erik erikson

28
TEORI TENTANG KEPRIBADIAN DAN PSIKOPATOLOGI ERIK ERIKSON Erik Homburger Erikson dilahirkan pada 15 Juni 1902 di Karisruhe, Jerman. Ia meninggal pada 1994. Ayahnya seorang Protestan dan ibunya seorang Yahudi bercerai sebelum ia lahir, dan ia dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya, seorang yahudi, Theodore Homburger, seorang dokter anak. Erikson tidak pernah mengenal identitas ayah biologisnya. Ibunya menyimpan rahasia ini hingga akhir hayatnya. Erikson berimigrasi ke Amerika pada tahun 1933. ia bekerja di Austen Riggs Center di Stockbrigde, Massachussets dan mengadakan penelitian di Havard, Yale dan Universitas California di Berkeley. Ia tertarik pada pengaruh budaya terhadap perkembangan anak dan hasil dari penelitiannya pada tahun 1930 dan 1940, termasuk studi antropologikal terhadap Sioux di Dakota Utara daan Yurok di California Utara, bukunya Childhood and Society diterbitkan pada tahun 1950. Dalam buku ini ia mempresentasikan adanya teori perkembangan psikososial yang menjelaskan tahapan penting pada hubungan antar personal dengan dunia sosial berdasarkan hubungan antara biologi dan masyarakat. Erikson mengambil banyak teori psikologi Freud dan menambahkan ke teori Sigmund tentang seksualitas infantil dengan berkonsentrasi pada perkembangan anak sebelum pubertas. Erikson menyimpulkan bahwa kepribadian manusia ditentukan tidak hanya oleh pengalaman masa kanak-kanak tapi juga pengalamannya semasa remaja. Lebih penting, 1

Upload: engga-candranata

Post on 25-Nov-2015

82 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Erik Erikson journal

TRANSCRIPT

Erik Homburger Eriksoin dilahirkan pada 15 Juni 1902 di Karisruhe, Jerman

TEORI TENTANG KEPRIBADIAN DAN PSIKOPATOLOGI ERIK ERIKSONErik Homburger Erikson dilahirkan pada 15 Juni 1902 di Karisruhe, Jerman. Ia meninggal pada 1994. Ayahnya seorang Protestan dan ibunya seorang Yahudi bercerai sebelum ia lahir, dan ia dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya, seorang yahudi, Theodore Homburger, seorang dokter anak. Erikson tidak pernah mengenal identitas ayah biologisnya. Ibunya menyimpan rahasia ini hingga akhir hayatnya.

Erikson berimigrasi ke Amerika pada tahun 1933. ia bekerja di Austen Riggs Center di Stockbrigde, Massachussets dan mengadakan penelitian di Havard, Yale dan Universitas California di Berkeley. Ia tertarik pada pengaruh budaya terhadap perkembangan anak dan hasil dari penelitiannya pada tahun 1930 dan 1940, termasuk studi antropologikal terhadap Sioux di Dakota Utara daan Yurok di California Utara, bukunya Childhood and Society diterbitkan pada tahun 1950. Dalam buku ini ia mempresentasikan adanya teori perkembangan psikososial yang menjelaskan tahapan penting pada hubungan antar personal dengan dunia sosial berdasarkan hubungan antara biologi dan masyarakat.

Erikson mengambil banyak teori psikologi Freud dan menambahkan ke teori Sigmund tentang seksualitas infantil dengan berkonsentrasi pada perkembangan anak sebelum pubertas. Erikson menyimpulkan bahwa kepribadian manusia ditentukan tidak hanya oleh pengalaman masa kanak-kanak tapi juga pengalamannya semasa remaja. Lebih penting, Erikson memformulasikan sebuah teori perkembangan yang mencakup seluruh siklus kehidupan dari bayi hingga lanjut usia.PRINSIP EPIGENETIK

Formulasi Erikson berdasarkan konsep epigenesis, istilah yang diambil dari embriologi. Prinsip epigenetiknya menyatakan bahwa perkembangan terjadi dalam rangkaian atau tahapan dimana setiap tahapnya harus dilalui dengan baik sehingga perkembangan dapat berjalan mulus. Menurut model epigenetik, jika terjadi kegagalan pada suatu tahap maka akan terrefleksikan pada tahapan berikutnya dalam bentuk kegagalan di bidang emosi, kognitif, atau sosial.HUBUNGAN DENGAN TEORI FREUDIAN

Erikson menerima konsep Freud dari perkembangan instingtual dan seksualitas infantil. Dalam setiap tahap psikoseksual Freud (contohnya oral, anal, phalic), Erikson mendeskripsikan sebuah zona dengan perilaku yang spesifik. Misalnya untuk tahap oral dikaitkan dengan prilaku menyedot atau prilaku mengambil (taking-in), sementara fase anal dikaitkan dengan prilaku mempertahankan dan melepaskan (holding on or letting go). Erikson menekankan bahwa sebenarnya perkembangan ego lebih dari sekedar hasil keinginan intrafisik atau energi fisik dalam. Tapi juga merupakan regulasi mutual antara anak yang sedang berkembang dengan budaya masyarakat dan tradisi.DELAPAN TAHAP SIKLUS KEHIDUPAN

Konsep 8 tahap perkembangan ego selama kehidupan merupakan karya paling berhasil dalam hidupnya. Dan ia mengelaborasikan konsep ini dalam tulisan-tulisannya selanjutnya. Delapan tahap ini merepresentasikan titik-titik dalam kontinuum perkembangan dimana perubahan psikis, kognitif, insting dan seksual bergabung menjadi pencetus krisis internal yang resolusinya bisa menghasilkan regresi psikososial atau pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Pada Insight and Responsibility, Erikson mendefinisikan virtue sebagai kekuatan yang diwariskan dan dalam tulisannya pada Identity: Youth and Crisis, ia mendefinisikan krisis bukan sebagai ancaman dari sebuah bencana melainkan lebih sebagai titik balik sebuah periode penting dimana terdapat peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi diri, sehingga menjadi sumber dari kekuatan dan juga ketidaksesuaian.

