dian rosalia

12
1 UJI EKSTRAK DAUN KERSEN (  Muntin g ia cala bur a) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP  Methic illi n-r es is ta nt Staphyloc occ us aureus  (MRSA) SECARA In vitro Noorhamdani*, Herman Yosef**, Dian Rosalia*** ABSTRAK Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial memiliki angka kejadian y ang cukup tinggi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Salah satu penyebab utama infeksi nosokomial adalah bakteri Staphylococcus aureus. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan strain Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik methicillin dan golongan beta laktam, keberadaan bakteri MRSA menyebabkan t erapi dan pencegahan terhadap infeksi nosokomial menjadi semakin rumit. Penelitian ini menggunakan daun kersen sebagai bahan antibakteri, daun kersen sangat mudah didapatkan namun belum terlalu dimanfaatkan oleh masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun kersen ( Muntingia calabura) terhadap bakteri Methicillin- resistant Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan menggunakan metode dilusi tabung dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda sebagai perlakuan. Konsentrasi ekstrak yang dipakai adalah 0,125%, 0,25%, 0,50%, 1%, 2%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kersen dapat menekan pertumbuhan bakteri MRSA dengan signifikan (anova <0,05), Kadar Bunuh Minimum (KBM) terdapat pada konsentrasi ekstrak 2%, sedangkan Kadar Hambat Minimum (KHM) tidak dapat ditentukan karena ekstrak daun kersen yang berwarna keruh mempengaruhi hasil pengamatan terhadap KHM. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun kersen memiliki efek antibakteri terhadap bakteri MRSA. Kata kunci : Muntingia calabura, MRSA, Antibakteri ABSTRACT Nosocomial infections are infections that are obtained in health care. This infections has high incidence rate not only in developing countries but also in developed countries. One of the main cause of nosocomial infections are Staphylococcus aureus bacteria, Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylococcus aureus resistant to Methicillin and beta- lactam antibiotic group, the presence of MRSA bacteria cause the theraphy and prevention of nosocomial infection become more difficult. This studies use kersen leaf as antibacterial agents, plant that commonly found but not yet used by the public. The research objective was to determine the antimicrobial effect of kersen leaf ( Muntingia calabura) against Methicillin-resistant Staphilococcus aureus bacteria. This research type is true experimental using tube dilution method and different concentration of extract as treatment. Extract concentration was 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1% and 2%. The study result showed that kersen leaf extract can suppress the growth of MRSA bacteria significactly (ANOVA<0,05), Minimal Bactericidal Concentration (MBC) found in extract concentration 2% while the Minimal Inhibitory Concentration (MIC) cannot be determined because the kersen leaf extract muddy color affect the result of observation. This study conclude that the kersen leaf extract have antibacterial effect against Methicillin-resistant Staphylococcus aureus bacteria. Keywords : Muntingia calabura, MRSA, Antibacterial * Laboratorium Mikrobiologi FKUB ** SMF Bedah Plastik RSSA *** Program Studi Pendidikan Dokter FKUB 

Upload: intanfakhrunniam

Post on 06-Jan-2016

292 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qqq

TRANSCRIPT

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 1/12

UJI EKSTRAK DAUN KERSEN (Munt ingia calabura ) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAPMethic il l in- resistant Staphylococc us aureus  (MRSA) SECARA In vi t ro

Noorhamdani*, Herman Yosef**, Dian Rosalia***

ABSTRAK

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksinosokomial memiliki angka kejadian yang cukup tinggi tidak hanya di negara berkembang tetapi jugadi negara maju. Salah satu penyebab utama infeksi nosokomial adalah bakteri Staphylococcusaureus. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan strain Staphylococcusaureus  yang resisten terhadap antibiotik methicillin  dan golongan beta laktam, keberadaan bakteriMRSA menyebabkan terapi dan pencegahan terhadap infeksi nosokomial menjadi semakin rumit.Penelitian ini menggunakan daun kersen sebagai bahan antibakteri, daun kersen sangat mudahdidapatkan namun belum terlalu dimanfaatkan oleh masyarakat. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui efek antibakteri ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) terhadap bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan menggunakanmetode dilusi tabung dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda sebagai perlakuan. Konsentrasi

ekstrak yang dipakai adalah 0,125%, 0,25%, 0,50%, 1%, 2%. Hasil dari penelitian menunjukkanbahwa ekstrak daun kersen dapat menekan pertumbuhan bakteri MRSA dengan signifikan (anova<0,05), Kadar Bunuh Minimum (KBM) terdapat pada konsentrasi ekstrak 2%, sedangkan KadarHambat Minimum (KHM) tidak dapat ditentukan karena ekstrak daun kersen yang berwarna keruhmempengaruhi hasil pengamatan terhadap KHM. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daunkersen memiliki efek antibakteri terhadap bakteri MRSA.

