bahan isian modul perkemihan 1

Upload: moli

Post on 06-Jul-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    1/7

    Tinjaaan

    Pustaka

    Inkontinensia

    Urin

    pada

    Perempuan

    Budi Iman

    Santoso

    Departemen

    Obstetri

    dan Ginekologi

    Fakultas

    Kedoheran

    Universitas

    Indonesia/

    RS Dx

    Cipto

    Mangunkusumo,

    Jakarta

    Abstrak: Inkontinensia

    Urirc

    (IU)

    merupakan

    gangguan yang

    dapat

    terjadi pada perempuan

    semua

    usia

    dengan derajat

    dan perjalanan

    penyakit yang

    bervariasi.

    Walaupun

    jarang

    mengancam

    iiwa,

    IU dapat

    memberikan

    dampak

    serius pada

    kesehatan

    fisik,

    psikologi,

    dan

    sosial. IUiuga

    menurunkan

    kaalitas hidup

    karena pasien

    mengalami

    isolasi

    sosial,

    mungkin

    depresi dan

    malu sehingga

    mempengaruhi

    qktivitqs

    sehari-hari,

    mengalami

    stigmatisasi,

    gangguan

    hubungan

    seksaal,

    dan

    gangguan

    tidur

    Prevqlensi

    IU

    pada perempuan

    berkisar

    antara

    3-55% bergantung

    pada

    batasan

    dan kelompok

    usie

    dalam

    studi populasi.

    Prevalensi

    IU

    meningkat

    dengan

    pertambahan

    usiq. Prevs[ensi

    ILI

    pada

    perempuan

    di

    atas usia

    80 tahun

    mencapai

    1696.

    Secarq

    sederhana

    menjadi IU

    stres atau

    It) urgensi,

    sedangkan

    secara

    praktis

    dibedqkan

    4 kategori yaitu

    IU urgensi,

    IU

    stres,

    overflow

    incontinence

    (OI),

    dan

    IU

    totat.

    Banyak

    faktor

    risiko yang

    memicu

    IU

    antara

    lqin

    kehamilan,

    persalinan,

    obesitas, proses

    penuaan,

    dan

    histerektomi.

    Langkah

    awal

    dalam tata

    laksanq

    I(l

    adalah

    identifikasi

    dampak

    IU

    pada

    pasien

    dan menjajagi

    harapan

    pasien

    dalam

    penatalaksanaan.

    Langkah

    beriLatnya

    adalah

    identifikasi

    jercis

    IU dan gejala

    terkait.

    Tata

    laksana

    IU

    dapat

    konservatifatau

    bedah.

    Tata

    laksana bedah

    dianjurkan

    bila tata laksana

    konservatif

    IU tidak

    berhasil.

    Mengingat

    Iu

    sangat

    erat kaitannya

    dengan

    morbiditas

    fisik,

    fungsional,

    dan

    psikologi

    maka

    identifikasi

    dini

    etiologi

    IU

    meniadi

    sangat

    penting

    sebagai dasar

    tata laksona pasien

    atau

    perujukan pasien

    ke

    pusat

    kesehatan spesialistik.

    Dengan demikiarc

    biaya

    pengobatan

    dapat drtekan

    dan

    kualitas

    hidup pasien

    dapat lebih

    ditingkatkan.

    Ksta kunci: inkorctinensia

    urin, pelatihsn

    otat

    da.sar

    panggul,

    antimuskarinik

    Maj

    Kedokt Indon, Volum:

    58, Nomor: ?, Juli

    2008

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    2/7

    Inkantinensia

    Urin

    pada

    Perempuan

    Urinary

    Incontinence

    in

    Female Patients

    Budi Iman

    Santoso

    Department of Obstetrics and

    Gynecology Faculty of Medicine

    University

    of

    Indonesia/

    Dr

    Cipto

    Mangunkasumo Hospitdl, Jolcarta

    Abstru.t:

    Urinaryincontinence

    (JI)

    is

    acommon

    condition thatruayaffectwomenof

    allages,

    with

    a

    wide

    rarzge

    of

    severity and nature- Although rarely

    lifelhreatening,

    UI

    may

    end

    up with serious

    physical,

    psychobgical

    and social

    problem.

    UI

    may

    also develop impact on the

    quality

    of

    the

    patientb

    life. The

    patientmay

    experience

    social

    isolation

    and

    psychiatric

    disorder

    sueh as

    depres-

    sion and

    steep disorder,

    and

    bear

    social

    stigma-The prevalence

    ofUI rangesfrom 3 to

    55o/o

    depending

    on the

    definition

    used

    and

    the age

    ofpopulation

    studied.

    The

    prevalence

    ofUI

    increases

    with

    advancing age.

    The

    prevalence

    in

    women above

    80

    years

    of

    age

    mq'

    reach

    4604. UI

    is

    defined by

    the

    International

    Continence Sociely

    as

    any involuntary

    leakage

    of

    urine.

    Many

    elini-

    cians have simp$t

    categorized UI

    in women as

    stres UI and urge UI. Practically

    UI

    is classified

    into

    4

    categoies,

    i.e.

    urge UI,

    stress

    UI,

    wertlow

    izconlinence (OI),

    and

    totnl

    UL

    Riskfactors

    includes

    pregnancy,

    childhirth, obesig, ,*erropttuse,

    eging, ltysterectamy

    and

    ehronie

    diseases.

