tafsir syi'ah
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
1/24
TAFSIR SYIAH
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
2/24
PENDAHULUAN
Sebelum berbicara mengenai tafsirnya, mungkin ada baiknya sekilas kita menelisik
tentang sejarah Syiah. Itu akan membantu sedikit pemahaman kita terhadap corak
Tafsir Syiah.
Syiah secara bahasa menurut Ibnu Khaldun adalah ash-shahbu wa al-ittib1
(bersahabat dan mengikuti). Sedangkan menurut istilah, Syiah adalah pengikut
fanatik Ali bin Abi Thalib yang kemudian meyakininya sebagai Imam sah setelah
Rasulullah saw. tanpa diselingi oleh siapa pun. Oleh sebab itu, mereka tidak
menganggap khalifah-khalifah pendahulu Ali ra. sebagai imam.2Al-Hasan Al-Asyari
berkata, Mereka disebut Syiah karena mengikuti (syayau) Ali ra. dan lebih
mengutamakan Ali ra. dari sahabat yang lain. Sedangkan, Asy-Syahrastani
berpendapat, Syiah itu orang-orang yang secara khusus mengikuti Ali ra. dan
mereka mengimaninya sebagai Imam dan khalifah yang sah berdasarkan dalil teks
dan wasiat Nabi saw. Mereka juga berkeyakinan bahwa para imam selanjutnya
yakni setelah Ali ra.adalah orang-orang yang berasal dari keturunannya.3
Mazhab ini, muncul di akhir pemerintahan khalifah Utsman bin Affan.
Kemudian, menjadi pesat saat Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah, karena
posisi khalifah itu menjadikannya lebih dekat dengan masyarakat, terutama pengikut
fanatiknya. Hingga akhirnya, para pengikut Ali ra. dapat melihat dari dekat segala
kehebatan talenta dan pengetahuan agamanya. Dan, fanatisme itu menjadi semakin
1Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim, (Mesir: Dar Manshur, 2007) Hal. 26.2Nashir ibn Abdullah ibn Ali, Ushl Madzhab Asy-Syiah Al-Immiyah Al-Itsna Asyariyah,
Bab Tarif Asy-Syiah fi Kutub Al-Immiyah Al-Itsna Asyariyah, Disertasi. (Saudi Arabia: Jamiah Al-
Imam Muhammad bin Saud, 1994)Hal. 10.3Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 25.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
3/24
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
4/24
Di masa Ali ra. sendiri, sebenarnya sikap kaum Syiah terhadap khalifah 3
sudah beragam.Pertama, mengakui imamah ketiga khalifah tersebut kecuali beberapa
tahun terakhir sisa kekhalifahan Utsman. Kedua, mengakui khalifah Abu Bakar dan
Umar tapi tidak mengakui kekhalifahan Utsman. Ketiga, menganggap bahwa
imamahnya Abu Bakar dan Umar lahir karena pemilihan dan musyawarah dan
mereka tidak melihat itu sebagai suatu yang buruk. Namun, ada yang lebih utama dari
itu yakni imamah karena wasiat seperti imamahnya Ali ra. 6 Bagi mereka, sahabat
yang bersih itu hanya ada 4 saja yaitu Salman Al-Farisi, Ammar bin Yasar, Abu Dzar
Al-Ghiffari, dan Al-Miqdad bin Al-Aswad.7
Mazhab Syiah ini, pertama kali muncul di Mesir. Tapi, Syiah berkembang
pesat di Irak karena saat itu Irak adalah wilayah yang sangat terbuka dan marak
dengan berbagai sekte dan pemikiran. Bahkan, pada masa itu filsafat tumbuh subur di
Irak. Ini jugalah yang akhirnya memengaruhi corak tafsir dan konsep keberagamaan
Syiah.8 Sampai-sampai, bicara apapunyang terkait dengan Al-Quran ataukan
hadis Rasulullah saw.Syiah mengandalkan filsafat. Dan, filsafatnya cenderung
berkiblat pada Persia yang konsep keberagamaannya bersifat autokrasi dalam arti
agama dibawah kendali raja dan sistem waris. Makanya, Syiah tidak mengenal
pemilu bagi khalifah. Prinsip mereka, setelah Nabi saw. wafat, yang berhak
mengganti adalah keturunannya, namun karena tidak ada keturunan Nabi saw. yang
berjenis kelamin lelaki, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling berhak. Jadi,
6Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 28-29.7Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 85.8Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-Mazdahib Al-Islamiyah, (Kairo: Dar Al-Fikr Al-Arabi,tth.) Hal. 38.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
5/24
Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah orang yang dianggap mencuri kekuasaan bagi
mereka.9
Mazhab Syiah terbagi dalam banyak golongan, ada yang ghulahseperti
Sabaiah,10 Al-Bayaniah,11 Al-Mughiriah, Al-Manshuriah,12 Al-Khitabiah,13 dan
Ubaidiyin14dan ada juga yang mutadil. Tapi, semuanya berinduk pada dua
golongan yaitu Zaidiyah dan Imamiyah. Imamiyah terbagi menjadi dua yakni
Imamiyah Ismailiyah dan Imamiyah Itsna Asyariyah.15
AKIDAH POKOK SYIAHITSNA ASYARIYAH
Memaparkan hal ini sangat penting karena nantinya Akidah Pokok inilah yang akan
mewarnai corak tafsir Syiah Itsna Asyariyahterhadap ayat-ayat Al-Quran.Adapun
akidah pokok tersebut adalah; pertama, tauhid. Dalam tauhidnya, mereka meyakini
bahwa Allah memiliki 2 sifat yaitu Sifat Tsubutiah dan Sifat Salbiah. Di antara Sifat
Tsubutiah adalah Allah itu mutakallim, artinya Dia menciptakan kalam bagi makhluk-
Nya. Adapun di antara Sifat Salbiah adalah Allah tidak akan menampakkan diri-Nya
9Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-Mazdahib Al-Islamiyah, hal. 40.
