dalam tafsir sosial atas kenyataan

Upload: fannykinasih

Post on 07-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    1/9

    Dalam Tafsir Sosial atas Kenyataan: sebuah Risalah tentang Sosiologi

    Pengetahuan Berger dan Luckmann (1990) merumuskan teori konstruksi

    sosial atau sosiologi pengetahuannya. Buku ini terdiri dari tiga bab, yakni;

    dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sebagai realitas obyektif, dan masyarakat sebagai realitas subyektif. 

    enelitian makna melalui sosiologi pengetahuan, mensyaratkan

    penekunan pada !realitas" dan !pengetahuan". Dua istilah inilah yang

    men#adi istilah kunci teori konstruksi sosial eter L. Berger dan $homas

    Luckmann (1990). “%enyataan" adalah suatu kualitas yang terdapat dalam

    &enomen'&enomen yang memiliki keberadaan (being yang tidak

    tergantung kepada kehendak indiidu manusia (yang kita tidak dapat

    meniadakannya dengan angan'angan). !engetahuan" adalah kepastian

    baha &enomen'&enomen itu nyata (real dan memiliki karakteristik'

    karakteristik yang spesi*k.+ %enyataan sosial adalah hasil (eksternalisasi)

    dari internalisasi dan obyektiasi manusia terhadap pengetahuan dalam

    kehidupan sehari'sehari. -tau, secara sederhana, eksternalisasi

    dipengaruhi oleh sto!k of kno"ledge  (cadangan pengetahuan) yang

    dimilikinya. adangan sosial pengetahuan adalah akumulasi dari !ommon

    sense kno"ledge (pengetahuan akal'sehat)./  #ommon sense adalah

    pengetahuan yang dimiliki indiidu bersama indiidu'indiidu lainnya

    dalam kegiatan rutin yang normal, dan sudah #elas dengan sendirinya,

    dalam kehidupan sehari'hari (Berger dan Luckmann, 1990 /).

    Dasar-dasar Pengetahuan dalam Kehidupan Sehari-hari

    %ehidupan sehari'hari telah menyimpan dan menyediakan

    kenyataan, sekaligus pengetahuan yang membimbing perilaku dalam

    kehidupan sehari'hari. %ehidupan sehari'hari menampilkan realitas

    obyekti& yang dita&sirkan oleh indiidu, atau memiliki makna'makna

    subyekti&. Di sisi 2lain2, kehidupan sehari'hari merupakan suatu dunia yang

    berasal dari pikiran'pikiran dan tindakan'tindakan indiidu, dan dipelihara

    sebagai 2yang nyata2 oleh pikiran dan tindakan itu. Dasar'dasar

    pengetahuan tersebut diperoleh melalui obyektiasi dari proses'proses

    (dan makna'makna) subyekti& yang membentuk dunia akal'sehat

    intersubyektif (hlm. +9). engetahuan akal'sehat adalah pengetahuan

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    2/9

    yang dimiliki bersama (oleh indiidu dengan indiidu'indiidu lainnya)

    dalam kegiatan rutin yang normal (dalam kehidupan sehari'hari).

    3ealitas kehidupan sehari'hari merupakan taken for granted.

    4alaupun ia bersi&at memaksa, namun ia hadir dan tidak (#arang)dipermasalahkan oleh indiidu (5isalnya; ciitas kampus 6787 nair

     #arang, bahkan belum pernah, menanyakan; mengapa gedung 6787 di

    %ampus B, mengapa kantor dekan di lantai satu, mengapa kantinnya di

    sebelah utara. :al itu sudah dianggap alamiah, sehingga tak perlu

    dibuktikan kebenarannya). 8elain itu, realitas kehidupan sehari'hari pada

    pokoknya merupakan; realitas sosial yang bersi&at khas (dan indiidu tak

    mungkin untuk mengabaikannya), dan totalitas yang teratur terikat

    struktur ruang dan aktu, dan obyek'obyek yang menyertainya (8amuel,

    199/ 9).