    Initial

    assessment

    in UI rnanagemmt is identifying

    the

    impact

    of UI on

    pdients

    and exploring the

    patientb

    expectalionfor treatment- This shoild befollowed

    by

    determination of

    the type

    ofUI

    and

    associated symptoms. Management

    af UI

    consists

    of

    consemative and

    surgical

    treafunent.

    The

    consetative

    beabnent includes education on intervetzing

    W

    styk,

    pehic

    floor

    muscle

    tuaining

    and

    pharmacological

    treatment.

    Surgical

    treahnent

    is recommended

    when patienk

    are not re-

    sponded

    to

    consewative treatment. Considering

    the

    strong associations between

    UI

    and

    physiccl,

    functional

    and psychological

    morbidily,

    early

    identification

    oJ

    UI etiologt

    has

    become a very

    important

    step

    for_detetmination

    wether to refer

    the

    patimt

    to

    the

    higfter

    level eare unit. By doing

    so, one

    can

    reducE

    the health eost

    and increase

    the patientb

    quatity

    af

    tife.

    Keywotds:

    urinaty

    incontinence,

    pelvicfloar

    muscle

    training,

    antimascarinic

    Pendahuluan

    Inkontinensia

    urin dapat mengenai

    perempuan pada

    semua usia dengan

    derajat dan

    perjalanan penyakit

    yang

    bervariasi.

    Walaupun

    jarung

    mengaRcam

    jiwa

    IU

    dapat

    memberikan

    dampak

    s€dus

    pada

    kesehatan

    fisik,

    psikologi,

    dan sosial

    pasien.

    Selain

    itu IU

    juga

    dapat

    berdampak bagi

    keluarga

    dan

    karier

    pasien.l

    Prevalensinya

    pada

    wadla

    berkisar antara 3-55ya

    bergantung

    pada

    batasan dan

    kelompok

    usia. Prevalensi

    ru

    meningkat

    seiring dengan

    pertambahax

    usia.z

    Prevalensi

    pada percmpuan

    usia

    di

    atas

    80

    tahun

    menc apal

    46Yo.3

    IU

    berhubungan

    dengan

    penurunan

    kualitas hidup

    pasien

    seperti isolasi

    sosial,

    kesendirian,

    dan

    kesedihan;

    gangguan

    psikiatri

    seperti

    depresi;

    rasa

    malu

    yang

    mem-

    pengaruhi

    aktivitas

    sehari-hari; stigmatisasi;

    ganagguan

    pada

    hubungan

    seksual;

    dan

    gangguan

    tidur.3 Mengingat

    IU

    sangat

    erat

    kaitannya

    dengan

    morbiditas

    fi

    silq

    fungsional,

    dan

    psikologi

    maka

    upaya

    identifikasi

    dini

    penyebabnya

    menjadi

    sangat

    penting

    sebagai dasar tata laksana atau

    rujukan

    ke

    pusat

    kesehatan

    spesialistik.4s

    Definisi

    Menurut

    Intern

    ati

    on

    al

    C

    ont

    in

    en

    ce

    So

    ci

    ety, inkon-

    Maj

    Kedokt Indon, Yolum:

    58,

    Nomor:

    7,

    Juli

    2008

    tinensia

    urin

    adalah

    keluhan

    berkemih tanpa disadari

    (involunter)

    akibat

    gangguan

    fungsi

    saluran

    kemih

    bagian

    bawah

    yang

    dipicu oleh

    sejumlah

    penyakit

    sehingga

    menyebabkan

    pasien

    berkemih

    pada

    situasi

    yang

    berbeda.t-

    3

    Selain

    IU,

    dikenatjuga istilahoveractive

    bladder syndrome

    (OAB)

    yang

    menrpakan

    desakan untuk

    segera berkemih

    (urgensi)

    dengan/tanpa

    IU

    dan

    biasanya disertai sering

    berkemih

    (frekuensi)

    dan

    nokturia

    sehingga

    IU

    urgensi

    disebut

    juga

    sebagai

    *OAB

    basah

    '.

    OAI}

    yang

    terjadi tanpa

    IU disebut

    sebagai

    OAB kering.

    Kombinasi

    gejala

    tersebut

    menyokong

    gambaran

    urodinamik aktivitas

    detrusor

    yang

    berlebih

    atau

    sebagai dampak

    disfungsi

    uretrovesika.l

    Klasifikasi

    Banyak

    klinisi mengelompokkan

    ru

    pada pcrempuan

    secara

    sederhana menjadi IU

    stres

    dan

    IU

    urgensi, tetapi

    lebih

    praktis

    membagi IU menjadi

    4

    kategori

    di bawah

    ini.a

    1. IUurgensi

    yaitu

    IUyangberhubungan

    dengan aktivitas

    detrusor,

    disebut

    juga

    instabilitas

    detrusor.

    Bila

    penye-

    babnya neurologik maka

    disebut

    sebagai

    hiperefleksia

    detrusor.a

    Kasus

    IU

    urgensi tersebut

    paling

    sering

    dijumpai

    pada

    perempuan

    usia

    la4jut.5

    2.

    IUstlesialah

    keluarnyaurinsecaratidakdisadari

    selama

    259

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    3/7

    Inkantinensia

    Urin

    pada

    Perempuan

    proses

    batuk, bersin, tertawa, atau

    aktivitas

    fisik lainnya

    yang

    meningkatkan

    tekanan

    intraabdominal.