10 Yakni pengikut Abdullah bin Saba yang mengaku Islam dan sangat berlebihan dalam
mengimani Ali bin Abi Thalib. Saking parahnya, Ali ra. dianggap nabi bahkan Tuhan. Menurut mereka
juga, Ali ra. tidak mati (terbunuh) melainkan diangkat ke langit.11
Yakni pengikut Bayan bin Saman dari Bani Tamim. Ia menjadi populer di Irak d i awal-
awal abad ke-2 hijriah. Tapi, akhirnya ia meninggal dibunuh oleh Khalid bin Abdullah pada tahun 119
Hijriah. Khalid bin Abdullah Al-Qasri sendiri adalahAmirIrak dan Khurasan dari Bani Umayyah. (Al-
Bidayah wa An-Nihayahkarya Ibnu Katsir, VIII/20). Ia juga membunuh Al-Mughirah bin Sad tokohSyiah Ghulah sekaligus pendiri sekte Al-Mughiriah. Tapi, Khalid bin Abdullah Al-Qasri sendiri
akhirnya juga mati terbunuh pada tahun 126 H. (Al-Kamil fi At-Tarikhkarya Ibnu Al-Atsir, III/441)12
Yakni pengikut Abu Manshur Al-Ajli yang mendapat julukan Al-Kasf. Al-Manshuriah ini
mengimani Imamah hanya sampai Al-Baqir (Abu Jafar bin Ali bin Al-Husein), kemudian mengaku
Al-Baqir menyerahkan kekhalifahan setelahnya pda diri Abu Manshur. (At-Tafsir wa Al-Mufassirn,
karya Muhammad Husein Adz-Dzahabi, II/13).13
Yakni pengikut Abu Al-Khitab Al-Asadi. Ia mengimani bahwa imamah berhenti sampai
pada Ibnu Jafar Ash-Shadiq. Pengikut ini meyakini bahwa para Imam adalah Tuhan dan keturunan Al-
Hasan dan Al-Husein adalah anak-anak Allah. (At-Tafsir wa Al-Mufassirn,karya Muhammad Husein
Adz-Dzahabi, II/13).14
Yakni pengikut Ubaidillah Al-Mahdi, pendiri dinasti Ubaidiyin atau Fathimiyah.
Sebelumnya ia pernah berkuasa di Afrika. Ia juga mengaku bernama Said ibn Al -Husein dan masih
keturunan Fathimah Az-Zahra. Makanya, ketika salah satu pengikut setianya (Al-Muiz) dapatmengausai Mesir ia mendirikan dinasti bernama Fathimiyah.
15Muhammad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn, Jil. 2 Hal. 7.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
6/24
di surga. Siapa yang meyakini bahwa Allah menampakkan diri di surga maka dia
kafir.16Salbiah dan Tsubutiah ini, sebenarnya sama saja dengan an-nafyu wa al-itsbat.
Kedua, adalah Al-Adl Al-Ilahi. Maksudnya, Allah itu Maha Adil, Dia tidak akan
menzalimi siapa pun dari hamba-Nya. Dalam konsep ini, qadhadan qadarterhadap
hamba-Nya tidak mungkin buruk.Ketiga, menurut mereka kenabian adalah tugas dari
Tuhan dan para nabi adalah mashum. Nabi dan rasul adalah manusia paling mulia
kecuali para Imam, mereka lebih utama dari semua rasul yang ada. Tapi, derajat para
Imam masih di bawah Rasulullah saw.Keempat, Imamah. Menurut Syiah, ini adalah
rukun di atas rukun. Dengan pokok keempatnya ini, mereka menganggap kaumnya
sebagai Al-IslamAl-Akhshsh (Islam Khusus) sedangkan Islam yang lain adalah Al-
Islam Al-mm (Islam Umum). Kelima, adalah Al-Maad. Tempat kedua setelah
kematian manusia yakni tempatnya amal dan perbuatan manusia dihisab. Dalam
konteks ini, mereka meyakini bahwa semua unsur jasad akan kembali wujud di Al-
Maad.17
Adapun di antara keyakinan Syiah mengenai syariat adalah: pertama, rukun
Islam ada 5 yaitu shalat, zakat, puasa, haji, dan al-wilyah (kepemimpinan).Kedua,
air liur orang kafir dan anak hasil hubungan zina adalah najis. Kedua, wanita haid dan
lelaki junub boleh membaca Al-Quran kecuali surah Al-Alaq, An-Najm, As-Sajdah,
dan Fushshilat. Keempat, tayamum hanya membasuh dahi. Kelima, sejak matahari
tergelincir hingga tenggelam adalah waktu untuk shalat Zhuhur dan Asar, sedangkan
waktu Maghrib dan Isya adalah dari tenggelamnya matahari hingga tengah malam.