Kata kunci : Muntingia calabura, MRSA, Antibakteri

ABSTRACT

Nosocomial infections are infections that are obtained in health care. This infections has highincidence rate not only in developing countries but also in developed countries. One of the main

cause of nosocomial infections are Staphylococcus aureus  bacteria, Methicillin-resistantStaphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylococcus aureus resistant to Methicillin and beta-lactam antibiotic group, the presence of MRSA bacteria cause the theraphy and prevention ofnosocomial infection become more difficult. This studies use kersen leaf as antibacterial agents, plantthat commonly found but not yet used by the public. The research objective was to determine theantimicrobial effect of kersen leaf (Muntingia calabura) against Methicillin-resistant Staphilococcusaureus  bacteria. This research type is true experimental using tube dilution method and differentconcentration of extract as treatment. Extract concentration was 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1% and 2%.The study result showed that kersen leaf extract can suppress the growth of MRSA bacteriasignificactly (ANOVA<0,05), Minimal Bactericidal Concentration (MBC) found in extract concentration2% while the Minimal Inhibitory Concentration (MIC) cannot be determined because the kersen leafextract muddy color affect the result of observation. This study conclude that the kersen leaf extracthave antibacterial effect against Methicillin-resistant Staphylococcus aureus bacteria.

Keywords : Muntingia calabura, MRSA, Antibacterial 

* Laboratorium Mikrobiologi FKUB** SMF Bedah Plastik RSSA*** Program Studi Pendidikan Dokter FKUB  

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 2/12

PENDAHULUAN

Pasien yang dirawat di rumah sakitmerupakan individu dengan kondisi kesehatan

yang rentan, sehingga kemungkinan untukterinfeksi dengan penyakit lain yang ada dirumah sakit cukup besar. Infeksi yang didapat dirumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatanyang lain disebut infeksi nosokomial (WHO,2002).

Infeksi nosokomial terjadi di seluruhdunia, baik di negara maju maupun negaraberkembang. Berdasarkan survei yangdilakukan oleh WHO pada 55 rumah sakit di 14negara di seluruh dunia menunjukkan bahwa8,7% pasien rumah sakit mendapatkan infeksiselama menjalani perawatan di rumah sakit,

dengan frekuensi tertinggi terjadi di MediteraniaTimur (11.8%) dan Asia Tenggara (10%) (WHO,2002).

Menurut pusat pengendalian danpencegahan penyakit di Amerika Serikat, lebihdari 2 juta pasien di Amerika Serikat setiaptahunnya terkena infeksi karena menerimaperawatan kesehatan di rumah sakit. Dari 7.000rumah sakit milik negara, Staphylococcusaureus  merupakan satu dari tiga penyebabutama infeksi nosokomial aliran darah danmemiliki angka kematian kasar 25 persen. DiInggris, di mana tingkat infeksi nosokomial

merupakan yang terburuk di Eropa, infeksi alirandarah yang disebabkan oleh Staphylococcusaureus  meningkat dari 17.933 kasus menjadi

19.311 kasus (meningkat 8 persen) dengan 40persennya merupakan Methicillin-resistantStaphylococcus aureus. Staphylococcus aureus menjadi patogen yang amat berbahaya karenamampu menimbulkan komplikasi serius dankemampuan resistensinya terhadap antibiotik(Mattox, 2007).

Staphylococcus aureus  adalah salahsatu bakteri yang cukup sering menimbulkanpenyakit pada manusia. Sebenarnya

Staphylococcus aureus merupakan flora normalyang terdapat pada area ketiak, inguinal danperineal, serta anterior nares. Namun dalamkeadaan tertentu bakteri tersebut juga dapatmenimbulkan penyakit. Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama infeksi nosokomialpada luka bedah, yang juga dapat menyebakankeracunan makanan dengan melepaskanenterotoksin pada makanan, dan menyebabkantoxic shock syndrome  dengan melepaskansuperantigen pada aliran darah (Todar, 2008).

Methicillin-resistant Staphylococcusaureus  (MRSA) adalah jenis bakteri

Staphylococcus aureus  yang resisten terhadapflucloxacillin  dan methicillin. Kemunculan gen

mec   pada bakteri mempengaruhi lokasi tempatmenempelnya methicillin, sehingga methicillin 

tidak dapat membunuh bakteri dengan efektif(Stanway, 2010). Resistensi terhadap antibiotikmenyebabkan terapi terhadap infeksi MRSAmenjadi lebih rumit dan menjadi sebuahmasalah serius yang sedang dihadapi olehilmuwan diseluruh dunia (Zakaria et al , 2007).

Saat ini lebih banyak orang di AmerikaSerikat yang meninggal karena infeksiMethicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dibandingkan karena AIDS. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus  bertanggung

 jawab terhadap kira-kira 94,000 infeksi yangmengancam nyawa dan 18,650 kematian pada

2005, seperti yang dilaporkan oleh CDC pada17 oktober 2007 terbitan The Journal of the American Medical Association (Todar, 2008).

Bahan-bahan alam telah sejak lamamenjadi sumber yang kaya akan agen anti-infektif, sebagai contohnya adalah penisilin yangditemukan pada tahun 1940, tetrasiklin tahun1948 dan glikopeptida pada tahun 1955(Cushnie, 2005).

