berprasangka buruk terhadap orang lain

3
BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ORANG LAIN َ Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya. Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`u zhan mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita. Yang parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan suuzhan tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang lain. Padahal su`u zhan kepada sesame kaum muslimin tanpa ada alasan/bukti merupakan perkara yang terlarang. Demikian jelas ayatnya dalam Al-Qur`anil Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ٌ “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (QS Al-Hujurat: 12). Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menjauhi kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka. Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu qarinah (tanda-tanda yang menunjukkan ke arah tersebut) tidaklah terlarang. Hal itu merupakan tabiat manusia. Bila ia mendapatkan qarinah yang kuat maka timbullah zhannya, apakah zhan yang baik ataupun yang tidak baik. Yang namanya manusia memang mau tidak mau akan tunduk menuruti qarinah yang ada. Yang seperti ini tidak apa-apa. Yang terlarang adalah berprasangka semata-mata tanpa ada qarinah. Inilah zhan yang diperingatkan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam dan dinyatakan oleh beliau sebagai pembicaraan yang paling dusta.

Upload: erman-hidayat

Post on 04-Aug-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berprasangka buruk terhadap orang lain

BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ORANG LAIN َBerbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya.

Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`u zhan mungkin biasaatau bahkan sering hinggap di hati kita. Yang parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan.

Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan suuzhan tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang lain. 

Padahal su`u zhan kepada sesame kaum muslimin tanpa ada alasan/bukti merupakan perkara yang terlarang. Demikian jelas ayatnya dalam Al-Qur`anil Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:ٌ“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karenasesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (QS Al-Hujurat: 12).

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menjauhi kebanyakan dariprasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka.Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu qarinah (tanda-tanda yang menunjukkan ke arah tersebut) tidaklah terlarang. Hal itu merupakan tabiat manusia. 

Bila ia mendapatkan qarinah yang kuat maka timbullah zhannya, apakah zhan yang baik ataupun yang tidak baik. Yang namanya manusia memang mau tidak mau akan tunduk menuruti qarinah yang ada. Yang seperti ini tidak apa-apa. Yang terlarang adalah berprasangka semata-mata tanpa ada qarinah. Inilah zhan yang diperingatkanoleh Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam dan dinyatakan oleh beliau sebagai pembicaraan yang paling dusta.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi: ْ“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka.Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untukmenguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi.Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan.Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya,jangan pula tidak memberikan pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu disini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati-hati dan amalan kalian.” (HR. ِ�Al-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482). 

Kepada seorang muslim yang secara zahir baik agamanya serta menjaga kehormatannya, tidaklah

Page 2: Berprasangka buruk terhadap orang lain

pantas kita berzhan buruk. Bila sampai pada kita berita yang “miring” tentangnya maka tidak ada yangsepantasnya kita lakukan kecuali tetap berbaik sangka kepadanya. 

Karena itu, tatkala terjadi peristiwa Ifk di masa Nubuwwah, di mana orang-orang munafik menyebarkan fitnah berupa berita dusta bahwa istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, shalihah, dan thahirah (suci dari perbuatan nista) Aisyah radhiyallahu ‘anha berzina, wal’iyadzubillah, dengan sahabat yang mulia Shafwan ibnu Mu’aththal radhiyallahu ‘anhu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar tetap berprasangka baik dan tidak ikut-ikutan denganmunafikin menyebarkan kedustaan tersebut. Dalam Tanzil-Nya, Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman:ٌ“Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong tersebut, orang-orang mukmin dan mukminah tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri dan mengapa mereka tidak berkata, ‘Ini adalah sebuah berita bohong yg nyata’.” (QS An-Nur 12)

Dalam Al-Qur`anul Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang Badui yg takut berperang ketika mereka diajak untuk keluar bersama pasukan mujahidin yang dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang Badui ini dihinggapi dengan zhan yang jelek.

“Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan, ‘Harta dan keluargakami telah menyibukkan kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.’ Mereka mengucapkandengan lidah mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka. Katakanlah, “Maka siapakah geranganyang dapat menghalangi-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagi kalianatau jika Dia menghendaki manfaat bagi kalian. Bahkan Allah Maha Mengetahui apa yang kaliankerjakan. Tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang2 yg beriman sekali-kali tidak akankembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah menjadikan kalian memandangbaik dalam hati kalian persangkaan tersebut. Dan kalian telah menyangka dengan sangkaan yangburuk, kalian pun menjadi kaum yang binasa.”. (QS Al-Fath: 11-12).

Semoga bermanfaat...