

hasil dengan melalui observasi, eksperiment, dan penalaran logis sebagai ayat-ayat yang

kauniyyah.48[23] Berbagai ilmu yang dikembangkan dengan memposisikan ayat yang qauliyyah

dan ayat yang kauniyyah sebagai sumber utama maka dikotomi ilmu (memisah-misahkan ilmu

umum dan Agama) yang begitu marak dipersoalkan selama ini dapat terselesaikan.

Sebagaimana wataknya yang universal itu, Alquran dan hadis dapat dijadikan sebagai

sumber sagala ilmu pengetahuan dan tidak sebatas ilmu pendidkan yang sejenis dengan ilmu

tarbiyyah, ilmu hukum dengan ilmu syari'ah, ilmu filsafat dengan ilmu ushuluddin, ilmu bahasa

dan sastra dengan ilmu adab, dan komunikasi dengan ilmu dakwah. Namun ilmu fisika, ilmu

biologi, ilmu kimia, ilmu psikologi, ilmu pertanian dan semua ilmu lainnya dapat dicarikan

informasinya di dalam Alquran, sekalipun tidak langsung bersifat teknis melainkan bersifat

umum yang dapat ditelusuri dengan ayat-ayat-Nya yang bersifat kauniyyah.49[24]

Sementara tingkat pemahan kaum muslimin saat ini hanya dipandang sebatas menyangkut

tentang tata cara beribadah, merawat anak yang baru lahir, persoalah pernikahan, zakat, haji dan

lain sebagainya yang selalu bersifat normatif. Padahal Alquran juga berbicara tentang konsep

tentang ketuhanan, penciptaan, persoalan manusia dan prilakunya, alam dan seisinya serta

petunjuk tentang keselamatan manusia dan alam. Jika ilmu pengetahuan juga menyangkut itu

semua, maka tidak ada salahnya semua hal tersebut dapat ditelusuri dari kitab suci Alquran dan

hadis.50[25]

2.    Memperluas Batas Materi Kajian Islam & Menghindari Dikotomi Ilmu

Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semua lembaga pendidikan

Islam, baik di tingkat ibtidaiyah hingga sampai ke pergurtuan tinggi, juga yang terjadi di podok

48[23] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 30

49[24] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 31

50[25] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 31

Page 39: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

pesantren, ketika orang menyebut pelajaran Agama, maka yang muncul adalah pelajaran tauhid,

pelajaran fiqih, pelajaran akhlak, dan tasawuf, pelajaran Alquran dan hadis, pelajaran tarikh dan

bahasa arab. Demikian pula jika kita meninjau ke perguruan tinggi Agama Islam, maka yang

datang dalam pikiran kita adalah adanya Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyyah, Fakultas

Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Fakultas Adab. Penyebutan hal yang demikian

sesunggunhnya bukanlah dikatakan keliru.51[26] Namun, persoalnnya dalah bahwa selama ini

telah dipahami bahwa ajaran Islam itu bersifat Universal. Oleh karenanya jika sebatas yang

disebut diatas sebagai lingkup ajaran Islam, maka akan timbul pertanyaan dimana

sesunggunhnya letak ke Universalan ajaran Islam itu?

Rumusan tentang lingkup ajaran Islam seperti itu ternyata berlaku sejak lama dan terjadi

disemua belahan dunia ini. Sebagai misal kita lihat Universitatas Islam Al-Azhar di Kairo telah

berdiri sejak 1000 tahun lalu, pembidangan ilmu masih seperti itu juga terjadi, cara memandang

ilmu secara dikotomi seperti diatas juga terjadi. Disana ada fakultas-fakultas ilmu Agama, seperti

Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyyah, Fakultas Ushuluddin Fakultas Dakwah dan lain, persis

seperti yang terjadi di Indonesia. Disana juga ada Fakultas Tekhnik, Fakultas Kedokteran,

Fakultas Ekonomi dan lain-lain masih tetap terpisah dari Fakultas Agama sebagaimana

disebutkan diatas. Bahkan informasi yang terakhir didapat khusus bagi mahasisiwa yang

mengambil fakultas Agama dibebaskan dari biaya pendidikan dengan maksud biar tetap ada

mahasiswa yang memasuki fakultas-fakultas tersebut.52[27]

Lebih parah lagi dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok

ilmu Islam dalam pengertian ilmu Agama sebagaimana dikemukakan dimuka. Dlam hal ini

sangat berimbas pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Dampak

negatif yang paling mendasar adalah bahwa muncul pula istilah sekolah-sekolah Agama dan

sekolah-sekolah umum. Sekolah Agama berbasis pada ilmu-ilmu "Agama" sedangkan sekolah

umum berbasis kepada ilmu-ilmu "Umum".53[28] Kehadiran dikotomi sekolah umum pada satu

51[26] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 37

52[27] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 38

53[28] Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 215

Page 40: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

sisi dan sekolah madrasah yang merupakan perwakilan sekolah Agama penulis memahami

adalah merupaka wujud konkret timbulnya dikotomi dalam pendidikan Islam.

Dari kenyataan ini, dapat dipahami bahwa dikotominya ilmu yang selama ini selalu

dipersoalkan mungkin merupakan kemauan umat Islam itu sendiri atau memang perguruan tinggi

Agama Islam yang ada di dunia ini masih belum bisa mengintegrasikan ilmu Agama dengan

ilmu umum. Masalah ini memang tidak mudah untuk jawab melainkan butuh perumusan-

perumusan yang matang dan gagasan-gagasan yang lebih tajam. sebagai seorang sarjana Muslim

kita dituntut untuk turut andil atas keterpurukan Islam dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi

sebagaimana yang kita rasakan saat ini.

Dari keterpurukan umat Islam sebagaimana yang dikemukakan di muka, Alhamdulillah

(segala puji bagi Tuhan sang pencipta) belakangan ini sudah ada gagasan-gagasan untuk

meninggalkan keterpurukan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pikiran-pikiran, pembaharuan-

pembaharuan yang berkembang saat ini, yang mengatakan bahwa tidak selayaknya ilmu dilihat

secara terpisah antara ilmu Agama dan ilmu umum. Munculnya beberapa Universitas Islam

Negeri di Indonesia seperti UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Qosim Pekanbaru Riau, salah satu

misinya adalah untuk mengembangkan ilmu ilmu yang bersifat integratif antara ilmu Agama dan

ilmu umum.54[29]

3.    Menumbuhkan Pribadi Yang Berkarakter Ulul Albab

Apa? Siapa? Dimana? Dan bagaimana yang dikatakan Ulul Albab itu? Itulah yang

selalu datang dalam benak penulis untuk merumuskan tentang karakter Ulul Albab tersebut

dengan tujuan untuk terwujudnya manusia-manusia yang memiliki kedalaman spritual,

keagungan akhlaq, keluasan intelektual dan kematangan profesional.

Istilah Ulul Albab adalah merupakan bahasa Alquran, maka untuk memahaminya

kita membutuhkan kajian-kajian yang mendalam terhadap nash-nash yang berbicara tentang Ulul

Albab tersebut, baik dari segi makna lughawi maupun kandungan kesan dan pesan makna yang

terdapat didalamnnya.

Secara lughawi kata Albab adalah bentuk jamak dari lubb yang berarti "saripati

sesuatu" misalnya, kacang tanah memiliki kulit yang menutupi isinya dan isi kulit (kacang tanah)

54[29] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 39

Page 41: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

tersebut dinamakan lubb (saripati). Dengan demikian Ulul Albab adalah orang orang yang

memiliki akal yang murni, yang tidak diselimuti oleh kulit, yakni kabut (kemaksiatan) yang

dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.55[30] Dalam kaitan dengan hal yang dikemukkan di

muka tersebut dalam Q.S. Ali Imran ayat 189-191 Allah menjelaskana tentang tanda-tanda

kemurnian berpikir orang yang dikategorikan Ulul Albab tersebut.

¬!ur "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat

Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang

penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan

ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka".

Kata Ulul Albab disebut sebanyak enam belas kali dalam Al-Qur’an. Ulul Albab

yang melukisakan sebagai orang yang diberi hikmah (QSAl-Baqarah [2]: 269); yang mampu

menagkap pelajaran dari sejarah umat terdahulu (QSYusuf [12]: 111); kritis dalam mendengar

pembicaraan dan ungkapan pemikiran dan pendapat orang (QSAl-Zumar [39]: 18); tidak

mengenal lelah dalam menuntut Ilmu (QSAli Imran [3]:7) dengan merenungkan ciptaan Allah di

langit dan yang dibumi serta meperhatikan semua ciptaannaya yang dijadikan dari air sebagai

sumber kehidupan tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya (QSAli Imran [3]: 190 dan QS Al-

Zumar [39]: 21) dan mengambil pelajaran dari kitab yang diwahyukan Allah SWT (QSShad

[38]: 29,43 QS al-Mu'min [40]: 54, dan QS Ali Imran [3]: 7); sanggup mempertahankan

keyakinan dalam diri dan tidak terpesona dengan banyaknya kemaksiatan yang pernah dilakukan

(QS Al-Maidah [5]: 100); berupaya menyampaikan peringatan Allah kepada dan mengajari

mereka prinsip mengesakan Allah (QSIbrahim [14]: 52); melaksanakan janji kepada Allah,

bersabar, member infaq, da menolak kejelekan dengan kebaikan (QSAl-Ra'd [13]: 19-22);

bangun tengah malam dan melaksanakan dengan ruku dan sujud kehadapan Allah (QSAl-Zumar

[39]: 9) serta banyak berzikir (QSAli Imran [3]: 190); dan terakhir tidak ada yang ditakuti di

dunia ini melainkan hanya Allah SWT semata (QSAl-Baqarah [2]: 197; QSAl-Maidah [5]: 100;

QS Al-Ra'd [13]: 21; QS Al-Thalaq [65]; 10).56[31]

55[30] Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. xxiii

Page 42: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Dari beberapa ayat yang disebutkan dimuka, ada dua hal yang paling mendasar yang

dapat dikategorikan sebaga Ulul Albab, yaitu zikir dan fikir. Zikir itu mencakup pikir atau pikir

itu terkandung dalam pengertian zikir sebeb dalam zikir terkandung unsur pikir. Sebaliknya juga,

di dalam pikir terkandung pula zikir. Kata fakkara sering dimaknai dengan "to reflect" atau

"refleksi", dalam bahasa Indonesia ungkapan ini mengandung unsur makna "merenung". Dapat

dipahami bahwa orang yang merenungkan atau memikirkan semua ciptaan Allah adalah

termasuk juga zikir.57[32]

Untuk lebih rinci tentang karakteristik Ulul Albab sebagaimana yang enam belas kali

di ungkapkan dalam Alquran, dapat diformulasikan sebagai berikut:

