bab ii tinjauan pustaka a. keluarga 1. pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/ratri dewi septiani bab...

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep.Kes RI, 1988). Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk (Riadi, 2012). Keluarga selaku unit dasar memiliki pengaruh yang begitu kuat tehadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut. Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Prioritas tertinggi keluarga biasanya adalah kesejahteraan anggota keluarganya (Tamher & Ekasari, 2009). 17 Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Upload: ngotram

Post on 17-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep.Kes

RI, 1988).

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang

hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan

biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan

lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang

kepala keluarga dan makan dalam satu periuk (Riadi, 2012).

Keluarga selaku unit dasar memiliki pengaruh yang begitu kuat

tehadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil

atau tidaknya kehidupan individu tersebut. Keluarga memiliki pengaruh

yang penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan

perasaan harga diri. Prioritas tertinggi keluarga biasanya adalah

kesejahteraan anggota keluarganya (Tamher & Ekasari, 2009).

17

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

18

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif

Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu

umtuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan

dengan orang lain.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan

keluarga.

e. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

19

3. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Friedman (2010) sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas-

tugas dalam bidang kesehatan yang harus dipahami dan dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

c. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak

mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang

terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

ada.

4. Interaksi Keluarga Dalam Rentang Sehat Sakti

Interaksi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit juga

mempengaruhi tingkat berfungsinya keluarga. Penyakit yang diderita salah

satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga yang

lainnya. Friedman dengan mengadaptasi Doherti dan Sussman (1998)

memberikan gambaran bahwa terdapat interaksi keluarga dengan rentang

sehat sakit dalam bentuk upaya-upaya sebagai berikut:

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

20

a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan

Kegiatan peningkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan

promosi kesehatan bisa dimulai dalam keluarga, seperti halnya seorang

ayah yang memberikan contoh dengan tidak merokok, minum-

minuman keras tentunya gaya hidup tersebut akan diikuti oleh anak-

anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah

meningkatnya angka kesakitan.

b. Penaksiran keluarga terhadap gejala-gejala sakit

Tahapan ini dimulai saat anggota keluarga mengeluhkan gejala-

gejala penurunan kesadaran yang dialami, mencari tahu penyebabnya,

dan ada tidaknya pengaruh bagi anggota keluarga yang lain. Sosial

ekonomi juga sangat berpengaruh pada penaksiran gejala-gejala yang

muncul. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang lemah akan

merespon lambat mengingat kemampuan ekonominya.

c. Pencarian perawatan

Tahapan ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan

sakit dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulailah

upaya mencari tahu kemana akan dirawat. Upaya ini dilakukan dengan

mencari informasi kepada orang terdekat. Pada tahapan ini juga

keluarga dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat kemana

akan merawat anggota keluarga yang sakit. Kecepatan pengambilan

keputusan ini ditentukan oleh respon keluarga terhadap kondisi sakit.

d. Perolehan perawatan dan rujukan ke pelayanan kesehatan

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

21

Tahapan ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga

dengan pelayanan kesehatan atau pengobatan alternatif. Penentuan

jenis pelayanan yang didatangi dipengaruhi oleh pengetahuan

keluarga, pengalaman masa lalu dan sering kali ibu memberikan

kontribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut.

e. Respon akut terhadap penyakit oleh klien dan keluarga

Tahapan ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada

anggota keluarga yang sakit, misalnya saja peran ibu yang sedang sakit

akan digantikan oleh ayah terutama saat anak-anaknya masih kecil.

Contoh lain jika ayah sakit maka dengan langsung ibu mengambil alih

peran dan tanggung jawabnya.

f. Adaptasi terhadap penyakit dan penyembuhan

Tahap adaptasi adalah tahapan dimana keluarga memerlukan

bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga

terhadap sakitnya (Setiawati & Dermawan, 2008).

5. Keterlibatan Keluarga Dalam Mencegah Klien Kambuh

Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan

merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam

menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.

Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di

rumah karena dapat mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh).

Peran serta keluarga sejak awal asuhan di RS akan meningkatkan

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

22

kemampuan keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan

dapat dicegah.

Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat

dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat

dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.

Keluarga merupakan “institusi” pendidikan utama bagi individu untuk

belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku.

Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik

keluarga memengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu.

Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat.

Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi

pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya

disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada

anggota. Pelayanan kesehatan jiwa yang ada merupakan fasilitas yang

membantu klien dan keluarga dalam mengembangkan kemampuan

mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah, dan

mempertahankan keadaan adaptif. Salah satu faktor penyebab kambuh

gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku

klien di rumah. Menurut Sullinger (1988), klien dengan diagnosis

skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada

tahun kedua, dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit

karena perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat (Nasir &

Muhith, 2011).

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

23

6. Manfaat Peran Keluarga

a. Bagi klien:

1. Mempercepat proses penyembuhan melalui dinamika kelompok

2. Memperbaiki hubungan interpersonal klien dengan setiap anggota

keluarga

3. Menurunkan angka kekambuhan

b. Bagi keluarga

1. Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga

2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga

keluarga lebih dapat menerima, toleran, dan menghargai klien

sebagai manusia

3. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien

dalam proses rehabilitasi (Shalehuddin, 2013).

B. Halusinasi

1. Definisi

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar

suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono,

2010).

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

24

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsang yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Misalnya, merasa

melihat ada orang yang akan memukul, padahal tidak ada seorang pun

disekitarnya. Sekalipun tidak nyata, tetapi bagi penderita gangguan jiwa,

halusinasi dirasakan sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh (Baihaqi,

Sunardi, Akhlan, Heryati, 2007). Halusinasi merupakan persepsi sensori

yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas

(Videbeck, 2008).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu

berupasuara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu.Pasien

merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2009).

2. Klasifikasi Halusinasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Halusinasi

JenisHalusinasi Data Subjektif Data Objektif

Halusinasi dengar

(Auditory-hearing voices or

sounds)

a. Mendengar suara

menyuruh melakukan

sesuatu yang berbahaya

b. Mendengar suara atau

bunyi

c. Mendengar suara yang

mengajak bercakap-

cakap

d. Mendengar seseorang

yang sudah meninggal

e. Mendengar suara yang

mengancam diri klien

atau orang lain atau

suara lain yang

membahayakan.

a. Mengarahkan telinga

pada sumber suara

b. Bicara atau tertawa

sendiri

c. Marah-marah tanpa

sebab

d. Menutup telinga

e. Mulut komat-kamit

f. Ada gerakan tangan

Halusinasi penglihatan

(visual-seeing persons or

things)

a. Melihat seseorang yang

sudah meninggal,

melihat makhluk

a. Tatapan mata pada

tempat tertentu

b. Menunjuk kearah

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

25

JenisHalusinasi Data Subjektif Data Objektif

tertentu, melihat

bayangan, hantu atau

sesuatu yang

menakutkan, cahaya.

Monster yang memasuki

perawat

tertentu

c. Ketakutan pada objek

yang dilihat

Halusinasi penghidu

(olfactory-smeeling odors)

a. Mencium sesuatu seperti

bau mayat, darah, bayi,

feses, atau bau masakan,

farfum yang

menyenangkan

b. Klien sering mengatakan

mencium bau sesuatu

c. Tipe halusinasi ini sering

menyertai klien

demensia, kejang atau

penyakit serebrovaskular

a. Ekspresi wajah seperti

mencium sesuatu

dengan gerakan cuping

hidung, mengarahkan

hidung pada tempat

tertentu.

Halusinasi perabaan

(tactile-feeling bodily

sensations)

a. Klien mengatakan ada

sesuatu yang

menggerayangi tubuh

seperti tangan, binatang

kecil, makhluk halus.

b. Merasakan sesuatu

dipermukaan kulit,

merasakan sangat panas

atau dingin, merasakan

tersengat aliran listrik.

a. Mengusap, menggaruk-

garuk meraba-raba

permukaan kulit.

Terlihat menggerak-

gerakkan badan seperti

merasakan sesuatu

rabaan.

Halusinasi Pengecapan

(Gustatory-experiencing

tastes)

a. Klien seperti sedang

merasakan makanan

tertentu, rasa tertentu

atau mengunyah sesuatu.

a. Seperti mengecap

sesuatu. Gerakan

menguyah, meludah

atau muntah

Cenesthetic & Kinestetic

hallucinations

a. Klien dapat melaporkan

bahwa fungsi tubuhnya

tidak dapat terdeteksi

misalnya tidak adanya

denyutan di otak, atau

sensasi pembentukan

urine dalam tubuhnya,

perasaan tubuhnya

melayang di atas bumi.

a. Klien terlihat menatap

tubuhnya sendiri dan

terlihat merasakan

sesuatu yang aneh

tentang tubuhnya.

