chapter i
DESCRIPTION
jgjgTRANSCRIPT
7/21/2019 Chapter I
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-56db002bcf754 1/3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam jaringan hidup, nitrogen terdapat sebagai protein dalam jumlah
relatif besar dan sebagai non protein nitrogen (NPN) dalam jumlah relatif kecil.
Protein adalah suatu senyawa polimer yang tersusun dari asam amino melalui
ikatan peptida. NPN terdiri dari senyawa-senyawa nitrogen seperti asam amino
bebas, alkaloid, nitrat, urea, dan sebagainya. Protein dalam tubuh manusia
diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan.
Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal
dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protein dari hewan salah satunya
adalah protein pada belut (Silalahi, 1994).
Hasil identifikasi melalui LIPI Bogor menyatakan bahwa jenis belut yang
diteliti adalah Monopterus albus famili Synbranchidae. Belut merupakan salah
satu makanan berprotein tinggi, yang dapat mendukung perkembangan otak, serta
meningkatkan konsentrasi dan daya tahan tubuh. Daging belut mempunyai
manfaat besar bagi tubuh manusia, yaitu: memenuhi kebutuhan protein bagi
tubuh, mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan anak, menjaga
kesehatan mata, memenuhi kebutuhan mineral bagi tubuh. Selama proses
pengolahan belut, protein dapat terurai menjadi NPN berupa asam amino bebas,
urea, alkaloid, nitrat, tergantung pada cara pengolahan yang diterapkan. Oleh
karena itu, kandungan protein dalam belut yang belum diolah lebih tinggi dari
Universitas Sumatera utara
7/21/2019 Chapter I
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-56db002bcf754 2/3
belut yang sudah diolah, sebaliknya NPN lebih tinggi pada belut yang sudah
diolah (Silalahi, 1994; Warisno, 2010).
Penetapan kadar protein di dalam belut dilakukan dengan metode Kjeldahl
Mikro, yang merupakan metode sederhana untuk penetapan kadar protein yang
didasarkan pada kandungan nitrogennya. Dengan demikian, maka nitrogen yang
bukan protein juga turut tertentukan, sehingga hasil yang diperoleh adalah kadar
protein kasar. Untuk mendapatkan kadar protein murni, senyawa NPN harus
dipisahkan terlebih dahulu, kemudian ditetapkan dengan cara Kjeldahl Mikro
(Silalahi, 1994).
Karena besarnya peranan protein dalam tubuh manusia, sehingga penulis
tertarik meneliti kandungan protein pada belut. Belut dapat dijadikan sebagai
olahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar protein murni
dan NPN di dalam belut, sehingga diketahui perbandingan protein dan NPN yaitu
belut yang belum diolah dan hasil olahannya. Dari hasil penelitian dapat diketahui
seberapa jauh perubahan protein menjadi NPN di dalam belut karena pengaruh
proses pengolahan yang diterapkan dengan menetapkan kadar protein murni dan
NPN pada belut dan hasil olahannya (Silalahi, 1994).
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: berapakah kadar protein pada belut, dan bagaimana
pengaruh perebusan dan penggorengan terhadap kadar protein dan NPN pada
belut.
Universitas Sumatera utara
7/21/2019 Chapter I
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-i-56db002bcf754 3/3
1.3 Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis analisis
sebagai berikut: kadar protein pada belut cukup tinggi, dan perebusan dan
penggorengan terhadap belut mempengaruhi kadar protein dan Non Protein
Nitrogen (NPN).
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kandungan protein murni dan NPN pada belut, dan
untuk mengetahui pengaruh perebusan dan penggorengan terhadap kadar protein
dan NPN pada belut.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebagai sumber informasi tentang kandungan protein dan NPN serta
gambaran kasar tentang pengaruh pengolahan terhadap perubahan protein di
dalam makanan olahan yang berkaitan erat dengan nilai cerna, tekstur dan nilai
gizinya.
Universitas Sumatera utara