final laporan karsam

Upload: putri-aprillia

Post on 01-Mar-2018

361 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    1/78

    LAPORAN EKSKURSI KARANGSAMBUNG

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFTTM ITB

    20-25 MEI 2016

    Disusun Oleh :

    Kristian Edwin S. 12113006

    Putri Aprilia 12113023

    Gagah Arofat 12113045

    Dwi Tama N. 12113075

    Eksan Yuliyanto 12113095

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

    FAKULTAS TEKNIK PERETAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2016

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    2/78

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia Nya

    lah, kami diberi keatan dan kemampuan untuk menyelesaikan laporan ekskursi Pemetaan Eksplorasi

    secara lancer dan baik, dengan kendala yag tidak terlalu berarti.

    Maksud dan tujuan penyusunan laporan Ekskursi Pemetaan ini adalah untuk menyampaikan

    dan menjelaskan ilmu - ilmu yang telah kami dapatkan dari kegiatan ekskursi di daerah Karag

    Sambung, tanggal 20-25 Mei 2015 dan akan digunakan sebagai bahan pelajaran untuk menambah

    pemahaman kami semua.

    Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang mendalam, kami menyampaikan banyak terima

    kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga pada akhirnya

    kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih

    yang tulus kepada :

    1. Kepada orang tua dan keluarga yang telah membantu baik moril, materil, dan motivasi kepada

    kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

    2. Dr. Eng. Syafrizal, ST. , MT., selaku dosen mata kuliah Pemetaan Eksplorasi.

    3. Seluruh dosen prodi Teknik Pertambangan yang turut menyumbangkan ilmu selama ekskursi

    berlangsung.

    4. Kak Wiji Astuti selaku asisten perkuliahan yang turut membantu selama ekskursi berlangsung

    dan juga asisten-asisten yang lainnya.

    5. Dan seluruh rekan-rekan mahasiswa peserta ekskursi yang saling mendukung.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusuan laporan ini masih kekurangan, karena

    keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca

    sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan ini.

    Bandung, 29 Mei 2016

    Penyusun

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    3/78

    ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang 1

    1.2

    Rumusan Masalah 1

    1.3Tujuan 1

    1.4Metode Pengumpulan Data 2

    1.5Waktu dan Tempat 2

    1.6Sistematika Penulisan 2

    BAB II GEOLOGI UMUM DAERAH KARANGSAMBUNG DAN SEKITARNYA

    2.1 Geomorfologi 3

    2.2 Litologi dan Stratigrafi Umum 5

    2.3 Sruktur Geologi Regional 8

    2.4 Sungai dan Pola Aliran 9

    BAB III KEGIATAN EKSKURSI

    3.1 Deskripsi Kegiatan Hari Pertama 10

    3.2 Deskripsi Kegiatan Hari Kedua 25

    3.3 Deskripsi Kegiatan Hari Ketiga 40

    BAB IV SIMULASI PEMETAAN

    4.1 Lintasan Pemetaan 53

    4.2 Litologi dan Stratigrafi 53

    4.3 Deskripsi Singkapan 55

    4.4 Tebal Formasi Waturanda 63

    BAB V PENGUKURAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

    5.1 Lokasi Penelitian 64

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    4/78

    iii

    5.2 V-notch dan Current Meter 64

    5.3 Pengukuran Infiltrasi pada Daerah Pinggiran Sungai Lok Ulo 66

    BAB VI PENGUKURAN TAHANAN JENIS

    6.1 Lokasi Penelitian 69

    6.2 Data dan Pengolahan 69

    6.3 Analisis Perhitungan 70

    BAB VII PENUTUP

    7.1 Kesan 71

    7.2 Saran 72

    DAFTAR PUSTAKA 73

    LAMPIRAN 74

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    5/78

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1

    Latar Belakang

    Pengalaman lapangan adalah hal yang sangat penting bagi seorang calon pengeksplorasi.

    Pengalaman lapangan tersebut diantaranya adalah pemetaan lapangan dan pengukuran di

    lapangan. Pemetaan lapangan merupakan kegiatan untuk membuat lintasan. Dari lintasan

    tersebut akan dihasilkan keluaran berupa peta maupun penampang dari hasil pembuatan

    lintasan tersebut. Di dalam proses pemetaan tersebut, mencakup pengukuran koordinat,

    kedudukan lapisan batuan maupun struktur geologi, deskripsi batuan, dan sebagainya. Untuk

    pengukuran di lapangan, sebagian sudah tercakup dalam proses pemetaan, misalnya

    pengukuran kedudukan batuan, breksiasi sesar, struktur sesar, lipatan mikro dan pengukuran

    koordinat lokasi. Untuk bidang hidrogeologi, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran

    debit air dan infiltrasi, dan sebagainya. Semua kegiatan di atas dirangkum dalam simulasi

    pemetaan eksplorasi yang merupakan rangkaian acara Ekskursi Karangsambung 2016 pada

    tanggal 20-25 Mei 2016.

    1.2

    Rumusan Masalah

    Bahasan di dalam laporan ini, dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut,

    1. Bagaimana kondisi morfologi kawasan Karangsambung?

    2. Bagaimana kondisi geologi kawasan Karangsambung?

    3. Apa saja aspek-aspek yang mepengaruhi proses pembentukan formasi batuan di

    kawasan Karangsambung?

    4.

    Bagaimana karakteristik formasi batuan yang terbentuk?

    5. Dimana batas kontak antara formasi Panosogan dan Waturanda?

    1.3Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan Ekskursi Karangsambung ini adalah sebagai

    berikut,

    1.

    Peserta diharapkan mampu menerapkan ilmu-ilmu yang didapat di kelas waktukuliah ke lapangan.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    6/78

    2

    2. Peserta dapat mengerti dan memahami proses pemetaan lapangan yang baik dan

    benar.

    3. Peserta dapat melakukan proses pengukuran lapangan dengan baik dan benar.

    4. Peserta dapat memenuhi syarat kelulusan matakuliah Pemetaan Eksplorasi.

    1.4 Metode Pengumpulan Data

    Metoda pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan studi literatur

    terhadap kondisi geologi dan melakukan pengukuran langsung di lapangan.

    1.5 Waktu dan Tempat

    Kegiatan Ekskursi Karangsambung 2016 ini dilakukan pada:

    Waktu : 20 25 Mei 2016

    Tempat : Cagar Alam Geologi Karangsambung

    1.6Sistematika Penulisan

    Laporan ini akan dibagi menjadi 7 Bab yang terdiri dari sebagai berikut,

    1. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,

    metoda pengumpulan data dan sistematika penulisan.

    2. Bab II Geologi Umum Daerah Karangsambung dan Sekitarnya yang berisi tentang

    Geomorfologi Umum, Litologi dan Stratigrafi Umum, dan Struktur Geologi Regional

    yang didasarkan pada studi literatur.

    3. Bab III Kegiatan Ekskursi yang berisi tentang pelaporan objek-objek pada kegiatan

    ekskursi pada hari pertama sampai dengan hari keempat.

    4. Bab IV Simulasi Pemetaan yang berisi tentang Lintasan Pemetaan, Litologi dan

    Stratigrafi, dan Struktur Geologi.

    5. Bab V Pengukuran Hidrologi dan Hidrogeologi yang berisi tentang Pengukuran Debit

    air dan Pengukuran Infiltrasi.

    6. Bab VI Pengukuran Total Station yang berisi tentang pengukuran orientasi, jarak dan

    elevasi menggunakan peralatan Total Station.

    7. Bab VII Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    7/78

    3

    BAB II

    GEOLOGI UMUM DAERAH KARANGSAMBUNG DAN SEKITARNYA

    2.1 Geomorfologi

    Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks

    melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit

    Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di

    lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan

    hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian

    pegunungan. Pengaruh struktur dan perlipatan sangat terlihat mengontrol daerah penelitian

    sehingga membentuk kenampakan lembahan yang dikelilingi tinggian yang dikenal dengan

    bentuk amphitheater, nampak begitu jelas terlihat dari peta kontur yang diberikan. Bentukan

    amphitheater membuka kearah barat seperti bentukan tapal kuda.

    Gabar 2.1 bentuk tapal kuda daerah karangsambung

    (sumber: google.maps)

    2.1.1. Daerah Bermorfologi Pedataran

    terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama yang

    mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter,

    sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung,

    morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di

    daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal,

    rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam

    dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    8/78

    4

    2.1.2. Morfologi Perbukitan

    Disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan

    volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku

    umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong

    (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut

    (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang

    tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana

    batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak

    bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan

    melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik. Satuan morfologi ini dibagi menjadi

    beberapa bagian yaitu:

    a. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.

    b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan

    melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.

    c. Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras,

    Dliwang, Perahu, dan Waturanda.

    Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang

    alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya

    merupakan antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit

    Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur

    sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga,terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan

    daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan

    morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang

    tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada

    puncak Gunung Paras ke arah timur.

    2.2 Morfologi perbukitan diambil dari daerah jati bungkus (dari kiri G. Brujul, G. Paras)

    (sumber dokumentasi pribadi)

    2.1.3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk Batuan)

    Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong

    dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedagdan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit

    memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    9/78

    5

    ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses

    tektonik.

    2.1.4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan

    Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur PegununganSerayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan

    menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim

    hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April

    hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan

    September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa

    tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan

    pinus).

    2.2 Litologi dan Stratigrafi Umum

    2.2.1 Litologi

    Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yg berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan

    strukturnya.Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis

    batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang

    berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan

    sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau

    disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan /

    evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuanmetamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian

    mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan

    temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.Litologi di daerah

    Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

    No Lokasi Umur Litologi

    1 Kompleks

    Melange

    Kapur Akhir (85-140

    juta tahun yang lalu)

    - Batuan Metamorf (Schist mica

    117Ma)

    - Batuan sedimen pelagic (Rijang-

    endapan laut dalam)

    - Batuan ofiolit

    2 Formasi

    Karangsambung

    Eocene-Oligocene

    (23,7 -57,6 juta tahun

    yang lalu)

    - Batulempung bersisik

    - Olistolit (Konglomerat, Batugamping

    Nummulites)

    3 Formasi

    Totogan

    Oligocene-Miocene

    Awal (36,6-23,7 juta

    tahun yang lalu)

    - Breksi dengan komponen batulempung,

    batupasir dan batugamping

    4 Formasi

    Waturanda

    Miocene Awal

    Miocene Tengah

    (23,7- 13 juta tahun

    - Batupasir vulkanik dan breksi vulkanik

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    10/78

    6

    yang lalu)

    5 Formasi

    Panosogan

    Miocene Awal

    Miocene Tengah

    (23,7- 13 juta tahun

    yang lalu)

    - Perselingan batupasir, batulempung,

    tufa, napal dan kalkarenit

    Tabel 1 :Formasi, umur dan satuan batuan pada daerah Karangsambung

    Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur batuan mulai

    puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua

    maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan

    yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi

    dalam kegiatan penelitian.Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada

    kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur

    penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang

    terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen rijang (Chert). Pada kondisi

    cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa

    sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa

    batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit.