Kelima, shalat wajib mereka ada 9 yaitu shalat wajib sehari-hari, shalat Jumat, shalat
dua Hari Raya, shalat Al-Ayt atau shalat karena ada tanda-tanda kebesaran Allah
16Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 28-29.17
Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhumfi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 74-87.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
7/24
seperti kusuf, khusuf, angin kencang dan sebagainya. Kemudian shalat wajib
selajutnya adalah shalat thawaf, shalat mayit, shalat yang ditinggalkan orangtua,
mengqadha yang tertinggal dan shalat yang dinadzarkan. Keenam, membaca min
dapat membatalkan shalat. Ketujuh, shalat tarawih adalah bidah. Kedepalan, boleh
nikah mutah. Dan, masih banyak lagi yang lainnya.18
Semua ini dan yang lainnya, sedikit banyak akan mewarnai kitab-kitab tafsir
mereka, baik secara tersirat maupun tersurat. Memang, akidah dan syariat adalah
faktor paling esensial yang mewarnai corak tafsir Syiah. Di antara kalangan mereka
sendiri saja perbedaan mengenai keduanya bisa sangat tajam, bahkan hingga 1800.
Tentu saja, ini berbeda dengan Sunni, yang perbedaan antara masing-masing mazhab
tidak begitu tajam kecuali beberapa hal.
Perbedaan yang begitu tajam antara masing-masing firkah di dalam Syiah itu,
mungkin terjadi karena dua hal yaitu banyaknya tokoh spiritual dan tingginya taasub.
Kalau hanya karena banyaknya tokoh spritual, mungkin perbedaan bisa diminimalisir.
Tapi, taasub membuat masing-masing pengikut begitu kuat memegang doktrin
tokohnya. Oleh karena itu, pengikut setia akan terus berjuang mencari kebenaran dan
membenarkan semua tentang doktrin frikahnya dengan sangat subyektif.
Pada akhirnya, subyektivitas kelompok itulah yang memperkaya corak
pemikiran dan tafsir dalam Syiah. Masing-masing anggota secara sadar maupun tidak
sadar membuat ciri atau diferensiasi agar dikenali ciri khasnya. Ciri khas itulah yang
menjadi kebanggaan intelektual sebuah organisasi atau dalam konteks ini adalah
firkah, sekaligus menjadi daya pikat bagi pengikutnya. Minimal, itu berguna untuk
membuat pengikut dapat bertahan dalam aliran dan pemikiran yang sudah menjadi
doktrinnya.
18Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 88-96.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
8/24
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
9/24
bukan pada bunyi teksnya, melainkan pada pendapat Imam. Dari Ali bin Abi Thalib
itu, kemudian ilmu Al-Quran menurun pada 12 Imam yang ada.
Menurut kaum Syiah, aturan ini diberlakukan karena banyak sekali orang dari
kalangan Murjiah, Qadariah dan kaum Zindiq yang berbicara tentang Al-Quran,
padahal mereka tidak percaya pada Al-Quran. Parahnya, pembicaraan mereka
membuat banyak orang dari kaum Syiah teperdaya dan meyakininya sebagai
kebenaran.
Prinsip ini dipegang kuat oleh Syiah Itsna Asyariyah. Hingga saking kuatnya
berpegang pada pondasi ini, mereka membuat istilah bahwa Imam adalah Al-Quran
An-Nthiq (Al-Quran yang berbicara) dan Al-Quran adalahAl-Quran Ash-Shmit
(Al-Quran yang diam). Bahkan, ada yang mengatakan para Imam itulah Al-Quran
yang sebenarnya.21
Sekarang ini adalah masa-masa intidhzr yakni menunggu kedatangan Imam
ke-12 yang sedang dalam kegaiban (al-ghaibah al-kubra). Maka, berhujah kepada Al-
Quran untuk sementara waktu berhenti sehingga yang penting adalah merujuk pada
pendapat-pendapat Imam yang sudah ada.
b.Yang Berhak Menafsirkan Al-Quran adalah 12 ImamMenurut kaum Syiah Istna Asyariyah, Allah telah memberikan hak istimewa pada
12 Imam untuk mengetahui seluruh kandungan Al-Quran. Sehingga, merekalah yang
paling berhak menafsirkan Al-Quran. Siapa pun tidak berhak menafsirkan Al-Quran
selain Imam.
