daftar isi - sinta.unud.ac.id filedalam masyarakat yang sederhana, hukum berfungsi untuk menciptakan...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................... ii
LEMBAR PEGESAHAN.......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI.......................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. x
ABSTRACT................................................................................................. xi
RINGKASAN ............................................................................................ xii
DAFTAR ISI............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................... 8
I.3 Orisinalitas Penelitian......................................................................... 9
I.4 Tujuan Penelitian................................................................................ 13
I.4.1 Tujuan Umum............................................................................. 13
I.4.2 Tujuan Khusus............................................................................ 14
I.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 14
I.5.1 Manfaat Teoritis......................................................................... 14
I.5.2 Manfaat Praktis.......................................................................... 14
I.6 Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir.......................................... 15
xiv
I.6.1 Landasan Teoritis....................................................................... 15
I.6.2 Kerangka Berpikir...................................................................... 27
I.7 Metode Penelitian .............................................................................. 28
I.7.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 28
I.7.2Sifat Penelitian ........................................................................... 29
I.7.3Sumber Data ............................................................................... 30
I.7.4Metode Pengumpulan Data ........................................................ 31
I.7.5Teknik Analisis Data .................................................................. 32
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS DAN KODE
ETIK PROFESI JABATAN NOTARIS............................................. 34
II.1 Tinjauan Umum Tentang Notaris....................................................... 34
II.1.1 Sejarah Notaris.......................................................................... 34
II.1.2 Pengertian Notaris..................................................................... 38
II.1.3 Kewenangan, Kewajiban Dan Larangan Notaris...................... 43
II.2 Tinjauan Umum Tentang Kode Etik Jabatan Profesi Notaris............. 55
II.2.1 Pengertian Etika Profesi............................................................ 55
II. 2.2 Pengertian Kode Etik Notaris.................................................. 59
BAB III PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 83 UNDANG-
UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004TENTANG JABATAN
NOTARISTERKAIT DENGAN KODE ETIK NOTARIS
TENTANG PELANGGARAN PEMASANGAN PAPAN NAMA
NOTARIS
...........................................................................................................
...........................................................................................................
64
III.1 Pengawasan Notaris Berkaitan Dengan Pelanggaran Kode Etik
Profesi Notaris..................................................................................... 64
III.1.1 Bentuk-Bentuk Pelanggaran Kode Etik Notaris..................... 64
III.1.2Pengawasan Pelanggaran Kode Etik Notaris Oleh Majelis
Pengawas Notaris..................................................................... 73
III.1.3 Pengawasan Oleh Dewan Kehormatan ................................. 83
III.2 Pelaksanaan Ketentuan Pasal 83 Undang-Undang No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan NotarisTerkait dengan Kode Etik Notaris
tentang Pemasangan Papan Nama Notaris Di Kota Denpasar............ 94
III.3 Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pelaggaran Kode Etik Notaris.... 107
BAB IVSANKSI NOTARIS TERHADAP PELANGGARAN KODE
ETIK TENTANG PEMASANGAN PAPAN NAMA NOTARIS....... 116
IV.1 Penerapan Sanksi-Sanksi Terhadap Notaris Yang Melanggar Kode
Etik Notaris Berkaitan Dengan Pemasangan Papan Nama Di Kota
Denpasar.............................................................................................. 116
IV.2 Akibat Hukum Bagi Notaris Terhadap Pelanggaran Kode Etik
Profesi Notaris Terkait Pemasangan Papan Nama Notaris................. 125
BAB V PENUTUP....................................................................................... 133
V.1 Simpulan................................................................................................ 134
V.2 Saran...................................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR lAMPIRAN
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam masyarakat yang sederhana, hukum berfungsi untuk menciptakan dan memelihara
keamanan serta ketertiban.Fungsi ini berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu
sendiri yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat yang bersifat dinamis yang
memerlukan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan
keadilan.Kehidupan masyarakat yang berkembang memerlukan kepastian hukum dalam sektor
pelayanan jasa publik. Salah satu pekerjaan yang menawarkan pelayanan jasa dalam bidang
hukum khususnya hukum perdata ialah Notaris.Profesi Notaris, merupakan suatu profesi khusus
di samping profesi luhur lainnya. Kekhususannya adalah bahwa pada hakikatnya profesi ini
terjadi dalam suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat, artinya meskipun orang yang
menjalankan profesi itu hidup dari profesi tersebut akan tetapi hakikat profesinya menuntut agar
bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasi utamanya, melainkan kesediaan untuk
melayani sesama.1
Lembaga Kenotariatan dikenal di negara Indonesia, sebelum Indonesia merdeka atau
masa pemerintahan kolonial Belanda Notaris telah melaksanakan tugasnya.Notaris pada awalnya
merupakan kebutuhan bagi bangsa Eropa maupun yang dipersamakan dengannya dalam upaya
untuk menciptakan akta otentik khususnya di bidang perdagangan.Lembaga Notaris dikenal oleh masyarakat sangat dibutuhkan dalam membuat alat bukti
tertulis yang bersifat otentik dari suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Maka
1Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII Press,Yogyakarta, hal. 60-61. 1
tidak jarang berbagai peraturan Perundangan mewajibkan perbuatan hukum tertentu dibuat
dalam akta otentik.Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Undang-Undang Nomor 2
tahun 2014 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 selanjutnya disebut
UUJNP), Notaris didefinisikan sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini
atau berdasarkan Undang-Undang lainnya. Peran penting dimiliki oleh Notaris dalam setiap
hubungan hukum kehidupan masyarakat, karena dalam melakukan hubungan hukum tersebut
dibutuhkan adanya pembuktian tertulis berupa akta otentik. Kebutuhan akan kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum yang meningkat dewasa ini, sejalan dengan tuntutan
perkembangan hubungan ekonomi dan sosial, baik ditingkat nasional, regional maupun global. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah
hidup dan berkembang di masyarakat. Selain dari adanya tanggung jawab dan etika profesi,
adanya integritas danmoral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh
seorang Notaris.Dikatakan demikian karena tanggung jawab dan etika profesi mempunyai
hubungan yang erat dengan integritas dan moral.Etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuanyang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai
kalangan professional.2
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pelayanmasyarakat, seorang
profesional harus menjalankan jabatannya denganmenyelaraskan antara keahlian yang
dimilikinya dengan menjunjung tinggiKode Etik Profesi.Profesi yang dijalankan hanya dengan
dasar profesionalitas makaia hanya berpijak atas dasar keahlian semata dan bisa terjebakmenjadi
“tukang” atau dapat menjadikan keahlian tanpa kendalinilai sehingga bisa berbuat semau-
2E.Y. Kanter, 2001, Etika Profesi Hukum; Sebuah Pendekatan Religius, Storia Grafika, Jakarta, hal. 11.
