epidemiologi

34
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Epidemiologi dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi” dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai Definisi, sejarah dan perkembangan, peristiwa bersejarah dalam epidemiologi, teori perkembangan epidemiologi, tujuan dan jenis-jenis epidemiologi, ruang lingkup epidemiologi dan konsep epidemiologi keperawatan. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan S1 Kedokteran Gigi. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih,kepada drg. Richa Rohmani yang telah membimbing. . Saya, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar penulisan makalah ini bisa lebih baik lagi. Harapan saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi mahasiswa

Upload: tri-sakti-sunda-romdhoni

Post on 26-Nov-2015

143 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat,

karunia, serta hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah

Epidemiologi dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi” dengan

sebaik-baiknya.

Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai

Definisi, sejarah dan perkembangan, peristiwa bersejarah dalam epidemiologi, teori

perkembangan epidemiologi, tujuan dan jenis-jenis epidemiologi, ruang lingkup epidemiologi

dan konsep epidemiologi keperawatan. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan S1 Kedokteran Gigi.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama

disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup

baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih,kepada

drg. Richa Rohmani yang telah membimbing.

. Saya, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan

makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan  kritik dan

saran yang bersifat membangun, agar penulisan makalah ini bisa lebih baik lagi. Harapan

saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi

mahasiswa kedokteran khususnya agar mengetahui pentingnya mengetahui dan memahami

sejarah dan perkembangan konsep epidemiologi Kesehatan.

Kediri, 26 September 2013

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar belakang

Salah satu arti dari kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di

antara), Demos (Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi

berarti ilmu pada penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu yang

digunakan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada penduduk/masyarakat

(Lidya dan Muliani, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa definisi epidemiologi ?

2.      Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi ?

3. Bagaimana Elemen dan Tujuan Epidemiologi ?

6.      Bagaimana Jenis – jenis epidemiologi ?

7.      Bagaimana Ruang Lingkup Epidemiologi ?

8.      Bagaimana Konsep Epidemiolog dan startegi ?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1        Tujuan umum

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan konsep

Epidemiologi.

1.3.2        Tujuan khusus

Tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Menambah pengetahuan tentang definisi, epidemiologi.

2.      Untuk mengetahui bagaimana Sejarah dan Perkembangan Konsep Epidemiologi.

3. Untuk mengetahui bagaimana Elemen dan Tujuan Epidemiologi.

6.      Untuk mengetahui bagaimana Jenis – jenis epidemiologi.

7.      Untuk mengetahui Ruang Lingkup Epidemiologi.

8.      Untuk mengetahui bagaimana Konsep Epidemiolog dan startegi

1.4 Hipotesa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Epidemiologi

           Kata Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Epi (Pada / di antara), Demos

(Penduduk/Rakyat) dan Logos (Ilmu/Doktrin) sehingga epidemiologi berarti ilmu pada

penduduk. Jika menurut asal katanya epidemiologi berarti ilmu yang digunakan untuk

mencari pemecahan masalah yang terjadi pada penduduk/masyarakat.

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang

menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non

penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang

frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah

kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development)

dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.

(Maryani dan Rizki, 2010).

2.2  Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi

          Epidemiologi  sudah cukup lama dikenal atau diperkenalkan dalam dunia kesehatan

dan kedokteran. Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah penting dalam

perkembangan epidemiologi.

1.      Hippocrates (377-260 SM).

Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca- Socrates, yang dikenal sebagai

Bapak Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara

berpikir orang-orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul)

dalam memandang kejadian penyakit.

Hippocrates memberikan kontribusi besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal

dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara = host-

agent-environment‘ (penjamu - agen- lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs,

Waters and Places" (¯Tentang Udara, Air, dan Tempat.) yang diterjemahkan Francis

Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi karena kontak dengan jazad hidup,

dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.

2.      John Graunt (1662)

Merupakan orang pertama melakukan kuantifikasi atas kejadian kesakitan dan kematian

dengan menganalisis laporan mingguan kelahiran dan kematian di kota London.