Stadium 1: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (dari lahir hingga 18 bulan)

Pada Identity: Youth and Crisis, Erikson menyatakan bahwa bayi hidup melalui dan sangat mencintai mulutnya. Sebenarnya mulut membentuk dasar dari pola prilakunya yaitu kerjasama. Bayi menerima dunia melalui mulut, mata, telinga, dan sentuhan. Bayi belajar sebuah modal kultur yang Erikson namakan (to get) menerima yaitu menerima yang diberikan dan (elicit) menunjukkan yang diinginkan. Setelah gigi bayi terbentuk, ia menikmati kesenangan dari mengigit, ia lalu memasuki fase kedua dari fase oral yaitu mode kerjasama aktif. Bayi tidak lagi pasif terhadap rangsangan, ia menggapai (reach) sensasi dan menangkapnya seperti mengangkap stimulai dari sekelilingnya. Modal sosial saat ini berubah menjadi mengambil dan memegang benda.

Perkembangan kepercayaan dasar bayi terhadap dunia dimulai dari pengalaman pertamanya dengan sang ibu atau pengasuhnya. Pada Childhood and Society, Erikson mengemukakan bahwa kepercayaan tergantung bukan dari kuantitas makanan atau demonstrasi cinta tapi lebih kepada kualitas hubungan dengan ibunya. Seorang bayi yang ibunya dapat mengantisipasi dan merespon kebutuhannya secara konsisten dan tepat waktu akan dapat mentoleransi frustasi dan kemunduran pada fase oralnya. Mekanisme pembelaan diri introyeksi dan proyeksi akan menyediakan bayi alat untuk menginternalisasi kesenanganan dan mengeksternalisasi rasa sakit secara konsisten, kontinu dan pengalaman yang sama akan membuat rasa ego meluntur. Kepercayaan akan melebihi ketidakpercayaan dan harapan akan mengkristal. Bagi Erikson, elemen sosial pada tahap identitas ego ini adalah agama.

Dalam mempertahankan karakter epigenetik dari perubahan psikososialnya, Erikson menemukan banyak bentuk dari psikopatologi, sebagai contoh yang ia namakan aggravated development crisis yaitu perkembangan yang kacau pada satu titiknya yang mempengaruhi perubahan psikososial berikutnya. Seseorang yang sebagai hasil dari gangguan berat pada awal hubungan diadik, gagal untuk membentuk sense dasar dari kepercayaan atau kekuatan dari harapan, dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia dengan karakter menarik diri dan regresi saat dewasa. Erikson menghipotesiskan bahwa pasien depresi yang mengalami kekosongan dan rasa tidak berguna merupakan kelanjutan dari kerusakan perkembangan karena pesimisme oral. Adiktif atau ketergantungan dapat disebabkan oleh kekacuaan pada pola kerjasama pada fase oral.Stadium 2: Autonomi vs Rasa malu dan rasa ragu (usia 18 bulan hingga 3 tahun)

Pada perkembangan bicara dan kontrol otot dan sfinkter, balita belajar modal sosial yaitu mempertahankan dan melepaskan. Erikson mengatakan, balita pada masa ini mengalami kekuatan yang disebut kenginan. Sangat tergantung dari jumlah dan jenis kontrol yang dilatih oleh orang dewasa ke anaknya. Kontrol yang dilakukan secara kaku dan terlalu cepat mengalahkan keinginan balita untuk membentuk kontrolnya sendiri dan regresi atau progresi yang salah akan muncul. Kontrol orangtua yang gagal untuk melindungi balitanya terhadap konsekuensi dari kontrol dirinya yang kurang, juga sama buruknya terhadap perkembangan anak terhadap rasa kemandirian. Pada Identity: Youth and Crisis, Erikson menegaskan pada masa ini, menjadi sangat penting untuk menyeimbangkan keinginan dan rasa ketidaksenangan terhadap desakan, antara kooperatif dan kesengajaan, antara ekspresi diri dan sifat kompulsif atau perilaku yang lembut.

Jika rasionya seimbang, anak akan mengembangkan sifat autonomi dan mempunyai kapasitas untuk memiliki; jika rasio tersebut tidak seimbang maka rasa ragu dan malu akan berada di atas keinginannya. Menurut Erikson, prinsip hukum dan aturan lainnya mempunyai peranan dalam proteksi dan regulasi keinginan. Dalam Childhood and Society, ia menyimpulkan, autonomi ada sejak anak-anak dan akan berubah searah dengan perkembangan, serta dipengaruhi oleh hukum.

