dalam tafsir sosial atas kenyataan
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
1/9
Dalam Tafsir Sosial atas Kenyataan: sebuah Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan Berger dan Luckmann (1990) merumuskan teori konstruksi
sosial atau sosiologi pengetahuannya. Buku ini terdiri dari tiga bab, yakni;
dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sebagai realitas obyektif, dan masyarakat sebagai realitas subyektif.
enelitian makna melalui sosiologi pengetahuan, mensyaratkan
penekunan pada !realitas" dan !pengetahuan". Dua istilah inilah yang
men#adi istilah kunci teori konstruksi sosial eter L. Berger dan $homas
Luckmann (1990). “%enyataan" adalah suatu kualitas yang terdapat dalam
&enomen'&enomen yang memiliki keberadaan (being yang tidak
tergantung kepada kehendak indiidu manusia (yang kita tidak dapat
meniadakannya dengan angan'angan). !engetahuan" adalah kepastian
baha &enomen'&enomen itu nyata (real dan memiliki karakteristik'
karakteristik yang spesi*k.+ %enyataan sosial adalah hasil (eksternalisasi)
dari internalisasi dan obyektiasi manusia terhadap pengetahuan dalam
kehidupan sehari'sehari. -tau, secara sederhana, eksternalisasi
dipengaruhi oleh sto!k of kno"ledge (cadangan pengetahuan) yang
dimilikinya. adangan sosial pengetahuan adalah akumulasi dari !ommon
sense kno"ledge (pengetahuan akal'sehat)./ #ommon sense adalah
pengetahuan yang dimiliki indiidu bersama indiidu'indiidu lainnya
dalam kegiatan rutin yang normal, dan sudah #elas dengan sendirinya,
dalam kehidupan sehari'hari (Berger dan Luckmann, 1990 /).
Dasar-dasar Pengetahuan dalam Kehidupan Sehari-hari
%ehidupan sehari'hari telah menyimpan dan menyediakan
kenyataan, sekaligus pengetahuan yang membimbing perilaku dalam
kehidupan sehari'hari. %ehidupan sehari'hari menampilkan realitas
obyekti& yang dita&sirkan oleh indiidu, atau memiliki makna'makna
subyekti&. Di sisi 2lain2, kehidupan sehari'hari merupakan suatu dunia yang
berasal dari pikiran'pikiran dan tindakan'tindakan indiidu, dan dipelihara
sebagai 2yang nyata2 oleh pikiran dan tindakan itu. Dasar'dasar
pengetahuan tersebut diperoleh melalui obyektiasi dari proses'proses
(dan makna'makna) subyekti& yang membentuk dunia akal'sehat
intersubyektif (hlm. +9). engetahuan akal'sehat adalah pengetahuan
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
2/9
yang dimiliki bersama (oleh indiidu dengan indiidu'indiidu lainnya)
dalam kegiatan rutin yang normal (dalam kehidupan sehari'hari).
3ealitas kehidupan sehari'hari merupakan taken for granted.
4alaupun ia bersi&at memaksa, namun ia hadir dan tidak (#arang)dipermasalahkan oleh indiidu (5isalnya; ciitas kampus 6787 nair
#arang, bahkan belum pernah, menanyakan; mengapa gedung 6787 di
%ampus B, mengapa kantor dekan di lantai satu, mengapa kantinnya di
sebelah utara. :al itu sudah dianggap alamiah, sehingga tak perlu
dibuktikan kebenarannya). 8elain itu, realitas kehidupan sehari'hari pada
pokoknya merupakan; realitas sosial yang bersi&at khas (dan indiidu tak
mungkin untuk mengabaikannya), dan totalitas yang teratur terikat
struktur ruang dan aktu, dan obyek'obyek yang menyertainya (8amuel,
199/ 9).