    Keadaan

    ini

    dapal

    terjadi

    sekunder

    akibat

    hipermobilitas

    uretra,

    kelemahan

    otot sfingter

    intrinsik

    uretra

    maupun ke-

    duanya.o

    IU

    stres

    paling

    sering dijumpai

    pada

    perem-

    puan

    dewasaterutarna

    perempuan

    lanjut

    usia.5

    3. Overflow Incontinence

    (OI)

    merupakan hilangnya

    kendali miksi involunter

    yang

    berhubungan

    dengan

    distensi

    kandung

    kemih

    yang

    berlebihan.

    Hal ini

    dapat

    terjadi secara

    sekunder

    dari

    kemsakan

    otot

    detrusor

    yang

    memicu

    kelemahan

    detrusor. Selain

    itu

    obstruksi

    uretra

    juga

    dapat

    memicu

    distensi

    kandung kemih

    dan

    overflow incontinence.a

    4.

    IU

    tatal

    merupakan

    bilangnya

    kendali miksi

    secara

    menetapa

    dengan

    pengosongan

    kandung kemih

    yang

    tidak lengkap

    akibat

    gangguan

    kontraktilitas detrusor

    atau

    obstmksi kandung kemih. Kebocoran

    urinbiasanya

    sedikit dan volume

    residual

    pascakemih

    Qtostvai[1

    biasanya

    meningkat.5

    Inkontinesia

    urin

    stres dapat dibedakan

    dalam

    4

    jenis

    yaitu:

    1.

    Tipe 0:

    pasien

    mengeluh

    kebocoran

    urin tetapi

    tidak

    dapatdibuktikan

    melalui

    pemeriksaan.

    Z.

    Tipe l: IU

    terjadi

    pada

    pemeriksaan

    dengan

    memuver

    stres

    dan adanya

    sedikit

    penurunan

    uretra

    pada

    leher

    vesika

    urinaria.

    3. Tip

    2:

    IU

    terjadi

    pada

    pemeriksaan

    deng;an

    penurunan

    uretra

    pada

    leher

    vesika

    urinaria

    2

    crn atau

    lebih

    4.

    Tipe

    3 :

    uretra

    te$uka

    (lead

    pipe)

    danarea leher

    kandung

    kemih

    tanpa

    kontraksi kandung kemih. Leher

    uretra

    dapat menjadi fibrotik

    (riwayat

    trauma atau

    bedah

    sebelumnya)

    dengan

    gangguar.

    neurologik

    atau

    keduanya. Tipe ini

    disebut

    juga

    defisiensi sfingter

    intrinsik.4

    FaktorRisiko

    Di

    bawah

    ini

    adalah

    faktor risiko

    yang

    berpranan

    memicu

    IU

    pada

    perempuan.3

    1.

    Faktorkehamilandanpersalinan

    -

    Efek kehamilan

    pada

    IU

    tampaknya

    bukan sekedar

    proses

    mekanik, IUpada

    perempuan

    hamil

    dapat

    teqadi

    dari

    awalkehamilan

    hingga masa nifas,

    jadi

    tidak berhubungan

    dengan

    penekanan

    kandung

    kemih

    oleh besarnya

    uterus.

    -

    Prevalensi

    IU meningkat

    selama

    kehamilan

    dan

    beberapa

    minggu

    setelah

    persalinan

    -

    Pemakaianforsepsselamapermlinandapatmemicu

    IU

    -

    BilaIUtimhil lebihdaritigabulan

    pascasahn(post-

    partum\

    lr,tiakaini

    dapat dipandang

    s$agai

    indikator

    prognostik

    untuk

    masalah kontinensia

    di

    masa

    depan.

    -

    Tingginya

    usia,

    paritas,

    dan berat

    badan bayi

    tampaknya berhubungan dengan

    IU.

    2.

    Perempuan

    dengan

    indefts massa

    tr$uh

    lebih

    tinggi akan

    cenderung lebih

    banyak

    mengalami

    IU.3

    3. Menopause

    cenderung

    bertindak

    sebagai

    kontributor

    (turut

    menambah

    risiko)

    daripada faktor kausatif.3

    Ada

    mitos

    menetap

    yang

    menganggap bahwa

    IU

    pada

    perempuan

    merupakan konsekuensi

    proses

    penuaan (arzgl-

    na) narmal.

    Walaupun

    proses penuaan

    bukanlah

    penyebab

    inkontinensi4

    penibahan

    fungsi saluran

    kemih

    bawah

    terjadi

    seiring

    dengan

    proses penuaan

    dan

    ini menjadi faktor

    predisposisi

    IU

    .Yxker

    et al,6

    melaporkanbahwa

    faktor

    risiko

    IU

    mencakup

    pnambahan

    usia,

    obesitas,

    histerektomi,

    dan

    penyakit

    kronis

    yang

    menyertai.

    Usia

    pada perempuan

    merupakan faktor

    independen

    penting

    yang

    berhubungan

    dengan

    prevalensi

    IU

    tetapi sangat

    sulit

    untuk

    membedakan

    apakah

    IU

    timbul akibat efek independen

    dari

    pertambahan

    usia

    itu

    sendiri

    atau akibat menopause.

    Selain

    faktor

    yang

    telah

    disebu&a&

    ada

    faktor

    lain

    yang

    perlu

    dipertimbangkan

    dan

    seringkali terlewatkan.

    Seorang

    klinisi

    perlu

    mempertimbangkankausa

    multipel

    yang

    dapat

    memicu

    IU.