3.      William Farr (1839)

Orang pertama yang menganalisis statistik kematian untuk mengevaluasi masalah

kesehatan. Ia juga yang mengembangkan beberapa metode penting dalam epidemiologi

seperti definisi populasi berisiko, populasi pembanding,dll.

4.      Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732).

Dia seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu

spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna

untuk analisis epidemiologi selanjutnya.

5.      Robert Koch

Dia memperkenalkan Tubekulin yang dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi

Tuberkulosis sebagai perangkap diagnosis TBC pada anak-anak. Dia juga terkenal

dengan Postulac Koch yang mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan

mikroorganisme dapat dianggap penyebab suatu penyakit.

6.      Max Van Patternkofer

Dia mengidentifikasikan penyebab sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa vibrio

bukanlah penyebab kolera.

7.      Jhon Snow (1854)

Orang pertama yang mengembangkan metode investigas wabah yang dapat mengantarkan

penyelidikan kea rah penyebab.

8.      Percival Pott

Dia menganalisis tentang meningginya kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja

pembersih cerobong asap dan dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong

asap itulah yang menjadi biang keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi

modern.

9.      James Lind, 1747

Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang

mengalami Scurvy (kurang vitamin c) hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan

makanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.

10.  Dool dan Hill,1950

Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya

hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang

epidemiologi klinik (Lidya dan Muliani, 2010).

2.3 Tujuan Epidemiologi

Di dalam definisi-definisi epidemiologi yang diutarakan para ahli diatas, tersirat beberapa

tujuan epidemiologi, yaitu :

1)   Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.

2)   Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan  tersebut.

3)   Menemukan/merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi aktivitas

pelaksanaanya.

4)   Menggambarkan status kesehatan penduduk, untuk menetapkan prioritas masalah dalam

perencanaan.

5)   Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan, petunjuk bagi

upaya pencegahan dan mekanisme pengendalian.

6)   Mempelajari penyebab / faktor risiko suatu penyakit / masalah kesehatan.

7)   Mengembangkan system pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu system

administrasi.

2.4 Elemen Epidemiologi

Di dalam batasan epidemiologi sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :

a. Masalah Kesehatan

Epidemiologi mempelajari semua masalah kesehatan termasuk penyakit, baik penyakit

infeksi, seperti TBC, Flu burung, maupun penyakit non infeksi, seperti kanker. Selain

itu epidemiologi juga mempelajari non penyakit, secara kecelakaan lalu lintas maupun

kecelakaan kerja, sakit jiwa. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi mencakup

juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi

Epidemiologi memusatkan perhatiannya pada distribusi masalah kesehatan pada populasi

(masyarakat)atau kelompok.

c. Pendekatan ekologi

Pendekatan ekologi dalam epidemiologi mengkaji frekuensi dan distribusi masalah

kesehatan berdasarkan keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis,

maupun sosial. Hal ini karena masalah kesehatan pada seseorang dikaji dari manusia

dan total lingkungannya (Lidya dan Muliani, 2010).

2.5 Jenis-jenis Epidemiologi

Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan

bagaimana  berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk

mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan berbagai

cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa metode.

Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :

1)      Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah

kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu

penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu dalam

pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana),dan when (kapan).

a.       Siapa

Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan

mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable umur,

jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-faktor ini

biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok orang yang potensial

atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan resiko, biasanya disebut

population at risk (populasi berisiko).

b.      Dimana

Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja atau

dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan. Faktor tempat

ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural), pantai dan pegunungan, daerah

pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.

c.       Kapan

Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat

berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering.

Contoh :

“Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi selatan  adalah 25.000 lelaki pada tahun

1992. ” (Noor, 2002).

2)      Epidemiologi Analitik

Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor

penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini  diharapkan epidemiologi mampu

menjawab pertanyaan kenapa (why) apa penyebab  terjadinya masalah itu.

Contoh :

“setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru ,

maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan faktor

determinant/penyebab terjadinya kanker paru.”(Noor, 2002).

3)      Epidemiologi Eksperimental

Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai

penyebab terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji kebenaranya dengan

percobaan (eksperimen).

Contoh :

“jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika

rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya. Untuk ini dilakukan

perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan orang yang tidak

merokok,kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker paru untuk masing-masing

kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan ada atau tidaknya pengaruh rokok

terhadap penyakit kanker paru tersebut.

Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya saling

berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman pendekatan

epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan

pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi deskriptif, lalu

diperdalam  dengan epidemiologi analitik dan disusul dengan melakukan epidemiologi

eksperimental.

Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek  lain sehingga ditemukan

berbagai jenis epidemiologi lainya . misalnya ada epidemiologi penyakit menular,

kependudukan, kesehatan reproduksi, statistik, farmasi,dll (Noor, 2002).

2.6 Ruang Lingkup Epidemiologi

Pada awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat

menular/infeksi dan akut. Pada perkembangan lebih lanjut, epidemiologi juga mempelajari

penyakit tidak menular juga kronis, masalah sosial/prilaku, penilaian terhadap pelayanan

kesehatan, serta diluar bidang kesehatan.

Jadi ruang lingkup epidemiologi diantaranya adalah :

1.      Epidemiologi Penyakit Menular:

Telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular tertentu.

2.      Epidemiologi Penyakit Tidak Menular :

Memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti

kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainya, termasuk masalah

meningkatnya kecelakaan lalulintas dan penyalah gunaan obat-obatan tertentu.

3.      Epidemiologi Klinik:

Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh

para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/dokter tentang cara pendekatan

masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.

4.      Epidemiologi kesehatan lingkungan dan Kesehatan Kerja :

bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis

keadaan kesehtan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja,serta

kebiasaan hidup para pekerja.

5.      Epidemiologi Kependudukan:

merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan system pendekatan

epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang

demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang

terjadi di dalam masyarakat.

6.      Epidemiologi Kesehatan Jiwa:

merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam

masyarakat yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

7.      Epidemiologi Gizi:

dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini

erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.

8.      Epidemiologi Pelayanan Kesehatan :

Bentuk ini merupakan salaah satu system pendekatan manajemen dalam menganalisis

masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunana rencana

pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu (Noor, 2002).

2.7 Segitiga Epidemiologi

Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga

komponen penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet).

Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman

masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antar

ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi

atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab

peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan (Noor,

2002).

1.     Pejamu (Host)

 Yaitu hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara lain :

1. Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etnik (suku) hubungan keluarga

2. Bentuk anatomis tubuh

3. Fungsi fisiologis atau faal tubuh

4. Status kesehatan, termasuk status gizi

5. Keadaan kuantitas dan respon monitors

6. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial

7. Pekerjaan.

Pada  manusia juga memiliki karakteristik yang sangat berpengaruh seperti jenis

kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (tua, muda, anak-anak), dll. Semua itu berpengaruh

terhadap timbulnya penyakit.

Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam doa kelompok yaitu :

1. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sekat biologis tertentu seperti

•   Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan

•   Bentuk anatomis tubuh

2. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti :

       Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan

sosial kemasyarakatan.

       Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk, kebiasaan hidup sehat (Noor,

2002).

2.     Agent

Agent adalah Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan.

Dan penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.

a. Biotis, khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan

1.    Protozoa : misalnya Plasmodium, amodea

2.    Metazoa : misalnya arthopoda , helminthes

3.    Bakteri : misalnya Salmonella, meningitis

4.    Virus misalnya : dengue, polio, measies, lorona

5.    Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis

b. Abiotis, terdiri dari

1.      Nutrient Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak,

mineral, protein dan vitamin)

2.      Chemical Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan

3.      Physical Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.

4.      Mechanical Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan

getaran

5.      Psychis Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi

6.      Physilogigis Agent, misalnya gangguan genetik (Noor, 2002).

3.     Unsur lingkungan (Enviroment)

Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan

terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan itu memegang peranan dalam

proses kejadian penyakit (Noor, 2002).

1. Lingkungan Biologis

Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :

   Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen

   Vektor pembawa infeksi

   Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai

sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/sumber

penyakit atau pejamu antara (host intermedia)

   Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit

menular.

Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting

dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur

lingkungan yang menguntungkan manusia (senbagai sumber kehidupan) maupun yang

mengancam kehidupan / kesehatan manusia (Noor, 2002).

