bab ii tinjauan umum tentang dakwah dan dinamika...

30
19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA SOSIAL 2.1. Tinjauan Umum Tentang Dakwah 2.1.1. Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti panggilan, ajakan dan seruan. Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim masdar. Kata ini berasal dari fi'il (kata kerja) artinya, memanggil, mengajak, atau menyeru. 33 Tetapi mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah mubaligh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan (message) kepada pihak komunikan. 34 Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan. Dengan memperhatikan pengertian di atas, maka dakwah berarti suatu kegiatan untuk membina umat manusia agar mentaati ajaran Islam, baik dilakukan melalui lisan, tulisan maupun lukisan 33 Asymuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya; 1983, hlm. 117 34 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, CV. Gaya Media Pratama, Jakarta; 1987, hlm. 31

Upload: vanquynh

Post on 10-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

19

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH

DAN DINAMIKA SOSIAL

2.1. Tinjauan Umum Tentang Dakwah

2.1.1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari

bahasa Arab yang berarti panggilan, ajakan dan seruan.

Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim

masdar. Kata ini berasal dari fi'il (kata kerja) artinya,

memanggil, mengajak, atau menyeru.33 Tetapi mengingat bahwa

proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses

penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula

istilah mubaligh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator

untuk menyampaikan pesan (message) kepada pihak komunikan.34

Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah dan

tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu

yang berupa ajakan atau seruan.

Dengan memperhatikan pengertian di atas, maka dakwah

berarti suatu kegiatan untuk membina umat manusia agar mentaati

ajaran Islam, baik dilakukan melalui lisan, tulisan maupun lukisan

33 Asymuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya; 1983, hlm.

117 34 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, CV. Gaya Media Pratama, Jakarta; 1987, hlm. 31

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

20

juga cara-cara lain, sehingga mereka mendapat kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat. Jadi, dakwah merupakan perjuangan hidup untuk

menegakkan dan menjunjung syariat Islam dalam seluruh aspek

kehidupan manusia, sehingga ajaran Islam dapat menjiwai dan

mewarnai secara mendasar dalam segala aspek dan tingkah laku.

2.1.2. Dakwah Sebagai Sebuah Sistem

Pada hakekatnya, menurut Amrullah Ahmad, dakwah

merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam

suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan

yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,

berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan

individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan

terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan

menggunakan cara tertentu.35

Dalam perspektif historis, pergumulan dakwah dengan

realitas sosio-kultural menjumpai dua kemungkinan,36 pertama,

dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

memberi dasar filosofi, pemahaman, dorongan dan pedoman

perubahan masyarakat sampai terbentuknya realitas sosial baru.

Kedua, dakwah dipengaruhi oleh dinamika masyarakat dalam

arti eksistensi, corak dan arahnya. Dalam konteks ini, pemahaman

atas dakwah sejauh mungkin harus bisa berkembang, seiring dengan

35 Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial; Suatu Kerangka pendekatan dan Permasalahan, Prima Duta, Yogyakarta; 1983, hlm. 2

36 Ibid., hlm. 3

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

21

perubahan masyarakat yang terjadi. Dakwah harus diposisikan sebagai

aktivitas spiritual dan sosial praksis,37 karena aktualitas dakwah

setidaknya ditentukan oleh perkembangan dan sistem sosio-kultural

masyarakat.

Strategi dakwah yang tepat memerlukan pertimbangan sosio-

kultural, sehingga nilai-nilai agama yang murni dan universal dapat

dirasakan sebagai ajaran yang akrab dengan problematika masyarakat,

serta moral agama dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Keterkaitan dengan masalah duniawi, kesanggupan memberi solusi

atas berbagai masalah dan kepekaan dalam merekayasa masa depan

manusia tergantung telaah dan manusia pemahaman manusia akan

perubahan masyarakat yang semakin berkembang, maju dan modern.

Dalam hal ini penulis akan menguraikan unsur-unsur dakwah

yang meliputi subyek dakwah, obyek dakwah, metode dakwah, media

dakwah, dan materi dakwah sebagai sebuah sistem yang saling

berkaitan dan berkesinambungan, yakni:

37 Secara historis-teoritis, pemaknaan dakwah telah terjadi penyempitaan dan perluasan

pengertiannya. Secara ketata-bahasaan, dakwah dan padanannya dalam teks al-Qur’an naskah Ustmani, banyak yang dipakai untuk mengacu pada pengertian tabligh. Di sisi lain, pemahaman bahwa kedudukan nabi sebagai Rasulullah adalah pemberi kabar gembira, sedangkan hidayah itu hanya milik Tuhan, semakin memperkuat pemaknaan dakwah tidak lebih dari sekedar tabligh. Pada fase berikutnya, perluasan dari pemaknaan dakwah telah sampai pada orientasi pengembangan masyarakat (muslim), antara lain dalam bentuk peningkatan kesejahteraan sosial. Dengan pemaknaan dakwah yang terus mangalami perkembangan tersebut, pola dakwah dapat mengambil bentuk dakwah kultural, politik dan ekonomi. Karena istilah dan pemaknaan dakwah tidak pernah mendapatkan definisi yang eksplisit dari nabi, baik dari perilakunya maupun ucapannya seperti: istilah puasa, sholat dan haji. Maka, pemaknaan dakwah itu sendiri merupakan proses ijtihad. Lihat Muhammad Sulthon, Menjawab Tantangan Zaman; Desain Ilmu Dakwah; Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 2003, hlm. 11-26

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

22

a. Subyek Dakwah

Subyek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah,

yaitu orang yang berusaha mengubah situasi kepada situasi yang

sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara

individu maupun berbentuk kelompok (organisasi), sekaligus

sebagai pemberi informasi dan misi.

b. Obyek Dakwah

Manusia sebagai obyek dakwah atau sasaran dakwah

adalah salah satu unsur yang penting dalam berdakwah, yang tidak

kalah pentingnya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang

lain. Oleh sebab itu, masalah obyek dakwah seharusnya dipelajari

secara sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah

yang sesungguhnya.

c. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh

seorang da'i untuk menyampaikan materi dakwah yaitu Al-Islam

atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.38

Berhasil atau tidaknya usaha dakwah tidak hanya

tergantung dari macam-macam metode dan efisiensinya, akan

tetepi tergantung pula pada orang yang melaksanakan metode

tersebut (the man behind the gun) orang yang ada dibelakang

senjata. Selain orang yang melaksanakan metode itu, ditentukan

38 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitiaan Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta; 1997, hlm. 34

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

23

pula oleh peranan cara memilih metode itu sendiri. Dalam setiap

usaha dakwah da’i harus memilih dan menentukan macam metode

yang akan dipakai. Seorang da’i harus sadar bahwa metode

dimanapun selalu berubah mengikuti perubahan dan perkembangan

zaman. Dan harus diinsafi bahwa metode dakwah yang tidak tepat

penggunaannya, tidak hanya membuang tenaga yang percuma saja,

tetapi juga menambah jauhnya obyek dakwah terhadap da’i

tersebut.39

Penggunaan metode ini sudah tersirat dalam Al-Qur'an

surat An-Nahl ayat 125, yang kemudian diterangkan oleh Asmuni

Syukir sebagai berikut :40

1. Metode ceramah ; yaitu suatu teknik atau metode dakwah yang

banyak diwarnai oleh karakteristik bicara oleh da'i (mubaligh)

pada suatu aktifitas dakwah. Metode ini digunakan ketika

sasaran atau obyek dakwah berjumlah banyak.

2. Metode tanya jawab ; yaitu penyampaian materi dakwah

dengan cara mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk

menyatakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan

da'i (mubaligh) nya sebagai penjawabnya.

3. Metode debat (mujadalah) ; yaitu mempertahankan pendapat

dan ideologinya agar pendapat dan ideologinya itu diakui

39 Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang;

1992 hlm. 51 40 Asmuni Syukir, Loc.Cit.,hlm. 104-157

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

24

kebenaran dan kehebatannya oleh musuh. Metode ini akan

efektif apabila digunakan pada mereka yang membantah akan

kebenaran Islam.

4. Metode percakapan antar pribadi (percakapan bebas) ; yaitu

percakapan bebas antara seorang da’i dengan individu-individu

sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan

untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam

percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.

5. Metode demonstrasi ; yaitu metode dakwah dengan cara

memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, perbuatan

dan sebagainya. Metode ini bertujuan agar sasaran dapat

mengerjakan dan mengamalkan suatu pekerjaan dengan benar

dan bermanfaat.

6. Metode pendidikan dan pengajaran agama ; metode ini pada

dasarnya adalah membina dan (melestarikan) fitrah anak yang

dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama (perasaan ber-

Tuhan).

7. Metode mengunjungi rumah (silaturrahmi / home visit) ;

metode ini efektif dilaksanakan dalam rangka mengembangkan

maupun membina umat Islam. Dengan adanya beberapa

metode dakwah di atas, para da'i (mubaligh) dituntut untuk

bijaksana dalam menggunakan dan menerapkannya sesuai

dengan keadaan dan lingkungan daerah dimana Islam

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

25

disebarkan.

d. Media Dakwah

Yang dimaksud dengan media dakwah adalah alat

obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan

umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam

totaliteit dakwah.

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai

alat bantu dakwah, atau yang popular di dalam proses belajar

mengajar disebut dengan istilah alat peraga. Alat bantu berarti

media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai

penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya

media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.41

Hamzah Ya’qub (1992:47) mengklasifikasikan media

dakwah dalam beberapa bentuk, yaitu : 42

1. Lisan; termasuk dalam bentuk ini ialah khutbah, pidato,

ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat,

pidato-pidato radio, ramah tamah dan anjang sana, obrolan

secara bebas setiap ada kesempatan, yang kesemuanya

dilakukan dengan lidah atau bersuara.

2. Tulisan; yaitu dakwah yang dilakukan dengan perantaraan

tulisan umpamanya, buku-buku, majalah-majalah, surat-surat

41Ibid, hlm. 164 42 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, CV. Diponegoro, Bandung; 1992, hlm. 47

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

26

kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet,

pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan

sebagainya. Da'i yang spesial dibidang ini harus menguasai

jurnalistik yakni ketrampilan mengarang dan menulis.

3. Lukisan; yakni gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film

cerita dan lain sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik

perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan

suatu maksud ajaran yang ingin disampaikan kepada orang

lain, termasuk umpamanya komik-komik bergambar yang

dewasa ini sangat disenangi anak-anak.

4. Audio visual; yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus

merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk itu

dilaksanakan dalam televisi, sandiwara, ketoprak wayang dan

lain sebagainya.

5. Akhlak ; yaitu suatu cara penyampaian langsung ditunjukkan

dalam bentuk perbuatan yang nyata, umpamanya, menziarahi

orang sakit, kunjungan ke rumah bersilaturrahmi,

pembangunan masjid dan sekolah, poliklinik, kebersihan,

pertanian, peternakan dan lain sebagainya.

e. Materi Dakwah

Materi dakwah dan kadang-kadang pula disebut ideologi

dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal

pada dua pokok ajaran yaitu Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

27

SAW. Oleh karena itu, seorang da'i tidak boleh menyimpang dari

kedua pokok yang menjadi materi dakwah ini. Rasulullah SAW

dalam berdakwah menjadikan Al Qur'an (wahyu Allah) itu sebagai

materi inti. Setiap Rasulullah berdakwah selalu membawakan

firman Allah dan menyampaikan pula penjelasannya. Segala kata-

kata dan perbuatan Rasulullah SAW yang merupakan penjelasan

dari al-Qur’an dipandang sebagai sunnah (hadits).43

Menurut Asmuni Syukir, materi dakwah dapat

diklasifikasikan dalam tiga hal pokok, yaitu :

1. Aqidah, yaitu yang menyangkut sistem keimanan/kepercayaan

terhadap Allah SWT. Dan ini menjadi landasan yang

fundamental bagi seluruh aktivitas seorang muslim.

