chapter 07 imagery
DESCRIPTION
ImageryTRANSCRIPT
PETA-PETA KOGNITIF
Anda mungkin mempunyai pengalaman seperti ini. Anda baru saja datang
dalam sebuah lingkungan baru, misalnya pada tahun pertama di kampus. Anda
menanyakan arah ke perpustakaan dan anda mendengar jawabannya. Ok, ini adalah
hal yang sederhana. Anda pergi mendaki gunung, tinggal di sebelah kanan bangunan
Blake (Blake Building). Kemudian anda mengambil ke kiri, dan aula Newton
(Newton Hall) akan berada di sebelah kanan anda. Perpustakaan akan ada di sebelah
kirimu. “Anda akan dengan susah payah untuk mengingat kembali beberapa
landmarks dari i tour orientas anda. Apakah Newton Hall selanjutnya College Union,
atau apakah ia dekat dengan gedung administrasi? Dengan keberanian, anda mencoba
untuk menggabungkan informasi baru ini ke dalam peta mental anda.
Sejauh ini, bab ini telah menjelaskan karakteristik umum dari mental images.
Diskusi ini utamanya berfokus pada isu teoritik yang membangkitkan minat psikolog
kognitif; khususnya, bagaimana mental images disimpan dalam memori? Sekarang
kita memikirkan peta-peta kognitif, sebuah topik yang jelas berada pada mental
images. Bagimanapun, penelitian pada peta-peta kognitif fokus pada cara kita
merepresentasikan ruang geografik. Lebih khusus lagi, Peta kognitif, adalah
representasi mental dari lingkungan eksternal yang mengelilingi kita (Laszlo et al.,
1996; Tversky, 2000). Mari kita diskusikan beberapa latar belakang informasi tentang
peta-peta kognitif, dan kemudian kita akan melihat bagaimana jarak, bentuk, dan
posisi relatif direpresentasikan dala peta-peta kognitif. Kita akan akhiri bab ini
dengan fitur “In Depth” yang menguraikan cara kita membuat peta-peta mental dari
deskripsi verbal.
Latar Belakang Informasi tentang Peta-Peta Kognitif
Penelitian dalam peta-peta kognitif telah dilakukan pada ruang yang berkaitan
dengan lingkungan yakni daerah dengan ukuran tertentu, meliputi ruangan kelas,
lingkungan sekitar, kota, negara dan daerah geografik yang lebih luas (Warren,
1995).Dalam deretan khusus dari studi, peneliti meminta penduduk kota Venice, Italia
untuk membuat route yang paling efisien antara dua landmark (Denis et al., 1999).
Deskripsi tersebut kemudian diberikan pada grup orang yang berbeda, yang menilai
secara menyeluruh kualitas dari arah/route tersebut. Penilai diinstruksikan untuk
mempertimbangkan karakteristik sepeti kejelasan dan pemasukan yang berguna dari
1
landmark. Dalam fase akhir dari studi ini, instruksi dengan rating terbaik dan terburuk
diberikan pada siswa Italia yang sebelumnya tidak pernah mengunjungi Venice.
Dalam perbandingan dengan siswa yang menggunakan instruksi baik, dengan siswa
yang menggunakan instruksi buruk dibuat lebih dari dua kali sebanyak kesalahan dan
kebutuhan untuk membantu dua kali. Dengan kata lain, seseorang dapat membuat
keputusan yang hampir akurat apakah instruksi pada lokasi akan meolong atau
membingungkan. Penelitian ini, seperti kebanyakan studi dala peta-peta kognitif,
menegaskan setting dunia nyata dan validitas ekologis.
Studi peta-peta kognitif adalah bagian dari topik besar yang dinamakan spatial
cognition. Daerah luas yang meliputi tidak hanya petapeta kognitif, tetapi juga
bagaimana kita mengingat kita dalam mengarungi dunia ini dan bagaimana kita
menjejaki objek dalam susunan ruang. Spatial cognition adalah dalam lingkup cabang
ilmu pengetahuan. Analisis bahasa menunjukkan bagaimana seseorang berbicara
tentang spatial arrangement. Antropologis mempelajari bagaimana kultur berbeda
menggunakan kerangka berbeda untuk menggambarkan lokasi. Ahli geografi
memeriksa seluruh dimensi ini, dengan tujuan untuk membuat peta-peta yang efisien
dan menjadi sumber informasi lainnya (Tversky, 1999b).