    Penyebab

    lain

    IIJ

    dikenal dengan

    akronim

    DIA-

    PER.S.4

    D

    adalah

    kependekan

    dari delirium

    yalg

    menunjukkan

    kegagalan

    kendali kandung

    kemitl

    I

    adalah

    infeksi

    dan

    inflamasi

    yang

    dapat

    memicu

    disuria

    dan

    aktivitas

    kandung

    kemih

    yangberlebihan.

    A

    adalah

    kependekan

    dari

    atrophic vaginitis

    yang

    dapat

    menyebabkan

    status anatomi

    yang

    memicu

    IU.

    P

    adalah kependekan

    dari

    farmakologi dan psikologi.

    Beberapa

    obat seperti

    hipnotik,

    diuretik, antikolinergik

    dan

    penyekat

    alfa(alpha

    blocker)

    dapat

    menyebabkan

    perubahanyang

    memicu IU.

    Depresi

    juga

    merupakan

    kondisi

    yang perlu

    dipertimbangkan

    sebagai

    pemicu

    inkontinensia.

    E

    mengandung

    arti

    produksiurinyangberlebihan(exces-

    sive

    urin

    production).

    .

    R

    adalah

    restrilcsi

    mobilitas

    lang

    memicu

    akses toilet

    yang

    terbatas, sedangkan

    S

    adalah

    staol

    impaction

    atau

    impaksi

    tinja

    yang

    dapat

    memicu

    urgensi

    atau

    overflow

    incontinence.a

    Patofisiologi

    Kemajuan

    dan

    keberhasilan

    tata

    laksana

    ru tentu

    saja

    tidak

    akan

    lepas

    dari

    pemahaman

    akan

    patofisiologi

    IU

    yang

    makin

    mendalam. Dalam makalah

    ini

    dibahas

    patofisiologi

    IU

    stres

    mengingat IU

    stres merupakan

    jenis

    IU

    yang

    paLing

    banyak dijumpai

    pada perempuan.

    Sejumlah

    penelitian,

    diawali oleh

    penelitian

    Marshall et al, Nchndson

    dan

    McGuire,

    melaporkan

    bahwa

    IU

    stres ternyata

    tidak

    hanya

    disebabkan

    oleh

    kegagalan

    penyokong

    uretra tetapi

    juga

    karena

    penutupan

    leher vesika

    yang

    tidak

    adekuat dan

    gangguan pada

    sistem

    kendali kontinensia

    urin

    (neuro-

    muskular). Pemalaman itu

    memicu

    kesimpulan

    bahwa

    tata

    laksana

    yang diberikan

    pada

    perempuan

    dengan

    IU

    harus

    Maj Kedold Indon, Volum:

    5t,

    Nomor: ?, JuIi

    2008

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    4/7

    Inkantinensis

    Urin

    pada

    Perempuan

    disesuaikan

    dengan

    jenis

    IU

    dan

    penyebab

    kerusakan;

    sebaikrya tata

    laksana

    ini tidak disamaratakan untuk

    semua

    kasus

    IU.?Untuk

    lebih memahami

    patofisiologiny4

    IU

    akan

    dibahas dengan

    pendekatan

    anatomi

    dan fi

    siologi.

    Gambar

    1.

    Tampak

    Lateral

    Mekanisme Kontinensia

    yang

    Mem-perlihatkan

    Pendesakan

    Fasia Endopelvis

    Menuju

    Fasia

    Arkus

    Tendinosus

    Pelvis dan Otot

    Levator Ani.

    Irisan lateral

    organ

    panggul pada

    Gambar

    1

    menunjukkan

    anatomi

    yang

    berkaitan dengan sistem kendali kontinensia.

    Beberapa

    komponen

    penting

    yang

    berperanan

    ialah

    otot

    leva-

    tor ani

    yang

    berjalan dari tulang

    pubis

    menuju

    ke

    sfingter ani

    di

    balik

    rektum

    untuk

    menyokong organ

    pelvis.

    Otot

    itu

    be{alan di

    sebelah

    lateral fasia

    arkus tendinosus

    pelvis

    yang

    merupakan

    fasia endopelvis

    yang

    menghubungkan

    tulang

    pubis

    dengan

    spina

    isiadika. Fasia

    tersebut cenderung

    berperanan

    pasif

    dalam mekanisme kontinensia tetapi

    hubungan

    fasia inr

    dengim otot

    levator

    ani

    menrpakan

    elemen

    penting

    dalam sistem

    kendali

    ini.

    Hubungan

    tersebut

    memungkinkan

    kontraksi

    aktif

    otot

    pelvis

    unfirk

    memicu

    elevasi leher

    vesika, dan

    relaksasinya

    menyebabkan

    penurunan

    leher

    vesika.

    Aktivitas konstan

    normal

    otot

    leva-

    tor ani menyokong leher

    vesika

    dalam

    proses

    miksi

    normal.7

    Salah

    satr

    pertanyaanpenting

    ialah

    bagaimana

    aparahrs

    ihr

    dapat menjaga

    uetra

    tertutup

    rapat

    walaupun tekanan

    dalam

    vesika

    meningkat

    pada

    waktubatuk

    keras tanpa

    dapat

    mendesak

    urin

    keluar melalui

    uretra

    (bagaimana

    mem-

    pertahankan

    gradien

    tekanan

    positif

    saat

    tekanan

    penutupan

    uretra

    lebih

    besar

    daripada tekanan kandung keniih).?