2. Syari’ah, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktivitas

manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan

kehidupannya, mana yang boleh dilakukan, dan mana yang

tidak boleh, mana yang halal dan mana yang haram, mana

yang mubah dan sebagainya. Dan ini menyangkut hubungan

manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan

sesamanya.

3. Akhlak, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara

vertikal dengan Allah SWT, maupun secara horisontal dengan

sesama manusia dan makhluk-makhluk Allah.44

43 Ibid., hlm. 29. 44 Asmuni Syukir, Op.Cit., hlm. 60-63.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

28

2.2. Tinjauan Umum Tentang Dinamika Sosial

2.2.1. Tantangan Modernisasi

Perkembangan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan

dan tehnologi (Iptek) terutama tekhnologi komunikasi dan informasi,

serta transportasi internasional telah berdampak pada perubahan

sendi-sendi etika dan moralitas kehidupan antar bangsa berkaitan

dengan dinamika perubahan ini, menurut Amin Rais,45 adalah

terjadinya semacam homogenisasi budaya pada tingkat dunia.

Sedangkan akar proses homogenisasi itu barangkali dapat dilacak

dari kekuatan ekonomi kapitalis internasional yang mengarah pada

ekonomi dunia yang kurang lebih kapitalistis.46

Dinamika sosial dan perubahan kebudayaan yang

dipengaruhi oleh media dan tekhnologi informasi, sebagaimana

diungkapkan oleh Munir Mulkhan,47 berfungsi mempromosikan hal

yang makrufat (kebaikan) ataupun maksiat tergantung siapa yang

mendominasi keduanya. Di tengah suguhan iklan yang dalam doktrin

keagamaan klasik dipandang maksiat pada jam-jam laris, muncul

berbagai lirik lagu yang bersumber dari syair keagamaan, selain

tayangan dialog spiritual pada saat orang-orang tertidur lelap. Produk

45 M. Amin Rais, Tauhid Sosial; Formula Menggempur Kesenjangan, Mizan, Bandung;

1998, hlm. 145 46 Istilah Kapitalistis berasal dari kata capital yang berarti penanaman modal. Artinya

kapital merupakan satu metode untuk menarik keuntungan dengan mempergunakan peluang yang dimiliki untuk kepentingan sendiri. Lihat Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia jakarta; 1992, hlm.97. pembahasan tentang kapitalisme dapat juga dilihat pada Muhammad Quthub, Islam Agama Pembebas, diterjemahkan Funky Kusnaidi Timur, Mitra Pustaka, Yogyakarta; 2001, hlm. 145-158

47 Abdul Munir Mulkhan, Op.Cit., hlm. 308-309

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

29

hiburan dan humorpun terus marak yang selain bernuansa norak

penuh eksploitasi daya seksual tetapi tayangan tersebut juga

menyuguhkan kritik sosial dan spiritual.

Menurut Arkoun yang dikutip oleh Suadi Putro, istilah

modernisasi berasal dari bahasa latin modernus yang pertama kali

dipakai di dunia kristen pada masa antara tahun 490-500 yang

menunjukkan perpidahan dari masa Romawi Lama ke periode

masehi.48

Terlepas dari kapan modernisasi itu lahir, yang perlu

digaris-bawahi adalah penyebutan tahap perkembangan sejarah

manusia yang berlangsung sekarang ini sebagai “zaman modern”

bukannya tanpa masalah. Wujud keterkaitan antara segi tekhnologi

dan bentuk-bentuk kemasyarakatan yang diacu sebagai pendorong

utama umat manusia memasuki gelombang modernisasi adalah

Revolusi Perancis sosial politik di Perancis dan Revolusi Industri

(tekhnologi) di Inggris.49

Deliar Noer mengungkapkan bahwa modernisasi

merupakan proses yang bersifat jangka panjang, dari perubahan-

perubahan sosial dan budaya yang diakui serta diterima oleh

masyarakat bersangkutan sebagai sesuatu yang memberikan manfaat,

sesuatu yang tidak dapat dielakkan, ataupun sesuatu yang diinginkan;

tetapi sebaliknya juga mungkin sebagai sesuatu yang ingin dijauhkan.

48 Suadi Putro, Muhammad Arkoun tentang Islam dan Modernitas, Paramadina, Jakarta; 1998, hlm. 42

49 Ibid., hlm. 43

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

30

Perkembangannyapun ditandai oleh peningkatan mobilitas geografis

dan mobilitas sosial, penyebaran pendidikan serta ilmu pengetahuan,

transisi dari status yang dibawa lahir pada status yang diperoleh

sebagai prestasi dan perjuangan, serta peningkatan kehidupan

material. Dengan kata lain; pembangunan dalam arti sesungguhnya.50

Era modernisasi merupakan pertemuan dan gesekan nilai-

nilai budaya dan agama diseluruh dunia yang memanfaatkan jasa

komunikasi, informasi, tekhnologi dan sebagainya, termasuk ilmu

pengetahuan. Pertemuan dan gesekan ini akan melahirkan kompetisi

liar yag saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan

dan bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda; atau keadaan bekerja

sama yang menghasilkan sintesa dan antitesa baru. Contoh sederhana

yang mungkin dapat sedikit menggambarkan keberadaan modernisasi

ini adalah adanya telepon seluler atau handphone (HP). Alat kecil

yang super canggih ini dapat menjembatani komunikasi seseorang

dengan orang lain yang hanya memerlukan sekian detik untuk dapat

memberikan informasi dari tempat dan budaya yang berbeda.

Dalam konteks ini baik secara langsung maupun tidak

langsung akan terjadi pertemuan, gesekan atau bahkan kompetisi

pergeseran nilai-nilai budaya. Disini kemudian muncul asumsi dan

penilaian bahwa meskipun kemajuan sebagaimana yang

dikumandangkan modernisasi itu netral sebagaimana dikatakan A.

50 Deliar Noer, Op.Cit., hlm. 154

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

31

Qodry Azizy bahwa yang dominan pasti akhirnya adalah dominasi itu

sendiri.51 artinya, modernisasi dapat berupa alat dan bisa pula

diartikan sebagai ideologi. Alat oleh karena merupakan wujud

keberhasilan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama dibidang

komunikasi. Ketika modernisasi sebagai alat maka ia adalah sesuatu

yang netral. Ini berarti modernisasi mengandung nilai-nilai positif.

