konsep pai

Upload: koeswara-sofyan

Post on 08-Jan-2016

342 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pai

TRANSCRIPT

1-RUANG LINGKUP (10

LAPORAN ANTARA

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI LOKASI BANYAK KECELAKAAN / LOKASI RAWAN KECELAKAANHalaman 23 dari 44

002/LAPORAN/2007

DAFTAR PERUBAHAN

RevisiDeskripsi

A

B

C

D

E

REVISI-ABCDE

Ditulis oleh

Diperiksa oleh

Disetujui oleh

DAFTAR HALAMAN PERUBAHAN

HalamanRevisiHalamanRevisi

DAFTAR ISI

1DAFTAR PERUBAHAN

DAFTAR HALAMAN PERUBAHAN2DAFTAR ISI3DAFTAR GAMBAR4DAFTAR TABEL5DAFTAR ISTILAH6BAB I. PENDAHULUAN7I.1. Latar Belakang7I.2. Maksud Dan Tujuan8I.3. Sasaran11I.4. Tahapan-Tahapan Pengembangan12BAB II. FILOSOFI PENGEMBANGAN162.1. Efektivitas Biaya172.2. Kehandalan Sistem (Reliability)21BAB III. ARSITEKTUR PDSDA-PAI223.1. Alur Pemrosesan Data223.2. Tahapan Implementasi233.3. Konfigurasi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras di Pusat253.4. Komunikasi Data27BAB IV. STRATEGI IMPLEMENTASI304.1. Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi304.2. Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi tetapi memiliki hardcopy sketsa skema irigasi324.3. Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi tetapi belum berdasarkan titik koordinat bumi344.4. Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi yang sudah berdasarkan titik koordinat bumi364.5. Rekomendasi38BAB V. PROGRAM APLIKASI395.1. PDSDA-PAI Client/Server395.2. PDSDA-PAI Google Earth435.3. Web PDSDA-PAI45

DAFTAR GAMBAR

7Gambar 1.1 Pilar Kualitas Informasi

16Gambar 2.1 Filosofi pengembangan

22Gambar 3.1 Alur Pemrosesan Data

23Gambar 3.2 Penahapan implementasi PDSDA-PAI

26Gambar 3.3 Konfigurasi perangkat keras di Ditjen SDA

28Gambar 3.4 Komunikasi Data

30Gambar 4.1 Strategi Implementasi Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi

32Gambar 4.2 Strategi Implementasi Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi, tetapi memiliki hardcopy sketsa jaringan irigasi

34Gambar 4.3 Strategi Implementasi Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi, tetapi belum berdasarkan titik koordinat bumi

36Gambar 4.4 Strategi Implementasi Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi yang sudah berdasarkan titik koordinat bumi

39Gambar 5.1 Form input PDSDA-PAI

40Gambar 5.2 Urutan pembuatan skema irigasi pada saluran pembawa

40Gambar 5.3 Pengisian atribut bangunan pengambilan

41Gambar 5.4 Pengisian atribut bangunan pengatur

41Gambar 5.5 Pengisian atribut bangunan pelengkap

42Gambar 5.6 Editing atribut saluran

42Gambar 5.7 Editing atribut bangunan

43Gambar 5.8 Input foto

43Gambar 5.9 Google Earth

44Gambar 5.10 Bendung Mrican (D.I. Warujayeng) di Google Earth

44Gambar 5.11 Skema Irigasi D.I. Warujayeng di Google Earth

45Gambar 5.12 Foto Bendung Mrican (D.I. Warujayeng)

45Gambar 5.13 Informasi Bendung Mrican (D.I. Warujayeng)

DAFTAR TABEL9Tabel 1.1 Daftar Formulir PAI

DAFTAR ISTILAHADB

Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia)

ALTITUDEKetinggian

Ditjen

Direktorat Jenderal

GPS

Global Positioning System, yaitu alat untuk menentukan posisi koordinat

bumi dari suatu lokasi (Longitude, Latitude dan altitude)

LATITUDEGaris Bujur

LONGITUDEGaris lintang

PP

Peraturan PemerintahPAI

Pengelolaan Aset IrigasiPDSDA-PAI

Sistrem Informasi Pengelolaan Aset IrigasiSDA

Sumber Daya AirSISDA

Sistem Informasi Sumber Daya AirBAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kualitas dari data dan informasi memegang peranan yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan suatu sistem informasi bisa diimplementasikan. Kualitas dari suatu informasi (quality of information) tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeless) dan relevan (relevance). John Burch dan Gary Grudnitski menggambarkan kualitas dari informasi dengan bentuk bangunan yang ditunjang oleh tiga buah pilar.

Gambar 1.1 Pilar Kualitas Informasi Sumber: Analisis dan Design Sistem Informasi, Jogiyanto, hal 10,1993Gambar 3.1 memperlihatkan pilar kualitas informasi sebagai berikut :

1. Akurat, berarti bahwa suatu informasi haruslah bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.

2. Tepat waktu, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan untuk pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka akan dapat berakibat fatal bagi organisasi. Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya.

3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat.

Nilai dari informasi (value of information) ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai apabila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat persis ditaksir nilai efektivitasnya, untuk itu pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectiveness atau cost benefit.

Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat, bahkan pada dasarnya teknologi adalah salah satu sarana utama bagi manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Perkembangan teknologi akhir-akhir ini berjalan sedemikian pesatnya, dan teknologi informasi termasuk yang sangat cepat merambah sampai di hampir seluruh aspek kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, disadari atau tidak, kebutuhan terhadap informasi yang berkualitas, yaitu suatu informasi bisa tersedia dengan cepat, tepat dan akurat menjadi sangat penting untuk membantu kegiatan operasional dan manajerial suatu lembaga maupun instansi. Informasi dengan kualitas seperti ini sangat sulit bahkan tidak mungkin diperoleh secara manual jika jumlah, variasi dan kompleksitas datanya sangat besar, seperti yang ada di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA). Untuk itu diperlukan adanya suatu teknologi sistem komputerisasi yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana penunjang.