"Ulul Albab adalah orang yang : (1) memiliki akal pikiran yang murni dan jernih serta mata hati yang tajam dalam menagkap fenomena yang dihadapi, memamfaatkan kalbu untuk zikir kepada Allah dan memamfaatkan akal (pikiran) untuk mengungkap rahasia alam semesta, giat melakukan kajian dan penelitian untuk kemaslahatan hidup, suka merenungkan dan mengkaji ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebenaran)-Nya dan berusaha menangkap pelajaran darinya, serta berusaha mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomena historik atau kisah-kisah terdahulu; (2) selalu sadar diri akan kehadiran Tuhan dalam segala situasi dan kondisi; (3) lebih mementingkan kualitas hidup (jasmani dan rohani); (4) mampu menyelesaikan masalah dengan adil; (5) siap dan mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat; (6) mampu memilih dan menerapkan jalan yang benar dan baik yang diridhoi oleh-Nya serta mampu membedakan mana yang lebih bermanfaat dan menguntungkan dan mana pula yang kurang bermanfaat dan menguntungkan bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat; (7) menghargai khazanah intelektual dari para pemikir, cendikiawan atau ilmuan sebelumnya; (8) bersikap terbuka dan kritis terhadap pendapat, ide atau teori dari manapun datangnya, untuk selanjutnya berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti pendapat, idea tau teori yang terbaik; (9) mampu dan bersedia mengajar, mendidik orang lain berdasar ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara baik dan benar; (10) sabar dan tahan uji walaupun ditimpa musibah dan diganggu oleh syetan (jin dan manusia); (11) sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup; dan (12) tidak mau membuat onar, keresahan dan kerusakan, serta berbuat maker di masyarakat".58[33]

Untuk menumbuhkan dari beberapa karakteristik Ulul Albab sebagaimana yang

dikemukakan di muka, ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan untuk mewujudkannya yakni:

Perama, umat Islam harus mampu memanfaatkan sarana tekhnologi yang kian

terjangkau hingga ke pedesaan sebagai alat perjuangan (jihad)-nya. Artinya, sarana tekhnologi

56[31] Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Jogjakarta: Arruz Media, 2009), hlm. 62

57[32] Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Jogjakarta: Arruz Media, 2009), hlm. 63

58[33] Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. xxv

Page 43: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

perlu dijadikan sebagai alat perjuangan umat Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dan

bukan sebaliknya sebagai penghalang bagi kreativitas berfikir dan berbuat bagi perubahan untuk

kemajuan. Dengan demikian umat Islam tidak hanya dapat mengucapkan masya Allah ketika

terkagum dengan temuan IPTEK, atau mengucapkan astaghfirullah ketika temuan IPTEK

membuat malapetaka. Kedua, umat Islam harus secara terus menerus meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas IPTEK dan IMTAK secara bersamaan, atau peningkatan diri

kearah kekokohan spiritual, moral dan intelektual. Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu

yang meniscayakan bagi perombakan sistem pendidikan Islam, mulai dari paradigma, konsep,

kerangka kerja, dan evaluasi.59[34] Dari beberapa hal yang dikemukakan dimuka semoga (insya

Allah) sistem pendidikan Islam yang berwawasan Ulul al-Albab dapat diwujudkan.

Untuk mengetahui dimana keberadaan Ulul Albab berada, jawabnya sangat erat

kaitannya dengan pribadi-piribadi seorang muslim. Maksu dari erta kaitannya dengan pribadi-

pribadi muslim adalah bahwa seorang muslima lah yang membaca diri, sadar diri dan evaluasi

diri bahwa uda bagaimana dan seperti apa wujud dari Ulul Albab tersebut sudah dapat dicapai,

yang pasti tanda-tanda sudah begitu jelas digambarkan Oleh Allah SWT di dalam Alquran dan

Hadis Nabi Muhammad SAW.

Untuk itu Islam sangat berharap dari generasi ke generasi, lahir individu-individu

berkarakter Ulul Albab yang mampu menciptakan lompatan-lompatan besar, yang pada

gilirannya, menjadi batu loncatan bagi timbulnya peradaban, kebudayaan dan manusia-manusia

yang dinamis dan kreatif yang bernuansakan Islam. Kehadiran Ulul Albab sangat kita harapkan

mampu menjadi pelopor dalam peciptaan ukhuwah Islamiah dalam arti yang sangat luas, yang

memiliki kesalehan individual dan sekaligus kesalehan sosial.

4.    Menelusuri Ayat-ayat Dalam Alquran yang Berbicara Tentang Sains

Menelusuri ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang sains adalah merupakan bentuk

langkah yang sangat vital untuk terintegrasinya sains dan Islam. Seterusnya bahwa kebenaran

Alquran itu merupakan relevan dengan ilmu pengetahuan (sains) yang saat ini sangat pesat

berkembang. Sebagai contoh beberapa ayat Alquran yang berbicara tentang Sains dapat disimak

sebagai berikut:

a.    Air Susu dan Urgensinya Bagi Bayi Yang Baru Lahir.

59[34] Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif akar tradisi & keilmuan pendidikan ilsam (Malang: UIN Press, 2011), hlm. 6-7

Page 44: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Dalam Alquran surah an-Nahl ayat 66 disebutkan:

 ¨bÎ)urj9 "Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.

Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih

antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya".

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi dan yang sangta baik dan tidak

ada tandingannya, meskipun susu formula termahal yang ada di pasaran dunia. Dari hasil

penelitian para pakar dibidangnya, pemberian ASI terhadap bayi dapat bermanfaat antara lain:

menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pernafasan, dan infeksi

telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti:

penyakit alegi, obesitas, kurang gizi, asama, dan eksim. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan

IQ dan EQ anak.60[35]

Air susu ibu (ASI) adalah minuman/ makanan bergizi sempurna. Pada zaman modern ini

satu-satunya makanan/ minuman yang dapat dipercaya untuk kestabilan gizi anak dimasa bayi

adalah air susu ibu (ASI), sampai sekarang ini seberapa canggih dan seberapa hebatpun ilmu

pengetahuan tekhnologi belum ada tandingan dan ke hebatan gizi air susu ibu (ASI). Air susu

Ibu adalah terdiri dari susunan esensiil, yang dapat diandalkan membangun tubug bayi agar

hidup segar dan bugar. Air susu ibu mengandung protein, yang berfungsi untuk membangun sel-

sel tubuh dan pertumbuhan secara sempurna. Juga mengandung vitamin dan unsur-unsur panas

dan energy pada gulanya dan zat-zat lemaknya.61[36]

Ilmu kedokteran telah membuktikan hal sebagaimana dikemukakan dimuka , bahwa zat

lemak yang terdapat pada susu ibu adalah berupa butiran-butiran kecil dalam bentuk larutan dan

gula. Adapun setelah diadakan penelitian terhadap air susu ibu (ASI) sebagaimana dimaksud,

sekarang terbukti bahwa susu mangandung semua zat-zat terpenting untuk perkembangan dan

pertumbuhan sel tubuh manusia62[37]

60[35] Nur Chomaria, Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan, (Surakarta: Cinta, 2011), hlm. 158

61[36] Lalu Ibrahim M. Thayyib, Keajaiban Sains Islam: Mengungkap Kebenaran Isi Alquran dan Hadis dengan Logika dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2010), hlm, 125

62[37] Lalu Ibrahim M. Thayyib, Keajaiban Sains Islam: Mengungkap Kebenaran Isi Alquran dan Hadis dengan Logika dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2010), hlm, 125

Page 45: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Untuk menuai hasil yang lebih optimal dalam menyusia anak/ bayi maka, menyusukannya

adalah selama dua tahun tanpa putus-putus hal ini sesuai dengan ayat Alquran surah Al-Baqarah

ayat 233 dengan anjuran supaya menyusui anak/ bayinya selama dua tahun penuh dengan

sempurna.

Menggantikan susu anak/ bayi dengan susu pasaran (susu kaleng) adalah merupakan

perbuatan penganiayaan dan penipuan terhadap anak. Yang bagus dan benar adalah bagaimana

memberikan makanan dan minuman yang baik, bergizi serta halal kepada ibunya supaya

menghasilkan air susu yang sempurna bagi bayi. Memberi makanan yang baik dan halal kepada

istiri dapat sekaligus memberi dua gizi terhadap anak, yakni gizi tubuh dan gizi rohani.

b.    Anatomi Tubuh dan Bedah

Secara khusus memang tidak ada di dalam Alquran yang membicarakan tentang anatomi

tubuh dan bedah. Namun oleh para kalangan ulama tafsir melakukan intrpretasi dan ta'wil

terhadap ayat yang terdapat dalam surah Alam Nasyrah ayat 1-3 yang mengisyaratkan untuk

melaksanakan praktek pembedahan terhadap anggota tubuh untuk menghilangkan penyakit yang

dal didalamnya.63[38] Ayat tersebut adalah sebagaimana dibawah ini: óOs9r&!$# sß

"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan Kami telah menghilangkan

daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu"

Ayat diatas diperkuat juga dengan kisah yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dan

tarikh bahwa orang tua asuh Nabi SAW. Mengisahkan suatu ketika Nabi dan saudara laki-laki

angkatnya berada di belakang kemah bersama dengan kambing-kambing orang tua asuh Nabi.

Saat itu saudara laki-laki angkatnya berlari-lari dan meberitahukan kepada orang tua angkat Nabi

bahwa ada dua orang yang berpakain putih memegangi Nabi Muhammad SAW, lalu

membaringkannya kemudian mebelah perutnya dan mengaduk-ngaduk isinya. Orang tua asuh

Nabi bergegas untuk menemuinya dan mendapatinya dia dalam keadaan wajah yang pasi

(kelihatan pucat). Kemudian orang tua asuh Nabi menanyainya tentang hal apa yang telah

terjadi. Lalu Nabi berkata "ada dua orang yang berjubah putih datang dan membaringkan aku

serta mebedah perutku, memcari-cari sesuatu di dalamnya yang tidak aku ketahui".64[39]

63[38] Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilum dalam Al-Quran, (Bandung: PT. Mizan, 2007) hlm, 381

64[39] Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilum dalam Al-Quran, (Bandung: PT. Mizan, 2007) hlm, 381

Page 46: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Sebagaimana ayat yang dikutip di atas sangat relevan dengan peristiwa pembelahan perut

Nabi. Mungkin inilah yang telah mendorong pengobatan dengan tekhnik bedah serta merangsang

kajian tentang anatomi tubuh manusia pada masa-masa awal peradaban Islam. Kemungkinan

besar, kisah ini pun telah mendorong para dokter untuk mencoba mempraktekkan pengobatan

jenis tersebut. Satu hal yang unik, baju yang dikenakan/ dilambangkan sebagai dokter saat ini

adalah dengan seragam putih, hal ini sangat relevan dengan pakaian putih dua malaikat waktu

membedah perut Nabi Muhammad SAW.65[40] Hal ini juga tidaklah mengherankan jika kita

mendapati sejumlah catatan sejarah bahwa dokter terkenal seperti Ibnu Sina dan intelektual

muslim lainnya yang melakukan dan mengembangkan tekhnik bedah tersebut.

c.    Tentang Hak Asasi Manusia

Semua warga Negara yanga ada Bumi ini memiliki dan menikmati hak-hak asasi terhadap

dirinya diantaranya adalah sebagai berikut: Hak untuk menetukan Agama (QS Al-Baqarah [2]:

256, QS Yunus [10]: 99), Hak untuk memiliki harta kekayaan (QSAl-Baqarah [2]: 188), hak

untuk berbeda pendapat (QS Al-Nisa' [4]: 59), hak Privasi (QS Al-Nur [24]: 27), hak berserikat

(QS Ali Imran [3]:104), hak untuk memperoleh penghidupan (QS Al-Dzariyat [51]: 19),

menghormati tanggung jawab personal (QS Al-An'am [6]: 164, QS Fathir [35]: 18)..66[41] Dan

lain sebagainya masih banyak di dalam Al-Quran yang membicarakan tentang tata cara

kehidupan, sesua dengan namanya petunjuk (huda) bagi orang-orang yang bertaqwa.