Ada kisah menarik mengenai hal ini; suatu ketika Abu Jafar pernah bertemu
dengan Qatadah dan berkata padanya, Wahai Qatadah, benar kamu ahli fikih dari
21 Nashir ibn Abdullah ibn Ali, Ushul Madzhabi Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyah Ardh wa
Naqd,Hal. 45.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
10/24
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
11/24
Tuhan bagi mereka adalah imam-imam yang menjelma dan hidup di antara
umat manusia. Ucapan mereka adalah firman, sehingga dapat menambah,
mengurangi, bahkan menghapus ayat dalam Al-Quran.
Konsep mendasar ini sangat penting diketahui untuk melihat bagaimana corak
Tafsir Syiah yang sebenarnya. Tapi, seiring berjalannya waktu, stereotype mereka
juga menurun, toleransi mereka juga sedikit demi sedikit meningkat. Hingga akhirnya
corak tafsir mereka pun belakangan mulai menemukan konsep yang lebih lembut di
telinga kaum Sunni. Faktanya, beberapa tafsir kontemporer dari kaum Syiah
menggunakan tartb mushafi Ahlus Sunnah. Padahal, mereka memiliki tartb mushafi
sendiri yang sama sekali berbeda dengan mushaf Utsmani. Yang mana di antara
perbedaannya adalah mushaf mereka sama sekali tidak menganggap penting surah Al-
Ftihah.24
PENDAPAT SYIAHITSNA ASYARIYAH TENTANG HADIS
Hadis menurut Syiah Itsna Asyariyah adalah perkataan, perbuatan atau persetujuan
yang datang dari Rasulullah saw. melalui sanad yang mereka sepakati dan apa-apa
yang datang dari para Imam Alul Bait yang mana derajatnya sama dengan hadis
Rasulullah saw.25Mengenai hadis Syiah ini penting untuk dibahas karena dengannya
kita akan tahu model mazhab Tafsir Bil-Matsurnya mereka.
Menurut Syiah derajat hadis terbagi menjadi 4 yaitu sahih, hasan, muwatsaq
dan dhaif. Hadis Sahih adalah hadis yang riwayatnya bersambung dari para Imam
yang adil. Hadis Hasan adalah hadis yang riwayatnya bersambung dari para Imam
yang tidak jelas keadilannya. Hadis Muwatsaq adalah hadis yang diriwayatkan oleh
24Ignaz Goldziher, Madzahib At-Tafsrterjemah Arab oleh Dr. Abdul Halim An-Najar. Hal.
299. 25Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 98.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
12/24
Imam yang tsiqah, tapi akidahnya rusak meskipun sebagian riwayatnya yang lain ada
yang sahih. Hadis Dhaif adalah hadis yang sanadnya rusak karena periwayatnya
terkenal fasik.26
Terkait hadis ini, terdapat beberapa catatan:1. Syiah tidak menerima hadis Ahlus-sunnah meskipun itu mutawatir atau sahih.2. Jika para sahabat bersama-sama meriwayatkan suatu hadis, namun tidak ada
salah satu dari sahabat itu yang termasuk 12 Imam yang mereka yakini, maka
hadisnya tidak sah.
3. Yang paling penting, hadis itu berasal dari Imam, baik dengan sanad yangsambung atau sekadar disandarkan pada Nabi saw. (marfu).
4. Para Imam adalah sumber utama periwayatan, semua hadis harus melalui jalurperiwayatan mereka.
5. Teori adalah itu tidak berlaku bagi Imam. Jadi, meskipun Imamnya itu cacat,hadisnya tetap diterima.
6. Hadis yang diriwayatkan Imam tidak harus sambung hingga Rasulullah saw.Adapun kitab induk hadis mereka adalah:
a. Al-Kfi karya Abu Jafar Muhammad ibn Yaqub yang memiliki posisiseperti Imam Al-Bukhari di golongan Ahlu Sunnah. Ia wafat pada tahun
329 Hijriah.
b. Kitb l Yahdhurruhu Al-Faqhkarya Abu Jafar Muhammad bin Ali binAl-Husein. Gelarnya Ash-Shaduq. Meninggal pada tahun 381 Hijriah.
c. At-Tahdzb dan Al-Istibshr. Keduanya karya Muhammad ibn Al-HuseinAth-Thusi. Meninggal pada 460 Hijriah.
26Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhum
fi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 99-100.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
13/24
d. Al-Wfi karya Mula Muhsin Al-Faidh Al-Kasyani. Adalah ulama hadiskontemporer bagi Syiah. Meninggal pada tahun 1091 Hijriah.
e. Kitab Tafshl Wasil Asy-Syiahkarya Muhammad ibn Al-Hasan Al-Hurr.Meninggal pada tahun 1104 Hijriah.
f. Al-Mustadrak ala Al-Wasilkarya Al-Mirza Husein An-Nuri. Meninggaltahun 1320 Hijriah.27
TAFSIR BATINIAH SYIAH ISMAILIYAH
Ismailiyah adalah firkah dalam Syiah Imamiah yang meyakini keimaman Alu Bait
dari Ali bin Abi Thalib hingga Ismail bin Jafar Ash-Shadiq saja dan itu berarti hanya
sampai pada generasi ketujuh dari keturunan Ali bin Thalib. Ini berbeda dengan
Syiah Itsna Asyariyah, yang mengangkat Musa Al-Kadzim bin Jafar Ash-Shadiq
sebagai Imam ketujuh dan berlanjut hingga generasi kedua belas dari keturunan Ali
bin Abi Thalib. Makanya, ada yang bilang Ismailiyah ini adalah Syiah Tujuh. Tapi ,
intinya baik Musa Al-Kadzim ataupun Ismail adalah sama-sama anak dari Jafar
Ash-Shadiq.
Mereka berkeyakinan bahwa yang bicara dari Al-Quran adalah makna bathin
saja.28Zhahir Al-Quran yakni teks yang biasa kita baca, tidak memiliki pengaruh
apapun baik itu sebagai dalil atau pun prinsip hidup. Contohnya, jika ada ayat Al-
Quran yang jelas-jelas mewajibkan shalat seperti,
27
Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhumfi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 100.28
Muhamad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn. Jil. 2. Hal. 174.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
14/24
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
15/24
Islam.32 Bahkan, mereka tidak akan mengaku sebagai aliran batiniah kecuali pada
orang yang sama-sama beraliran batiniah.33
Ismailiyah seringkali menafsirkan ayat Al-Quran dengan cara yang sangat
berlebihan. Benar-benar keluar jauh dari konteks dan teks, tapi sangat cocok dengan
ambisi dan hawa nafsu mereka. Untungnya, Ismailiyah ini tidak memiliki satu kitab
tafsir pun.34Tapi, tafsir-tafsir sesat mereka beredar pada beberapa kitab-kitab induk
mereka yang tentunya jarang ada.
Menurut Husein Adz-Dzahabi, mereka tidak mampu menafsirkan Al-Quran
ayat per ayat hingga tuntas karena tidak mampu mengotori Al-Quran dan
merendahkannya dengan pemikiran sesat.35Dan, itulah bagian dari kemukjizatan Al-
Quran sebagaimana firman Allah swt.,
Sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah Kitab yang mulia, (yang) tidak akan didatangi
oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan
datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Terpuji. (QS.
Fushshilat [41]: 41-42)
Dari sini, kita kemudian dapat gambaran bahwa mereka tidak punya metode
dalam menafsirkan Al-Quran. Tapi, mereka memiliki corak yang sangat dekat
dengan hawa nafsu dan fanatik kelompok. Mereka tidak memiliki metode karena
metode penafsiran itu didapat dan diketahui dari karya tafsir yang ada. Jika mereka
tidak punya tafsirsebagaimana yang dikatakan Husein Adz-Dzahabimaka
32 Abu Manshur Muhammad Al-Baghdadi, Al-Farqu baina Al-Firaq wa Bayanu Al-Firqah
An-Najiyah Minhum; Aqaid Al-Firaq Al-Islamiyah wa Arau Kibar Alamiha, (Kairo: Maktabah IbnuSina, t.th.) Hal. 249.
33Abu Manshur Muhammad Al-Baghdadi, Al-Farqu baina Al-Firaq wa Bayanu Al-Firqah
An-Najiyah Minhum; Aqaid Al-Firaq Al-Islamiyah wa Arau Kibar Alamiha. Hal. 255.34Muhamad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn. Jil. 2. Hal. 175.35
Muhamad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn. Jil. 2. Hal. 175.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
16/24
otomatis mereka tidak punya metode penafsiran. Mereka juga tentunya tidak memiliki
mazhab tafsir, baik itu Bil-Matsur atau pun Bir-Rayi.
Yang parah adalah paham batiniah Ismailiyah ini ternyata menggiurkan
orang-orang yang terkekang hawa nafsu. Akibatnya, bukannya punah atau hancur
ditelah zaman, justru paham batiniah ini berkembang dari zaman ke zaman. Bahkan,
menurut Husein Adz-Dzahabi firkah yang memiliki paham seperti ini sudah banyak
dan mereka memiliki nama sendiri. Seperti, Al-Babiyah, Al-Bahaiyah, Al-
Qadiyaniyah, Al-Alawiyah,dan Al-Bikdasyiyah.36
Sebenarnya aliran batiniah ini dimunculkan pertama kali dan dipelopori oleh
beberapa orang di antaranya adalah Maimun ibn Daishan yang terkenal dengan Al-
Qaddh. Maimun ibn Daishan ini awalnya adalah pembantu Jafar bin Muhammad
Ash-Shadiq. Selain Maimun ibn Daishan adalah Muhammad bin Al-Husein yang
terkenal dengan julukan Dindan. Keduanya pernah dipenjara oleh gubernur Irak pada
saat itu. Dan, di dalam penjara itulah akhirnya mereka sepakat membentuk sekte
batiniah. Setelah keluar dari penjara, dakwah mereka makin gencar. Bahkan, untuk
memikat jamaah terutama dari golongan Rafidhah dan Hululiyah, Maimun ibn
Daishan mengaku sebagai anaknya Ismail bin Abu Jafar Ash-Shadiq.37 Mungkin
inilah, yang kemudian orang mengenal bahwa aliran batiniah itu berasal dari
Ismailiyah.