Sistem komputerisasi tidak akan ada maknanya apabila tidak ditunjang dengan program paket aplikasi yang tepat guna. Salah satu kebutuhan sistem komputerisasi di Ditjen SDA adalah pengembangan sistem informasi pengelolaan aset irigasi (PDSDA-PAI). Mengacu ke amanat dari PP No. 20 tahun 2006, PDSDA-PAI ditujukan untuk melakukan pengelolaan aset irigasi terutama dalam hal pemeliharaan yang pada saat ini masih belum didasarkan atas suatu sistem yang transparan dalam memberikan alasan-alasan yang kuat, akuntabel (dapat dipertanggung jawabkan), dan partisipatif. I.2. Maksud Dan TujuanMaksud dari pemaparan konsep pengembangan PDSDA-PAI adalah untuk memberikan gambaran mengenai konsep pengembangan, anatomi sistem informasi, strategi pengembangan dan tahapan-tahapan dalam implementasinya. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan PDSDA-PAI akan mengacu kepada formulir-formulir aset irigasi sebagai manifestasi dari kajian terhadap PP No. 20 tahun 2006 ke dalam suatu sistem operasional yang terstruktur dan sistemik, yang mencakup kebutuhan data mengenai aset irigasi dan data yang bukan termasuk aset irigasi, misalnya ketersediaan air, harga satuan pekerjaan, lahan irigasi, dan lain sebagainya. Formulir-formulir tersebut yang mencapai 52 buah jenis sebagai berikut :

Tabel 1.1 Daftar Formulir PAINo.Jenis Aset

1Identitas Daerah Irigasi

2Format Ketersediaan Air

3Format Daftar Foto

4Bendungan

5Bendung

6Pompa Elektrik

7Pompa Hidrolik

8Bangunan Bagi Sadap

9Bangunan Bagi

10Bangunan Sadap

11Bangunan Sadap Langsung

12Kantong Lumpur

13Terjunan

14Got Miring

15Siphon

16Talang

17Gorong-Gorong

18Gorong-Gorong Silang

19Pelimpah Samping

20Pelimpah Corong

21Pintu Pembuang

22Jembatan Orang

23Jembatan Desa

24Tempat Cuci

25Tempat Mandi Hewan

26Saluran Primer Pembawa

27Saluran Sekunder Pembawa

28Saluran Suplesi

29Saluran Muka

30Jalan Inspeksi di Saluran Pembawa

31Jalan Akses

32Terowongan

33Tanggul Bendung

34Tanggul Penutup

35Saluran Primer Drainase

36Saluran Sekunder Drainase

37Saluran Pengelak Banjir

38Jalan Inspeksi Drainase

39Pintu Klep

40Outlet

41Terjunan Drainase

42Got Miring Drainase

43Gorong-Gorong Drainase

44Jembatan Orang Drainase

45Jembatan Desa Drainase

46Bangunan Pertemuan

47Krib

48Kelembagaan

49Sumber Daya Manusia

50Bangunan Gedung

51Peralatan

52Lahan

Tujuan dari pengembangan PDSDA-PAI adalah untuk memberikan arahan yang terstruktur bagi pengembangan sistem informasi pengelolaan aset irigasi sehingga terkreasi suatu sistem informasi yang mampu untuk :

Meningkatkan manajemen pemrosesan data, sehingga data dan informasi bisa dihasilkan secara tepat, cepat, akurat dan bisa dipercaya Mendorong untuk terbentuknya mekanisme dan alur yang jelas dalam hal pengelolaan data dan informasi aset irigasi Meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam memperoleh informasi terutama bagi jajaran pimpinan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, melalui kecepatan penyajian dan keterpaduan sistem Menyebarluaskan informasi mengenai pengelolaan aset irigasi sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air kepada masyarakat.I.3. SasaranSasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

Sistem dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan rutin inventarisasi pengelolaan aset irigasi Sistem dapat digunakan untuk mendukung perencanaan pengelolaan aset irigasi

Sistem dapat memberikan suatu informasi untuk mendukung pengambil keputusan secara parsial (untuk satu daerah irigasi) dan komprehensif (untuk beberapa daerah irigasi) Sistem bisa diintegrasikan ke dalam skop nasional melalui penciptaan mekanisme pertukaran data yang dinamis Sistem dapat memberikan suatu informasi untuk mendukung pengambil keputusan di tingkat nasional

Sistem bisa diintegrasikan dengan sistem lain (sebagai contoh PDSDA yang saat ini telah dikembangkan di Direktorat Data dan Informasi)I.4. Tahapan-Tahapan PengembanganTahapan-tahapan Pengembangan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut :

1. Tahapan survei dan analisis

2. Tahapan perancangan sistem

3. Tahapan pengembangan program aplikasi

4. Tahapan uji akseptasi sistem

5. Tahapan sosialisasi6. Tahapan implementasiI.4.1. Tahapan survei dan analisis

Tahapan survei dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Desk study terhadap formulir pengelolaan aset irigasib. Wawancara dan diskusi dengan pengguna, baik pengguna di level operasional maupun manajerialc. Study terhadap sistem eksisting yang ada, baik yang masih dalam proses pengembangan maupun yang sudah diimplementasikan

d. Best practice yang dilakukan di negara-negara lain

e. Pengumpulan data awal, baik data kuantitatif maupun kualitatifAnalisis dilakukan untuk mengidentifikasi potensi-potensi permasalahan yang ada dan yang akan muncul di kemudian hari, untuk selanjutnya dilakukan formulasi permasalahan ke dalam bentuk yang dimengerti oleh komputer.I.4.2. Tahapan Perancangan Sistem

Tahapan perancangan sistem meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Identifikasi kebutuhan sistem

2. Analisa kebutuhan

3. Pembuatan system roadmap4. Penentuan penggunaan software development dan database5. Pembuatan pseudocode6. Pembuatan system flowchart7. Programming dan debugging8. Implementasi sistem

9. Dokumentasi.Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dibuat strategi perancangan yang matang, yang dilanjutkan dengan implementasi yang berpegang pada rancangan dasar. Pentingnya perancangan yang matang dan terpadu (ditinjau dari semua aspek, komponen, organisasi dan peralatan) dimaksudkan agar :

a. Pandangan terhadap seluruh sistem menjadi jelas

b. Kebutuhan informasi yang dihasilkan jelas

c. Tidak khawatir terhadap potongan-potongan sistem informasi yang ada dan saling tumpang tindih dalam pelaksanaan implementasi bertahap di kemudian hari

d. Implementasi lebih cepat

e. Fleksibilitas dalam pengembangan

Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan strategi perancangan yang matang, yang dilanjutkan dengan implementasi yang berpegang pada rancangan dasar. Kriteria penting yang diterapkan dalam filosofi perancangan adalah : Input/Output format, convention code, human machine interface dari sistem manual yang sudah ada, dan penentuan struktur bank data yang solid dan tepat serta pemanfaatan Relational Database Management System (RDBMS) untuk sistem database aplikasi modular.

I.4.3. Tahapan pengembangan program aplikasi

Tahapan pengembangan program aplikasi adalah tahapan untuk menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan kedalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh komputer. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan sebelum melangkah kepada pembuatan program aplikasi adalah sebagai berikut :a. Pemilihan software development yang freeware dan opensource sehingga tidak ada tambahan biaya yang harus dibebankan pada saat sistem aplikasi itu harus didistribusikan di lokasi yang tersebarb. Kemampuan dari software development yang dipilih haruslah handal dan paling tidak tetap relevan untuk 10 tahun ke depanc. Sistem aplikasi haruslah bisa berjalan pada komputer dengan perangkat keras dengan spesifikasi terendah sampai dengan tertinggi

d. Sistem aplikasi haruslah pula mampu untuk berjalan pada lingkungan sistem operasi yang beraneka ragam: Windows 95/98, 2000, 2003, XP, Vista, Linux, IGOS, dan lain-lainI.4.4. Tahapan uji akseptasi sistemTahapan uji akseptasi sistem merupakan pengujian atas sistem aplikasi yang telah dikembangkan, terdiri dari Alpha Test, Beta Test dan Running Test. Alpha Test dilakukan oleh konsultan dan hasilnya dilaporkan dalam laporan Alpha Test. Beta Test dilakukan oleh pengguna langsung dan hasilnya dilaporkan dalam laporan Beta Test. Running Test dilaksanakan setelah hasil Beta Test dianggap sudah memuaskan.