    3ealitas kehidupan sehari'hari selain terisi oleh obyektiasi, #uga

    memuat signi*kasi. 8igin*kasi atau pembuatan tanda'tanda oleh manusia,

    merupakan obyektiasi yang khas, yang telah memiliki makna

    intersubyekti& alaupun terkadang tidak ada batas yang #elas antara

    signi*kasi dan obyektiasi. 8istem tanda meliputi sistem tanda tangan,

    sistem gerak'gerik badan yang berpola, sistem berbagai perangkat

    arte&ak material, dan sebagainya. Bahasa, sebagai sistem tanda'tanda

    suara, merupakan sistem tanda yang paling penting. 8igni*kasi tingkat

    kedua ini merupakan sarana untuk memelihara realitas obyekti&. Dengan

    bahasa realitas obyekti& masa lalu dapat diariskan ke generasi sekarang,

    dan berlan#ut ke masa depan. Bahasa memungkinkan menghadirkan

    obyek tersebut ke dalam situasi tatap muka.

    Masyarakat sebagai Realitas Obyektif dan Subyektif 

    5anusia berbeda dengan binatang. Binatang telah dibekali insting

    oleh $uhan, se#ak dilahirkan hingga melahirkan sampai mati. 5anusia

    secara biologis dan sosial terus tumbuh dan berkembang, karenanya ia

    terus bela#ar dan berkarya membangun kelangsungannya. paya

    men#aga eksistensi itulah yang kemudian menuntut manusia menciptakan

    tatanan sosial. adi, tatanan sosial merupakan produk manusia yang

    berlangsung terus menerus sebagai keharusan antropologis yang berasal

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    3/9

    dari biologis manusia. $atanan sosial itu bermula dari eksternalisasi, yakni;

     pen!urahan kedirian manusia se!ara terus menerus ke dalam dunia, baik 

    dalam akti$itas %sis maupun mentalnya (Berger, 1991 '

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    4/9

    membangun uni$ersum simbolik yang baru. Dan dalam hal ini,

    legitimasi=teori dibuat untuk melegitimasi organisasi sosial. roses

    "legitimasi sebagai legitimasi lembaga sosial" menu#u "lembaga sosial

    sebagai pen#aga legitimasi" terus berlangsung, dan dialektik. Dialektika initerus ter#adi, dan dialektika ini yang berdampak pada perubahan sosial.

    5asyarakat sebagai kenyataan subyekti& menyiratkan baha

    realitas obyekti& dita&siri secara subyekti& oleh indiidu. Dalam proses

    mena&siri itulah berlangsung internalisasi. 7nternalisasi adalah proses yang

    dialami manusia untuk 2mengambil alih2 dunia yang sedang dihuni

    sesamanya (8amuel, 199/ 1>). 7nternalisasi berlangsung seumur hidup

    melibatkan sosialisasi, baik primer maupun sekunder. 7nternalisasi adalah

    proses penerimaan de*nisi situasi yang disampaikan orang lain tentang

    dunia institusional. Dengan diterimanya de*nisi'de*nisi tersebut, indiidu

    pun bahkan hanya mampu mamahami de*nisi orang lain, tetapi lebih dari

    itu, turut mengkonstruksi de*nisi bersama. Dalam proses mengkonstruksi

    inilah, indiidu berperan akti& sebagai pembentuk, pemelihara, sekaligus

    perubah masyarakat.

    Metodologi

    5enurut :anneman 8amuel, metodologi 8osiologis Berger mengacu

    pada tiga poin penting dalam kerangka teori Berger yang berkaitan

    dengan arti penting makna yang dimiliki aktor sosial, yakni 8emua

    manusia memiliki makna dan berusaha untuk hidup dalam suatu dunia

    yang bermakna. 5akna manusia pada dasarnya bukan hanya dapat

    dipahami oleh dirinya sendiri, tetapi #uga dapat dipahami oleh orang lain.

     $erhadap makna, beberapa kategorisasi dapat dilakukan, Pertama,

    makna dapat digolongkan men#adi makna yang secara langsung dapat

    digunakan dalam kehidupan sehari'hari pemiliknya; dan makna yang tidak

    segera tersedia secara 'at-hand' bagi indiidu untuk keperluan praktis

    membimbing tindakan dalam kehidupan sehari'hari. Kedua, makna dapat

    dibedakan men#adi makna hasil ta&siran orang aam, dan makna hasil

    ta&siran ilmuan sosial. Ketiga, makna dapat dibedakan men#adi makna

    yang diperoleh melalui interaksi tatap muka, dan makna yang diperoleh

    tidak dalam interaksi (misalnya melalui media massa).

