web viewallah swt juga menceritakan sikap orang kafir, jika melihat nabi dalam ... nabi muhammad saw...
TRANSCRIPT
MENELADANI KECERDASAN INTRA PERSONAL RASULULLAH SAW
MUHAMMAD SOLEH
Sabtu, 03 Januari 2015
12 Rabiul Awal 1436 H
Di hari Maulid Nabi
Aku tafakkur, merenungi satu sisi diriku, yaitu emosiku.
Kemudian ku refleksikan dengan intra personal Rasulullah,
yang sepatutnya menjadi panutan kita.
A. PENDAHULUAN
Emosi adalah anugerah Allah swt, sebagai perangkat hidup manusia untuk
melengkapi fungsi lainnya yaitu: raga, akal, dan hati. Perwujudan fungsi emosi dalam
kepribadian kita, berupa dua sisi, yaitu intra personal (pengendalian diri) dan inter
personal (empati, simpati dan antipati dengan orang lain). Kali ini aku akan merenungi
satu sisi saja yaitu pengendalian diri. Sering aku tergelincir dalam bertindak, karena
kurang mampu mengendalikan diri. Kemampuan mengendalikan diri disebut juga
kecerdasan intra personal. Kecerdasan ini dapat diasah, dilatih dan dibiasakan.
Bagaimana mengasah, melatih dan membiasakannya, telah dicontohkan oleh Rasulullah.
Sesungguhnya pada diri Rasululah terdapat teladan yang baik.
Umumnya sifat emosi itu berpasangan: positif dan negatif.
Emosi Positif
Emosi positif dihasilkan dari perasaan yang baik, seperti sukacita, cinta, gembira,
berkelimpahan (merasa cukup), optimis, bangga, nyaman, yakin, kasih sayang.
Emosi Negatif
Emosi negatif dihasilkan dari perasaan negatif, seperti kecewa, kesepian,
berkekurangan, pesimis, sedih, bingung, stres, marah, terluka, takut.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 1
B. Kisah-Kisah yang Melibatkan Emosi.
1. Rasa Sukacita, Gembira, Kecewa dan Sedih
Search di google, ketik funny baby video. Muncul video-video lucu tentang
bayi. Salah satunya adalah adegan seorang Bapak merobek kertas PHK nya sehingga
bersuara. Suara robekan itu membuat bayi tertawa lepas. Demikian berulang kali.
Ada lagi yang aneh. Seorang Bapak memakai topeng buruk, sang bayi terpingkal-
pingkal. Manakala topeng di lepas, sang bayi malah menangis. (mungkin wajah Bapak lebih
buruk daripada topeng)
Tertawa dan menangis adalah bentuk respon terhadap suatu stimulus.
Tertawa adalah respon menunjukkan rasa sukacita. Menangis adalah respon
menunjukkan rasa kecewa. Mengapa stimulus yang ini menimbulkan rasa sukacita,
sedangkan stimulus yang ini menimbulkan rasa kecewa? Ini bersifat relatif / misteri.
Setelah beranjak remaja, semakin jelas, rasa sukacita tumbuh jika stimulus
sesuai dengan keinginannya. Rasa kecewa tumbuh jika stimulus tidak sesuai dengan
keinginannya. Keinginannya adalah adanya suatu pemberian. Saya teringat lagu
Benyamin Suaeb, yang berjudul : Nyak, Minta duit, dong.
Sampai dewasa, rasa sukacita dan kecewa ini terus berkembang dalam
hubungan dengan manusia lain, sehingga manusia memerlukan appraisal, reward
dan punishment. Reward bernuansa, pemberi dan penerima sama-sama sukacita.
Punishment bernuansa, pemberi dan penerima sama-sama kecewa.
Bagaimana rasa sukacita dan kecewa ini tumbuh dalam hubungan manusia
dengan Tuhan? Allah swt telah mensinyalir keadaan rasa sukacita dan kecewa ini
dalam QS 70 Al Maaruu:20
جزوعا الشر مسه إذاApabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
Lebih lanjut Allah swt memberi petunjuk bagaimana menyikapi pemberian
nikmat yang membangkitkan sukacita atau cobaan yang membangkitkan kesusahan.
QS 14. Ibrahim: 7
لشديد عذابي إن كفرتم ولئن ألزيدنكم شكرتم لئن ربكم تأذن وإذDan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 2
QS 2, Al Baqarah:155-156
والثمرات واألنفس األموال من ونقص والجوع الخوف من بشيء ولنبلونكم
الصابرين وبشرراجعون إليه وإنا لله إنا قالوا مصيبة أصابتهم إذا الذين
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"
Allah swt juga menceritakan sikap orang kafir, jika melihat Nabi dalam
kesukacitaan atau kesedihan. Mereka memiliki rasa iri dan dengki.
QS 3. Ali Imran:120
ال وتتقوا تصبروا وإن بها يفرحوا سيئة تصبكم وإن تسؤهم حسنة تمسسكم إنمحيط يعملون بما الله إن شيئا كيدهم يضركم
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika
kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
Dengan petunjuk-petunjuk ini, Rasulullah diberi karunia kecerdasan intra
personal dalam mengendalikan rasa sukacita, gembira, kecewa, dan sedih. Jika
merasakan sukacita dan gembira, maka bersyukurlah, jika kecewa dan sedih maka
bersabarlah. Dan juga pengendalian diri terhadap tipu daya musuh yang menyoraki
kesedihan Nabi atau mengejek kegembiraan Nabi. Sabarlah dan takwalah.
Dalam sejarah Nabi, terdapat peristiwa Nabi yang begitu gembiranya,
kemudian begitu sedihnya, dan diejek pula oleh musuh-musuhnya. Peristiwanya
adalah ketika istrinya Maria al Qibtiyyah melahirkan putranya, Ibrahim, tetapi tak
lama kemudian Ibrahim wafat.
Haekal (1990) dalam Sejarah Hidup Muhammad, mengungkapkan, “Ketika
lahirnya itu, ia memberikan sedekah uang dengan ukuran tiap seutas rambut kepada
setiap fakir miskin, dan untuk menyusukannya telah diserahkan pula kepada ummu
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 3
Saif disertai tujuh ekor kambing untuk dimanfaatkan air susunya buat si bayi. Setiap
hari ia singgah ke rumah Maria sekedar untuk melihat Ibrahim, dan iapun tambah
gembira setiap melihat senyumn bayi yang masih suci dan bersih itu, makin senang
hatinya setiap melihat pertumbuhan bayi bertambah indah”.
Hanya dalam hitungan bulan, Ibrahim mulai sakit. “Tatkala ajal sudah dekat
dan Nabi diberi tahu, karena rasa sedih yang sangat mendalam, ia berjalan dengan
memegang tangan Abdurrahman bin Auf sambil bertumpu kepadanya, Bila ia telah
sampai ke tempat itu, dijumpainya Ibrahim dalam pangkuan ibunya, sedang menarik
nafas terakhir. Diambilnya anak itu, lalu diletakkannya di pangkuannya, dengan
hati yang remuk redam rasanya. Tangannya menggigil. Kalbu yang duka dan pilu
rasa mencekam seluruh sanubari. Sambil meletakkan anak itu di pangkuan, ia
berkata, “Ibrahim, kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah”. Dalam
keadaan hening yang mencekam itu kemudian airmatanya berderai bercucuran”.
Dalam peristiwa itu, terjadi pembelajaran akibat reaksi para sahabat
menyikapi kejadian itu. Pertama, keheranan sahabat mengapa Nabi sampai menangis
seperti itu? Nabi langsung bersabda: “Aku tidak melarang orang berdukacita, tapi
yang kularang menangis dengan suara keras. Apa yang kamu lihat padaku
sekarang, ialah pengaruh cinta dan kasih di dalam hati. Orang yang tiada
menunjukkan kasih sayangnya, orang lain pun tidak akan menunjukkan kasih
sayang kepadanya”.
Kedua, kebetulan pada hari kematian Ibrahim terjadi gerhana Matahari.
Orang mulai mengatakan, Matahari gerhana karena kematian Ibrahim. Nabi segera
tersadar, ini menyimpang dari risalahnya. Maka beliau bersabda, “Matahari dan
bulan adalah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena
kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat itu, berlindunglah dalam
zikir kepada Tuhan dengan shalat”.
Ketiga, lain lagi reaksi musuh-musuh Islam. Mereka mengejek kesedihan
Nabi dengan mengatakan, dengan kematian Ibrahim, Tuhan telah memutus
keturunan Muhammad. Muhammad bertawakkal kepada Allah, dan Allah swt
langsung menjawab ucapan musuh Islam itu, dalam QS 108, Al Kautsar: 1-3
الكوثر أعطيناك إناوانحر لربك فصلاألبتر هو شانئك إن
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 4
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus.