    2.2.2 Stratigrafi

    Stratigrafi daerah Karangsambung dari tua ke muda yaitu : Komleks Melange Lok Ulo,

    Formasi Karangsambung , Formasi Totogan, Formasi Waturanda , Formasi Penosogan ,

    Formasi Halang.

    Tabel 2:Stratigrafi umum Daerah Luk Ulo (Asikin et.al., 1992)

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    11/78

    7

    1. KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO

    Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pre-

    Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan

    rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan

    metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran

    secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-

    batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan

    berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan

    satuan Seboro di sebelah utara.Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua.

    Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada

    adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan

    sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan

    Gunung Bako

    2. FORMASI KARANGSAMBUNG

    Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu

    yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir

    kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan

    struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur

    tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan

    air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset

    batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun)

    sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.

    3.

    FORMASI TOTOGAN

    Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung.

    Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu

    dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang

    terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari

    formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan

    Globoquadrina praedehiscensdan Globigeriona binaensis.

    4. FORMASI WATURANDA

    Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi

    statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari

    breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar

    batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan

    beku dan obsidian.

    5. FORMASI PENOSOGAN

    Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa perubahan

    secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan danbatulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di

    atasnya.Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir,

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    12/78

    8

    batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya

    dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin

    tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian

    atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.

    6. FORMASI HALANG

    Menindih selaras diatas Formasi Penosogan, Litologi terdiri dari perselingan batupasir,

    batulempung, napal, tufa dan sisipan breksi. Merupakan kumpulan sedimen turbidit bersifat

    distal sampai proksimal, pada bagian bawah dan tengah kipas bawah laut, berumur Miocene

    ahkir-Pliocene.

    7. Endapan Aluvial

    Endapan alluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini memiliki umur holosen dan

    pembentukannya terus berlangsung hingga sekarang.

    2.3 Struktur Geologi Regional

    Struktur di daerah Karangsambung tempat batuan Pra-tersier dan tersier tersingkap, dapat

    dibedakan adanya dua pola struktur utama, yaitu yang arahnya timur laut-barat daya dan

    barat timur. Pola yang berarah timur laut barat daya merupakan batuan pra tersier yang

    terdiri dari kompleks mlange yang berumur Kapur Atas Paleosen (Sukendar Asikin,

    1974). Hubungan antara satu batuan dengan yang lainnya memiliki lingkungan dan genesa

    pembentukan berbeda yang terdapat di mlange, umumnya berupa sesar yang berarah timur

    laut-barat daya atau ke arah Meratus. Pola yang berarah barat-timur terdiri dari perlipatan dansesar, dan umumnya melibatkan batuan berumur tersier.

    Gambar 2.4 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi

    Soeria-Atmadja dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    13/78

    9

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola yang arahnya timur laut - barat daya

    sangat dominan di bagian timur Jawa Tengah ini, merupakan jejak tektonik Kapur-Paleosen

    yang berbentuk jalur subduksi akibat interaksi antara lempeng Indo Australia dan

    lempeng Mikro Sunda. Jalur tersebut juga merupakan kelanjutan dari jalur subduksi yang

    tersingkap di Ciletuh Jawa barat

    Subduksi yang terjadi pada daerah Karangsambung terjadi pada dua tahap, yakni :

    1. Zaman Kapur Akhir Pliosen

    Kejadian proses subduksi mempunyai struktur struktur-struktur geologi yang

    mempunyai arah baratdaya timurlaut yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Meratus

    Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara Lempeng Eurasia dengan

    mikrokontinen yang berasal dari Lempeng Indo-Australia.

    2. Zaman Tersier

    Proses subduksi yang terjadi di zaman ini mempunyai arah barat timur. Proses yang terjadi

    di zaman ini merupakan zona subduksi yang baru atau bisa dibilang masih berlangsung

    hingga sekarang. Proses subduksi terjadi setelah proses subduksi yang pertama (pada

    Zaman Kapur Akhir Pliosen) ini telah berhenti (tidak ada lagi kegiatan tektonik) yang

    lebih dikenal dengan sebutan Pola Jawa. Pembentukan struktur geologi ini terbentuk di

    bagian selatan dari zona subduksi yang pertama.

    2.4 Sungai dan Pola Aliran

    Tipe sungai pada daerah Karangsambung terbagi menjadi tiga tipe genetic sungai (Howard,

    1967 dalam Hadiyansyah, 2005) yaitu tipe konsekuen, obsekuen, dan subsekuen. Tipe

    konsekuen diawali oleh Sungai Luk Ulo yang memanjang dari utara ke selatan daerah

    pemetaan dan engikuti arah kemiringan lereng secara regional. Sungai ini merupakan tempat

    bermuaranya semua sungai pada daerah pemetaan. Sungai bertipe subsekuen dengan arah

    aliran mengikuti arah umum struktur yang berkembang di daerah penelitian diwakili oleh

    Sungai Gebang yang mengalir kearah Timur dan Sungai Welaran yang mengalir kearah Barat.

    Sedangkan tipe sungai obsekuen diwakili oleh sungai-sungai kecil yang mengalir kearah

    Sungai Luk Ulo, Sungai Cacaban, dan Sungai Welaran dengan arah aliran mengikuti

    kemiringan lereng.

    Pola aliran sungai pada daerah karangsambung kebanyakan adalah pola dendritic. Sungai

    dengan pola dendritic umumnya terdapat pada daerah perbukitan mengalir kearah lembah atau

    kearah sungai Luk Ulo.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    14/78

    10

    BAB III

    KEGIATAN EKSKURSI

    3.1

    Deskripsi Kegiatan Hari Pertama-Daerah Jatibungkus-Waturanda-Kali Gending

    Objek dari ekskursi pada hari pertama ini adalah pemahaman dan sejarah kondisi geologi,

    pengamatan bentang alam dan pembacaan peta rupa bumi serta pengamatan batuan sedimen

    (batugamping, batulempung, batupasir serta perselingan batulempung-batupasir).

    Rute dan Koordinat Perjalanan

    KodeLokasi

    Koordinat Lokasi

    WaktuPengamatan

    KodeUTM

    mE(meter)

    mN(meter)

    z(meter)

    D1P1 49 M 354548 9163390 2 5/21/2016 8:25

    D1P2A 49 M 354752 9163355 93 5/21/2016 9:27

    D1P2B 49 M 354729 9163343 50 5/21/2016 9:54

    GOA 49 M 354758 9163253 104 5/21/2016 10:08

    D1P3 49 M 354451 9163183 82 5/21/2016 10:31

    D1P4A 49 M 354273 9163301 66 5/21/2016 11:18

    D1P4B 49 M 354249 9163262 68 5/21/2016 11:39

    D1P4C 49 M 354197 9163272 74 5/21/2016 11:42

    D1P4D 49 M 354087 9162921 66 5/21/2016 11:52

    D1P4E 49 M 354106 9162783 70 5/21/2016 12:03

    D1P4F 49 M 354071 9162672 63 5/21/2016 12:18

    D1P4G 49 M 354040 9162632 51 5/21/2016 12:25

    D1P4H 49 M 353983 9162525 78 5/21/2016 12:33

    D1P4I 49 M 353952 9162518 65 5/21/2016 12:42

    D1P4J 49 M 354031 9161871 70 5/21/2016 12:55D1P5 49 M 354066 9161792 79 5/21/2016 13:07

    D1P6 49 M 353784 9161515 57 5/21/2016 13:56

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    15/78

    11

    Stop 1 Pesawahan di pinggir jalan menuju Bukit Jatibungkus

    Tangggal : 21 Mei 2016

    Lokasi : Pesawahan di pinggir jalan menuju Bukit Jatibungkus

    Koordinat GPS : 49 M 0354755, 9163266

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan teknik orientasi kompas

    kompas geologi dan peta topografi)

    Melakukan pengambilan titik koordinat lokasi dengen manggunakan GPS

    Melakukan pengamatan bentang alam terutama morfolog aluvial sungai, tekuk lereng,

    serta perbukitan bergelombang

    Lintasan Stop 1

    Penentuan titik lokasi dengan menggunakan 3 titik ikat. 3 Titik ikat dalam hal ini adalah:

    Gunung Brujul, Gunung Paras dan Gunung Jatibungkus.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    16/78

    12

    Deskripsi Lokasi :

    Kegiatan ekskursi pada hari pertama ini dimulai pada pukul 08.00 sebelmnya kami

    dikumpulkan di depan kampus Karangsambung dan langsung masuk kedalam bus menuju

    stop 1. Pada stop 1 ini kami berada pada area persawahan . tempat pertama ini berada pada

    koordinat. Kegiatan yang dilakukan pada stop pertama ini adalah orientasi peta, sebelum

    melakukan orientasi peta maka kita harus melakukabn pengecekan arah nort pada peta

    dimana menggunakan arah nort dengan sistem grid didapatkan grid 1 derajat maka pada titik

    nol dilakukan deklinasi 1 derajat.Kemudian melakukan penentuan titik lokasi dengan

    melakukan back azimut dengan tiga titik puncak yang ada pada gejala geologi sekitar.

    Dimana tiga titik tersebut adalah Gunung Parang , Gunung Perahu, dan Gunung Bujul Yang

    mana masing masik memiliki back azimut N246

    0

    E dari gunung Brujul, N111

    0

    E dari bukitJatibungkus ,N8

    0E dari Gunung Paras, kemudian didapatkan bentuk segitiga dan diambil

    titik lokasi yang berada di tengah-tengah segitiga.pada daerah ini kami berada pada formasi

    teok. Morfolog aluvial sungai tergolong masih muda karena mamiliki bentuk V, serta

    terdapat pebukitan yang bergelombang.

    Gambar 3.1 : Stop 1 Daerah Persawahan Pinggir Jalan

    Gambar 3.2 : Panorama Daerah Persawahan Pinggir Jalan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    17/78

    13

    Stop 2 Bukit Jatibungkus

    Tangggal : 21 Mei 2016

    Lokasi : Bukit Jatibungkus

    Koordinat GPS : 49 M 0354750 UTM 9163356

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

    Melakukan pengamatan terhadap lokasi dan bidang kontak antara batugamping

    dengan batuan dasarnya serta aliran air yang keluar pada bidang kontak tersebut.