5.    Mengembangkan Kurikulum Pendidikan di Lembaga Pendidikan

Dari hasil kajian berbagai disiplin ilmu dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan

pandangan bahwa segala macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak dan moral, krisis

spiritual. Anehnya, krisis ini menurut sebahagian pihak disebabkan karena keterpurukan dan

kegagalan pendidikan Agama.67[42] Agaknya penulis (dan umat Islam pada umumnya) kurang/

sama sekali tidak setuju dengan tuduhan tersebut, itu tidak lain hanyalah bentuk mengkambing

hitamkan Agama, bukankah permasalahan semestinya ditangani secara bersama. Mengutip apa

yang ditawarkan oleh Ahmad Barizi, untuk mengintegrasikan sains dan Islam dalam kurikulum

65[40] Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilum dalam Al-Quran, (Bandung: PT. Mizan, 2007) hlm, 382

66[41] Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilum dalam Al-Quran, (Bandung: PT. Mizan, 2007) hlm, 299-300.

67[42] Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm, xix

Page 47: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

pendidikan di sekolah (SD, SMP, SMA/SMK) yakni, sebuah tawaran kurikulum, Kurikulum

Berbasis Integrasi Sains dan Islam (KBISI).

Untuk terwujudnya insan yang mempunyai Kedalaman Spritual, keagungan Akhlaq,

keluasan Intelektual dan kematangan Profesional, akan dapat di capai secara utuh jika berpadu/

tersinerginya ilmu Sains dan Islam (Agama) dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran

terpadu dan integratif tersebut, suatu masalah yang menggejala tidak bisa disalahkan kepada

guru tertentu. Misalnya, mengutif apa yang dijelsakan oleh Ahmad Barizi bahwa jika ada siswa

yang terjerat minuman-minuman keras guru bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung

jawab. Sebaliknya, jika ada siswa yang kurang peduli terhadap lingkungan hidup disekitarnya,

bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru IPA? Jika ada siswa yang kurang sopan dalam

berbicara dengan orang yang lebih tua, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru

bahasa? Jika ada siswa yang kurang menghargai jasa-jasa para pendahulunya, bukankah itu juga

merupakan kegagalan dari guru sejarah/ IPS? Jika ada siswa suka hidup mewah dan boros di

sekolah, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru matematika atau ekonomi?68[43]

Marilah kita jawab secara profesional tentang fenomena-fenomena sebagaimana yang

dikemukakan di muka, tanpa mengkambing hitamkan Agama. Tugas dan tanggung jawab atas

pendidikan Agama terhadap anak didik adalah tidak hanya diemban oleh guru Agama saja, tetapi

merupakan tanggung jawab sekolah secara komprehensif.69[44] Tumbuhnya kesadaran semua

pihak dalam memperbaiki akhlak moral peserta didik yang bigitu mengimbas terhadap akhlak

dan moral bangsa di mata dunia adalah satu-satunya yang kita rindukan.

 D.  Model Formulasi Integrasi Sains Dan Islam

1.      Model Integrasi Sains dan Islam di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Formulasai dalam mengintegrasikian sains dengan Isalam (Agama) adalah bertujuan untuk

mengajak segenap umat manusia dan umat Islam pada khususnya bangkit dan kepala tegak untuk

"menyalakan kembali lentera peradaban Islam yang sempat padam" inilah kata-kata yang

mungkin dapat menggugah kesadaran umat Islam yang ditimpa keterpurukan Ilmu pengetahuan

dan tekhnologi dibanding dengan saudara-saudara kita dibelahan Negara Barat.

68[43] Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif akar tradisi & keilmuan pendidikan ilsam, (Malang: UIN Press, 2011), hlm, 31

69[44] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT. IMTIMA, 2007), hlm, 2

Page 48: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Problem yang pertama muncul dalam integrasi ilmu adalah adanya pemilahan ilmu. Orang

barat tidak menerima kebenaran ilmu Agama, atau tidak mengakui ilmu Agama sebagai suatu

disiplin ilmu (ilmu palsu), karena ilmu Agama berhubungan dengan objek-objek non fisik,

padahal menurut orang barat, sesuatu bisa dinamakan sebagai ilmu (science) jika objek-objeknya

empiris. Sedangakan dalam dunia Islam (ulama-ulama kolot) menganggap ilmu-ilmu yang

berasal dari Barat sebagai ilmu kafir, maka mempelajarinya dianggap bida'ah dan bahkan

dilarang. 70[45]

Pada mulanya, ilmu pengetahuan hanya mempunyai tiga varian saja, yaitu: ilmu alam , ilmu

sosial, ilmu humaniora. Umat Islam kemudian menambahkan satu varian lagi, yakni ilmu Agama

Islam, dalam lembaga pendidikan dikenal dengan istilah ushuluddin, dakwah, syariah, adab dan

tarbiyah. Dari sinilah sebenarnya yang memunculkan dikotomi dalam ilmu. Ada ilmu umum ada

pula ilmu Agama. Ilmu umum masuk dalam wilayah Kementrian Pendidikan Nasional dan

kebudayaan, sedangkan ilmu Agama masuk dalam garapan Kementrian Agama.71[46]

Melihat fenomena ini Imam Suprayogo mengatakan pandangan semacam ini perlu ada

kajian yang mendalam, apakah betul dikotomi itu bentuknya seperti ini. Bagaimana kalau

formatnya diganti. Ilmu Agama dipossisikan sebagai sumber ilmu. Dengan demikian cluster ilmu

tetap tiga yakni, ilmu sosial, ilmu alam dan ilmu humaniora. Adapun Agama dijadikan basis dari

semua ilmu tersebut.

Imam Suprayogo, sekarang menjabat sebagai Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

dalam mengintegrasikan ilmu dan Islam (Agama) mengatakan jika muncul pertanyaan-

perntanyaa akademik, yang pertama dilakukan adalah meninjau kepada Alquran dan hadis

tentang persoalan tersebut, Alquran dan hadis bicara apa. Karena Alquran itu universal, yang

isisnya adalah hal-hal yang pokok (qauliyyah) tidak langsung bicara teknis, disisi lain

bagaimana hasil eksperimen dan observasi penalaran logis (kauniyyah). Dalam dunia pendidikan

Islam Alquran dan hadis adalah ayat qauliyyah, sementara ilmu alam, ilmu sosial, humaniora

adalah ayat-ayat kauniyyah. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan atas dasar sumber ayat

70[45] Saefuddin dkk, On Islamaic Civilization Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Sempat Padam, (Semarang: UNISSULA Press, 2010), hlm, 242

71[46] Saefuddin dkk, On Islamaic Civilization Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Sempat Padam, (Semarang: UNISSULA Press, 2010), hlm, 319-320

Page 49: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

qauliyyah dan ayat kauniyyah adalah gambaran sesungguhnya cara berpikir dunia pendidikan

Islam. Hal ini sesungguhnya merupakan model integrasi ilmu dan Islam (Agama).72[47]

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang salah satunya lembaga pendidikan tinggi Islam yang

menerapkan proses akademinknya memadu sains dan Agama. Struktur ilmu pengetahuan

diumpamakan sebuah pohon dimana pada sebuah pohon, terdapat akar, batang, dahan ranting,

daun dan buah-buahan yang segar. Agar dahannya kuat maka pohon harus memiliki akar yang

kokoh da kuat, begitu pula seterusnya dengan batang, ranting dan daun semua saling terkait satu

sama lain supaya menghasilkan buah yang segar.

Buah yang segar menggambarkan iman dan amal shalaih. Buah yang segar hanya akah

muncul dari pohon yang memiliki akar yang kuat mecakar ke bumi, batang, dahan, dan dau yang

lebat secara utuh. Buah yang segar tidak akan muncul dari akar dan pohon yang tidak memiliki

dahan, ranting dan daun yang lebat. Demikiasn juga buah yang segar tidak akan muncul dari

pohon yang hanya memiliki dahan, ranting, dan daun tanpa batang dan akar yang kokoh. Sebagai

sebuah pohon yang diharapkan melahirkan buah yang segar, haruslah secara sempurna terdiri

atas akar, batang, dahan, ranting, dan daun yang sehat dan segar pula. Tanpa itu semua mustahil

pohon tersebut melahirkan buah. Demikian pula ilmu yang tidak utuh, yang hanya sepotong-

sepotong akan seperti sebuah pohon yang tidak sempurna, ia tidak akan melahirkan buah yang

diharapkan, yakni keshalihan individual dan keshalihan sosial.73[48]

Adapun gambaran pohon yang dimaksud adalah sebagai berikut:74[49]

72[47] Saefuddin dkk, On Islamaic Civilization Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Sempat Padam, (Semarang: UNISSULA Press, 2010), hlm, 320

73[48] Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Quran Pergulatan Membangun Tradisi dan Aksi Pendidikan Islam (Malang: UIN Press, 2004), hlm, 51

74[49] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm, 57

Page 50: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Akar dari pohon ilmu tersebut adalah ilmu-ilmu alat, yakni bahasa arab bahasa Inggiris,

filsafat, ilmu alam, ilmu sosial. Akar pohon tersebut diharapkan kuat, artinya bahasa kuat, filsafat

kuat, lalu dipakai untuk mengkaji Alquran dan hadis, sirah nabawi, pemikiran Islam dan

sebagainya sedangkan dahan-dahannya itu untuk menggambarkan ilmu modren ilmu ekonomi,

ilmu polotik, hukum, peternakan, pertanian, tekhnologi dan seterusnya.