maunya sendiri, sedangkanetika yang dijalankan tanpa pijakan dasar profesionalitas
dapatmenjadikan lumpuh sayap.3
Dalam melindungi masyarakat umum dan menjamin pelaksanaan jabatan Notaris yang
dipercayakan oleh Undang-Undang dan masyarakat pada umumnya, maka adanya pengaturan
secara umum mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris sangat tepat. Dengan
adanya Kode Etik kepentingan masyarakat akan terjamin sehingga memperkuat kepercayaan
masyarakat.Dengan adanya Kode Etik tersebut kepercayaan masyarakat pada profesi Notaris dapat
diperkuat karena setiap masyarakat mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan tetap
terjamin karena Kode Etik bertujuan untuk sarana kontrol sosial.Kode Etik adalah nilai-nilai dan norma-norma yang wajib diperhatikan dan dijalankan
oleh profesi hukum, agar Kode Etik berfungsi sebagaimana mestinya maka paling tidak ada dua
syarat yang harus dipenuhi, pertama, Kode Etik itu harus dibuat oleh profesi itu sendiri, Kode
Etik tidak akan efektif kalau diterima begitu saja dari instansi pemerintah maupun instansi lainya
karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu
sendiri, kedua, agar Kode Etik dalam pelaksanaanya diawasi terus-menerus.4
Notaris merupakan pengemban profesi luhur yang memilki 4 (empat) ciri-ciripokok.5
1. Bekerja secara bertanggung jawab, dapat dilihat dari mutudan dampak pekerjaan.2. Menciptakan keadilan, dalam arti tidakmemihak dan bekerja dengan tidak melanggar hak
pihak manapun.3. Bekerja tanpa pamrih demi kepentingan klien dengan mengalahkankepentingan pribadi
atau keluarga.4. Selalu memperhatikan cita-citaluhur profesi Notaris dengan menjunjung tinggi harkat dan
martabat sesama anggota profesi dan organisasi profesinya.
3Sulistiyono,2009, Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris Oleh Dewan KehormatanIkatan Notaris Indonesia Di Kabupaten Tanggerang, Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Program PascaSarjana Universitas Diponogoro, Semarang, hal. 9.
4Ibid.5Tan Tong Kie, 2000, Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal. 15.
Notaris harus berpegang pada ketentuan peraturan Perundang-Undang dan ketentuan
Kode Etik profesi Notaris. Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris
sebagaimana disebut dalam Pasal 83 ayat (1)Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
(selanjutnya disebut UUJN) dan Pasal 82 ayat 1 dan 2 UUNJPyaitu:1. Notaris berhimpun dalam satu wadah organisasi Notaris,2. Wadah organisasi Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Ikatan Notaris
Indonesia.Sehingga Kode Etik ditetapkan oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia.
Kode Etik berlaku bagi para Notaris di Indonesia. Kode Etik Notaris yang berlaku saat ini adalah
Kode Etik yang dirumuskan pada Kongres Luar Biasa INI di Banten pada tanggal 27 Januari
2005. Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris (selanjutnya disebut Kode Etik Notaris) menjabarkan
bahwa:Kode Etik Notaris adalah seluruh kaedah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan
Notaris Indonesia (selanjutnya disebut Perkumpulan). Kode etik dibuat berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan yang ditentukan oleh
dan diatur dalam peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang hal itu. Kode Etik
berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang
yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris termasuk didalamnya para Pejabat Sementara
Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.Kode Etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan profesional dengan
motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta berargumentasi secara rasional dan
kritis sertamenjunjung tinggi nilai-nilai moralKode Etik profesi merupakan Kode Etik terapan
yang dapat berubah dan diubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Kode Etik profesi inimerupakan perwujudan nilai moral yang hakiki dan tidak dapat
dipaksakan dari luar.Kode Etik hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai
yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri, sehingga dapat menjadi tolak ukur perbuatan
anggota kelompok profesi dalam mengupayakan pencegahan berbuat yang tidak etis bagi
anggotanya.6
Istilah profesi merupakan istilah yang diserap dari bahasa asing profession. Profession