Kersen atau Muntingia calabura  adalahtumbuhan yang sudah cukup dikenal diIndonesia. Bunga kersen dimanfaatkan sebagaiobat tradisional untuk meringankan sakit kepala

dan gejala awal flu, sedangkan daunnyadipercaya memiliki efek antipiretik dan antiinflamasi. Diketahui bahwa ekstrak aqueousdaun Muntingia calabura  (MCAE) memilikiaktivitas antinociceptive, anti-inflamasi danantipiretik, yang bisa jadi disebabkan oleh efeksinergis dari flavonoid, saponin, tannin dansteroid yang terkandung didalamnya (Zakaria etal , 2006)

Berdasarkan penelitian Lin et al   (1999),

tanaman yang memiliki kandungan yang dapatmeringankan nyeri dan inflamasi jugamenunjukan aktivitas antibakteri. Berdasarkan

uraian diatas maka peneliti ingin menguji efekantibakteri ekstrak daun kersen (Muntingiacalabura) terhadap bakteri Methicillin-resistantStaphylococcus aureus (MRSA).

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 3/12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Rancangan PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian true

experimental   In vitro  yang dilakukan di

laboratorium. Rancangan penelitian yangdigunakan adalah rancangan acak lengkapdengan metode dilusi tabung. Uji dilusi tabungmeliputi dua tahap, yaitu tahap pengujian bahanpada medium broth untuk menentukan KHM dantahap streaking   pada media NAP  untuk

mengetahui KBM.

Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah bakteri

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan kepadatan 10

6CFU/ml, yang

diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya. Bakteridiperoleh dari swab tenggorok pasien yangdirawat di bangsal bedah.

Ekstrak Daun Kersenadalah daun kersen yang telah dikeringkan,

setelah itu dilakukan ekstraksi soxhlet   denganmenggunakan etanol 96%.

Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi dan Laboratorium FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada

bulan Februari 2011 sampai Juni 2011.

Sampel dan Estimasi Jumlah PengulanganEstimasi besarnya pengulangan: (Loekito,1998)

p(n-1) ≥ 15 6(n-1) ≥ 15 6n -6 ≥ 15 6n ≥ 21 n ≥ 3,5 4

Keterangan:n = banyak pengulanganp = jumlah perlakuan ( 5 konsentrasi ekstrak

dan 1 kontrol bakteri)Jadi pengulangan yang dilakukan pada

penelitian tersebut adalah 4 kali pengulangan,sedangkan jumlah sampel yang diperlukandihitung dengan rumus :Jumlah pengulangan x jumlah perlakuan =

4 x 6 = 24

Metode EkstraksiPembuatan ekstrak kersen dimulai

dengan persiapan sampel daun kersen kering,dilanjutkan pembuatan sediaan ekstrak kersenyang terdiri atas proses ekstraksi soxhlet   dan

evaporasi. Daun kersen dipotong kecil-kecildan dikeringkan kemudian dihaluskan dengan

blender lalu timbang sebanyak 40 gram(sampel kering). Serbuk daun kersen (40 gram)dibungkus dengan kertas saring lalu

dimasukkan dalam timble  ekstraktor soxhlet. Masukkan pelarut etanol dalam labu hinggaterisi setengah labu. Pasang kondensor danalirkan pendingin melalui pipa. Labudipanaskan sampai pelarut menguap. Lakukanhingga semua analit terekstrak (sampai hasilekstraksi jernih atau ± 6 siklus). Setelah itudilakukan evaporasi untuk menghilangkanpelarut etanol pada ekstrak yang sudahterbentuk.

Penentuan KHM dan KBMSiapkan 20 tabung reaksi (untuk 4 kali

pengulangan), dan beri label 0,125%; 0,25%;0,5; 1% dan 2%. Siapkan juga 2 tabungmasing-masing untuk kontrol bakteri (KB)dan kontrol ekstrak (KE). Pada tabung reaksidengan label 0,125%; 0,25%; 0,5%; 1%; 2%masing-masing diisi dengan ekstrak daunkersen, aquades serta 1 ml bakteri, sehinggadidapatkan konsentrasi ekstrak daun kersenyang bertingkat pada masing-masing tabung.Masukkan 2 ml larutan ekstrak pada tabungkontrol ekstrak (KE) dan 1 ml bakteriditambah 1 ml aquades steril pada tabungkontrol bakteri (KB). Dari tabung bertanda KB

diambil 1 ose (setara dengan 10-3

  ml) untukdiinokulasikan pada NAP (sebagai originalinoculum).  Ketujuh tabung reaksi besertaNAP original inoculum  diinkubasi dalaminkubator dengan suhu 37

o C selama 18 - 24

 jam. Setelah tabung diinkubasi, diamati dandinilai tingkat kekeruhannya dengan pitaskoring dan mambandingkan larutan tersebutdengan kontrol. Lalu ditentukan KHM darilarutan ekstrak daun kersen tersebut.Kemudian diambil 1 mata ose dari tiap-tiaptabung, dan dilakukan penanaman padaNAP. Setelah diinkubasikan, koloni yang

timbul diamati dan dihitung dengan metodecolony counter   kemudian ditentukan KBMdari ekstrak kulit buah jeruk purut. Ulangipercobaan sebanyak 4 kali.