Seperti sebuah pohon, sari pati makanan itu mesti dari akar ke batang kemudian dari batang

ke dahan, ranting daun diasimilasi kemudian ke bawah dan itu harus dilihat sebagai sebuah

kesatuan. Maka begitulah ilmu pengetahuan. Semua terkait dan tidak bisa bisa dipisah-pisah

seenaknya saja tanpa dasar yang jelas. Mengikuti prinsip ilmu dalam pandangan Al-ghazali,

Batang kebawah mempelajarinya hukumnya fardhu 'ain, sedangkan dahan ke atas itu adalah

fardhu kifayah. Jadi tidak benar seperti yang selama ini di persepsikan orang seolah-olah batang

ke bawah tugasnya STAIN, IAIN, UIN dan Pesantren. Sedangkan dahan-dahannya tugas

tetangga kita Undip, Gajah Mada, Airlangga dan sebagainya. Tidak benar ada pembagian tugas

(dikotomi), batang kebawah miliknya PTAI, batang ke atas miliknya PTU. 75[50]

Ilustrasi dari Bapak Imam Suprayogo tentang konsep pohon ilmu "semua orang tua, hukum

shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Dan yang melaksanakan shalat jenazah adalah orang

yang sehari-hari sahalat lima waktu. Karena itu, jika kebetulan ada orang meniggal, lalu orang-

orang melaksanakan shalat jenazah. Hal ini bukan berarti mereka yang iku sahalat jenazah

75[50] Saefuddin dkk, On Islamaic Civilization Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Sempat Padam, (Semarang: UNISSULA Press, 2010), hlm, 323

Page 51: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

terbebas dari shalat wajib lima waktu".76[51] Demikianlah yang dimaksud dengan pohon ilmu

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Untuk mewujudkan pohon ilmu di dunia nyata bukan pekerjaan yang sepele, untuk

mengimplementasikan gagasan tersebut bukanlah persoalan yang mudah.

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam mengimplementasikan pohon ilmu (integrasi

sain dan Islam) merumuskan sembilan aspek yang mesti di kembangkan dan direalisasilakan.

Sembilan aspek tersebut UIN malang menyebutnya sebagai Rukun Universitas. Pertama, harus

memiliki guru besar. Harus ada dosennya. Kedua,harus memiliki masjid yang betul-betul

berfungsi bukan semata sebagai simbol. Ketiga, harus ada Ma'had, harus ada pesantren.

Pesantren berfungsi sebagai sarana untuk membangun spritualitas dan akhlak yang agung.

Keempat. Perpustakaan. Kelima, memiliki Laboratorium. Keenam, ruang kuliah. Ketujuh,

perkantoran sebagai sarana pelayanan administrasi. Kedelapan, pusat-pusat pengembangan seni

dan olahraga. Dan Kesembiulan, sumber-sumber pendanaan yang luas dan kuat.77[52]

Dari Sembilan rukun Universitas tersebut, rukun ketiga yang menggabungkan antara

pesantern dan Universitas merupakan sarana yang dapat mendasari akan lahirnya ulama yang

intelek professional dan intelek professional yang ulama. Pesantrennya untuk menumbuhkan

keagungan akhlaq dan kedalaman spiritual adapun Universitas untuk mengembangkan keluasan

ilmu dan kematangan Profesional. Dengan demikian diharapkan nanti akan lahir Al-ghazali baru,

Ibnu Shina baru, al-Farabi baru dan lain sebagainya yang berhasil menguasai ilmu-ilmu Agama

dan juga ilmu-ilmu umum. Sungguh sebuah pekerjaan yang mulia.

Bagi pimpinan, dosen, tenaga administrasi, satpam, tukang sampah dan semua yang terkait

di dalam mengelola suatu lembaga pendidikan dianjurkan dan harus menampakkan sikap religius

dalam menjalankan tugasnya. Yakni, kejujuran, keadilan, ingin dirinya bermanfaat, rendah hati,

bekerja efisien, visi jauh ke depan, disiplin diri yang tinggi dan keseimbangan. Penanaman nilai-

nilai (uswatun hasanah) tersebut merupakan hal yang paling vital dalam menjalankan pekerjaan.

Dan ketika nilai-nilai tersebut mampu diterapkan secara kontiniu dan konsisten, maka akan

menjadi suatu budaya religius di lembaga pendidikan, dan budaya ini akan membentuk karakter

masyarakat lembaga pendidikan untuk bertindak dan berperilaku sesua dengan nilai-nilai religius

76[51] Saefuddin dkk, On Islamaic Civilization Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Sempat Padam, (Semarang: UNISSULA Press, 2010), hlm, 323-324

77[52] Imam Suprayogo, Universitas Islam Unggul Refleksi Pemikiran Pengembangan Kelembagaan dan Reformulasi Paradigma Keilmuan Islam, (Malang: UIN Press, 2009), hlm,194

Page 52: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

dimaksud.78[53] Terpuruknya sebuah Negara bukan satu-satunya karena rendahnya penguasaan

IPTEK, tetapi sangat syarat dengan kerusakan Akhlak dan moral manusia yang mengimbas

kepada rusaknya moral bangsa dan Negara di hadapan Tuhan dan di mata Dunia.

2.      Model Integrasi Sains dan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sejak diresmikan sebagai UIN pada tahun 2002 UIN Jakarta memiliki agenda integrasi sains

dan Islam yang tercantum dalam visi dan misinya. Visi yang ingin mewujudkan “sebuah

lembaga yang terkemuka dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman,

keilmuan, kemanusiaan, dan keindonesiaan” didukung dengan misi yang jelas, disebutkan

agenda integrasi:

a.       Melakukan reintegrasi keilmuan pada tingkat epistemologi, ontologi, dan aksiologi, sehingga

tidak ada lagi dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama.

b.      Memberikan landasan moral terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan takwa sehingga hal tersebut dapat sejalan.

c.       Mengartikulasikan ajaran Islam secara ilmiah akademis ke dalam konteks kehidupan

masyarakat, sehingga tidak ada lagi jarak antara nilai dan perspektif agama dan sofistikasi

masyarakat.

Spirit integrasi ilmu pada visi dan misi tersebut dituangkan secara operasional dalam

kebijakan kurikulum, mulai dari penyusunan silabus, perumusan pokok bahasan, sampai cara

penyajian materi kuliah. Sebagai contoh kandungan isi seluruh mata kuliah dipandu dengan pola:

a.       Mata kuliah keagamaan harus memuat: historical content, theoritical content, practical content,

case content, dan science and technology content.

b.      Mata kuliah umum harus memuat: historical content, theoritical content, practical content, case

content, dan Islamic content.

Historical content adalah penjelasan sejarah lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan

sampai saat ini. Theoritical content adalah sajian serangkaian teori yang dikemukakan para ahli

dari setiap periode. Practical content adalah penjelasan manfaat ilmu untuk kehidupan. Case

content adalah penjelasan kasus nyata yang relevan dengan materi kuliah. Science and

technology content adalah upaya untuk menjelaskan makna ayat al-Qur’an dan hadis dari segi

sains dan teknologi untuk memperkuat keyakinan Islam dan mendorong pengembangan ilmu.

78[53] Agus Maimun & Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif, (Malang: UIN Press, 2010), hlm, 117-119

Page 53: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Sedangkan Islamic content adalah prinsip dasar tauhid yang ditanamkan bahwa semua ilmu

bersumber dari Allah. Sehingga ilmu umum dan agama tersebut merupakan sesuatu yang

integral.79[54]

Dilihat dari penjelasan di atas terlihat integrasi sains dan Islam di UIN Jakarta terlihat masih

belum sepenuhnya dan sama dengan pola integrasi agama dan ilmu yang disampaikan oleh Ian

Ian G. Barbour yakni paradigma dialogis. Menurut Ian G. barbour paradigma dialogis adalah

konsep integrasi yang muncul dengan mempertimbangkan pra-anggapan dalam upaya ilmiah;

atau mengeksplorasi kesejajaran metode antara sains dan agama; atau menganalisis konsep

dalam satu bidang dengan konsep dalam bidang lain. Dalam bidang sains dan agama, dialog

menekankan kemiripan dalam pra-anggapan, metode, dan konsep.80[55]

Perubahan konsep pada UIN baik itu UIN Malang maupun UIN Jakarta sesungguhnya

memiliki satu keinginan yang sama yaitu mewujudkan atau merealisasikan gagasan tentang

integrasi ilmu agama dan umum dalam rangka mengakhiri perdebatan wacana tentang dikotomi

ilmu. UIN Jakarta dengan menggunakan paradigma integrasi ilmu dialogis dari Ian G. Barbour.

Sementara UIN Malang lebih memilih pendekatan Imam Al-Ghazali yang mengklasifikasikan

ilmu menjadi Fardlu ’ain dan fardlu Kifayah dengan metode ”takwil” yang diambil dari ilmu-

ilmu sosial. Budaya pendidikan yang dikembangkan disesuaikan dengan budaya universitas.

Artinya semangat perubahan universitas diikuti juga dengan semangat pengembangan budaya

yang berwawasan universitas juga baik yang ditunjukkan melalui riset-riset, publikasi hasil

penelitian dan lain-lain.

Kesimpulan

Berbagai penjelsan yang penulis kemukakan di atas dapat kita petik pemahanan bahwa Al-

Qur'an adalah bersifat Universal. Kalam Allah (Al-Qur'an) dalam pandangan Islam dibagi

menjadi dua. Pertama, yang menjelaslakan langsung dengan kitab-Nya disebut kalam Qauliyyah

dan kedua tanda-tanda yang ditemukan dengan cara penalaran logis (aka), empiris dan lain

sebagainya dinamakan dengan kalam kauniyyah.

79[54]Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri Wajah Baru Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan, 2009 ) h. 309-310

80[55]M. Cholid Zamzami, Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam, http://dc300.4shared.com/doc/GG-ih58j/preview.html diakses tanggal 29 Desember 2011

Page 54: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Dikotomi ilmu yang selama ini selalu diperdebatkan dikalangan yang berbeda pandangan

tentang ilmu, ilmu Islam dan ilmu umum sebenarnya dapat kita selesaikan dengan menempatkan

dan memposisikan Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber ilmu bukan sebagai ilmu.

Adapun bentuk formulasi integrasi sains dan islam dapat kita wujudkan dengan cara:

menjadikan kitab suci sebagai basis atau sumber utama ilmu, memperluas batas materi kajian

islam & menghindari dikotomi ilmu, menumbuhkan pribadi yang berkarakter ulul albab,

menelusuri ayat-ayat dalam alquran yang berbicara tentang sains, mengembangkan kurikulum

pendidikan di lembaga pendidikan.