    Pada

    model konseptual

    dijelaskan

    bahwa stabilitas

    lapisan

    penyokong

    cendenrng

    lebih mempengaruhi

    terja-

    dinya

    kontinensia

    dibandingkan dengan tinggi uretra.

    Individu

    dengan

    lapisan

    penyokongyang

    kuat,

    uretra

    akan

    ditekan

    antara

    tekanan abdominal

    dan

    fasia

    pelvis

    pada

    arah

    yang

    sama.

    Kondisi

    tersebut

    diibaratkan

    saat seseorang

    dapat

    menghentikan

    aliran

    air

    yang

    melalui

    selang

    taman

    dengan

    mengrnjak

    selang

    dan

    menekan ke arah lantai keras

    yang

    Maj Kerlokt Indon, Volum:

    58,

    Nomor:

    7,

    Juli

    2008

    mendasarinya.

    Jika

    lapisan

    di bawah uretra tidak stabil

    dan

    tidak

    memberikan

    tahanan

    yang

    kokoh

    terhadap tekanan

    abdominal

    yang

    menekan

    rretra, maka

    tekanan

    yang

    ber-

    lawanan akan menyebabkan

    hilangnya

    penutupan

    dan

    kerja

    oklusi

    akan

    krkurang.

    Kondisi yang

    terjadi

    selanjutnya

    dapat

    diibaratkan

    seperti

    saat seseorang

    mencoba

    meng-hentikan

    aliran

    air

    melalui

    selang taman dengim

    menginjak

    selang

    yang

    berada

    di

    atas

    tanah liat.?

    Analog

    tersebut

    juga

    dapat

    menjelaskan mengapa

    pada

    IU

    dapat terbentuk sistoureterokelyang besar, dan

    pada

    pasien

    dengan uretra

    yang

    terletakjauh di bawah

    posisi

    normalnya

    sering

    kali

    tidak dapat

    menjalankan fungsi

    kontinensia

    dengan

    baik.

    Jika lapisan suburetral dapat

    mempertahankan

    stabilitasnya

    maka mekanisme itu

    dipertahaill€n efektif

    (Gambar

    2),?

    Gambar 2. A.

    Tekanan abdominal

    mendesak uretra

    terhadap

    penyokong

    uretra. B.

    Pada

    gambar

    ini

    jaringan

    penyokong

    tidak

    stabil

    sehingga

    tidak

    memben-

    ttk

    laplsan

    kokoh

    saat

    uretra ditekan. C.

    Sisto-

    uretrokel terbentuk

    saat uretra terletak Iebih

    rendah

    dari

    normal

    letapi memiliki lapisan

    pe-

    nyokong kuat yang

    memungkinkan kompresi

    uretra.

    Gnnggaan Koordinasi

    Tidak

    ada struktur ftrnggal

    yang

    menyokong

    ruefia.

    Fungsi

    itu

    dijalankan melalui kerja

    yang

    terkoordinasi

    antara

    fasia

    dan otot di bawah

    kendali

    saraf

    dalam

    satu unit

    integrasi.

    Ototpelvis berkontraksi ketikatekanan

    abdominal

    meningkat.

    Hal itu menunjukkan

    perarurn

    serta

    potensinya

    dalam

    mencegah

    keluarnya

    urin.

    Perubahan

    frrngsi

    saraf pelvis

    berhubungan

    erat dengan

    patofi

    siologi

    inkontinensia karena

    akan

    terjadi kelemahan

    otot

    atau

    kegagalan koordinasi

    otot.

    Selain

    itu,

    walaupun

    otot

    dan

    fimgsi

    saraf

    utuh,

    adanya

    defek

    pada

    hubungat

    fasia

    y

    ang

    meny

    okong uretra dan

    adany a

    kerusakan

    setiap elemen

    sistem

    kontrol kontinensia

    akan

    melemahkankenxlmprumperempuan

    dalammempertahankan

    keadaan

    kontinensia

    saat tekanan

    abdominal

    meningkat.?

    Masalah SJingter

    Leher

    vesika dan struktur uretra berperanan

    penting

    dalam

    kontinensia. Leher

    vesika

    (veslca

    I

    neck) merupakan

    satu

    kesatuan

    regional

    dan

    fungsional

    yang

    tidak

    mengacu

    -*.rer,gA .ttr

    ,a&**-.-,"-'."

    A*'nxWd;,

    U*.M.r,

    LE|#M*11

    -

    -blrdtfia

    ii{i,flelefis1

    +hineisr'---**

    261

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    5/7

    Inkontinensia

    Urin

    pada

    Perempuan

    pada

    satu

    fokus

    anatomi tunggal.

    Lehervesika merupakan

    area di dasar

    kandung kemih

    tempat

    lumen uretra

    menembus

    lapisan

    otot

    kandung kemihyang tebal.

    Hilangnya

    stimulasi

    adrenergik

    atau

    kerusakanpada

    area

    ini

    menyebabkan

    leher

    vesika

    gagal

    menutup rapat

    sehingga

    memicu inkontinensia

    stres; dan bila

    faktor

    ini

    merupakan

    penyebab

    inkontinensia

    stres, maka suspensi uretra sederhana

    seringkali tidak

    efektif

    untuk

    menangani

    kasus ini.7

    Pengarah

    Gangguan

    puda Uretra

    Dalam

    praktik

    klinis,

    seringkali

    pemnan

    metra dalam

    memprtahankan kontinensia

    ini

    diabaikan

    karena

    suspensi

    uretra

    dapat

    memperbaiki

    IU

    tanpa

    mengubah

    tekalan

    penufirpar

    uretm.