Seseorang yang terfiksasi pada transisi antara perkembangan harapan dan keinginan autonomi disertai dengan residu ketidakpercayaan dan rasa ragu, bisa berkembang adanya ketakutan paraniod terhadap penyiksaan. Jika perkembangan psikososial bermasalah pada stadium kedua, kelainan lain dapat tampak pada individu tersebut. Perfeksionis, tidak fleksibel, kekikiran, dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif bisa muncul. Terjadinya perilaku obsesif kompulsif merupakan akibat dari dominasi rasa ragu terhadap autonomi.Stadium 3: Inisiatif vs Rasa Bersalah (usia 3 tahun sampai 5 tahun) Peningkatan kemampuan anak terhadap penguasaan perilaku dan kemampuan berbahasa akan mengembangkan partisipasinya terhadap dunia luar dan menstimulasi fantasi untuk lebih dieksplorasi dan ditaklukkan. Partisipasinya bersifat aktif dan intrusif. Sifat intrusif ditandai dengan rasa ingin tahu yang sangat dan kenikmatan terhadap genitalia, kompetitif, dan agresi fisik. Oedipus kompleks berkembang ditandai dengan keinginan anak berkompetisi dengan orang tua yang sejenis (sama seks) untuk memiliki fantasi dengan orang tua yang beda seks. Dalam Identity: Youth and Crisis, Erikson menulis rasa cemburu dan permusuhan menjadi klimaks untuk memenangkan posisi dengan orang tua yang beda seks, kegagalan akan mengakibatkan timbulnya rasa bersalah dan rasa cemas.

Rasa bersalah terhadap keinginan merebut hati dan rasa cemas sebagai antisipasi terhadap hukuman ditekan oleh anak dalam bentuk represi keinginan terlarang dan perkembangan superego untuk mengatur inisisasi. Kata hati ini, hasil dari observasi diri, pengaturan diri, hukuman terhadap diri sendiri, merupakan internalisasi kuasa parental dan sosial. Pada awalnya kata hati ini keras dan tidak menjanjikan, akan tetapi hal ini membentuk moralitas. Dengan adanya ambisi oedipus ini, anak mulai melihat ke luar dari keluarga dimana dia bisa berkompetisi dengan sedikit konflik dan rasa bersalah. Stadium ini merupakan tahap yang krusial untuk anak mengembangkan inisiatif dan merupakan dasar perkembangan ambisi yang realis dan bertujuan. Seperti yang ditulis oleh Erikson pada Childhood and Society stadium oedipus mengeset mimpi anak yang memungkinkan untuk dicapai pada masa dewasa.

Jika tidak ada resolusi yang tepat terhadap konflik antara inisiatif dan rasa bersalah, seseorang akan memiliki kelainan berupa reaksi konversi, inhibisi atau fobia. Bagi mereka yang berusaha terlalu keras untuk mengatasi hal ini, akan mengalami stres yang akan mengakibatkan terjadinya gejala psikosomatis.Stadium 4: Industri vs Inferioritas (usia 5 tahun sampai 13 tahun)

Sejalan dengan dimulainya periode laten, anak menemukan kenikmatan dalam menghasilkan sesuatu. Dia mengembangkan industri dengan mempelajari keahlian baru dan mendapat penghargaan atas karyanya. Erikson menulis dalam Childhood and Society bahwa ego anak meliputi alatnya dan keahliannya: prinsip kerja mengajarkan kenikmatan kerja diperoleh dengan perhatian yang sungguh-sungguh dan ketekunan. Inilah saat yang tepat ketika anak menerima instruksi dan belajar dasar-dasar teknologi sehingga dia bisa menggunakan alat-alat dan keahliannya. Ketika anak bekerja, mereka mengidentifikasi dengan guru mereka dan membayangkan diri mereka dalam pekerjaan yang bervariasi.

Anak yang tidak siap memasuki stadium ini, baik karena resolusi stadium sebelumnya yang belum lengkap atau karena interfensi sebelumnya, bisa mengakibatkan munculnya inferioritas dan ketidakmampuan. Dalam bentuk guru dan role model lainnya, lingkungan sosial sangat berperan dalam membantu anak mengatasi perasaan inferioritas dan meningkatkan kemampuan anak agar lebih kompeten. Dalam Identity: Youth and Crisis, Erikson menyatakan bahwa stadium ini merupakan stadium yang paling penting untuk perkembangan sosial anak, karena mengharapkan anak bisa bekerja mandiri dan dalam kelompok, kemampuan untuk melihat kesempatan yang ada, berkembang pada tahap ini.

Kelainan patologis yang tampak pada stadium ini tidak dapat dejelaskan seperti pada stadium-stadium lainnya.

Stadium 5: Identitas vs Kebingungan peran (usia 13 tahun sampai 21 tahun)

Seiring dengan onset pubertas dan perubahan sosial dan psikologikal, remaja akan dipenuhi oleh pertanyaan tentang identitas. Erikson menyatakan dalam Childhood and Society bahwa remaja sekarang lebih memperhatikan apa yang orang-orang pikirkan tetang mereka dibandingkan dengan apa yang mereka rasakan terhadap diri mereka sendiri, dan dengan pertanyaan bagaimana mereka bisa menghubungkan peran dan keahlian mereka dengan pekerjaan sekarang ini. Peran dan fantasi anak-anak tidak tepat lagi digunakan, akan tetapi remaja juga masih jauh dari kedewasaan. Dalam Childhood and Society, Erikson menuliskan integrasi yang terjadi dalam pembentukan identitas ego jauh melebihi dari identifikasi masa anak-anak. Hal ini merupakan perkembangan pengalaman kemampuan ego untuk mengintegrasikan identifikasi ini dengan perubahan libido, dengan bakat/kecerdasan yang berkembang dari anugrah, dan dengan kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan sosial.