Dalam mengintegrasikan Sains dan Islam (Agama) dibutuhkan perumusan-perumusan yang

mendalam dan terprogram secara matang. Hadirnya (misi) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Qosim

Pekanbaru Riau, merupakan bentuk nyata dalam mengembangkan ilmu yang bersifat integratif

yakni memadu sains dan Islam (Agama) dalam proses pendidikan.

Page 55: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

AINS DAN ISLAM

INTEGRASI SAINS DAN ISLAM

By Imam Munandar 06:48 No comments

A.    Pengertian Integrasi

Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh.

Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi

kesatuan yang utuh atau bulat. Yang dimaksud dengan integrasi bangsa adalah proses penyatuan

berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam kesatuan wilayah dalam rangka pembentukan suatu

identitas nasional. Arti lainnya dari integer adalah tidak bercampur murni.

Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration"

yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasisosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di

antara unsur-unsur yang saling berbeda dalamkehidupan masyarakat sehingga menghasilkan

pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasianfungsi.Definisi lain mengenai integrasi adalah

Page 56: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasidan bersikap komformitas terhadap

kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetapmempertahankan kebudayaan mereka masing-

masing.

Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu[1] :

a.       Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu

b.      Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Sedangkan yang disebut integrasi

sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satusama lain itu adalah unsur-unsur sosial

atau kemasyarakatan.Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun

menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial

budaya.

B.     Urgensi Integrasi Sains dan Islam

1.      Konsepsi Islam Tentang Sains

Agama dalam arti luas adalah wahyu Tuhan, yang mengatur hubungan timbal balik antara

manusia dan tuhan, manusia dengan sesama dan lingkungan hidup yang bersifat fisik, sosial maupun

budaya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk etika, moral, akhlak, kebijaksanaan dan

dapat pula menjadi teologi ilmu serta grand theory ilmu.[2] Allah SWT berfirman dalam surat al-Kahfi

ayat 109:

@è% öq©9 tb%x. ã�óst7ø9$# #YŠ#y‰ÏB ÏM»yJÎ=s3Ïj9 ’În1u‘ y‰ÏÿuZs9 ã�óst6ø9$# Ÿ@ö7s% br& y‰xÿZs? àM»yJÎ=x. ’În1u‘ öqs9ur $uZ÷¥Å_

¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ #YŠy‰tB ÇÊÉÒÈ  

Katakanlah: “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh

habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan

tambahan sebanyak itu (pula)".

Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu (dharuriyyah; benar, salah), bagaimana ilmu

diproduksi (hajiyah; baik,buruk), dan tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyah; manfaat, merugikan). Ilmu yang

lahir dari induk Agama akan menjadi ilmu yang bersifat objektif. Maka, ilmu yang dihasilkan oleh orang

beriman, adalah ilmu untuk seluruh umat, bukan untuk salah satu pengikut Agama.

Dikotomi yang begitu ketat antara ilmu-ilmu agama dan sekuler, tentunya sangat disayangkan ,

karena telah mengarah pada pemisahan yang tidak bisa dipertemukan lagi antara kebudayaan dan

bahkan cenderung pada penolakan keabsahan masing-masing dengan menggunakan metode yang juga

Page 57: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

sangat berbeda dari sudut jenis, dan prosedurnya. Demikian tegas pemisahan diantara mereka; sehingga

kedua kelompok ilmu tersebut seakan takkan pernah bisa dipersatukan, dan harus dikaji secara terpisah

dengan cara dan prosedur yang berlainan. Meskipun begitu bahwa dalam sistem ilmu yang integral-

holistik pemisahan tersebut masih bisa dibatasi dengan cara menemukan basis yang sama bagi

keduanya.

Sebelum kita membahas tentang integrasi ilmu dan Agama, perlu diketahui konsep ilmu dalam

pandangan Islam. Berikut beberapa pengertian ilmu dari pendapat umum maupun dari ilmuan muslim:

a.       Dalam Ensiklopedia Indonesia yang dikutip oleh Budi Handrianto, ilmu pengetahuan adalah suatu sistem

dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang

dilakukan secara teliti dengan  memakai metode-metode tertentu.[3]

b.      Ashley Montagu menyebutkan, “Science is a sistematized knowledge derived from observation, study,

and experimentation carried on order to determine the  nature of principles of what being

studied.”[4] (Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh dari observasi,

pembelajaran, dan percobaan untuk menentukan sifat alami dan prinpsip-prinsip dari apa yang dipelajari).

c.       Ibnu Taimiyah menyebutkan ilmu adalah sebuah pengetahuan yang berdasar pada dalil (bukti) baik yang

berupa wahyu (al-naql al-mushaddaq) atau dari hasil penelitian ilmiah (al-bahts al-muhaqqaq).

d.      Imam al-Ghazali membedakan ilmu menjadi dua; Pertama, ilmu Agama yakni ilmu yang diperoleh dari

ajaran Nabi SAW dan wahyu,  Kedua, ilmu nonAgama yang dikelompokkan kepada ilmu yang terpuji

(mahmud), dibolehkan (mubah), dan tercela (mudzmum).[5] Ilmu Agama masuk dalam kategori fardu‘ain,

sedangkan ilmu nonAgama yang berguna untuk kehidupan sehari-hari termasuk fardu kifayah.

e.       Al-Ghazali Dalam konteks pengembangan ilmu ia membagi ilmu itu kepada dua

bagian, pertama, ilmu fardhu'ain, yang wajib di tuntut oleh setiap muslim seperti ilmu tauhid, dan hal-hal

yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah mahdhah (syari'ah).Kedua, ilmu yang wajib dicari dan

menjadi tanggung jawab sekelompok umat Islam yang diistilahkan dengan fardhu kifayah,seperti ilmu

kesehatan, fisika, kimia, matematika dan lain-lain. Hanya sayang sekali pengggolongan ilmu yang

dibuat  imam al-Ghazali ditangkap secara tidak tepat oleh generasi penerusnya, sehingga perhatian

mereka terhadap ilu fardhu kifayah  tersebut sangat kurang, bahkan diabaikan. Padahal Al-Ghazali sendiri

seorang figur ilmuan besar yang menguasai disiplin ilmu Agama, filsafat, maupum yang selama ini

dianggap ilmu "umum".[6]

Di dalam Islam tidak ada yang namanya batasan dalam menuntut ilmu, selama ilmu tersebut

memberikan manfaat bahkan ilmu hitam juga boleh untuk menuntutnya untuk sekadar mengetahui.

Pentingnya mempelajari ilmu-ilmu selain ilmu Agama menurut al-Qur’an dan sunnah bisa didasari

beberapa alasan, yaitu:

Page 58: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

a.    Jika pengetahuan merupakan persyaratan untuk pencapaian tujuan-tujuan Islam dalam hal syariah, maka

mencari ilmu tersebut merupakan kewajiban untuk memenuhi kewajiban syariah. Misalnya, mempelajari

ilmu obat-obatan karena kesehatan merupakan hal penting dalam Islam.[7]

b.    Al-Qur’an menghendaki umat Islam menjadi umat yang agung dan mulia sehingga tidak bergantung

kepada orang kafir. Oleh karena itu umat Islam harus memiliki keahlian di berbagai bidang, sehingga

memiliki spesialis hebat dan teknisi handal.

c.    Manusia telah diperintahkan dalam al-Qur’an (QS.Qaf: 6-8)untuk mempelajari sistem dan skema

penciptaan, keajaiban-keajaiban alam dan sebagainya .

óOn=sùr& (#ÿrã�ÝàZtƒ ’n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# ôMßgs%öqsù y#ø‹x. $y »g oYø‹t^t/ $y »g ¨Yƒy—ur $tBur $olm; `ÏB 8lrã�èù ÇÏÈ   uÚö‘F{$#ur $y »g tR÷Šy‰tB $uZøŠs)ø9r&ur $p Žk Ïù zÓÅ›ºuru‘ $uZ÷Fu;/Rr&ur $p Žk Ïù `ÏB Èe@ä. £l÷ry— 8kŠÎgt/ ÇÐÈ   ZouŽÅÇö7s? 3“t�ø.ÏŒur

Èe@ä3Ï9 7‰ö6tã 5=ŠÏY•B ÇÑÈ  

“Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami

meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? dan Kami

hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan

padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan

bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)”.

d.   Ilmu tentang hukum-hukum alam, karakteristik benda-benda dan organisme dapat berguna untuk

memperbaiki kondisi hidup manusia.

2.  Urgensi Integrasi Sains Dan Islam.

Dalampelaksanaan pendidikan memiliki dua misi utama yaitu pembinaan daya intelektual dan

pembinaan daya moral, Mensinergikan sains dan Islam (Agama) merupakan sesuatu yang sangat penting,

bahkan keharusan, karena dengan mengabaikan nilai-nilai Agama dalam perkembangan sains dan

tekhnologi akan melahirkan dampak negatif yang luar biasa, tidak hanya pada orde sosial-kemanusiaan,

tetapi juga pada orde kosmos atau alam semesta ini. Dampak negatif dari kecendurungan mengabaikan

nilai-nilai (moral Agama) bisa kita lihat secara emperik pada perilaku korup dan lain sebagaianya yang

dilakukan oleh manusi dimuka bumi ini dengan munggunakan kekuatan sains dan tekhnologi.[12] Namun

Page 59: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

tampaknya dalam realitas kehidupan terjadi ketimpangan, dimana misi pertama lebih diutamakan Ilmu

tanpa Agama sehingga mengakibatkan timbulnya krisis moral,kapitalis, materialistis hingga menjatuhkan

harkat derajat atau kualitas "khairi ummah" yang kemudian menjadi penyebab krisis alam dan sumber

daya.

       Sebenarnya pembinaan intelektual dan moral dapat dikembalikan pada hakikat ilmu pengetahuan

yaitu;

(1) ontologi ilmu pengetahuan yang menekankan pada kemampuan spiritual,

(2) epistemologi ilmu pengetahuan yang menjamin pembinaan kemampuan intelektual, dan (3) etika ilmu

pengetahuan yang lebih menjamin pada pembinaan kemampuan moral.

       Wacana perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan sebagaimana yang

tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan penyelenggaraan pendidikan

Agama pada semua strata pendidikan sebagai bentuk kesadaran bersama untuk mencapai kualitas hidup

yang utuh.

       Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan

sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu

dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan tersebut akan

muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan

kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama

menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi   ilmu berarti

adanya penguasaan sains dan teknologi dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.

       Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan sumber

daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimilki dengan diperkuat oleh spiritualitas yang

kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagai Agama yang kolot, melaikan

sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas

untuk perkembangan ilmu dan  teknologi.[8]

       Agama, dalam hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih sebagai justifikasi atau pembenaran

terhadap konsep-konsep sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang menyeluruh (holistik).