    Mekanismekontinensia artifisial tidak

    serta

    merta memungkinkan klinisi

    menyimpulkan bahwa

    kontinensia normal. Beberapa observasi di bawah

    ini men-

    dukung

    konsep bahwa

    uretra memangberperanan

    penting

    dalamkontinensia.

    1. Perempuan

    dengan

    IU

    stres

    memiliki

    tekananpenutupan

    uretral

    yang

    lebih

    rendah

    (3a

    cmilo) dibandingkan

    dengan

    kelompok usianya

    yang

    normal

    (68

    cmHro).

    2.

    Eksisi

    uretra

    distal

    dapat

    memicu inkontinensia stres

    pada perempuan

    tanpa

    riwayat

    IU.

    3.

    Sekitar

    507o

    perempuan

    kontinensia

    normal,

    urin

    mencapai

    tingkat

    lehervesika

    sebagai

    respons

    terhadap

    batuk

    kemudian

    dikembalikan

    masuk

    dalam

    kandung

    kemih

    oleh

    lapisan

    otot uretra.T

    Tabel 1,

    Topografi

    Stnrl

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    6/7

    Inkontinensia Urin

    pada

    Perempuan

    Tabel 2. Perbedaan Manifestasi

    Klinis

    IU Stress dan IU Urgensi

    Stress Incontinence

    Urge

    Incontinenee

    Sylnptom

    (patient

    history)

    Sigr

    (observation

    on exam)

    Condition

    (proven

    by urodynamics)

    Lenk with activities

    which increase

    abdominal

    pressure

    (e,g.,

    coughing)

    Leak of urine

    through urethra which

    exacity coincides

    with cough or strain

    Leak of urine

    when abdominal

    pressure

    is

    elevalr,d,

    and detrusor is not

    con-

    tracting.

    When urge to void occures, she leaks

    before she can

    get

    to

    the

    toilet

    Spontaneous leak

    (without

    cough

    or

    leak which

    persists

    a.fter cough

    is finished)

    Involuntary detrusor contractions

    associa-

    ted wfth urine leak.

    54

    yang

    utuh. Sfingter anal

    yang

    lemas memberikan

    kecurigaan fungsi otot detrusor

    yang

    lemah.

    Fungsi otot

    pelvisjuga

    harus

    dinilai.

    Terakhir,

    pemeriks:an

    status

    mental

    pasien

    perlu

    dilakukan untuk

    menyingkirkan demensia

    sebagai salah satu

    pemicu

    ixkontinensia.4

    Berdasarkan anamnesis

    dan

    pemeriksaan

    fisik

    saat

    pemeriksaan

    awal,

    IU

    pada perempuan

    sebaiknya

    ditentukan

    kategorinya

    apakah termasuk

    IU

    stres,

    IU

    urgensi/OAB

    atau

    IU

    kombinasi. Dalam

    pemeriksaan

    klinis harus segera

    diidentifikasi

    faktor

    predisposisi yang

    memicu

    gejala

    paling

    dominan.t

    Bila

    pada pemeriksaan

    fisik, dijumpai

    kandung

    kemih

    yang

    dapat

    dipalpasi

    pada

    pemeriksaan

    bimanual

    atau

    pemeriksaan

    aMominal

    pascakemih,

    maka

    pasien

    sebaiknSa

    dirujuk

    ke

    pelayanan

    spesialistik.t

    Pada

    pemeriksaan

    fisik,

    selainpemeriksaan abdomen,

    rekhrm,

    saraf,

    dan status

    men-

    tal,

    pemeriksaan

    vagira

    juga

    merupakan

    pemeriksaan

    yang

    tidak boleh dilewatkan dan dilakukan dengan

    indikasi

    tertentu.4

    Pada

    pemeriksaan

    laboratorium,

    pemeriksmn

    tes

    celup

    (dipstick)

    urin

    harus

    dilakukan

    pada

    semua

    perempual

    dengan

    IU

    untuk mendeteksi darah,

    glukosa, protein,

    leukosit,

    dan

    nitrit

    dalam urin.

    Pada

    perempuan

    dengan

    leukositatau

    nitriturin

    positifatau

    negatif,

    dengankecurigaan

    gejala

    infeksi

    saluran

    kemih seharusrya dilakukan

    pemeriksaankultur

    dan sensitivitas

    antibiotikpada

    spesimen

    urin

    pancar

    tengah

    (mi

    dstre am)

    wfiikmenjamin

    tata

    lal$am

    antibiotik

    yang

    akurat.

    I

    Perhatian khusus

    perlu

    ditujukan

    pada pasien yang

    menderita

    polidipsia

    atau kelainan

    konsentrasi

    ginjal.

    Hema-

    turia

    mikroskopik

    dan/atau

    piuria

    memberikan kecurigaan

    inflamasi, infeksi,

    atau

    neoplasia.

    Bila

    dicurigai

    neoplasia

    sebaikrrya

    diperfimbangkan sitologi

    urin.

    a

    Penatalaksana*n

    Iangkah

    aral

    tata

    laksana IU adalah identifikasi darnpak

    IU

    pada pasien

    dan eksplorasi

    keinginan

    pasien

    akan

    tata

    laksana yang

    diberikan.