I.4.5. Tahapan sosialisasiTahapan sosialisasi dilakukan untuk menyebarluaskan kemampuan dari sistem aplikasi dan manfaat yang bisa digenerate. Terdapat banyak cara untuk melakukan sosialisasi, sebagai contoh mengadakan workshop, membuat publikasi, jurnal, selebaran-selebaran, dan lain sebagainya. Publikasi bisa pula dilakukan dengan menyajikannya di website yang bisa diakses oleh pengguna publik melalui international networking (internet).I.4.6. Tahapan implementasiTahapan implementasi dilakukan untuk secara langsung menjalankan sistem aplikasi yang sudah dikembangkan. Sebelum tahapan ini dilakukan, akan dilakukan pelatihan dan transfer of knowledge kepada pengguna sistem, dan menyertakan panduan penggunaan dan dokumentasi teknis.

BAB II. FILOSOFI PENGEMBANGANPDSDA-PAI memadukan antara penggunaan data tabular dan spasial (peta untuk jaringan irigasi / skema irigasi). Berdasarkan hal tersebut, maka PDSDA-PAI dibangun dengan mengintegrasikan perangkat lunak berbasis tekstual dengan sistem informasi geografis. Gambar berikut menggambarkan filosofi dari pengembangan PDSDA-PAI :

Gambar 2.1 Filosofi pengembanganSustain (keberlanjutan) dari sistem adalah tujuan utama dari dibangunnya PDSDA-PAI. Fakta empiris menunjukkan bahwa pembangunan suatu sistem informasi di instansi pemerintahan (Departemen, Dinas, BUMN, dll) di Indonesia seringkali hanya bersifat parsial dan sporadis. Hal ini dikarenakan seringkali suatu sistem dibangun hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi pekerjaan suatu proyek (project based) tanpa memikirkan aspek-aspek pendukung lainnya, misalnya : kelembagaan, prosedur operasional, aspek legal, sumberdaya manusia, dan lain-lain. Akibatnya, sistem tidak pernah bisa direplikasikan dan operasionalisasinya hanya sebatas kurun waktu proyek tersebut. Hal ini berimplikasi pada mubazirnya biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut, PDSDA-PAI berusaha untuk memenuhi kebutuhan semua persyaratan berlanjutnya sistem melalui tahapan-tahapan pengembangan yang konkrit, terstruktur, dan terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut. Kajian-kajian khusus mengenai kelembagaan, penyusunan perundangan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan prosedur operasional standar, dilakukan sebagai panduan bagi PDSDA-PAI dalam merefleksikan arsitektur pengembangan PDSDA-PAI yang komprehensif.

Ada dua hal mendasar yang dipertimbangkan dalam pengembangan PDSDA-PAI, yaitu aspek yang terkait dengan biaya pengembangan dan implementasi, dan aspek reliabilitas dari sistem aplikasi yang dikembangkan.

2.1. Efektivitas Biaya

Terhadap aspek biaya pengembangan dan implementasi, pengembangan PDSDA-PAI menekankan pada keefektifan biaya (cost effective), yaitu dengan berusaha untuk menggunakan biaya yang optimal. Pengertian optimal disini adalah bahwa sulit untuk dipungkiri bahwa suatu pengembangan sistem informasi memerlukan biaya yang tidak sedikit, namun beberapa hal yang bisa dilakukan penghematan terhadap biaya adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan perangkat lunak yang tanpa biaya (freeware dan opensource)

2. Fleksibilitas dalam implementasi

3. User friendly4. Integrasi dengan aplikasi lain

2.1.1. Penggunaan perangkat lunak yang tanpa biaya (freeware dan opensource)

Penggunaan perangkat lunak yang tanpa biaya (freeware dan opensource) adalah filosofi mendasar pengembangan PDSDA-PAI, sehingga diharapkan bahwa pada saat sistem diimplementasikan tidak memerlukan biaya-biaya yang terkait dengan instalasi, lisensi pemakaian perangkat lunak lainnya, dan biaya distribusi aplikasi (deployment). Berdasarkan hal tersebut, maka perangkat lunak yang digunakan adalah sebagai berikut :a. Database server yang digunakan dalam pengembangan PDSDA-PAI menggunakan Firebird Interbase SQL Server. Perangkat lunak ini bebas untuk digunakan dan kehandalannya sudah teruji di program aplikasi lain (SISDA yang juga sudah dikembangkan oleh Ditjen Sumberdaya Air), mampu untuk mengolah data-data yang besar (angka, tekstual, foto, video dan object), memungkinkan untuk diinstalkan di lingkungan komputer baik yang standalone maupun terhubung dalam jaringan LAN, WAN, Intranet dan Extranetb. Perangkat lunak Geographical Information System (GIS) menggunakan ESRI Mapobject versi 2.0. Lisensi dari perangkat lunak ini dimiliki oleh Ditjen SDA, dan runtime dari perangkat lunak ini bebas untuk digunakan pada saat program aplikasi didistribusikanc. Perangkat lunak untuk pembuatan sistem aplikasi menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi (berbasis Object Pascal) versi 5.0. Lisensi dari perangkat lunak ini dimiliki oleh Ditjen SDA, dan runtime dari perangkat lunak ini bebas untuk digunakan pada saat program aplikasi didistribusikan. Keuntungan dari penggunaan perangkat lunak Borland Delphi versi 5.0 bahwa sistem aplikasi yang dihasilkan sangat stabil (tidak terganggu dengan performansi dari sistem operasi Windows, jika sistem operasi Windows mengalami masalah dengan beberapa komponen librarynya). Hal ini sangat berbeda jika kita menggunakan perangkan lunak pengembangan keluarga Windows yang sangat tergantung dengan kestabilan sistem operasi Windows. Keuntungan lainnya adalah bahwa kompatibilitas Borland Delphi versi 5.0 dengan Lazarus (bahasa pemrograman berbasis Object Pascal di Linux dan MacOS/IGOS), sehingga pada saat kita akan mengkonversi sistem aplikasi ini ke sistem operasi Linux dan MacOS/IGOS, maka cukup dengan melakukan konversinya di Lazarus kemudian dicompile ulang tanpa harus melakukan kodifikasi ulangd. Google Earth dan Google Maps (freeware). Perangkat lunak ini untuk mengintegrasikan dengan aplikasi PDSDA-PAI, jika peta jaringan irigasi yang dibuat sudah menggunakan koordinat titik lokasi bumi (georeferensi), sehingga akan mampu menyajikan foto satelit sebagai background dari jaringan irigasie. Perangkat lunak spreadsheet, untuk menampilkan laporan dalam format BIFF (file Ms Excel). Jika, client tidak mempunyai lisensi Microsoft Office, maka bisa menggunakan perangkat lunak spreadsheet lainnya yang gratis seperti misalnya Star Office, Open Office, dan lain-lain. Aplikasi PDSDA-PAI menstandarkan laporan dalam format BIFF dengan alasan bahwa agar data dari sistem aplikasi bisa digunakan oleh pengguna lain untuk keperluannya yang khusus dan spesifik.f. Perangkat lunak untuk pembuatan font (font creator) freeware. Perangkat lunak ini digunakan untuk menampilkan legenda dari bangunan irigasi sesuai dengan standar keirigasian2.1.2. Fleksibilitas dalam implementasi