Sungguh kecerdasan intra personal yang sangat tinggi pada diri Nabi, dan
hendaknya menjadi panutan kita, dalam hal: syukur dan sedekah, sabar dan iman
pada taqdir, tidak mengaitkan pada khurafat, dan tawakkal atas cercaan orang.
Bagaimana dengan pengalamanku? Aku mengenali diriku sebagai introvert,
lebih banyak membawa masalah ke dalam diriku. Jadi, jika aku gembira, tidak
tampak kegembiraan, dan jika aku sedih, tidak tampak kesedihan, di mata manusia.
Tetapi di mata Tuhan, Allah swt Maha Mengetahui. Dalam perjalanan hidupku
banyak sekali peristiwa sukacita dan kecewa. Antara lain, aku sangat bersukacita
ketika diangkat menjadi PNS, ketika diwisuda, ketika mendapat jodoh, ketika
mendapat panggilan Allah untuk menjadi tamu-Nya di Ka’bah. Tambahan lagi,
ketika aku menyaksikan anak-anakku diwisuda, ketika anak-anakku di pelaminan,
ketika lahirnya cucu-cucuku, dan ketika anak-anakku pun dipanggil Allah menjadi
tamu-Nya di Ka’bah. Kesedihan yang aku alami antara lain: ketika ditinggal ke
rahmatullah, kakakku satu-satunya, Nihayah, yang dampaknya, aku menjadi anak
tertua sekarang; kemudian, ketika ayahku wafat, yang dampaknya aku menjadi
harapan keluarga seluruhnya. Ketika itu, aku tidak terlalu tahu makna syukur dan
sabar, tetapi, alhamdulillah aku tidak sampai berkeluh kesah. Polos saja.
Sekarang, aku tahu ilmunya:
1. Jika datang rasa sukacita dan gembira, maka aku harus bersyukur dan
wujudkan syukur itu dengan bersedekah,
2. Jika datang rasa kecewa dan sedih, maka aku harus bersabar dan yakini itu
sebagai taqdir Allah, dan tidak perlu mengaitkannya pada tahayul khurafat,
3. Kalaupun aku sedih, sedih itu harus disandarkan pada rasa cinta dan kasih dari
hati, bukan karena kehilangan materi.
4. Jika ada omongan orang tentang keadaanku, maka aku tawakkal
(mewakilkan) kepada Allah, biarlah Allah yang menjawab omongan orang itu.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 5
Terima kasih Tuhan, Alhamdulillah wa syukurillah. Terima kasih Rasul, Syukron ya
Rasulullah, Aku mendapat petunjuk pengendalian diri yang sangat berharga dalam hidupku.
2. Rasa Takut, Berani dan Manja.
Kembali kita tengok video funny baby. Seorang bayi sedang berada diatas sit-walk.
Bapaknya iseng memainkan mobil robot dengan remote control mendekati bayi dengan
gerakan cepat. Bayi itu tergagap menunjukkan ketakutan yang sangat. Mobil robot
dijauhkan. Bayi terdiam. Bapaknya mengulangi kejadian itu berulangkali. Ada lagi,
gadis cilik berlari dengan ketakutan yang sangat karena dikejar-kejar angsa. Ibu
Bapaknya tertawa. Inilah cara orang Barat melatih anak mengatasi rasa takut.
Takut adalah respon terhadap stimulus yang mengancam rasa aman atau nyaman.
Mengapa rasa aman dan nyaman terganggu, juga relatif dan masih misteri.
Perkembangan rasa takut (berkurang atau bertambah) bergantung pada pengkondisian
lingkungan terhadap dirinya. Salah asuhnya kita, adalah sering menakut-nakuti anak
dengan tujuan agar menuruti kehendak kita. Sedangkan orang Barat, justru
mengkondisikan pembiasaan terhadap apa yang ditakuti itu.
Bersebelahan dari rasa takut ada dua hal yaitu berani dan manja. Berani karena ada
rasa aman, seperti Si Pitung tidak takut kepada Belanda karena ia merasa aman dengan
ilmunya. Manja karena ada rasa nyaman, seperti Permaisuri tidak takut kepada Raja
karena merasa nyaman dengan kasih sayangnya Raja.
Bagaimana menyikapi rasa takut, berani dan manja itu dalam hubungan dengan
Tuhan? Ternyata Allah swt menunjukkan sifatnya yang menyejukkan yaitu Ar-Rahman,
Ar-Rahim, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dengan sifat ini, manusia tidak perlu
takut, malahan boleh bermanja, merengek minta apa saja kepada Allah. Tetapi Allah swt
mendidik manusia dengan diperintahkan membaca, tentang siapa yang menciptakan
dirinya, dan alam disekitarnya. Maka manusia diperkenalkan sifat-sifat-Nya yang lain,
yaitu DIA lah Pencipta Alam. Sekali lagi Allah swt menyebutkan DIA Maha Pengasih,
Maha Penyayang, tetapi sekali lagi DIA menunjukkan kemahaperkasaan-Nya. DIA
Penguasa Hari Pembalasan. QS 1. Al Fatihah: 1-4.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 6
Bagaimana seharusnya manusia bersikap kepadaa Allah. Di satu sisi, kita yakin,
Allah mengasihi dan menyayangi kita. Di sisi lain, kita ini hambanya, Allah maha kuasa
memperlakukan kita menurut kehendak-Nya. Di satu sisi, kita sangat berharap dikasihi,
di sisi lain kita sangat takut kalau sampai tidak diridhai. Kita diingatkan bahwa kalau kita
durhaka kepada Allah, maka kita akan mendapat pembalasan. Jadi kepada Allah swt, kita
boleh bermanja, asal mematuhi perintah-Nya, dan kita seharusnya sangat takut jika tidak
mematuhi perintah-Nya. Agar kita dapat mematuhi perintah-Nya, Allah menunjukkan
caranya yaitu lanjutan surat al Fatihah ayat 5-7.
Kita diajarkan untuk menyatakan Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Perhatikan, menyembah terlebih
dahulu, baru mohon pertolongan. Perhatikan pula kata Hanya, tidak boleh ada sekutu,
tidak boleh meminta kepada selain Allah.
Berikutnya ditegaskan bahwa yang perlu diminta adalah Tunjukilah kami jalan yang
lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka,
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Jalan lurus itu adalah agama Islam. Dan ditegaskan lagi bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Sejarah, telah menggoreskan
catatan, bahwa dulu, bahkan sampai sekarang ada hamba-Nya yang durhaka, yang
membuat murka Allah, (bangsa Yahudi). Bahwa dulu, bahkan sampai sekarang ada
hamba-Nya yang sesat, yaitu menyimpangkan ajaran-Nya (kaum Nasrani).
Sungguh indah sekali. Lebih tersentuh lagi, setiap kali kita membacanya, Allah
sendiri langsung menjawabnya, seperti yang diiilustrasikan dalam hadist Qudsi.
‘Aku membagi sholat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan bagi hamba-
Ku apa yang dia mohonkan, maka ketika hambaku berkata العالمين رب لله Allah الحمد
‘azza wa jalla berfirman, Hambaku telah memuji-Ku, dan ketika seorang hamba berkata,
الرحيم Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Hambaku telah memujiku’, dan ketika الرحمن
seorang mengucapkan, الدين يوم Allah berfirman, ‘Hambaku telah memuliakan مالك
Aku’ –, dan ketika seseorang berkata, نستعين وإياك نعبد Allah Subhanahu wa إياك
ta’ala berfirman, ‘ini adalah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa
yang dimintanya’, dan ketika seseorang berkata, المستقيم الصراط اهدناالضالين وال عليهم المغضوب غير عليهم أنعمت الذين Allah Subhanahu wa ta’ala صراط
berfirman, ‘Ini adalah bagi hambaku, dan bagi hambaku apa yang dia pinta ‘ ”
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 7
(diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan begitu juga oleh Imam Malik, Imam Tirmidzi, dan
Imam Abu Dawud, Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah)
Subhanallah, kita telah berdialog dengan Allah swt minimal sebanyak 17 kali setiap
harinya. Tidakkah kita merasa semakin dikasihi Allah? Tidakkah kita semakin merasa
berhati-hati, takut akan ditinggalkan Allah swt? Kalau bacaan kita benar dan kita hayati
maknanya, dan kita rasakan jawaban Allah, niscayalah hati ini tenteram dan waspada.