Sebaliknya, modernisasi juga mengandung nilai-nilai yang

bersifat negatif. Modernisasi yang ditawarkan sebagai ideologi

memiliki makna tersendiri yang netralitasnya dipertanyakan. Oleh

karena itulah wajar kalau kemudian masyarakat dan komunitas

tertentu menolaknya atau bahkan menentangnya. Sebab tidak jarang

akan terjadi benturan nilai, antara yang dibawa modernisasi dan nilai

yang terkandung dalam doktrin-doktrin keagamaan termasuk agama

Islam. ketika bermakna ideologi itulah modernisasi harus direspon

sedemikian rupa oleh dogma dan nlai-nilai keagamaan.

Deliar Noer juga menambahkan bahwa kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, modernisasi, disatu sisi tidak harus

menghilangkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tradisional.

Walaupun di sisi lain nilai-nilai modernisasi tumbuh dan berkembang

dengan pesat. Keduanya tidak perlu dipertentangkan, selama nilai-

51 A. Qodry A.Azizy, Melawan Globalisasi; Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan

SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 2003, hlm. 20

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

32

nilai prinsipil tetap berlaku kapan dan di mana saja, tetapi nilai-nilai

teknis bisa berubah, tergantung pada masa dan tempat.52

Masyarakat modern yang sering disepadankan dengan

masyarakat industri mulai mengubah alat produksi dengan

memanfaatkan jasa ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) menjadi

mesin-mesin tekhnologi. Belakangan mesin-mesin ini juga mulai

berubah tidak lagi berupa benda-benda fisik, melainkan kemampuan

managerial. Bahkan iptek itu sendiri di belakang hari juga telah

berubah menjadi alat produksi, selain sebagai barang komoditi yang

diperjual-belikan. Arah perubahan ini tentunya berpengaruh bagi

pengubahan pola keberagamaan kaum santri.53

Menurut Kuntowijoyo, didalam masyarakat modern yang

bertekhnologi tinggi, manusia menghadapi mekanisme kerja. Alat-alat

produksi baru yang dihasilkan oleh tekhnologi modern dengan proses

mekanisasi, otomatisasi, dan standarisasinya, ternyata menyebabkan

manusia cenderung menjadi elemen yang mati dari proses produksi.

Tekhnologi modern yang sesungguhnya diciptakan untuk pembebasan

manusia dari kerja ternyata telah menjadi alat perbudakan baru. Dalam

konteks demikian, maka kedudukan manusia mengalami degradasi.

Manusia yang tadinya dianggap sebagai pusat alam semesta, kini telah

52 Deliar Noer, Op. Cit., hlm.351 53 Abdul Munir Mulkhan, Op.Cit,. hlm. 38

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

33

berubah sekedar sebagai unsur suatu sistem ekonomi atau sistem

politik.54

2.2.2. Pemikiran Islam Kontemporer

Dalam perkembangan pemikiran Islam kontemporer,

setidaknya ada lima pemikiran yang menjadi tren besar yang

dominan55 pertama, fundamentalistik, kelompok pemikiran yang

sepenuhnya percaya kepada doktrin Islam sebagai satu-satunya

alternatif bagi kebangkitan umat manusia. Bagi mereka, Islam telah

cukup mencakup tatanan sosial, politik dan ekonami sehingga tidak

butuh metode-metode dan teori hasil karya dari barat. Fokus utama

kegiatan kelompok ini adalah menghidupkan Islam sebagai agama,

budaya sekaligus peradaban, dengan menyerukan kembali kepada

sumber asli (al-Qur’an dan al-Hadist) dan menyerukan untuk

mempraktekkan ajaran Islam sebagaimana dipraktekkan Rasul dan al-

Khulafa ar-Rasidin. Para pemikir Islam yang mempunyai

kecendrungan tersebut adalah Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, al-

Maududi, Said Hawa, Ziauddin Sardar dan sebagainya. di indonesia

terdapat kelompok seperti Abu Bakar Ba’asier, Ja’far Umar Thalib,

Habib Habsyi.

54 Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi, Mizan, Bandung; 1991, hal.162

55Ada beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan masalah ini. Antara lain, isi al-Qur’an itu sendiri sebagai petunjuk atau hudan (diantaranya, QS 2: 1), sebagai rahmat untuk alam semesta atau rahmatan li al-‘alamin (QS 21: 107). Ayat lain adalah Ali ‘Imron [3]: 10 yang menegaskan bahwa umat Islam sebagai khayr umma. Namun ada tiga syarat, yakni jika imat Islam mampu (1) ta’muruna bi al-ma’ruf, (2) tanhawa ‘an al-munkar, dan (3) tu’minuna bi Allah. Sedangakan mengajak kepada kebaikan harus mampu mewujudkan konsep dan aplikasi kebaikan; melarang kemungkaran harus mampu memberi alternatif yang baik, disamping memberi teladan kebaikan, dan iman kepada Allah adalah landasan dasarnya

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

34

Kedua, tradisionalistik (salaf), kelompok pemikiran yang

berusaha untuk berpegang teguh pada tradisi-tradisi yang sudah

mapan.56 Bagi kelompok ini, seluruh persoalan umat telah dibicarakan

secara tuntas oleh para ulama terdahulu, sehingga tugas kita sekarang

hanya menyatakan kembali apa yang pernah dikerjakan mereka.

Namun demikian berbeda dengan kaum fundamentals, kaum

tradisionalis melebarkan tradisi sampai pada salaf al-salih dan tidak

menolak pencapaian modernitas, karena apa yang dihasilkan

modernitas, sains, teknologi, adalah tidak lebih dari apa yang pernah

dicapai umat Islam pada masa lampau. Diantara pemikir muslim yang

memiliki pemikiran ini adalah Husein Nasr, Muthohhari, dan Ismael

Faruqi. Di indonesia, kecenderungan tradisionalistik tersebut terlihat

dalam masyarakat pesantren. Turas (tradisi dengan segala

aspeknya),didalam masyarakat psantren, tidak hanya dinilai sebagai

sesuatu yang sempurna, dan tidak bisa dikritik seperti al-Qur’an, atu

meminjam istilah Arkoun,telah terjadi proses takdis al-afkar ad-

diniyyah (pensakralan pemikiran-pemikiran keagamaan). Pemikiran

tokoh-tokoh seperti asy-Safi’I dan al-Ghazali, yang hidup pada abad

pertengahan, dianggap telah menyelesaikan bergbagai persoalan umat

Islam sampai akhir zaman.