Pembentukan kelompok kecil dan krisis identitas terjadi pada bagian akhir dari masa remaja. Erikson menyebutnya sebagai suatu krisis normatif karena merupakan suatu peristiwa yang normal. Kegagalan untuk mengatasi stadium ini mengakibatkan remaja tidak memilki identitas yang kokoh, orang menderita difusi identitas atau kebingungan peran, yang ditandai dengan tidak memiliki rasa diri dan kebingungan tentang posisinya di dunia. Kebingungan peran dapat bermanifestasi dalam kelainan perilaku tertentu seperti melarikan diri, kriminalitas, dan psikosis yang jelas. Masalah identitas jenis kelamin (gender identity) dan peranan seksual mulai tampak pada stadium ini. Remaja mungkin bertahan terhadap kebingungan peran dengan bergabung dalam kelompok kecil atau pemujaan, atau mengidentifikasi dengan pahlawan-pahlawan rakyat. Intoleransi terhadap perbedaan individu merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh anak muda untuk melepaskan perasaan hilangnya identitas. Jatuh cinta merupakan suatu proses yang dilakukan oleh remaja dalam mengklarifikasi identitas dengan memproyeksikan image diri terhadap pasangannnya dan melihat secara bertahap menjadi bentuk yang lebih nyata, dan identifikasi berlebihan dengan figur yang ideal merupakan cara yang dilakukan oleh remaja dalam mencari definisi diri. Dengan pencapaian identitas yang lebih fokus dan jelas, remaja membenuk kekuatan kesetiaan (fidelity) yaitu keyakinan yang tidak hanya pada timbulnya definisi diri tetapi juga munculnya sebuah ideologi. Seperti Erikson, Joan Erikson dan Helen Kivnick menuliskan dalam Vital Involvement in Old Age kesetiaan merupakan kemampuan untuk mempertahankan loyalitas terhadap janji meskipun adanya sistem masyarakat yang kontra yang tidak dapat dielakkan. Ini merupakan dasar identitas dan menerima inspirasi dari ideologi yang telah disesuaikan. Kebingungan peran terjadi jika remaja tidak mampu untuk memformulasikan perasaan identitas dan kepemilikan. Erikson menyatakan pelanggaran/kejahatan, kelainan yang berhubungan dengan gender, dan episode psikotik borderline dapat diakibatkan oleh kebingungan tersebut.

Stadium 6: Keintiman vs Isolasi (usia 21 tahun sampai 40 tahun)

Repon terkenal dari Freud tentang pertanyaan apa yang seharusnya dapat dilakukan dengan baik oleh orang normal mencintai dan bekerja, merupakan salah satu hal yang diungkapkan oleh Erikson dalam diskusinya pada stadium ini, dan ia menyatakan pentingnya cinta dalam keseimbangan identitas. Erikson menegaskan dalam Identity: Youth and Crisis kata cinta yang digunakan oleh Freud merujuk kepada kedermawanan keintiman sama seperti kenikamatan genitalia; jika ia mengatakan mencintai dan bekerja, maksudnya ialah kerja produktif yang tidak akan menyebabkan seseorang dapat kehilangan hak atau kapasitasnya untuk berhubungan seksual dan mencintai.

Keintiman pada dewasa muda berhubungan erat dengan kesetiaan, ini merupakan kemampuan untuk membuat dan menghormati komitmen untuk bersatu yang membutuhkan pengorbanan dan kompromi. Seseorang yang tidak bisa mentoleransi ketakutan akan kehilangan ego timbul dari pengalaman diri (seperti orgasme seksual, intensitas momen dalam persahabatan, agresi, inspirasi, dan intuisi) bisa mengakibatkan terjadinya isolasi yang mendalam dan absorbsi diri. Distantiation merupakan kata yang digunakan oleh Erikson untuk menyatakan kesiapan untuk penyangkalan, isolasi dan jika perlu menghancurkan semua kekuatan dan mereka yang terlihat membahayakan terhadap seseorang merupakan hasil patologis dari konflik keintiman dan tidak adanya pembedaan perasaan keintiman, persaingan, dan pertempuran, merupakan dasar pembentukan bentuk bervariasi prasangka, penyiksaan, dan psikopatologis.

Pemisahan Erikson tentang pencapaian identitas dengan keintiman, dan penekanannya pada penyelesaian tugas sebelumnya agar dapat menuju ke perkembangan berikutnya mendapatkan berbagai kritik dan perdebatan. Kritik itu membantah pendapat Erikson bahwa pemisahan Erikson tersebut melupakan pentingnya untuk wanita terus mencintai dan pembentukan identitas dapat dihasilkan dari suatu hubungan.

Stadium 7: Generativitas vs Stagnasi (usia 40 tahun sampai 60 tahun)

Erikson menekankan dalam Identity: Youth and Crisis bahwa generativitas memiliki fokus utama untuk membentuk dan membimbing generasi berikutnya. Kata generativitas tidak hanya digunakan untuk mengajarkan dan membesarkan keturunannya, akan tetapi juga mencakup produktivitas dan kreativitas. Adanya pencapaian kapasitas untuk membentuk hubungan intim sebelumnya, akan memperluas energi libido dan ego untuk menjadi anggota kelompok, organisasi, dan sosial. Kekuatan yang ditekankan pada stadium ini adalah care (kepedulian). Dalam Chilhood and Society, Erikson menyebutkan pentingnya maturitas perasaan seseorang. Maturitas/kematangan memerlukan bimbingan/arahan dan juga dorongan dari apa yang telah dihasilkan.Dengan perilaku generatif seseorang dapat menggunakan pengetahuan dan keahlian untuk memperoleh hasil yang memuaskan ketika mendapat peran dengan kekuasaan senioritas dan tanggung jawab.