dalam Black's Law Dictionary diartikan sebagai:7
1. A vocation requiring advanced education and training.2. Collectively, the members of such a vocation.
Notaris dalam menjalankan tugasnya harus bertindak berdasarkan etika.Etika yang
dimaksud adalah Kode Etik yang dimaksudkan untuk menjalankan suatu profesi supaya betul-
betul mencerminkan pekerjaan profesional, bermoral, dengan motivasi dan berorientasi pada
keterampilan intelektual dengan argumentasi rasional dan kritis.8Notaris sebagai sebagai anggota
dari Perkumpulan atau organisasi Ikatan Notaris Indonesia memiliki kewajiban yang harus
dipatuhi dan larangan yang harus dihindari dalam menjalankan tugas jabatannya.Seorang Notaris
merupakan manusia yang tidak luput akan persoalan, dalam perkembangannya Notaris juga
dapat melakukan pelanggaran, seperti halnya yang terjadi di kota Denpasar. Pelanggaran yang dimaksud adalah pelanggaran mengenai pemasangan papan nama
Notaris yang melebihi ukurannya serta papan penunjuk jalan di kota Denpasarpadahal ketentuan
mengenai papan nama Notaris telah diatur dalam Kode Etik Notaris Pasal 3 angka 9
menyebutkan bahwa:Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan atau di lingkungan kantornya dengan
pilihan ukuranyaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm, yang memuat:a. Nama lengkap dan gelar yang sah;b. Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan yang terakhir sebagai Notaris.c. Tempat kedudukan;d. Alamat kantor dan nomor telepon atau fax. Dasar papan nama berwarna putih dengan
hurufberwarna hitam dan tulisan di papan nama harus ielas dan mudah dibaca. Kecualidilingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan namadimaksud.
6R. Rizal Isnanto, 2009, Buku Ajar Etika Profesi, Universitas Diponogoro, Semarang, hal. 16.7Bryan A. Garner (ed), 2009, Black's Law Dictionary, 2nd Pocket Edition, ST. Paul, Minn: West Group, North
American, hal. 560.8Soetandyo Wignjosoebroto, 2001, Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi, Media Notariat, Jakarta, hal.
32.
Serta pada aturan pemasangan penunjuk jalan terdapat pada Pasal 5 angka 3 Memasang 1
(satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20 cm x 50 cm, dasar berwarna putih
huruf berwarna hitam, tanpa mencantumkan nama Notaris serta dipasang radius maksimum 100
meter dari kantor Notaris. Di dalam perakteknya, berdasarkan dari observasi penulis, dari 131
Notaris (data hasil penelitian di sekertariat pengurus daerah kota Denpasar Ikatan Notaris
Indonesia hari selasa tanggal 10 Januari 2017) dari jumblah Notaris tersebut penulis menemukan
6 (enam)atau 4,5% Notaris yang melanggar ketentuan pemasangan papan nama
Notaris.9Sehingga masih terjadi kesenjangan das solen dan das sein, dalam hal ini pelaksanaanya
yang tidak sesuai dengan aturan.Jabatan yang diemban Notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang diberikan oleh
Undang-Undang dan masyarakat, untuk itulah seorang Notaris bertanggung jawab untuk
melaksanakan kepercayaan yangdiberikankepadanya dengan selalu menjunjung tinggi etika
hukum dan martabatserta keluhuran jabatannya, sebab apabila hal tersebut diabaikan olehseorang
Notaris maka akan berbahaya bagi masyarakat umum yangdilayaninya.Anggota dari Perkumpulan memiliki kewajiban yang harus dipatuhi dan arangan yang
harus dihindari dalam menjalankan tugas jabatannya sehingga perbuatan atau tindakan yang
dilakukan Notaris tidak melanggar ketentuan Kode Etik Notaris, UUJN, UUJNP dan peraturan
Perundang-Undangan lainya.Topik mengenai pelanggaran pemasangan papan nama Notaris di kota Denpasar menjadi
penting untuk dibahas karena hal tersebut terkait dengan penerapan peraturan yang tidak efektif
yang mengakibatkan tidak terdapat kepastian hukum dalam hal pemasangan papan nama Notaris.
Sehubungan dengan latar belakang diatas maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian
serta menuangkan dalam bentuk tesis yang berjudul“PELAKSANAAN PENYELESAIAN
9Pelanggaran Notaris Tentang Pemasangan Papan Nama Notaris dan penunjuk jalan Di Kota Denpasar, hasildata diperoleh dari observasi awal dari penulis Tanggal 27 September 2016.
PELANGGARAN KODE ETIK NOTARIS TENTANG PEMASANGAN PAPAN NAMA
NOTARIS DI KOTA DENPASAR” I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraiandalam latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:1. Bagaimanakah pelaksanaan ketentuan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004Tentang Jabatan Notaris terkait dengan Kode Etik Notaris dalampemasangan papan
Nama Notaris Di Kota Denpasar?2. Apa sanksi kepada Notaris terhadap pelanggaran pemasangan papan Nama Notaris?
I.3 Originalitas Penelitian
Originalitas bertujuan mencegah tindakan plagiat atau mengcegah plagiator melakukan
pencontekan, didalam bidang pendidikan terjadinya tindakan plagiat dapat berimplikasi,
orisinalitas yakni:10
a. Saying something no body has said before(mengatakan sesuatu yang belum pernah
dikatakan oleh orang lain sebelumnya);b. Carrying out empirical work that hasn’t dome before(melaksanakan pekerjaan empiris
yang belum pernah dikerjakan sebelumnya);c. Making synthesis that hasn’t been made before (membuat sintesa yang belum pernah
dibuat sebelumnya);d. Using already know materials but with new interprestation (menggunakan bahan-bahan
yang telah diketahui tetapi dengan interprestasi baru);e. Trying out something in this country that has previously only been done in other countris
(mencoba sesuatu yang baru dalam negeri yang sebelumnya hanya pernah dilakukan di
luar negeri); f. Talking in particular technique and applaying it in new area (mengambil sesuatu teknik
tertentu dan menerapkannya pada wilayah yang baru);g. Bringing new evidence to bear on an old issue (mengajukan bukti baru untuk menunjang
isu yang lama);