Dalam memahami Al-Quran mereka melakukan tawil yang bebas. Dalil
mereka adalah ayat,
Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin datang kepadamu.(QS. Al-Hijr [15]: 99)
36
Muhamad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn. Jil. 2. Hal. 188.37 Abu Manshur Muhammad Al-Baghdadi, Al-Farqu baina Al-Firaq wa Bayanu Al-Firqah
An-Najiyah Minhum; Aqaid Al-Firaq Al-Islamiyah wa Arau Kibar Alamiha. Hal. 247-248.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
17/24
Menurut mereka berdasarkan ayat ini, keyakinan itu hanya didapat dengan
melakukan tawil.
CORAK DAN METODE TAFSIR SYIAH ITSNA ASYARIYAH
Di dalam Syiah, corak tafsirnyadalam arti kriteria tertentu yang membedakannya
dengan yang lainsangat bergantung pada corak dan pemikiran tokohnya.
Sebagaimana yang sudah disebutkan, hal ini karena konsep taasub yang begitu
mengakar di dalam Syiah. Dalam ayat-ayat tertentu, glolongan Sabaiah misalnya
memiliki corak tafsir yang berbeda dengan tafsir golongan Al-Mughiriah. Jadi, firkah-
firkah dalam Syiah sangat berperan dalam memecah corak tafsir. Apalagi, jika
dikaitkan dengan konsep Al-Quran An-Nathiqdimana imam memiliki peran
tertinggi dalam menafsirkan Al-Quranmaka perbedaan imam dapat memengaruhi
corak tafsir.
Corak tafsir dalam Syiah ini secara garis besarnya dibagi menjadi dua yaitu
ghulah dan mutadil. Corak tafsir yang ghulah ini terbagi ke dalam beberapa bagian
disesuaikan dengan nama firkah masing-masing. Ada corak Sabaiah, corak Al-
Bayaniah, corak Al-Mughiriah, corak Al-Manshuriah, corak Al-Khitabiah, dan corak
Ubaidiyin. Adapun corak yang mutadildipelopori oleh Syiah Imamiah dan Zaidiah.
Syiah Imamiah sendiri terbagi menjadi dua yakni Imamiah Ismailiyah dan Imamiah
Itsna Asyariyah.
Adapun metode tafsir yang mereka pergunakan, khususnya Syiah Istna
Asyariyah adalah sama seperti metode tafsir pada umumnya. Yaitu ada Tahlili,
Ijmali, Muqaran dan Maudhui. Bahkan mereka juga memiliki mazhab tafsir yang
sama dengan Sunni, yaitu mazhab Tafsir Bil-Matsur dan mazhab Tafsir Bir-Rayi.
Hanya saja, sumber rujukan, corak pemikiran, konsep akidah dan syariahnya berbeda.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
18/24
MUFASIR SYIAH DAN KITAB TAFSIRNYA38
A. Tafsir Syiah GhulahPerlu dipertegas di sini, bahwa ada firkah ghulah, ada tafsir ghulah. Tafsir
ghulah ini tidak berarti produk dari firkahghulah.
1. Tafsir Al-Hasan Al-AskariTafsir ini adalah karya Al-Hasan bin Ali bin Muhammad Ali bin Musa bin
Jafar Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-
Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dia adalah Imam ke-11 dari 12 Imam utama.
Dia adalah bapak dari Muhammad bin Al-Hasan Al-Muntazhar yakni Imam
ke-12 yang mengalami ghaibah al-kubra. Lahir pada tahun 232 Hijriah di
Madinah dan meninggal pada tahun 260 Hijriah. Ia dimakamkan di Irak di
kota Samarra yang merupakan kepanjangan dari surra man raa. Al-Askari
adalah nama lain dari kota Samarra. Ceritanya, dahulu Al-Mutashim, khalifah
dari Dinasti Abassiyah pernah membangun kota tersebut kemudian ia pindah
dan menempatinya bersama tentaranya (al-askar).