Ketika seseorang tidak dapat mengembangkan generativitas sejati, mereka akan melakukan perjanjian semu dalam pekerjaannya. Seringkali orang tersebut membatasi fokus perannya pada aspek teknis, dimana mereka memiliki keahlian yang baik, menjauhkan diri dari tanggung jawab yang lebih besar untuk organisasi ataupun profesi. Kegagalan generativitas ini bisa menyebabkan stagnasi personal yang mendalam, ditutupi oleh berbagai bentuk pelarian seperti alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang, seksual dan bentuk keadaan lainnya. Krisis pertengahan kehidupan dan kecacatan prematur (fisik dan psikologis) bisa terjadi. Pada kasus ini, kelainan patologis tampak tidak hanya pada orang-orang pertengahan umur (middle-aged) tapi juga pada organisasi yang bergantung kepada mereka sebagai pemimpin. Oleh karena itu, kegagalan yang berkembang pada pertengahan kehidupan bisa mengakibatkan terbentuknya organisasi yang tidak sehat, lemah atau destruktif yang merupakan tanda kegagalan generativitas terhadap lingkungan sosial.

Stadium 8: Integritas versus Keputusasaan (usia 60 tahun sampai kematian)

Dalam Identity: Youth and Crisis, Erikson meyebutkan integritas sebagai penerimaan seseorang terhadap siklus kehidupan yang hanya terjadi sekali dan satu-satunya dan terhadap seseorang yang sangat berperan secara signifikan terhadapnya sama seperti sesuatu yang harusnya terjadi dan tanpa substitusi. Dari tempat yang menguntungkan pada stadium perkembangan psikososial ini, seseorang melepaskan harapan bahwa orang penting dalam hidupnya adalah orang yang berbeda dan mampu untuk mencintai dengan cara yang lebih berarti, merefleksikan penerimaan tanggung jawab terhadap kehidupan seseorang. Individu berada dalam keadaan kebijaksanaan dan integritas ini menyebabkan seseorang memiliki kemampuan untuk menghadapi kematian dan pencapaian yang dinamakan oleh Erikson dalam Identity: Youth and Crisis sebagai detach yet active corncern with life.

Erikson menggarisbawahi konteks kehidupan sosial dalan stadium akhir psikososial. Dalam Childhood and Society, Ia menuliskan bahwa gaya integritas berkembang dari budaya masyarakat setempat dan menjadi warisan jiwanya. Dalam konsolidasi final ini, kematian akan tidak begitu menyakitkan.

Ketika usaha untuk mempertahankan integritas gagal, individu menjadi muak dengan dengan kehiduan eksternal dan akan menghina orang lain dan institusi. Erikson menuliskan dalam Childhood and Society, kemuakan tersebut menyamarkan ketakutan akan kematian dan keputusasaan, waktu menjadi semakin singkat, terlalu singkat untuk mencoba memulai kehidupan yang baru dan mencoba untuk merubah integritasnya. Melihat kembali pada orang-orang yang berumur delapan puluhan, ia menyatakan adanya hubungan antara integritas dewasa dengan kepercayaan infantil, anak-anak yang sehat tidak akan takut terhadap kehidupan jika orang tua mereka memiliki integritas yang cukup untuk tidak takut terhadap kematian.

PSIKOPATOLOGI

Tiap stadium siklus kehidupan mempunyai hasil psikopatologisnya jika tidak dilalui dengan baik/tidak berhasil.Kepercayaan Dasar (Basic Trust)

Suatu gangguan pada kepercayaan dasar dapat menyebabkan ketidakpercayaan dasar. Kepercayaan sosial pada bayi ditandai dengan kemudahan memberikan makanan, kedalaman tidur, dan homeostasis fisiologis umum. Perpisahan yang lama selama masa bayi dapat menyebabkan hospitalisme atau depresi anaklitik. Di dalam kehidupan di kemudian hari, kehilangan kepercayaan tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk gangguan distimik, suatu gangguan depresif, atau rasa tidak berdaya. Orang yang mengembangkan dan mengandalkan pertahanan proyeksi, dimana menurut Erikson. kita membantu orang dengan kejahatannya yang sebenarnya berada dalam diri kita, mengalami rasa ketidakpercayaan sosial pada tahun-tahun pertama kehidupannya dan kemungkinan mengalami gangguan paranoid atau delusional. Ketidakpercayaan dasar merupakan suatu kontribusi utama terhadap perkembangan gangguan kepribadian skizoid dan pada kasus yang paling berat menjadi perkembangan skizofrenia. Gangguan yang berhubungan dengan zat juga dapat dihubungkan dengan ketidakpercayaan sosial; kepribadian ketergantungan zat mempunyai ketergantungan kebutuhan oral yang kuat dan menggunakan zat kimia untuk memuaskan dirinya sendiri karena mereka percaya bahwa manusia tidak dapat dipercaya dan bahkan berbahaya. Jika tidak diasuh dengan tepat, bayi merasa kosong dan kelaparan bukan hanya untuk makanan tetapi juga untuk stimulasi sensual dan visual. Sebagai orang dewasa, mereka dapat menjadi pencari getaran yang merangsang yang tidak melibatkan keintiman dan dapat membantu menghindarkan perasaan depresi.