Kita sering tidak menyadari bagaimana banyak informasi kita tahu mengenai
spatial cognition. Sebagaimana yang Laszlo dkk (1996) catat, penelitian dalam
artificial intelligence telah mendemonstrasikan kompleksitas dari dasar pengetahuan
kita:
Telah ditemukan, kekhawatiran yang besar dari programer, bahwa tanpa
mengelaborasi secara baik program, komputer membuat kesalahan bodoh yang tak
dapat dipercaya. Contohnya, sebuah simulasi dari situasi restoran, menemukan bahwa
pelanggan yang masuk dengan berjalan langsung melewati dinding, kemudian mereka
mungkin mengambil tempat duduk (menunggu makanan diantarkan) dan akhirnya
memberi tip sebelum pulang. Untuk mendapatkan situasi ini, programer harus
mensuplai komputer dengan banyak informasi yang hebat dari jenis yang membuat
peta kognitif dasar yang memandu perilaku manusia. (p.9)
Cobalah demonstrasi 6.6. sebelum anda membaca lebih jauh. Demonstrasi ini
berdasarkan pada penelitian Roskos-Ewoldsen dkk (1998), yang akan didiskusikan
dengan singkat.
2
Secara umum, peneliti tidak mendiskusikan dengan cara bagaimana peta
kognitif di kodekan, yakni, apakah kode untuk peta-peta adalah analog atau
propositional. Bagaimanapun banyak peneliti yang menghidupkan isu ini
menyimpulkan bahwa peta-peta kognitif harus keduanya secara alamiah yakni kode
analog dan propositional (e.g. Fraczak, 1998; McNamara et al., 1989; Tversky, 1998).
Peta mental anda untuk kota tertentu mungkin selanjutnya melibatkan deret bayangan
gambar (picture-like images) dari hubungan bersama beberapa jalan dan bangunan.
Peta mental ini juga melibatkan proposition, seperti “Restoran Ethopia di kota
Toronto, barat laut dari CN Tower’. Informasi dalam peta mental anda mungkin juga
melibatkan pengetahuan landmark dan pengetahuan prosedural (contohnya, untuk
mendapatkan restoran Ethopia, pergi ke utara dari parkiran hotel dan belok kiri ke
jalan Bloor).
Mental image anda mungkin juga melibatkan pengetahuan survey, yang
merupakan hubungan beberapa lokasi yang dapat diperoleh langsung dengan
mempelajari peta atau dengan menjelajahi lingkungan berulang-ulang. Sekarang cek
akurasi anda untuk demonstrasi 6.6. Sebagaimana informasi spatial yang anda peroleh
dari peta fisik hal tersebut diorientasikan dalam arah yang sama ketika anda
menghadapkannya pada peta mental anda. Dalam pertanyaan 1 dari demonstrasi ini,
peta mental dan peta fisik anda memiliki orientasi yang sama, jadi tugas ini relatif
mudah. Sebaliknya, anda memmerlukan untuk melakukan rotasi mental untukk
menjawab pertanyaan 2, jadi tugas ini lebih sulit. Penelitian mengkonfirmasi bahwa
keputusan lebih mudah ketika peta mental dan peta fisik anda mempunyai orientasi
yang sesuai (Diwadkar & McNamara, 1997; Roskos-Ewoldson et al., 1998; Warren,
1994).
Peta Kognitif dan Jarak
Seberapa jauh jarak dari perpustakaan kampus ke ruangan kelas dimana mata
kuliah psikologi kognitif anda diajarkan? Berapa kilometer jarak kota kelahiranmu
dengan kota tempat kamu tinggal sekarang? Ketika seseorang membuat estimasim
jarak seperti ini, estimasi mereka seringkali diganggu oleh faktor-faktor seperti jumlah
kota yang terlibat, kategori sematik, dan apakah tempat tujuan adalah sebuah
landmark atau bukan.
3
Jumlah Kota Yang Terlibat.
