epidemiologi
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Epidemiologi dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi” dengan
sebaik-baiknya.
Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai
Definisi, sejarah dan perkembangan, peristiwa bersejarah dalam epidemiologi, teori
perkembangan epidemiologi, tujuan dan jenis-jenis epidemiologi, ruang lingkup epidemiologi
dan konsep epidemiologi keperawatan. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan S1 Kedokteran Gigi.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih,kepada
drg. Richa Rohmani yang telah membimbing.
. Saya, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, agar penulisan makalah ini bisa lebih baik lagi. Harapan
saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi
mahasiswa kedokteran khususnya agar mengetahui pentingnya mengetahui dan memahami
sejarah dan perkembangan konsep epidemiologi Kesehatan.
Kediri, 26 September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar belakang
Salah satu arti dari kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di
antara), Demos (Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi
berarti ilmu pada penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu yang
digunakan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada penduduk/masyarakat
(Lidya dan Muliani, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi epidemiologi ?
2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi ?
3. Bagaimana Elemen dan Tujuan Epidemiologi ?
6. Bagaimana Jenis – jenis epidemiologi ?
7. Bagaimana Ruang Lingkup Epidemiologi ?
8. Bagaimana Konsep Epidemiolog dan startegi ?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan konsep
Epidemiologi.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan tentang definisi, epidemiologi.
2. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi.
3. Untuk mengetahui bagaimana Elemen dan Tujuan Epidemiologi.
6. Untuk mengetahui bagaimana Jenis – jenis epidemiologi.
7. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Epidemiologi.
8. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Epidemiolog dan startegi
1.4 Hipotesa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Epidemiologi
Kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di antara), Demos
(Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi berarti ilmu pada
penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu yang digunakan untuk
mencari pemecahan masalah yang terjadi pada penduduk/masyarakat.
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang
menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non
penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang
frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development)
dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.
(Maryani dan Rizki, 2010).
2.2 Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi
Epidemiologi sudah cukup lama dikenal atau diperkenalkan dalam dunia kesehatan
dan kedokteran. Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah penting dalam
perkembangan epidemiologi.
1. Hippocrates (377-260 SM).
Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca- Socrates, yang dikenal sebagai
Bapak Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara
berpikir orang-orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul)
dalam memandang kejadian penyakit.
Hippocrates memberikan kontribusi besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal
dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara = host-
agent-environment‘ (penjamu - agen- lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs,
Waters and Places" (¯Tentang Udara, Air, dan Tempat.) yang diterjemahkan Francis
Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi karena kontak dengan jazad hidup,
dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
2. John Graunt (1662)
Merupakan orang pertama melakukan kuantifikasi atas kejadian kesakitan dan kematian
dengan menganalisis laporan mingguan kelahiran dan kematian di kota London.
3. William Farr (1839)
Orang pertama yang menganalisis statistik kematian untuk mengevaluasi masalah
kesehatan. Ia juga yang mengembangkan beberapa metode penting dalam epidemiologi
seperti definisi populasi berisiko, populasi pembanding,dll.
4. Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).
Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu
spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna
untuk analisis epidemiologi selanjutnya.
5. Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi
Tuberkulosis sebagai perangkap diagnosis TBC pada anak-anak. Dia juga terkenal
dengan Postulac Koch yang mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan
mikroorganisme dapat dianggap penyebab suatu penyakit.
6. Max Van Patternkofer
Dia mengidentifikasikan penyebab sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa vibrio
bukanlah penyebab kolera.
7. Jhon Snow (1854)
Orang pertama yang mengembangkan metode investigas wabah yang dapat mengantarkan
penyelidikan kea rah penyebab.
8. Percival Pott
Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja
pembersih cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong
asap itulah yang menjadi biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi
modern.
9. James Lind, 1747
Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang
mengalami Scurvy (kurang vitamin c) hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan
makanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
10. Dool dan Hill,1950
Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya
hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang
epidemiologi klinik (Lidya dan Muliani, 2010).
2.3 Tujuan Epidemiologi
Di dalam definisi-definisi epidemiologi yang diutarakan para ahli diatas, tersirat beberapa
tujuan epidemiologi, yaitu :
1) Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
2) Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan tersebut.
3) Menemukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas
pelaksanaanya.
4) Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah dalam
perencanaan.
5) Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk bagi
upaya pencegahan dan mekanisme pengendalian.
6) Mempelajari penyebab / faktor risiko suatu penyakit / masalah kesehatan.
7) Mengembangkan system pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu system
administrasi.
2.4 Elemen Epidemiologi
Di dalam batasan epidemiologi sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
a. Masalah Kesehatan
Epidemiologi mempelajari semua masalah kesehatan termasuk penyakit, baik penyakit
infeksi, seperti TBC, Flu burung, maupun penyakit non infeksi, seperti kanker. Selain
itu epidemiologi juga mempelajari non penyakit, secara kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi mencakup
juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Populasi
Epidemiologi memusatkan perhatiannya pada distribusi masalah kesehatan pada populasi
(masyarakat)atau kelompok.
c. Pendekatan ekologi
Pendekatan ekologi dalam epidemiologi mengkaji frekuensi dan distribusi masalah
kesehatan berdasarkan keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Hal ini karena masalah kesehatan pada seseorang dikaji dari manusia
dan total lingkungannya (Lidya dan Muliani, 2010).
2.5 Jenis-jenis Epidemiologi
Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan
bagaimana berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk
mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan berbagai
cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa metode.
Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :
1) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah
kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu
penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu dalam
pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana),dan when (kapan).
a. Siapa
Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan
mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable umur,
jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-faktor ini
biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok orang yang potensial
atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan resiko, biasanya disebut
population at risk (populasi berisiko).
b. Dimana
Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja atau
dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan. Faktor tempat
ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural), pantai dan pegunungan, daerah
pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.
c. Kapan
Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat
berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering.
Contoh :
“Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi selatan adalah 25.000 lelaki pada tahun
1992. ” (Noor, 2002).
2) Epidemiologi Analitik
Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor
penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini diharapkan epidemiologi mampu
menjawab pertanyaan kenapa (why) apa penyebab terjadinya masalah itu.
Contoh :
“setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru ,
maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan faktor
determinant/penyebab terjadinya kanker paru.”(Noor, 2002).
3) Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai
penyebab terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji kebenaranya dengan
percobaan (eksperimen).
Contoh :
“jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika
rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya. Untuk ini dilakukan
perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan orang yang tidak
merokok,kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker paru untuk masing-masing
kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan ada atau tidaknya pengaruh rokok
terhadap penyakit kanker paru tersebut.
Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya saling
berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman pendekatan
epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan
pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi deskriptif, lalu
diperdalam dengan epidemiologi analitik dan disusul dengan melakukan epidemiologi
eksperimental.
Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek lain sehingga ditemukan
berbagai jenis epidemiologi lainya . misalnya ada epidemiologi penyakit menular,
kependudukan, kesehatan reproduksi, statistik, farmasi,dll (Noor, 2002).
2.6 Ruang Lingkup Epidemiologi
Pada awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat
menular/infeksi dan akut. Pada perkembangan lebih lanjut, epidemiologi juga mempelajari
penyakit tidak menular juga kronis, masalah sosial/prilaku, penilaian terhadap pelayanan
kesehatan, serta diluar bidang kesehatan.
Jadi ruang lingkup epidemiologi diantaranya adalah :
1. Epidemiologi Penyakit Menular:
Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular tertentu.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular :
Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti
kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainya, termasuk masalah
meningkatnya kecelakaan lalulintas dan penyalah gunaan obat-obatan tertentu.
3. Epidemiologi Klinik:
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh
para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/dokter tentang cara pendekatan
masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kesehatan lingkungan dan Kesehatan Kerja :
bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis
keadaan kesehtan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja,serta
kebiasaan hidup para pekerja.
5. Epidemiologi Kependudukan:
merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan system pendekatan
epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang
terjadi di dalam masyarakat.
6. Epidemiologi Kesehatan Jiwa:
merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
7. Epidemiologi Gizi:
dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini
erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
8. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan :
Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan manajemen dalam menganalisis
masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunana rencana
pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu (Noor, 2002).
2.7 Segitiga Epidemiologi
Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga
komponen penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet).
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman
masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antar
ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi
atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab
peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan (Noor,
2002).