(Sumber :Yosep, 2011).

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

26

3. Proses Terjadinya Halusinasi

Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terjadi pada

klien dengan gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan

penglihatan. Bentuk halusinasi ini dapat berupa suara-suara dan gambaran-

gambaran. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam

bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien

menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau

respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan

suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada

orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.

Halusinasi pendengaran dan penglihatan merupakan suatu tanda

mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk

metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik

(Purba, Wahyuni, Daulay, Nasution, 2012).

4. Faktor Penyebab Halusinasi

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya

rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien

tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya

diri dan lebih rentan terhadap stress.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

27

2. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak

bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan

tidak percaya pada lingkungannya.

3. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam

tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan

acetylcholine dan dopamine.

4. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab

mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini

berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

5. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh

orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini (Yosep, 2011).

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

28

Kebanyakan penelitian genetika berfokus pada keluarga

terdekat, seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk

melihat apakah skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara

genetik. Hanya sedikit penelitian yang memfokuskan pada kerabat

yang lebih jauh. Penelitian yang paling penting memusatkan pada

penelitian anak kembar yang menunjukkan bahwa kembar identik

berisiko mengalami gangguan ini sebesar 50%, sedangkan kembar

praternal berisiko hanya 15%. Penelitian penting lain menunjukkan

bahwa anak-anak yang memiliki satu orang tua biologis penderita

skizofrenia memiliki risiko 15% dan angka ini meningkat sampai

35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia.

Anak-anak yang memiliki orang tua biologis dengan

riwayat skizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh keluarga

tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki risiko genetik dari orang

tua biologis mereka. Semua penelitian ini menunjukkan bahwa ada

risiko genetik atau kecenderungan skizofrenia, tetapi ini bukan

satu-satunya faktor. Kembar identik memiliki risiko 50% walaupun

gen mereka identik 100% (Cancro & Lehman, 2000 dalam

Videbeck, 2008).

6. Faktor Ekonomi dan Pendidikan

Menurut penelitian Erlina, Soewadi, Pramono (2010),

status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk

mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

29

ekonomi tinggi. Pada analisis multivariabel, status ekonomi rendah

berisiko 7,4 kali untuk menderita ganguan jiwa skizofrenia

dibanding dengan status ekonomi tinggi dengan OR=7,482

(95%IK;2,852-19,657) dengan p=0,000. Artinya kelompok

ekonomi rendah kemungkinan mempunyai risiko 7,48 kali lebih

besar mengalami kejadian skizofrenia dibandingkan kelompok

ekonomi tinggi.

Menurut Werner et al. dalam Erlina, Soewadi, Pramono

(2010), yang melakukan penelitian di Israel mengatakan orang

yang dilahirkan mempunyai orangtua yang berstatus sosio ekonomi

dan didaerah miskin berhubungan dengan dengan peningkatan

risiko skizofrenia (OR1.39 (95%CI;1.10–1.78), p<0,00. Status

ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.

Beberapa ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan (status

ekonomi rendah) sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang

menyertainya bertanggung jawab atas timbulnya gangguan

kesehatan. Menurut Graham dalam Erlina, Soewadi, Pramono

(2010), keluarga adalah faktor perantara yang paling penting.

Ketika kehidupan keluarga dipengaruhi oleh penyebab lingkungan

(rumah yang kecil, tidak adanya waktu dan rasa aman) maka hal ini

merupakan beban bagi orangtua yang akibatnya akan

mempengaruhi kesehatan anak. Kemiskinan ditandai dengan oleh

sedikitnya dukungan, sedikitnya keselamatan, tidak adanya ruang

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

30

sehingga terlalu sesak, tidak adanya kebebasan pribadi,

ketidakpastian dalam masalah ekonomi yang akhirnya mungkin

menimbulkan risiko kesehatan bagi keluarga.

Sementara dari segi pendidikan menurut penelitian Fakhari

et al dalam Erlina, Soewadi, Pramono (2010), dengan hasil yang

ditemukan ada hubungan yang bermakna antara tidak punya

pendidikan atau tidak tamat SD dengan timbulnya gangguan jiwa

(p<0,001).

b. Faktor Presipitasi

1. Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan respons

neurobiologik yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran

umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan adanya

abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi rangsangan.