Dalam salah satu studi sistematik pertama mengenai jarak dalam peta-peta
kognitif, Thorndyke (1981) membuat peta daerah hipotetis dengan kota-kota tersebar
sepanjang peta pada 100, 200, 300 dan 400 mil dari satu sama lainnya. Antara dua
kota pada peta, terdapat 0, 1, 2 atau 3 kota lainnya sepanjang rute. Thorndyke tertarik
dalam hubungan-hubungan antara jumlah kota yang terlibat serta estimasi jarak.
Partisipan dalam eksperimen bergantian antara trial studi dan trial recall hingga
mereka secara akurat membuat kembali peta pada dua trial yang berurutan. Akhirnya,
mereka menerima lembaran daftar 64 pasang kota yang mungkin, dan diperintahkan
untuk memperkirakan jarak antara setiap pasang kota.
Jumlah kota yang terlibat memiliki pengaruh jelas pada estimasi mereka.
Contohnya, ketika kota-kota benar-benar 300 mil terpisah pada peta, orang-orang
memperkirakan bahwa mereka 280 mil terpisah ketika tidak terdapat kota-kota yang
terlibat. Sebaliknya, mereka memperkirakan menjadi 350 mil terpisah dengan tiga
kota yang terlibat. Perhatikan bahwa kesalahan ini adalah beralasan. Secara umum,
jika kota-kota secara acak didistribusikan melalui suatu daerah, dua kota lebih jauh
terpisah ketika ada tiga kota lainnya diantaranya; sembarang dari dua kota dengan
tidak ada kota-kota lain yang terlibat tampaknya menjadi lebih berdekatan. Variasi
dari studi ini mengkonfirmasikan bahwa jarak terlihat lebih panjang/jauh ketika route
dikacaukan dengan objek-objek disepanjang jalan (Gauvain, 1998; Tversky, 2000).
Kategori-Kategori Semantik.
Bangunan Fine Arts di kampus saya tampaknya lebih dekat dengan Colllege
Union dibanding dengan Buzzo’s Music Store. Buzzo’s Music Store sesungguhnya
lebih dekat, tetapi perkiraan jarak saya menyimpang karena Fine Arts dan College
Union dikelompokkan bersama dalam memori semantik saya dibawah kategori
Bangunan Kampus (College Building). Buzzo’s Music Store tidak berasal dari
kelompok ini, walaupun tidak ada batasan fisik yang membagi bangunan-bangunan
kampus dari lokasi diluar kampus.
Penelitian oleh Stephen Hirtle dkk mengilustrasikan bagaimana faktor-faktor
semantik mempengaruhi perkiraan jarak untuk lokasi khusus yang terletak dalam
suatu kota. Contohnya, Hirtle dan Mascolo (1986) dalam laboratorium mereka,
4
membuat peta hipotetis dari suatu kota. Peta melibatkan beberapa lokasi yang
berhubungan dengan pemerintah kota (contohnya, kantor pengadilan, kantor polisi,
alun-alun kota) dan beberapa lokasi yang berhubungan dengan rekreasi (contohnya,
taman, lapang golf, pantai). Setelah partisipan mempelajari lokasi pada peta, peta
dipindahkan dan orang-orang memperkirakan jarak antara pasangan-pasangan lokasi.
Hasil-hasil memperlihatkan bahwa orang-orang cenderung merubah setiap lokasi
yang lebih dekat dengan lokasi lainnya yang berasal dari kelompok yang sama.
Contohnya, kantor pengadilan mungkin diingat sebagai dekat dengan kantor polisi
dan alun-alun kota.
Perubahan-perubahan ini terjadi untuk anggota-anggota dari kelompok
semantik yang sama, tetapi tidak untuk anggota-anggota dari kelompok semantik yang
berbeda. Contohnya, kantor pengadilan tidak bergerak lebih dekat ke taman.
Pengaruh kategori semantik yang sama terjadi ketika Hirtle dan Jonides (1985)
meminta mahasiswa Universitas Michigan untuk memperkirakan jarak-jarak antara
pasangan lokasi di Ann Arbor. Mahasiswa memperlihatkan bias kelompok, yakni
anggota-anggota dari kelompok yang sama dinilai menjadi lebih dekat satu sama
lainnya daripada anggota-anggota kelompok yang berbeda, bahkan ketika jarak-jarak
yangsebenarnya adalah sama.