Ciri khas dari tafsir ini adalah:
1. Memuat banyak khurafat bahkan yang tidak ada hubungannya sama sekalidengan Al-Quran.
2. Sangat serius membahas imamahnya Ali ra. dan keturunannya.3. Banyak mencaci sahabat lain selain Ali bin Abi Thalib.
2. Tafsir Al-QumiKitab ini adalah karya Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim bin Hasyim Al-Qumi.
Hidup di akhir abad ketiga hingga awal abad keempat. Kitab ini adalah yang
38
Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal,Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyahwa Manhajuhumfi Tafsr Al-Quran Al-Karim. Hal. 828-870.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
19/24
pertama menisbatkan kata kufr, nifaq atau syirk kepada sahabat. Bahkan,
mereka dianggap sebagai musuh utama keluarga Muhammad saw. Dalam
tafsir ini kata dan dengan Ali bin Abi Thalib. Ia juga menafsirkan .dengan para Imam
3. Tafsir Miratul Anwar wa Misykatul AsrarKitab ini adalah karya Al-Maula Abdul Latif Al-Kazarani. Tafsir ini sangat
menekankan pentingnya meyakini bahwa Al-Quran terdiri dan Zhahir dan
Bathin. Selain itu, tafsir ini juga meyakinkan pembacanya bahwa Imam adalah
segalanya dalam menafsirkan ayat Al-Quran. Satu hal lagi, bahwa lafadz al-
jalalah, apapun bentuknya apakah itu Allah, rabbatau ilah harus ditafsirkan
sebagai para Imam.
4. Tafsir Ash-ShafiKitab ini merupakan karya Muhammad bin Al-Murtadha bin Asy-Syah
Mahmud atau dikenal dengan Mula Muhsin Al-Kasyani wafat pada tahun
1090 Hijriah. Menurut Muhsin Al-Kasyani, pengetahuan tentang Al-Quran
sepenuhnya adalah hak para Imam.
5. Tafsir Al-BurhanKitab ini adalah karya Hasyim bin Sulaiman bin Ismail Al-Husaini Al-
Bahrani. Ia meninggal pada tahun 1107 Hijriah. Melarang Tafsir Bir-Rayi
tanpa mengambil pendapat salah satu Imam. Menurutnya juga, Al-Quran
terdiri dariZhahir danBathin.
6. Tafsir Al-Quran li Al-AshfihaniKitab ini dikarang oleh Muhammad Husein Al-Ashfihani An-Najafi. Lahir
pada tahun 1235 Hijriah. Dalam tafsir ini di antaranya dijelaskan bahwa tidak
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
20/24
ada dosa bagi orang kafir. Pendapat ini berangkat dari pengafirannya terhadap
3 khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib.
7. Tafsir Baynus Sadah f Maqmatil IbdahKitab ini adalah karya Sulthan Muhammad bin Haidar bin Muhammad Al-
Janabidzi. Ia meninggal pada tahun 1311 Hijriah. Kitab ini penuh dengan
pandangan filsafat. Ia juga meyakini bahwa semua sahabat adalah kafir.
B. Tafsir Syiah Mutadil1. Tafsir Majma Al-Bayn fi Tafsir Al-Quran
Kitab ini dikarang oleh Abu Ali Al-Fadhl bin Al-Hasan Ath-Thabarasi. Ia
adalah ulama Syiah abad keenam Hijriah. Lahir dan besar di Tabarestan,
Iran. Artinya, ia satu daerah dengan Ibnu Jarir Ath-Thabari. Ath-Thabarasi
termasuk mufasir Syiah yang moderat.
2. Tafsir Jawmi Al-JmiKitab ini adalah karya Ath-Thabarasi juga. Kitab ini terdiri dari 4 jilid.
Tujuan dari mengarang kitab ini adalah untuk mengkompromikan antara
tafsir Majma Al-bayan dengan tafsir Az-Zamakhsari.
3. Kitab Kunuz Al-Irfan fi Fiqhi Al-QuranPengarang kitab ini adalah Al-Miqdad bin Abdullah bin Muhammad Al-
Asadi. Kitab ini lebih banyak memuat materi fikih, kalaupun ada materi
akidah itu hanya sedikit saja.
4. Kitab Tafsir Badh Ayat Al-Ahkam fi Al-QuranPengarangnya adalah Hasan Najafi. Kitabnya tipis dan hanya satu jilid.
Kitab ini memiliki metode yang sama dengan kitab Kunuz Al-Irfan.
5. Tafsir Al-Quran Al-Karim
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
21/24
Pengarangnya adalah As-Sayyid Abdullah bin Muhammad Ridha Al-
Alawi atau terkenal dengan sebutan Syabr. Ia meninggal pada tahun 1242
Hijriah. Semua tentang ajaran pokok Syiah Istna Asyriah dijelaskan
dalam tafsir ini tapi dengan sudut pandang yang moderat.
6. Al Ar-Rahmn f Tafsr Al-QuranPengarangnya adalah Syeikh Muhammad Jawwad Al-Balaghi. Meninggal
pada tahun 1952 Masehi. Berbeda dengan tafsir-tafsir Syiah yang lain,
tafsir ini sangat focus pada masalah balaghah dalam Al-Quran.
