dbd
TRANSCRIPT
DBD
Pendahuluan
Demam Berdarah adalah salah satu penyakit infeksi yang serius dan dikenal pula dengan sebutan DBD
(Demam Berdarah Dengue). Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air.
Etiologi : merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DEN 1,2,3,4)
BAB II
Anamnesis
Keluhan utama : demam, lesu, muntah
Pertanyaan anamnesis :
– Sudah demam berapa lama?
– Apakah panasnya naik turun?
– Apa ada rasa nyeri di belakang kepala?
– Disekitar rumah apa ada yang terkena demam berdarah juga?
– Apa ada nyeri perut?
– Apa tenggorokan terasa sakit?
– Frekuensi muntah?
– Sudah diberi obat apa?
Anamnesis
Point anamnesis demam : mulai kapan, tipe panas (terus menerus, naik turun, periode normal),
sifat (summer/tinggi), rasa panas/meriang panas, gejala gejala yang menyertai (nyeri kepala,
nyeri retroorbita, mialgia/arthralgia, mual, muntah, nyeri perut, manifestasi perdarahan, BAB dan
BAK
(CONTOH ANAMNESIS)
Keluhan Utama
Keluar darah dari hidung sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 6 hari SMRS pasien mengeluh demam, demam tinggi dan hilang timbul, pasien mengeluh
kadang-kadang menggigil, sakit kepala berat (+), nyeri retrorbital (-), badan lesu (+), nyeri tulang
dan sendi (+), tanda-tanda perdarahan (-), mual (+), muntah (+), muntah berisi sisa makanan
yang dimakan, nyeri perut (-), penurunan nafsu makan (+), batuk (-), BAK dan BAB normal.
Pasien hanya istirahat di tempat tidur.
± 3 hari SMRS pasien mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi, sakit kepala (+), nyeri
retrorbital (-), badan lesu (+), nyeri tulang dan sendi (+), tanda-tanda perdarahan (-), mual (+),
muntah (+), muntah berisi sisa makanan yang dimakan, nyeri perut (-), penurunan nafsu makan
(+), batuk (-), BAK dan BAB normal.
± 1 hari SMRS pasien mengeluh demam meninggi, hilang timbul, kadang-kadang menggigil,
sakit kepala (+), nyeri retrorbital (-), badan lesu (+), nyeri tulang dan sendi (+), tanda-tanda
perdarahan (+), mual (+), muntah (+), muntah berisi sisa makanan yang dimakan, nyeri perut (-),
penurunan nafsu makan (+), batuk (-), BAK dan BAB normal. pasien akhirnya memutuskan
untuk berobat ke RSMH.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : ada petechiae, lidah dan tonsil normal, pharyng hiperremis
2. Palpasi : petechiae tidak hilang waktu ditekan, nyeri tekan epigastrium, hepar lien tidak teraba.
Pemeriksaan Laboratorium
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik kepada pasien etiologinya antara lain :
1. Nyamuk aedes aegypti : karena pemukiman tempat tin ggalnya padat, dengan rumah yang
letaknya berdempetan, dan banyak ditemukan kaleng kosong, pot bunga yang berisi air. Ini
kemungkinan besar tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.
2. Petechiae dan nyeri epigastrium merupakan gejala khas dari demam berdarah.
3. Nilai trombosit yang kurang dari 100.000 (Trombositopenia) dan nilai hematokrit meningkat
menunjukan adanya kebocoran plasma darah karena peningkatan permeabiltis kapiler darah.
4. Limfositosis menunjukan adanya infeksi akut virus, eosinopenia menunjukan infeksi berat,
neutropenia adanya infeksi virus seperti dengue, influenza, mononucleosis.
Criteria diagnosis :
1. Criteria klinis
- Demam tinggi mendadak terus menerus selama 2 sampai 7 hari dengan sebab yang
tidak jelas (tipe demam bifasik)
- Manifestasi perdarahan : uji tourniquet positif, dan atau perdarahan spontan, petekia,
ekimose, perdarahan gusi dan hematemesis/ melena
- Hepatosplenomegali
- Tanpa atau dengan gejala – gejala syok sperti : nadi lemah, cepat dan kecil sampai tak
teraba. Tekanan nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang
- Kulit yang terasa lembab dan dingin terutama daerah akral (ujung jari tangan kaki dan
hidung)
- Sianosis di mulut, ujung jari tangan dan kaki
2. Kriteria Laboratoris
- Trombosit<100.000 g/dl
- Hemokonsentrasi yang ditandai dengan peninggian nilai hematokrit sebesar 20% atau
lebih disbanding masa konvalesen
Penegakan diagnosis DBD adalah 2 kriteria klinis pertama ditambah
trombositopenia dan hemokonsentrasi
3. Demam pada DHF berpola saddle back
Hari 1 – 2 demam naik
Hari 3 – 4 demam turun
Hari 5 – 6 demam naik
4. Derajat DHF
Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai dengan gejala khas dan satu-
satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet positif
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan di kulit/perdarahan
lainnya
Derajat III : Derajat II ditambah dengan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg), hipotensi (sistolik
<80mmHg) disertai dengan kulit dingin, lembab dan penderita gelisah.