    Lintasan Stop 2

    Deskripsi Lokasi :

    Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi karangsambung

    dengan ciri batu lempung berstruktur sisik degan bongkah batu gamping ,kongloerat,

    batupasir, batu gamping dan basal.bukit jati bungkus merupakan suatu fragmen batugamping

    terbesar yang ada didalam masadasar batu lempung abu-abu.Pada kontak antara batu

    gamping dan batulempung ini terdapat mata air yang mana dihasilkan dari infiltarsi air pada

    batu gamping yang bersifat poros dan ditahan oleh batulempung yang bersifat impermeabel.

    Bukit jatibungkus merupakan hasil dari peristiwa olistostrom yang mana padaa saat

    pengendapan lempung terdapat lengseran blok batu gamping yang besar dari tepi cekungan .

    Bukit ini merupakan bongkahan batugamping yang diakibatkan oleh gaya berat (gravitasi).

    Batugamping ini merupakan batugamping terumbu yang diendapkan pada laut dangkal

    sebelum mengalami pelengseran ke lokasi yang lebih dalam dimana klastika halus (lempung)

    sedang diendapkan. Batugamping menjadi bongkah asing (olistolit) dalam batulempung.

    Batu lempung yang terdapat pada bukit jatibungkus umumnya bersifat bersisik atau skely ,

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    18/78

    14

    sisik ini diakibatkan dari pelengseran batu gamping yang jatuh.Bagian luar batugamping

    mengeras sedangkan bagian dalamnya lembut,yang menginditifikasikan patahan

    Pada daerah Bukit Jatibungkus, ditemukan juga gua terbentuk dari batugamping. Di

    dalam gua ini, ditemukan juga stalakstit dan stalakmit. Gua ini terbentuk dari erosi

    batugamping yang melewati rekahan-rekahan.

    Gambar 3.3 : Aliran air yang keluar dari kontak antara batu lempung dan batu gamping pada

    di Bukit Jatibungkus

    Gambar 3.4 : Struktur lempung bersisik dan berfragmen serta mengandung gamping di

    daerah Bukit Jatibungkus

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    19/78

    15

    Gambar 3.5 : Kenampakan Stalaktit yang terdapat di dalam gua pada Bukit Jatibungkus

    Gambar 3.6 : Kenampakan stalaktit dan stalakmit yang menyatu

    Deskripsi Batuan :

    Gambar Batuan Deskripsi

    Batu lempung, warna abu-abu gelap, tekstur

    bersisik, fragmen kuarsa dan sedimen ukuran

    lempung, gamping, moderatly sorted,

    rounded

    Batu Gamping, warna abu-abu. Komponen

    CaCO3

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    20/78

    16

    Stop 3 Sungai kecil 100 m dari jalan raya Jatibungkus-Waturanda

    Tanggal : 21 Mei 2016

    Tujuan : Sungai kecil 100 m dari jalan raya Jatibungkus-Waturanda

    Koordinat GPS : 49 M 0354452 UTM 9163183

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

    Melakukan deskripsi daerah dan menentukan bidang kontak antara batugamping

    dengan batuan dasarnya dan memperhatikan aliran air yang keluar dari bidang kontak

    tersebut.

    Lintasan stop 3

    Deskripsi Daerah :

    Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi antara

    karangsambung dan totogan . Berdasarkan pengamatan dilapangan batu lempung pada

    daerah ini tidak memiliki fragmen. Batu lempung di daerah ini memiliki bentuk dan

    kenampakan tidak sama dengan batulempung yang ada di buki jatibungkus. Di kawasan ini

    titemukan batulempung bersisik yang merupakan ciri dari formasi totogan.

    Pada daerah ini terdapat batu beku boulder-boulder yang berbentuk runcing,yang

    menginditifikasikan sumber dari batu tidak jauh. Di pinggir jalan dekat saluran air kecil

    terlihat adanya batulempung hitam (batulempung bersisik) dan batulempung berfragmen

    sebagai ciri endapan olisostrom.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    21/78

    17

    Gambar 3.7 : Daerah stop 3, sungai kecil yang di dominasi oleh boulder-boulder

    Gambar 3.8 : Daerah singkapan perbatasan antara top soil dengan lempung bersisik ciri dari

    formasi Karangsambung

    Deskripsi batuan :

    Batu lempung, warna abu-abu gelap, tekstur

    bersisik, fragmen kuarsa dan sedimen

    ukuran lempung, gamping, moderatly sorted,

    rounded

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    22/78

    18

    Stop 4 Sepanjang jalan Jatibungkus WaturandaKali Gending di tepi S. Luk Ulo

    Tangggal : 21 Mei 2016

    Lokasi : Sepanjang jalan Jatibungkus Waturanda Kali Gending di tepi

    S. Luk Ulo

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Melakukan simulasi pengambilan titik lokasi pada setiap titik perubahan lokasi pada

    setiap perubahan siklus dengan menggunakan GPS

    Memperhatikan batas bidang perlapisan dan variasi ukuran butir pasirnya

    Memperhatikan bagian yang lebih resisten menunjukkan adanya hubungan dengan besar

    butir

    Melakukan pengukuran kedudukan lapisan dan membuat deskripsi lengkap batuan pada

    titik lokasi pada buku lapangan.

    Lintasan Stop 4

    Titik lokasi 1

    Koordinat GPS : 49 M 0354273 UTM 9163301

    Cuaca : Cerah

    Deskripsi Lokasi :

    Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi totogan, ada sungai yang

    tiba tiba membelok. Di pinggiran sungai terdapat lava bantal yang berukuran sangat kecil.

    Pada sepanjang jalan ini terlihat adanya singkapan batupasir yang diendapkan pada masa

    (siklus) yang berbeda. Batupasir ini merupakan penyusun Formasi Waturanda.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    23/78

    19

    Titik lokasi 2

    Koordinat GPS : 49 M 0354249 UTM 9163262

    Cuaca : Cerah

    Deskripsi Lokasi :

    Pada koordinat ini ditemukan singkapan yang kemungkinan merupakan pelapukan lava

    bantal. Daerah ini telah memasuki formasi waturanda dengan ciri bagian bawah batu pasir

    kasar makin keatas berubah menjadi breksi dengan komponen berupa komponen andesit;

    basal dan masa dasar batu pasir, tuff.

    Titik lokasi 3

    Koordinat GPS : 49 M 0354087 UTM 9162921

    Cuaca : CerahDeskripsi Lokasi :

    .Formasi pada daerah ini merupakan formasi waturanda, daerah ini merupakan kemungkinan

    antiklin, batuanya kompak , ada peristiwa pelapukan mengulit bawang akibat hilangnya

    tekanan pada bagian atas.

    Titik lokasi 4

    Koordinat GPS : 49 M 0354106 UTM 9162783

    Cuaca : Cerah

    Deskripsi Lokasi :

    Pada lokasi ini, tersingkap batuan dengan ukuran pasir halus. Terdapat pelapukan menguliat

    bawang kemiringan pelapisan N95 E/51, N87 E/57.

    Titik lokasi 5

    Koordinat GPS : 49 M 0354071 UTM 9162672

    Cuaca : Cerah

    Deskripsi Lokasi :

    Pada lokasi ini terjadi persilangan antara butiran breksi, batupasir kasar hinggabatu pasir

    halus. Pengukuran kemiringan perlapisan pada daerah ini N900E/51. Pada lokasi ini juga

    terlihat siklus sedimentasi sehingga terjadi perlapisanbatuan dengan perbedaan ukuran

    fragmen.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    24/78

    20

    Titik lokasi 6

    Koordinat GPS : 49 M 0354030 UTM 9161871

    Cuaca : Cerah

    Deskripsi Lokasi :

    Pada lapisan ini, terlihat perlaipasan antara perselingan batuan sedimen berukuran pasir kasar

    hingga pasir halus yang berwarna coklat muda hingga coklat muda. Lokasi ini termasuk

    formasi Waturanda denan kemiringan perlapisan N75E/43. Ukuran butir batuan yang besar

    menandakan batuan tersebut resisten, karena semakin kecil ukuran berarti batuan tersebut

    telah mengalami pengikisan artinya batuan yang berbutir kecil tidak resisten terhadap erosi.

    Titik Lokasi 7

    Koordinat GPS : 49 M 0354030 UTM 9161871

    Cuaca : Cerah

    Deskripsi Lokasi :

    Terdapat perselingan antara batupasir kasar hingga halus dengan kemiringan perlapisan

    N83E/65. Singkapan batuan ini merupakan kelanjutan dari penampakan singkapan

    Waturanda pada singkapan sebelumnya.

    Gambar 3.9 : Singkapan lava yang ditemui sebelum formasi Waturanda

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    25/78

    21

    Gambar 3.10 : Singkapan Waturanda yang ditandai dengan singkapan batupasir dengan

    ukuran butir pasir kasar hingga butir pasir halus

    Gambar 3.11 : Perselingan antara batupasir kasar hingga batupasir halus

    Gambar 3.12 : Perselingan antara batupasir breksi dan batu pasir halus

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    26/78

    22

    Gambar 3.12 : Pelapukan mengulit bawang pada batupasir di formasi Waturanda

    Deskripsi Batuan :

    Gambar Deskripsi

    Batu Pasir, warna abu-abu gelap, very well

    sorted, well rounded, kemas tertutup,

    porositas baik

    Batu breksi, warna abu-abu tua, poorly

    sorted, angular, kemas terbuka

    Stop 5 Dekat jembatan ke arah hulu (belakang gardu + 200 m sebelum kali Gending

    Tanggal : 21 Mei 2016

    Tujuan : Dekat jembatan ke arah hulu (belakang gardu + 200 m sebelum

    kali Gending

    Koordinat GPS : 49 M 354066 UTM 9161792

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Membandingkan batupasir di lokasi ini dengan batupasir Waturanda

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    27/78

    23

    Mengasumsikan bahwa titik lokasi ini merupakan kontak antara Formasi Waturanda dan

    Formasi Penosogan

    Melakukan pengukuran kedudukan lapisan dan membuat deskripsi batuan pada titik lokasi

    Lintasan stop 5

    Deskripsi Lokasi :

    Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi ponosogan. Di daerah

    ini didatkan batuan dengan perselingan antara batu pasir gampingan, batu lempung tuff ,

    napal dan kalkarenit. Perselingan tufa dan lafa memiliki kedudukan N83E/65.Titik ini

    merupakan pembatas kontak antara formasi baturanda dan formasi panosogan. Batupasir

    pada daerah ini bereaksi dengan HCl yang berarti bahwa batuan ini bersifat karbonatan,

    sedangkan batupasir di daerah Waturanda tidak mengandung karbonatan.