Rasululullah hanya sekali merasakan sangat takut, tetapi setelah Allah swt
mendidiknya, ia tak pernah takut kepada selain Allah, tetapi ia sangat takut kepada
Allah, sekaligus sangat mencintai Allah. Peristiwa menakutkan yang sangat
mencekam adalah ketika didatangi Jibril utusan Allah. Jibril menyuruhnya membaca,
ia menjawab bahwa ia tidak dapat membaca, Jibril membekapnya berkali-kali, dan
akhirnya Jibril membacakan 5 ayat pertama turunnya Al-Qur’an QS Al-‘Alaq:1-5
خلق الذي ربك باسم اقرأعلق من اإلنسان خلق
األكرم وربك اقرأبالقلم علم الذي
يعلم لم ما اإلنسان علم
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Nabi Muhammad saw sangat ketakutan, ia pulang dengan sangat gemetar,
menggigil tak terkira. Sampai di rumah, ia minta diselimuti, “Selimuti aku, selimuti
aku”. Dengan lembut Khadijah menyelimuti Nabi, sambil berkata, “Sungguh Allah
tidak akan menyia-nyiakan dikau, sebab engkaulah yang mempererat tali
persaudaraan, jujur dalam perkataan, engkaulah yang mau memikul beban orang
lain dan menghormati tamu, menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan
kebenaran” betapa sejuknya ungkapan itu. Sampai Nabi pun tertidur pulas.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 8
Itulah ketakutan terdahsyat yang dialami Nabi, tetapi setelah itu, Allah
mengaruniai ketentraman yang luar biasa dalam dada Nabi. QS 93 Adh Dhuhaa: 1-8
والضحىسجى إذا والليلقلى وما ربك ودعك ما
األولى من لك خير ولآلخرةفترضى ربك يعطيك ولسوف
فآوى يتيما يجدك ألمفهدى ضاال ووجدك
فأغنى عائال ووجدك
Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya
akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu
sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang
yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang
yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Surah berikutnya juga menentramkan hati Nabi, QS 94 Alam Nasyroh: 1-4
صدرك لك نشرح ألموزرك عنك ووضعناظهرك أنقض الذي
ذكرك لك ورفعناBukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah
menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami
tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
Dengan begitu, Nabi tidak pernah takut kepada apapun selain Allah swt. Sejarah
mencatat peristiwa-peristiwa pada diri Nabi yang bagi kita pasti menimbulkan rasa
takut.
Suatu ketika Rasulullah berteduh di bawah pohon kurma. Datanglah seorang
kafir merampas pedang Nabi sambil berkata: “Nyawamu di tanganku. Siapa yang
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 9
akan menolongmu”. “Allah”. Jawab Nabi. Bergetar seluruh tubuh si kafir itu,
pedangnya terjatuh, dan dia terjerembab ke bumi.
Bibinya, istri Abu Lahab, sangat marah kepada Nabi, karena dia mendengar
Nabi menerima wahyu yang menyumpahi Abu Lahab, Dan (begitu pula) istrinya,
pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. QS 111 Al Lahab:1-5.
Serta merta ia menggenggam batu, dilihatnya Muhammad sedang bersama Abu
Bakar dekat Ka’bah, ia bergegas menuju Ka’bah sambil berteriak, ‘Mana
Muhammad, seenaknya menyumpahi paman dan bibinya, Biar gua totok giginya
biar rontok’. Sesampainya di Ka’bah, ia tidak melihat Muhammad, hanya ada Abu
Bakar, ia geram pada Abu Bakr, ‘Mana temanmu itu, tadi ada disini,’ Abu Bakr
menjawab, ‘seperti yang kau lihat’. Orang-orang disekitar Ka’bah juga melihat
bahwa disamping Abu Bakr ada Muhammad, mereka heran mengapa nenek itu tidak
melihatnya. Nenek itu semakin geram menganggap orang orang itu ikut
mengejeknya. Akhirnya ia pulang dengan mengomel sejadi-jadinya.
Sungguh ada ketentraman luar biasa pada diri Nabi, ia tidak takut atau berlari.
Ia yakin Allah menolongnya dengan cara-Nya. Abu Bakar juga tidak berdusta, atau
melindungi Nabi. ‘seperti yang kau lihat’ katanya. Ia yakin nenek itu tidak dapat
melihat Muhammad.
Suasana malam sangat mencekam. Rumah Nabi di kepung pemuda-pemuda
Quraisy yang bertugas membunuh Nabi. Mereka menunggu Nabi keluar rumah di
dini hari itu. Mereka masih melihat ada yang sedang membujur tertidur di tikar itu.
Nabi dibimbing Allah, menyuruh Ali bin Abi Thalib menggantikan posisinya di tikar
itu. Allah menjadikan pemuda-pemuda itu mengantuk dan tertidur. Nabi keluar
dengan tenang sambil menggenggam segumpal pasir dan ditiupkan kearah pemuda-
pemuda itu. Ketika Nabi telah meninggalkan rumah, pemuda-pemuda itu terbangun,
dan melihat masih ada yang terbujur tidur, padahal hari sudah pagi. Mereka tak
sabar dan mendobrak pintu, dan mengancam Muhammad yang diduga sedang tidur
itu. Betapa kecewanya mereka, ternyata itu adalah Ali bin Abi Thalib.
Subhanallah, Nabi yakin benar Allah akan menolongnya dengan cara-Nya. Ketika
Nabi mulai menjauhi Mekkah, ada sayembara berhadiah besar bagi yang sanggup
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 10
menangkap Nabi. Siapa yang tak tergiur dengan hadiah. Suraqah memacu kudanya, dan
berhasil mendekati Nabi, tinggal beberapa langkah lagi. Nabi berbalik menghadapi
Suraqah dan berkata, selangkah lagi, Allah mencelakakanmu. Benar saja, kudanya
terjerembab. Dipaksa bangkit oleh tuannya, terjerambab lagi. Bangkit lagi, terjerembab
lagi. Akhirnya Ia minta maaf kepada Nabi dan berbalik kembali ke Mekkah.
Abu Bakar demikian gemetarnya, melihat kaki-kaki musuh di depan gua tempat
mereka berdua bersembunyi. Dengan tenang Nabi berkata: La Tahzan, Innallaha
ma’ana. QS 9 at Taubah:40
لصاحبه يقول إذ الغار في هما إذ اثنين ثاني كفروا الذين أخرجه إذ الله نصره فقد تنصروه إالكفروا الذين كلمة وجعل تروها لم بجنود وأيده عليه سكينته الله فأنزل معنا الله إن تحزن ال
حكيم عزيز والله العليا هي الله وكلمة السفلى
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari
Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Siapa yang berani kepada Umar, yang terkenal bengis itu. Dengan pedang terhunus,
saudara iparnya dihantamnya, saudara perempuannya ditamparnya, tetapi ayat Thoha dan
kelanjutannya, yang terbaca pada lembaran yang tadi dibaca saudara perempuannya, mampu
menggetarkan hatinya, dan ia bergegas mau menemui Nabi Muhammad saw, yang sedang
berdakwah di rumah Arqam. Mendengar Umar mendatangi mereka, kaum muslimin yang
masih sedikit itu, berserabutan bersembunyi, kecuali beberapa pemuda dengan pedang
terhunus menjaga di pintu. Aku mau menemui Muhammad, Umar memulai kata-katanya. Un
tuk keperluan apa? Tanya prajurit. Belum sempat Umar menjawab, Nabi sudah
mempersilakan Umar masuk. Semua orang disitu, terperangah melihat Umar merunduk dan
menyatakan keislamannya. Nabi menyambutnya, dengan berkata, sesungguhnya ini adalah
wujud kabul atas doaku kepada Allah, agar Islam diperkuat dengan salah satu ksatria: Umar
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 11
atau Abu Lahab. Rupanya Engkau yang ditakdirkan Allah. Teriakan Allahu Akbar,
menggema di rumah kecil itu. Nabi memberi gelar kepada Umar sebagai Singa Allah.
Masih banyak kisah-kisah heroik Nabi. Terekam dalam sejarah bahwa Nabi tidak takut
hal-hal yang menyangkut dirinya. Tetapi beliau sangat takut atau khawatir jika itu
menyangkut ummatnya. Diceritakan, bahwa kalau datang awan gelap, dan hujan akan turun
lebat, Nabi gelisah, mondar-mandir di luar rumahnya. Beliau sangat khawatir, kalau-kalau
akan terjadi bencana azab Allah, karena beliau sangat terenyuh membayangkan azab yang
ditimpakan kepada umat Nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth, dan Suaib. Wahyu tentang azab itu
seperti tampak dalam penglihatannya. Sampai-sampai di sebuah Masjid beliau berdoa,
memohon 3 hal tentang umatnya. Dua hal dikabulkan, dan satu hal tidak dikabulkan.