1. Pejamu (Host)
Yaitu hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara lain :
1. Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etnik (suku) hubungan keluarga
2. Bentuk anatomis tubuh
3. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
4. Status kesehatan, termasuk status gizi
5. Keadaan kuantitas dan respon monitors
6. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial
7. Pekerjaan.
Pada manusia juga memiliki karakteristik yang sangat berpengaruh seperti jenis
kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (tua, muda, anak-anak), dll. Semua itu berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit.
Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam doa kelompok yaitu :
1. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sekat biologis tertentu seperti
• Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan
• Bentuk anatomis tubuh
2. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti :
Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan
sosial kemasyarakatan.
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk, kebiasaan hidup sehat (Noor,
2002).
2. Agent
Agent adalah Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan.
Dan penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.
a. Biotis, khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan
1. Protozoa : misalnya Plasmodium, amodea
2. Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes
3. Bakteri : misalnya Salmonella, meningitis
4. Virus misalnya : dengue, polio, measies, lorona
5. Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
b. Abiotis, terdiri dari
1. Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak,
mineral, protein dan vitamin)
2. Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
3. Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
4. Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan
getaran
5. Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
6. Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik (Noor, 2002).
3. Unsur lingkungan (Enviroment)
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan itu memegang peranan dalam
proses kejadian penyakit (Noor, 2002).
1. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
Vektor pembawa infeksi
Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai
sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/sumber
penyakit atau pejamu antara (host intermedia)
Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit
menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting
dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur
lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber kehidupan) maupun yang
mengancam kehidupan / kesehatan manusia (Noor, 2002).
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan
fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan
Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul
akibat manusia sendiri (Noor, 2002).
3. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.
Lingkungan sosial ini meliputi :
Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan
Kebiasaan hidup masyarakat
Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial
lainnya.
Dalam mengetahui keberadaan (diagnosis) penyakit, diperlukan perhatian dan
perhitungan terhadap faktor waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit,
diinginkan untuk melakukan diagnosis benar, tepat waktu ataupun secepatnya.
Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah riwayat alamiah
penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan
penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu
penyakit berlangsung secara alamiah (Bustam,2006).
Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap sebagai berikut :
1. Tahap prepatogensis
2. Tahap Patogenesi
Uraian masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut :
a. Tahap Prepatogensis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka
terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility).
Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan
bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih
ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap
menyerang peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit
penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan
perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis (Bustam,2006).
b. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap Lanjut, dan Tahap
Akhir.
• Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini
bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya
masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi
berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan
pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini
sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic
changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease).
Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan
secara dini.
Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala
kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah
menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah
ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat
untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
Tahap Akhir/ pasca patogenesis.
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh
tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh
tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5. Berakhir dengan kematian(Bustam,2002).
2.8 Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit
1. Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.
2. Teen Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air,
udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).
3. Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
5. Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan
dilengkapi teori imunitas.
6. Teori nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan pelbagai pengamatan epidemiologis.
Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam
Iingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit (Noor, 2002).
3.1 Rencana Penelitian Epidemiologi
Secara sederhana, ada 2 (dua) model desain ilmu Epidemiologi yaitu Epidemiologi
Deskriptif dan Epidemiologi Analitik.. Kedua studi ini memiliki manfaat/keuntungan dan
kerugian sendiri-sendiri sesuai dengan tujuan peneliti dalam melaksanaan penelitian.
1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak
geografik, serta waktu. Indikator yang digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah
Faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun
variabel gaya hidup, seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.
Beberapa manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :
a. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik
b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan
yang efisien.
c. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
merupakan faktor resiko penyakit.
Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
a. Laporan kasus dan seri kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu
kasus baru yang menarik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk
Minimata Jepang
Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian
sekumpulan kasus baru dengan diagnosis serupa, misal pada tahun 1985 ditemukan
penyakit break dancing neck.
Kelemahan studi ini adalah :
-Tidak ada grup kontrol
-Tidak dapat dilakukan studi hipotesa
b. Studi ekologi / korelasi
Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu
populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang
berbeda.
Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat
seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi
makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain. Contohnya
adalah :
a. Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian
yang diakibatkan oleh penyakit ashma
b. Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah
kematian yang diakibatkan oleh penyakit paru
Kelebihan dari Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan sebagai dasar
penelitian untuk melihat hubungan antara fakor paparan dengan penyakit, karena mudah
dilakukan dengan informasi yang tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan
selanjutnya dapat diuji dengan rancangan studi epidemiologi analitik..
Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi
(kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi per individu dalam
kelompok tersebut.selain itu dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol faktor
perancu yang potensial, misalnya dalam studi korelasi mengenai hubungan antara
jumlah perokok dengan jumlah penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu
untuk mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis pekerjaan,
aktifitas, asbes dan lain-lain.
c. Cross sectional
Merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit
dengan paparan(pajanan) secara acak terhadap satu individu dimana faktor pencetus dan
status penyakit diteliti pada waktu yang sama.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
-Mempelajari angka kejadian suatu penyakit /masalah kesehatan
-Mempelajari hubungan antara suatu faktor resiko dengan angka kejadian suatu
penyakit.
Keuntungan :
-Mudah dan murah dilakukan
-Dilakukan pada satu waktu
-Berguna untuk rancangan kegiatan
-Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pemicunya
-Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan
Kerugian :
-Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya
karena penelitian dilakukan pada satu waktu.
-Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif
-Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus (Noor, 2002).
2. Epidemiologi Analitik
Epidemiologi Analitik merupakan riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh
penjelasan antara faktor resiko dan penyebab penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada .korelasi antara satu faktor terhadap sebuah penyakit dengan
melaksanakan uji hipotesis.
Langkah-langkah pelaksanaan epidemiologi analitik adalah :
a. Mempelajari apakah ada hubungan / korelasi antara timbulnya penyakit pada
satu kelompok dengan derajat pemajan (explosure) terhadap faktor resiko
b. Bila ternyata ada hubungannya, maka langkah kedua adalah menyusun
hipotesis.
c. Menguji hipotesis yang telah disusun/dirancang untuk membuktikan apakah ada
asosiasi antara faktor reiko tersebut dan penyakit yang diteliti dikalangan
individu yang berasal dari kelompok penduduk yang mempunyai angka
kesakitan tertinggi sehingga diketahui hanya orang-orang dengan faktor resiko
tinggi saja yang akan mati akibat penyakit yang sedang diteliti.
d. Bila pada uji hipotesis tidak diketemukan adanya hubungan/asosiasi maka akan
memicu penelitian analitik / hipotesa baru terhadap jenis penyakit/faktor
pemajan yang lain pula dan seterusnya.
Berdasarkan peran yang dimainkan oleh peneliti, Studi Epidemiologi analitik terbagi
atas 2 hal yaitu :
a. Studi Observasional ; yaitu penyelidikan dimana peneliti hanya mengamati
perjalanan alamiah peristiwa, membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak
terpapar faktor penelitian tanpa melakukan manipulasi atas pemajan, terdiri atas :
Studi kasus kontrol (retrospektif) dan Studi Kohort (prospektif)
b. Studi eksperimental ; yaitu penyelidikan dimana peneliti mempelajari pengaruh
manipulasi dari intervensi suatu faktor resiko terhadap timbulnya penyakit, terdiri
atas uji klinik dan uji lapangan (Noor, 2002).
3. Studi Kasus Kontrol (Retrospektif)
1. Tentukan populasi atau penyakit yang akan diselidiki
2. Identifikasikan orang-orang yang terkena penyakit (case)
3. Bandingkan dengan orang yang tidak terkena penyakit (kontrol)
Penyakit Total
Ekposure Ya Tidak
Ya A B A+B
Tidak C D C+D
Total A+C B+D A + B + C + D
OR = (A/B) :
(C/D)
OR = AD/BC
Penyakit (x) Total
Ekposure Ya Tidak
Ya 18 7 25
Tidak 20 35 55
Total 38 42 80
OR = (A/B) :
(C/D)
OR = AD/BC
18 x 35 = 630 = 4,5
20 x 7 140
OR = Odds Ratio, yaitu ratio antara kedua persentasi dari kasus untuk menggambarkan
perkiraan resiko relative akibat pemaparan
Sering juga di sebut relative risk
Arti dari perhitungan diatas adalah bahwa mereka yang pernah terpapar (risk factor) oleh
penyakit (x) mempunyai kemungkinan relative (relative risk) untuk menderita penyakit yang
sedang diselidiki
Keuntungan studi kasus control :
-Mudah mendapatkan kasus dan control
-Data lebih cepat didapat
-Hasil analisa lebih cepat didapat
-Lebih murah
Kelemahan studi kasus control :
-Tidak bersifat mencegah karena setelah kasus terjadi baru dicari penyebabnya
-Tidak efisien untuk kasus yang langka
-Pada kasus tertentu sulut untuk mencari hubungan antara paparan dan penyakit
-Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit maka dengan kasus kontrol peneliti tidak
dapat menghitung laju insidensi.