Pengembangan PDSDA-PAI menekankan pada fleksibilitas dalam implementasi. Hal ini dimaksudkan agar program aplikasi akan bisa diinstalasikan pada lingkungan perangkat keras yang bervariasi sesuai dengan yang dimiliki oleh instansi setempat (propinsi, kabupaten atau balai). PDSDA-PAI akan bisa dijalankan pada berbagai jenis lingkungan perangkat keras dari mulai yang paling sederhana (standalone) sampai yang paling kompleks (centralized database), tergantung dari kompleksitas aktivitas yang dilakukan. PDSDA-PAI juga bisa diintegrasikan dengan Google Earth / Google Maps jika terhubung dengan international networking (internet). Program aplikasi PDSDA-PAI tidak mensyaratkan spesifikasi perangkat keras yang eksklusif, sehingga bisa mengoptimalkan penggunaan komputer sesuai dengan yang dimiliki. Dengan fleksibilitas ini memungkinkan terjadinya penghematan biaya. 2.1.3. User friendlyPDSDA-PAI dibangun sehingga mudah untuk digunakan oleh pengguna. Adapun penghematan biaya yang bisa digenerate adalah sebagai berikut :a. Pemeliharaan program aplikasi PDSDA-PAI sangat mudah, sehingga tidak mensyaratkan sumberdaya manusia dengan kualitas pemahaman terhadap komputer yang tinggi

b. Penggunaannya yang mudah sehingga hanya memerlukan waktu pelatihan yang singkat terhadap pengguna. Meskipun PDSDA-PAI berbasis sistem informasi geografis, namun tidak diperlukan pengetahuan khusus mengenai GIS, karena pada saat pengoperasiannya sudah dipandu oleh menu-menu secara transparan menggantikan istilah-istilah GIS kedalam pemahaman keirigasian. Sebagai contoh : yang terlihat di tampilan adalah tombol saluran dan tombol bangunan, namun pada hakekatnya menggantikan fungsi dari pembuatan polyline dan point pada GIS. Selain itu, proses topologi yang memerlukan pemahaman yang cukup sulit di GIS, secara otomatis sudah dilakukan oleh program secara otomatis tanpa perlu diketahui oleh pengguna (misal : atribut suatu bangunan sudah secara otomatis mengetahui saluran di hulu dan hilirnya, demikian juga dengan saluran sudah secara otomatis mengetahui bangunan di hulu, hilir dan pada saluran tersebut).2.1.4. Integrasi dengan aplikasi lain

Proses pengintegrasian memerlukan biaya yang tidak sedikit, karena diperlukan suatu program aplikasi tambahan untuk merelasikan antara suatu program aplikasi dengan program aplikasi lain. Pengembangan PDSDA-PAI sudah memasukkan proses untuk melakukan pengintegrasian dengan SISDA (sistem yang sampai saat ini sudah berjalan dengan baik di Ditjen SDA dan menjadi acuan untuk pengembangan sistem informasi yang terkait dengan sumber daya air di Indonesia).

Salah satu prasyarat utama untuk bisa dilakukan pengintegrasian adalah adanya standarisasi kodifikasi. PDSDA-PAI telah mengacu pada standarisasi kodifikasi sebagai berikut :

a. Wilayah administrasi : propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa menggunakan standarisasi yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS)b. Wilayah sungai, daerah aliran sungai, status wilayah sungai mengacu ke Peraturan Menteri nomor 11A/KPTS/2006 tentang wilayah sungai sebagai berikut :

Wilayah sungai menggunakan nomenklatur PP.UU.SS ( PP=Kode pulau, UU=nomor urut wilayah sungai pada pulau tersebut, SS=Status wilayah sungai

Daerah aliran sungai menggunakan nomenklatur PP.UU ( PP=Kode pulau, UU=nomor urut daerah aliran sungai pada pulau tersebut

c. Status daerah irigasi (DI) menggunakan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi

d. Standarisasi daerah irigasi menggunakan nomenklatur PPKKUUUU dimana PP=Kode Propinsi sesuai BPS, KK=Kode Kabupaten/Kota sesuai BPS, dan UUUU=nomor urut daerah irigasi pada propinsi dan kabupaten/kota tersebut. Adapun pengisian nomenklatur berdasarkan status daerah irigasi adalah sebagai berikut :e. DI dalam kabupaten ( PPKKUUUUf. DI lintas kabupaten/kota ( PP00UUUU (kode kabupaten/kota diisi dengan 00)

g. DI lintas propinsi ( 0000UUUUU (kode propinsi dan kabupaten/kota diisi dengan 00)

2.2. Kehandalan Sistem (Reliability)

Kehandalan dari suatu sistem bukan diukur dari seberapa banyak fitur yang disiapkan oleh sistem tersebut (misal : penggunaan GIS hanya sebagai aksesoris), melainkan sistem harus mampu menerjemahkan dan mengakomodasi keinginan pengguna dalam pengelolaan sistem tersebut.

PDSDA-PAI menggunakan formulir survey yang telah disepakati oleh semua pihak dan dibakukan sebagai acuan terhadap data yang akan dimasukkan, diolah dan dibuatkan informasinya. Tentunya bahwa formulir survey tersebut telah pula mengkaji hal-hal yang terkait dengan kelembagaan, perundangan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan prosedur operasional standar. Selain berfungsi sebagai tools yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna operasional, PDSDA-PAI juga bisa mengeluarkan informasi untuk konsumsi pengambilan keputusan atau manajerial, sebagai berikut : Prioritas investasi perbaikan aset

