home visit gizi buruk

26
LAPORAN HOME VISIT WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG 1. IDENTITAS PASIEN : Nama : Nazwah Umur : 13 bulan PB/BB : - cm/ 5 kg Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan terakhir : - Pekerjaan : - Alamat : RT.26 Tanjung Pinang Suku : Jawa Bangsa : Indonesia 2. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Berat Badan tidak ada peningkatan yang berarti. 2. Riwayat Penyakit Sekarang: Berat Badan tidak ada peningkatan yang berarti sejak 5 bulan yang lalu. Pasien

Upload: xylomite

Post on 30-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

asdasd

TRANSCRIPT

Page 1: Home Visit Gizi Buruk

LAPORAN HOME VISIT

WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG

1. IDENTITAS PASIEN :

Nama : Nazwah

Umur : 13 bulan

PB/BB : - cm/ 5 kg

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : -

Pekerjaan : -

Alamat : RT.26 Tanjung Pinang

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

2. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Berat Badan tidak ada peningkatan yang berarti.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Berat Badan tidak ada peningkatan yang berarti sejak 5 bulan yang

lalu. Pasien sering menderita penyakit seperti diare, batuk, pilek,

panas, dan sesak hampir setiap bulan. Pasien sangat cengeng dan

rewel. Nafsu makan pasien baik, pasien tidak mendapatkan ASI

sejak lahir, pasien diberikan susu formula dan makanan tambahan

sun. serta pertumbuhan dan perkembangan dari pasien juga sedikit

terhambat.

Page 2: Home Visit Gizi Buruk

3. Riwayat Penyakit Dahulu: Demam (+), riwayat alergi (-), batuk (+), pilek (+), diare (+)

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit kronis.

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Selama kehamilan ibu pasien tidak mengalami emesis ataupun

masalah kesehatan lainnya. Ibu pasien memiliki berat badan 42 kg,

tinggi badan 152 cm. ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan

kehamilannya ke bidan dan mendapatkan imunisasi yang lengkap.

Tidak mengalami anemia, nafsu makan baik. Dalam hal persalinan,

ibu pasien melahirkan di Rumah Bersalin dengan bantuan seorang

bidan. pasien lahir mature (38 minggu), langsung menangis, dengan

berat lahir 2.400 gr, panjang badan 42 cm. Pasien tidak langsung

mendapatkan ASI namun mendapatkan susu formula. ibu pasien

juga rutin membawa pasien ke Posyandu untuk memantau tumbuh

kembang pasien, namun peningkatan berat badan pasien berada di

bawah garis merah dalam KMS.

6. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya, bersama 2 orang

saudara kandung dan 1 orang pamannya.

Sehari-hari Ayahnya bekerja sebagai buruh, ibunya sebagai ibu

rumah tangga.

Gaji ayah sebesar Rp. 700.000,- termasuk dibawah UMR Kota

Jambi.

Tidak ada pengaturan khusus dalam membelanjakan

penghasilan dan sebagian besar hanya untuk memenuhi

kebutuhan makan sehari-hari.

Page 3: Home Visit Gizi Buruk

7. Riwayat Kebiasaan:

Pasien dan keluarga beragama Islam dan fungsi religi pada

keluarga cukup baik.

Pendidikan orangtua kurang, mempengaruhi pola pikir dan pola

asuh orangtua, dimana orangtua tidak peduli terhadap kondisi

anaknya.

8. Data imunisasi

Pasien belum mendapatkan imunisasi dikarenakan kondisi pasien

yang belum stabil.

3. PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Kesadaran : Komposmentis

- Gizi : Gizi Buruk (berdasarkan BB/U)

- Tanda vital :

Tekanan Darah: -/- mmHg (tidak diukur)

N : 120 x/menit

RR: 36 x/menit

T : 37ºC

- Kepala :

Konjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Lingkar Kepala: 30 Cm

Rambut tipis

Wajah seperti orangtua, kulit keriput.

- Leher : dbn, Pembesaran KGB (-)

- Dada

Page 4: Home Visit Gizi Buruk

Inspeksi : datar, simetris, (-), sikatrik (-), tulang rusuk menonjol

Palpasi : Stemfremitus ka=ki (N), nyeri tekan (-), iktus kordis tidak

teraba. (dbn)

Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru, batas jantung normal

Auskultasi: Paru :Vesikuler (+/+) N/N, whezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung:BJ1 BJII regular, tidak ditemukan bising jantung.