2. Pemicu Gejala

Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode

baru suatu penyakit yang biasanya terdapat pada respons

neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan,

lingkungan, sikap dan perilaku individu.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

31

a. Kesehatan, seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi,

obat Sistem Saraf Pusat, gangguan proses informasi, kurang

olahraga, alam perasaan abnormal dan cemas.

b. Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam

hubungan interpersonal, masalah perumahan, stress,

kemiskinan, tekanan terhadap penampilan, perubahan dalam

kehidupan dan pola aktivitas sehari-hari, kesepian (kurang

dukungan) dan tekanan pekerjaan (Trimeilia, 2011) 3. Perilaku

respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku

merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan

tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993)

memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat

keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun

atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga

halusinasi dalam dilihat dari lima dimensi yaitu:

a) Dimensi Fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi

fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-

obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan

kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

32

b) Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem

yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi

itu terjadi.Isi dari halusinasi dapat berupa perintah

memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi

menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi

tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan

tersebut.

c) Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa

individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya

penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi

merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls

yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil

seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol

semua perilaku klien.

d) Dimensi Sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam

fase awal dan comforting, klien menganggap bahwa

hidup bersosialisasi di dunia nyata sangat

membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,

seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi akan

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

33

interaksi sosial, kontrol diri dan haga diri yang tidak

didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan

sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika

perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang

lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek

penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan

klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang

menimbulkan pengalaman interpersonal yang

memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri

sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya

dan halusinasi tidak berlangsung.

e) Dimensi Spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan

kehampaan hidup, rutinitas tidak bemakna, hilangnya

aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual

untuk menyucikan diri. Irama sirkardiannya terganggu,

karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat

siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas

tujuan hidupnya.Ia sering memaki takdir tetapi lemah

dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan

dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk

(Yosep, 2011).

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

34

5. Tahapan Halusinasi

Gangguan persepsi yang utama pada pasien skizoprenia adalah

halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya

dirangsang oleh kecemasan, gangguan harga diri, kritis diri, atau

mengingkari rangsangan terhadap kenyataan. Halusinasi pendengaran

adalah paling utama pada pasien skizoprenia, suara-suara biasanya berasal

dari tuhan, setan, tiruan atau relatif.

Ada empat tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang

ditampilkan.

Tabel 2.2 Tahapan, Karakteristik dan Perilaku Klien

Tahap Karakteristik Perilaku Klien

Tahap I

- Memberi rasa

nyaman, tingkat

ansietas sedang

secara umum,

halusinasi

merupakan suatu

kesenangan.

- Mengalami ansietas,

kesepian, rasa bersalah

dan ketakutan.

- Mencoba berfokus pada

pikiran yang dapat

menghilangkan ansietas

- - Fikiran dan pengalaman

sensori masih ada dalam

kontol kesadaran,

nonpsikotik.

- Tersenyum, tertawa

sendiri

- Menggerakkan bibir

tanpa suara

- Pergerakkan mata yang

cepat

- Respon verbal yang

lambat

- Diam dan

berkonsentrasi

Tahap II

- Menyalahkan

- Tingkat kecemasan

berat secara umum

halusinasi menyebabkan

perasaan antipati

- Pengalaman sensori

menakutkan

- Merasa dilecehkan oleh

pengalaman sensori

tersebut

- Mulai merasa kehilangan

kontrol

- - Menarik diri dari orang

lain non psikotik

- Terjadi peningkatan

denyut jantung,

pernafasan dan tekanan

darah

- Perhatian dengan

lingkungan berkurang

- Konsentrasi terhadap

pengalaman sensori

kerja

- Kehilangan

kemampuan

membedakan halusinasi

dengan realitas

Tahap III

- Mengontrol

- Klien menyerah dan

menerima pengalaman

- Perintah halusinasi

ditaati

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

35

Tahap Karakteristik Perilaku Klien

- Tingkat kecemasan

berat

- Pengalaman halusinasi

tidak dapat ditolak lagi

sensori (halusinasi)

- Isi halusinasi menjadi

atraktif

- Kesepian bila pengalaman

sensori berakhir psikotik

- Sulit berhubungan

dengan orang lain

- Perhatian terhadap

lingkungan berkurang

hanya beberapa detik

- Tidak mampu

mengikuti perintah dari

perawat, tremor dan

berkeringat

Tahap IV

- Klien sudah dikuasai

oleh halusinasi

- Klien panik

- Pengalaman sensori

mungkin menakutkan jika

individu tidak mengikuti

perintah halusinasi, bisa

berlangsung dalam

beberapa jam atau hari

apabila tidak ada

intervensi terapeutik.