    Gambar 3.13 : Batupasir karbonatan pada kontak antara Formasi Waturanda dan Formasi

    Panosogan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    28/78

    24

    Deskripsi batuan :

    Batu pasir, warna abu-abu gelap, segar,

    rounded, very well sorted. Mengandung

    gamping (CaCO3).

    Stop 6 Bendungan (Waduk) Kali Gending

    Tangggal : 21 Mei 2016

    Lokasi : Bendungan (Waduk) Kali Gending

    Koordinat GPS : 49 M 0353784 UTM 9161515Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Menentukan ukuran butir dan sedimentasi yang ada di hulu dan hilir-cek-dam

    Memperhatikan tingkat erosi dan sedimentasi pada bagian hulu dan hilir cek-dam

    Lintasan stop 6

    Deskripsi Lokasi :

    Pada peta geologi didapatkan daerah ini termasuk dalam formasi Penosogan. Batuan

    merupakan perselingan tufa dan napal, dengan ukuran pasir sangat halus. Kedudukan

    perlapisan yaitu N115E/71. Lapisan batuan pada daerah ini diendapkan pada lingkungan laut

    yang dipengaruhi oleh arus yang keruh. Ukuran butir pada batuan di lokasi ini lebih halus dari

    pada bagian yang lebih ke hulu.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    29/78

    25

    Proses erosi lebih tinggi terjadi di bagian hulu, dikarenakan aliran di bagian hulu

    deras. Lokasi ini kemungkinan besara adalah aliran sungai tengah dimana sungai tengah

    merupakan bagian sungai yang mentransportasikan hasil erosi dari bagian hulu menuju bagian

    hilir. Lokasi ini lokasi bagian tengah ditandai dengan adanya meander-meander. Di bagian

    hilir hasil transportasi akan diendapkan (sedimentasi). Kalaupun ada erosi di bagian hilir,

    erosi sungai akan ke arah samping.

    Gambar 3.14 : Struktur batuan perselingan antara tufa dan lava di seberang sungaiKaligending

    Deskripsi batuan :

    Perselingan antara batu pasir dengan batu

    napal. Warna abu-abu terang, rounded, well

    sorted. Pasir mengandung CaCO3

    3.2Deskripsi Kegiatan Hari kedua-Ekskursi Daerah Pasanggrahan, Gunung Parang

    dan Dakah

    Objek dari ekskursi adalah pemahaman sejarah dan kondisi geologi, pengamatan bentang

    alam, geomorfologi, serta pengamatan batuan sedimen (batugamping bioklastik, konglomerat

    dan batupasir)

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    30/78

    26

    Rute dan Koordinat Perjalanan

    Lintasan pemetaan hari kedua

    KodeLokasi

    Koordinat Lokasi

    WaktuPengamatan

    KodeUTM

    mE(meter)

    mN(meter)

    z(meter)

    D2S1 49 M 353441 9165511 72 5/22/2016 8:13

    D2S2 49 M 353345 9165434 94 5/22/2016 8:43

    D2S3 49 M 353155 9165511 68 5/22/2016 9:24

    D2S5 49 M 353518 9165656 78 5/22/2016 10:07D2S6 49 M 353556 9166001 71 5/22/2016 10:38

    D2S6A 49 M 353627 9166046 79 5/22/2016 10:52

    D2S7 49 M 353383 9166383 148 5/22/2016 14:38

    D2S8 49 M 353788 9166463 233 5/22/2016 13:16

    SD 49 M 353816 9166494 238 5/22/2016 13:07

    Stop 1-Kaki Bukit Pasanggrahan

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Tujuan : Kaki Bukit Pasanggrahan

    Koordinat : 49 M 0354750 UTM 9163356

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

    Merekam seluruh data dan fakta ke dalam buku lapangan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    31/78

    27

    Lintasan stop 1

    Deskripsi Lokasi :

    Morfologi (panorama) Gunung Paras. Gunung Paras merupakan punggungan sinklin yang

    terdiri dari batuan breksi vulkanik. Disini terlihat adanya perbedaan ketahanan terhadap pelapukan.

    Di selatan dari bukit ini terlihat adanya lembah yang merupakan antiklin. Ke arah barat terlihat

    Gunung Sikobar, Gunung Sipako, dan Gunung Bako yang merupakan komplek melange. Ke arah

    barat laut terlihat adanya bukit yang resisten terhadap aliran Sungai Luk Ulo (Pasanggrahan) yang

    merupakan batuan sedimen konglomerat dengan komponen penyusun bervariasi antara lain kuarsam

    batupasir, rijang, batuan beku dan metamorf yang tersemen kuat. Bentuk Meander sungai dan

    sedimentasi terlihat sangat jelas di daerah ini. Lapisan aluvial ini digunakan oleh penduduk sebagai

    bahan bangunan.

    Daerah pengamatan merupakan kaki bukit Pasanggrahan. Daerah ini didominasi oleh material

    yang didominasi lapukan-lapukan yang rounded. Batuan dominan pada daerah ini adalah batuan

    konglomerat. Batuan konglomerat berdasarkan macam-macam fragmen penyusunnya dibedakan

    bemenjadi konglomerat polimik dan konglomerat polinik. Konglomerat polimik merupakan batuan

    yang disusun dari bermacam-macam jenis fragmen sedangkan konglomerat monomik merupakan

    batuan yang penyusunnya hanya terdiri dari 1 jenis fragmen saja.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    32/78

    28

    Gambar 3.15 : Batuan Konglomerat yang ada di kaki Bukit Pasanggrahan

    Deskripsi Batuan :

    Batu konglomerant, warna cokelat, kondisi

    segar, poory sorted. Rounded. Fragmen:

    rijang, kuarsa,skis, batuan beku

    Batu konglomerant, warna cokelat, kondisi

    segar, poory sorted. Rounded. Fragmen:

    rijang, kuarsa,skis, batuan beku

    Stop 2Bukit Pasanggrahan

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Bukit Pasanggrahan

    Koordinat : 49 M 0353345 UTM 9165434

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS Merekam seluruh data dan fakta ke dalam buku lapangan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    33/78

    29

    Lintasan stop 2

    Deskripsi Lokasi :

    Daerah pengamatan ini terletak di puncak bukit Pasanggrahan. Dilakukan penembakan azimut

    Gunung Paras terhadap koordinat daerah ini didapatkan sebesar N550E dan penembakan azimuth

    terhadap Gunung Brujul didapatkan koordinat sebesar N 1970E. Posisi daerah ini di utara dimana

    batuan diendapkan pada energi yang rendah. Daerah ini memperlihatkan adanya bekas gejala

    olisostrop yang berupa pelengseran batuan. Batuan kompak dari puncak cekungan lengser ke bawah.

    Selama batuan longsor, terjadi ke batuan di bawahnya. Bukti dari gejala olisostrom adalah

    kenampakan konglomerat di daerah aluvial.

    Stop 3-Pinggir S. Luk Ulo pada kaki Bukit Pasanggrahan

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Pinggir S. Luk Ulo pada kaki Bukit Pasanggrahan

    Koordinat : 0353155 UTM 9165511

    Cuaca : Cerah

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    34/78

    30

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Merekam seluruh data dan fakta kedalam buku lapangan

    Membuat sketsa singkapan dan sketsa profil sungai.

    Lintasan stop 3

    Pada S3 terdapat batas berlapisan antara batuan konglomerat dengan batuan pasir sehingga

    pada S3 dapat dikatakan menjadi batas bukit Pesanggrahan karena sudah berubah formasi,

    pada S3 juga melakukan penembakan kompas geologi dengan titik ikatnya berupa Gunung

    Paras dan Sungai.

    Deskripsi Lokasi :

    Daerah pengamatan ini merupakan daerah sungai di bawah bukit Pasanggrahan. Batuan di dominasi

    oleh batuan sedimen konglomerat polimik. Batu Gamping Polimik yang terbentuk di daerah ini

    megindikasikan bahwa :

    - Adanya arus sungai yang membawa fragmen-fragmen batuan

    - Batuan sumber di daerah hulu sangat kompleks atau komplesitas batuan di daerah sumbernya

    tinggi

    - Batuan metamorf yang ada di daerah ini pada umumnya disusun oleh batu kwarsa, rijang dan

    napal

    - Matriknya berupa karbonatan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    35/78

    31

    Gambar 3.16 : Kaki bukit Pasanggrahan di dekat Sungai Luk Uloh

    Deskripsi Batuan :

    Gambar Dekripsi

    Batu pasir, warna cokelat, well sorted,

    kemas tertutup, rounded

    Batu lempung, warna abu-abu terang, very

    well sorted, well rounded

    Stop 4-Sungai Luk Uloh

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Sungai Luk Ulo

    Koordinat : 0353155 UTM 9165511

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    36/78

    32

    Membuat sketsa penampang S. Luk Ulo yang menggambarkan endapan aluvial aktif, dataran

    sungai dan dataran banjir

    Deskripsi Lokasi :

    Pada daerah ini, terlihat endapan aluval dan gradasi ukuran butir serta perubahan arah aliran

    sungai. Endapan aluvial Luk Ulo dinamakan endapan aluvial aktif karena endapan dapat merubah

    ukuran sungai sehingga disebut dengan endapan aluvial aktif. Daerah yang ditumbuhi pohon-pohon

    disepanjang pinggiran sungai merupakan daerah dataran banjir karena pada saat musim hujan, daerah

    tersebut akan terendam oleh banjir. Pada daerah ini dilakukan pengukuran kedudukan antara

    perlapisan batupasir dan batu konglomerat. Didapatkan kedudukan hasil dari pengukuran adalah N

    800 E/150. Dilakukan pengukuran azimuth dengen memotong sungai. Besar azimuth yang diperoleh

    adalah N 540 E dari Gunung Paras.

    Gambar 3.17 : Batuan sedimen dengan ukuran butir pasir di pinggir sungai Luk Uloh

    Gambar 3.18 : Gradasi ukuran butir dari batuan sedimen ukuran pasir hingga lempung

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    37/78

    33

    (peta geologi berdasarkan perjalanan hari ke 2 beserta penampangnya)

    Penampang A-B

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    38/78

    34

    Stop 5 Batugamping Bioklastik

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Tujuan : Batugamping Bioklastik di depan Kampus LIPI

    Koordinat : 0353518 UTM 9165656

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Mendeskripsikan batuan dengan menggunakan lup dan larutan HCL

    Lintasan stop 5

    Deskripsi Lokasi :

    Pengamatan di daerah ini adalah berupa pengamatan terhadap kenampakan batuan bioklastik

    (numulit) yang terletak di depan kampus LIPI Karangsambung. Batuan ini disebut numulit karena

    didominasi oleh fragmen-fragmen numulit yaitu koral yang hidup pada suhu diatas 300. Kondisi

    dengan suhu seperti ini dicapai pada zaman sebelum Eosen. Dari hal ini, dapat diketahui umur dari

    batuan tersebut adalah eosen.