Kondisi aset

Fungsi aset

Tingkat kekritisan aset

Sisa Umur aset

Level of Services (Tingkat Pelayanan) dengan index pertanaman

Ketersediaan Air

dll

BAB III. ARSITEKTUR PDSDA-PAI3.1. Alur Pemrosesan Data

Gambar 3.1 Alur Pemrosesan Data Gambar 3.1 memperlihatkan alur prosedur dan data sebagai berikut :

a. Survey Inventarisasi Data

Survey inventarisasi data dilakukan dengan metoda walkthrough (penelusuran), yaitu dengan menelusuri jaringan irigasi suatu daerah irigasi. Survey diperlengkapi dengan formulir survey PAI yang harus diisi. Idealnya, pada saat survey, surveyor juga diperlengkapi dengan kamera digital, video, dan GPS (Global Positioning System) untuk mengambil koordinat titik-titik lokasi bumi dari bangunan dan saluran. Jika tidak ada GPS, maka harus dibuatkan sketsa skema irigasib. Proses di depan komputer (backend)Proses di depan komputer dilakukan untuk memasukkan data hasil survey (formulir PAI, foto, video, dan file GPS) ke komputer. Pemasukkan data ini menggunakan program aplikasi PDSDA-PAI. Jika tidak dilakukan survey dengan menggunakan GPS, maka pengisian data di program aplikasi PDSDA-PAI menggunakan sketsa skema irigasi yang dibuat pada saat dilakukan survey. Untuk komputer yang terhubung dengan internet, program aplikasi bisa diintegrasikan dengan google earth untuk menyajikan tampilan yang lebih presentatifc. Proses publikasi dataUntuk mempublikasikan data yang sudah dimasukkan, data harus dikirim ke Subdit Data dan Informasi Direktorat Bina Program Ditjen SDA. Setelah dilakukan rekonsiliasi, data akan dipublikasikan melalui situs http://sda.pu.go.id.

3.2. Tahapan Implementasi

Penggunaan GPS akan menghasilkan skema irigasi yang mempunyai georeferensi (referensi koordinat lokasi titik bumi), sehingga skema irigasi yang dihasilkan lebih mencerminkan kondisi sebenarnya dari suatu daerah irigasi. PDSDA-PAI akan memberikan nilai tambah terhadap informasi yang bisa dihasilkan jika pada saat suvey menggunakan GPS, namun demikian PDSDA-PAI tetap bisa digunakan untuk survey yang tidak menggunakan GPS.

Gambar 3.2 Penahapan implementasi PDSDA-PAIGambar 3.2 memperlihatkan tahapan implementasi PDSDA-PAI disesuaikan dengan kompleksitas aktivitas pengelolaan daerah irigasi di setiap lokasi. Dari kiri ke kanan adalah implementasi PDSDA-PAI dari yang paling sederhana sampai yang kompleks, yang berimplikasi terhadap :1. Biaya yang harus dikeluarkan.

Biaya yang harus dikeluarkan akan semakin besar jika aktivitas yang dilakukan bertambah, sebagai berikut :

a. Tahapan 1, tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan program aplikasi dan diperlukan satu komputer PC atau lebih (disesuaikan dengan kompleksitas aktivitas) untuk pengolahan data PDSDA-PAI. Biaya yang akan muncul adalah biaya untuk melakukan survey inventarisasi aset irigasi.

b. Tahapan 2 sama dengan tahapan 1, kecuali ada tambahan biaya untuk pengadaan GPS dan tambahan biaya survey yang muncul karena adanya penambahan aktivitas pengambilan titik-titik lokasi koordinat bumi dari aset irigasi. PDSDA-PAI akan bisa diintegrasikan dengan Google Earth/Maps.c. Tahapan 3 adalah pengembangan lebih lanjut dari tahapan 2, yaitu dengan munculnya tambahan biaya untuk pengadaan peta untuk layer-layer pendukung (misal : tata guna lahan, kontur, dan lain-lain)

2. Kemampuan PDSDA-PAI dalam melakukan analisa Kemampuan PDSDA-PAI dalam menghasilkan informasi sebagai acuan untuk melakukan analisa semakin mendalam. Pada tahapan 1, analisa hanya bisa dilakukan secara tabelaris, yaitu menampilkan informasi dalam bentuk tabel-tabel data secara tekstual dan gambar skema irigasi. Pada tahapan 2, ditambahkan dengan kemampuan analisis secara visual (dengan bantuan peta citra image dari google earth) yang bisa diinterpretasikan oleh seorang yang ahli irigasi. Dan tahapan 3 adalah tahapan maksimum untuk penyajian informasi yang akan dihasilkan, karena PDSDA-PAI akan mampu menyajikan informasi dengan memodelkan peta geografis (GIS modelling) untuk mendukung pengambilan keputusan (Decision Support System).

3. Kebutuhan sumberdaya manusiaKebutuhan kualitas sumberdaya manusia untuk mengoperasikan PDSDA-PAI akan semakin besar pada tahapan 2 dan 3, karena sistem mensyaratkan beberapa pengetahuan khusus mengenai sistem informasi geografis, sedangkan pada tahapan 1 cukup hanya diperlukan satu orang operator yang mengerti mengoperasikan komputer. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa PDSDA-PAI menekankan pada aspek efektivitas terhadap biaya yang harus dikeluarkan. PDSDA-PAI bebas untuk digunakan (freeware dan opensource) sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya baik untuk pengembangan program aplikasi maupun lisensi. Biaya tambahan terhadap program aplikasi terkait dengan adanya pertambahan aktivitas (misal : penggunaan GPS), namun demikian di sisi manfaatnyapun akan bertambah karena PDSDA-PAI akan mampu menghasilkan analisis dan informasi tambahan.3.3. Konfigurasi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras di Pusat

Arsitektur database PDSDA-PAI menggunakan pendekatan campuran (mixed) antara centralized dan distributed database. Database terdistribusi pada setiap Local Database Server di daerah (propinsi, kabupaten/kota, balai, dan lain-lain) dan database terpusat (Centralized Database Server)di Ditjen SDA yang menampung semua data dari daerah.

Program aplikasi PDSDA-PAI dibangun dengan metodologi berbasis teknologi Client Server (two tier architecture) untuk mengakses data yang disimpan pada Local atau Centralized Database Server dari komputer client di jaringan LAN/WAN, intranet atau extranet, dan fasilitas komunikasi data untuk melakukan updating Central atau Local Database Server.

Konfigurasi perangkat keras yang dibutuhkan mengacu pada arsitektur database PDSDA-PAI di pusat adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3 Konfigurasi perangkat keras di Ditjen SDAKomputer server (WRDC Server), digunakan untuk menyimpan sistem aplikasi, database, dan data-data pendukung lainnya (misal : foto dan video). Perangkat lunak yang diperlukan terdiri dari sistem operasi, database server, dan Web GIS. Dengan mempertimbangkan kondisi perkembangan teknologi mutakhir sistem informasi, kebutuhan perangkat keras yang diperlukan, perangkat lunak, dan tantangan untuk menyajikan informasi yang komprehensif, presentable, informatif, scalable, murah, dan terjaga keberlanjutannya, maka karakteristik tambahan dari PDSDA-PAI untuk diimplementasikan di pusat adalah adalah sebagai berikut :

1. Bisa berjalan dengan menggunakan sistem operasi LINUX (freeware) ataupun software yang propriate (Windows)

2. Berbasis web yang dipublikasikan dalam lingkungan intranet atau internet. Jika akan dipublikasikan melalui internet, maka diperlukan sebuah Internet Protocol Global yang bisa menyambungkan komputer server dengan pengguna di seluruh dunia3. Menggunakan XML google API (Application Programming Interface)