“Aku memohon tiga hal kepada Tuhanku, kemudian mengabulkanku dua hal, dan
menolak yang satu. Aku memohon kepada Tuhan agar tidak membinasakan umatku dalam
satu masa, maka Allah swt mengabulkannya. Dan aku memohon agar tidak membinasakan
umatku dalam keadaan tenggelam, maka Allah swt mengabulkannya. Dan aku memohon
agar tidak menimbulkan perang saudara di antara mereka, maka Allah swt menolak
permintaanku yang terakhir ini. (HR Muslim. Hadits sahih)
Demikianlah panutan kita mengajarkan tentang mengatasi rasa takut. Jangan takut pada
selain Allah, tapi takutlah hanya kepada Allah swt. Takut kepada Allah, sangat luas artinya,
antara lain takut menyakiti makhluk Allah, takut merampas hak makhluk Allah, takut
merusak ciptaan Allah, takut menyia-nyiakan nikmat Allah, takut tidak menerima taqdir
Allah, takut tidak mematuhi perintah Allah, takut melanggar larangan Allah dan sebagainya.
Disisi lain dari takut adalah berani. Berani menghadapi yang menyakiti makhluk Allah,
yang merampas hak makhluk Allah, yang merusak ciptaan Allah, yang menyia-nyiakan
nikmat Allah, yang tidak menerima taqdir Allah, yang tidak mematuhi perintah Allah, yang
melanggar larangan Allah dan sebagainya. Inilah yang disebut amar ma’ruf, nahi munkar.
Disisi lain dari takut juga berupa bermesraan dengan Allah. Nabi mencontohkan
dengan berkata, salah satu kenikmatan di dunia ini adalah ketika sedang berdekatan dengan
Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah, Nabi minta izin kepadanya (Aisyah) pada
saat mereka sudah berbaring bersama, bahwa Nabi ingin menghadap Allah. Tentu Aisyah
mengizinkannya. Apa yang dilihatnya, Nabi shalat begitu lamanya, tangisnya terisak-isak
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 12
memilukan, airmatanya berjatuhan membasahi janggutnya. Dan kakinya membengkak.
Sampai-sampai Aisyah bertanya, mengapa Rasulullah shalat sebegitunya, bukankah Allah
telah menjamin keselamatan bagi kekasihnya ini? Rasul menjawab, “tidak pantaskah aku
bersyukur atas karunia Allah?”
Bagaimana dengan pengalamanku? Aku termasuk manusia yang takut pada hal-hal
yang tidak beralasan ditakuti. Pada umumnya rasa takut datang karena ancaman terhadap
rasa aman atau rasa nyaman seperti:
1. Keselamatan diri: takut pada penjahat, takut pada kecelakaan, takut pada penyakit.
2. Kebutuhan: takut berkekurangan, takut miskin. Takut tidak kebagian.
3. Kegaiban: takut hantu, setan/jin/peri, kegelapan, ketinggian, kecepatan.
4. Kedudukan : takut pada penguasa, takut kehilangan jabatan.
Dalam kisah Rasulullah tadi, semua itu adalah hak Allah untuk menjaganya atau
melepasnya. Kita hanya diperintahkan berusaha mengikuti petunjuk-Nya. Jadi takutnya
bukan kepada hal-hal itu, tetapi takut kepada Allah, jangan sampai Allah membiarkan kita
karena kita kurang mematuhinya. Sungguh canggih cara mengatasi rasa takut ala kecerdasan
intra personal Rasulullah hasil didikan Allah swt.
Terima kasih Tuhan, Alhamdulillah wa syukurillah. Terima kasih Rasul, Syukron ya
Rasulullah, Aku mendapat petunjuk untuk tidak takut kepada selain Allah, dan aku harus
berani kepada yang menentang Allah. Tambahan lagi aku boleh bermanja-manja minta apa
saja kepada Allah, seperti firmannya dalam hadits Qudsyi.
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-KU. Aku bersamanya setiap kali
ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku ketika sendirian, maka Aku akan mengingatnya
dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah kelompok, niscaya Aku
mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Jika ia mendekati-
Ku dalam jarak satu jengkal, maka Aku mendekatinya dengan jarak satu hasta. Jika ia
mendekati-Ku dalam jarak satu hasta, maka Aku mendekatinya dengan jarak satu
depa. Apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya
dengan berlari-lari kecil.”(Shahih, Bukhari, Tirmidzi, Ibn Majah)
Juga firmannya dalam QS At-Thalaq:3
الله جعل قد أمره بالغ الله إن حسبه فهو الله على يتوكل ومن يحتسب ال حيث من ويرزقهقدرا شيء لكل
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 13
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
3. Rasa Marah, Benci, Sabar, dan Maaf.
Kita tonton lagi video funny baby. Kali ini ada dua bayi kakak beradik. Sang kakak
merangkul adiknya dan memasukkan jarinya ke mulut adiknya. Sang adik menggigit jari
kakaknya itu. Sang kakak berteriak, Auuu, Jolly bits my finger. Eeh. Ekspresi wajahnya
marah. Ada lagi, dua kakak beradik bayi Afrika, masing-masing memainkan potongan kayu
di bawah pohon. Sang adik mengambil kayu kakaknya, kakaknya merampas lagi kayunya,
sang adik bereaksi menggigit lengan kakaknya. Kakaknya memukulnya dan keduanya
menangis. Keduanya sama-sama marah.
Marah adalah respon terhadap stimulus yang menyakiti raga maupun jiwa. Jiwa merasa
tersakiti karena martabatnya dilecehkan. Justru terzoliminya jiwa lebih membakar amarah
yang lebih dahsyat. Sifat marah ini ada dinyatakan dalam al-Qur’an.
a. Marahnya Nabi Musa, QS 7 Al-A’raf: 150
ربكم أمر أعجلتم بعدي من خلفتموني بئسما قال أسفا غضبان قومه إلى موسى رجع ولما
فال يقتلونني وكادوا استضعفوني القوم إن أم ابن قال إليه يجره أخيه برأس وأخذ األلواح وألقى
الظالمين القوم مع تجعلني وال األعداء بي تشمتDan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati
berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!
Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan luh-luh
(Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke
arahnya. Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku
lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan
musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan
orang-orang yang dzalim".
b. Marahnya Nabi Ya’kub, QS 12 Yusuf: 84
كظيم فهو الحزن من عيناه وابيضت يوسف على أسفى يا وقال عنهم وتولى
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 14
Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka
citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia
adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).
c. Marahnya Nabi Yunus QS 21 Al-Anbiya: 87
أنت إال إله ال أن الظلمات في فنادى عليه نقدر لن أن فظن مغاضبا ذهب إذ النون وذا
الظالمين من كنت إني سبحانكDan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim."
d. Marahnya penjaga neraka, QS 67 Al Mulk: 8
نذير يأتكم ألم خزنتها سألهم فوج فيها ألقي كلما الغيظ من تميز تكادhampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan
ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir). Penjaga-penjaga (neraka itu)
bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia)
seorang pemberi peringatan?"
Allah swt mendidik Nabi Muhammad saw cara menyikapi rasa amarah ini.
QS 3 Ali Imran: 119
خلوا وإذا آمنا قالوا لقوكم وإذا كله بالكتاب وتؤمنون يحبونكم وال تحبونهم أوالء هاأنتم
الصدور بذات عليم الله إن بغيظكم موتوا قل الغيظ من األنامل عليكم عضواBeginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan
kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu,
mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka
menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah
(kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 15
QS 3 Ali Imran: 134
يحب والله الناس عن والعافين الغيظ والكاظمين والضراء السراء في ينفقون الذينالمحسنين(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
QS 9 At Taubah: 58
هم إذا منها يعطوا لم وإن رضوا منها أعطوا فإن الصدقات في يلمزك من ومنهم
يسخطونDan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat; jika
mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka
tidak diberi sebahagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.
QS 42 Asy-Syura: 37
يغفرون هم غضبوا ما وإذا والفواحش اإلثم كبائر يجتنبون والذينdan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan
keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.
QS 68 Al Qalam: 48
مكظوم وهو نادى إذ الحوت كصاحب تكن وال ربك لحكم فاصبرMaka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan
janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia
berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).
Dalam pendidikan ini, Nabi meresapi bahwa:
1. Rasa marah dapat bercampur benci, Marahnya orang kafir karena benci, iri,
dengki dan serakah
2. Marahnya Nabi Yunus karena putus asa, kaumnya mengingkari nasehatnya.
3. Marahnya Yakub karena anaknya menzolimi Yusuf. Marahnya tertahan.
4. Marahnya Musa karena kaumnya berbalik menyekutukan Allah. Marah besar.
5. Rasa marah lainnya harus ditahan dengan sabar dan disertai memaafkan
penyebab kemarahan
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 16
Rasulullah saw benar-benar memahami penyebab marah, dahsyatnya akibat
marah dan bagaimana mengendalikan marah. Marah yang boleh dicontoh adalah
marahnya Musa, marahnya Ya’kub, dan marahnya Yunus dengan catatan ( tidak
perlu putus asa). Marah yang harus dihindari adalah marahnya Kafirin. Tidak pula
marahnya penjaga neraka, itu bukan kapasitas kita. Kita tidak boleh menyumpahi
sesama kita agar diazab di Neraka. Sejarah hidup Rasulullah mencatat kejadian-
kejadian yang Nabi benar-benar marah dan kejadian-kejadian yang seharusnya
Nabi marah, tetapi ternyata tidak.