Autonomi

Stadium ini ditandai dengan usaha anak berkembang menjadi individu yang autonom yang sering disebut dengan dua hal yang menakutkan (terrible two) yang merujuk kepada kesengajaan anak pada periode perkembangan ini. Jika rasa malu dan ragu melebihi autonomi, keraguan kompulsif dapat terjadi. Kekakuan kepribadian obsesif juga disebabkan dari keragu-raguan yang meluap-luap. Toilet training yang berlebihan, yang sering dilakukan dalam masyarakat sekarang, yang memerlukan tubuh yang bersih, tepat waktu dan wangi, dapat menyebabkan kepribadian kompulsif yang menyakitkan, sangat teliti, dan mementingkan diri sendiri. Dikenal juga sebagai kepribadian anal yaitu pelit, tepat waktu, dan perfeksionistik.

Terlalu banyak perasaan malu menyebabkan anak merasa jahat atau kotor dan dapat mengarahkan kepada perilaku kenakalan. Sebagai akibatnya, anak berkata, jika hal ini yang mereka pikirkan tentang saya, maka hal itulah yang akan saya lakukan. Kepribadian paranoid merasa bahwa orang lain mencoba untuk menguasai mereka, suatu stadium yang mungkin berasal dari stadium autonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu. Jika disertai dengan ketidakpercayaan, akan muncul waham persekutorik atau penyiksan. Gangguan impulsif dapat dijelaskan sebagai penolakan seseorang untuk dihalangi atau dikendalikan.

Inisiatif

Erikson menyatakan, Di dalam patologi, konflik inisiatif diekspresikan dalam penyangkalan histerikal (hysterical denial), yang menyebabkan penekanan harapan atau gangguan organ seperti paralisis atau impotensi; atau senang pamer yang terlalu berlebihan, di mana individu yang ketakutan, terlalu ingin untuk merendah daripada menonjolkan dirinya. Dahulu histeria biasanya merupakan bentuk regresi patologis yang umum di dalam bidang ini, tetapi suatu loncatan ke penyakit psikosomatis sekarang ini umum terjadi.

Rasa bersalah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai keadaan, seperti gangguan kecemasan umum dan fobia. Pasien merasa bersalah karena impuls normalnya dan mereka menekan impuls tersebut dengan menyebabkan pembentukan gejala. Inhibisi seksual dapat terjadi jika hukuman atau larangan yang keras terjadi selama stadium inisiati versus rasa bersalah. Gangguan konversi atau fobia spesifik dapat terjadi jika konflik oedipal tidak terpecahkan. Saat fantasi seksual diterima sebagai sesuatu yang tidak dapat diwujudkan, anak dapat menghukum dirinya sendiri atas fantasi tersebut dengan melukai genitalianya. Di dalam penyerangan yang brutal terhadap superego yang sedang berkembang, mereka dapat menekan keinginannya dan mulai untuk menyangkalnya. Jika pola ini terus dibawa, paralisis, inhibisi, atau impotensi dapat terjadi. Kadangkala adanya rasa takut tidak mampu untuk menikmati hidup seperti yang diharapkan orang lain, menyebabkan anak mungkin kembali ke penyakit psikosomatis.

Industri

Erikson menggambarkan industri sebagai suatu rasa mampu untuk membuat sesuatu dan membuatnya baik dan bahkan secara sempurna. Jika usaha anak dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tersebut tidak dapat dicapai atau tidak bermanfaat dan rasa inferioritas berkembang. Pada orang dewasa, perasaan inferioritas tersebut dapat menyebabkan hambatan kerja yang berat dan suatu struktur karakter yang ditandai dengan perasaan ketidakmampuan. Pada beberapa orang, perasaan dapat menyebabkan dorongan kompensasi untuk mencari uang, kekuasaan, dan martabat. Pekerjaan dapat menjadi tujuan utama kehidupan, melebihi keintiman.

Identitas

Banyak gangguan pada masa remaja dapat dihubungkan dengan kebingungan identitas (identity confusion). Bahayanya adalah difusi peran. Erikson menyatakan: Jika hal ini didasarkan pada rasa ragu-ragu yang kuat sebelumnya seperti pada identitas seksual seseorang, peristiwa kejahatan dan psikotik seketika tidak jarang terjadi. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat, peristiwa tersebut tidak akan fatal seperti pada usia lainnya. Hal ini terutama ketidakmampuan untuk menentukan suatu identitas okupasional yang mengganggu orang muda. Untuk menjaga diri mereka, bersama-sama mereka kadang-kadang mengidentifikasi secara berlebihan dengan pahlawan kelompok dan masyarakat, sampai pada titik kehilangan identitas sepenuhnya.

Gangguan lain selama stadium identitas versus kebingungan peran adalah gangguan konduksi, gangguan perilaku mengacau (disruptive behavior disorder), gangguan identitas jenis kelamin, gangguan skizofreniform, dan gangguan psikotik lainnya. Kemampuan untuk meninggalkan rumah dan hidup secara mendiri adalah tugas penting selama periode ini. Ketidakmampuan untuk berpisah dari orang tuanya dan ketergantungan yang lama dapat terjadi.

Keintiman

Keberhasilan membentuk perkawinan dan keluarga yang stabil tergantung pada kemampuan untuk menjadi intim. Tahun-tahun masa dewasa muda merupakan masa yang penting untuk memutuskan apakah akan menikah dan dengan siapa. Identitas jenis kelamin menentukan objek pilihan, apakah heteroseksual atau homoseksual, tetapi membuat hubungan yang intim dengan orang lain adalah tugas yang utama. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tetap terisolasi dari orang lain karena rasa takut, kecurigaan, ketidakmampuan untuk mengambil resiko, atau tidak adanya kemampuan untuk mencintai.