4. Menggunakan peta satelit dari google maps (freeware)

Google server adalah server yang dimiliki oleh google yang diperuntukkan untuk melihat dan menampilkan peta dunia. Dengan berbekal gambar citra satelit, software ini menampilkan rangkaian foto-foto di berbagai belahan bumi dan menyusunnya menjadi satu bola dunia. Citra peta ini didapat dari satelit pencitraan, fotografi aerial, dan Global Information System (GIS). Semuanya dihadirkan dalam gambar tiga dimensi (3D). Sebenarnya, mode Google Earth yang disajikan Google bukanlah layanan baru. Hanya, pada awal kehadirannya dikenal dengan nama Earth Viewer. Namun, kemudian perusahaan Keyhole mengembangkannya lagi, sampai kemudian Google mengakuisisi program ini pada 2004 dan meleburkannya dengan fitur layanan Google Maps. Dengan berbagai fitur tambahan dan perubahan pada 2005, akhirnya diberi nama baru yaitu Google Earth (GE). Fasilitas ini hanya mampu dioperasikan pada komputer dengan sistem operasi Windows Vista, Windows XP dan Windows 2000 dengan spesifikasi RAM minimal 128 MB, ruang hardisk kosong 200 MB, memori video 32 MB, dan monitor dengan risiko minimal 1028 x 768. Cara mendapatkannya relatif mudah, tinggal download di website Google Earth yang saat ini sudah sampai pada versi Beta 4.

Pengguna publik harus terhubung dengan internet agar bisa mengakses PDSDA-PAI website. PDSDA-PAI dikembangkan dalam dua jenis aplikasi, yaitu :

1. Google Earth, yaitu program aplikasi standalone berbasis client/server

2. Google Maps, yaitu program aplikasi standalone berbasis web

Pengguna internal di Ditjen SDA terhubung dengan LAN/WAN untuk mengakses dan melakukan permeliharaan data PDSDA-PAI.3.4. Komunikasi Data

Gambar 3.4 Komunikasi DataGambar 3.4 memperlihatkan arsitektur yang fleksibel. PDSDA-PAI dibangun dalam berbagai lingkungan, yaitu berbasis standalone, client/server atau centralized via internet/intranet. Hal ini dimaksudkan agar sistem tetap bisa beroperasi dalam kondisi apapun disesuaikan dengan kemampuan anggaran dalam menyelenggarakan perangkat keras, perangkat lunak dan networking, sehingga anggaran dapat dialokasikan secara optimal sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa pertimbangan yang mendasari adalah bahwa kenyataan empiris, bahwa sampai saat ini koneksi ke internet masih sangat mahal dan performansinya masih sangat rendah.

Berdasarkan hal tersebut, maka PDSDA-PAI dibangun dalam platform sebagai berikut :

Aplikasi berbasis web, yaitu untuk pemeliharaan dan penyajian data tabular dan spasial dengan menggunakan web browser (internet explorer, netscape, firefox, dll) atau java melalui internet atau intranet.

Aplikasi berbasis PC, yaitu untuk pemeliharaan dan penyajian data tabular dan spasial dari sistem aplikasi yang diinstalkan di komputer.

Mekanisme pengiriman data bisa dilakukan dengan berbagai macam media antara lain :

FTP (File Transfer Protocol) Server Email

CD, Flash Disk atau media lainnya

Untuk pengiriman file melalui FTP, dibuatkan server application yang akan membaca file yang dikirim untuk selanjutnya melakukan updating remote database server. Dasar pertimbangannya adalah load balancing, yaitu menyeimbangkan beban yang harus ditanggung oleh server terhadap permintaan data yang besar dan bervariasi dengan waktu pemrosesan yang cepat, dan menjadi sebagai sarana yang fleksibel jika client tidak terhubung langsung dengan remote database server. Media ini sebenarnya adalah media yang sangat efektif, namun mengingat bahwa bandwidth yang dibutuhkan akan terkuras pada saat dilakukan transfer data, maka biasanya protocol ini ditutup oleh administrator jaringan.BAB IV. STRATEGI IMPLEMENTASI

Strategi implementasi PDSDA-PAI disesuaikan dengan kondisi di lokasi dimana PDSDA-PAI diimplementasikan. Strategi ini dikelompokkan sebagai berikut :1. Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi

2. Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi tetapi sudah ada hardcopy sketsa jaringan irigasi

3. Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi tetapi belum berdasarkan titik koordinat bumi

4. Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi yang sudah berdasarkan titik koordinat bumi.4.1. Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi

Strategi implementasi PDSDA-PAInya digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.1 Strategi Implementasi Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi Gambar 4.1 memperlihatkan alur pemrosesan data di lokasi yang belum memiliki file digital jaringan irigasi :

1. Survey walkthrough (penelusuran), dengan menelusuri jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan (bendung, bendungan, pompa, freeintake, dll) sampai dengan bangunan akhir Jika survey diperlengkapi dengan GPS, maka ambil titik koordinat bangunan dan saluran. Pada saat pengambilan titik lokasi untuk bangunan gunakan point, sedangkan untuk saluran gunakan tracking

Jika tidak diperlengkapi dengan GPS, maka buat sketsa skema irigasi

Lakukan pengisian formulir PAI untuk setiap jenis bangunan atau saluran

Ambil foto Ambil video, jika dirasakan perlu

2. Proses backend, dilakukan dengan menggunakan program aplikasi PDSDA-PAI, sebagai berikut: :a) Jika survey diperlengkapi dengan GPS Download file GPS

Konversi file GPS ke shapefile (layer bangunan dan saluran)

Cleaning shapefile (memberikan atribut topologi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai sehingga terbentuk skema irigasi yang memiliki georeferensi untuk layer bangunan dan saluran

b) Jika survey tidak diperlengkapi dengan GPS Buat skema irigasi (tanpa georeferensi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai untuk semua bangunan dan saluran sehingga terbentuk skema irigasi yang tidak memiliki georeferensi c) Isi atribut bangunan atau saluran berdasarkan isian formulir survey PAI pada PDSDA-PAId) Download file foto dan inputkan pada PDSDA-PAIe) Download file video dan inputkan pada PDSDA-PAI4.2. Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi tetapi memiliki hardcopy sketsa skema irigasi

Strategi implementasi PDSDA-PAInya digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.2 Strategi Implementasi Lokasi belum memiliki file digital jaringan irigasi, tetapi memiliki hardcopy sketsa jaringan irigasiGambar 4.2 memperlihatkan alur pemrosesan data di lokasi yang belum memiliki file digital jaringan irigasi, tetapi sudah mempunyai hardcopy sketsa jaringan irigasi :

1. Survey walkthrough (penelusuran), dengan menelusuri jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan (bendung, bendungan, pompa, freeintake, dll) sampai dengan bangunan akhir