 Analisis data menggunakan ujistatistik one way   ANOVA pada taraf

kepercayaan (α –  0,05). Uji statistik inidigunakan untuk mengetahui adanyapengaruh pemberian berbagai konsentrasiekstrak kersen terhadap jumlah koloni bakteriMRSA. Sedangkan untuk mengetahuihubungan peningkatan konsentrasi ekstrakkersen terhadap pertumbuhan bakteri MRSA

maka digunakan uji statistik Korelasi Regresi. Analisis data dilakukan dengan

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 4/12

menggunakan program SPSS (StatisticalProduct of Service Solution) untuk Windows 

versi 16.0.

.HASIL PENELITIAN

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih

dahulu dilakukan uji identifikasi terhadapsediaan bakteri yang akan dipergunakan.Fungsi dari uji identifikasi ini adalah untukmembuktikan bahwa bakteri yang digunakanadalah Methicillin-resistant Staphylococcusaureus  (MRSA). Penelitian ini menggunakan

stok biakan bakteri yang disimpan diLaboratorium Mikrobiologi FKUB. Bakteridiperoleh dari hasil swab hidung dantenggorokan pasien yang dirawat di bangsalbedah. Beberapa uji yang digunakan dalam ujiidentifikasi antara lain pewarnaan Gram, ujikatalase, uji koagulase dan uji kepekaan

menggunakan cefoxcitin  disk.  Bakteri yangakan digunakan, sebelumnya dibiakkanterlebih dahulu pada media NAP (Nutrient Agar Plate). Gambar 1 merupakan bakteriyang diduga MRSA yang tumbuh pada mediaNAP, koloni tampak berwarna kuning emas

dengan tepi rata. Selanjutnya dilakukan

pengecatan Gram dan dilanjutkan denganpengamatan bakteri secara mikroskopisdengan perbesaran lensa obyektif 100x, daripengamatan ini didapatkan morfologi bakteriberbentuk bulat berwarna ungu danbergerombol seperti anggur seperti yangtampak pada Gambar 2. Pada uji katalasedidapatkan hasil positif yang dibuktikan olehadanya gelembung-gelembung udara, tampakpada Gambar 3. Hasil uji koagulasedidapatkan hasil positif ditandai denganpenggumpalan plasma (clumping ) yang

berwarna putih keruh, tampak pada Gambar

4. Pada uji kepekaan bakteri uji terhadapcefoxitin dengan disk diffusion didapatkandiameter zona inhibisi <21mm, yangmembuktikan bahwa bakteri tersebut resistenterhadap cefoxitin, tampak pada Gambar 5.

Gambar 1. Bakteri MRSA yang tumbuh pada media NAP. Koloni bakteri MRSA tampakberwarna kuning emas dengan tepi rata

Gambar 2. Hasil pengecatan Gram pada bakteri MRSA yang diamati dengan mikroskop.Morfologi bakteri Gram positif (berwarna ungu), berbentuk bulat dan bergerombol (ditunjuk

dengan tanda panah) 

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 5/12

Gambar 3. Hasil uji Katalase pada bakteri MRSA, hasil positif ditandai dengan munculnya buih(ditunjuk dengan tanda panah) 

Gambar 4. Hasil uji Koagulase pada bakteri MRSA menunjukkan hasil positif yang ditandaidengan terjadinya penggumpalan plasma yang berwarna putih keruh

(ditunjuk dengan tanda panah)

Gambar 5. Hasil uji kepekaan bakteri uji terhadap antibiotik. uji kepekaan terhadap antibiotikCefoxci t in (ditunjuk dengan tanda panah) menunjukkan hasil resisten yang ditandai dengan

zona inhibisi <21 mm 

Hasil pengamatan pada tabungdidapatkan dengan mengamati kekeruhanlarutan dalam tabung reaksi, menilai tingkatkekeruhan dengan media kertas bergaris danmembandingkan kekeruhannya dengan

berbagai konsentrasi. Pengamatan padatabung bertujuan untuk menentukan KadarHambat Minimum (KHM) ekstrak daun kersen

terhadap MRSA. Semakin tinggi konsentrasiekstrak maka larutan akan semakin jernihkarena jumlah bakteri semakin sedikit. Tetapikarena ekstrak daun kersen berwarna coklatkehijauan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak

menyebabkan larutan menjadi semakinkeruh, akibatnya kekeruhan larutan tidakdapat diamati dan nilai KHM tidak dapat

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 6/12

ditentukan. Perbandingan tingkat kekeruhanpada masing-masing konsentrasi dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil pertumbuhan bakteri MRSA pada berbagai konsentrasi ekstrak daun kersen

Pengamatan pada NAP dilakukandengan menghitung jumlah koloni bakteriMRSA yang tumbuh pada masing-masing

medium NAP setelah ditanami campuranekstrak daun kersen dan bakteri MRSA dengankonsentrasi berbeda (0% atau kontrol bakteri,

0,12%, 0,25%, 0,5%, 1% dan 2%) pengamatanini bertujuan untuk mengetahui jumlahpertumbuhan bakteri MRSA pada berbagai

konsentrasi dan sekaligus untuk menentukankadar bunuh minimum (KBM) ekstrak daunkersen terhadap MRSA.

 Gambar 7. Pertumbuhan bakteri MRSA pada medium NAP dengan berbagai konsentrasi. 