10 Terry Hutchinson, 2002, Researching and writing in law, Lawbook Co, hal. 128.
h. Being cross-disciplinary and using different methodologies (menjadikan lintas disipliner
dan menggunakan metode yang berbeda);i. Taking someone else’s ideas and reinterpreting them in away no one else
has(mengambbil ide atau gagasan orang lain dan menafsirkan kembali dengan cara yang
belum pernah dilakukan orang lain);j. Looking at areas that people in your discipline haven’t looked before (melihat pada
wilayah orang yang berada dalam satu disiplin dengan kemu yang belum pernah dilihat
sebelumnya);k. Adding to knowledge in away that hasn’t previously been done before (menambah
pengetahuan dan yang belum pernah dilakukan sebelumnya);l. Looking at exisiting knowledge and teting it out(melihat pengetahuan yang telah ada dan
kemudian mencobanya)m. Playing with word putting things together in ways that other havent’t bothered to do
(menempatkan sesuatu secara bersama-sama dengan cara yang belum pernah dilakukan
secara bersama-sama).Penelitian tentang penyelesaian pelanggaran Kode Etik Notaris merupakan penelitian
yang asli dan dapat dipertanggung jawabkan, dan penulis membandingkan dari penelusuran
kepustakaan yang dilakukan, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pelanggaran Kode
Etik Notaris. Penelitian-penelitian yang dimaksut adalah:1. H. Yunanto. Tesis Program Studi Mgister Kenotariatan Unuiversitas Diponogoro, 2009,
dengan judul “Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris Oleh Dewan
Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia di Kabupaten Tanggerang” menggunakan metode
yuridis empiris, dengan rumuan masalah: 1. Pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh
Notaris di kabupaten Tanggerang. 2. Bagaimanakah pelaksanaan sanksi yang dijatuhkan
Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia sebagai organisasi profesi dapat mengikat
terhadap Notris yang melanggaran Kode Etik di kabupaten Tenggerang. Permasalahan
tesis tersebut mengenai pelanggaran Kode Etik apa saja yang dilakukan Notaris di
kabupaten Tanggerang dan mengenai pelaksanaan sanksi yang dijatuhkan.11 Sedangkan
permasalahan yang penulis angkat adalah: 1 Bagaimanakah Pelaksanaan Ketentuan Pasal
83 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Terkait dengan Kode
Etik Notaris tentang Pemasangan Papan Nama Notaris Di Kota Denpasar. 2. Apa sanksi
Notaris Terhadap Pelanggaran Pemasangan Papan Nama Notaris. Hetti Rosnilawati. Tesis
Program Studi Magister Kenotariatan Unuiversitas Diponogoro, 2008, dengan judul
“Penerapan Sanksi Kode Etik Terhadap Pelanggaran Jabatan oleh Notaris dalam Praktek
di Jakarta Selatan” menggunakan metode yuridis empiris, dengan rumuan masalah:
1.Bagaimana daya mengikat sanksi yang dijatuhkan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris
Indonesia sebagai organisasi profesi terhadap Notaris yang melanggar Kode Etik. 2. Apa
upaya-upaya yang dilakukan oleh Notaris yang dijatuhkan sanksi pelanggaran Kode Etik
untuk melakukan keberatan. Permasalahan tesis tersebut Bagaimana daya mengikat
sanksi yang dijatuhkan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia sebagai organisasi
profesi terhadap Notaris yang melanggar Kode Etik dan apa upaya-upaya yang dilakukan
oleh Notaris yang dijatuhkan sanksi pelanggaran Kode Etik untuk melakukan keberatan.12
Sedangkan permasalahan yang penulis angkat adalah: 1. Bagaimanakah Pelaksanaan
Ketentuan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
Terkait dengan Kode Etik Notaris tentang Pemasangan Papan Nama Notaris Di Kota
Denpasar 2.Apa sanksi Notaris Terhadap Pelanggaran Pemasangan Papan Nama Notaris.3. Reza Maulana Setiaidi. Program Studi Mgister Kenotariatan Unuiversitas Indonesia,
2011, dengan judul “Akibat Hukum bagi Profesi Notaris terhadap pelanggaran Kode Etik
Notaris atau UUJNP Dalam Menjalankan Jabatannya” menggunakan metode yuridis
11Sulistiyono, op.cit, hal. 15.12Hetty Roosmilawati, 2008, Penerapan Sanksi Kode Etik Terhadap Pelanggaran Jabatan Oleh Notaris
Dalam Praktek Di Jakarta Selatan, Tesis Program Studi Kenotariatan Universitas Diponogoro, Semarang, hal. 9.
empiris, dengan rumuasan masalah: 1. Bagaimanakah kekuatan mengikat Kode Etik
Notaris atau UUJNP dalam rangka pembuatan akta-akta oleh Notaris. 2. Bagaimana
akibat hukum bagi Notaris yang telah lalai dalam pembuatan akta dengan memberikan
belangko kosong untuk ditandatangani. Permasalahan tesis tersebut bagaimanakah
kekuatan mengikat Kode Etik Notaris atau UUJNP dalam rangka pembuatan akta-akta
oleh Notaris. Dan bagaimana akibat hukum bagi Notaris yang telah lalai dalam
pembuatan akta dengan memberikan belangko kosong.13 Sedangkan permasalahan yang
penulis angkat adalah: 1.Bagaimanakah Pelaksanaan Ketentuan Pasal 83 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Terkait dengan Kode Etik Notaris tentang
Pemasangan Papan Nama Notaris Di Kota Denpasar. 2.Apa sanksi Notaris Terhadap
Pelanggaran Pemasangan Papan Nama Notaris.
Penelitian tersebut diatas berbeda penulisanya dengan penulisan ini dalam penulisan ini
menekankan pada penyelesaian pelanggaran Kode Etik Notaris dan tanggung jawab Notaris
terhadap pelanggaran Kode Etik. Sehingga tesis ini adalah asli, ada unsur kebaruan dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
I.4Tujuan PenelitianBertitik tolak dari rumusan permasalah diatas adapun tujuan dari penelitian ini secara
umum adalah untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang ada tersebut.I.4.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum dalam bidang
hukum Kenotariatan mengenai pemahaman terhadap pelaksanaan Kode Etik Notaris dalam
melaksanakan jabatannya dan mengetahui tanggung jawab Notaris terhadap pelanggaran Kode
Etik di kota Denpasar.