Generativitas

Dalam kira-kira usia 40 sampai 65 tahun, yaitu periode masa dewasa pertengahan, gangguan spesifik kurang jelas ditetapkan dibandingkan dengan dalam stadium lainnya yang digambarkan oleh Erikson. Orang setengah tua (umur pertengahan) menunjukkan insidensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, yang mungkin berhubungan dengan kekecewaan dan kegagalan orang setengah tua saat mereka mengenang kembali masa lalu, mengingat bagaimana kehidupan mereka telah berjalan, dan menghadapi masa depan. Peningkatan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya juga terjadi pada saat ini.

Integritas

Gangguan kecemasan seringkali berkembang pada lanjut usia. Di dalam rumusan Erikson, perkembangan tersebut mungkin berhubungan dengan tinjauan balik seseorang ke masa lalunya dengan rasa panik. Waktu telah berjalan dan kesempatan telah dipergunakan. Penurunan fungsi fisik dapat berperan pada penyakit psikosomatik, hipokondriasis dan depresi. Angka bunuh diri yang paling tinggi terjadi setelah usia 65 tahun. Orang menghadapi kematian mungkin tidak dapat mentoleransi hal tersebut jika mereka belum bersifat generatif atau mampu membuat perlekatan yang erat di dalam kehidupannya. Integritas bagi Erikson ditandai dengan penerimaan kehidupan seseorang Jika penerimaan tersebut tidak ada, orang memasuki keadaan keputusasaan dan ketidakberdayaan yang dapat menyebabkan gangguan depresi yang berat.

PENGOBATAN

Walaupun tidak terdapat sekolah psikoanalitik pengikut Erikson yang berdiri sendiri, seperti keberadaan bidang pengikut Freud dan Jung, Erikson membuat banyak peranan atau kontribusi penting dalam proses terapeutik, di antaranya adalah keyakinan tentang tercapainya kepercayaan antara dokter dan pasiennya merupakan kebutuhan dasar untuk keberhasilan terapi. Jika psikopatologi berasal dari ketidakpercayaan (sebagai contohnya, depresi) pasien harus membangun kembali kepercayaan dengan ahli terapi, ahli terapi mempunyai tugas seperti seorang ibu yang baik, untuk bersikap sensitif terhadap kebutuhan pasien. Ahli terapi harus mempunyai sifat dapat dipercaya yang dialihkan kepada pasiennya.

Teknik-Teknik

Bagi Erikson, seorang psikoanalis bukan merupakan sesuatu yang pasif atau lembaran kosong di dalam proses terapeutik, seperti yang sering ditemukan dalam praktek psikoanalisis pengikut Freud. Sebaliknya, terapi yang efektif mengharuskan ahli terapi secara aktif membawakan kepada pasiennya kepercayaan yang mereka mengerti. Hal tersebut dilakukan tidak hanya dengan mendengarkan secara empati tetapi juga dengan memberikan kepastian secara verbal, yang memungkinkan suatu perkembangan transferensial positif, yang dibangun atas dasar saling mempercayai.

Dimulai sebagai ahli analisis anak-anak, Erikson mencoba untuk memberikan mutualitas dan kepercayaan tersebut sambil ia mengobservasi anak-anak menciptakan kembali dunianya dengan menyusun mainan, balok-balok, kendaraan, dan perabotan miniatur ke dalam situasi dramatik yang mengganggu mereka. Selanjutnya Erikson menghubungkan observasinya dengan pernyataan oleh anak-anak dan anggota keluarganya. Ia memulai pengobatan seorang anak sesaat setelah makan malam dengan seluruh keluarga. Terapi biasanya dilakukan dengan kerjasama erat dari keluarga. Setelah tiap periode regresif dalam pengobatan anak skizofrenik, sebagai Erikson berdiskusi dengan tiap anggota keluarga apa yang telah terjadi pada mereka sebelum episode. Hanya setelah ia merasa cukup puas bahwa ia telah mengidentifikasi masalah, barulah pengobatan dimulai. Erikson kadangkala memberikan informasi korektif kepada anak, sebagai contohnya, mengatakan kepada seorang anak laki-laki yang tidak dapat melepaskan fesesnya dan menyebabkan dirinya sendiri sakit akibat konstipasi, bahwa makanan adalah bukan bayi yang tidak dilahirkan.

Erikson seringkali menyarankan bermain, dengan anjuran spesifik kepada orang tua, terbukti menyenangkan sebagai cara pengobatan. Bermain, bagi Erikson, dapat digunakan menetapkan diagnosis dan dengan demikian membantu ahli terapi yang ingin memberikan kesembuhan, tetapi juga kuratif dalam dirinya sendiri. Bermain merupakan fungsi ego dan memberikan kesempatan kepada anak untuk menggabungkan proses sosial dan tubuh di dalam dirinya sendiri. Anak bermain dengan balok-balok atau orang tua memainkan situasi dramatik bayangan dapat memanipulasi lingkungan dan mengembangkan kontrol yang diperlukan ego. Tetapi, terapi bermain tidaklah sama bagi anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak membangun model dalam usaha mendapat kontrol kenyataan; mereka melihat ke bidang baru penguasaan. Orang dewasa menggunakan permainan untuk mengkoreksi masa lalu dan untuk menebus kegagalannya.