KE 2% 1% 0,5% 0,25%  0,12%  KB

0% 0 12%

0 25% 0 5%

1% 2%

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 7/12

Tabel 1. Hasil Penghitungan bakteri MRSA pada medium NAP

Keterangan: OI: Original Inoculum

Bardasarkan hasil pengamatan dariTabel 1 dan Gambar 7, jumlah koloni terbanyakterdapat pada konsentrasi 0%, dan tidakdidapatkan koloni pada konsentrasi 2%. KadarBunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasiekstrak daun kersen terkecil dengan jumlahkoloni pada NAP sebesar ≤ 0,1% originalinoculum. 0,1% dari 561 adalah 0,5 koloni,sehingga konsentrasi yang merupakan KBMadalah yangmemiliki rata-rata jumlah koloni 0.Karena rata-rata jumlah koloni 0 terdapat padakonsentrasi 2%, maka konsentrasi 2% dapatdikatakan sebagai KBM.

Analisis DataUji One-way  ANOVA 

Untuk mengetahui adanya pengaruhperbedaan konsentrasi ekstrak daun kersen

terhadap jumlah koloni bakteri MRSA makadilakukan uji statistik parametrik One-way  

 ANOVA. Dari uji tersebut didapatkan nilaisignifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yangmenunjukkan bahwa pemberian ekstrak daunkersen menyebabkan terjadinya penurunan

 jumlah koloni bakteri MRSA secara signifikansehingga dapat diartikan bahwa ada hubunganantara jumlah koloni MRSA terhadappemberian konsentrasi ekstrak daun kersen.

Hasil uji One-way   ANOVA dari jumlahkoloni bakteri MRSA yang dihasilkan padamedium NAP ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji One-way  ANOVA 

Uji Korelasi-regresiUji korelasi regresi digunakan untuk

mengetahui arah, kuat dan pola hubunganantara pemberian ekstrak daun kersen dengan

 jumlah koloni MRSA. Dari uji korelasi-regresididapatkan r sebesar -0,807, seperti yangterlihat pada Tabel 3, yang artinya terdapat

korelasi negatif yang cukup kuat antarakonsentrasi ektrak daun kersen dengan

pertumbuhan koloni MRSA. Tanda negatifmenunjukkan arah hubungan yaitu semakintinggi konsentrasi ekstrak maka jumlah koloniakan semakin rendah, penurunan jumlah kolonibakteri seiring dengan bertambahnyakonsentrasi ekstrak dapat diamati pada

Gambar 9 Sedangkan angka 0,807menunjukkan adanya hubungan yang sangat

Konsentrasi Ekstrak Daun KersenPengulangan

OI

561

561

561

561

561

0%

3061

3061

3061

3061

3061

0,12%

39

45

42

36

40,5

0,25%

17

12

9

8

11,5

0,50%

2

4

4

4

3,5

1%

2

1

0

2

1,25

2%

0

0

0

0

0

I

II

III

IV

Rata-rata

df

4

15

19

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of Squares

98.662

2.877

101.538

Mean Square

24.665

.192

F

128.601

Sig.

.000

ANOVA

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 8/12

kuat antara pemberian ekstrak dengan jumlahkoloni.

Tabel 3. Hasil uji korelasi 

Gambar 9. Kurva penurunan jumlah rata-rata koloni bakteri seiring dengan

bertambahnya konsentrasi ekstrak 

Kekuatan hubungan pada uji korelasimemiliki rentang nilai dan interpretasi yangberbeda. Interpretasi tersebut dapat dilihatpada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dibawah,

hubungan antara pemberian ekstrak daunkersen terhadap pertumbuhan bakteri MRSAadalah sangat kuat.

Tabel 4. Interpretasi uji korelasi (Sujianto AE., 2009). 

Correlation

Konsentrasi

ekstrak

Trans2

Pearson

Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson

Correlation

Si . 2-tailed

konsentrasi ekstrak

1

20

-.807

.000

20

Trans

2

-.807

.000

20

1

20

Kekuatan Korelasi

0.00 - 0.20

0.21 - 0.40

0.41 – 0.70

0.71 – 0.90

0.91 – 0.99

1

Interpretasi

Sangat Lemah

Lemah

Kuat

Sangat Kuat

Sangat Kuat

Sekali

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 9/12

PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui efek antibakteri ekstrak daunkersen (Muntingia Calabura) terhadap bakteri

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), yang dibuktikan dengan melihatKadar Hambat Minimum (KHM) dan KadarBunuh Minimum (KBM). Kadar HambatMinimum (KHM) didapatkan dengan caramenilai tingkat kekeruhan larutan pada tabungdengan media kertas bergaris, sedangkanKadar Bunuh Minimum (KBM) didapatkan darikonsentrasi ekstrak terkecil dengan jumlahkoloni <0,1% Original Inoculum pada mediumNAP.