13Reza Maulana Setiadi, 2011, Akibat Hukum Bagi Profesi Notaris Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notarisatau Undang-Undang Jabatan Notaris Dalam Menjalankan Jabatanya (Analisis Kasus: Putusan Majelis PengawasPusat Notaris Nomor 01/B/MJ.PPN/VIII/2010), Tesis Program Studi Magister Kenotariatan Program PascasarjanaUniversitas Indonesia, Depok, hal. 9.
I.4.2 Tujuan KhususDalam penelitian ini, selain untuk mencapai tujuan umum di atas, terdapat juga tujuan
khusus. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai sesuai dengan permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk menganalisis pelaksanaan Kode Etik Notaris tentang Pemasangan Papan Nama
oleh Notaris di Kota Denpasar.
2. Untuk menganalisis Tanggung Jawab Notaris terhadap Pelanggaran Kode Etik
Pemasangan Papan Nama Notaris.
I.5Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang diharapkan untuk dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:I.5.1 Manfaat Teoritis:
Adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagaireferensi atau bahan bacaan
tambahan baik bagi mahasiswa Magister Kenotariatan maupun masyarakat untuk mengetahui,
bagaimana pelaksanaan Kode Etik Notaris tentang pemasangan papan nama oleh Notaris di kota
Denpasar, serta mengetahui tanggung jawab Notaris terhadap pelanggaran Kode Etik tersebut.I.5.2 Manfaat Praktis:
Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis. Adapun penelitian
ini dapat memberikan kontribusi kepada:1. Notaris: diharapkan dengan adanya analisis dari penelitian ini dapat memberikan suatu
pandangan baru dan suatu pemahaman pelaksanaan Kode Etik Notaris tentang
pemasangan papan nama oleh Notaris di kota Denpasar, serta mengetahui tanggung
jawab Notaris terhadap pelanggaran Kode Eik tersebut.2. Kalangan akademis: diharapkan dengan hasil analisis penelitian ini dapat memberikan ide
baru untuk membuat dan meneliti lebih lanjut sehingga suatu saat dapat menghasilkan
suatu konsep dan pandangan lain terkait dengan pelaksanaan Kode Etik Notaris di kota
Denpasar.
3. Masyarakat:Diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran kepada
masyarakat dalam bidang hukum Kenotariatan khususnya dalam hal pelaksanaan Kode
Etik Notaris di kota Denpasar.4. Peneliti sendiri: Dalam rangka membekali peneliti dengan pengetahuan dan pemahaman
mengenai perlindungan hukum bagi Notaris berkenaan dengan pelaksanaan Kode Etik
Notaris tentang pemasangan papan nama oleh Notaris di kota Denpasar, serta mengetahui
tanggung jawab Notaris terhadap pelanggaran Kode Etik tersebut.I.6Landasan Teoritis dan Kerangka BerpikirI.6.1Landasan Teoritis
Suatu teori pada dasarnya merupakan hubungan pengaturan fakta menurut cara-cara
tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji
secara empiris.14Teori menurut Maria S.W. Sumardjono adalah Seperangkat preposisi yang berisi
konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar variable
sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu
variablelainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variable tersebut.15Menurut
Snellbecker teori adalah sebagai perangkatproposisi yang terintegrasi secara simbolis dan
berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.16
Dalam pembahasan mengenaipelaksanaan penyelesaian pelanggaran Kode Etik Notaris
tentang pemasangan papan namaNotaris maka teori yang dipergunakan adalah Teori sebagai
berikut:a. Teori Efektifitas Hukum
Penelitian ini menggunakan teori efektifitas hukum sebagai landasan teori karena
permasalahan yang hendak diteliti adalah pelaksanaan Kode Etik Notaris tentang pemasangan
papan nama oleh Notaris, oleh karna menjadi penting untuk dipahami bagaimanakah
14Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 19.15Salim. H, 2001, Teori Dalam Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 27.16Nasution Bahder Johan, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 140.
pelaksanaan Kode Etik tentang pemasangan papan nama oleh Notaris sehubungan dengan
terjadinya kesenjangan penerapan Kode Etik Notaris yang tidak efektif di dalam prakteknya Penelitian kepustakaan yang ada mengenai teori efektivitas memperlihatkan
keanekaragaman dalam hal indikator penilaian tingkat efektivitas suatu hal.Hal ini terkadang
mempersulit penelaahan terhadap suatu penelitian yang melibatkan teori efektivitas, namun
secara umum, efektivitas suatu hal diartikan sebagai keberhasilan dalam pencapaian target atau
tujuan yang telah ditetapkan.Efektivitas memiliki beragam jenis, salah satunya adalah efektivitas
organisasi. Sama halnya dengan teori efektivitas secara umum, para ahli pun memiliki beragam
pandangan terkait dengan konsep efektivitas organisasi.Mengutip Ensiklopedia administrasi
menyampaikan pemahaman tentang efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas adalah suatu
keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki, kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang
dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan atau mempunyai maksud
sebagaimana yangdikehendaki”.17
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif
apabila hal tersebut sesuai dengan dengan yang dikehendaki.Artinya, pencapaian hal yang
dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mencapai hal
tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau
kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu
instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan
program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut. Apabila kita
melihat efektivitas dalam bidang hukum, Achmad Ali berpendapat bahwa ketika kita ingin
mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama-tama harus dapat mengukur
17Teori efektifitas hukum, available from:http://www.Academia.Com/9568999/ Teori Efektifitas Hukum.
“sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”.18Lebih lanjut Achmad Ali pun
mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang banyak mempengaruhi efektivitas suatu
Perundang-Undangan adalah profesional dan optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi
dari para penegak hukum, baik di dalam menjelaskan tugas yang dibebankan terhadap diri
mereka maupun dalam menegakkan Perundang-Undangan tersebut.19
Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya
suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu:20
1. Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang). 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari
penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Pada
elemen pertama, yang menentukan dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau
tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu sendiri.
b. Teori Pertangung Jawaban.Penelitian ini menggunakan teori pertanggung jawaban sebagai landasan teori karena
permasalahan yang hendak diteliti adalah berkenaan dengan tanggung jawab Notaris terhadap
pelanggaran Kode Etik pemasangan papan nama Notaris.
18Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol.1, Kencana, Jakarta, hal. 375.19Ibid, hal. 376. 20Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal. 8.
Secara leksial kata pertanggungjawaban berasal daribentuk dasar kata majemuk
“tanggung jawab” yang berati keadaan wajib menanggung segalasesuatu berupa penuntutan
diperkarakan dan dipermasalahkan sebagai akibat sikap sendiri atau pihak lain.21
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu
liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk
hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang
mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti
kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk
melaksanakan Undang-Undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan
atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan
meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas Undang-Undang yang dilaksanakan. Dalam
pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban
hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum,
sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.22
Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai
berikut:23
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan.Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau liability
based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Selanjutnya disebut KUHPerdata) khususnya Pasal
1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang
baru dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya.
21Ibid, hal.17.22Ridwan H.R, 2002, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press, Jakarta, hal.335-337.23Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Edisi Revisi, Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta, hal. 73-79.
Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai Pasal tentang perbuatan melawan
hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:a. Adanya perbuatan;b. Adanya unsur kesalahan;c. Adanya kerugian yang diderita;d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.
Unsur kesalahan dimaksud merupakan unsur yang bertentangan dengan hukum.
Pengertian hukum tidak hanya bertentangan dengan Undang-Undang tetapi juga kepatutan
dan kesusilaan dalam masyarakat.2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab.
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab
(presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.
Kata dianggap pada prinsip “presumption of liability” adalah penting, karena ada
kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia dapat
membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan untuk
menghindarkan terjadinya kerugian.Prinsip inibeban pembuktiannya ada pada si tergugat.
Hal ini tampak beban pembuktian terbalik (omkering van bewijslast) yang bertentangan
dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of innocence)3. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab.
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk tidak
selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat
terbatas.Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup
transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan demikian biasanya secara common
sense dapat dibenarkan.4. Prinsip tanggung jawab mutlak.
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip
tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang
membedakan kedua terminologi di atas.
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada
dua teori yang melandasinya yaitu:24
a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak
ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakanyaitu telah menimbulkan
kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku
pribadi.
b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak
ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini
tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang
timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan
kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan
berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.
Notaris sebagai Pejabat Umum memiliki tanggung jawab atas perbuatannya terkait
dengan pekerjaannya dalam membuat akta. Ruang lingkup pertanggungjawaban Notaris
meliputi kebenaran materiil, dapat di bagi menjadi empat poin:25
1. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil dari akta yang
dibuatnya.
Kontruksi yuridis yang digunakan dalam tanggung jawab perdata terhadap kebenaran
materiil terhadap akta yang dibuat oleh Notaris adalah kontruksi perbuatan melawan
hukum.26 Kontruksi yuridis ini bersifat sangat luas dan dapat mencakup segala perbuatan
yang menyebabkan terjadinya kerugian pada pihak lain,bila dikaitkan dengan Notaris sebagai
Pejabat Umum, bahwa berdasarkan kontruksi yuridis perbuatan melawan hukum dapat
24Ibid, hal. 365.25Ridwan H.R, op.cit, hal. 34.26Ridwan H.R, op.cit, hal. 35.
dikatakan apabila Notaris melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kerugian salah
satu atau kedua belah pihak.Notaris dapat dimintakan pertanggung jawaban berdasarkan
kontruksi perbuatan melawan hukum.
Terhadap tanggung jawab Notaris terkait dengan kebenaran materiil dari isi akta yang
dibuat di hadapannya menurut Sudikno Mertokusumo dikatakan bahwa, mengingat Notaris
pada dasarnya hanya mencatat apa yang dikemukakan oleh para penghadap dan tidak
diwajibkan untuk menyelidiki kebenaran materiil isinya, maka tidaklah tepat bila hakim
membatalkannya. Notaris dapat berbuat salah atas mengenai isi akta karena informasi yang
salah dari para pihak. Kiranya kesalahan demikian tidak dapat dipertanggung jawabkan
kepada Notaris karena isi akta telah dikonfirmasikan kepada para pihak oleh Notaris .27
Keterangan atau pernyataan yang dituangkan dalam akta pejabat (akta berita acara) atau
keterangan para pihak yang disampaikan dihadapan Notaris (akta pihak) dan para pihak harus
dinilai benar terhadap apa yang dikatakan kemudian dituangkan atau dimuat dalam akta berlaku
sebagai yang benar atau setiap orang yang datang kemudian atau keterangannya dituangkan atau
dimuat dalam akta harus dinilai telah benar berkata. Pernyataan atau keterangan para penghadap
tersebut menjadi tidak benar, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab para penghadap sendiri.
2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dari akta yang
dibuatnya.
Berdasarkan pengertian dari tindak pidana, konsekuensi dari perbuatan pidana dapat
melahirkan pertanggungjawaban pidana. Pertanggung jawaban pidana baru timbul bila
subyek hukum melakukan kesalahan yang dapat berupa kesengajaan (dolus) maupun
kealpaan (culpa).
27Ridwan H.R, op.cit, hal. 37.