Orientasi  dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan ilmu umum haruslah diintegrasikan

secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya antara Agama dan sains dapat disinergikan

secara fleksibel, dan link and match.

Page 60: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

       Konsep integralisme monistik dalam perspektif Islam adalah sebuah paradigma unifikasi bagi ilmu-

ilmu kealaman dan keagamaan, tidak hanya menyatukan ilmu-ilmu tersebut tetapi juga menjadi

paradigma ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Islam tidak hanya menjadi sudut pandang atau

pelengkap tetapi menjadi pengawal dari setiap perbuatan/kerja sains.

       Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara Agama dan

sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa Agama (Islam) bukan

Agama  yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama

yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu.

Sebagai seorang muslim satu hal menurut penulis yang mesti kita pikirkan bahwa Penyebab Islam

dalam kondisi terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah "kalau bangsa-bangsa lain sudah

berhasil membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang bagaimana mengirimkan pesawat

rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk menyelesaikan problem-problem

yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti halnya kunut, bismillah, bid'ah, do'a jama'ah,

zikir ba'da shalat, dan lain sebagainya".[9]

Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal sejumlah figur

intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu,  baik ilmu Agama maupun ilmu umum (sekalipun

pada hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu juga merupakan ilmu Agama, merupakan kalam

tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja misalnya Ibn Miskawaih (320-412/ 932-1032),Ibn Sina (370-

428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-1111)Ibn Rusd, Ibn Thufail dan seterusya. Mereka adalah para

figur intelektual  muslim yang memiliki kontribusi besar terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat

modern sekarang ini. Jika pada awalnya kajian-kajian ke lslaman hanya berpusat pada Alquran, Hadis,

Kalam, Fiqih dan Bahasa, maka pada periode berikutnya , setelah kemenangan Islam di berbagai wilayah,

kajian tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu: fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan ilmu-

ilmu sosial lainnya. Kenyataan ini bisa dibuktikan pada masa kegemilangan/keemasan antara abad 8-15

M, dari Dinasti Abbasiyyah (750-1258 M) hingga jatunya Granada tahun 1492M.

Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa munculnya para

ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual  muslim yang direbut pada masa

kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut beliau inilah yang mesti direbut kembali

dengan dalih ilmu itu merupakandaur (berputar) mulai dari Yunai berpindah ke  Bangsa Arab (Islam) dan

sekarang di kuasai oleh Negara-negara Barat yang insya Allah akan dapat kita raih kembali.

 C.  Metode Formulasi Integrasi Sains Dan Islam

Page 61: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

        Untuk terwujudnya model Integrasi sains dan Islam dalam lembaga pendidikan Islam, perlu

diadakan tahapan-tahapan antara lain adalah sebagai berikut:

1.    Menjadikan Kitab Suci Sebagai Basis atau Sumber Utama Ilmu

Memposisikan kitab suci (Al-Qur'an, Injil, Weda, Taurat dan Zabur) sebagai basis atau sumber

utama Ilmu masing-masing yang bersangkutan, maka kedepan dapat diharapkan akan lahir pribadi-

pribadi dalam masyarakat yang memiliki kekokohan dalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan

Agamanya sekaligus juga professional dalam bidang ilmu modern yang ditekuninya.

Alquran dan hadis dalam pengembangan ilmu diposisikan sebagai sumber ayat-

ayat qauliyyah sedangkan hasil observasi, eksperimen dan penalaran-penalaran yang logis diletakkan

sebagai sumber ayat-ayat kauniyyah. Dengan memposisikan Alquran dan hadis   sebagai sumber ilmu,

maka dapat ditelusuri semua cabang ilmu mempunyai dasar yang bersifat konsep di dalamnya.

Ilmu  hukum mislanya, sebagai rumpun ilmu sosial maka dikembangkan dengan mencari penjelasan-

penjelasan pada Alquran dan hadis sebagai ayat qauliyyah sedangkan hasil-hasil dengan melalui

observasi, eksperiment, dan penalaran logis sebagai ayat-ayat yang kauniyyah.  Berbagai ilmu yang

dikembangkan dengan memposisikan ayat yang qauliyyah dan ayat yang kauniyyah sebagai sumber

utama maka dikotomi ilmu (memisah-misahkan ilmu umum dan Agama) yang begitu marak dipersoalkan

selama ini dapat terselesaikan.

Sebagaimana wataknya yang universal itu, Alquran dan hadis dapat dijadikan sebagai sumber

sagala ilmu pengetahuan dan tidak sebatas ilmu pendidkan yang sejenis dengan ilmu tarbiyyah, ilmu

hukum dengan ilmu syari'ah, ilmu filsafat dengan ilmu ushuluddin, ilmu bahasa dan sastra dengan ilmu

adab, dan komunikasi dengan ilmu dakwah. Namun ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu psikologi,

ilmu pertanian dan semua ilmu lainnya dapat dicarikan informasinya di dalam Alquran, sekalipun tidak

langsung bersifat teknis melainkan bersifat umum yang dapat ditelusuri dengan ayat-ayat-Nya yang

bersifat kauniyyah.

Sementara tingkat pemahan kaum muslimin saat ini hanya dipandang sebatas menyangkut tentang

tata cara beribadah, merawat anak yang baru lahir, persoalah  pernikahan, zakat, haji dan lain sebagainya

yang selalu bersifat normatif. Padahal Alquran juga berbicara tentang konsep tentang ketuhanan,

penciptaan, persoalan manusia dan prilakunya, alam dan seisinya serta petunjuk tentang keselamatan

manusia dan alam. Jika ilmu pengetahuan juga menyangkut itu semua, maka tidak ada salahnya semua

hal tersebut dapat ditelusuri dari kitab suci Alquran dan hadis.

2.    Memperluas Batas Materi Kajian Islam & Menghindari Dikotomi Ilmu

Page 62: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semua lembaga pendidikan Islam, baik

di tingkat ibtidaiyah hingga sampai ke pergurtuan tinggi, juga yang terjadi di podok pesantren, ketika

orang menyebut pelajaran Agama, maka yang muncul adalah pelajaran tauhid, pelajaran fiqih, pelajaran

akhlak, dan tasawuf, pelajaran Alquran dan hadis, pelajaran tarikh dan bahasa arab. Demikian pula jika

kita meninjau ke perguruan tinggi Agama Islam, maka yang datang dalam pikiran kita adalah adanya

Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyyah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Fakultas Adab.

Penyebutan hal yang demikian sesunggunhnya bukanlah dikatakan keliru. Namun, persoalnnya dalah

bahwa selama ini telah dipahami bahwa ajaran Islam itu bersifat Universal. Oleh karenanya jika sebatas

yang disebut diatas sebagai lingkup ajaran Islam, maka akan timbul pertanyaan dimana sesunggunhnya

letak ke Universalan ajaran Islam itu?

Rumusan tentang lingkup ajaran Islam seperti itu ternyata berlaku sejak lama dan terjadi disemua

belahan dunia ini. Sebagai misal kita lihat Universitatas Islam Al-Azhar di Kairo telah berdiri sejak 1000

tahun lalu, pembidangan ilmu masih seperti itu juga terjadi, cara memandang ilmu secara dikotomi seperti

diatas juga terjadi. Disana ada fakultas-fakultas ilmu Agama, seperti Fakultas Syari'ah, Fakultas

Tarbiyyah, Fakultas Ushuluddin Fakultas Dakwah dan lain, persis seperti yang terjadi di Indonesia.

Disana juga ada Fakultas Tekhnik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomi dan lain-lain masih tetap

terpisah dari Fakultas Agama sebagaimana disebutkan diatas. Bahkan informasi yang terakhir didapat

khusus bagi mahasisiwa yang mengambil fakultas Agama dibebaskan dari biaya pendidikan dengan

maksud biar tetap ada mahasiswa yang memasuki  fakultas-fakultas tersebut.

Lebih parah lagi dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu

Islam dalam pengertian ilmu Agama sebagaimana dikemukakan dimuka. Dlam hal ini sangat berimbas

pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Dampak negatif yang paling mendasar

adalah bahwa muncul pula istilah sekolah-sekolah Agama dan sekolah-sekolah umum. Sekolah Agama

berbasis pada ilmu-ilmu "Agama" sedangkan sekolah umum berbasis kepada ilmu-ilmu

"Umum". Kehadiran dikotomi sekolah umum pada satu sisi dan sekolah madrasah yang merupakan

perwakilan sekolah Agama  penulis memahami adalah merupaka wujud konkret timbulnya dikotomi

dalam pendidikan Islam.

Dari kenyataan ini, dapat dipahami bahwa dikotominya ilmu yang selama ini selalu dipersoalkan

mungkin merupakan kemauan umat Islam itu sendiri atau memang perguruan tinggi Agama Islam yang

ada di dunia ini  masih belum bisa mengintegrasikan ilmu Agama dengan ilmu umum. Masalah ini

memang tidak mudah untuk jawab melainkan butuh perumusan-perumusan yang matang dan gagasan-

Page 63: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

gagasan yang lebih tajam. sebagai seorang sarjana Muslim kita dituntut untuk turut andil atas

keterpurukan Islam dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagaimana yang kita rasakan saat ini.

Dari keterpurukan umat Islam sebagaimana yang dikemukakan di muka, Alhamdulillah (segala puji

bagi Tuhan sang pencipta) belakangan ini sudah ada gagasan-gagasan untuk meninggalkan keterpurukan

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pikiran-pikiran, pembaharuan-pembaharuan yang berkembang saat ini,

yang mengatakan bahwa tidak selayaknya ilmu dilihat secara terpisah antara ilmu Agama dan ilmu

umum. Munculnya beberapa Universitas Islam Negeri di Indonesia seperti UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Qosim

Pekanbaru Riau, salah satu misinya adalah untuk mengembangkan ilmu ilmu yang bersifat integratif

antara ilmu Agama dan ilmu umum.

3.    Menumbuhkan Pribadi Yang Berkarakter Ulul Albab

          Apa? Siapa? Dimana? Dan bagaimana yang dikatakan Ulul Albab itu? Itulah yang selalu datang

dalam benak penulis untuk merumuskan tentang karakter Ulul Albab tersebut dengan tujuan untuk

terwujudnya manusia-manusia yang memiliki kedalaman spritual, keagungan akhlaq, keluasan intelektual

dan kematangan profesional.

          Istilah Ulul Albab adalah merupakan bahasa Alquran, maka untuk memahaminya kita

membutuhkan kajian-kajian yang mendalam terhadap nash-nash yang berbicara tentang Ulul

Albab tersebut, baik dari segi makna lughawi maupun kandungan kesan dan pesan makna yang terdapat

didalamnnya.