Untuk menentukan Kadar HambatMinimum (KHM) dilakukan pengamatan

tingkat kekeruhan larutan. Warna ekstrakdaun kersen (Muntingia calabura) adalahcoklat kehijauan, sedangkan warna larutanbakteri MRSA adalah putih keruh.Pengamatan terhadap Kadar HambatMinimum (KHM) dilakukan dengan metodedilusi tabung, normalnya semakin tinggikonsentrasi ekstrak maka larutan akansemakin jernih karena jumlah bakteri semakinsedikit. Namun campuran antara ekstrak daunkersen dengan larutan bakteri MRSAmenghasilkan warna coklat kekuningan,larutan yang jernih justru didapatkan dari

konsentrasi ekstrak yang paling rendah,semakin tinggi konsentrasi ekstrak warnamenjadi semakin keruh. Hal ini dikarenakanekstrak daun kersen memiliki warna yangpekat sehingga mempengaruhi kekeruhanmasing-masing konsentrasi. menyebabkanKadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daunkersen terhadap bakteri MRSA tidak dapatditentukan

Sebelum mendapatkan konsentrasiperlakuan, penulis terlebih dahulu melakukanpenelitian eksplorasi. Dari hasil penelitianeksplorasi pertumbuhan bakteri tidak

didapatkan pada konsentrasi 2% akan tetapimasih didapatkan pertumbuhan bakteri padakonsentrasi 0,125% sehingga pertumbuhanbakteri pada konsentrasi 0,125% sehinggadipilih konsentrasi 0,125% hingga 2% sebagaikonsentrasi perlakuan dengan rentangkonsentrasi setengah kali konsentrasidiatasnya. Dari penelitian eksplorasi jugadiketahui bila rentang konsentrasi lebih sempitseperti tigeperempat kali konsentrasidiatasnya maka pertumbuhan koloni dengankonsentrasi satu dengan yang lain akan mirip,

sehingga tidak terlihat pegaruh perbedaankonsentrasi ekstrak yang diberikan terhadap

 jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Olehkarena itu, dipilih rentang konsentrasisetengah kali dari konsentrasi diatasnya pada

penelitian ini. Konsentrasi perlakuan yangdigunakan adalah 0% (kontrol bakteri);0,125%; 0,25%; 0,50%; 1%; 2% dan 100%(kontrol ekstrak).

Isi dari masing-masing tabungperlakuan ditanam pada medium NAP dandiinkubasi pada suhu 37˚ selama 18-24 jam.Kemudian dilakukan perhitunganmenggunakan colony counter  terhadap bakteriyang tumbuh pada masing-masing mediumNAP. Konsentrasi ekstrak menunjukkan KBM

 jika jumlah koloninya < 0,1% dari OriginalInoculum, pada penelitian ini rata-rata Original

Inoculum  adalah 561 sehingga 0,1% dariOriginal Inoculum adalah 0,56, maka dapatdisimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak yangmerupakan KBM adalah yang tidak ditemukankoloni bakteri pada medium NAP atau jumlahkoloninya adalah 0. Rata-rata jumlah kolonidari pengulangan 1, pengulangan 2,pengulangan 3, dan pengulangan 4 padakonsentrasi 2% adalah 0, sehinggakonsentrasi 2% merupakan Kadar BunuhMinimum (KBM) ekstrak daun Kersenterhadap Methicillin-resistant Staphylococcusaureus.

Penelitian tentang efek antibakteriyang dilakukan oleh Triwulandari (2012)terhadap bakteri Methicillin-resistantStaphylococcus aureus  (MRSA) denganmenggunakan ekstrak tapak liman(Elephantopus scaber Linn) menunjukkanKadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar 4%,sedangkan penelitian tentang efek antibakteriekstrak meniran (Phyllanthus niruri ) terhadapbakteri Methicillin-resistant Staphylococcusaureus  (MRSA) yang dilakukan oleh Elyavita(2011) menunjukkan Kadar Bunuh Minimum(KBM) sebesar 3%. Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak daun kersen (Muntingiacalabura) membutuhkan konsentrasi yanglebih kecil untuk membunuh bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus  (MRSA)daripada ekstrak tapak liman (Elephantopusscaber Linn) maupun ekstrak meniran(Phyllanthus niruri).

Berdasarkan penelitian Zakaria et al  (2006) menggunakan metode disk diffusion,diketahui bahwa ekstrak daun kersenmembutuhkan konsentrasi ekstrak < 40,000ppm untuk menghasilkan zona inhibisi 9-13mm terhadap bakteri Staphylococcus

aureus, sedangkan terhadap bakteriEscherichia coli   membutuhkan konsentrasi

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 10/12

10 

ekstrak 100,000 ppm. Hal ini menunjukkanbahwa bakteri Gram positif lebih pekaterhadap pemberian ekstrak daun kersendaripada bakteri Gram negatif.

 Aktivitas antibakteri yang dimiliki olehdaun kersen (Muntingia calabura)  diduga

berasal dari unsur-unsur yang terkandungdidalamnya, antara lain tannin, flavonoid,glikosida dan saponin (Zakaria et al , 2006).

 Ada tiga mekanisme yang dimilikiflavonoid dalam memberikan efek antibakteri,antara lain dengan menghambat sintesis asamnukleat, menghambat fungsi membransitoplasma dan menghambat metabolismeenergi (Cushnie et al , 2005).

Dalam mekanisme penghambatansintesis asam nukleat, Cushine et al  mengusulkan bahwa cincin B yang dimiliki olehflavonoid berperan dalam menginterkalasi atau

membentuk ikatan hidrogen dengan basisasam nukleat, hal inilah yang mereka yakinimemberikan efek inhibisi terhadap sintesis DNAdan RNA (Cushnie et al , 2005).