Jika survey diperlengkapi dengan GPS, maka ambil titik koordinat bangunan dan saluran. Pada saat pengambilan titik lokasi untuk bangunan gunakan point, sedangkan untuk saluran gunakan tracking

Jika tidak diperlengkapi dengan GPS, maka cocokkan hardcopy sketsa skema irigasi dengan kondisi riil di lapangan. Jika ada perbedaan, maka perbaiki sketsa skema irigasi Lakukan pengisian formulir PAI untuk setiap jenis bangunan atau saluran

Ambil foto

Ambil video, jika dirasakan perlu

2. Proses backend, dilakukan dengan menggunakan program aplikasi PDSDA-PAI, sebagai berikut: : a) Jika survey diperlengkapi dengan GPS

Download file GPS

Konversi file GPS ke shapefile (layer bangunan dan saluran)

Cleaning shapefile (memberikan atribut topologi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai sehingga terbentuk skema irigasi yang memiliki georeferensi untuk layer bangunan dan saluran

b) Jika survey tidak diperlengkapi dengan GPS Buat skema irigasi (tanpa georeferensi) dengan menggunakan PDSDA-PAI

Lakukan sampai selesai untuk semua bangunan dan saluran sehingga terbentuk skema irigasi yang tidak memiliki georeferensic) Isi atribut bangunan atau saluran berdasarkan isian formulir survey PAI pada PDSDA-PAId) Download file foto dan inputkan pada PDSDA-PAIe) Download file video dan inputkan pada PDSDA-PAI4.3. Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi tetapi belum berdasarkan titik koordinat bumi

Strategi implementasi PDSDA-PAInya digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.3 Strategi Implementasi Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi, tetapi belum berdasarkan titik koordinat bumiGambar 4.3 memperlihatkan alur pemrosesan data di lokasi yang memiliki file digital jaringan irigasi, tetapi layer jaringan irigasinya (bangunan dan saluran) belum berdasarkan pada titik koordinat titik bumi :1. Cetak skema irigasi eksisting, untuk panduan dalam melaksanakan survey

2. Survey walkthrough (penelusuran), dengan menelusuri jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan (bendung, bendungan, pompa, freeintake, dll) sampai dengan bangunan akhir Jika survey diperlengkapi dengan GPS, maka ambil titik koordinat bangunan dan saluran. Pada saat pengambilan titik lokasi untuk bangunan gunakan point, sedangkan untuk saluran gunakan tracking

Jika tidak diperlengkapi dengan GPS, maka cocokkan hardcopy skema irigasi yang dicetak dengan kondisi riil di lapangan. Jika ada perbedaan, maka perbaiki skema irigasi

Lakukan pengisian formulir PAI untuk setiap jenis bangunan atau saluran

Ambil foto

Ambil video, jika dirasakan perlu

3. Proses backend, dilakukan dengan menggunakan program aplikasi PDSDA-PAI, sebagai berikut: : a) Jika survey diperlengkapi dengan GPS

Download file GPS

Konversi file GPS ke shapefile (layer bangunan dan saluran)

Cleaning shapefile (memberikan atribut topologi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai sehingga terbentuk skema irigasi yang memiliki georeferensi untuk layer bangunan dan saluran

b) Jika survey tidak diperlengkapi dengan GPS Perbaiki skema irigasi (tanpa georeferensi) dengan menggunakan software yang sesuai Konversi file tersebut ke shapefile (layer bangunan dan saluran)

Cleaning shapefile (memberikan atribut topologi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai untuk semua bangunan dan saluran sehingga terbentuk skema irigasi yang tidak memiliki georeferensic) Isi atribut bangunan atau saluran berdasarkan isian formulir survey PAI pada PDSDA-PAId) Download file foto dan inputkan pada PDSDA-PAIe) Download file video dan inputkan pada PDSDA-PAI4.4. Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi yang sudah berdasarkan titik koordinat bumi

Strategi implementasi PDSDA-PAInya digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.4 Strategi Implementasi Lokasi memiliki file digital jaringan irigasi yang sudah berdasarkan titik koordinat bumiGambar 4.4 memperlihatkan alur pemrosesan data di lokasi yang memiliki file digital jaringan irigasi dan layer jaringan irigasinya (bangunan dan saluran) sudah berdasarkan pada titik koordinat titik bumi :1. Cetak skema irigasi eksisting, untuk panduan dalam melaksanakan survey

2. Survey walkthrough (penelusuran), dengan menelusuri jaringan irigasi mulai dari bangunan pengambilan (bendung, bendungan, pompa, freeintake, dll) sampai dengan bangunan akhir Jika survey diperlengkapi dengan GPS, maka ambil titik koordinat bangunan dan saluran. Pada saat pengambilan titik lokasi untuk bangunan gunakan point, sedangkan untuk saluran gunakan tracking

Jika tidak diperlengkapi dengan GPS, maka cocokkan hardcopy skema irigasi yang dicetak dengan kondisi riil di lapangan. Jika ada perbedaan, maka perbaiki skema irigasi

Lakukan pengisian formulir PAI untuk setiap jenis bangunan atau saluran

Ambil foto

Ambil video, jika dirasakan perlu

3. Proses backend, dilakukan dengan menggunakan program aplikasi PDSDA-PAI, sebagai berikut: : a) Jika survey diperlengkapi dengan GPS

Download file GPS

Konversi file GPS ke shapefile (layer bangunan dan saluran)

Cleaning shapefile (memberikan atribut topologi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai sehingga terbentuk skema irigasi yang memiliki georeferensi untuk layer bangunan dan saluran

b) Jika survey tidak diperlengkapi dengan GPS Perbaiki skema irigasi (georeferensi) dengan menggunakan software yang sesuai

Konversi file tersebut ke shapefile (layer bangunan dan saluran)

Cleaning shapefile (memberikan atribut topologi) dengan menggunakan PDSDA-PAI Lakukan sampai selesai untuk semua bangunan dan saluran sehingga terbentuk skema irigasi yang memiliki georeferensic) Isi atribut bangunan atau saluran berdasarkan isian formulir survey PAI pada PDSDA-PAId) Download file foto dan inputkan pada PDSDA-PAIe) Download file video dan inputkan pada PDSDA-PAI4.5. Rekomendasi

Jika lokasi dimana PDSDA-PAI dijalankan memiliki GPS untuk survey, maka direkomendasikan untuk melakukan identifikasi titik-titik koordinat bumi dari bangunan dan saluran dengan menggunakan GPS, meskipun sudah memiliki skema irigasi yang mempunyai georeferensi. Hal ini dikarenakan alasan antara lain :a. Georeferensi dari skema irigasi eksisting seringkali bukan didapat dari survey GPS melainkan melalui proses digitasi yang keakuratannya bervariasi sesuai dengan skala petanya. Biasanya yang paling sering terjadi adalah bahwa georeferensinya mengacu ke peta rupa bumi Indonesia.

b. Jika terdapat bangunan atau saluran baru, sementara georeferensi dari skema irigasi eksisting berbeda dengan hasil GPS, maka bangunan atau saluran baru tersebut akan bergeser dari skema irigasi eksistingnya

c. Menggunakan Google Earth sebagai sarana untuk mengkalibrasi keakuratan peta yang dihasilkan. Titik-titik koordinat yang didapat dari GPS sudah sesuai dengan sistem proyeksi yang digunakan oleh Google Earth.