Derajat IV : Derajat III ditambah renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan
tekanan darah yang tidak terukur,penurunan kesadaran
Penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan
untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi
komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu
dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Pemeliharaan volume cairan
sirkulasi dan istirahat. Seperti diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Jika pasien tidak bisa peroral, diberikan melalui intravena (Ringer Laktat). Pemberian antibiotik
bukannya tidak boleh dilakukan tetapi diberikan dengan kondisi tertentu seperti kemungkinan
terjadinya infeksi sekunder / infeksi nosokomial dalam kurun waktu 3x24 jam jika dirawat di
rumah sakit. Pada kasus ini pemberian terapi sesuai dengan rekomendasi secara teori yaitu terapi
suportif berupa cairan infus Ringer Laktat untuk mengganti kehilangan cairan serta roborantia.
Juga diberikan terapi simptomatis berupa antimuntah dan antipiretik
1. Terapi penggantian cairan
a. Sebelum terjadi DSS RL
b. Sesudah terjadi DSS koloid atau kristaloid
2. Diet (hati hati pada perdarahan lambung)
3. Antasid
4. Antibiotik bila ada leukositosis
Nyamuk Aedes aegypti :
Berdiam dalam rumah terutama di tempat gelap
Menggigit saat pagi hari dan sore hari.
Berkembang biakdi air yang jernih
Tidak ada cara untuk membedakan nyamuk yang membawa virus dengue atau tidak daur hidup
Aedes aegypti betina yang mengisap darah
sedangkan jantan mengisap keringat
Mekanisme Terjadinya Demam
Demam dapat timbul dari terpaparnya tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian
akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan
kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut, atau disebabkan pengaruh pirogen endogen itu
sendiri. Contoh pirogen endogen yanga ada dalam tubuh adalah interleukin-1 (IL-¬1), α-
interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). IL-1 berperan penting dalam mekanisme pertahanan
tubuh yaitu antara lain dapat menstimulasi limfosit T dan B, mengaktivasi netrofil, merangsang
sekresi reaktan (C¬reactive protein, haptoglobin, fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi kadar
besi dan seng plasma dan meningkatkan katabolisme otot. IL-1 bereaksi sebagai pirogen yaitu
dengan merangsang sintesis prostagalndin E2 di hipotalamus, yang kemudian bekerja pada pusat
vasomotor sehingga meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga
menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga mempunyai efek metabolisme dan berperan juga
pada penurunan berat badan yang kadang-kadang diderita setelah seseorang menderita infeksi.
TNF bersifat pirogen melalui dua cara, yaitu efek langsung dengan melepaskan prostaglandin E2
dari hipotalamus atau dengan merangsang perlepasan IL-1. Sedangkan, alpha-interferon (IFN-α)
adalah hasil produksi sel sebagai respons terhadap infeksi virus.
Prostaglandin yang dihasilkan pirogen-pirogen itu kemudian mensensitisasi reseptor dan
diteruskan oleh resptor sampai hypotalamus yang akan menyebabkan peningkatan derajat
standart panas hypotalamus (Hypotalamic Termostat). Peningkatan derajat standart panas
hypotalamus inilah yang akan memicu sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulation) untuk
meningkatkan suhu, maka terjadilah demam.
Dangue Haemorragic Fever
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung
dari serotipe virus Dengue. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu
dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling
memberikan perlindungan silang.. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak
hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung waktu dan
daerah penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat
mencapai 2,6 ? 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 ? 7,7 % untuk tingkat protein. Perbedaan
urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya.
Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari protein struktural
dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope (E), protein pre-membran
(prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural
merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 ? NS-5. Dalam merangsang
pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E,
kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural yang paling
berperan adalah protein NS-1.
Patofisiologi Demam Berdarah
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan patofisiologis yang
menyolok, yaitu Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma,
hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran
plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48
jam).
Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati,
mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada
pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat. Mekanisme aktivasi
komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD,
namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada
DBD belum terbukti. Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan
dengan DD dijelaskan dengan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh
antibodi heterotipik sebagai akibat infesi Dengue sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti
bahwa faktor virus serta respons imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan gambaran klinik dan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan, pasien dapat
dipastikan menderita demam berdarah derajat I (ringan). Pasien diharuskan untuk banyak
beristirahat dan minum air agar tidak kekurangan cairan plasma. Pemeliharaan volume cairan
sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Dengan terapi
supportif yang intensif, maka prognosis penyakit pasien akan menjadi lebih baik.