Flavonoid juga memberikan aktivitasantibakteri dengan jalan menghambatmetabolisme energi, menurut hipotesis yangdiajukan oleh Haraguchi et al , mekanismepenghambatan metabolisme energi yangdilakukan oleh Flavonoid sama denganantibiotik yang menghambat respirasi.Flavonoid menghambat konsumsi oksigendengan jalan mengganggu rantai transport

elektron respirasi (Cushnie et al . 2005).Tannin mampu membentuk chelates

dengan ion logam, khususnya besi, hal ini akanmenimbulkan gangguan pada membranStaphylococcus aureus  (Zakaria et al , 2007).Tannin memiliki kemampuan mengikat besiyang relatif besar dan berinteraksi dengan besiintuk membentuk chelates, hal ini membuatbesi tidak tesedia untuk bakteri. Bakteri aerobmembutuhkan besi untuk melakukan berbagaifungsi, seperti pengurangan perkusorribonukleotida pada DNA, pembentukan haemdan fungsi-fungsi lain (Akiyama et al , 2001).

Saponin mampu berikatan denganlipopolisakarida pada dinding sel bakteri,menyebabkan meningkatnya permeabilitas daridinding sel (Arabski et al , 2009)

Hasil dari penghitungan jumlah kolonibakteri ini kemudian dianalisis denganmenggunakan SPSS 16, menggunakan ujistatistik One-way  ANOVA, Uji Kolerasi, dan UjiRegresi. Dari uji ANOVA, didapatkan nilaisignifikasi 0,0000 (p < 0,05) yang berartiterdapat perbedaan rata-rata yang signifikanpada efek antibakteri pada pemberian ekstrakdaun kersen  (Muntingia Calabura)  antara dua

perlakuan terhadap jumlah koloni bakteriMethicillin-resistant Staphylococcus aureus.

Dari Uji Kolerasi didapatkan nilai signifikansi0,00 dan koefisien kolerasi -0.807 yang berartipemberian ekstrak daun kersen  (Muntingiacalabura)mempunyai hubungan (kolerasi) yangsignifikan dengan jumlah koloni bakteriMethicillin-resistant Staphylococcus aureus 

dengan arah kolerasi negatif, artinya semakintinggi konsentrasi ekstrak daun kersen (Muntingia calabura)  cenderung akanmenurunkan jumlah koloni bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Kemudiandari Uji Regresi dapat diketahui seberapa besarpengaruh pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura)  terhadap jumlah bakteriMethicillin-resistant Staphylococcus aureus. Hasil persamaan regresi liniernya adalah Y =4.565 – 2.662X, dimana Y adalah jumlah kolonibakteri Methicillin-resistant Staphylococcusaureus  yang dihasilkan pada medium NAP,

sedangkan X adalah perlakuan pemberianekstrak daun kersen (Muntingia calabura). Nilaikoefisien determinasi (R square = r 

2) yang

didapatkan sebesar 65% sedangkan sisanya35% disebabkan oleh faktor-faktor yang lainyang tidak diteliti (Sujianto, 2009).

Penelitian tentang efek antibakteri yangdilakukan oleh Triwulandari (2012) terhadapbakteri Methicillin-resistant Staphylococcusaureus  (MRSA) dengan menggunakan ekstraktapak liman (Elephantopus scaber Linn)menunjukkan nilai koefisien determinasi (Rsquare = r 

2) sebesar 87,4%, sedangkan

penelitian tentang efek antibakteri ekstrakmeniran (Phyllanthus niruri ) terhadap bakteriMethicillin-resistant Staphylococcus aureus 

(MRSA) yang dilakukan oleh Elyavita (2011)menunjukkan nilai koefisien determinasi (Rsquare = r 

2) sebesar 83%. Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak tapak liman (Elephantopusscaber Linn) dan ekstrak meniran (Phyllanthusniruri) memberikan kontribusi yang lebih besardalam menimbulkan penurunan koloni bakteriMRSA dibandingkan ekstrak daun kersen(Muntingia calabura).

Dengan melihat fakta hasil penelitian

yakni adanya penurunan jumlah koloni bakteriMethicillin-resistant Staphylococcus aureus seiring dengan peningkatan konsentrasiperlakuan yang diperkuat dengan datakandungan bahan aktif ekstrak daun kersen (Muntingia calabura)  yang mampumenghambat pertumbuhan Methicillin-resistantStaphylococcus aureus, maka dapat dikatakanbahwa ekstrak daun kersen  (Muntingiacalabura)  terbukti memiliki efek sebagaiantibakteri terhadap bakteri Methicillin-resistantStaphylococcus aureus. Hal ini membuktikanbahwa hipotesis yang telah disusun

sebelumnya adalah benar.