Oleh karena itu, Penelitian laboratorium (Hirtle & Mascolo, 1986) dan
penelitian yang menggunakan stimulus yang valid secara ekologi (Hirtle & Jonices),
menegaskan penyimpangan tambahan dalam perkiraan-perkiraan jarak: Ketika dua
tempat tampaknya secara semantik berdekatan, kita yakin tempat-tempat tersebut
secara geografi berdekatan. Namun, sekali lagi, kesalahan ini beralasan. Secara
umum, pengalaman-pengalaman kehidupan nyata kami memberitahukan kapada kita
bahwa lokasi-lokasi dengan fungsi yang serupa tampaknya akan saling berdekatan.
Landmark versus Nonlandmark sebagai Tempat Tujuan
Kita mempunyai beberapa teman yang tinggal di Rochester, kota besar di
daerah kita yang terletak di bagian utara negara bagian New York. Kita kadang-
kadang mengundang mereka untuk datang ke pertemuan di Geneseo, yang jauhnya
kira-kira 45 menit. “Tetapi ini jauh” kata mereka komplain. “Mengapa tidak kamu
5
saja yang datang ke tempat kami?” Mereka sedikit malu ketika kita tunjukkan bahwa
jarak dari Geneseo ke Rochester sama dengan jarak dari Rochester ke Geneseo!
Penelitian mengkonfirmasi kecenderungan umum untuk memperkirakan jarak
realtif lebih dekat ketika menempuh perjalanan dari nonlanmark ke landmark,
daripada sebaliknya (Tversky et al., 1999). Sebagai contoh, McNamara & Diwadkar
(1997) meminta siswa untuk menghafalkan sebuah peta yang menampilkan berbagai
objek gambar. Siswa mengatakan bahwa setiap empat daerah dari peta menunjukkan
satu objek terpenting (contohnya, kapal), yang berfungsi sebagai landmark untuk
daerah itu. Mereka kemudian diinstruksikan untuk menghafalkan peta dengan
mempelajari lokasi lainnya, objek nonlandmark (contohnya, botol dan kipas angin)
dalam hubungan dengan daerah landmark. Setelah mempelajari lokasi, siswa diminta
memperkirakan jarak antara berbagai pasangan objek.
Konsisten dengan efek landmark/nonlandmark, para siswa menunjukkan
ketaksimetrian dalam jarak yang mereka perkirakan. Dalam satu studi, misalnya,
mereka memperkirakan bahwa jarak rata-rata sebesar 1.7 inci ketika mereka
menempuh perjalanan dari landmark ke nonlandmark. Sebaliknya rata-rata hanya 1.4
inci dari nonlandmark ke landmark. Tempat tujuan yang terkenal rupanya tampaknya
terlihat lebih dekat dari pada tempat tujuan yang kurang penting. Penelitian ini juga
mendemonstrasikan pentingnya konteks ketika kita membuat keputusan tentang jarak
dan fitur lainnya dari peta kognitif kita.
Peta-Peta Kognitif dan Bentuk
Peta-peta kognitif kita tidak hanya menggambarkan jarak, tetapi juga bentuk.
Bentuk-bentuk ini terbukti dalam bagian-bagian utama peta seperti sudut-sudut yang
dibentuk oleh jalan-jalan yang saling berpotongan dan kurva-kurva yang
mengilustrasikan belokan-belokan dalam sungai. Sekali lagi, penelitian
memperlihatkan penyimpangan sistematis; orang-orang cenderung membangun peta-
peta kognitif dimana bentuk lebih teratur dibanding dalam realitas mereka.
Sudut-Sudut.