Berkaitan dengan pertanggungjawaban Notaris sebagai Pejabat Umum, bila ia
melakukan tindak pidana ia dapat dikenakan tuntutan pidana yang berdasarkan perbuatan
pemalsuan surat. Namun, dalam hubungannya dengan kebenaran materiil atas akta yang
dibuat, Notaris dalam menjalankan profesinya melalui kontruksi yuridis bahwa Notaris
sejatinya hanya fasilitator dari para pihak dalam partij acte, maka materiil Notaris tidak
terlibat di dalam akta para pihak tersebut, kecuali Notaris mengetahui para pihak dalam
membuat akta itu beritikad buruk atau dengan akta tersebut dapat timbul perbuatan pidana.
3. Tanggung jawab Notaris berdasar Peraturan Jabatan Notaris terhadap kebenaran
materiil dalam akta yang dibuatnya;
Mengenai kebenaran materiil dalam akta yang dibuat, Notaris bertanggung jawab
untuk mengikuti aturan di dalam UUJNP,apabila akta yang dibuat tidak memenuhi ketentuan
dalam UUJNPmaka akta yang dibuat akan terdegradasi sebagai akta di bawah
tangan.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata degradasi mempunyai arti penurunan,
tentang pangkat, mutu, moral dan sebagainya, kemunduran, kemerosotan atau dapat juga
menempatkan ditingkat atau posisi yang lebih rendah.28Kelalaian dan ketidak pahaman Notaris
terhadap peraturan di dalam UUJNPdapat menyebabkan Notaris dimintai pertanggung
jawaban atas kesalahan sehingga pihak yang menderita kerugian memiliki alasan yuridis
untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.29
4. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan Kode Etik
Notaris.
Hubungan profesi Notaris dengan masyarakat dan negara telah diatur dalam berikut
aturan Perundang-Undangan lainnya. Hubungan profesi Notaris dengan organisasi profesi
28Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Empat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,hal. 103.
29Ibid, hal. 46.
Notaris diatur melalui Kode Etik Notaris. Keberadaan Kode Etik merupakan suatu
konsekuensi dari sebuah profesi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Notaris sebagai
Pejabat Umum yang mengemban kepercayaan harus memegang teguh tidak hanya kepada
peraturan Perundang-Undangan semata namun juga pada Kode Etik profesinya, karena tanpa
adanya Kode Etik profesi harkat dan martabat dari profesinya akan hilang.
c. Konsep Kode Etik Notaris
Menurut Pasal 1 huruf 2 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan
Notaris Indonesia tertanggal 29-30 Mei 2015 Kode Etik Notaris adalah:
kaidah moral yang dtentukan oleh “Perkumpulan”berdasarkan keputusan kongres“Perkumpulan” dan atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati olehsetiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatansebagai Notaris, termasuk di dalamnya para pejabat sementara Notaris, Notaris penggantipada saat menjalankan jabatan.d. Konsep Notaris
Pasal 1 angka 1UUJNP dinyatakan, “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini”. Pejabat umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare Ambtenaren yang
berasal dari Peraturan Jabatan Notaris (selanjutnya disebut PJN) dan KUHPerdata. Openbare
Ambtenaren adalah pejabat yang mempunyai tugas yang bertalian dengan kepentingan
masyarakat, sehingga openbare amtbtenaren diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas
untuk membuat akta otetik yang melayani kepentingan masyarakat, dan kualifikasi seperti itu
diberikan kepada Notaris.
I.6.2. Kerangka Berpikir
PELAKSANAAN PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK NOTARIS
TENTANG PEMASANGAN PAPAN NAMA NOTARIS DI KOTA DENPASAR
LATAR BELAKANG
Terjadi kesenjangan antara das solen das sein terhadap Kode
Etik Notaris kongres luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Pasal 3 angka 9
Kode Etik Notaris dengan prakteknya
RUMUSAN MASALAH1. Pelaksanaan Ketentuan Pasal 83
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Terkait Pelanggaran Pemasangan Papan Nanma
2. Bagaimana Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pelanggaran Pemasangan Papan Nama Notaris
TEORI1. Teori Efektifitas Hukum2. Teori
PertanggungJawaban hukum
METODE PENELITIAN
Penelitian Hukum Empiris
Analisa
Menganalisa tentang pelanggaran Kode Etik Notaris tentang pemasangan papan nama di Kota Denpasar
I.7Metode Penelitian
I.7.1. Jenis penelitian
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada suatu
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari suatu gejala tertentu
dengan jalan menganalisisnya, karena penelitian didalam ilmu-ilmu sosial merupakan suatu
proses yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan masalah
dan memberikankesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan.30Menurut Morris L. Cohen,
Legal Research is the proces of finding the law that govern activities in human society.
31Merupakan penelitian hukum yang mengatur kegiatan dalam masyarakat manusia. Untuk
keperluan tersebut maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris. Dengan mendekati
masalah dari peraturan yang berlaku dan dalam kenyataan yang terjadi di dalam
masyarakat.Seperti halnya terdapat permasalahan yang terjadi di kota Denpasar. Masalah yang
dimaksud adalah mengenai pemasangan papan nama Notaris yang melebihi ukurannya, dan
bentuk dari papan nama Notaris tersebut, padahal ketentuan mengenai papan nama Notaris telah
diatur dalam Kode Etik Notaris Pasal 3 angka 9 menyebutkan bahwa, Memasang 1 (satu) buah
30Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.13.31Morris L. Cohen and Kent C. Olson, 1992, Legal Research, West Publishing Company, st Paul, min, hal.1.
KESIMPULAN
HASIL
SARAN
papan nama di depan atau di lingkungan kantornya dengan pilihan ukuranyaitu 100 cm x 40 cm,
150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm, yang memuat:
a. Nama lengkap dan gelar yang sah;b. Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan yang terakhir sebagai Notaris.c. Tempat kedudukan;d. Alamat kantor dan nomor telepon atau fax. Dasar papan nama berwarna putih dengan
hurufberwarna hitam dan tulisan di papan nama harus ielas dan mudah dibaca. Kecualidilingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan namadimaksud.