- Perilaku panik

- Resiko tinggi

mencederai

- Agitasi atau kataton

- Tidak mampu berespon

terhadap lingkungan

(Erlinafsiah, 2010).

6. Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi

Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat-

obatan dan tindakan lain, yaitu :

a. Psikofarmakologis

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia

biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik

antara lain golongan butirofenon: Haloperidol, Haldol, Serenace,

Ludomer.

Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x

5 mg via im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam.

Setelahnya klien biasanya diberikan obat per oral 3 x 1,5 mg atau 3 x

5 mg. Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/Largactile/Promactile.

Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

36

mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1 x 100 mg

pada malam hari saja (Yosep, 2011).

b. Terapi kejang listrik/electro compulsive therapy (ECT)

Menurut Riyadi & Purwanto (2009), ECT adalah suatu

tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan

kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah

bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan alur listrik melalui

elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan

kejang grandmall. Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi

pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia super katatonik dan

gaduh gelisah katatonik.

ECT lebih efektif dari antidepresan untuk klien depresi dengan

gejala psikotik (waham, paranoid dan gejala vegetatif), berikan

antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hariselama 4 minggu)

namun jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan

ECT.Mania (gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT,

terutama jika litium karbonat tidak berhasil. Pada klien depresi

memerlukan waktu 6-12 kali terapi untuk mencapai perbaikan,

sedangkan pada mania dan katatonik membutuhkan waktu lebih lama

yaitu antara 10-20 kali terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan

frekuensi 2-3 hari sekali. Jika efektif, perubahan perilaku mulai

kelihatan setelah 2-6 terapi.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

37

7. Penatalaksanaan Keperawatan Pada Halusinasi

a. Terapi Generalis pada Klien Halusinasi

Menurut Keliat & Akemat (2009), tindakan keperawatan pada klien

halusinasi adalah sebagai berikut:

a) Mengkaji isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, dan respons

klien terhadap halusinasi (mengenal halusinasi)

Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan

mengobservasi perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa

yang sedang dialami oleh klien.

Kemudian perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi,

dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh klien. Hal ini

dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu

terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi

terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan

untuk pencegahan terjadinya halusinasi. Kemudian untuk

mengetahui dampak halusinasi pada klien dan apa respons klien

ketika halusinasi itu muncul perawat dapat menanyakan pada

pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.

b) Melatih klien mengontrol halusinasi

Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi,

perawat dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi

pada klien. Keempat cara tersebut meliputi:

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

38

1) Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan

diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang

muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap

halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan

halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, klien akan mampu

mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang

muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan

kemampuan ini klien tidak akan larut untuk menuruti apa

yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi:

a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi.

b. Memperagakan cara menghardik.

c. Meminta klien memperagakan ulang.

d. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.

2) Melatih bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Bercakap-cakap dengan

orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika

klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi

distraksi; fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke

percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

39

Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol

halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

3) Melatih klien beraktivitas secara terjadwal

Libatkan klien dengan terapi modalitas. Untuk

mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan

beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan mengalami

banyak waktu luang yang sering kali mencetuskan halusinasi.

Oleh karena itu halusinasi dapat dikontrol dengan cara

beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur

malam. Tahapan intervensi sebagai berikut:

a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi

b) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh klien

c) Melatih klien melakukan aktivitas

4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas

yang telah dilatih. Upayakan klien mempunyai aktivitas dari

bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan

terhadap perilaku klien yang positif

6) Melatih klien menggunakan obat secara teratur

Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih

untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.Klien

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

40

gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering mengalami putus obat

sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan

terjadi, untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Oleh

karena itu klien dilatih minum obat sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan perawat agar klien

patuh menggunakan obat:

a. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

b. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program

c. Jelaskan akibat bila putus obat

d. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar

obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

e. Memantau efek samping obat

Menurut Yosep (2011), perawat perlu memahami efek samping

yang sering ditimbulkan oleh obat-obat psikotik seperti: mengantuk,

tremor, mata melihat ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik sebelah,

hipersaliva, pergerakan otot tak terkendali. Untuk mengatasi ini

biasanya dokter memberikan obat anti parkinsonisme yaitu

Trihexyphenidile 3 x 2 mg. Apabila terjadi gejala-gejala yang dialami

oleh klien tidak berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-betul

diminum atau tidak.