56 Istilah tradisionalisme sendiri pada awalnya digerakkan oleh para pemikir Katolik pada

abad ke-18, yang menuntu pengendalian kembali oleh gereja. Sebab, menurut mereka, masyarakat atau seseorang tidak bisa mengenal kebenaran yang hakiki kecuali atas bimbingan wahyu, dalam hal ini adalah gereja. Lihat Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta; 1996, hlm 1116

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

35

Ketiga, reformistik, yakni kelompok pemikiran yang

berusaha merekonstruksi57 ulang warisan budaya Islam dengan cara

memberi tafsiran-tafsiran baru. Menurut kelompok ini, umat Islam

sesungguhnya mempunyai budaya dan tradisi yang bagus dan mapan.

Namun, tradisi dan budaya tersebut harus dibangun kembali secara

baru dengan kerangka modern dan prasarat rasional agar bisa tetap

survive dan diterima dalm kehidupan modern. Kecendrunan pemikiran

ini, misalnya Hasan Hanafi, Asghar Ali Engineer, dan sebagainya.

Keempat, postradisonalistik, yakni kelompok pemikiran

yang berusaha mendekostruksi warisan-warisan budaya Islam

berdasarkan standar modernitas. Kelompok ini pada satu sisi memiliki

kesamaan pandangan dengan kelompok reformistik, yakni sama-sama

mengakui bahwa tradisi Islam masih relevan untuk era modern selama

ia dibaca, diinterpretasi dan dipahami sesuai standar modernitas.

Namun, bagi postradisionalistik, relevansi tradisi tersebut tidak cukup

dengan interpretasi baru lewat pendekatan rekonstruktif. Bagi kaum

postrdisionalistik, seluruh bengunan Islam klasik harus dirombak dan

dibongkar, setelah sebelumnya diadakan kajian dan analisis.

Tujuannya agar segala yang absolut menjadi relatif dan yang ahistoris

menjadi historis.

57Menurut Hasan Hanafi, rekonstruksi adalah pembangunan kembali warisan-warisan

Islam berdasarkan spirit modernitas dan kebutuhan Muslim kontemporer. Lihat A. Khudori Soleh, “Kata Pengantar” Tipologi Pemikiran Islam Kontemporer, dalam Pemikiran Islam Kontemporer, Penerbit Jendela, Yogyakarta; 2003, hlm. xviii.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

36

Para pemikir postrdisionalistik tersebut, pada umumnya

terdiri atas pemikir muslim yang banyak dipengaruhi gerakan

posstrukturalis Perancis dan beberapa tokoh postmodernisme , seperti

De Saussure (linguistik), Levi-Strauss (antropologi), Lacan

(psikologi), Barthes (semiologi), Foucoult (epistimologi), dan

Gadamer (hermeneutika). Kecenderugan dekonstruktif ini tampak

pada pemikir, seperti Arkoun, Jabiri, Abdullah A. Naim, Nasr Hamid

Abu Yazid. Di Indonesia kecenderungan tersebut tampak dikalangan

para pemikir muda NU seperti, Ulil Absar Abdallah, Masdar Farid

Mas’udi, dan sebagian aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia).

Kelima, modernistik, yakni kelompok pemikiran yang

hanya mengakui sifat rasional-ilmiah dan menolak cara pandang

agama serta kecenderungan mistis yang tidak berdasarkan nalar

praktis. Karakter utama gerakan kelompok ini adalah keharusan

berfikir kritis dalam soal-soal bermasyarakat dan keagamaan,

penolakan terhadap sikap jumud (kebekuan berfikir) dan taqlid.58

Kelompok ini umumnya mengkaji dan dipengaruhi pemikiran

marxisme sperti, Kassim Ahmad, Abdullah Arwi, Fuad Zakaria. Di

Indonesia tampak pada kalangan Muhammadiyah, yang mengklaim

sebagai kelompok modernis.

58 Bambang Sugiarto, Posmodernisme Tantangan bagi Filsafat, Kanisius, Yogyakarta;

1997, hlm. 29-30.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

37

Terlepas dari segala dialektika pemikiran Islam yang

mengusung pembaharuan atas berbagai persoalan sosial, budaya,

politik, filsafat, etika, moral, dan sebagainya. Dalam kaitan ini

peradaban modern sudah menjadi sebuah tantangan sekaligus

ancaman terhadap umat manusia, termasuk didalamnya umat Islam.

dalam banyak hal, umat Islam merasa terikat dengan tradisi sejarah

yang dikembangkan atas dasar ajaran universal dari agama yang

dianutnya. Akan tetapi dalam kenyataan praktis, peradaban modern

terasa begitu kuat mendesakkan nilai-nilai baru bagi perubahan

pemahaman, sikap dan perilaku manusia.

Secara doktrinal, sebetulnya dapat dilacak relevansi Islam

dengan nilai-nilai modern, dalam pengertian selalu memberi angin

baru didalam horison nilai-nilai kemanusiaan secara lebih luas. Dalam

berbagai kasus, Islam ternyata memberikan landasan yang koprehensif

dalam menawarkan alternatif pemecahan masalah. Dalam kaitannya

dengan wanita misalnya, Islam menilai bahwa wanita mempunyai hak

dan kebebasan yang sama dengan kaum pria.59 Allahpun telah

memberikan petunjuk-Nya: Dan (demi) penciptaan laki-laki dan

perempuan (QS 92: 3).