3ealitas kehidupan sehari'hari selain terisi oleh obyektiasi, #uga
memuat signi*kasi. 8igin*kasi atau pembuatan tanda'tanda oleh manusia,
merupakan obyektiasi yang khas, yang telah memiliki makna
intersubyekti& alaupun terkadang tidak ada batas yang #elas antara
signi*kasi dan obyektiasi. 8istem tanda meliputi sistem tanda tangan,
sistem gerak'gerik badan yang berpola, sistem berbagai perangkat
arte&ak material, dan sebagainya. Bahasa, sebagai sistem tanda'tanda
suara, merupakan sistem tanda yang paling penting. 8igni*kasi tingkat
kedua ini merupakan sarana untuk memelihara realitas obyekti&. Dengan
bahasa realitas obyekti& masa lalu dapat diariskan ke generasi sekarang,
dan berlan#ut ke masa depan. Bahasa memungkinkan menghadirkan
obyek tersebut ke dalam situasi tatap muka.
Masyarakat sebagai Realitas Obyektif dan Subyektif
5anusia berbeda dengan binatang. Binatang telah dibekali insting
oleh $uhan, se#ak dilahirkan hingga melahirkan sampai mati. 5anusia
secara biologis dan sosial terus tumbuh dan berkembang, karenanya ia
terus bela#ar dan berkarya membangun kelangsungannya. paya
men#aga eksistensi itulah yang kemudian menuntut manusia menciptakan
tatanan sosial. adi, tatanan sosial merupakan produk manusia yang
berlangsung terus menerus sebagai keharusan antropologis yang berasal
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
3/9
dari biologis manusia. $atanan sosial itu bermula dari eksternalisasi, yakni;
pen!urahan kedirian manusia se!ara terus menerus ke dalam dunia, baik
dalam akti$itas %sis maupun mentalnya (Berger, 1991 '
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
4/9
membangun uni$ersum simbolik yang baru. Dan dalam hal ini,
legitimasi=teori dibuat untuk melegitimasi organisasi sosial. roses
"legitimasi sebagai legitimasi lembaga sosial" menu#u "lembaga sosial
sebagai pen#aga legitimasi" terus berlangsung, dan dialektik. Dialektika initerus ter#adi, dan dialektika ini yang berdampak pada perubahan sosial.
5asyarakat sebagai kenyataan subyekti& menyiratkan baha
realitas obyekti& dita&siri secara subyekti& oleh indiidu. Dalam proses
mena&siri itulah berlangsung internalisasi. 7nternalisasi adalah proses yang
dialami manusia untuk 2mengambil alih2 dunia yang sedang dihuni
sesamanya (8amuel, 199/ 1>). 7nternalisasi berlangsung seumur hidup
melibatkan sosialisasi, baik primer maupun sekunder. 7nternalisasi adalah
proses penerimaan de*nisi situasi yang disampaikan orang lain tentang
dunia institusional. Dengan diterimanya de*nisi'de*nisi tersebut, indiidu
pun bahkan hanya mampu mamahami de*nisi orang lain, tetapi lebih dari
itu, turut mengkonstruksi de*nisi bersama. Dalam proses mengkonstruksi
inilah, indiidu berperan akti& sebagai pembentuk, pemelihara, sekaligus
perubah masyarakat.
Metodologi
5enurut :anneman 8amuel, metodologi 8osiologis Berger mengacu
pada tiga poin penting dalam kerangka teori Berger yang berkaitan
dengan arti penting makna yang dimiliki aktor sosial, yakni 8emua
manusia memiliki makna dan berusaha untuk hidup dalam suatu dunia
yang bermakna. 5akna manusia pada dasarnya bukan hanya dapat
dipahami oleh dirinya sendiri, tetapi #uga dapat dipahami oleh orang lain.
$erhadap makna, beberapa kategorisasi dapat dilakukan, Pertama,
makna dapat digolongkan men#adi makna yang secara langsung dapat
digunakan dalam kehidupan sehari'hari pemiliknya; dan makna yang tidak
segera tersedia secara 'at-hand' bagi indiidu untuk keperluan praktis
membimbing tindakan dalam kehidupan sehari'hari. Kedua, makna dapat
dibedakan men#adi makna hasil ta&siran orang aam, dan makna hasil
ta&siran ilmuan sosial. Ketiga, makna dapat dibedakan men#adi makna
yang diperoleh melalui interaksi tatap muka, dan makna yang diperoleh
tidak dalam interaksi (misalnya melalui media massa).