Rasulullah sangat marah, ketika Usamah bin Zaid, kesayangan Rasulullah,
diutus kaum Quraisy untuk menyampaikan berita bahwa ada wanita Quraisy yang
sangat berpengaruh, telah mencuri. Usamah disuruh meminta kepada Nabi, agar
hukuman kepada wanita ini diperingan (tidak sampai potong tangan). Dengan
marah Rasulullah menyuruh Usamah untuk memanggil semua orang Quraisy
yang ada disitu berkumpul, dan beliau berpidato:
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa, karena apabila terdapat
orang terhormat kedapatan mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun
apabila mereka yang lemah kedapatan mencuri, maka mereka menegakkan
hukum hudud. Sesungguhnya aku, demi Allah, seandainya Fatimah binti
Muhammad mencuri, maka niscaya aku potong tangannya”.
Rasulullah sangat marah, ketika Beliau memerintahkan semua sahabat untuk
bertahallul (potong rambut) dan memotong hewan hadyu, karena perjanjian
Hudaibiah membatalkan rombongan Nabi untuk berhaji pada tahun ini. Para
sahabat enggan bertahallul dan masih tetap berihram. Mereka ingin tetap berhajji.
Wajah Nabi memerah, dan diam, akhirnya masuk ke kemah dan mengadukan hal
itu kepada istrinya Ummu Salamah tentang prilaku para sahabatnya. Kecerdasan
Ummu Salamah muncul, dengan berkata, mengapa tidak kita mulai saja
betahallul dan memotong hewan hadyu, kita lihat reaksi mereka. Benar saja,
selesai Nabi bertahallul dan memotong hewan, semua sahabat bergegas ikut
bertahallul dan memotong hewan. Inilah contoh peran istri yang bijak.
Rasulullah juga sangat marah, ketika Aisyah cemburu. Dalam sebuah riwayat,
Aisyah ra mengisahkan, “Rasulullah hampir tidak pernah keluar rumah tanpa
menyebut dan memuji Khadijah. Hal itu membuatku cemburu. Kukatakan,
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 17
‘Bukankah ia hanya seorang wanita tua renta dan engkau telah diberi pengganti
yang lebih baik daripadanya?’ Mendengar itu, beliau murka hingga bergetar
bagian depan rambutnya. Beliau katakan, “Tidak, Demi Allah, aku tidak pernah
mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman
kepadaku, ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku, tatkala semua
orang mendustakanku. Ia yang memberiku harta, pada saat semua orang enggan
memberi. Dan darinya aku memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak kuperoleh
dati istri-istri yang lain”.
Sebaliknya ada peristiwa yang menurut kita sepantasnya Nabi marah.
Ada seorang Badui yang menarik selendangnya sampai tarikan selendang
itu membekas di lehernya, hanya karena Badui itu ingin meminta rezekinya dari
Allah yang diberikan kepada Rasulullah. Umar dan Abu Bakar hampir saja
memukul Badui itu, tetapi Nabi mencegahnya, dan minta kepada Abu Bakar agar
memberi Badui itu sedikit dirham.
Ada seorang Badui lain yang buang hajat kecil di Masjid Nabi yang ketika
itu lantainya berupa pasir. Sahabat marah bukan main, tetapi Nabi mencegahnya
dan meminta para sahabat untuk menyirami bekas air seni itu.
Ada tetangganya, seorang Yahudi, yang setiap melewati rumah Nabi,
selalu memberi salam, Asysyamu alaikaum, yang artinya Matilah kamu. Aisyah
marah bukan main, tetapi Nabi meredam kemarahan Aisyah dengan mengajari
cara menjawabnya. Nabi menjawab salam tadi dengan Alaikum. Atas kamu.
Nenek Yahudi Buta selalu duduk di pinggiran pasar, menunggu orang
yang mau memberinya makanan. Nabi memberinya suapan-suapan makanan.
Sambil mengunyah makanannya, Nenek itu berceloteh memaki-maki
Muhammad yang dianggapnya telah membuat onar masyarakat. Muhammad
tetap dengan lembut menyuapinya. Nenek itu baru tahu bahwa yang
menyuapinya dengan lembut itu adalah Muhammad, setelah Nabi wafat dan Abu
Bakar berusaha menggantikan kebiasaan rasulullah itu.
Sungguh indah kecerdasan intra personal Nabi dalam hal mengendalikan
marah. Beliau sangat marah jika itu menyangkut dilecehkannya hukum, syariat
agama, atau nama baik seseorang. Marahnya adalah untuk pembelajaran. Tetapi
beliau tidak marah, jika pelecehan itu tertuju pada dirinya, dengan pemahaman
beliau bahwa orang-orang itu belum tahu atau belum mendapat ajaran. Hal yang
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 18
seperti itu harus disikapi dengan sabar dan dimaafkan, sesuai dengan didikan
Allah swt dalam firman-Nya.
Bagaimana dengan emosi marah-ku? Kalau aku marah, aku lebih banyak
diam, tapi muka ini tetap memerah. Marahku hanya membara, akibatnya tidak
sampai dirasakan oleh yang kumarahi, atau hanya dirasakan seperti hembusan
panas saja. Hal penyebab kemarahan juga hanyalah masalah benar/salah,
baik/buruk, alhamdulillah, bukan karena iri, dengki, dan benci. Ada satu
peristiwa marah berjamaah, yang kami alami ketika remaja. Pemerintah DKI
melegalkan perjudian demi pembangunan kota Jakarta. Perjudian merajalela.
Salah satunya adalah HWA HWE. Judi menebak nomor buntut, yang mendorong
orang mencari bisikan setan. Dan ritualnya berbaring di tanah kubur. Tak pelak
lagi, kuburan di kampungku juga menjadi sasaran penjudi. Banyak orang tiduran
di kubur. Kami tidak rela. Aduan kepada pejabat, tidak digubris. Kami marah,
dengan cara mendirikan tenda, gelar tikar, ikut bergadang mengimbangi mereka
dengan suara keras melantunkan ayat-ayat suci. Dan ini berhasil menghentikan
perbuatan syirik itu. Semoga ini tercatat sebagai kebaikan di sisi Allah swt.
Semoga aku dapat menerapkan kecerdasan ini, memahami kapan saatnya
marah dan kapan saatnya sabar dan memaafkan. Amin.
4. Galau, Bingung, dan Pasrah
Kita nonton lagi yuk. Kali ini video menayangkan seorang Bapak
mendiamkan bayinya yang menangis, sementara ibunya sedang tidak di rumah.
Bapak itu bertindak praktis, diletakkannya bayi itu di ranjang ayunan (swing-box).
Dia mengira masalah selesai, karena tampaknya bayi itu mengantuk. Bayi itu makin
keras menangis dan merangkak mau keluar dari ranjang. Bapaknya mendorongnya
agar berbaring. Anak itu meronta lagi. Bapaknya berfikir, Ouw, perlu ditemani ya.
Bapak itu meringkaskan badannya dan naik ke ranjang, sambil memegang bayinya.
Betul saja, bayi itu menyandarkan badannya ke badan Bapaknya, mengusek-usek
dada bapaknya berkali-kali, dan akhirnya bosan juga, tampaklah wajah bayi bengong
dengan mulut ternganga, matanya mulai redup dan tertidurlah. Bapaknya senang.
Inilah gambaran rasa galau. Galau terjadi karena ada masalah, dan masalah itu
tidak mudah dipecahkan dan kehabisan akal bagaimana mengatasi masalah itu. Jika
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 19
suatu masalah dapat dipecahkan, hasilnya rasa puas. Jika masalah belum
terpecahkan, tetapi ada sinyal-sinyal bisa dipecahkan, hasilnya rasa penasaran. Jika
masalahmya misterius, tak tahu lagi apa yang mau diperbuat, hasilnya ya rasa galau.
Bapak tadi, mula-mula galau, lalu penasaran, lalu puas. Bayi tadi penasaran, lalu
galau. Lalu pulas.
Disinilah letak asyiknya mengerjakan soal Matematika. Matematika itu asyik,
membangkitkan rasa puas, rasa penasaran atau rasa galau.