2. Lingkungan fisik

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara

langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan

fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

   Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan

   Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan

   Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.

Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul

akibat manusia sendiri (Noor, 2002).

3. Lingkungan sosial

Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta

instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.

Lingkungan sosial ini meliputi :

   Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku;

   Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat

   Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan

   Kebiasaan hidup masyarakat

   Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial

lainnya.

Dalam mengetahui keberadaan (diagnosis) penyakit, diperlukan perhatian dan

perhitungan terhadap faktor waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit,

diinginkan untuk melakukan diagnosis benar, tepat waktu ataupun secepatnya.

Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah riwayat alamiah

penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan

penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu

penyakit berlangsung secara alamiah (Bustam,2006).

Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap sebagai berikut :

1. Tahap prepatogensis

2. Tahap Patogenesi

Uraian masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut :

a.  Tahap Prepatogensis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka

terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility).

Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan

bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih

ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap

menyerang peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan

tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit

penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan

perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis (Bustam,2006).

b. Tahap Patogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu: Tahap Inkubasi,  Tahap Dini, Tahap Lanjut, dan Tahap

Akhir.

•   Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh

yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini

bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya

masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi

berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan

pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.

Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini

sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic

changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease).

Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan

secara dini.

  Tahap Lanjut

Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala

kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah

menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah

ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat

untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.

   Tahap Akhir/ pasca patogenesis.

Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:

1.   Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.

2.   Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh

tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.

3.    Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh

tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.

4.        Penyakit tetap berlangsung secara kronik.

5.        Berakhir dengan kematian(Bustam,2002).

2.8 Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit

1. Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.

2. Teen Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air,

udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).

3. Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan

keseimbangan cairan dalam tubuh.

4. Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,

meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.

5. Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan

dilengkapi teori imunitas.

6. Teori nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan pelbagai pengamatan epidemiologis.

Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam

Iingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit (Noor, 2002).

3.1 Rencana Penelitian Epidemiologi

Secara sederhana, ada 2 (dua) model desain ilmu Epidemiologi yaitu Epidemiologi

Deskriptif dan Epidemiologi Analitik.. Kedua studi ini memiliki manfaat/keuntungan dan

kerugian sendiri-sendiri sesuai dengan tujuan peneliti dalam melaksanaan penelitian.

1. Epidemiologi Deskriptif

      Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk

menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak

geografik, serta waktu. Indikator yang digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah

Faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun

variabel gaya hidup, seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual.

Beberapa manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :

a. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik

b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan

yang efisien.

c. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel

merupakan faktor resiko penyakit.

Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :

a.       Laporan kasus dan seri kasus

Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu

kasus baru yang menarik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk

Minimata Jepang

Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian

sekumpulan kasus baru dengan diagnosis serupa, misal pada tahun 1985 ditemukan

penyakit break dancing neck.

Kelemahan studi ini adalah :

-Tidak ada grup kontrol

-Tidak dapat dilakukan studi hipotesa

b.      Studi ekologi / korelasi

Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk 

mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu

populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang

berbeda.

Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat

seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi

makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain. Contohnya

adalah :

a.   Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian

yang diakibatkan oleh penyakit ashma

b.  Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah

kematian yang diakibatkan oleh penyakit paru

Kelebihan dari Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan sebagai dasar

penelitian untuk melihat hubungan antara fakor paparan dengan penyakit, karena mudah

dilakukan dengan informasi yang tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan

selanjutnya dapat diuji dengan rancangan studi epidemiologi analitik..

Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi

(kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi per individu dalam

kelompok tersebut.selain itu dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol faktor

perancu yang potensial, misalnya dalam studi korelasi mengenai hubungan antara

jumlah perokok dengan jumlah penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu

untuk mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis pekerjaan,

aktifitas, asbes dan lain-lain.

c.    Cross sectional

Merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit

dengan paparan(pajanan) secara acak terhadap satu individu dimana faktor pencetus dan

status penyakit diteliti pada waktu yang sama.

Tujuan dari kegiatan ini adalah

-Mempelajari angka kejadian suatu penyakit /masalah kesehatan

-Mempelajari hubungan antara suatu faktor resiko dengan angka kejadian suatu

penyakit.