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
5/9
8osiolog menekuni dan memahami makna pada leel interaksi
sosial. %arena itu, Berger men#adikan interaksi sosial sebagai sube!t
matter sosiologi. 7nteraksi ini melibatkan hubungan indiidu dengan
masyarakat . 7ndiidu adalah a!ting sube!t, makhluk hidup yangsenantiasa bertindak dalam kehidupan sehari'harinya. $indakan indiidu
dilandaskan pada makna'makna subyekti& yang dimiliki aktor tentang
tu#uan yang hendak dicapainya, cara atau sarana untuk mencapai tu#uan,
dan situasi serta kondisi yang melingkupi pada sebelum dan=atau saat
tindakan itu dilaksanakan. )asyarakat merupakan suatu satuan yang
bersi&at kompleks, yang terdiri dari relasi'relasi antar manusia yang
(relati&) besar dan berpola (8amuel, 199/ /).
7nteraksi sosial sebagai sube!t matter adalah interaksi sosial dengan
dimensi horisontal dan ertikal. :orisontal tak hanya bermakna interaksi
antar indiidu dengan indiidu lainnya, tetapi meliputi kelompok dan
struktur sosial. %arena itu &aktor kultural, ekonomi, dan politik tak dapat
diabaikan. er#alanan sosial manusia tak lepas dari masa lalu dan masa
mendatang, sehingga aspek ertikal (se#arah) men#adi penting. :al ini
tidak berarti menghilangkan sosiologi sebagai disiplin ilmiah dan menyatu
dengan ilmu se#arah, tapi sosiologi memin#am data se#arah untuk
meningkatkan pemahamannya tentang realitas masa kini.
$entu sa#a, teori ini berakar pada paradigma konstruktiis yang melihat
realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh indiidu yang
merupakan manusia bebas. 7ndiidu men#adi penentu dalam dunia sosial
yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. 5anusia dalam banyak hal
memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan
pranata sosialnya dimana indiidu melalui respon'respons terhadap
stimulus dalam dunia kogniti& nya. Dalam proses sosial, indiidu manusia
dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relati& bebas di dalam
dunia sosialnya.
Dalam pen#elasan Deddy ? :idayat, baha ontologi paradigma
konstruktiis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang
diciptakan oleh indiidu. ?amun demikian, kebenaran suatu realitas sosial
bersi&at nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesi*k yang dinilai relean
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
6/9
oleh pelaku sosial.1. 5elihat berbagai karakteristik dan substansi
pemikiran dari teori konstruksi sosial nampak #elas, baha teori ini
berparadigma konstruktiis.
ika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari $eori %onstruksi 8osial
Berger dan Luckmann. -dapun asumsi'asumsinya tersebut adalah
a. 3ealitas merupakan hasil ciptaan manusia kreati& melalui kekuataan
konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya
b. :ubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran
itu timbul, bersi&at berkembang dan dilembagakan
c. %ehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
d. 5embedakan antara realitas dengan pengetahuan. 3ealitas diartikan
sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita
sendiri. 8ementara pengetahuan dide*nisikan sebagai kepastian baha
realitas'realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesi*k.
%onstrusi sosialnya mengandung dimensi ob#ekti& dan subyekti&. -da dua
hal yang menon#ol melihat realitas peran media dalam dimensi ob#ekti& yakni
pelembagaan dan legitimasi.