Tetapi didalam perakteknya di kota Denpasar Notaris masih banyak memasang papan
nama Notaris yang melebihi aturan dari Pasal 3 angka 9 sehingga terjadi kesenjangan antara das
solen dan das sein dimana dalam aturanya tidak sesuai dengan pelaksanaanya.
I.7.2. Sifat Penelitian
Dalam kaitannya dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini maka sifat penelitian ini
adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta yang terjadi dilapangan
serta mengaitkan dan menganalisa semua gejala dan fakta tersebut dengan permasalahan yang
ada dalam penelitian dan kemudian disesuaikan dengan keadaan yang terjadi dilapangan.
Mengungkap peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang
menjadi objek penelitian.
Untuk itu diperlukan pengetahuan ilmiah, proses pencarian pengetahuan ilmiah atau
pengetahuan yang benar itu harus berlangsung sesuai prosedur atau langkah-langkah yang
dilakukan secara sistematis, kritis, terkontrol dan dilakukan menurut hukum atau kaidah-kaidah
berlakunya akal yaitu logika.32Sehingga penelitian ini dapat mengungkapkan peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku dan kemudian dikaitkan dengan teori-teori ilmu hukum serta
praktek pelaksanaannya mengenai aturan pemasangan papan nama Notaris di Kota Denpasar.
I.7.3. Sumber Data
32Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitiasn Hukum, PT. Mandar Maju, Bandung, hal. 9.d
Data yang digunakan dalam penelitian hukum ini bersumber dari 2 (dua) sumberyaitu:
a. Data lapangan atau primer (field research) merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama atau sumber asal dari lapangan dalam hal ini adalah pada kantor Notaris
data tersebut diperoleh dilokasi penelitian dari para responden yaitu orang atau kelompok
masyarakat maupun pejabat-pejabat umum Notaris yang terkait terhadap kasus yang
diteliti. Responden merupakan orang atau masyarakat yang terkait secara langsung
dengan masalah yang diteliti dan informan yang diperoleh dengan melalui wawancara
langsung.b. Data kepustakaan (library research) yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen
resmi hasil-hasil penelitian yang berwujud sebagai laporan merupakan data yang
tingkatanya kedua bukan yang utama.33 Pengumpulan data sekunder ini terdiri dari
bahan-bahan hukum yaitu: a. Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat. Dalam
penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah peraturan Perundang-
Undangan, maupun peraturan-peraturan lainya yang ada kaitanya dengan
permasalahan tersebut, antara lain:
- Undang Nomer 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomer 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
a) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan suatu penjelasan mengenai
bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
buku teks hukum (legal text book), Jurnal hukum, karya tulis hukum yang memuat
33H.Salim, H. S dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis danDisertasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 25.
pandangan ahli hukum baik dalam bentuk buku maupun yang termuat dalam media masa,
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
b) Bahan hukum tertier adalah data yang memberikan petunjuk serta penjelasan yang
menunjang data primer dan data sekunder. Seperti kamus hukum, ensiklopedia hukum.
Dalam penelitian ini dibahas juga bahan-bahan hukum yang diperoleh dari media internet
yang berkembang dengan pesat dewasa ini seperti definisi-definisi hukum.
I.7.4. Metode Pengumpulan DataPengumpulan data adalah suatu kegiatan merapikan data dari hasil pengumpulan data
dilapangan sehingga siap dipakai untuk dianalisa.34Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Teknik Wawancara
Untuk mengumpulkan data lapangan yaitu data primer dengan cara mengadakan
wawancara langsung kepada informan dan pihak-pihak Notaris atau Pejabat Pembuat
Akta Tanah (selanjutnya disebut PPAT),yang mengetahui dalam kasus ini. 2. Teknik Studi Dokumen
Untuk mengumpulkan data kepustakaan digunakan teknik membaca, mencatat dari buku
literatur yang ada kaitanya dengan masalah. Teknik pengumpulan data sekunder dengan
teknik studi dokumen adalah dari bahan hukum primer yaitu dari peraturan Perundang-
Undangan, dan bahan hukum sekunder kepustakaan yang berkaitan dengan
tanggungjawab Notaris, dan Kode Etik Notarisserta bahan hukum tersier yaitu dari semua
buku dan bahan dari internet. Semua bahan yang relevan digunakan untuk mengkaji
permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan penyelesaian pelanggaran
Kode Etik Notaris tentang pemasangan papan nama Notaris di kota Denpasar.
I.7.5. Teknik Analisi Data
34Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 72.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan kegiatan
merapikan data dari hasil pengumpulan data lapangan sehingga siap dipakai untuk dianalisa.
Setelah semua data terkumpul baik data lapangan maupun kepustakaan kemudian di
klasifikasikan secara kualitatif sesuai dengan masalah data tersebut dianalisa dengan teori-teori
relevan kemudian di simpulkan untuk menjawab permasalahan, akhirnya data tersebut disajikan
secara deskriftif analitis. Teknik analisa data yang dilakukan dengan cara merapikan data-data
yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap Notaris dan PPAT. Setelah semua data yang
berkaitan dengan penelitian ini dikumpulkan, kemudian dilakukan abstraksi dan rekonstruksi
terhadap data tersebut, selanjutnya disusun secara sistematis, sehingga akan diperoleh gambaran
yang komprehensif mengenai cara penyelesaian permasalahan yang dibahas.35 Dalam
menganalisis data penelitian ini, dipergunakan metode analisis kualitatif, yang artinya
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis, tidak tumpang tindih
dan efektif sehingga memudahkan pemahaman dan interpretasi data. Data dianalisis
menggunakan teori yang sangat berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan disajikan dalam
bentuk kalimat yang rapi dan teratur beserta logis dalam pembahasannya.
35Bambang Sugono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rajagrafindo, Jakarta, hal. 13.