Keuntungan :

-Mudah dan murah dilakukan

-Dilakukan pada satu waktu

-Berguna untuk rancangan kegiatan

-Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pemicunya

-Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan

Kerugian :

-Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya

karena penelitian dilakukan pada satu waktu.

-Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif

-Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus (Noor, 2002).

 

2.      Epidemiologi Analitik

Epidemiologi Analitik merupakan riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh

penjelasan antara faktor resiko dan penyebab penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah ada .korelasi antara satu faktor terhadap sebuah penyakit dengan

melaksanakan uji hipotesis.

Langkah-langkah pelaksanaan epidemiologi analitik adalah :

a.          Mempelajari apakah ada hubungan / korelasi antara timbulnya penyakit pada

satu kelompok dengan derajat pemajan (explosure) terhadap faktor resiko

b.         Bila ternyata ada hubungannya, maka langkah kedua adalah menyusun

hipotesis.

c.          Menguji hipotesis yang telah disusun/dirancang untuk membuktikan apakah ada

asosiasi antara faktor reiko tersebut dan penyakit yang diteliti dikalangan

individu yang berasal dari kelompok penduduk yang mempunyai angka

kesakitan tertinggi sehingga diketahui hanya orang-orang dengan faktor resiko

tinggi saja yang akan mati akibat penyakit yang sedang diteliti.

d.         Bila pada uji hipotesis tidak diketemukan adanya hubungan/asosiasi maka akan

memicu penelitian analitik / hipotesa baru terhadap jenis penyakit/faktor

pemajan yang lain pula dan seterusnya.

Berdasarkan peran yang dimainkan oleh peneliti, Studi Epidemiologi analitik terbagi

atas 2 hal yaitu :

a.   Studi Observasional ; yaitu penyelidikan dimana  peneliti hanya mengamati

perjalanan alamiah peristiwa, membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak

terpapar faktor penelitian tanpa melakukan manipulasi atas pemajan, terdiri atas :

Studi kasus kontrol (retrospektif) dan Studi Kohort (prospektif)

b.   Studi eksperimental ; yaitu penyelidikan dimana peneliti mempelajari pengaruh

manipulasi dari intervensi suatu faktor resiko terhadap timbulnya penyakit, terdiri

atas uji klinik dan uji lapangan (Noor, 2002).

 

3. Studi Kasus Kontrol (Retrospektif)

1. Tentukan populasi atau penyakit yang akan diselidiki

2. Identifikasikan orang-orang yang terkena penyakit (case)

3. Bandingkan dengan orang yang tidak terkena penyakit  (kontrol)

  Penyakit Total

Ekposure Ya Tidak  

Ya A B A+B

Tidak C D C+D

Total A+C B+D A + B + C + D

OR  = (A/B) :

(C/D)

OR = AD/BC

     

  Penyakit (x) Total

Ekposure Ya Tidak  

Ya 18 7 25

Tidak 20 35 55

Total 38 42 80

OR  = (A/B) :

(C/D)

OR = AD/BC

18 x 35  =  630  =  4,5

20 x 7        140

 

 

OR = Odds Ratio, yaitu ratio antara kedua persentasi dari kasus untuk menggambarkan

perkiraan resiko relative akibat pemaparan

Sering juga di sebut relative risk

Arti dari perhitungan diatas adalah bahwa mereka yang pernah terpapar (risk factor) oleh

penyakit (x) mempunyai kemungkinan relative (relative risk) untuk menderita penyakit yang

sedang diselidiki

Keuntungan studi kasus control :

-Mudah mendapatkan kasus dan control

-Data lebih cepat didapat

-Hasil analisa lebih cepat didapat

-Lebih murah

Kelemahan studi kasus control :

-Tidak bersifat mencegah karena setelah kasus terjadi baru dicari penyebabnya

-Tidak efisien untuk kasus yang langka

-Pada kasus tertentu sulut untuk mencari hubungan antara paparan dan penyakit

-Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit maka dengan kasus kontrol peneliti tidak

dapat menghitung laju insidensi.