    Gambar 3.19 : Batugamping Bioklastik

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    39/78

    35

    Deskripsi Batuan :

    Batu Gamping bioklastik, warna abu-abu

    cerah, kondisi lapuk, tersusun dari Gamping

    Stop 6

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Kali Jebug

    Koordinat : 0353556 UTM 9166001

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Mengamati adanya sumber air yang muncul pada bidang kontak antara batu lempung dan

    batu beku

    Lintasan stop 6

    Deskripsi Lokasi :

    Daerah ini di dominasi oleh batuan lempung dan batuan beku dengan ukuran boulder. Batu

    lempung pada daerah ini berwarna cerah dan gelap. Warna gelap menandakan adanya proses baking

    effect (efek pembakaran) akibat adanya intrusi batuan diabas. Pada koordinat ini, batuan lempung

    yang didapatkan hanya berupa fragmen dan singkapan kecil yang ditemukan di sepanjang aliran

    sungai. Lalu, dilakukan penelusuran menuju hulu sungai, dan didapatkan batuan sumber dari intrusi

    diabas. Koordinat dari batuan sumber ini adalah 353627 UTM 9166046. Pada daerah ini juga terdapat

    bouder yang berukuran sangat besar. Hasil pengukuran arah perlapisan didapatkan N 269 E/20 dan N

    266 E/63.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    40/78

    36

    Gambar 3.20 : Batuan beku daerah lebih hulu sungai Kali Jebug

    Gambatr 3.21 : Batulempung yang terkena baking effect dan yang tidak

    Deskripsi Batuan

    Batu lempung, abu-abu gelap, very well

    sorted, kemas tertutup

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    41/78

    37

    Stop 7-Gunung Parang

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Gunung Parang

    Koordinat : 0353383 UTM 9166383

    Cuaca : Cerah

    Tujuan : Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Membuat sketsa intrusi dan dan kekar kolom

    Lintasan stop 7

    Deskripsi Lokasi :

    Pada daerah ini ditemukan intrusi batuan diabas yang membentuk struktur Columnar Joint.

    Warna dari singkapan yang ditemukan adalah abu-abu gelap yang menandakan bahwa batuan

    merupakan batuan beku basalt. Struktur kekar kolom yang terbentuk akibat dari arah pendinginan

    tegak lurus dengan arah aliran. Pada singkapan ini, terdapat fracture-fracture yang memungkinkan

    jadi media air untuk mengalir. Mata air yang keluar berasal dari kontak antara batuan diabas dengan

    lapukannya. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang terisolir.

    Gambar 3.22 : Struktur kekar kolom pada batuan Diabas

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    42/78

    38

    Deskripsi batuan :

    Diabas: batuan beku bewarna abu-abu, besarbutir sedang (fanerik), bentuk butir euhedral,

    tekstur diabastik.

    Komponen mineral:1. Piroksen2. Plagioklas

    Stop 8 Dakah

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : DakahKoordinat : 0353788 UTM 9166463

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Mementukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan kompas, peta dan GPS

    Mengidentifikasikan adanya geomorfologi tapal kuda (lembah antiklin) serta

    morfologi kompleks melange

    Membuat pengklasifikasian geomorfologi darerah karang sambung berdasarkanpengamatan lapangan dan peta topografi

    Lintasan stop 8

    Deskripsi Lokasi :

    Setelah dilakukan pengeplotan koordinat dari data GPS, maka didapatkan formasi

    pada daerah ini yaitu formasi Waturanda yang mempunyai ciri bagian bawah batupasir kasar,

    makin ke atas berubah menjadi breksi dengan komponen andesit, basalt dan massa dasar

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    43/78

    39

    batupasir. Lokasi ini dapat ditentukan menggunakan kompas dengan nilai azimuth N 1970E

    terhadap gunung Brujul dan N 950E terhadap Gunung Paras.

    Dahulu sebelum adanya erosi, daerah di bawah gunung merupakan formasi Totogan

    dan Karangsambung. Daerah ini merupakan antiklin yang ujungnya berupa batu pasir pada

    formasi Waturanda. Daerah ini tererosi karena adanya fracturing yang menyebabkan

    masuknya air hujan sehingga membentuk sebuah sungai besar. Kearah timur, daerah

    mempunyai struktur undulatif yang menandakan masih sedikitnya pengaruh erosi sehingga

    bukit yang terjal tinggal sedikit. Daerah lebih ke kanan dari Gunung Paras merupakan

    kawasan melange dengan sisa-sisa bongkahan yang lebih tua.

    Daerah di bawah gunung digunakan untuk daerah persawahan karena karena basement

    lokasinya merupakan lempung (clay). Tanah dengan komponen clay dapat memberi nutrisi

    ke tanaman dan dapat diolah dengan mudah.

    Gambar 3.23 : Morfologi Gunung Bujil dan Gunung Brujul

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    44/78

    40

    Gambar 3.24 : Morfologi Gunung Paras

    3.3Deskripsi Kegiatan Hari ketiga-Ekskursi Daerah Kali Mandala-Totogan-Pucangan-

    Sadang Kulon

    Objek dari ekskursi adalah pemahaman sejarah dan kondisi geologi zona melange,pengamatan bentang alam, geomorfologi, serta pengamatan batuan sedimen (batulempung

    berfragmen, rijang, dan gamping merah), batuan beku (peridotit dan lava), batuan metamorf

    (sekis, marmer dan filit) .

    Rute dan Koordinat GPS

    Rute perjalanan hari ke-tiga

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    45/78

    41

    KodeLokasi

    Koordinat Lokasi

    WaktuPengamatan

    KodeUTM

    mE(meter)

    mN(meter)

    z(meter)

    D3S1 49 M 353167 9166388 94 5/23/2016 8:39

    D3S1A 49 M 353172 9166378 87 5/23/2016 8:44

    D3S1B 49 M 353188 9166398 93 5/23/2016 8:51

    D3S2 49 M 353816 9168012 173 5/23/2016 10:34

    D3S3 49 M 354192 9167920 130 5/23/2016 11:09

    D3S4 49 M 355762 9168400 116 5/23/2016 11:56

    D3S5 49 M 355880 9168090 95 5/23/2016 12:24

    D3S6 49 M 357411 9169308 117 5/23/2016 14:41

    D3S7 49 M 352895 9166573 79 5/23/2016 16:07

    Stop 1 Kali Mandala

    Tanggal : 23 Mei 2016

    Lokasi : Kali Mandala

    Koordinat : 0353188 UTM 9166398

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Mengidentifikasikan adanya orientasi tertentu pada fragmen-fragmen batuan yang

    diperkirakan merupakan breksi sesar

    Melakukan pengukuran arah-arah orientasi fragmen-fragmen breksi sesar tersebut

    Melakukan pengukuran bidang-bidang kekar yang ada pada batuan lava yang tersingkap di

    muara kali mandala pada sungai luh ulo

    Mendata hasil pengukuran dan merekam pada buku lapangan

    Lintasan stop 1

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    46/78

    42

    Deskripsi Lokasi :

    Pada daerah ini, terdapat adanya kenampakan breksi sesar, yang mana terdapat pada kompleks

    lok ulo yang dicirikan terdapat berbagai macam bongkahanyang tercampur secara tektonik dalam

    masa dasar serpih hitam. Breksi sesar merupakan zona hancuran yang diakibatkan oleh adanya

    pergeseran (patahan atau sesar). Adanya breksi sesar ditandai dengan adanya blok-blok batuan yang

    tajam (breksi) dan akan menerus pada zona tertentu. Pada zona hancuran ini, keluar mata air dan

    menjadi alur sungai. Breksi pada kali mandala berbeda dengan breksi pada Formasi Waturanda. Batu

    reksi pada kalimandala dihasilkan dari hasil dari sesar (adanya dua bidang yang bergerak, bidang

    potongnya membuat bidang dan hasilnya tidak mulus adanya batuan yang keras , lunak dan pecah

    maka ini disebut breksi sesar), yang dicirikan adanya struktur penyerta yang terlihat adanya potongan

    atau patahan tebing kecil, sedangkan pada waturanda breksi merupakan perselingan antara batupasir

    dan breksi. Sungai ini berujung pada sungai Luk Ulo.

    Gambar 3.25 : Daerah sungai mandala

    Diskripsi batuan:

    Batu breksi, warna abu-abu

    gelap, kondisi lapuk, kemas

    terbuka, poorly sorted, angular

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    47/78

    43

    Dari hasil pengolahan data orientasi sesar menggunakan software streonet didapatkan

    diagram roset yang memiliki frekuensi antara 231 240, yang mana merupakan trend

    dominan, sehingga arah penggerakannya dapat diketahui yaitu N231 E N240E ( ini

    merupakan arah dari tren/ gores garis).

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    48/78

    44

    Kemudian pengolahan data bidang kekar menggunakan software streonet didapatkan

    diagram roset yang memiliki frekuensi antara 271 280, yang mana merupakan arah kekar

    dominan, sehingga arah dapat kita ketahui bidang lemahnya yaitu N271 E N280E.

    Stop 2 Bekas Penambangan Marmer

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Dakah

    Koordinat : 0353816 UTM 9168020

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Mengamati antara marmer dengan batuan samping yang masih memperlihatkan

    batugamping

    Memperhatikan kerapatan kekar pada bukaan tambang marmer

    Lintasan stop 2

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    49/78

    45

    Deskripsi Lokasi :

    Dari hasil pengeplotan pada peta geologi daerah ini termasuk kedalam formasi totogan

    yang mana memiliki ciri breksi dengan komponen batu lempung, batu pasir dan basal,massa

    dasar lempung bersisik. Batuan marmer merupakan batuan metamorf yang terbentuk melalui

    proses metamorfisme batu lempung. Di daerah ini juga terdapat batuan shale yang berasal

    dari metamorfosa batu lempung yang kekerasannya tidak terlalu keras. Marmer memiliki

    warna yang menarik disebabkan karena impurities (pengotor).