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 11/12

11 

Keterbatasan penelitian ini antara lainpada metode pembuatan ekstrak yang bersifatacak dan kasar, jumlah pasti masing-masingbahan aktif yang dihasilkan dari prosesektstraksi tidak diketahui secara pasti. Bahanaktif tersebut bekerja sendiri-sendiri ataupun

bersama-sama untuk menghambatpertumbuhan bakteri Methicillin-resistantStaphylococcus aureus. Adanya variasibiologis dari masing-masing spesies daunkersen  (Muntingia calabura)  juga dapatmempengaruhi jumlah bahan aktif antibakteri.Faktor lain yang mungkin mempengaruhiadalah lamanya masa penyimpanan ekstrak.Makin lama disimpan, maka sensitifitas ekstrakbiasanya akan menurun. Akan tetapi adabeberapa ekstrak yang mengalami peningkatanefek.

 Aplikasi klinis dari penelitian ini

memang masih memerlukan penelitian lebihlanjut mengenai standarisasi bahan aktif apa

saja yang dapat digunakan dan berapakonsentrasi yang efektif sebagai antibakteri.Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan maka ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) memiliki potensiantibakteri terhadap Methicillin-resistant

Staphylococcus aureus, tetapi tidak diketahuipotensi antibakterinya terhadap familiStaphylococcaceae  lainnya sebagai penyebabinfeksi nosokomial utama. Selain itu masihperlu dilakukan penelitian lebih lanjut untukmengetahui batasan dosis yang aman untukekstrak daun kersen  (Muntingia calabura) sebagai antibakteri bagi Methicillin-resistantStaphylococcus aureus  agar dapat digunakansebagai obat oleh masyarakat luas.

PENUTUP

Kesimpulana. Ekstrak daun kersen terbukti dapat

menghambat pertumbuhan bakteriMethicillin-resistant Staphylococcusaureus  (MRSA) secara in vitro  (p<0.05),semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka

 jumlah koloni bakteri yang tumbuh

semakin sedikit.b. Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak

daun kersen terhadap bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)terdapat pada konsentrasi 2%,sedangkan Kadar Hambat Minimum(KHM) ekstrak daun kersen terhadapMethicillin-resistant Staphylococcusaureus  (MRSA) tidak dapat ditentukan

karena warna ekstrak yang keruhmempengaruhi hasil pengamatan.

Sarana. Penelitian selanjutnya sebaiknya

menggunakan metode lain sepertimetode difusi cakram yang dapat

menentukan nilai Kadar HambatMinimum (KHM) tanpa dipengaruhi olehkekeruhan ekstrak.

b. Perlu dilakukan penelitian in vivo  padahewan coba untuk menentukan dosisterapi, dosis toksik dan efek sampingyang mungkin timbul dari pemakaianekstrak daun kersen sebagai antibakteriterhadap bakteri Methicillin-resistantStaphylococcus aureus (MRSA).

DAFTAR PUSTAKA

 Arabski M., S. Wąsik, K. Dworecki, W. Kaca.2009. Laser interferometric and cultivationmethods for measurement ofcolistin/ampicilin and saponin interactionswith smooth and rough of Proteusmirabilis lipopolysaccharides and cells. J.Microbiol. Methods, 77: 179-183.

Cushnie T., Lamb A.J., 2005. Antimicrobialactivity of flavonoids. International Journalof Antimicrobial Agents, 26: 343-356.

Elyavita A.M. 2011. Efek EkstrakMeniran (Phyllanthus niruri ) Sebagai Antimikroba Terhadap Pertumbuhan BakteriMethicillin-resistant Staphylococcus Aureus(MRSA) Secara In vitro. Tugas Akhir. Tidakditerbitkan, Fakultas Kedokteran UniversitasBrawijaya, Malang.

Lukito, H.1998. Rancangan Percobaan,Suatu Pengantar, IKIP, Malang.

Sujianto A.E. 2009. Aplikasi Statistik

dengan SPSS 16.0, Prestasi Pustaka, Jakarta,Hal 40.

7/17/2019 Dian Rosalia

http://slidepdf.com/reader/full/dian-rosalia 12/12

12 

Todar, K. 2008. Todar’s Online

Textbook of Bacteriology , (Online), (http://www.

textbookofbacteriology.net/staph_2.html,diakses 26 Desember 2010).

Triwulandari D.W. 2012. Efek

 Antimikroba Ekstrak Daun Tapak Liman(Elephantopus scaber Linn) TerhadapPertumbuhan Methicillin-resistantStaphylococcus Aureus (MRSA) Secara Invitro. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, FakultasKedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

WHO, 2002. Prevention of Hospital-acquired Infections, (Online), (http://www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/WHO_CDS_CSR_EPH_2002_12/en/,  diakses 12Januari 2012).

Zakaria Z.A., Mat A.M., Mastura M.,Mat S.H., Mohamed A.M., Moch Jamil N.S.,Rofiee M.S., Sulaiman M.R., 2007. In vitro

 Antistaphylococcal Activity of the Extract ofSeveral Neglected Plants in Malaysia.International Journal of Pharmacology , 3 (5):428-431.

Zakaria Z.A., Fatimah C.A., Mat A.M.,Zaiton H., Henie E.F.P., Sulaiman M.R.,Somchit M.N., Thenamutha M., Kasthuri D.,2006. The In vitro Antibacterial Activity of

Muntingia calabura  Extract. InternationalJournal of Pharmacology , 2 (4): 439-442.

Telah disetujui oleh,

Prof.Dr.dr.Noorhamdani,AS, SpMK. NIP 19501110 198002 1 001