Pengakuan persamaan hak wanita-pria, kalau dilihat dari

setting sejarahnya, merupakan langkah untuk membebaskan wanita

dari kungkungan tradisi lama yang secara nyata membelenggu hak-

59 Sa’id Aqiel Siradj, Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transfomasi Pesantren –Khasanah Pemikiran Islam dan Peradaban Modern-, Pustaka Hidayah, Bandung; 1999, hlm. 28.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

38

hak wanita. Dalam agama Hindu,60 misalnya, dikenal ada tradisi

Shatti.61 Tradisi ini diupayakan untuk dihidupkan kembali oleh

kelompok Hindu fundamentalis. Namun, keinginan itu secara

langsung akan berhadapan dengan hukum India modern yang

diperkenalkan Inggris. Contoh ini menunjukkan bahwa modernitas

seharusnya dipandang tidak terlalu asing bagi kita (umat Islam).

Namun lagi-lagi orang sering bertanya, bahkan mengecam

kepada Islam yang selama ini diperbincangkan itu. Apabila ditanya

tentang bentuk praktis ajaran, Islam tidak pernah menunjukkannya,

kecuali menunjuk pada perjalanan sejarah Nabi Muhammad atau para

Khalifah sesudahnya. Padahal Islam mengklaim sebagai sebuah ajaran

yang diperuntukkan bagi tuntunan, teori dan jawaban kehidupan

manusia, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Wacana-wacana pembaharuan, pembebasan dan revolusi

yang mengemuka dalam konteks pemikiran Islam kontemporer telah

muncul kepermukaan sebagai sebuah keniscayaan historis.62

Mencuatnya wacana ini setidaknya dipicu oleh realitas

keterbelakangan, ketertinggalan dan marginalnya masyarakat Islam

dibandingkan masyarakat lain. Para pemikir Islam mulai gelisah untuk

mencari solusi atas persoalan yang dihadapi masyarakat Islam. dalam

60 Ibid, hlm. 29. 61 Tradisi Shatti adalah sebuah tradisi yang mengharuskan janda wanita terjun ke dalam

api jenazah suaminya, yang dalam sistem kepercayaan mereka bahwa suami-istri kelak di surga akan hidup bersama lagi.

62 M. In’am Esha, Menuju Teologi Pembebasan, dalam Pemikiran Islam Komtemporer, Penerbit Jendela, Yogyakarta; 2003, hlm. 85.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

39

konteks ini kita mengenal pemikir seperti Hassan Hanafi yang

melahirkan karya al-Yasar, atau Ziaul Haque dengan Revelation and

Revolution in Islam.63

Di Indonesia kita bisa melihat pemikir seperti Abdurrahman

Wahid dengan Tabayun “Pribumisasi Islam, Hak Minoritas,

Reformasi Kultural, A.Qodry A. Azizy dengan Islam dan

Permasalahan Sosial; Mencari jalan keluar, atau dalam Melawan

Globalisasi “Reinterpretasi Ajaran Islam –Persiapan SDM dan

Terciptanya Masyarakat Madani, Ahmad Syafii Ma’arif dengan

Membumikan Islam, Amrullah Ahmad dengan Dakwah Islam dan

Perubahan Sosial, Nurcholish Madjid dengan Islam Kemodernan dan

Ke-Indonesiaan, Moeslim Abdurrahman dengan Islam sebagai Kritik

Sosial, M. Imdadun Rahmat et.al., dengan Islam Pribumi

“Mendialogkan Agama Membaca Realitas”, Muhammad Sulthon

dengan Menjawab Tantangan Zaman “Desain Ilmu Dakwah”; Kajian

Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis, dan sebagainya.64

Oleh sebab itu, jika teks dipaksakan hanya dibaca dalam

kata-katanya sendiri, atau hanya dalam kerangka sejarah

63 Ibid. 64 Abdurrahman Wahid, dikumpulkan oleh M. Saleh Isre, Tabayun Gus Dur “Pribuisasi

Islam, Hak Minoritas, Reformasi Kultural, LKiS, Yogyakarta; 2002, dan Melawan Globalisasi “Reinterpretasi Ajaran Islam –Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Ahmad Syafii Maarif Membumikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; 1995, Amrullah Ahmad Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Prima Duta,Yogyakarta; 1983, Nurcholish Madjid Islam Kemodernan dan Ke-Indonesiaan, Mizan, Bandung; 1987, Moeslim Abdurrahman Islam sebagai Kritik Sosial, Erlangga, Jakarta; 2003, M. Imdadun Rahmat et.al., Islam Pribumi “Mendialogkan Agama Membaca Realitas”, Erlangga, Jakarta; 2003, Muhammad Sulthon Menjawab Tantangan Zaman “Desain Ilmu Dakwah”; Kajian Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis, Pustaka Pelajar dan Walisongo Press, Yogyakarta; 2003.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

40

perkembangan sosio-kultural dan kesadaran ideologisnya sendiri,

maka Islam tidak muncul dan berkembang. Setiap bahasa simbolik

Islam, untuk memahami makna dan pesannya yang paling dalam

haruslah disekularisasikan65 dan dirasionalkan.66

2.2.3. Konsep Cinta Kasih dalam Islam

Salah satu nama Tuhan adalah Al-Wudud, dan di dalam al-

Qur’an terdapat begitu banyak keterangan tentang Cinta atau hubb,

seperti ayat yang mengatakan, …Maka Allah akan mendatangkan

suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-

Nya (QS Al-Ma’idah [5]: 54). Adalah keyakinan umat Islam bahwa

Allah Maha Mencintai, sebagaimana Dia adalah Maha Pengasih dan

Maha Pemaaf, seperti ditegaskan dalam ayat-ayat berikut ini,

…Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih (QS

Hud [11]: 90) dan, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang (QS Al-Buruj [85]: 14). Bahkan, ketaatan Nabi kepada

perintah Tuhan disebabkan oleh cinta beliau kepada tuhan karena

kitab suci menyatakan, Katakanlah, (Ya Muhammad), “Jika kamu

(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku”…(QS Ali ‘Imron [3]:

31). Salah satu gelar Nabi ternyata, Habib Allah, biasanya

65 Istilah sekularisasi berasal dari kata sekular yang berarti, sesuatu yang bersifat

keduniawian. Sekularisasi merupakan upaya atau kegiatan untuk merebut pemahaman, pandangan tentang sesuatu hal tertentu yang berkaitan dengan hal-hal keduniawian, yang selama ini terikat unsur-unsur kerohanian. Lihat Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya; 1994, hlm. 699.