    Kerapatan kekar yang ada pada dinding marmer disebabkan karena bekas-bekas

    peledakan. Kerapatan kekarnnya kecil-kecil dan rapat sehingga batuan marmer disini tidak

    bagus untuk dijadikan ornamen dan lebih banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Dalam

    mengamati keterdapatan gamping sebagai bantuan samping dari marmer maka dialakukan uji

    HCl dimana diperoleh sampel ngecos yang menanadakan adanya sifat karbonatan.Marmer

    yang bewarna disebabkan oleh impurities.Eksplosi marmer diukur dari kerapatan dari keker

    yang mana harus memiliki kekar yang jarang.

    Diskripsi batuan:

    Batu marmer, warna putihkeabu-abuan dengan garis-garismerah dan hitam, non foliasi, kondisi

    segar. Warna merah: rodhokrosit,warna kuning: besi yang teroksidasi,

    warna hitam: besi yang belumteroksidasi

    Stop 3 Pinggir Jalan

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Pinggir jalan (morfologi totogan, Gunung Prahu, Gunung Paras, dan

    Kompleks Melange

    Koordinat : 0354192 UTM 9167920

    Cuaca : cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan dengan menggunakan GPS

    Pengamatan morfologi Totogan, Gunung Prahu, Gunung Paras, dan Kompleks

    Melange

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    50/78

    46

    Ke arah timur dapat dilihat panorama yang ideal. Memperlihatkan perbedaan

    morfologi antara kelompok batuan hasil melange tektonik (sebelah kiri) yang

    prismatik dengan batuan hasil sedimentasi normal yang berumur tersier merupakan

    rangkaian pegunungan yang teratur.

    Merekam informasi-informasi yang diperoleh

    Deskripsi Lokasi :

    Dari hasil pengeplotan pada peta geologi daerah ini termasuk kedalam formasi totogan

    yang mana memiliki ciri breksi dengan komponen batu lempung, batu pasir dan basal,massa

    dasar lempung bersisik.Azimuth Gunung Perahu N 1500 E. Daerah ini berada di bawah

    Gunung Paras. Daerah ini di daerah melange. Terdapat bongkah-bongkah melange yang

    tererosi oleh sungai Luh Ulo. Umur 22 juta tahun. Di sebelah selatan terdapat pegunungankomleks mlange dengan bentuk Triangular faset, lokasi yang berada di sebelah timur adalah

    daerah sinklin. Pada lokasi ini terletak pada formasi totogan. Banyak terdapat bongkah pada

    sawah. Bongkah ini adalah tuff. Dikelilingi oleh bukit. Diperkirakan bukitnya merupakan

    batuan yang relative resisten dibanding bentang alam lainnya. Di sebelah selatan terdapat

    bukit sinklin.

    Gambar 3.26 : Panorama daerah pinggiran jalan

    Stop 4 Serpetinit Pucangan

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Serpentinit puncangan

    Koordinat : 0355762 UTM 9168400

    Cuaca : Cerah

    Tujuan :

    Tentukan titik lokasi pengamtan dengan menggunakan GPS

    Membuat deskripsi dan perhatikan kilap yang ada dan kesejajaran struktur

    Rekam informasi-informasi yang diperoleh

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    51/78

    47

    Deskripsi Lokasi :

    Daerah ini merupakan bukti pernah ada interaksi penunjaman lempeng samudera dan lempeng

    benua. Batuan serpentinit merupakan batuan yang berasal dari lantai samudera. Merupakan batuan

    metamorfosa dari dari peridotit menjadi serpentit, warna hijau kehitaman merupakan warna dari

    kandungan mineral piroksen dn hornblend, tidak berfoliasi , mineral olivin yang mana dapat dilihat (

    fanerik )tekstur luar seolah olah ada lilin. Kejadian ini merupakan Ofiolit merupakan penggalankerak

    samudera dan lapisanmantel atas di bawahnya yang telah terangkat atau terpindahkan dan tersingkap

    di bagian tepi kerak benua. Ofiolit juga terdapat Di Sulawesi utara, barat dan tengah hanya

    didapatkan ampibol granit. Di Sulawesi terdapat intrusi pada ofiolit berupa batuan beku basa

    (peridodit dan serpentinit), gabro dan basal (splite). Ofiolit banyak terdapat di Sulawesi utara, barat

    dan tengah, tetapi tidak tersingkap di lengan timur.

    Gambar 3.27 : Daerah serprntit Puncangan

    Diskripsi batuan:

    Batu seprentinit, warna hijau kehitaman.

    Komponen: olivine dan pirosilikat, kilap

    lilin. Kondisi segar

    Stop 5 Sungai Luk Ulo Totogan

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Sungai Luk Ulo Totogan

    Koordinat : 0355880 UTM 9168090

    Cuaca : Cerah

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_samuderahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_samuderahttps://id.wikipedia.org/wiki/Mantel_atashttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_benuahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_benuahttps://id.wikipedia.org/wiki/Mantel_atashttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_samuderahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_samudera
  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    52/78

    48

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

    Sepanjang dinding Sungai Luk Ulo tersingkap batuan batulempung berfragmen yang

    merupakan penyusun Formasi Totogan

    Mengamati boulder batu rijang dan lempung merah yang banyak terdapat di sepanjang

    Sungai Luk Ulo di sepanjang Totogan ini

    Deskripsi Lokasi :

    Daerah ini berada pada formasi totogan yang mana terdapat batu lempung.Buktikan

    bahwa batu lempung di sungai Luk Ulo Totogan berbeda dengan batu lempungdi karang

    sambung. Sama-sama berfragmen dan bersisik, tapi kalau di Totogan tidak nge cos,

    sedangkan pada karangsambung gampingan (nge cos).Pada lokasi sungai Luk Ulo ini banyakditemukan fragmen batuan metamorf philit dengan yang mengandung banyak mika.

    Sedangkan pada dinding sungai luk Ulo terdapat singkapan batu lempung berfragmen dengan

    kandungan mineralnya adalah kalsit dan mika, batuan lempung berfragmen merupakan batuan

    yang mencirikan dari formasi totogan. Pada daerah juga terdapat lempung merah yang

    merupakani dasar dari intrusi lava bantal yang berada di pinggir sungai, dan terdapat juga batu

    rijang.

    Gambar 3.28 : Daerah sungai luk Ulo Totogan

    Deskripsi Batuan :

    Batu konglomerant, warna

    cokelat, kondisi segar, poory

    sorted. Rounded. Fragmen:

    rijang, kuarsa,skis, batuan beku

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    53/78

    49

    Batu lempung berfragmen,

    warna abu-abu gelap. Fragmen:

    kuarsa, well sorted,rounded,

    kemas tertutup.

    Batu skis mika, warna abu-abu

    mengkilat, kilap mika, berfoliasi

    skisstose, nematoblastik

    Batu rijang

    Stop 6-Kali Muncar

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Kali Muncar

    Koordinat : 0357411 UTM 9169308

    Cuaca : cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

    Mengamati singkapan lava bantal yang merupakan lava yang diendapkan di dasar

    samudra sehingga merupakan batuan hasil pemekaran lantai samudra Mengamati perselingan antara batuan rijang dengan lempung merah

    Merekam informasi-informasi yang diperoleh

    Deskripsi Lokasi :

    Daerah ini berada pada kompleks melange, yang berada pada kaki Gunung Cilekep.

    Disini terdapat singkapan lava bantal (pillow lava) yang merupakan hasil dari pemekaran

    lantai samudra yang membeku secara cepat dan kontak dengan air laut. Karena proses dari

    zona subduksi, lava bantal yang ada di dasar samudera terangkat dan tersingkap di

    permukaan. Kenampakan di lapangan, terlihat batuan lava bantal menumpang di atas batuan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    54/78

    50

    sedimen yang berwarna merah. Batuan perlapisan rijang dan lempung merah terendapkan

    terlebih dahulu, lalu kemudian lava basaltik menumpang di atasnya. Pada awalnya bidang

    perlapisan batuan tegak kemudian ada energi yang besar yang menyebabkan bidang

    perlapisannya menjadi miring, batuan yang bewarna ini disebut oleh penduduk sekitar yaitu

    watu kelir .Lava bantal basalt, di daerah Kalimandala sudah terkekarkan dan terlapukkan,

    tetapi pada dasarnya jenis lava bantal di daerah di kali muncar, luk uloh dan kalimandala

    sama yaitu lava basaltik. Ada batuan yang sangat keras (eklogit) dan ada mineral garnet

    (warna kemerahan).

    Gambar 3.29 : Daerah kali muncar

    Gambar 3.30 : Lava bantal pada daerah Kali Muncar

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    55/78

    51

    Persilangan batu rijang dengan batulempung.

    Batu rijang, warna merah, kondisi

    segar, tersusun dari pasir silica.

    Batu lempung, warna abu-abu danwarna merah, kondisi segar.wellsorted, rounded, kemas tertutup

    Stop 7-Kali Bengkok

    Tanggal : 22 Mei 2016

    Lokasi : Kali Bengkok

    Koordinat GPS : 0352895 UTM 9166573

    Cuaca : cerah

    Tujuan :

    Menentukan titik lokasi pengamatan menggunakan GPS

    Mengamati singkapan sekis mika yang diperkirakan merupakan salah satu betuan

    tertua yang tersingkap di pulau jawa

    Merekam informasi-informasi yang diperoleh

    Deskripsi Lokasi :

    Ada singkapan batuan filit, salah satu batuan metamorf. Dari singkapan batuan filit,

    terlihat adanya struktur mikrofold. Dari struktur microfold ini, terlihat adanya sayap-sayap

    microfilit. Dari sayap-sayap lipatan ini, jika dilakukan pengukuran menggunakan kompas,

    dapat diketahui arah gayanya. Struktur microfold ini memperlihatkan bahwa telah terjadi

    gaya geologi struktur yang kuat sekali yang menyebabkan terbentuknya struktur ini. Pada

    daerah ini dilakukan survey sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan untuk

    program penyelidikan pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit.

    Prosedur Pengambilan Conto:

    1. mencuci ayakan dan dulang sebelum digunakan. mengayak dengan bukaan yang

    sesuai, biasanya ukuran 80 mesh, ditaruh di atas dulang.

    2. Mengumpulkan sedimen dari beberapa tempat pada aliran sungai untuk mendapatkan

    komposit yang representatif.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    56/78

    52

    3. Menuangkan sedimen ke atas ayakan, dengan air sesedikit mungkin. Membuang

    butiran besar mengaduk dan menekan dengan tangan, membuang bagian yang kasar

    dan ulangi lagi,menggoyangkan ayakan, mengosok sampai diperoleh material halus

    sebanyak 100 - 120 g. Hindari kemungkinan masuknya partikel kasar ke dalam

    partikel halus.