- Abdomen : Inspeksi : membuncit, sikatrik (-),

Palpasi : soepel, nyeri tekan/lepas (-), hati dan limpa tak

teraba.

Perkusi : tympani

Auskultasi: Bising usus (+) N

- Anggota gerak :

Superior : Edema (-/-), reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-),

akral hangat(+/+). LILA : 11 cm

Inferior : Edema(-/-), reflek fisiologis(+/+), reflek patologis (-/-), akral

hangat (+/+), Jari kaki jempol dan jari manis sebelah kanan

mengalami kelainan.

4. DIAGNOSIS

bayi dengan gizi buruk, dengan BBLR sehingga tumbuh kembang bayi

terhambat.

Page 5: Home Visit Gizi Buruk

5. TERAPI

Non Farmakologis :

• Edukasi khusus masalah gizi

Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak

kepada orang tua

Pengenalan gejala-gejala dan faktor-faktor yang

menyebabkan gizi kurang/buruk pada balita

Komplikasi gizi kurang/buruk pada anak

Pencegahan terhadap penyakit yang dapat

memperberat/menyebabkan anak menderita kurang gizi

Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit

rutin ke posyandu/puskesmas untuk memantau tumbuh

kembang anak.

Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita sesuai

dengan penatalaksanaan anak gizi buruk.

Page 6: Home Visit Gizi Buruk

Farmakologis :

Multivitamin

Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai

berikut:

1) Fase Stabilisasi

Diberikan makanan formula 75(F-75) dengan asupan

gizi 80-100KKal/kgBB/hari dan protein

1-1,5g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak

yang masih mendapatkan ASI.

2) Fase Transisi

Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan

dari F-75 menjadi F-100. Diberikan makanan

formula100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150

KKal/kgBB/hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.

3) Fase Rehabilitasi

Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-

100, dengan penambahan makanan untuk anak

dengan BB< 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk

anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak.

Asupan gizi 150-220KKal/kgBB/hari dan protein 4-6

g/kgBB/hari.

4) Fase Tindak Lanjut

Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap dikontrol oleh

Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan

Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi

imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak

sebelum pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat

jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2

minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan

ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga

kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5

tahun.

Page 7: Home Visit Gizi Buruk

Cara pembuatan formula WHO F75 :

Bahan :

susu skim bubuk 25 gram ( 2,5 sdm )

gula pasir 100 gram (10 sdm )

minyak sayur 30 gram ( 3 sdm)

mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml

tambahkan air s/d 1000 ml

Cara membuat :

Campurkan gula dan minyak sayur,aduk sampai rata dan tambahkan

mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml ,kemudian masukkan

susu skim sedikit demi sedikit ,aduk sampai kalis dan berbentuk gel.

Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai

homogen dan volume menjadi 1000 ml.

6. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Page 8: Home Visit Gizi Buruk

7. PENGAMATAN RUMAH

Gambar rumah tampak depan

Gambar ruang tamu

Page 9: Home Visit Gizi Buruk

Gambar dapur rumah pasien

Gambar kamar orang tua pasien

Page 10: Home Visit Gizi Buruk

Gambar kamar mandi pasien

Terletak di daerah pemukiman padat penduduk, dengan bentuk

rumah kontrakan dengan 2 kamar. Luas rumah 7x10m, terdapat dua buah

kamar dengan ukuran yang sama.  Rumah beratapkan seng dan

berlantaikan semen. Di dalam rumah, keadaan rumah tidak rapi.

Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, dan 1 dapur yang hanya

terdapat kompor dan peralatan untuk makan dan minum, terdapat kamar

mandi dan jamban didalam rumah. Ventilasi dan pencahayaan hanya

bersumber dari 2 buah pintu (depan dan belakang) serta 2 buah jendela di

bagian ruang tamu. Sirkulasi udara dan pencahayaan baik untuk ruang

tamu, sedangkan ruangan lain sirkulasi udara dan pencahayaan kurang,

masih terkesan gelap dan lembab serta sempit.

Sumber air bersih keluarga diperoleh dari sumur sebelah kamar mandi.

terdapat sedikit sampah dalam saluran pembuangan air tersebut. Di rumah

tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara, biasanya pasien

dan keluarga membuang sampah dengan memasukkan sampah ke kantong

plastik, yang nantinya dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.