66 Moeslim Abdurrahman, “Kata Pengantar” dalam M. Imdadun Rahmat et.al., Islam Pribumi; Mendialogkan Agama Membaca Realitas, Erlangga, Jakarta; 2003, hlm. xi.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

41

diterjemahkan dengan ‘Teman Allah’, tetapi dapat juga bermakna

‘Kekasih Allah’.67

Penting digarisbawahi bahwa dalam perspektif Islam, Belas

Kasih Tuhan kepada dunia tidak diidentifikasi dengan “penderitaan”,

tetapi diterjemahklan ke dalam cinta. Esensi Tuhan melampaui dunia

atau alam yang bersifat sementara serta makhluk dan Dia tidak dapat

menderita dalam Esensi-Nya disebabkan apa-apa yang terjadi di

dalam alam. Pandangan Islam ini, karenanya, sangat berlawanan

dengan tema “pelayan yang menderita” dalam mesianisme Yahudi

maupun “penderitaan Tuhan” yang dianut oleh sebagian besar aliran

dalam agama Kristen. Seperti telah dijelaskan, dalam perspektif Islam,

Tuhan “cinta atau suka” untuk dikenal, karena itu Dia menciptakan

dunia. Dengan demikian, cinta mengalir keseluruh sel darah alam dan

seperti halnya belas Kasih, cinta tidak terpisahkan dari kehidupan.

Tidak ada ruang kehidupan yang tidak terisi dengan cinta,

bagaimanapun caranya. Orang justru dapat mengatakan bahwa, secara

filosofis, daya tarik tubuh materi antara satu dan lainnya adalah satu

contoh khusus dari prinsip-prinsip universal cinta yang beroperasi

pada level realitas fisik.68

Pada level yang lebih praktis, cinta dalam kehidupan

muslim memiliki contohnya dalam cinta Tuhan kepada Nabi dan cinta

Nabi kepada Tuhan. Bagi manusia, cinta kepada Tuhan mensyaratkan

67 Seyyed Hossen Nasr, the heart of islam (Pesan-Pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan), Mizan, Bandung; 2003,hlm. 251.

68 Ibid., hlm 252-253

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

42

cinta kepada Nabi, dan cinta kepada nabi serta para wali, yang

merupakan pewaris biologis maupun spiritual nabi, mengharuskan

cinta kepada Tuhan. Lebih jauh, terdapat banyak level cinta yang

alamiah pada manusia: cinta romantis, cinta anak dan orang tua, cinta

keindahan seni dan alam, cinta pengetahuan, dan bahkan cinta

kekuasaan, kekayaan, dan ketenaran, yang kesemuanya, karena

diarahkan pada dunia, bagaimanapun, dapat membahayakan jiwa.

Dalam pandangan Islam, semua cinta yang bersifat duniawi harus

didasarkan dan tidak dipisahkan dari cinta kepada Tuhan, dan segala

cinta yang menafikan Tuhan dan menjauhkan kita dari Tuhan adalah

suatu ilusi yang dapat menggiring pada keruntuhan jiwa. Para wali

Islam bahkan telah menetapkan doktrin bahwa hanya Cinta Tuhanlah

yang riil dan cinta yang lain hanyalah metafora atau kiasan. Akan

tetapi, cinta metafora ini juga riil pada tatarannya sendiri dan bahkan

merupakan anugerah Tuhan kalau cinta itu dihayati dengan

sebenarnya dan digunakan sebagai tangga untuk mencapai cinta yang

paling riil, yaitu cinta kepada sumber dari segala cinta, Tuhan.69

Dalam tasawuf, cinta sebagai jalan untuk mengenal Tuhan

lebih dekat sekaligus mediator yang banyak diperbincangkan mulai

Rabi’ah al-Adawiyah sampai Jalaluddin Rumi. Sebagai asumsi dasar,

sufisme mengajarkan bahwa Realitas tidak dapat diketahui oleh

metode-metode logis atau rasional. Tuhan harus didekati melalui

69 Ibid., hlm. 253-254.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

43

cinta, dan hanya melalui keagungan dan rahmat Ilahi, intimasi

bersama-Nya biar tercapai. Dari perspektif kaum sufi, sepanjang

“engkau” masih “dirimu sendiri”, engkau tidak dapat mengenal

Tuhan, selubung terbesar antara engkau dan Realitas adalah “dirimu”.

Hanya api cinta Ilahi dapat membakar egosentrisitas. Cinta dalam

tasawuf merupakan bahasan yang paling pokok, sebab menurut kaum

sufi untuk menjadi hamba yang paling ikhlas dalam menjalankan

ibadah diperlukan adanya cinta.70

Walaupun dalam tasawuf, cinta tidak pernah terpisahkan

dari pengetahuan, sebagian aliran lebih menekakan cinta dan sebagian

lagi lebih menekankan pengetahuan. Dalam sejarah Islam awal, aliran

Khurasan di Persia dikenal dengan penekanannya yang khusus pada

cinta dan tokoh-tokohnya seperti Bayazid Busthami, Abu Sa’id Abu

Al-Khair, dan terutama Ahmad Ghazali, yang mengembangkan

keseluruhan bahasa filsafat berdasarkan ‘isq atau cinta yang

mendalam, telah menulis beberapa bait tentang Cinta Tuhan, yang

paling banyak dihafal orang.71

Manifestasi cinta yang begitu meluas dalam religiositas

Islam bukanlah hal yang muncul dari luar Islam, melainkan lebih

disebabkan oleh Islam itu sendiri. Keadaan ini tidak bisa bisa

dihubungkan pada suatu pengaruh asing, seperti juga karya-karya

70 William C. Chillick, Jalan Cinta Sang Sufi, Ajaran-ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi

(The Sufi Path of Love,The Spiritual Teachings of Rumi), terj. M. Sadat Ismail & Achmad Nidjam, Qalam, Yogyakarta; 2001, hlm. 324.