    4. Membiarkan sample mengendap 15 20 menit. Sambil menunggu sample

    mengendap, dapat dilakukan pencatatan data dan sampling untuk pan concentate dan

    air.

    5. Masukkan endapan sedimen ke dalam kantong sample kertas yang telah disediakan,

    lapisi dengan plastik.

    6.

    Mencuci bersih semua peralatan sebelum di bawa ke lokasi berikutnya

    Gambar 3.31 : Daearah kali Bengkok

    Diskripsi batuan:

    Batu skis mika, warna abu-

    abu mengkilat, kilap mika,

    berfoliasi skisstose,

    nematoblastik

    .

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    57/78

    53

    BAB IV

    SIMULASI PEMETAAN

    4.1

    Lintasan Pemetaan

    4.1.1 Rencana Lintasan Pemetaan

    (terlampir)

    4.1.2 Lintasan Pemetaan

    Lintasan simulasi pemetaan dimulai dari daerah bukit jati bungkus dan berakhir di

    daerah kali kudu. Lintasan pemetaan saat simulasi sedikit mengalami perubahan. Stop 5

    dan 6 yang direncanakan tidak jadi kami lewati. Dari stop 4 kami langsung memotong

    ke lokasi TPA. Hal ini dikarenakan jarak dan waktu yang semakin jauh dan lama jika

    stop 5 dan 6 kami lewati dan juga mempertimbangan singkapan yang nantinya kami

    dapat di jalur stop 4 ke 5 dan 6 tetap akan kami dapat saat menyeberangi sungai di jalur

    stop 4 ke TPA. Berikut lintasan pemetaan yang kami lakukan:

    Gambar 4.1 Lintasan simulasi pemetaan

    4.2Litologi dan Stratigrafi

    4.2.1 Litologi

    Daerah simulasi pemetaan yang berada di daerah waturanda dan sekitarnya yang dimulai

    dari bukit jati bungkus dan berakhir di kali kudu kurang lebih memiliki satuan litologi

    sebagia berikut :

    No Lokasi Umur Litologi

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    58/78

    54

    1 Formasi

    Totogan

    Oligocene-Miocene

    Awal (36,6-23,7 juta

    tahun yang lalu)

    - Breksi dengan komponen

    batulempung, batupasir dan

    batugamping

    2 Formasi

    Waturanda

    Miocene Awal

    Miocene Tengah

    (23,7- 13 juta tahun

    yang lalu)

    - Batupasir vulkanik dan breksi

    vulkanik

    3 Formasi

    Panosogan

    Miocene Awal

    Miocene Tengah

    (23,7- 13 juta tahun

    yang lalu)

    - Perselingan batupasir, batulempung,

    tufa, napal dan kalkarenit

    Tabel 3. Litologi waturanda dan sekitarnya

    4.2.2 Stratigrafi

    Stratigrafi dari lokasi pemetaan kurang lebih di isi oleh formasi karangsambung, totogan,

    formasi waturanda, dan formasi panosogan. Secara lebih detail kolom stratigrafi umum

    sebagai terikut:

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    59/78

    55

    4.3Deskripsi Singkapan

    1.

    Singkapan Satu

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei

    2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354311

    Longitude : 9163187

    Marking by : GPSUTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Lapuk

    Lokasi Singkapan : sekitar daerah bukit jati bungkus

    Formasi : Karangsambung

    Strike/Dip : -

    Vegetasi : Bambu

    Morfologi : Sungai

    Altitude : 79 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    60/78

    56

    Deskripsi Batuan :

    Batu hasil pelapukan dengan banyak fragmen, kondisi lapuk, berwarna coklatkemerahan, ukuran butir pasir halus, mengandung gamping, moderately sorted,

    rounded, kemas tertutup, terdapat fragmen-fragmen batuan yang berupa batu gamping

    dan konglomerat.

    2. Singkapan Dua

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei

    2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354286

    Longitude : 9163086

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Segar

    Lokasi Singkapan : Desa Langse

    Formasi : Totogan

    Strike/Dip : N1580E/40

    0; N170

    0E/10

    0; N130

    0E/30

    0

    Vegetasi : Rerumputan, ilalang, pohon pisang, kelapa, tanaman kunyit,Morfologi : Perbukitan

    Altitude : 82 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Batu lempung berfragmen, kondisi lapuk,

    berwarna abu abu, ukuran butir lepungan, ,

    Very sorted, rounded, kemas tertutup,

    beberapa mengalami pelapukan mengulit

    bawang.

    Fragmen-

    fragmen

    batuan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    61/78

    57

    3. Singkapan Ketiga

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354306

    Longitude : 9162962

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Lapuk

    Lokasi Singkapan : Desa langse, di kaki bukit selaranda

    Formasi : Waturanda

    Strike/Dip : N570E/44

    0

    Vegetasi : Pohon bambu

    Morfologi : Perbukitan (kaki bukit)

    Altitude : 99 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Batu pasir, berwarna abu-abu kehitaman,

    kondisi lapuk, well sorted, rounded,

    kemas tertutup, ukuran butir pasir kasar

    hingga halus, warna hitam merupakan

    kandungan Fe, tidak memiliki kandungan

    gamping.

    4. Singkapan Keempat

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354283

    Longitude : 9162876

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Segar - lapuk

    Lokasi Singkapan : Bukit selaranda

    Formasi : Waturanda

    Strike/Dip : N2750E/33

    0

    Vegetasi : Rerumputan dan ilalang

    Morfologi : PerbukitanAltitude : 133 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    62/78

    58

    Deskripsi Batuan :

    Perselingan Batu breksi-batu pasir,

    berwarna abu-abu gelap, kondisi lapuk,

    poorly sorted, angular, kemas terbuka,

    tersusun dari fragmen batuan volkanikandesitik. Untuk batu pasirnya

    5. Singkapan Kelima

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354210

    Longitude : 9162671

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Segar

    Lokasi Singkapan : perbukitan salaranda, pada lereng bukit bukit

    Formasi : WaturandaVegetasi : Rerumputan dan ilalang

    Morfologi : Perbukitan

    Altitude : 139 mpl

    Geologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Batu pasir, abu-abu gelap, kondisi segar,

    ukuran butir pasir kasar, very well sorted,

    rounded, kemas tertutup.

    breksi

    Batu

    pasir

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    63/78

    59

    6. Singkapan Keenam

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354287

    Longitude : 9162655

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Lapuk

    Lokasi Singkapan : Daerah prumpung

    Formasi : Waturanda

    Vegetasi : Pohon bambu dan jati

    Morfologi : Lereng bukit

    Altitude : 124 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Batu pasir, abu-abu gelap dan abu-abu

    terang, mengalami pelapukan mengulir

    bawang, well sorted, rounded, kemas

    tertutup.

    7. Singkapan Ketuju

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei

    2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354084

    Longitude : 9162202

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Segar

    Lokasi Singkapan : daerah prumpung

    Formasi : Waturanda

    Vegetasi : Rerumputan dan ilalang, pohon bambu

    Morfologi : sungai

    Altitude : 73 mdpl

    Geologist : Kelompok 3Deskripsi Batuan :

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    64/78

    60

    Perselingan antara batu breksi dengan batu pasir. Batu pasir berwarna abu-abu gelap,

    segar, well sorted, rounded, ukuran butir pasir kasar, kemas tertutup. Batu breksi

    berwarna abu-abu gelap, segar,poorly sorted, angular, kemas terbuka.

    8. Singkapan Kedelapan

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei

    2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354209

    Longitude : 9161789

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Lapuk

    Lokasi Singkapan : Sungaikaligending

    Formasi : Waturanda-Panosogan

    Strike/Dip : N950E/45

    0

    Vegetasi : Rerumputan dan ilalang

    Morfologi : Sungai

    Altitude : 99 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Tempat bertemunya Formasi Waturanda

    dengan Formasi Panosogan. Batu pasir,

    abu-abu gelap, lapuk, well sorted, rounded,

    ukuran butir pasir halus, kemas tertutup.

    Batu lempung, abu-abu gelap, lapuk, very

    well sorted, well rounded, kemas tertutup,

    ukuran butir very fine.

    Batu pasir

    Batu

    breksi

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    65/78

    61

    9. Singkapan Kesembilan

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354205

    Longitude : 9161796

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Lapuk dan segar

    Lokasi Singkapan : Sungai kaligending

    Formasi : Waturanda - Panosogan

    Strike/Dip : N950E/45

    0

    Vegetasi : Rerumputan dan ilalang, pohon jati, bambu.

    Morfologi : sungai

    Altitude : 98 mdpl

    Geologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Tempat bertemunya Formasi Waturanda dengan Formasi Panosogan. Batu pasir, abu-

    abu gelap, lapuk, well sorted, rounded, ukuran butir pasir halus, kemas tertutup. Batu

    lempung, abu-abu gelap, lapuk, very well sorted, well rounded, kemas tertutup, ukuran

    butir very fine.

    10.Singkapan Kesepuluh

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei

    2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 354353

    Longitude : 9161454

    Marking by : GPSUTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Segar

    Batu pasir

    (Waturanda)

    Batu

    lempung

    (Panosogan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    66/78

    62

    Lokasi Singkapan : Desa kaligending

    Formasi : Panosogan

    Strike/Dip : N950E/40

    0; N98

    0E/40

    0; N95

    0E/30

    0

    Vegetasi : Rerumputan dan ilalang, pohon bambu

    Morfologi : Lembah

    Altitude : 85 mdplGeologist : Kelompok 3

    Deskripsi Batuan :

    Perselingan antara batu pasir gampingan dengan batu lempung. Batu pasir gampingan

    berwarna abu-abu terang, segar, well sorted, rounded, mengandung gamping, ukuran

    butir pasir kasar, kemas tertutup. Batu lempung berwarna abu-abu gelap, segar, very

    well sorted, well rounded, ukuran butir lempung, kemas tertutup.

    11.Singkapan Kesebelas

    Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei

    2016

    Cuaca : Cerah

    Koordinat:

    Latitude : 355993

    Longitude : 9160776

    Marking by : GPS

    UTM Zone : 49M

    Kondisi Singkapan : Lapuk

    Lokasi Singkapan : Desa Karangsambung, pada tebing bukit dekat jalan raya dan

    berdekatan dengan Kali Kudu

    Formasi : Panosogan

    Strike/Dip : N1100E/14

    0

    Vegetasi : Rerumputan dan ilalang

    Morfologi : Perbukitan

    Altitude : 123 mdpl

    Geologist : Kelompok 3Deskripsi Batuan :

    Batu

    Batu

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    67/78

    63

    Perselingan Tuff dengan batu lempung. Tuff berwarna putih, lapuk, merupakan produk

    volkanik, very well sorted, well rounded, ukuran butir lempung, kemas tertutup. Batu

    lempung, abu-abu cerah, lapuk, very well sorted, well rounded, ukuran butir lempung,

    kemas tertutup.