Allah swt, menjelaskan rasa galau ini melalui firmanNya QS 93 Adh Dhuhaa: 7
kepada Nabi Muhammad.
فهدى ضاال ووجدكDan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk
Kepada Nabi Musa, yang kesal dengan umatnya yang tidak mau
memasuki Palestina, Allah berfirman dalam QS 5, Al Maaidah:26
القوم على تأس فال األرض في يتيهون سنة أربعين عليهم محرمة فإنها قال
الفاسقينAllah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu
diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan
berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu
bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."
Kontras sekali. Allah menghilangkan bingung pada diri Nabi Muhammad
saw, Allah mendatangkan kebingungun pada Bangsa Israil yang membangkang.
Dalam sejarah Nabi, ada saat Nabi galau, tetapi beliau sudah memiliki
kecerdasan mengatasi rasa galau itu dengan petunjuk Allah.
Peristiwa pertama, Atas kesepakatan semua istri Nabi, Aisyah dan Hafsah
diutus untuk membujuk Nabi, agar melebihkan lagi nafkah kehidupan sehari-
harinya. Ketika berdua (keduanya memang yang lebih cerdas) datang dan
menyampaikan maksudnya, Nabi diam seribu basa. Mereka mundur. Strategi
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 20
kedua, konspirasi itu menyepakati, Aisyah saja sendiri yang membujuk Nabi di
saat- saat mesra (Aisyah memang yang paling disayangi Nabi). Aisyah gagal.
Strategi ketiga, konspirasi itu menyepakati, agar Fatimah saja yang menghadap.
Fatimah dengan agak enggan dan ragu, mau juga akhirnya. Rasulullah memeluk
Fatimah, sambil berkata, Aku diutus Allah bukan untuk itu, ya anakku. Hal
serupa pernah dialami Fatimah, ketika meminta tenaga pembantu, karena
tangannya telah lecet menggiling gandum sendirian. Apa jawab Rasulullah,
Maukah aku beri tahu anakku, ada hal yang lebih banyak membantumu?
Bacalah, Subhanallah 33x, alhamdulillah 33x dan Allahu Akbar 33x.
Akhirnya, konspirasi itu sepakat, untuk menghadap bersama-sama. Di
kamar itu, suara ramai sekali. Hanya suara perempuan. Nabi terdiam saja. Abu
Bakar dan Umar kaget dan mendatangi rumah Nabi. Ada apa ya Rasulullah?
Tanpa jawaban Nabi, mereka akhirnya mengerti, para istri minta nafkah yang
lebih. Abu Bakar marah lalu mendatangi Aisyah (anaknya). Umar marah lalu
mendatangi Hafsah (anaknya). Nabi mencegahnya. Nabi memutuskan, akan
meniggalkan mereka selama sebulan. Dalam sebulan itu, Nabi berdiam dipojok
kamarnya, hanya dengan selembar tikar. Satupun sahabatnya tidak ada yang
diperkenankan menemuinya. Baru ketika hampir sebulan, Abu Bakar dan Umar
minta izin menemui Nabi. Sampai tiga kali permintaan itu didiamkan saja oleh
Nabi. Akhirnya, diizinkan juga dua sahabat terdekatnya itu boleh masuk. Mereka
berdua menangisi Nabi. Umar sampai membandingkan Nabi dalam
kesederhanaan itu, dengan Kisra dan Kaisar di Persia dan Romawi yang glamour.
Nabi memberi pelajaran kepada Abu Bakar dan Umar, bahwa dunia ini
hanyalah ibarat perjalanan, singgah sebentar di bawah pohon, kemudian jalan
lagi, menuju negeri abadi di akhirat.
Dua puluh sembilan hari telah berlalu, Nabi keluar dari pojok itu dan
mendatangi Aisyah. Aisyah menyambutnya, sambil berkata, ini kan belum
sebulan. Nabi menjawab, bulan ini hanya 29 hari. Nabi berkata, Aku
diperintahkan Allah, untuk menanyakan kepadamu, apakah engkau memilih
dunia atau Rasulullah. Pikir-pikirlah dan minta pendapat orangtuamu. Aisyah
yang sangat cerdas itu segera menjawab, aku tidak perlu berpikir dan minta
pendapat orangtua. Aku memilih Rasulullah. Cairlah kegalauan itu. Nabi
berpesan jangan menceritakan kepada istri-istrinya yang lain. Biarlah aku yang
menanyakan sendiri satu per satu. Akhirnya semua istri tersadar, bahwa
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 21
Rasulullah adalah suami termulia dunia akhirat. Di depan mereka Nabi
membacakan ayat yang baru saja turun. QS Al Ahzaab:28
وأسرحكن أمتعكن فتعالين وزينتها الدنيا الحياة تردن كنتن إن ألزواجك قل النبي أيها ياجميال سراحا
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: "Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan
aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.
Nabi sangat yakin, ada galau, ada petunjuk.
Sekali lagi Allah swt mendatangkan kegalauan pada diri Nabi. Abazah (2007) dalam
Bilik-Bilik Cinta Muhammad saw, menceritakan. Tragedi itu terjadi saat perang Bani al-
Muththaliq. Pulang dari sana Rasulullah saw bermalam di tengah perjalanan dekat
Madinah. Aisyah keluar untuk menunaikan hajat. Setelah kembali, ia dapati kalung di
lehernya raib. Ia mengira kalung itu jatuh di luar area perkemahan. Cepat-cepat ia kembali
ke tempat tadi untuk mencarinya.
Saat itulah datang komando berangkat. Pasukan yang ditunjuk mengawal Aisyah
datang dan langsung mengangkat sekedup ke atas untanya. Mereka menyangka ia sudah
berada di dalam. Maklum, ia masih dalam usia di bawah 15 tahun. Jadi tak begitu berat.
Sekedup itu memang biasa ringan.
Setelah Aisyah kembali, pasukan muslim telah pergi. Ia ketinggalan tanpa seorang
pun. Ia panik tak tahu apa yang mesti diperbuat. Juga takut. Kemudian ia memutuskan untuk
tiduran di tempat itu berselimut kerudung panjang yang dikenakannya. Ia berharap dijemput
setelah diketahui tak ada dalam sekedupnya.
Tak lama setelah itu, shafwan ibn al-Muaththal lewat. Ia terlambat dari rombongan.
Begitu ia melihat ada orang di situ, dan tahu kalau ia Aisyah, Shafwan menderumkan
untanya dan menyilakan Aisyah naik. Ia lalu menuntun unta itu dengan kendalinya dan
berjalan cepat hingga dapat menyusul rombongan.
Ketika hal itu terlihat sekelompok orang munafik, mereka lalu menyangka yang
bukan-bukan kepada keduanya. Kabar ini dinyala-nyalakan oleh sang pemimpin mereka,
Abdullah ibn Ubay ibn Salul.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 22
Dengan cepat berita itu menyebar ke seantero Madinah, memekakkan telinga dan
mengiris-iris hati Nabi. Abu Bakar dan istrinya begitu mendengar berita itu langsung shock.
Aisyah sejak tiba di Madinah jatuh sakit. Ia tidak mendengar berita itu. Ibunya lalu
datang merawatnya. Aisyah merasakan Nabi bersikap tidak seperti biasanya. Hanya
menanyakan saja dan mendoakan agar cepat sembuh. Terluka hati Aisyah oleh sikap Nabi,
Ia lalu minta izin pindah ke rumah orang tuanya. Rasulullah mengizinkan. Tak lama
kemudian, apa yang terjadi di luar rumah, sampai juga ke telinga Aisyah. Ia shock. Dunia
terasa sempit. Ia kembali jatuh sakit. Ia larut dalam tangis. Tangisan pilu yang hampir
membawa maut. Sang Ibu menghiburnya. Ia yakin anaknya tak serendah yang mereka
sangka.
Nabi bingung di tengah desingan fitnah. Wahyu terputus, Jibril seolah berpaling.
Allah juga tidak memberi beliau ilham apapun. Nabi tertekan. Beliau lalu berdiri di mimbar,
berkhutbah.
“wahai sekalian manusia, bagaimana menurut kalian tentang orang yang
menyakitiku dengan cara menyakiti keluargaku, dan mengatakan sesuatu yang tidak benar
tentang dia, juga tentang laki-laki itu (shafwan). Demi Allah yang saya ketahui dia adalah
pria baik-baik. Dan ia tak pernh masuk ke salah satu rumahku kecuali bersamaku”
Nabi meminta pendapat kepada orang-orang dekat dan sahabat-sahabat yang setia
kepada beliau. Tetapi mereka tak mampu berbuat apa-apa. Beliau juga mengorek keterangan
dari budak Aisyah, Burairah. Dan apa yang ia katakan hanyalah pujian kepada sang
majikan.