    Langkah berikutnya adalah

    mengidentifikasi

    jenis

    IU

    dan

    gejalaterkail.

    7

    Tala Laksan a Kon sew

    atif

    1.

    Edukasi intervensi

    gaya

    hidup berupa

    mengurangi

    asupan

    kafei&

    modtfikasi asrpan

    cairan

    yang

    tinggi

    atau

    Maj

    Kedokt

    Indon, Volum: 58, Nomor:

    7, Juli 2008

    rendah

    dapat dianjurkan

    pada

    perempuan

    dengan

    IU

    atau

    OAB.

    Perempuan dengan

    indeks massa tubuh

    lebih

    dari

    30

    disarankan

    meqialani

    progam penurunanberat

    badan.'

    2. Terapi fisik dengan

    pelatihan

    otot dasar

    panggul.

    Setiap

    program pelatihan otot

    dasar

    pangul

    sebaiknya

    dapat

    mencapai 8 kali kontraksiyang dilakrftan

    3 kali

    setiap

    hari. Jikabermanfaag

    pelatihan

    tersSut sebaiknya

    dilaksanakan

    beninambung.

    t

    Pada

    perempuan

    dengan

    IU

    stres atau

    kombinasi,

    pela-

    tihan

    otot

    dasar

    panggul

    di

    bawah

    panduan

    sedikitnya

    selama

    3

    bulan

    merupakantata

    laksanalini

    pertamayang

    aman dan efektif.

    Pada IU

    urgensi atau

    kombinasi,

    pelatihan

    kandung kemih

    ini

    dilalarkan

    sedikitnya selama

    6bulan.t

    Stimulasi elektrik

    danJatau

    biafeedback dapat diper-

    timbangkan

    pada perempuanyang

    tidak dapat

    melalaftan

    kontraksi

    aktif

    otot

    dasar

    panggul.

    Stimulasi itu

    ditujukan

    sebagai

    bantuan

    motivasi

    dan tidak

    boleh diberikan

    secam

    rutin

    dalam

    pelatihan

    otot.t

    3.

    Terapimedikametosa

    Setidaknya ada empat

    antimuskarinik

    yaitu

    oksibutinin,

    tolterodin, frospium

    dan

    proviperinyang

    cukup efektif

    dalam

    menekan

    aktivitas detmsor berlebihan

    yang

    memicu

    urgensi dan

    inkontinensiaurgensi.

    Obattersebut

    menekan

    kontraksi detrusor volunter dan

    involunter

    dengan

    memblok

    reseptor

    muskarinik

    pada

    otot

    polos

    kandung

    kemifu cukup efektif

    untuk

    pasien

    lanjut

    usia

    pasca

    transurethral

    rese

    ction

    pto*at.3

    Oksibutinin

    rrc

    mediate

    release pada perempuan

    dengan

    OAB

    atau

    IU

    kombinasi

    dapat

    diberikan

    sebagai tata

    laksana

    medikamentosa lini

    pertama

    bila

    pelatihan

    kandung kemih

    ternyatatidak efektif.

    Jika

    oksibutinin

    lepas

    segera

    (immedi-

    ate

    re

    le ase)

    tidak

    dapat

    ditoleransi

    maka

    sebagai

    alternatif

    dapat

    dipertimbangkan darifenasin, solifenasi&

    tolterodin,

    troryium

    dan

    forrnulasi

    transdermal

    olsibutinin.

    Efek

    samping

    antimuskarinik

    sebaiknya

    dikomunikasikan

    dengan

    pasien.

    I

    Efek samping

    obat

    antimuskarinik

    meliputi

    mulut kering,

    pandangan

    kabuq

    dan

    nausea. Dapat

    terjadi

    retensi urin

    yang

    berpotensi

    serius, tetapijarang.

    Insiden

    efek

    samping

    paling

    banyak drlaporkan

    dai

    penggnnaan

    oksibutinin

    lepas

    segera.3

    263

  • 8/17/2019 Bahan Isian Modul Perkemihan 1

    7/7

    Inkantinensia Urin

    pada

    Perempuan

    Pharmacological

    Pharmacological

    Surgical

    Pelvic floor

    muscle

    trainilg

    Bladder training

    Prcmpted

    volding

    Solifenasin dan dariferiasin

    adalah antimuskarinik

    seleLtif

    reseptorM3. Bukti

    penelitian

    klinis

    fase

    II

    menun-

    jukkan

    bahwa

    solifenasin

    sama

    efektif

    dengan

    tolteridon

    dengan

    insiden

    efek samping

    lebih

    kecil.3

    Sejumlah antidepresi dilaporkan

    berkhasiat

    untuk

    inkontinensia

    tetapi

    hanya

    imipramin

    yang

    biasanya

    diberikan. Estrogenjangka

    pendek

    (l4bulan)

    secara

    statistik

    lebihbaik

    daripada

    plasebo

    dalam

    memperbaiki

    inkontinensi4

    tetapi

    tidak

    banyak data

    mengenai

    tipe

    estrogen,

    cara

    pem-

    berian,

    dan

    durasi

    serta

    manfaatnya dalantatalaksana

    IU.

    Oleh

    lcarena

    ltu

    estrogen

    tidak

    direkomendasikan

    urtuk

    tata

    laksanaIU.3

    Propiverin harus

    dipertimbangkan

    sebagai

    pilihan

    dalam

    tata

    laksana

    frekuensi

    miksi

    pada

    perempuan

    dengan

    OAB

    tetapi

    tidak diart'urkanuntuklU.