    4.4Tebal Formasi Waturanda

    Gambar 4.2 Ilustrasi formasi Waturanda

    Singkapan 3 yang kita temukan merupakan singkapan dari formasi waturanda pertama yang

    kita temukan. Oleh karena itu kita anggap itu menjadi batas bawah formasi watu randa.

    Singkapan 8 merupakan singkapan dimana kita dapat menemui batuan yang berasal dari

    formasi panosogan, oleh karena itu titik singkapan ini kami anggap menjadi batas atas dari

    formasi waturanda. Oleh karena itu didapat data sebagai berikut:

    Jarak datar/tebal semu = 1173 meter

    Kemiringan lapisan = 45

    y = sin(45) . 1173 = 829.4 meter

    = tebal sebenarnya

    Jadi ketebalan formasi waturanda dari jalur yang kami lalui kurang lebih sebesar 829.4 meter

    Tuff

    Batu

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    68/78

    64

    BAB V

    PENGUKURAN HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

    5.1 Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian hidrologi dan hidrogeologi berada di tepian sungai luk ulo dan di sungai luk

    ulo yang berada di dekat bukit Pasanggrahan.

    Gambar 5.1 Lokasi penelitian Hidrologi

    5.2 V-notch dan Current Meter

    5.2.1 V-notch

    Dari hasil pengukuran didapatkan h sebesar 3 cm

    Menghitung debit Aliran Air

    A

    Keterangan :

    V = Kecepatan Aliran Air ( m/s)

    A = Luas Penampang (m2)

    Mengitung debit dari data V Notch

    Jika V Notch yang digunakan memiliki sudut 90Omaka persamaan berikut yang digunakan

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    69/78

    65

    Keterangan

    C = Koefisisen Debit

    = Sudut Notch

    h = Kedalaman

    K = Faktor Pengoreksi

    Maka Debit Aliran Air adalah

    = 0,000221 m3/detik

    5.2.2 Current Meter

    Data Pengukuran

    Didapat kecepatan rata rata 7.95 m/s

    Luas penampang melintang sungai

    =

    +

    +

    = 3.5 + 4.5 + 4.55

    = 12.55 m2

    Maka Debit Aliran Air adalah

    = 99.77 m3/detik

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    70/78

    66

    5.2.3 Analisis Hasil Perhitungan

    Terdapat perbedaan nilai debit yang dihitung dengan menggunkan metode panampang dan

    meteode V Notch. Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai ini adalah aliran air pada

    selokan tidak laminar dibuktikan dengan perbedaan nilai kecepatan aliran pada pengukuran

    dengan menggunakan Current meter. Hal ini dapat mempengaruhi nilai debit aliran.

    Faktor yang mempengaruhi nilai debit pada perhitungan dengan menggunakan metode V

    Notch pembendungan aliran air tidak maksimal sehingga masih ada air yang mengalir di sela

    sela V Notch yang mengakibatkan tinggi air yang melewai V Notch bernilai kecil dan

    membuat nilai debit aliran menjadi kecil.

    5.3 Pengukuran Infiltrasi Pada Daerah Pinggir Sungai Lok Ulo

    Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan menurun dengan

    bertambahnya waktu. Laju infitrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Model Horon.

    Keterangan;

    : laju infiltrasi nyata (mm/jam)

    : laju infiltrasi tetap (mm/jam)

    : laju infiltrasi awal (mm/jam)

    k: konstanta geofisik

    t : waktu terhitung mulainya hujan (menit)

    Untuk menentukan Kelas inflitrasi, dipakai klasifikasi menurut Rickard dan Cossens (1965) sebagai

    berikut

    Kelas Klasifikasi Laju infiltrasi (mm/jam)

    0

    1

    2

    3

    4

    Sangat rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Kurang dari 2,5

    2,5 15

    15 25

    25 33

    Lebih dari 33

    Tabel 5.1:Klasifikasi Laju Infiltrasi

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    71/78

    67

    5.3.1 Data Pengukuran dan Pengolahan Data

    T

    (detik)

    H

    (cm)H (cm)

    Laju infiltrasi

    (cm/detik)

    0 40 0 0

    60 39.8 0.2 0.003333333

    180 38.9 1.1 0.006111111240 38.7 1.3 0.005416667

    420 37.8 2.2 0.005238095

    600 37.1 2.9 0.004833333

    900 35.9 4.1 0.004555556

    1800 33 7 0.003888889

    2700 29.9 10.1 0.003740741

    Laju infiltrasi stabil pada nilai 0.0044 cm/detik

    5.3.2 Analisis Hasil Pengolahan Data

    Menurut teori laju infiltrasi menurun dengan bertambahnya waktu selama infiltrasi, yang ditentukan

    oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Sifat tanah yang menentukan dan membatasi

    kapasitas infiltrasi adalah ukuran pori, kandungan air dan profil tanah.

    Tekstur dan struktur mempengaruhi penyebaran pori-pori tanah yang pada gilirannya dapat

    mempengaruhi laju infiltrasi, kemampuan menampung air dan proses hidrologi lainnya. Data yang

    diperoleh dari pengukuran laju infiltrasi dengan interval waktu 1 menit menunjukan bahwah nilai laju

    infiltrasi tidak stabil. Faktor yang menyababkan hal tersebut adalah, keadaan tahah pada daerah

    percobaan akan memepangaruhi laju infiltrasi baik dari struktur tanah, tekstur tanah serta pori poritanah.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    1 10 100 1000 10000

    H(cm)

    T (detik)

    Laju Infiltrasi (semi log)

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    72/78

    68

    Sementara itu adanya tumbuhan juga akan mempengaruhi laju infiltrasi karena akar tanaman dapat

    menyebabkan struktur tanah menjadi gembur. Percobaan harus dilakukan dalam waktu yang lebih

    lama agar tanah jenuh oleh air sehingga dapat diketahui laju infiltrasi nya secara tepat.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    73/78

    69

    BAB VI

    PENGUKURAN TAHANAN LISTRIK

    6.1 Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian tahanan jenis didekat pengukuran hidrologi yaitu di tanah persawahan di

    pinggiran sungai Luk Ulo di dekat bukit Pasanggarahan.

    Gambar 6.1 Pengukuran tahanan jenis

    6.2 Data dan Pengolahan

    Data perhitungan:

    AB/2 MN/2 K I V Ps r STEV

    2 0.5 11.78 326.86 46.96 -529.17 1.69 0.01

    4 0.5 49.48 350.15 9.70 -552.27 1.37 0.00

    6 0.5 112.31 359.36 5.31 -565.85 1.66 0.01

    10 0.5 313.37 280.54 1.88 -575.61 2.10 0.01

    10 1 155.51 281.31 6.63 -427.95 3.67 0.01

    15 1 351.37 281.27 3.32 -517.86 4.16 0.125 1 980.18 294.17 1.22 -560.03 4.06 0.01

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    74/78

    70

    Hasil ploting pada aplikasi ip2win:

    6.3 Analisis Perhitungan

    Dari hasil perhitungan dan input data pada aplikasi ip2win di atas dapat disimpulkan jika didaerah pengamatan terdapat 2 lapisan dengan AB/2 sebesar 25 meter. Lapisan 1 memiliki

    tahanan jenis 2.95 ohm.m dengan ketebalan 2 meter. Lapisan kedua memiliki tahanan jenis

    sebesar 4.06 ohm.m dengan ketebalan yang tidak diketahui. Pada lapisan kedua ketebalannya

    tidak diketahui dikarenakan jarak bentangan AB/2 kurang jauh. Jarak AB/2 dilapangan yang

    bisa diambil memang cuma sebesar 25 meter dikarenakan lokasi pengamatan yang tidak

    terlalu besar juga.

    Dari kedua nilai tersebut dapat dikatakan jika daerah tersebut lapisan tanah penyusunnya

    berupa lempungan hingga lempung basah yang tidak kompak. Hal ini bisa diamati juga pada

    peta geologi jika daerah pengamatan masih berada pada formasi endapan alluvial yangcenderung tersusun oleh satuan lempung.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    75/78

    71

    BAB VII

    PENUTUP

    7.1 Kesan

    kerjasama tim sangat penting dan jugarasa saling menghargai antar tim....

    Mengerti betapa beratnya pekerjaan

    eksplorasi,dan apa saja yang harus

    dipersiapkan dalam pekerjaan kelak,

    mengerti karakter teman dan kemampuan

    diri sendiri

    mantap, mendapat pengalaman danpembelajaran yang bagus, seakan-akan

    mengulangi masa-masa kecil di desa waktusimulasi pemetaan, naik turun bukit, turunsungai, ketemu tanaman rerumputan yangbisa dimakan seperti masa kecil

    mendapat pembelajaran bahwa kegiatandilapangan lebih tidak seperti teorinya, karena

    kegiatan dilapangan mengharuskan konsisi

    tubuh yang sehat. Kegiatan eksplorasi SDAtidak dapat dilakukan secara individu, perluadanya tim dengan tiap orang punya perannya

    masing-masing.

    Makan 3 kali sehari dan enak-enak itu sesuatubanget. kegiatan paling mengesankan ialah

    simulasi pemetaan, sangat seru! seakan berasajadi eksplorer beneran.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    76/78

    72

    7.2 Saran

    1. Sebaiknya masing-masing tim mempersiapkan waypoint saat simulasi pemetaan di gps

    sebelum simulasi pemetaan supaya bisa lancar prosesnya.

    2. Perlu dilakukan peninjauan kondisi daerah sehingga dapat diketahui daerah mana yang

    butuh pengawasan lebih ketat untuk meminimalisir kecelakaan.

    3. Pencantuman barang-barang yang harus dibawa ke lapangan berkaitan dengan kondisi

    lapangan di daerah tersebut.

    4. kemampuan fisik dan pemikiran ditingkatkan lagi karena ini baru awal dari kegiatan yang

    sebenarnya.

    5. Rajin olahraga sebelum berangkat pemetaan biar kuat kalau harus berjalan jauh, khususnya

    simulasi pemetaan.

  • 7/26/2019 Final Laporan Karsam

    77/78

    73

    DAFTAR PUSTAKA

    Asikin, S. (1974)Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sektarnya ditinjau Dari Segi Tektonik Dunia

    Baru.Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung.

    Asikin, S., Harsolumakso, A.A., Busono