Kemudian beliau mendatangi rumah orang tua Aisyah. Langsung bertanya, “Wahai
Aisyah, kau pasti telah mendengar apa yang dikatakan orang tentang dirimu. Jika benar kau
telah melakukan kejahatan, bertobatlah kepada Allah!”
Tersentak Aisyah mendengar ucapan Nabi. Air matanya tumpah tak tersumbat.
Tangisnya getir menyayat. Bapak Ibunya bengong dengan mulut terkunci rapat. Dengan air
mata bercucuran, Aisyah berucap, “ Demi Allah, aku tak kan pernah bertobat dari apa yang
baru saja kau ucapkan. Demi Allah, jika aku mengakui - Allah Maha Mengetahui bahwa aku
tidak begoitu - niscaya kau akan membenarkan. Dan jika aku mengingkari, kau pasti tidak
akan percaya. Aku hanya bisa berkata seperti apa yang dulu diakatakan Yusuf. “Maka
kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya
terhadap apa yang kamu ceritakan.”
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 23
Belum beranjak Nabi dari tempat beliau berdiri, tiba-tiba Jibril turun membawa
wahyu. Semua orang yang ada disitu, tahu bagaimana perangai Nabi ketika dikuasai
Malaikat. Dari kening beliau mengalir keringat seperti butiran mutiara. Bapak Ibu Aisyah
cemas jangan-jangan wahyu itu akan menelanjangi putrinya. Aisyah sama sekali tidak
kelihatan cemas.
Begitu Jibril pergi, raut muka Nabi cerah berseri-seri. Beliau mengusap keringat dari
wajahnya, sambil berkata.”Berbahagialah kau Aisyah, Jibril turun membebaskanmu”
Berbinar wajah Abu Bakar dan istrinya, lalu kepada Aisyah mereka berkata,
“Bangun dan berterima kasih lah kepada Rasulullah”. Dengan mantap dan percaya diri, ia
menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih, kecuali kepada Allah”. Sirnalah
kesedihannya.
Nabi segera keluar menuju masjid, lalu membacakan ayat al-Qur’an yang baru saja
turun itu di depan jamaah yang ada disitu.
Akhirnya fitnah berakhir. Aisyah kembali ke rumah Nabi, kembali ke lubuk hati beliau
yang suci. Kini ia jadi lebih matang, lebih tinggi kedudukannya di sisi beliau setelah
mengetahui pikiran, kecerdasan dan keichlasan yang ia tunjukkan. Jibril turun melihat
sendiri Aisyah, Ia pun tahu betapa tinggi kedudukan wanita itu, lalu ia berkirim salam. Nabi
menyampaikannya, “Wahai Aisyah, ini Jibril menyampaikan salam untukmu”. Aisyah
membalas, “semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepadanya juga.”
Subhanallah, betapa indahnya skenario Allah, dalam memberi pelajaran tentang sifat-
sifat orang munafik, tentang fitnah, tentang ujian bagi kaum muslimin, tentang kesucian dan
kecerdasan Aisyah, yang proses pembelajarannya membuat Nabi galau.
Apakah dalam hidupku, aku pernah galau? Ya. Alhamdulillah, pernah, dan selesai
dengan baik. Ceritanya begini. Ada seseorang, memesankan dan mengirimkan 3 set furniture
berkualitas baik, ke rumahku sebagai hadiah. Tak tahunya, furniture itu belum dibayar.
Ketika datang tagihan, kami bingung tak tahu masalah itu. Sang penagih memberi waktu
seminggu, jika tidak, akan ditarik kembali semua barang itu. Ini aib, dan memalukan.
Bagaimanapun, aku penanggung jawab keluarga, aku masih usia 26, single, tidak banyak
kemampuan mencari uang, kemampuanku hanya mengajar. Pemalu untuk meminjam uang
dari orang lain. Aku galau. Alhambulillah. Kepala Sekolahku mengerti keadaan diriku,
memberi pinjaman, dengan angsuran potong gaji.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 24
Ya Allah, Jadikanlah kesabaranku itu sebagai kebaikan di dunia dan di akhirat. Kalau aku
tahaddus bin ni’mah (tasyakkur), dan kalau boleh aku menghubung-hubungkan kebaikanku
tadi mengenai furniture, dengan ni’mat yang kuperoleh sekarang, kini aku merasakan Allah
swt telah membalasnya dengan berlipat ganda. Sekarang, Aku dikarunia rumah oleh Allah
swt. Bukan hanya satu rumah, tetapi juga rumah untuk anak-anakku. Juga kebaikanku
mengantarkan adik-adikku ke pendidikan semampunya, kini aku merasakan Allah swt telah
membalasnya dengan berlipat ganda. Sekarang, Aku dikarunia pendidikan S2 dibiayai
pemerintah, dan juga anak-anakku, dapat kuantar ke pendidikan yang setara denganku.
Ya Allah, hindarkanlah aku dari kegalauan. Kalaupun engkau takdirkan kegalauan, maka
sertakanlah dengan petunjuk-Mu. Jadikanlah kegalauan itu menjadi kebaikan bagiku di
akhirat kelak.
5. Di Ambang Sadar, Kesepian Nan Bening, Keridhaan Nan Jernih, Ketenangan Al-
Muthmainnah.
Sebenarnya masih ingin aku membahas jenis-jenis emosi lainnya, seperti, rasa
berkelimpahan (merasa cukup) atau berkekurangan, rasa optimis atau pesimis. Tetapi
aku ingin segera mendekati rasa climax, yaitu ecstasy, dimana raga menjadi fana, jiwa
terasa melebur, dan tergapai ni’mat yang hakiki, yaitu berjumpa dengan-Nya.
Aku ingin menghayati, kondisi jiwa raga Rasulullah ketika shalat malam, berdiri
tanpa sadar kakinya membengkak, rukuk tanpa sadar perutnya mengelegak, sujud tanpa
sadar air matanya tumpah tak terbendung, duduk tanpa sadar pinggulnya mengeras.
Bahkan tak dirasakannya perpindahan gerakan itu, seperti berlaku secara otomatis. Kalau
saja tidak terdengar suara Bilal mengumandangkan azan Fajar, beliau tetap dalam fana
seperti itu.
Aku ingin menghayati, kondisi jiwa raga Ali bin Abi Thalib, ketika dalam shalatnya,
ia tak merasa ada panah menancap di punggungnya sedang dicabut oleh sahabat-
sahabatnya.
Aku ingin menghayati, do’a Ali Zainal Abidin, dalam kegelapan malam,
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 25
Aku ingin menghayati, rintihan Rabiah Al Adawiyyah, dalam kesunyian malam,
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-MuHingga tak ada satupun yang menggangguku dalam jumpa-Mu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelipManusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapat
Aku mengabdi kepada Tuhanbukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surgaTetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-NyaYa Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnyaDan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinyaTetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Muyang abadi padaku
Tuhan, semua yang aku dengardi alam raya ini, dari ciptaan-Mu
Kicauan burung, desiran dedaunanGemericik air pancuran
Senandung burung tekukurSepoian angin, gelegar guruh
Dan kilat yang berkejaranKini
Aku pahami sebagai pertandaatas keagungan-Mu
Sebagai saksi abadi, atas keesaan-Mudan
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 26
Sebagai kabar berita bagi manusiaBahwa tak satu pun ada
Yang menandingi dan menyekutui-Mu
Tuhanku, demikian malam pun berlaluDan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisahApakah persembahan malamku, Engkau terima
Hingga aku berhak mereguk bahagiaAtaukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-MuInilah yang akan selalu ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupanDemi kemanusian-Mu,
Andai Kau usir aku dari pintu-MuAku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu
TuhankuTenggelamkan diriku ke dalam lautan
keikhlasan mencintai-MuHingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku
Selain berdzikir kepada-Mu*****
Aku ingin menghayati keresahan Abu Nawas,
Ya Allah ... aku bukanlah penghuni surga-Mutetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan mohon ampun atas dosakusesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa....
Dosa-dosaku seperti bilangan pasir di pantai,maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, apalah dayaku menanggungnya
Ya Allah... hamba-Mu yang penuh maksiat,datang kepada-Mu bersimpuh memohon ampunan,
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,Tetapi jika Engkau menolak taubatku, maka kepada siapa lagi aku berharap?
Subhanallah, manusia suci dianugerahi rasa ni’mat yang mendekati puncak, berdialog
dengan Allah swt, dengan melupakan dunia. Mampukah kita seperti mereka? Paling tidak
marilah kita bergerak menuju kondisi itu setapak demi setapak dengan cara mensucikan diri.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 27
Kembali aku menggali sejarah Nabi. Nabi pernah mengalami kesepian yang bening,
disertai keridhaan yang jernih. Betapa tidak? Paman pelindungnya wafat, Istri tercintanya
Khadijah wafat. Beliau merasakan kesepian yang sangat, tetapi disertai dengan keridhaan
yang jernih. Beliau merasakan seolah-olah dalam dekapan Allah, sedang membelainya.