-Kelompok kasus dipilih dari dua kelompok yang terpisah sehingga sulit dipastikan apakah
kasus dan kontrol benar-benar seimbang (Noor, 2002).
4. Studi Kohort (Prospektif)
Merupakan studi yang mempelajari antara hubungan paparan dengan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan
status penyakit
Langkah :
1. Tentukan sebuah polulasi (kohort)
2. Dilakukan pengamatan dan pencatatan pada kelompok tersebut secara terus menerus
untuk melihat angka kesakitan yang timbul selama waktu observasi.
3. Melakukan analisa terhadap hasil pencatatan
Bila paparan penyakit telah terjadi sebelum dilakukan pengamatan maka di sebut studi kohor
retrospektif, bila pengambatan dilakukan pada saat penderita baru terpapar atau selama di
teliti disebut prospektif.
Penelitian Kohort
Penyakit Total
Ekposure Ya Tidak
Ya A B A+B
Tidak C D C+D
Total A+C B+D A + B + C + D
RR = Ie = a/(a+b)
Iu c/(c+d)
Penyakit (x) Total
Ekposure Ya Tidak
Ya 18 7 25
Tidak 20 35 55
Total 38 42 80
RR = Ie = a/(a+b)
Iu c/(c+d)
18 x 55 = 990 = 1,98
20 x 25 500
Attributable Risk (AR) : selisih resiko sakit pada individu di grup terpajan dibandingkan
dengan individu yang berada di grup tidak terpajan.
AR = Ie – Iu
990 – 500 = 490
AR persent (proportion) : proporsi penyakit pada group terpajanyang dapat dicegah jika
faktor pemajan dihilangkan
AP 1-14 = 0.57-0.07 x 100 % = 87.7 %
0.57
AP 15-24 = 1.39 – 0.07 x 100 % = 94,96 %
1.39
AP 25 + = 2.27 – 0.07 x 100 % = 96.92 %
2.27
Total yang terpajan = 4,23
AR = 4.23 – 0.07 x 100 % = 98.34 %
4,16
(Mutu, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 2008. Bahan Mata Kuliah Epidemiologi Dasar. Depok: FKM UI
- Bambang, Sutrisna. 1986. Pengantar Metod Epidemiologi Jakarta: Dian Rakyat
- Bhisma Mutu. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
- Juwono, Sugeng. 2011.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik
.....Penyakit. Jakarta
- Noor, Nur Nasri. 2000. Dasar epidemiologi. Jakarta: Rinika Cipta
- R.Beaglehole dkk.1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
....Press
MAKALAH BLOK XI
KELOMPOK 1
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
Oleh :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2013
BAB IV
PEMBAHASAN
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang
menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non
penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang
frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development)
dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.
(Maryani dan Rizki, 2010).
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan
pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak
seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model
triangle epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab
penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari
lingkungan (Noor, 2002).
Dalam mengetahui keberadaan (diagnosis) penyakit, diperlukan perhatian dan
perhitungan terhadap faktor waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit,
diinginkan untuk melakukan diagnosis benar, tepat waktu ataupun secepatnya.
Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah riwayat alamiah
penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan
penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu
penyakit berlangsung secara alamiah (Bustam,2006).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah melakukan berbagai diskusi dan membuat perbandingan dari beberapa
referensi, maka kelompok kami dapat mengambil simpulan bahwa epidemiologi kesehatan di
masyarakat dipengaruhi oleh kebiasaan hidup, kesehatan lingkungan dan sanitasi yang tidak
memadai.
5.2 Saran
1. Lebih meningkatkan peran petugas puskesmas dalam meningkatkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai gaya hidup sehat yang
dilakukan oleh puskesmas.
3. petugas puskesmas harus lebih memberikan sosialisasi pada masyarakat tentang
Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
4. masyarakat harus lebih memperhatikan tingkat kesehatannya dengan bekerjasama
melalui pihak kesehatan.