7. Tafsir Al-MubnKitab ini merupakan karya Syeikh Muhammad Jawwad Mughniah. Tafsir
ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1978 Masehi. Ia termasuk tokoh
pembaharu dalam Syiah Imamiah yang mencoba mengenalkan Syiah
Imamiah dengan cara yang berbeda.
CATATAN TENTANG TAFSIR SYIAH
Dalam menafsirkan Al-Quran mereka sangat fanatik terhadap mazhab. Terhadap
ayat-ayat yang disinyalir berkaitan dengan mazhabnya, mereka berpegang dan
menjunjung tinggi. Tapi, jika tidak berkaitan maka mereka akan berusaha sekuat
tenaga agar dapat terkait. Hawa nafsu telah menguasai corak tafsir mereka, terutama
golongan Syiah yangghulah. Seperti tafsirnya Syiah Sabaiah, Syiah Al-Bayaniah,
Syiah Al-Mughiriah, Syiah Al-Manshuriah, Syiah Al-Khithabiah dan Syiah
Ubaidiyah.39
Tapi, di antara golongan Syiah ada yang corak penafsirannya bisa ditelaah
secara baik dan ilmiah karena memiliki sejarah perkembangan yang bertahap. Yaitu
39Muhammad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn, Jil. 2 Hal. 9-18.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
22/24
corak tafsir dari Syiah Itsna Asyariyah. Mereka menyerahkan semua tafsir dan
tawil ayat Al-Quran pada imamnya yang 12yang satunya belum muncul.
Khususnya, yang bekaitan dengan masalah-masalah yang pelik dan berat, seperti
hukum dan fatwa tertentu, akidah, dan lain-lain.40
Mereka juga meyakini bahwa Al-Quran memiliki dua entitas yaituzhahirdan
bathin. Konsep bathin Al-Quran inilah yang kemudian mewadahi berbagai pikiran
filsafat mereka dalam menafsirkan Al-Quran. Sebab, bathin Al-Quran adalah
sesuatu yang sifatnya obskur atau samar. Itu pun masih mereka bagi kedalam 77
tingkatan bathinAl-Quran.41Sehingga tidak ada standar filter yang pasti. Oleh sebab
itu, kebebasan, keliaran dan keleluasaan penafsiran mereka dapat terwadahi.
Penafsiran bathinini, sebenarnya mirip dengan corak Isyari atau Irfani yang
menafsirkan ayat dengan cara mengambil makna terjauh dari bunyi teks, yadzhabu ila
abad minal mana azh-zhahiril-ayah.
Syiah Itsna Asyariyah ini, dalam menafsirkan Al-Quran yang berkaitan
dengan ketauhidan berkiblat pada Mutazilah. Dua golongan itu (Syiah dan
Mutazilah) memang hampir tidak memiliki perbedaan dalam aliran kalamnya, kalau
pun ada itu hanya sedikit saja.42
KESIMPULAN
Syiah menurut saya adalah mazhab besar yang sepanjang sejarah perjalanannya
mengiringi Sunni. Mereka membangun disiplin ilmu Islam menyendiri meski sama-
sama dalam payung Islam. Seolah mereka hendak memperjelas titik perbedaan
dengan Sunni. Dan, mereka termasuk mazhab yang beruntung dan tangguh, sebab
dapat bertahan dari berbagai tekanan khalifah-khalifah dinasti Sunni. Bahkan di
40
Muhammad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn, Jil. 2 Hal. 20.41Muhammad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn, Jil. 2 Hal. 23.
42Muhammad Husein Adz-Dzahabi,At-Tafsr wa Al-Mufassirn, Jil. 2 Hal. 20.
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
23/24
-
8/13/2019 Tafsir Syi'Ah
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya
Abu Manshur Muhammad Al-Baghdadi, Al-Farqu Baina Al-Firaq wa Baynu Al-
Firqah An-Njiyah Minhum; Aqid Al-Firaq Al-Islmiyah wa Aru Kibr
Almiha, (Kairo: Maktabah Ibnu Sina, t.th.)
Ignaz Goldziher, Madzahib At-Tafsrterjemah Arab oleh Dr. Abdul Halim An-Najar
(Mesir: Maktabah Al-Khaniji, 1955)
Muhammad Abu Zahrah, Trikh Al-Madzahib Al-Islmiyah, (Beirut: Dar Al-Fikr Al-
Arabi, t.th)
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, At-Tafsr wa Al-Mufassirn, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 2000)
Muhammad Muhammad Ibrahim Al-Asal, Asy-Syiah Al-Itsna Asyariyah wa
Manhajuhum fi Tafsr Al-Quran Al-Karim, (Mesir: Dar Manshur, 2007)
Nashir ibn Abdullah ibn AliAl-Qafari, Ushl Madzhab Asy-Syiah Al-Immiyah Al-
Itsna Asyariyah Ardh wa Naqd, Disertasi. Saudi Arabia, Jamiah Al-Imam
Muhammad bin Saud, 1994.