a. Pelembagaan dalam perspekti& Berger ter#adi mulanya ketika semua
kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan (habitualisasi). -rtinya
tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan men#adi suatu pola
yang kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai
pola yang dimaksudkan itu. elembagaan ter#adi apabila suatu tipikasi
yang timbal'balik dari tindakan'tindakan yang sudah terbiasa bagi
1 Deddy ?u :iadayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi
dalam urnal 7katan 8ar#ana %omunikasi 7ndonesia,@ol777. (akarta 7%87 dan3A8D-, 1999), hlm. /9
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
7/9
berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan
suatu lembaga.+
b. 8ementara legitimasi menghasilkan makna'makna baru yang ber&ungsi
untuk mengintegrasikan makna'makna yang sudah diberikan kepada
proses'proses kelembagaan yang berlainan. 6ungsi legitimasi adalah
untuk membuat obyektiasi yang sudah dilembagakan men#adi tersedia
secara obyekti& dan masuk akal secara subyekti&. :al ini mengacu kepada
dua tingkat, pertama keseluruhan tatanan kelembagaan harus bisa
dimengerti secara bersamaan oleh para pesertanya dalam proses'proses
kelembagaan yang berbeda. %edua keseluruhan indiidu (termasuk di
dalam media ), yang secara berturut'turut melalui berbagai tatanan dalam
tatanan kelembagaan harus diberi makna subyekti&. 5asalah legitimasi
tidak perlu dalam tahap pelembagaan yang pertama, dimana lembaga itu
sekedar &akta yang tidak memerlukan dukungan lebih lan#ut . $api men#adi
tak terelakan apabila berbagai obyektiasi tatanan kelembagaan akan
dialihkan kepada generasi baru. Di sini legitimasi tidak hanya sekedar soal
!nilai'nilai" ia #uga selalu mengimplikasikan !pengetahuan"/
-sal usul kontruksi sosial dari *lsa&at %ontruktiisme yang dimulai dari
gagasan'gagasan konstrukti& kogniti&. 5enurut @on lasers&eld, pengertian
konstrukti& kogniti& muncul dalam tulisan 5ark Baldin yang secara luas
diperdalam dan disebarkan oleh ean iaget. ?amun apabila ditelusuri,
sebenarnya gagasan'gagsan pokok %onstruktiisme sebenarnya telah
dimulai oleh iambatissta @ico, seorang epistemologi dari 7talia, ia adalah
cikal bakal %onstruktiisme.
+ *bid, C
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
8/9
Dalam aliran *lsasat, gagasan konstruktiisme telah muncul se#ak
8ocrates menemukan #ia dalam tubuh manusia, se#ak lato menemukan
akal budi dan id.. -ristoteles pulalah yang telah
memperkenalkan ucapannya E#ogito ergo sum' yang berarti !saya ber*kir
karena itu saya ada". %ata'kata -ristoteles yang terkenal itu men#adi
dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan'gagasan konstruktiisme
sampai saat ini. ada tahun 1C10, @ico dalam e nti/uissima *talorum
Sapientia' , mengungkapkan *lsa&atnya dengan berkata E$uhan adalah
pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan2. Dia
men#elaskan baha Emengetahui2 berarti Emengetahui bagaimana
membuat sesuatu 2ini berarti seseorang itu baru mengetahui sesuatu #ika
ia men#elaskan unsur'unsur apa yang membangun sesuatu itu. 5enurut
@ico baha hanya $uhan sa#alah yang dapat mengerti alam raya ini
karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia
membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang
telah dikontruksikannyaC. 8e#auh ini ada tiga macam %onstruktiisme
yakni konstruktiisme radikal; realisme hipotesis; dan konstruktiisme
biasaF.
1. Konstrukti$isme radikal hanya dapat mengakui apa yang
dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia
nyata. %aum konstruktiisme radikal mengesampingkan hubungan
antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran.
engetahuan bagi mereka tidak mereGeksi suatu realitas ontologism
< Bertens, %, Searah +ilsafat 0unani,ogyakarta %anisius. 199, hl, F9'10>
> *bid, 1/C'/9
C 8uparno, hlm.+
F 7bid, hlm. +
-
8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan
9/9
obyekti&, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman
seseorang. engetahuan selalu merupakan konstruksi dari indiiddu
yang mengetahui dan tdak dapat ditrans&er kepada indiidu lain yang
pasi& karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadappengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran ter#adinya
konstruksi itu.
+. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari
struktur realitas yang mendekati realitas dan menu#u kepada
pengetahuan yang hakiki.
/. Konstrukti$isme biasa mengambil semua konsekuensi
konstruktiisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari
realitas itu. %emudian pengetahuan indiidu dipandang sebagai
gambaran yang dibentuk dari realitas ob#ekti& dalam dirinya sendiri.