Pertimbangkan penelitian oleh Moar dan Bower (1983), yang mempelajari
peta-peta kognitif orang-orang di Cambridge, Inggris. Semua partisipan dalam studi
ini telah tinggal di Cambridge selama sedikitnya 5 tahun. Moar dan Bower ingin
6
menentukan perkiraan orang-orang untuk sudut-sudut yang terbentuk dengan
pertemuan dua jalanan. Mereka terutama tertarik dalam perkiraan sudut untuk tiga
jalan yang membentuk segitiga besar dalam kota Cambridge. Partisipan
memperlihatkan kecenderungan jelas untuk “mengatur” sudut-sudut sehingga lebih
menyerupai sudut-sudut 90o. Contohnya, tiga jalan membentuk segitiga yang
memiliki sudut-sudut nyata 67o, 63o, dan 50o. Namun, sudut-sudut yang sama ini
diperkirakan menjadi 84o, 78o, dan 88o. Kenyataannya, studi ini menunjukkan bahwa
tujuh dari sembilan sudut secara signifikan disimpangkan dalam arah sudut 90o. Lebih
jauh lagi, anda mengetahui bahwa sudut-sudut dalam segitiga harus berjumlah 180o.
Namun, perhatikan bahwa sudut-sudut dalam peta segitiga kognitif seseorang tidak
berjumlah 180o. (Dalam contoh tertentu ini, jumlah sudut-sudut menjadi 250o).
Apa yang menjelaskan penyimpangan sistematis ini? Moar dan Bower (1983)
menyarankan bahwa kita menggunakan pendekatan heuristik, atau strategi pemecahan
masalah umum. Di Amerika Utara, ketika dua jalan bertemu, mereka umumnya
membentuk sudut 90o. Adalah lebih mudah untuk menggambarkan sudut-sudut dalam
peta mental lebih dekat dengan 90o, daripada sudut mereka yang nyata. Serupa
dengan itu, anda mungkin mengingat dari diskusi bab 4 tentang skema memori h. 143-
145, bahwa lebih mudah untuk menyimpan versi skematis kejadian, daripada versi
tepat kejadian yang secara akurat menggambarkan sedikit rincian.
Penelitian More dan Bowe telah direplikasi dalam setting berbeda (Gauvain,
1998; Tversky, 1999a). Sebagai contoh, mahasiswa di universitas California diminta
untuk menggambarkan peta yang menunjukkan bagaimana untuk pergi dari asrama
mahasiswa ke restoran cepat saji (Tversky & Lee, 1998). Sekali lagi, sudut cenderung
digambarkan sebagai sudut siku-siku.
Kurva-Kurva.
Penelitian menegaskan bahwa orang-orang cenderung menggunakan heuristis
simetri; gambar-gambar diingat lebih simetris dan teratur dibanding sesungguhnya.
Contohnya, Tversky dan Schiano (1989) memperlihatkan diagram-diagram
menyerupai peta dimana kurva berbentuk tidak teratur dikatakan menjadi sungai, yang
dibatasi oleh dua jalan. Diagram tersebut ditegaskan pada gambar dalam demonstrasi
6.7. Partisipan mempelajari setiap gambar selama 5 detik dan kemudian
menggambarkannya dalam memori.
7
Hasilnya menunjukkan bahwa untuk tujuh dari delapan gambar, orang-orang
menggambarkannya lebih simetrik dari gambar sebenarnya. Sekarang cek gambar
memori anda dari demonstrasi 6.7 dan lihat apakah symmetry heuristic juga
beroperasi dalam gambar anda.
Penelitian lainnya menghasilkan bahwa jalan dengan kurva ramping atau
cenderung tak beraturan diingat lebih lurus dari pada kenyataan sebenarnya. (Tversky,
2000). Lagi-lagi, hasil ini mengikuti pola umum: inkonsistensi yang kecil dari realitas
geografik, membuat peta-peta kognitif diidealkan dan distandarkan.
Peta-Peta Kognitif dan Posisi Relatif
Kota yang mana di sebelah barat yang lebih jauh, Sandiego, California atau
Reno, Nevada? Jika anda seperti kebanyakan orang, dan partisipan dalam studi klasik
Steven & Coupe (1978), pertanyaan terlihat mudah. Tentu saja Sandiego lebih jauh
sebelah barat. Sebab California terletak di sebelah barat Nevada. Bagaimanapun, jika
anda melihat peta, anda akan melihat Rena kenyataannya sebelah barat Sandiego.
Kota mana sebelah Utara lebih jauh, Detroit atau Winsord di Ontario, Canada? dan
lagi-lagi jawaban terlihat jelas; kota di kanada harus di utara Amerika.