    Flavoksat,

    FopantetrL

    dan

    imipramin

    tidak direkomendasikan

    untuk

    tata

    laksana

    IU

    atau

    OABpadaperemprnn.r

    Tabel 3. Tatalaksana IU

    yang

    Efektif

    pada

    Petempuan

    Nonpharmaco- Stresslncontinesce

    Urgelncontinence

    logical

    3. Infeksi

    saluran

    kemih

    rekuren

    atau

    persisten

    dengan

    hematuria

    pada pasien

    berusia

    40

    tahun

    atau

    lebih

    4.

    Massa keganasanyangterdapatpada

    salurankemih

    Perempuan

    dengan

    IU berikut

    ini

    perlu dipertimbangkan

    untuk

    segera

    dirujuk untuk

    mendapatkan

    pelayanan

    kese-

    hatan

    spesialistik.l

    1.

    Nyeri

    uretra alaukandungkemihyang

    menetap

    2. Massajinakpanggul secaraklinis

    3. Disertaiinkontinersiraalvi

    4.

    Diarigaiadaryaperryakitsaraf

    5.

    Gejalakesrititanberkemih

    6. Dicurigaifistulaurogenital

    7. Riwayatbedahkontinensia

    8. Riwayat

    bedah

    keganasan

    pelvis

    9. Riwayat tata

    laksana

    radioterapi

    pelvis

    Penutup

    Seperti

    halnya

    kondisi

    medis

    lainnya,

    keberhasilan

    tata

    laksana IU

    pada perempuan

    sangat

    bergantung

    pada

    diag-

    nosis,

    tata

    laksana yang

    akurat,

    identifikasi

    penyebab

    sejak

    dini,

    identifikasi indikasi rujuk

    ke

    pelayanan

    kesehatan

    spesialistik. Denagn

    demikian

    mortiditas

    pasien

    dapat lebih

    ditekan

    dan

    kualitas

    hidup

    pasien

    dapat

    lebih

    ditingkatkan.

    DaftarPustaka

    1.

    National Institute

    for

    Health

    and

    Clinical

    Excellence

    (NICE).

    Urinary Incontinence:

    the

    managernent

    of urinary incontinence

    in

    woman.

    Diunduh

    dari

    URL:

    http://www.nice.ors.uk.

    pada

    tanggal 10 Fetrrumi

    2008.

    7.

    Holroyd-Leduc JM, Straus SE. Maaagement

    of urinary

    inconti-

    nence in wornen: Scieatific Review. JAMA 2004;291(8):986-5.

    Scottisg Intercollegiate Guidelines Network.

    Management of uri-

    nary incontinence

    in

    primary

    care: a national

    clinical

    guideline.

    Edisi

    pertama.

    Edinburgb: SIGN 2004. Diunduh

    dari LIRL: http:/

    /www.sisr.ac.ulL

    pada

    tanggal 10 Februari 2008

    Petrou SP, Baract F. Evaluation of urinary incontilence

    in women.

    Braz J

    Urol,

    2O0L27:165-0.

    Siddiqi S, Kausar S. Urinary incontinence in

    women. Medicine

    Today 2005;3(4):164-9.

    Vinker S, Kaplan B, Nakar S,

    Samuels

    Q

    Shapira G, Kitai E.

    Urinary incontinence in women:

    prevalenoe,

    characteristics

    and

    effect on

    quality

    cf life. A

    primary

    care

    clinic

    study IMAJ

    2001;3:663-6.

    Delancey

    JO. The pathophysiology

    of

    stres

    urinary

    inconti-

    neoce

    in

    women and

    its

    implications

    for

    surgical treatrnent.

    World

    J

    Urol

    199?;15:268-74.

    Holroyd-Leduc JM, Straus SE. Management

    of urhary inconti-

    nence in women: clinical application. JAMA

    2004l'291(8):996-

    9.

    @rt

    Pelvic

    floor muscle

    training

    Bladder

    training

    Prompted

    voiding

    Anticholinergic

    drugs

    (anlimuscarinic)

    Tolterodine

    Oxybutynin

    Open

    retropubic

    colposuspensron

    Suburethral sling

    procedure

    Tda Laksana Bedah

    Pada

    perempuan

    yang

    ru-nya tidak dapat ditata

    laksana

    seara

    konservatif

    akibat

    aktivitas

    detrusor

    yang

    berlebihan,

    stimulasi saraf sakralis

    perlu

    dipetimbangftan

    dengan

    dasar

    respons

    terhadap evaluasi sarafpff

    kutaneus. Pada

    kasus

    itu

    perlu

    dilakukan

    tindak lanjutjangka

    pa4iang.

    Prosedur

    retrapubic

    mid-urethral

    tape

    dengan

    pendekatan

    bottom-

    up dengan mesh ma€roporoas

    polypropylene

    luga

    dianjurkan bila

    tata

    laksana

    konservatif IU

    stres

    mengalami

    kegagalan.l

    Rujukan

    Perempuan

    dengan

    IU

    berikrt

    ini harus

    segera dirujuk.t

    1.

    Hematuria mikroskopik

    pada

    usiapasien

    50

    tahun

    atau

    lebih

    2. HematuriayangkAsatmata

    2.

    4.

    8.

    264

    Maj

    Kedokt Indon,

    Vohmr: 58, Nomor:

    7' JuIi

    2008