          Secara lughawi kata Albab  adalah bentuk jamak dari lubbyang berarti "saripati sesuatu" misalnya,

kacang tanah memiliki kulit yang menutupi isinya dan isi kulit (kacang tanah) tersebut

dinamakanlubb (saripati). Dengan demikian Ulul Albab adalah orang orang yang memiliki akal yang

murni, yang tidak diselimuti oleh kulit, yakni kabut (kemaksiatan) yang dapat melahirkan kerancuan

dalam berpikir. Dalam kaitan dengan hal yang dikemukkan di muka tersebut dalam Q.S. Ali Imran ayat

189-191 Allah menjelaskana tentang tanda-tanda kemurnian berpikir orang yang dikategorikanUlul

Albab tersebut.

¬!ur Û�ù=ãB ÏNºu »q yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur 3 ª!$#ur 4’n?tã Èe@ä. &äóÓx« í�ƒÏ‰s% ÇÊÑÒÈ   žcÎ) ’Îû È,ù=yz ÏNºu »q yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í‘$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy ’Í<'r [T { É=»t6ø9F{$#

Page 64: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrã�ä.õ‹tƒ ©!$# $V »J uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4’n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã�¤6xÿtGtƒur ’Îû È,ù=yz ÏNºu »q uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur $uZ/u‘ $tB |Mø)n=yz #x‹»yd WxÏÜ»t/ y7o »Y ysö6ß™ $oYÉ)sù z>#x‹tã

Í‘$¨ 9Z $# ÇÊÒÊÈ  

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri

atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,

Maka peliharalah Kami dari siksa neraka".

          Kata Ulul Albab disebut sebanyak enam belas kali dalam Al-Qur’an. Ulul Albab yang melukisakan

sebagai orang yang diberi hikmah (QSAl-Baqarah [2]: 269); yang mampu menagkap pelajaran dari

sejarah umat terdahulu (QSYusuf [12]: 111); kritis dalam mendengar pembicaraan dan ungkapan

pemikiran dan pendapat orang (QSAl-Zumar [39]: 18); tidak mengenal lelah dalam menuntut Ilmu

(QSAli Imran [3]:7) dengan merenungkan ciptaan Allah di langit dan yang dibumi serta meperhatikan

semua ciptaannaya yang dijadikan dari air sebagai sumber kehidupan tumbuh-tumbuhan dan lain

sebagainya (QSAli Imran [3]: 190 dan QS Al-Zumar [39]: 21) dan mengambil pelajaran dari kitab yang

diwahyukan Allah SWT (QS.Shad [38]: 29,43 QS al-Mu'min [40]: 54, dan QS Ali Imran [3]: 7); sanggup

mempertahankan keyakinan dalam diri dan tidak terpesona dengan banyaknya kemaksiatan yang pernah

dilakukan (QS Al-Maidah [5]: 100); berupaya menyampaikan peringatan Allah kepada dan mengajari

mereka prinsip mengesakan Allah (QS. Ibrahim [14]: 52); melaksanakan janji kepada Allah, bersabar,

member infaq, da menolak kejelekan dengan kebaikan (QS. Al-Ra'd [13]: 19-22); bangun tengah malam

dan melaksanakan dengan ruku dan sujud kehadapan Allah  (QS. Al-Zumar [39]: 9) serta banyak berzikir

(QS. Ali Imran [3]: 190); dan terakhir tidak ada yang ditakuti di dunia ini melainkan hanya Allah SWT

semata (QS. Al-Baqarah [2]: 197; QS. Al-Maidah [5]: 100; QS Al-Ra'd [13]: 21; QS Al-Thalaq [65]; 10).

          Dari beberapa ayat yang disebutkan dimuka, ada dua hal yang paling mendasar yang dapat

dikategorikan sebaga Ulul Albab, yaitu zikir dan fikir. Zikir itu mencakup pikir atau pikir itu terkandung

dalam pengertian zikir sebeb dalam zikir terkandung unsur pikir. Sebaliknya juga, di dalam pikir

terkandung pula zikir. Kata fakkara sering dimaknai dengan "to reflect" atau "refleksi", dalam bahasa

Indonesia ungkapan ini mengandung unsur makna "merenung". Dapat dipahami bahwa orang yang

merenungkan atau memikirkan semua ciptaan Allah adalah termasuk juga zikir.

Page 65: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

          Untuk lebih rinci tentang karakteristik Ulul Albab sebagaimana yang  enam belas kali di ungkapkan

dalam Alquran, dapat diformulasikan sebagai berikut:

"Ulul Albab adalah orang yang : (1) memiliki akal pikiran yang murni dan jernih serta mata hati yang

tajam dalam menagkap fenomena yang dihadapi, memamfaatkan kalbu untuk zikir kepada Allah dan

memamfaatkan akal (pikiran) untuk mengungkap rahasia alam semesta, giat melakukan kajian dan

penelitian untuk kemaslahatan hidup, suka merenungkan dan mengkaji ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan

dan kebenaran)-Nya dan berusaha menangkap pelajaran darinya, serta berusaha mencari petunjuk dan

pelajaran dari fenomena historik atau kisah-kisah terdahulu; (2) selalu sadar diri akan kehadiran Tuhan

dalam segala situasi dan kondisi; (3) lebih mementingkan kualitas hidup (jasmani dan rohani); (4) mampu

menyelesaikan masalah dengan adil; (5) siap dan mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dalam

kehidupan keluarga maupun masyarakat; (6) mampu memilih dan menerapkan jalan yang benar dan baik

yang diridhoi oleh-Nya serta mampu membedakan mana yang lebih bermanfaat dan menguntungkan dan

mana pula yang kurang bermanfaat dan menguntungkan bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat; (7)

menghargai khazanah intelektual dari para pemikir, cendikiawan atau ilmuan sebelumnya; (8) bersikap

terbuka dan kritis terhadap pendapat, ide atau teori dari manapun datangnya, untuk selanjutnya berusaha

dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti pendapat, idea tau teori yang terbaik; (9) mampu dan bersedia

mengajar, mendidik orang lain berdasar ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara baik dan benar; (10) sabar

dan tahan uji walaupun ditimpa musibah dan diganggu oleh syetan (jin dan manusia); (11) sadar dan

peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup; dan (12) tidak mau membuat onar, keresahan dan

kerusakan, serta berbuat maker di masyarakat".

Untuk menumbuhkan dari beberapa karakteristik Ulul Albabsebagaimana yang dikemukakan di

muka,  ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan untuk mewujudkannya yakni:

Perama, umat Islam harus mampu memanfaatkan sarana tekhnologi yang kian terjangkau hingga

ke pedesaan sebagai alat perjuangan (jihad)-nya. Artinya, sarana tekhnologi perlu dijadikan sebagai alat

perjuangan umat Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dan bukan sebaliknya sebagai

penghalang bagi kreativitas berfikir dan berbuat bagi perubahan untuk kemajuan. Dengan demikian umat

Islam tidak hanya dapat mengucapkan masya Allahketika terkagum dengan temuan IPTEK, atau

mengucapkan astaghfirullah ketika temuan IPTEK  membuat malapetaka. 

Page 66: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Kedua,umat Islam harus secara terus menerus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas IPTEK dan IMTAK secara bersamaan, atau peningkatan diri kearah kekokohan spiritual,

moral dan intelektual. 

Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu yang meniscayakan bagi perombakan sistem

pendidikan Islam,  mulai dari paradigma, konsep, kerangka kerja, dan evaluasi.[34] Dari

beberapa hal yang dikemukakan dimuka semoga (insya Allah) sistem pendidikan Islam yang

berwawasan Ulul al-Albab dapat diwujudkan.

          Untuk mengetahui dimana keberadaan Ulul Albab berada, jawabnya  sangat erat kaitannya dengan

pribadi-piribadi seorang muslim. Maksud dari serta kaitannya dengan pribadi-pribadi muslim adalah

bahwa seorang muslima lah yang  membaca diri, sadar diri dan evaluasi diri bahwa uda bagaimana  dan

seperti apa wujud dari Ulul Albab tersebut sudah dapat dicapai, yang pasti tanda-tanda sudah begitu jelas

digambarkan Oleh Allah SWT di dalam Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

          Untuk  itu Islam sangat berharap dari generasi ke generasi, lahir individu-individu berkarakter Ulul

Albab yang mampu menciptakan lompatan-lompatan besar, yang pada gilirannya, menjadi batu loncatan

bagi timbulnya peradaban, kebudayaan dan manusia-manusia yang dinamis dan

kreatif yang bernuansakan Islam. Kehadiran Ulul Albabsangat kita harapkan mampu menjadi pelopor

dalam peciptaanukhuwah Islamiah dalam arti yang sangat luas, yang memilikikesalehan individual dan

sekaligus kesalehan sosial.

4.    Menelusuri Ayat-ayat Dalam Alquran yang Berbicara Tentang Sains

Menelusuri ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang sains adalah merupakan bentuk langkah yang

sangat vital untuk terintegrasinya sains dan Islam. Seterusnya bahwa kebenaran Alquran itu merupakan

relevan dengan ilmu pengetahuan (sains) yang saat ini sangat pesat berkembang. Sebagai

contoh beberapa ayat Alquran yang berbicara tentang Sains dapat disimak sebagai berikut:

a.    Air Susu dan Urgensinya Bagi Bayi Yang Baru Lahir.

Dalam Alquran surah an-Nahl ayat 66 disebutkan:

¨bÎ)ur ö/ä3s9 ’Îû É »O yè÷RF{$# ZouŽö9Ïès9 ( /ä3‹É)ó¡�S $®ÿÊeE ’Îû ¾ÏmÏRqäÜç/ .`ÏB Èû÷üt/ 7^ö�sù 5QyŠur $·Yt7©9 $TÁÏ9%s{ $Zóͬ!$y™

tûüÎ/Ì�»¤±=Ïj9 ÇÏÏÈ  

Page 67: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

"Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami

memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih

antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya".

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi dan yang sangta baik dan tidak ada

tandingannya, meskipun susu formula termahal yang ada di pasaran dunia. Dari hasil penelitian para

pakar dibidangnya, pemberian ASI terhadap bayi dapat bermanfaat antara lain: menurunkan resiko

terjadinya penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa

menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti: penyakit alegi, obesitas, kurang gizi,

asama, dan eksim. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak.[35]

Air susu ibu (ASI) adalah minuman/ makanan bergizi sempurna. Pada zaman modern ini satu-

satunya makanan/ minuman yang dapat dipercaya untuk kestabilan gizi anak dimasa bayi adalah air susu

ibu (ASI), sampai sekarang ini seberapa canggih dan seberapa hebatpun ilmu pengetahuan tekhnologi

belum ada tandingan dan ke hebatan gizi air susu ibu (ASI).  Air susu Ibu adalah terdiri dari susunan

esensiil, yang dapat diandalkan membangun tubug bayi agar hidup segar dan bugar. Air susu ibu

mengandung protein, yang berfungsi untuk membangun sel-sel tubuh dan pertumbuhan secara sempurna.