Barbara Tversky (1981, 1988) mencatat bahwa kita menggunakan heuristic
ketika kita menggambarkan posisi relatif dalam peta mental kita, sama seperti kita
menggunakan heuristic untuk menggambarkan perpotongan jalan lebih dekat ke sudut
90o. Secara khusus, Tversky menegaskan: (1) kita mengingat struktur kemiringan
geografik sebagai hal yang lebih vertikal atau lebih horisontal daripada kenyataannya
(rotation heuristic). (2) Kita mengingat struktur geografik sebagai hal yang disusun
dalam garis yang lebih lurus daripada kenyataannya. (the alignment heuristic).
Rotation Heuristic
Menurut rotation heuristic, gambar yang agak miring akan diingat lebih
verikal atau lebih horizontal, dibandingkan dengan yang sebenarnya (Tversky, 1981,
1997). Contohnya, gambar 6.8 menunjukkan bahwa garis pantai California
kemiringan sudutnya signifikan. Ketika kita menggunakan rotation heuristic, kita
membuat orientasi lebih vertikal dengan merotasi garis pantai. Jika peta kognitif anda
menderita efek penyimpangan dari rotation heuristic, anda akan menyimpulkan,
8
bahwa Sandiego di sebelah barat Rena. Serupa, rotation heuristic hampir sama-sama
membawa kamu pada putusan yang salah tentang Detroit dan Winsor; Windsor di
Kanada, kenyataannya di sebellah selata Detroit.
Mari kita lihat beberapa penelitian pada rotation heuristic. Tversky (1981)
mempelajari peta mental orang-orang untuk daerah geografik di pantai San Fransisco.
Daerah ini pada dasarnya miring, sebagaimana ditunjukkan gambar 6.8.
Bagaimanapun 69% siswa pada suatu perguruan tinggi dekat pantai menunjukkan
tanda tanda rotation heuristic. Dalam peta mental mereka, garis pantai diputar lebih ke
arah utara- selatan dibanding dari pada peta yang benar secara geografis. Meskipun
beberapa siswa pada kenyataannya 31% dari mereka tidaklah dipengaruhi oleh
heuristic ini.
Kita juga memiliki tanda-tanda cross-cultural untuk rotation heuristic. Orang
yang tinggal di Israel, Jepang, dan Italy juga menunjukkan kecenderungan struktur
rotasi geografik sehingga mereka lebih dekat kevertikal atau horisontal daripada yang
sebenarnya (Glicksohn, 1994; Tversky et al., 1999).
The Alignment Heuristic
Menurut alignment heuristic, deret dari struktur geografik akan diingat sebagai
hal yang lebih tersusun dari yang sebenarnya (Tversky, 1981, 1997). Untuk menguji
alignment heuristic, Tversky (1981) memperkenalkan pasangan kota kepada siswa
yang kemudian diminta untuk memilih tiap pasangan yang mana yang utara (atau
dalam beberapa kasus, timur). Contoh pasangan Roma- Philadelphia. Roma
sebenarnya di utara Philadelphia, lihat gambar 6.9.
Hasil Tversky menunjukkan bahwa siswa cenderung konsisten menggunakan
alignment heuristic. Contohnya, 78% memutuskan bahwa Philadelphia sebelah utara
Roma, dan 12% memutuskan bahwa mereka berada digaris lintang yang sama. Hanya
10% yang tepat menjawab bahwa Roma adalah di sebelah utara Philadelphia. Dari
delapan pasangan item yang diujikan oleh Tversky, rata-rata 66% partisipan
memberikan jawaban yang salah.
Rotation heuristic dan alignment heuristic mungkin pada dasarnya berbunyi
serupa. Bagaimanapun, rotation heuristic memerlukan rotasi tungggal seperti garis
pantai, negara, bangunan, atau gambar lainnya searah ataupun berlawanan jarum jam
sehingga batasnya diorientasikan lebih dekat ke arah vertikal atau horisontal.
Sebaliknya, alignment heuristic memerlukan beberapa barisan tersendiri dari negara-
9
negara, bangunan-bangunan, atau gambar-gambar lainnya dalam baris yang lurus.
Kedua heuristic bagaimanapun serupa, karena mereka mendorong kita untuk
mengkonstruksi peta-peta kognitif yang lebih rapi dari realitas geografik.