-Kelompok kasus dipilih dari dua kelompok yang terpisah sehingga sulit dipastikan apakah

kasus dan kontrol benar-benar seimbang (Noor, 2002).

 

4. Studi Kohort (Prospektif)

Merupakan studi yang mempelajari antara hubungan paparan dengan penyakit dengan cara

membandingkan kelompok yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan

status penyakit

Langkah :

1. Tentukan sebuah polulasi (kohort)

2. Dilakukan pengamatan dan pencatatan pada kelompok tersebut secara terus menerus

untuk melihat angka kesakitan yang timbul selama waktu observasi.

3. Melakukan analisa terhadap hasil pencatatan

Bila paparan penyakit telah terjadi sebelum dilakukan pengamatan maka di sebut studi kohor

retrospektif, bila pengambatan dilakukan pada saat penderita baru terpapar atau selama di

teliti disebut prospektif.

Penelitian Kohort

  Penyakit Total

Ekposure Ya Tidak  

Ya A B A+B

Tidak C D C+D

Total A+C B+D A + B + C + D

RR  = Ie  = a/(a+b)

           Iu     c/(c+d)

     

 

  Penyakit (x) Total

Ekposure Ya Tidak  

Ya 18 7 25

Tidak 20 35 55

Total 38 42 80

RR  = Ie  = a/(a+b)

           Iu     c/(c+d)

18 x 55  =  990  =  1,98

20 x 25      500

 

 

Attributable Risk (AR) : selisih resiko sakit pada individu di grup terpajan dibandingkan

dengan individu yang berada di grup tidak terpajan.

AR =  Ie – Iu

          990 – 500 = 490

 

AR persent (proportion) : proporsi penyakit pada group terpajanyang dapat dicegah jika

faktor pemajan dihilangkan

 

AP 1-14 = 0.57-0.07  x 100 % = 87.7 %

           0.57

 

AP 15-24 = 1.39 – 0.07 x 100 % = 94,96 %

                        1.39    

 

AP 25 + = 2.27 – 0.07 x 100 % = 96.92 %

                        2.27

 

Total yang terpajan = 4,23

AR = 4.23 – 0.07  x  100 % = 98.34 %

               4,16

 

 (Mutu, 1997).

DAFTAR PUSTAKA

- Anonim. 2008. Bahan Mata Kuliah Epidemiologi Dasar. Depok: FKM UI

- Bambang, Sutrisna. 1986. Pengantar Metod Epidemiologi Jakarta: Dian Rakyat

- Bhisma Mutu. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

- Juwono, Sugeng. 2011.Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik

.....Penyakit. Jakarta

- Noor, Nur Nasri. 2000. Dasar epidemiologi. Jakarta: Rinika Cipta

- R.Beaglehole dkk.1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

....Press

MAKALAH BLOK XI

KELOMPOK 1

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

Oleh :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2013

BAB IV

PEMBAHASAN

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang

menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non

penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang

frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah

kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development)

dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.

(Maryani dan Rizki, 2010).

Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan

pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak

seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model

triangle epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab

penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari

lingkungan (Noor, 2002).

Dalam mengetahui keberadaan (diagnosis) penyakit, diperlukan perhatian dan

perhitungan terhadap faktor waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit,

diinginkan untuk melakukan diagnosis benar, tepat waktu ataupun secepatnya.

Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah riwayat alamiah

penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan

penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu

penyakit berlangsung secara alamiah (Bustam,2006).

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah melakukan berbagai diskusi dan membuat perbandingan dari beberapa

referensi, maka kelompok kami dapat mengambil simpulan bahwa epidemiologi kesehatan di

masyarakat dipengaruhi oleh kebiasaan hidup, kesehatan lingkungan dan sanitasi yang tidak

memadai.

5.2 Saran

1. Lebih meningkatkan peran petugas puskesmas dalam meningkatkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat.

2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai gaya hidup sehat yang

dilakukan oleh puskesmas.

3. petugas puskesmas harus lebih memberikan sosialisasi pada masyarakat tentang

Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

4. masyarakat harus lebih memperhatikan tingkat kesehatannya dengan bekerjasama

melalui pihak kesehatan.