Juga mengandung vitamin dan unsur-unsur panas dan energy pada gulanya dan zat-zat lemaknya.

Ilmu kedokteran telah membuktikan hal sebagaimana dikemukakan dimuka , bahwa zat lemak

yang terdapat pada susu ibu adalah berupa butiran-butiran kecil dalam bentuk larutan dan gula. Adapun

setelah diadakan penelitian terhadap air susu ibu (ASI) sebagaimana dimaksud, sekarang terbukti bahwa

susu mangandung semua zat-zat terpenting untuk perkembangan dan pertumbuhan sel tubuh manusia.

Untuk menuai hasil yang lebih optimal dalam menyusia anak/ bayi maka, menyusukannya  adalah

selama dua tahun tanpa putus-putus hal ini sesuai dengan ayat Alquran surah Al-Baqarah ayat233 dengan

anjuran supaya menyusui anak/ bayinya selama dua tahun penuh dengan sempurna.

Menggantikan susu anak/ bayi dengan susu pasaran (susu kaleng) adalah merupakan perbuatan

penganiayaan dan penipuan terhadap anak. Yang bagus dan benar adalah bagaimana memberikan

makanan dan minuman yang baik, bergizi serta halal kepada ibunya supaya menghasilkan air susu yang

sempurna bagi bayi. Memberi makanan yang baik dan halal kepada istiri dapat sekaligus memberi dua

gizi terhadap anak, yakni gizi tubuh dan gizi rohani.

b.    Anatomi Tubuh dan Bedah

Page 68: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Secara khusus memang tidak ada di dalam Alquran yang membicarakan tentang anatomi tubuh dan

bedah. Namun oleh para kalangan ulama tafsir melakukan intrpretasi dan ta'wil terhadap ayat yang

terdapat dalam surah Alam Nasyrah ayat 1-3 yang mengisyaratkan untuk melaksanakan praktek

pembedahan terhadap anggota tubuh untuk menghilangkan penyakit yang dal didalamnya. Ayat tersebut

adalah  sebagaimana dibawah ini:

"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan Kami telah menghilangkan daripadamu

bebanmu, yang memberatkan punggungmu"

Ayat diatas diperkuat juga dengan kisah yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dan tarikh

bahwa orang tua asuh Nabi SAW. Mengisahkan suatu ketika Nabi dan saudara laki-laki angkatnya berada

di belakang kemah bersama dengan kambing-kambing orang tua asuh Nabi. Saat itu saudara laki-laki

angkatnya berlari-lari dan meberitahukan kepada orang tua angkat Nabi bahwa ada dua orang yang

berpakain putih memegangi Nabi Muhammad SAW, lalu membaringkannya kemudian mebelah perutnya

dan mengaduk-ngaduk isinya. Orang tua asuh Nabi bergegas untuk menemuinya dan mendapatinya dia

dalam keadaan wajah yang pasi (kelihatan pucat). Kemudian orang tua asuh Nabi menanyainya tentang

hal apa yang telah terjadi. Lalu Nabi berkata "ada dua orang yang berjubah putih datang dan

membaringkan aku serta mebedah perutku, memcari-cari sesuatu di dalamnya yang tidak aku ketahui" .

[10]

Sebagaimana ayat yang dikutip di atas sangat relevan dengan peristiwa pembelahan perut Nabi.

Mungkin inilah yang telah mendorong pengobatan dengan tekhnik bedah serta merangsang kajian tentang

anatomi tubuh manusia pada masa-masa awal peradaban Islam. Kemungkinan besar, kisah ini pun telah

mendorong para dokter untuk mencoba mempraktekkan pengobatan jenis tersebut. Satu hal yang

unik,  baju yang dikenakan/ dilambangkan sebagai dokter saat ini adalah dengan seragam putih, hal ini

sangat relevan dengan pakaian putih dua malaikat waktu membedah perut Nabi Muhammad SAW.

[40]Hal ini juga tidaklah mengherankan jika kita mendapati  sejumlah catatan sejarah bahwa  dokter

terkenal seperti Ibnu Sina dan intelektual muslim lainnya yang melakukan dan mengembangkan tekhnik

bedah tersebut.

c.    Tentang Hak Asasi Manusia

Semua warga Negara yanga ada Bumi ini memiliki dan menikmati hak-hak asasi terhadap dirinya

diantaranya adalah sebagai berikut:  Hak untuk menetukan Agama (QS Al-Baqarah [2]: 256, QS Yunus

[10]: 99), Hak untuk memiliki harta kekayaan (QSAl-Baqarah [2]: 188), hak untuk berbeda pendapat (QS

Page 69: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

Al-Nisa' [4]: 59), hak Privasi (QS Al-Nur [24]: 27), hak berserikat (QS Ali Imran [3]:104), hak untuk

memperoleh penghidupan (QS Al-Dzariyat [51]: 19), menghormati tanggung jawab personal (QS Al-

An'am [6]: 164, QS Fathir [35]: 18).  Dan lain sebagainya masih banyak di dalam Al-Quran yang

membicarakan tentang tata cara  kehidupan, sesua dengan namanya petunjuk (huda) bagi orang-orang

yang bertaqwa.

5.    Mengembangkan Kurikulum Pendidikan di Lembaga Pendidikan

Dari hasil kajian berbagai disiplin ilmu dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan pandangan

bahwa segala macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak dan moral, krisis spiritual. Anehnya, krisis

ini menurut sebahagian pihak disebabkan karena keterpurukan dan kegagalan pendidikan Agama.

[42] Agaknya penulis (dan umat Islam pada umumnya) kurang/ sama sekali tidak setuju dengan tuduhan

tersebut, itu tidak lain hanyalah bentuk mengkambing hitamkan Agama, bukankah permasalahan

semestinya ditangani secara bersama. Mengutip apa yang ditawarkan oleh Ahmad Barizi, untuk

mengintegrasikan sains dan Islam dalam kurikulum pendidikan di sekolah (SD, SMP, SMA/SMK) yakni,

sebuah tawaran kurikulum,Kurikulum Berbasis Integrasi Sains dan Islam (KBISI).

Untuk terwujudnya insan yang mempunyai Kedalaman Spritual, keagungan Akhlaq, keluasan

Intelektual dan kematangan Profesional, akan dapat di capai secara utuh jika berpadu/ tersinerginya ilmu

Sains dan Islam (Agama) dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu dan integratif

tersebut, suatu masalah yang menggejala tidak bisa disalahkan kepada guru tertentu. Misalnya, mengutif

apa yang dijelsakan oleh Ahmad Barizi bahwa  jika ada siswa yang terjerat minuman-minuman keras

guru bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab. Sebaliknya, jika ada siswa yang kurang

peduli terhadap lingkungan hidup disekitarnya, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru IPA?

Jika ada siswa yang kurang sopan dalam berbicara dengan orang yang lebih tua, bukankah itu juga

merupakan kegagalan dari guru bahasa? Jika ada siswa yang kurang menghargai jasa-jasa para

pendahulunya, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru sejarah/ IPS? Jika ada siswa suka hidup

mewah dan boros di sekolah, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru matematika atau

ekonomi?

Marilah kita jawab secara profesional tentang fenomena-fenomena sebagaimana yang dikemukakan

di muka, tanpa mengkambing hitamkan Agama. Tugas dan tanggung jawab atas pendidikan Agama

terhadap anak didik adalah tidak hanya diemban oleh guru Agamasaja, tetapi merupakan tanggung jawab

sekolah secara komprehensif. Tumbuhnya  kesadaran semua pihak dalam memperbaiki akhlak moral

peserta didik yang bigitu mengimbas terhadap akhlak dan  moral bangsa di mata dunia adalah satu-

satunya yang kita rindukan.

Page 70: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt
Page 71: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

PENUTUP

Berbagai penjelasan di atas  dapat kita petik pemahanan bahwa Al-Qur'an adalah bersifat Universal.

Kalam Allah (Al-Qur'an) dalam pandangan Islam dibagi menjadi dua. Pertama, yang menjelaslakan

langsung dengan kitab-Nya disebut kalam Qauliyyah dankedua tanda-tanda yang ditemukan dengan cara

penalaran logis (akal), empiris dan lain sebagainya dinamakan dengan kalam kauniyyah.

Dikotomi ilmu yang selama ini selalu diperdebatkan dikalangan yang berbeda pandangan tentang

ilmu, ilmu Islam dan ilmu umum sebenarnya dapat kita selesaikan dengan menempatkan dan

memposisikan Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber ilmu bukan sebagai ilmu.

Adapun bentuk formulasi integrasi sains dan islam dapat kita wujudkan dengan cara: menjadikan

kitab suci sebagai basis atau sumber utama ilmu, memperluas batas materi kajian islam & menghindari

dikotomi ilmu, menumbuhkan pribadi yang berkarakter ulul albab, menelusuri ayat-ayat dalam alquran

yang berbicara tentang sains, mengembangkan kurikulum pendidikan di lembaga pendidikan.

Page 72: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

DAFTAR PUSTAKA

Amin Abdullah, dkk, Integrasi Sains – Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, Yogyakarta: Pilar

Religia, 2004

                                              , dkk, Integrasi Sains – Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, Yogyakarta: Pilar

Religia, 2004

Handrianto, Budi , Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modern, Jakarta: Pustaka al-

kautsar, 2010

Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003

Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas  Islam Masa Depan, Malang:

Bayumedia, 2004

Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2003

Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan

Teknologi  Islami Masa Depan, Malang: UIN Maliki Press, 2006

Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, Malang: UIN-Malang

Press, 2006

http://www.scribd.com/doc/83019545/pengertian-integrasi

[1] http://www.scribd.com/doc/83019545/pengertian-integrasi

[2]. Amin Abdullah, dkk, Integrasi Sains – Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2004), hlm, 11

[3] . Amin Abdullah, dkk, Integrasi Sains – Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2004), hlm, 12

Page 73: Integrasi Pai Dan Sains Serta Teknologi Di Pt

[4] . Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya MengIslamkan Sains Barat Modern, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2010), hlm, 44

[5] . Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 3

[6] . Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama menuju Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang: Bayumedia, 2004), hlm. xi

[7] . Mehdi Golshani, Filsafat-Sains Menurut al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), hlm, 14

[8] . Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa Depan,(Malang: UIN Maliki Press, 2006), hlm, xv

[9] Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. ix-x

[10] . Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilum dalam Al-Quran,(Bandung: PT. Mizan, 2007) hlm, 381

Desember 13, 2012 By inggitanggara