Kita telah menegaskan keserupaan di antara jenis heuristic. Bagaimanapun,
Tversky (1991a) mencatat beberapa perbedaan yang kelihatan. Sebagi contoh,
symmetry heuristic, yang akan digunakan untuk menggambarkan kurva, sama kuatnya
di perception dan di dalam memori. Sebaliknya, rotation dan alignment heuristic
secara relatif lemah dalam perception. Dengan peta aktual di depan kita, kita melihat
sedikit penyimpangan; dalam memory, penyimpangan dihasilkan oleh kedua heuristic
tersebut yang relatif besar.
Spatial Arrangement
Sejauh ini, kita melihat bagaimana orang cenderung untuk mengkonstruksi
mental image dari struktur geografik yang lebih teratur dari pada realitas sebenarnya.
Kita kelihatannya lebih mudah untuk mneyimpan versi skematik dari realita, daripada
realita itu sendiri. Tidak aneh, kemudian, penelitian dalam peta mental dari rancangan
sebuah rumah menunjukkan bahwa orang dapat mengingat spatial arrangement dari
ruangan ketika rumah mengikuti rancangan yang khusus, dengan kelompok kamar
tidur bersama dan dapur dekat dengan ruang makan (Arbuckle et al., 1994)
Sebaliknya, mereka mengalami kesulitan untuk mengingat susunan yang mana kamar
mandi lokasinya dekat dengan pintu masuk utama dan dapur terletak antara dua kamar
tidur, susunan yang melanggar skema arsitektur standar.
IN DEPTH
Menggunakan Deskripsi Verbal untuk Membuat Model-Model Mental
Dalam hidup sehari-hari, kita sering mendengar atau membaca deskripsi dari
lingkungan tertentu. Seorang teman memberikan petunjuk arah untuk ke rumahnya.
Anda tidak pernah bepergian kesana sebelumnya, namun anda menemukan bahwa diri
anda membuat peta kognitif untuk menunjukkan rute yang akan ditempuh. Serupa,
tetangga anda menjelaskan setting bagaimana mobilnya ditabrak truk, atau anda
membaca novel misteri yang menjelaskan dimana mayat ditemukan dalam
hubungannya dengan vas yang rusak dan sidik jari mandor. Lagi-lagi, anda membuat
peta-peta kognitif. Peta-peta kognitif membolehkan kita untuk mensimulasikan aspek
spatial dari lingkungan eksternal kita. Representasi tersebut melukiskan situasi yang
10
kita dapatkan dari deskripsi verbal, yang dinamakan model-model mental (mental
models) (Millis & Cohen, 1994).
Dalam fitur “In Depth”, kita akan memeriksa bagaimana orang membuat
model-model mental, berdasarkan pada deskripsi verbal. Mari kita mulai dengan
mempertimbangkan penelitian klasik pada topik ini. Kemudian kita akan menguji
model kerangka spatial (spatial framework model), sebagaimana informasi lainnya
mengenai karakteristik model-model mental.
Penelitian Franklin dan Tversky.
Sebelum anda membaca lebih jauh, coba demonstrasi 6.8, yang berdasrkan
pada kisah yang digunakan dalam deretan studi yang dilakukan Nancy Franklin dan
Barbara Tversky (1990). Franklin dan Tversky menyajikan deskripsi dari 10 situasi
yang berbeda, melukiskan lobby hotel, opera teater, gudang, dst. Setiap deskripsi
menyebutkan lima lokasi yang berbeda dalam posisi yang masuk akal dalam
hubungannya dengan pengamat (di atas, di samping, di muka, di belakang, di sisi
sebelah kiri atau kanan) Hanya lima objek yang disebutkan, sehinggan beban memori
tidak terlalu besar. Sesudah membaca setiap deskripsi, partisipan diinstruksikan untuk
membayangkan bahwa mereka merotasi objek berbeda. Mereka kemudian diminta
untuk menetapkan yang mana objek yang ditempatkan di beberapa arah (contohnya,
“diatas kepala anda”). Dalam seluruh kasus, peneliti mengukur berapa lama partisipan
merespon pertanyaan.