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    5/9

    8osiolog menekuni dan memahami makna pada leel interaksi

    sosial. %arena itu, Berger men#adikan interaksi sosial sebagai sube!t 

    matter sosiologi. 7nteraksi ini melibatkan hubungan indiidu dengan

    masyarakat . 7ndiidu adalah a!ting sube!t, makhluk hidup yangsenantiasa bertindak dalam kehidupan sehari'harinya. $indakan indiidu

    dilandaskan pada makna'makna subyekti& yang dimiliki aktor tentang

    tu#uan yang hendak dicapainya, cara atau sarana untuk mencapai tu#uan,

    dan situasi serta kondisi yang melingkupi pada sebelum dan=atau saat

    tindakan itu dilaksanakan. )asyarakat merupakan suatu satuan yang

    bersi&at kompleks, yang terdiri dari relasi'relasi antar manusia yang

    (relati&) besar dan berpola (8amuel, 199/ /).

    7nteraksi sosial sebagai sube!t matter adalah interaksi sosial dengan

    dimensi horisontal dan ertikal. :orisontal tak hanya bermakna interaksi

    antar indiidu dengan indiidu lainnya, tetapi meliputi kelompok dan

    struktur sosial. %arena itu &aktor kultural, ekonomi, dan politik tak dapat

    diabaikan. er#alanan sosial manusia tak lepas dari masa lalu dan masa

    mendatang, sehingga aspek ertikal (se#arah) men#adi penting. :al ini

    tidak berarti menghilangkan sosiologi sebagai disiplin ilmiah dan menyatu

    dengan ilmu se#arah, tapi sosiologi memin#am data se#arah untuk

    meningkatkan pemahamannya tentang realitas masa kini.

     $entu sa#a, teori ini berakar pada paradigma konstruktiis yang melihat

    realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh indiidu yang

    merupakan manusia bebas. 7ndiidu men#adi penentu dalam dunia sosial

    yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. 5anusia dalam banyak hal

    memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan

    pranata sosialnya dimana indiidu melalui respon'respons terhadap

    stimulus dalam dunia kogniti& nya. Dalam proses sosial, indiidu manusia

    dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relati& bebas di dalam

    dunia sosialnya.

    Dalam pen#elasan Deddy ? :idayat, baha ontologi paradigma

    konstruktiis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang

    diciptakan oleh indiidu. ?amun demikian, kebenaran suatu realitas sosial

    bersi&at nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesi*k yang dinilai relean

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    6/9

    oleh pelaku sosial.1. 5elihat berbagai karakteristik dan substansi

    pemikiran dari teori konstruksi sosial nampak #elas, baha teori ini

    berparadigma konstruktiis.

     ika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari $eori %onstruksi 8osial

    Berger dan Luckmann. -dapun asumsi'asumsinya tersebut adalah

    a. 3ealitas merupakan hasil ciptaan manusia kreati& melalui kekuataan

    konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya

    b. :ubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran

    itu timbul, bersi&at berkembang dan dilembagakan

    c. %ehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus

    d. 5embedakan antara realitas dengan pengetahuan. 3ealitas diartikan

    sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai

    memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita

    sendiri. 8ementara pengetahuan dide*nisikan sebagai kepastian baha

    realitas'realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesi*k.

    %onstrusi sosialnya mengandung dimensi ob#ekti& dan subyekti&. -da dua

    hal yang menon#ol melihat realitas peran media dalam dimensi ob#ekti& yakni

    pelembagaan dan legitimasi.

    a. Pelembagaan  dalam perspekti& Berger ter#adi mulanya ketika semua

    kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan (habitualisasi). -rtinya

    tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan men#adi suatu pola

    yang kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai

    pola yang dimaksudkan itu. elembagaan ter#adi apabila suatu tipikasi

    yang timbal'balik dari tindakan'tindakan yang sudah terbiasa bagi

    1 Deddy ?u :iadayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi 

    dalam urnal 7katan 8ar#ana %omunikasi 7ndonesia,@ol777. (akarta 7%87 dan3A8D-, 1999), hlm. /9