BAB V. PROGRAM APLIKASIProgram aplikasi PDSDA-PAI terdiri dari :

1. PDSDA-PAI client/server, untuk didistribusikan ke daerah (propinsi, kabupaten/kota dan balai)2. PDSDA-PAI google earth, untuk didistribusikan ke daerah (propinsi, kabupaten/kota dan balai) yang sudah menggunakan GPS

3. Web PDSDA-PAI, untuk di pusat (web Ditjen SDA)5.1. PDSDA-PAI Client/Server

Gambar 5.1 Form input PDSDA-PAI

Gambar 5.2 Urutan pembuatan skema irigasi pada saluran pembawa

Gambar 5.3 Pengisian atribut bangunan pengambilan

Gambar 5.4 Pengisian atribut bangunan pengatur

Gambar 5.5 Pengisian atribut bangunan pelengkap

Gambar 5.6 Editing atribut saluran

Gambar 5.7 Editing atribut bangunan

Gambar 5.8 Input foto

5.2. PDSDA-PAI Google Earth

Gambar 5.9 Google Earth

Gambar 5.10 Bendung Mrican (D.I. Warujayeng) di Google Earth

Gambar 5.11 Skema Irigasi D.I. Warujayeng di Google Earth

Gambar 5.12 Foto Bendung Mrican (D.I. Warujayeng)

Gambar 5.13 Informasi Bendung Mrican (D.I. Warujayeng)

5.3. Web PDSDA-PAI

Web PDSDA-PAI yang diletakkan di Ditjen SDA, digunakan untuk memublikasikan data PAI dari daerah melalui situs http://sda.pu.go.id.

Saluran akan dibuat secara otomatis oleh sistem

(

Isi nomenklatur dan nama bangunan pelengkap

Pilih kondisi bangunan

pelengkap

Pilih jenis bangunan

pelengkap

Isi nomenklatur dan nama saluran

Isi nomenklatur dan nama bangunan pengatur

Pilih jenis

saluran

Pilih kondisi

saluran

Pilih kondisi bangunan

pengatur

Pilih jenis bangunan

pengatur

Masukkan kode (nomenklatur bangunan) dan nama dari bangunan pengambilan

(

Pengisian dimulai

Dengan

Pembuatan

Skema Irigasi

List Daerah Irigasi Yang Sudah Diinput

Pencetakan dan Skema Irigasi

Tombol navigasi pemeliharaan data tabular

Kode, tahun data, dan nama

(

(

Editing

Atribut

Aset

Bangunan

Pelengkap

Bangunan

Pengatur

Skema Irigasi - Georeferensi

Skema Irigasi

Publikasi

Backend

Walkthrough

Rekonsiliasi

Data

Pilih jenis bangunan pengambilan

Website

Kirim data

Ke Pusat

Integrasi

Google Earth

Aplikasi

PDSDA-PAI

Download

File Gambar/ Video

Download

File GPS

Ambil Gambar

dan/atau video

Ambil

Koordinat Lokasi

Isi Form Survey

Relevan

Tepat

Waktu

Akurat

Pilih kondisi

Bangunan

Pengambilan

Kualitas

Informasi

Firebird Interbase SQL Server saat ini sudah mencapai versi 2.0, mampu untuk melakukan ekspansi media penyimpanan (harddisk) hingga mencapai 27 (128) buah harddisk yang terpasang dan digunakan pada saat yang bersamaan.

GPS tidak diperlukan jika kita yakin bahwa skema irigasi hasil pekerjaan sebelumnya valid dan tidak ada perubahan dalam struktur bangunan dan saluran. Selain itu, skema jaringan irigasi juga harus sesuai pada saat dioverlay dengan Google Earth.

Konsep Pengembangan PDSDA-PAI Hal : 44 dari 44

_1260096423.vsdTitle

Pencocokan Sketsa Skema Irigasi

Ambil Koordinat Bangunan dan Saluran

Menuju ke bangunan dan saluran

GPS ?

Tidak

Ya

Isi Formulir Survey

Ambil Foto

Ambil Video

Download File GPS

Skema Irigasi (Georeferensi)

Konversi ke Shapefile

Cleaning Shapefile

Buat Skema Irigasi (Tidak Georeferensi)

Skema Irigasi (Tidak Georeferensi)

Isi Atribut Bangunan / Saluran

Input File Foto

Input File Video

Download File Foto

Download File Video

Walkthrough

Back end

_1260097824.vsdTitle

Ambil Koordinat Bangunan dan Saluran

Pencocokan Sketsa Skema Irigasi

GPS ?

Tidak

Ya

Isi Formulir Survey

Ambil Foto

Ambil Video

Download File GPS

Skema Irigasi (Georeferensi)

Konversi ke Shapefile

Perbaiki file Skema Irigasi yang tidak sesuai (Tidak Georeferensi)

Skema Irigasi (Tidak Georeferensi)

Konversi ke Shapefile

Isi Atribut Bangunan / Saluran

Input File Foto

Input File Video

Download File Foto

Download File Video

Walkthrough

Back end

Menuju ke bangunan dan saluran

Cleaning Shapefile

Cetak hardcopy skema irigasi eksisting

Cleaning Shapefile

_1260127598.vsdTitle

Ambil Koordinat Bangunan dan Saluran

Pencocokan Sketsa Skema Irigasi

GPS ?

Tidak

Ya

Isi Formulir Survey

Ambil Foto

Ambil Video

Download File GPS

Skema Irigasi (Georeferensi)

Konversi ke Shapefile

Perbaiki file Skema Irigasi yang tidak sesuai (Georeferensi)

Skema Irigasi (Georeferensi)

Isi Atribut Bangunan / Saluran

Input File Foto

Input File Video

Download File Foto

Download File Video

Walkthrough

Back end

Menuju ke bangunan dan saluran

Cleaning Shapefile

Cetak hardcopy skema irigasi eksisting

Konversi ke Shapefile

Cleaning Shapefile

_1260095229.vsdTitle

Sketsa Skema Irigasi

Ambil Koordinat Bangunan dan Saluran

Menuju ke bangunan dan saluran

GPS ?

Tidak

Ya

Isi Formulir Survey

Ambil Foto

Ambil Video

Download File GPS

Skema Irigasi (Georeferensi)

Konversi ke Shapefile

Cleaning Shapefile

Buat Skema Irigasi (Tidak Georeferensi)

Skema Irigasi (Tidak Georeferensi)

Isi Atribut Bangunan / Saluran

Input File Foto

Input File Video

Download File Foto

Download File Video

Walkthrough

Back end