Beliau terbaring di dekat Ka’bah. Dalam keadaan seperti itulah beliau di ambang sadar,
digerakkan oleh malaikat Jibril, dibelah dadanya, disucikan hatinya, diperjalankan ke Baitul
Maqdis, dimi’rajkan ke Sidratil Muntaha, diperlihatkan surga dan neraka, dipertemukan
dengan para Rasul terdahulu, diajarkan cara beribadah shalat, dan dikembalikan ke Makkah,
kembali ke kesadarannya.
Aku mengingat-ingat, pernahkah aku diayomi Allah swt dengan sentuhan sayang.
Alhamdulillah, pernah. Aku tidak menyadarinya, tetapi orangtuaku dan kerabatku
menceritakannya ketika aku mulai memahami kejadian. Katanya, aku di umur balita, pernah
hanyut terbawa arus sungai di samping rumahku. Tak seorangpun tahu. Aku hanyut, dan pasti
menangis, tapi tiada yang mendengar, pasti ada malaikat yang mengambangkan aku, terus
mengalir sampai akhirnya tersangkut di akar pandan. Di sini tangisku mulai keras. Dan Allah
mentakdirkan tetanggaku, Kong Tani, mendengar tangisan itu, Ia bergegas ke arah suara dan
melihat aku tersangkut di akar pandan. Subhanallah, ia langsung menceburkan dirinya ke
sungai dan mengangkatku. Orang ramai berkumpul di pinggir sungai itu. Ibuku histeris tak
tahu berbuat apa. Barulah ada yang tahu, bahwa anak itu harus dijungkirbalikkan agar air
dalam perutnya keluar. Benar saja, mengelegaklah air dari dalam perutku. Alhamdulillah.
Allah swt menyayangiku, dan memang sudah menetapkan blue print hidupku, yang telah ku
alami sampai saat ini. Aku akan selalu bersyukur dan berdoa semoga sampai ke khusnul
khatimah.
Satu peristiwa lagi, terasa benar Allah melalui malaikatnya, mengayomi aku ketika aku
berusaha mendekati Hajar Aswad. Dengan berbekal Bismillah, tawakkaltu ‘alallah, La haula
wala quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim” aku masuk dalam kerumunan orang. Aku merapat
ke dinding Ka’bah, mengingsut setapak-setapak, dan sampai ke bingkai Hajar Aswad.
Berhasil mencium Hajar Aswad. Giliran keluarnya, aku salah langkah, mundur ke tengah,
terdorong ke belakang lagi, dihimpit, didorong, disingkirkan kekiri atau ke kanan. Kakiku
jadi mengambang, karena fisikku kecil pendek, sedangkan orang-orang itu besar tinggi. Aku
megap-megap. Sekali lagi, dengan keikhasan yang jernih, Malaikat menolongku. Seperti ada
gelombang yang mengombang-ambingkan aku ke arah luar kerumunan, terasa ada 3 kali, kali
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 28
ketiga gelombang itu menghempaskan aku ke ruang yang tidak ramai lagi. Alhamdulillah.
Istriku yang juga sedang antri dalam barisan perempuan yang lebih tertib, melihatku, dan
menyapaku. Aku semangati dia. Istriku pun berhasil. Aku segera menuju makam Ibrahim
dan shalat 2 rakaat, dalam kondisi yang masih megap-megap. Alhamdulillah, Allah
menyayangiku.
Kini,dalam usiaku yang senja, aku berusaha menjalani hidup dengan jiwa yang tenang,
lebih menyibukkan diri dengan membaca dan menulis serta mengajar. Aku berdoa, semoga
termasuk dalam kumpulan orang yang dipanggil Allah untuk memasuki surganya.
QS Al-Fajr:27-30
المطمئنة النفس أيتها يامرضية راضية ربك إلى ارجعي
عبادي في فادخليجنتي وادخلي
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke dalam surga-Ku.
C. Penutup
Tiada kata yang terucapkan dalam penutup ini, karena bahasa yang keluar dari hatiku
adalah bahasa perasaan. Hanya ucapan terima kasih kepada Rasulullah yang telah memberi
teladan bagaimana menyikapi perasaan negatif maupun positif. Ucapan terkhidmat adalah:
إبراهيم آل وعلى إبراهيم على صليت كما محمد آل وعلى محمد على صل اللهموعلى محمد على بارك اللهم مجيد حميد إبراهيم إنك على باركت كما محمد آل
إنكحميد إبراهيم آل وعلى
Dalam ungkapan berirama, aku bersenandung:
Yaa Nabi salaam 'alaika
yaa Rasul salaam 'alaika
yaa Habiib salam 'alaika
sholawattullah 'alaika 3x
Sallallahu ala Muhammad
Sallallahu alaihi wasallam 3x
Dan kepada Allah swt aku berucap:
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 29
Astaghfirullah al -Azhim 3x.
subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar, La haula wala quwwata
illa billahil aliyyil azhim 3x.
Ilahi, anta maqsudi, wa ridhoka mathlubi. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abazah, Nizar. 2014, Bilik-Bilik Cinta Muhammad saw. Jakarta: Zaman
Abu Aziz, Sa’ad Yusuf., 2002, Saat-Saat Rasulullah saw Menangis, Jakarta: Azan
Al-Maliki, Sayyid Muhammad bin Alawi., 2007, Buku Pintar Sejarah Nabi Muhammad, Bandung: Pustaka Hidayah
Al-Maliki, Sayyid Muhammad bin Alawi., 2007, Inner Beauty Keluarga Nabi Muhammad
SAW. Jakarta: Gaung Persada Press
Al-Qarni, Aidh.2006, Muhammad Sang idola, Surabaya: Fitrah Mandiri
An-Nadawi, Sulaiman., 2007, Aisyah, The True Beauty, Jakarta: Pena Pundi Aksara
As-Siba’iy, Musthafa., 2003, Sirah Nabawi, Jakarta: Studia Press
Asy-Sya’rawi, Syekh Mutawalli, 2004, Mukjizat Rasulullah, Jakarta: Al-Mawardi
Asy-Syinwani, Abdul Aziz., 2004, Saat-Saat Berkesan Bersama Rasulullah, Jakarta: Insani
Azimabdi, Badr., 2008, 300 Mukjizat Muhammad SAW, Jakarta: Hikmah
Azizia, 1999, Kearifan Siti Khadijah, Gresik: Putra Pelajar
Bahreisyy, KH. Salim., 1996, Menyaksikan 35 Mukjizat Rasulullah, Surabaya: Progressif
Departemen Agama RI, 2010, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah, Jakarta: Kalim
Haekal, Muhammad Husain, 1990, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antar Nusa.
Hasan bin Ahmad Hasan Hamam, 2008, Story of The Great Husband: Muhammad, Jakarta: Nachlah Pustaka
Kauma, Fuad., 2002, Senyum Senyum Rasulullah, Yogyakarta: Mitra PustakaLing, Martin., 2007, Muhammad, Jakarta: Serambi Ilmu SemestaMarjan, Muhammad Majdy., 2006, Tuhan & Nabi Cinta, Jakarta: EmbunMuhammad bin ‘Ali Ali Mujahid, 2008, Ketika Rasulullah Marah, Yogyakarta: Al-FurqanMuhammad, Abdul Mun’im., 2007, Khadijah, The True Love Story of Muhammad, Jakarta: AksaraOrdoni, Abu Muhammad., 2007, Fathimah, Buah Cinta Rasulullah, Jakarta: ZahraQuthb, Muhammad Ali., 2009, 36 Perempuan Agung di Sekitar Rasulullah SAW, Bandung: MizaniaSudarmojo, Agus Haryo., 2013, DNA Muhammad, Aktivasi Gen Positif dengan Shalawat, Yogyakarta: BunyanSulaeman, Eman., 2007, Khadijah & Aisyah, Inspirasi Cinta di Balik Pribadi Rasulullah, Bandung: Madania Prima.
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 30
Tarmidzi, Imam., 2008, Sama’il Muhammad SAW, Jakarta: Pena Pundi AksaraUsmani, Ahmad Rofi’., 2009, Muhammad Sang Kekasih, Bandung: MizaniaUwaidah, Kamil, 2008, Hadist Qudsi, Jakarta: Pena Pundi AksaraYamani, Muhammad Abduh., 2007, Hanya Fathimah, Bunga nan Jadi Bunda Ayahnya, Depok: Pustaka Iman
Muhammad Soleh, 2015, Meneladani Kecerdasan Intra Personal Rasullullah saw. Page 31