71 Seyyed Hossein Nasr, Op.Cit, hlm. 254.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

44

dalam agama Kristen tentang cinta tidak bisa direduksi hanya

bersumber dari Neoplatonik tanpa mempertimbangkan nuansa cinta

Yesus. Kehadiran literatur tentang Cinta Tuhan dalam jumlah besar

ini, yang ditulis dalam hampir setiap bahasa Islam dari mulai Arab dan

Persia sampai dengan Turki dan Swahili dan begitu juga dalam hampir

seluruh bahasa-bahasa lokal di India dan Asia Tenggara, adalah bukti

luar mengenai pentingnya dimensi cinta dalam kehidupan spiritual

Islam.72

Cinta menurut Kahlil Gibran adalah sebagai penghubung

antar pribadi untuk mengganti sikap-sikap sosial yang negaif. Dalam

hubungan sosial aku-diri memperoleh sesuatu dalam memberikan

sesuatu kepada orang lain atau kehilangan sesuatu dari diri untuk

orang lain tetapi memperoleh kesehatan psikologi dengan hubungan

tersebut dengan tidak merasa kesepian dan terasing. Disini Gibran

berpikiran bahwa prinsip persaudaraan dan cinta sebagai solusi untuk

memantapkan kontak antar subyek yang murni. Seperti ungkapan

Gibran:

“Kita semuanya saling tergantung kepada yang lain dalam

jalinan hukum semesta, sejak purba tanpa ada batas masa. Karena itu

marilah kita hidup ramah dalam suasana saling mencintai.”73

72 Ibid., hlm. 255. 73 Kahlil Gibran, Trilgi Hikmah Abadi (Jubran Khalil Jubran: An-Naby wa Al-Hadiqatu

An-Naby) terj. Adil Abdillah & M. Amin Nasihin, Pustaka Pelajar, Yogyakarta; Cet. I, 1999, hlm. 135.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

45

Oleh karena itu, cinta sangat jelas di dalamnya lebih dari

sekedar kasih dan sayang. Dan di dalamnya ada unsur penekanan

yang membedakan dari kasih sayang. Unsur penekanan itu adalah

sangat ingin bertemu, sangat suka, sangat sayang, sangat kasih dan

sangat tertarik hati. Disamping itu, ada unsur kepada cinta, ini yang

membedakan cinta dan kasih sayang.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

46

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Dzikron, Metodologi Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo

Semarang, 1992.

Abdurrahman, Moeslim, “Kata Pengantar” dalam M. Imdadun Rahmat et.al.,

Islam Pribumi; Mendialogkan Agama Membaca Realitas, Erlangga,

Jakarta; 2003.

Achmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial; Suatu Kerangka

pendekatan dan Permasalahan, Prima Duta, Yogyakarta; 1983.

Azizy, Ahmad Qodry A., Melawan Globalisasi; Reinterpretasi Ajaran Islam

(Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta; 2003.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitiaan Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta; 1997.

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta; 1996.

Chillick, William C., Jalan Cinta Sang Sufi, Ajaran-ajaran Spiritual Jalaluddin

Rumi (The Sufi Path of Love,The Spiritual Teachings of Rumi), terj. M.

Sadat Ismail & Achmad Nidjam, Qalam, Yogyakarta; 2001.

Esha, M. In’am, Menuju Teologi Pembebasan, dalam Pemikiran Islam

Komtemporer, Penerbit Jendela, Yogyakarta; 2003.

Kahlil Gibran, Trilogi Hikmah Abadi (Jubran Khalil Jubran: An-Naby wa Al-

Hadiqatu An-Naby) terj. Adil Abdillah & M. Amin Nasihin, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta; Cet. I, 1999.

Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi, Mizan, Bandung; 1991.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

47

M. Echols, Jhon dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris Indonesia, PT.

Gramedia,Jakarta; 1992.

Madjid, Nurcholish, Islam Kemodernan dan Ke-Indonesiaan, Mizan,Bandung;

1987.

Mulkhan, Abdul Munir, Strategi Sufistik Semar: Aksi Kaum Santri Merebut Hati

Rakyat, Kreasi Wacana, Yogyakarta; 2003.

Nasr, Seyyed Hossen, the heart of islam (Pesan-Pesan Universal Islam untuk

Kemanusiaan), Mizan, Bandung; 2003.

Noer, Deliar, Islam dan Masyarakat, Yayasan Risalah, Jakarta; 2003.

Partanto, Pius A., Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya;

1994.

Putro, Suadi, Muhammad Arkoun tentang Islam dan Modernitas, Paramadina,

Jakarta; 1998.

Quthub, Muhammad, Islam Agama Pembebas, diterjemahkan Kusnaidi, Funky

Timur, Mitra Pustaka, Yogyakarta; 2001.

Rais, M. Amin, Tauhid Sosial; Formula Menggempur Kesenjangan,

Mizan,Bandung; 1998.

Siradj, Sa’id Aqiel, Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan

Transfomasi Pesantren –Khasanah Pemikiran Islam dan Peradaban

Modern-, Pustaka Hidayah,Bandung; 1999.

Soleh, Ahmad Khudori, “Kata Pengantar” Tipologi Pemikiran Islam

Kontemporer, dalam Pemikiran Islam Kontemporer, Penerbit Jendela,

Yogyakarta; 2003.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN DINAMIKA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1... · dakwah mampu memberi output terhadap lingkungan dalam arti

48

Sugiarto, Bambang, Posmodernisme Tantangan bagi Filsafat, Kanisius,

Yogyakarta; 1997.

Sulthon, Muhammad, Menjawab Tantangan Zaman; Desain Ilmu Dakwah;

Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta; 2003.

Syukir, Asymuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya;

1983.

Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, CV. Gaya Media Pratama, Jakarta; 1987.

Wahid, Abdurrahman, dikumpulkan oleh M. Saleh Isre, Tabayun Gus Dur

“Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, Reformasi Kultural, LKiS,

Yogyakarta; 2000.

Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, CV. Diponegoro, Bandung; 1992.