ANALISIS KASUS
Salah satu penyakit infeksi yang dapat dihubungkan dengan perdarahan adalah
demam berdarah dengue. Biasanya pada pasien DBD perdarahan dapat terjadi gejala perdarahan
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petikie, purpura, ekimosis, hamatemesis, melena, dan epistaksis.
Selain perdarahan, pada fase awal demam tinggi dapat terjadi pada pasien DBD. Demam
merupakan salah satu gejala yang dapat menyertai berbagai penyakit dan merupakan manifestasi
penting dari penyakit tersebut. Sering gejala demam ini dihubungkan dengan penyakit infeksi,
tetapi kenyataan banyak pula penyakit non infeksi dapat menimbulkannya. Selain infeksi ,
demam bisa ditimbulkan oleh keganasan, inflamasi alergi & nonalergi, serta sebab-sebab lain
yang tidak jelas.
Demam merupakan manifestasi respon tubuh dalam menjaga keutuhan tubuh
( homeostasis ) terhadap benda asing ( mikroba, debu anorganik, zat-zat kimia ) atau yang
dianggap beanda asing ( auto antigen/ autoantibodi ). Dalam menegakkan diagnosis dengan
gejala demam perlu mengetahui riwayat perjalanan penyakit, epidemiologi, mengidentifikasi tipe
demam dan didukung pemeriksaan fisik & laboratorium penunjang , meskipun pada beberapa
kasus kita tidak mampu menegakkan dan kita mengkategorikannya dalam FUO. 1
Pada kasus DBD, virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang
pertama kali dapat member gejala sebagai demam dengue. Apabila orang itu mendapat infeksi
berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan timbul reaksi yang berbeda. DBD dapat
terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limpatikus regional dan menyebar ke jaringan
lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen dan hematogen. Tubuh
akan membentuk komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi
sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga
permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang
melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas
kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya
aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas
dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.3
Gejala klinis demam dengue amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD,
sampai ke DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan, serta kecenderungan terjadi
renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Gejala prodromal meliputi nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia, menggigil dan
malaise. Pada umumnya ditemukan sindroma trias, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota
badan dan timbulnya ruam. Ruam biasanya timbul 5-12 hari sebelum naiknya suhu pertama kali,
yaitu pada hari ketiga samapi hari kelima dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Ruam
bersifat makulopapular yang menghilang pada tekanan. Ruam mula-mula dilihat di dada, tubuh
serta abdomen dan menyebar ke anggota gerak dan muka. Pada lebih dari separuh penderita
gejala klinis timbul mendadak, disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri di belakang bola
mata, punggung, otot dan sendi disertai rasa menggigil. Pada beberapa penderita dapat dilihat
kurva yang menyerupai pelana kuda atau bifasik, tetepi pada penelitian selanjutnya bentuk kurva
ini tidak ditemukan pada semua penderita sehingga tidak dianggap patognomonik. Anoreksia dan
obstipasi sering dilaporkan; di samping perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai
nyeri kolik dan perut lembek sering ditemukan. Pada stadium dini penyakit sering timbul
perubahan dalam indra pengecap. Gejala klinis yang lain adalah fotofobia, keringat yang
bercucuran, suara serak, batuk, epistaksis dan diuria. Demam menghilang secara lisis, disertai
keluarnya banyak keringat. Lama demam berkisar 3,9 hari dan 4,8 hari. Kelenjar getah bening
servikal dilaporkan membesar pada penderita, beberapa sarjana menyebutnya tanda Castelani,
sangat patognomonik dan merupakan patokan berguna untuk membuat diagnosis banding.3,6
Untuk dapat menegakkan diagnosis demam dengue (DD), kriteria berikut harus dapat terpenuh
dua atau lebih yaitu: nyeri kepala, nyeri retrorbital, mialgia/atralgia, ruam kulit, manifestasi
perdarahan (petikie dan uji bendung positif), leukopenia dan pemeriksaan serologi positif.
Sedangkan untuk diagnosis DBD ditegakkan bila semua kriteria berikut terpenuhi yaitu:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut: uji bending positif; petikie,
ekimosis, purpura; perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi);
hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (trombosit < 100.000/ul)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) berikut:
peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin; penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya; tanda kebocoran plasma seperti efusi plura, asites
atau hipoproteinemia. 1,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, aru W. ilmu penyakit dalam edisi: IV jilid: 3 FKUI Mei 2007. p: 1709-1712.
2. Rahman b. DBD Available at : http://rahmanbudyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-
kesehatan_db/. Accessed 1 june 2009
3.________. Available at : http://one.indoskripsi.com/node/746. Accessed 1 june 2009 patog
4.________ Available at: http://puskesmasnanpermai.blogspot.com Accessed 1 june 2009
5. Ganong, W, F. Physiology. 22nd edition.The McGraw – Hill Companies. New York :2005.
6. .________. Available at: http://www.blogdokter.net/2008/06/27/demam-berdarah-dengue/ .
Accessed 2 june 2009.