Mereka secara khusus tertarik dalam menemukan apakah waktu respons
tergantung pada lokasi objek yang diujikan. Apakah kita membuat keputusan dengan
sama secara cepat.
Ringkasan : Peta-peta Kognitif
1. Peta-peta kognitif adalah representasi dari lingkungan eksternal biasanya. Peta
kognitif kita lebih menudah untuk memutuskan jika orientasinya sesuai dengan
orientasi peta fisik.
2. Peta-peta kognitif biasanya merepresentasikan realitas dengan akuraasi yang
masuk akal.
3. Estimasi jarak dapat diganggu olehjumlah kota yang terlibat, kategori sematik,
dan apakah tempat tujuan adalah sebuah landmark atau bukan.
11
4. Bentuk pada peta kognitif dapat diganggu oleh oleh sudut yang dibentuk oleh
perpotongan dua jalan yang cenderung dikatakan dekat ke 90o. Juga oleh Kurva
yang cenderung dikatakan simetrik dari realita sebenarnya.
5. Posisi relatif dapat dipengaruhi oleh rotation heuristic dan alignment heuristic.
6. Kita sering membuat model-model mental dari lingkungan berdasarkan pada
deskripsi verbal.
12
Y
Contoh Penerapan Pada Pembelajaran Matematika :
1. Pada pembelajaran matematika untuk topik pecahan, konsep pecahan sebagai
bagian dari keseluruhan.
Ketika siswa diberikan contoh benda-benda konkret (stimulus awal) yang
menyatakan pecahan sebagai bagian dari keseluruhan contohnya pecahan 1/2 ,
1/3, dan 1/4 . (yang diarsir)
“Dalam bagian ini kode analog siswa akan berperan dimana terjadi penyesuaian
antara makna pecahan-pecahan 1/2 , 1/3, dan 1/4 dalam mental images mereka
dengan objek fisik sebenarnya.” Selanjutnya jika mereka diminta untuk
mengungkapkan kembali dengan bahasa mereka makna tersebut, maka kode
propositional juga akan berperan.
2. Pada pembelajaran matematika topik grafik fungsi kuadrat.
Siswa diminta untuk membuat sebuah grafik fungsi kuadrat, misalnya 2)( xxf
Disini mental image siswa akan sangat berperan dalam memahami makna dari soal,
dalam mental image mereka akan terbayang bagaimana bentuk dari grafik fungsi
tersebut. Setelah itu mereka harus menggambarkannya sesuai dengan prosedur yang
ada (Kode analog). Pada tahap ini peta-peta kognitif (contohnya ukuran dan jarak)
juga akan berperan ketika siswa dalam mental image mereka berusaha untuk
memasangkan/memetakan setiap titik-titik dari sumbu-X ke sumbu-Y, sehingga akan
terbentuk sebuah grafik yang simetri.
Illustrasi grafik:
Jawaban Beberapa Pertanyaan:
13
-2 -1 1 20 X
1. Dua teori tentang karakteristik mental images, yakni kode analog dan kode
propositional. Kode analog adalah representasti/gambaran yang sangat
menyerupai objek fisik. Sedangkan kode propositional adalah representation
abstrak, seperti halnya reperesentasi bahasa.; penyimpanan yang bukan visual
maupun spatial, dan tidak menyerupai stimulus awal.
2. Visual imagery dapat mengganggu visual perception. Contohnya, penelitian
menunjukkan bahwa visual imagery dapat menggangu kemampuan dalam tugas
ketajaman. Bagaimanapun, mental images tidak mengganggu secara tepat/nyata
sama seperti yang dilakukan perceptual images. Motor movement dapat juga
menggangu motor image.
3. Ketika seseorang membuat estimasi jarak. Estimasi mereka seringkali
diganggu oleh faktor-faktor seperti jumlah kota yang terlibat, kategori semantik,
dan apakah tempat tujuan adalah sebuah landmark atau bukan.
4. Ya, heuristik dapat menyebabkan penyimpangan sistematis dalam bentuk
geografik dan posisi relatif.
5. Tiga dimensi yang yang direpresentasikan dalam model mental kita berturut-
turut dari yang paling dominan adalah : dimensi vertikal atau dimensi atas-bawah,
dimensi muka belakang, dan dimensi kanan-kiri.
14