Page 11: Home Visit Gizi Buruk

8. PENGAMATAN LINGKUNGAN

Untuk limbah rumah tangga dialirkan ke got disekitar rumahnya, saluran

limbah disekitar rumah tertutup. Untuk tempat pembuangan sampah diluar

rumah tidak ada, jalan didepan rumah memiliki lebar 3m banyak bebatuan

dan debu. Kesan kebersihan lingkungan disekitar rumah kurang baik.

9. HASIL WAWANCARA/PENGAMATAN KELUARGA /HUBUNGAN

KELUARGA

Pasien tinggal dirumah dengan jumlah anggota keluarga 5, yaitu

kedua orang tuanya, dengan 3 orang anak. Di keluarga tersebut tidak

memiliki penyakit yang serius. Hanya saja berat badan pasien tidak

mengalami peningkatan yang berarti.

10. HASIL WAWANCARA/ PENGAMATAN PERILAKU KESEHATAN

Perilaku kesehatan dalam keluarga pasien, dapat dikatakan kurang baik,

Adapun perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat diniliai melalui

10 kriteria yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Dalam hal persalinan, ibu pasien melahirkan di Rumah Bersalin

dengan bantuan seorang bidan.

2. Memberi ASI ekslusif

Ibu pasien mengaku tidak bisa memberikan ASI ekslusif kepada

anaknya.

3. Menimbang balita setiap bulan

Ibu pasien rajin menimbang pasien setiap bulan ke posyandu terdekat.

4. Menggunakan air bersih

Page 12: Home Visit Gizi Buruk

Pasien dan keluarganya menggunakan sumber air bersih berupa

sumur.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Pasien kurang memahami tentang budaya mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun, pasien hanya mencuci tangan sekedarnya saja.

6. Menggunakan jamban sehat

Di keluarga ini menggunakan kamar mandi sendiri dan kebersihannya

kurang.

7. Memberantas jentik rumah sekali seminggu

Keluarga tidak pernah menampung air di dalam rumah.

8. Makan buah dan sayur setiap hari

Berhubung keadaan perekonomian keluarga ini tergolong rendah,

untuk makan buah dan sayur setiap hari jarang terlaksana.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik setiap hari dilakukan dalam rangka pelaksanaan

pekerjaan rumah.

10. Tidak merokok di dalam rumah

Di anggota keluarga, ayah pasien merokok di dalam rumah.

11. ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK

1. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah

Pada dasarnya rumah yang merupakan tempat tinggal adalah hal yang

sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar hanya

Page 13: Home Visit Gizi Buruk

sebagai tempat tinggal untuk beristirahat, untuk melepas lelah setelah

bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting

sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan

sejahtera. Rumah yang sehat dan layak untuk dijadikan tempat tinggal

tidak harus rumah yang mewah dan besar, namun rumah yang

sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak di tempati

bagi kehidupan keluarga. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia,

biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan

penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal

dan baik. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian

terhadap beberapa aspek yang sangat mempengaruhi terwujudnya

rumah sehat, antara lain :

a) Tipe rumah

b) Ventilasi

c) Pencahayaan rumah

d) Saluran pembuangan limbah

e) Sumber air bersih

f) Jamban memenuhi syarat

g) Tempat sampah tertutup

h) Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga

8m2/orang

Pada kasus ini, keadaan rumah pasien masih tergolong bukan rumah

sehat, karena pencahayaan dan pertukaran udaranya masih kurang

mencukupi untuk syarat rumah sehat. Dimana syarat rumah sehat yaitu :

- Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya, seperti :

temperatur, penerangan, ventilasi dan kebisingan,

- Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya: health is

begun at home

- Memenuhi syarat melindungi penghuninya dari penularan penyakit:

air bersih, pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran

lingkungan tidak jadi sarang vek dan lain-lain

Page 14: Home Visit Gizi Buruk

- Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya

dan kecelakaan: kokoh, tangga tak curam, bahaya kebakaran, listrik,

keracunan dan lain-lain

Selain itu ukuran luas rumah juga tidak memenuhi syarat rumah sehat,

namun keadaan/ kondisi rumah tidak mempengaruhi atau memperberat

penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.

2. Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar

Pada kasus ini, Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak dipengaruhi

oleh keadaan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dikarenakan

penyakit pada pasien ini tidak termasuk ke dalam penyakit berbasis

lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Pada

kasus penyakit ini dapat diperberat jika tidak diikuti dengan pola hidup

atau perilaku hidup yang sehat.

3. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan

keluarga

Diagnosis penyakit pada pasien ini sangat berhubungan dengan kondisi

BBLR pasien (2400gr) serta tidak mendapatkan ASI eksklusif sehingga

tumbuh kembang pasien terlambat.

4. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga

dan lingkungan sekitar

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab

itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,

mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya.

Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi

dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan

kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang

dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

Page 15: Home Visit Gizi Buruk

atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak

pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik

(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa

faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup sehat

sangat diperlukan dalam pencegahan diagnosis penyakit ini.

5. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Hubungan kausal pada diagnosis penyakit pasien ini karena kondisi

pasien saat lahir BBLR (2400 gram) serta tidak mendapatkan ASI

eksklusif sehingga tumbuh kembang pasien terlambat.

6. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada salah

satu siklus akan mempengaruhi kejadian kekurangan gizi pada siklus

berikutnya. Faktor penyebab langsung terjadinya gizi buruk dalam

bidang Ilmu Kesehatan Anak saat ini menggunakan kelahiran bayi

prematur sebagai indikator adanya gizi buruk pada bayi baru lahir

sebagai akibat dari pertumbuhan janin terhambat sehingga bayi berat

lahir rendah (BBLR).

Angka kejadian BBLR merupakan indikator kesehatan masyarakat

karena erat hubungannya dengan angka kematian, kesakitan dan

kejadian gizi kurang di kemudian hari. Menurut pakar gizi dikatakan

bahwa penurunan status gizi sudah mulai terjadi sejak usia dini, hal ini

disebabkan karena tidak ada pemberian ASI eksklusif dan terlalu dini

memberikan makanan pendamping. Status gizi terbukti berpengaruh

pada pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan intelektual,

meningkatkan produktivitas, menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

Penyebab masalah gizi yang sudah diadaptasi oleh Depkes RI,

karakteristk keluarga terletak pada pokok permasalahan yang ada di

Page 16: Home Visit Gizi Buruk

masyarakat. Pada dimensi ini, karakteristik keluarga tercermin pada

tingkat pendidikan yang kurang, pengetahuan dan keterampilan yang

kurang.

7. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau

etiologi

Untuk mencapai status gizi yang baik maka harus ditunjang oleh tingkat

pengetahuan gizi yang baik serta pendapatan orang tua yang memadai

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena dengan pengetahuan

tentang gizi yang baik akan membuat orang tua dapat memilih dan

memberikan makanan yang tepat sesuai dengan asupan gizi yang

dibutuhkan oleh anak agar gizi nya menjadi tercukupi. Serta juga harus

diperhatikan faktor-faktor yang dapat memperberat terjadinya gizi

buruk terhadap anak.

12. RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA

PASIEN DAN KEPADA KELUARGA

1. Memberikan penjelasan kepada ibu pasien mengenai cara pembuatan, dan

cara serta jadwal pemberian makanan (F-75).

2. Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kasih sayang ibu terhadap

anaknya, sehingga ibu mampu memberikan pola asuh dan stimulasi pada

pasien sehingga dapat memperbaiki tumbuh kembang pasien.

3. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang pentingnya perilaku hidup

bersih dan sehat.

Page 17: Home Visit Gizi Buruk

4. Memberikan penjelasan kepada Ibu pasien untuk rutin memeriksakan

pasien ke layanan kesehatan, dan segera melaporkan jika terdapat keluhan

pada pasien.

13. RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN

KEPADA KELUARGA

Menjelaskan tentang penyakit, tanda-tanda, dan bahayanya

Menjelaskan tentang pentingnya memberikan makanan dengan teratur

Menjelaskan tentang penting merujuk pasien bila terdapat tanda bahaya

umum

Pentingnya memenuhi asupan gizi pada anak.

Menjelaskan tentang pola asuh anak yang baik

14. ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG

DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT

PENYEMBUHAN PADA PASIEN

Cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.

Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai

pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih

setelah berumur 2 tahun.

2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan

protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:

untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara

protein 12% dan sisanya karbohidrat.

Page 18: Home Visit Gizi Buruk

3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti

program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan

standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan

kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah

pulang dari rumah sakit.

5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan

kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.

Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber

kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan

pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini

sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah

berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan

secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan

fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di

kemudian hari.

Page 19: Home Visit Gizi Buruk