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    7/9

    berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan

    suatu lembaga.+ 

    b. 8ementara legitimasi menghasilkan makna'makna baru yang ber&ungsi

    untuk mengintegrasikan makna'makna yang sudah diberikan kepada

    proses'proses kelembagaan yang berlainan. 6ungsi legitimasi adalah

    untuk membuat obyektiasi yang sudah dilembagakan men#adi tersedia

    secara obyekti& dan masuk akal secara subyekti&. :al ini mengacu kepada

    dua tingkat, pertama keseluruhan tatanan kelembagaan harus bisa

    dimengerti secara bersamaan oleh para pesertanya dalam proses'proses

    kelembagaan yang berbeda. %edua keseluruhan indiidu (termasuk di

    dalam media ), yang secara berturut'turut melalui berbagai tatanan dalam

    tatanan kelembagaan harus diberi makna subyekti&. 5asalah legitimasi

    tidak perlu dalam tahap pelembagaan yang pertama, dimana lembaga itu

    sekedar &akta yang tidak memerlukan dukungan lebih lan#ut . $api men#adi

    tak terelakan apabila berbagai obyektiasi tatanan kelembagaan akan

    dialihkan kepada generasi baru. Di sini legitimasi tidak hanya sekedar soal

    !nilai'nilai" ia #uga selalu mengimplikasikan !pengetahuan"/

    -sal usul kontruksi sosial dari *lsa&at %ontruktiisme yang dimulai dari

    gagasan'gagasan konstrukti& kogniti&. 5enurut @on lasers&eld, pengertian

    konstrukti& kogniti& muncul dalam tulisan 5ark Baldin yang secara luas

    diperdalam dan disebarkan oleh ean iaget. ?amun apabila ditelusuri,

    sebenarnya gagasan'gagsan pokok %onstruktiisme sebenarnya telah

    dimulai oleh iambatissta @ico, seorang epistemologi dari 7talia, ia adalah

    cikal bakal %onstruktiisme.

    + *bid, C

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    8/9

    Dalam aliran *lsasat, gagasan konstruktiisme telah muncul se#ak

    8ocrates menemukan #ia dalam tubuh manusia, se#ak lato menemukan

    akal budi dan id.. -ristoteles pulalah yang telah

    memperkenalkan ucapannya E#ogito ergo sum'  yang berarti !saya ber*kir

    karena itu saya ada". %ata'kata -ristoteles yang terkenal itu men#adi

    dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan'gagasan konstruktiisme

    sampai saat ini. ada tahun 1C10, @ico dalam e nti/uissima *talorum

    Sapientia' , mengungkapkan *lsa&atnya dengan berkata E$uhan adalah

    pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan2. Dia

    men#elaskan baha Emengetahui2 berarti Emengetahui bagaimana

    membuat sesuatu 2ini berarti seseorang itu baru mengetahui sesuatu #ika

    ia men#elaskan unsur'unsur apa yang membangun sesuatu itu. 5enurut

    @ico baha hanya $uhan sa#alah yang dapat mengerti alam raya ini

    karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia

    membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang

    telah dikontruksikannyaC. 8e#auh ini ada tiga macam %onstruktiisme

    yakni konstruktiisme radikal; realisme hipotesis; dan konstruktiisme

    biasaF.

    1. Konstrukti$isme radikal  hanya dapat mengakui apa yang

    dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia

    nyata. %aum konstruktiisme radikal mengesampingkan hubungan

    antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran.

    engetahuan bagi mereka tidak mereGeksi suatu realitas ontologism

    < Bertens, %, Searah +ilsafat 0unani,ogyakarta %anisius. 199, hl, F9'10>

    > *bid, 1/C'/9

    C 8uparno, hlm.+

    F 7bid, hlm. +

  • 8/18/2019 Dalam Tafsir Sosial Atas Kenyataan

    9/9

    obyekti&, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman

    seseorang. engetahuan selalu merupakan konstruksi dari indiiddu

    yang mengetahui dan tdak dapat ditrans&er kepada indiidu lain yang

    pasi& karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadappengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran ter#adinya

    konstruksi itu.

    +. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari

    struktur realitas yang mendekati realitas dan menu#u kepada

    pengetahuan yang hakiki.

    /. Konstrukti$isme biasa  mengambil semua konsekuensi

    konstruktiisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari

    realitas itu. %emudian pengetahuan indiidu dipandang sebagai

    gambaran yang dibentuk dari realitas ob#ekti& dalam dirinya sendiri.