Mutualitas, yang penting dalam sistem kesehatan Erikson, juga penting untuk kesembuhan. Erikson menghargai Freud untuk pilihan moral meniadakan hipnosis, karena hipnosis memperbesar jurang pemisah antara orang menyembuhkan dan orang yang sakit dan mempertinggi ketidaksamaan yang Erikson bandingkan dengan ketidaksamaan anak dan orang dewasa. Erikson mendesak bahwa hubungan antara orang yang menyembuhkan dan orang yang sakit adalah sama dimana pengobservasi yang telah belajar untuk mengobservasi dirinya sendiri mengajarkan orang yang diobservasi untuk menjadi pengobservasi dirinya sendiri.

Mimpi dan Asosiasi Bebas (Dreams and Free Association)

Seperti Freud, Erikson bekerja pada asosiasi pasien hingga mimpi-mimpinya sebagai cara terbaik untuk mengerti apa yang dimaksudkan. Ia menganalisa asosiasi pertama hingga mimpi, yang dipercayai olehnya sebagai sesutau yang memiliki kekuatan dan penting. Pada akhirnya Erikson mendengarkan segala seuatu yang bisa memberikan arti tambahan terhadap materi yang berkaitan.

Erikson percaya bahwa intepretasi merupakan agen terapeutik yang primer yang dicari sebayak-banyaknya oleh pasien maupun oleh ahli terapi. Ia menyatakan perhatian melayang bebas (free floating attention) sebagai salah satu metode yang digunakan untuk memudahkan terjadinya penemuan. Erikson pernah menggambarkan perhatiannya dan menyatakan kamu perlu sejarah dan kamu perlu teori dan kemudian kamu harus melupakan mereka berdua dan biarkan setiap jamnya berdiri untuk dirinya masing-masing. Ini membebaskan kedua kelompok dari tekanan untuk mengembangkan terapi dan membiarkan mereka untuk menyadari adanya kesenjangan yang merupakan suatu tanda ketidaksadaran.

Tujuan-tujuan

Erikson membicarakan empat dimensi pekerjaan ahli psikoanalisis. Keinginan pasien untuk disembuhkan dan keinginan ahli analisis untuk menyembuhkan adalah sebagai dimensi yang pertama. Terdapat mutualitas di mana pasien dan ahli terapi dimotivasi oleh kesembuhan dan terdapat pembagian tugas. Tujuannya adalah selalu membantu ego pasien untuk menjadi lebih kuat dan menyembuhkan dirinya sendiri. Dimensi kedua disebut Erikson sebagai objektivitas-partisipasi. Ahli terapi harus membiarkan pikirannya tebuka. Perubahan neurosis tulis Erikson. Generalisasi baru harus dibuat dan disusun dalam konfigurasi yang baru. Dimensi ketiga berada dalam sumbu pengetahuan-partisipasi. Ahli terapi menerapkan wawasan tertentu dalam pendekatan eksperimental yang ketat. Dimensi keempat adalah toleransi-kemarahan. Erikson menyatakan identitas yang didasarkan pada argumen Talmudic, pada semangat mesianik, pada ortodoksi menghukum, pada sensionalisme pengikut mode, pada ambisi professional dan sosial adalah berbahaya dan cenderung menguasai pasien. Penguasaan memperbesar kesenjangan ketidaksamaan antara dokter dan pasien dan menyebabkan perwujudan ide yang terus timbul dalam pikiran Erikson bahwa mutualitas menjadi semakin sulit.

Menurut Erikson, ahli terapi mempunyai kesempatan untuk bekerja pada konflik masa lalu yang tidak terpecahkan di dalam hubungan terapeutik. Erikson mendorong ahli terapi untuk tidak menghindari diri dari membimbing pasien; Erikson percaya bahwa hal tersebut diperlukan bagi ahli terapi untuk menawarkan pada pasiennya hal yang dilarang dan diijinkan. Ahli terapi tidak boleh menjadi terlalu terpikat pada pengalaman hidup masa lalu pasiennya sehingga konflik sekarang dalam hal cara pasien berhubungan dengan dunia luar menjadi terlewatkan.

Tujuan terapi adalah untuk mengenali bagaimana pasien telah melalui berbagai stadium siklus kehidupan dan bagaimana berbagai krisis di dalam masing-masing stadium telah atau belum diatasi. Sama pentingnya, stadium dan krisis di masa mendatangkan harus diperkirakan, sehingga dapat diatasi dan dikuasai dengan tepat. Tidak seperti Freud, Erikson tidak percaya bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang sangat kaku sehingga tidak bisa terjadi perubahan pada masa dewasa pertengahan dan akhir. Bagi Erikson, pertumbuhan dan perkembangan psikologis terjadi pada seluruh rentang waktu siklus kehidupan.

Austin Riggs Center di Stockbridge, Massachusetts, merupakan tempat penyimpanan hasil kerja Erikson dan banyak dari teori-teorinya telah dipraktekkan di sana. Istri Erikson, Joan, mengembangkan program di Austen Riggs Center yaitu zona interpretasi bebas (interpretation-free zone) dimana pasien mampu untuk memegang peran kerja atau fungsi sebagai murid dengan artis atau ahli, tanpa pembebanan peran pasien secara berlebihan. Ruang kerja ini meliputi bermain dan kreativitas yang dibutuhkan dalam perkembangan kerja pasien seiring dengan kemajuan terapinya.

PAGE 13