b. Terapi Generalis pada Keluarga

Menurut Kelliat, Helena, Farida (2011), cara keluarga dalam

merawat klien halusinasi yaitu:

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

41

1. Mengatakan, “saya percaya kamu mendengar suara itu, tapi saya

sendiri tidak mendengarnya”.

2. Tidak membantah halusinasi klien.

Sementara menurut Purba, Wahyuni, Daulay, Nasution (2012)

tindakan perawatan pasien halusinasi yang harus diketahui oleh

keluarga yaitu:

a) Mengetahui pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan

jenishalusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya.

Halusinasi adalah presepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsang yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Misalnya,

merasa melihat ada orang yang akan memukul, padahal tidak ada

seseorang disekitarnya. Sekalipun tidak nyata, tetapi bagi penderita

gangguan jiwa, halusinasi dirasakan sebagai sesuatu yang sungguh-

sunggung (Baihaqi, Sunardi, Akhlan, Heryati, 2007).

Adapun jenis halusinasi beserta tanda dan gejalanya halusinasi

yang harus diketahui oleh keluarga sebagai berikut:

1. Halusinasi dengar (Auditory-hearing voices or sounds)

Tanda dan gejala halusinasi dapat dilihat keluarga

yaitumengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau

tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,

mulut komat-kamit serta ada gerakan tangan yang tidak wajar.

2. Halusinasi penglihatan (visual-seeing persons or things)

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

42

Tanda dan gejala yang dapat dilihat oleh keluarga yaitu tatapan

mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah tertentu, ketakutan

pada objek yang dilihatnya sendiri.

3. Halusinasi penghidu (olfactory-smeeling odors)

Tanda dan gejala yang dapat dilihat oleh keluarga yaitu

ekspresi wajah seperti mencium sesuatu dengan gerakan cuping

hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu.

4. Halusinasi perabaan (tactile-feeling bodily sensations)

Tanda dan gejala yang dapat dilihat keluarga yaitu mengusap,

menggaruk-garuk meraba-raba permukaan kulit. Terlihat

menggerak-gerakkan badan seperti merasakan sesuatu rabaan.

5. Halusinasi pengecapan (gustatory-experiencing tastes)

Tanda dan gejala yang dapat dilihat oleh keluarga yaitu seperti

mengecap sesuatu. Gerakan mengunyah, meludah atau muntah.

6. cenesthetic & Kinestetic hallucinations

Tanda dan gejala yang dapat dilihat oleh keluarga yaitu klien

terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat merasakan

sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

b) Merawat klien halusinasi

Menurut Yosep (2011), ada beberapa tindakan perawatan penderita

halusinasi yang harus diketahui:

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

43

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membina hubungan

saling percaya dengan klien. Tunjukkan sikap empati dengan:

mendengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian; tidak

membantah halusinasi klien; segera menolong klien jika klien

membutuhkan perawatan.

Menurut Nasir & Muhith (2011), ada beberapa sikap untuk

menunjukkan cara mendengarkan penuh perhatian, antara lain

sebagai berikut:

1. Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan

nonverbalbahwa keluarga perhatian terhadap kebutuhan dan

masalah klien.

2. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya

untuk mengerti seluruh pesan verbal dan nonverbal yang

sedang dikomunikasikan.

3. Ketrampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan

memandang klien ketika sedang berbicara.

4. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan.

5. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak

menyilangkan kaki atau tangan.

6. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

7. Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau

memerlukan umpan balik.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

44

8. Condongkan tubuh kearah lawan bicara, bila perlu duduk atau

minimal sejajar dengan klien.

9. Meninggalkan emosi dan perasaan kita dengan cara

menyisihkan perhatian, ketakutan atau masalah yang sedang

kita hadapi.

10. Mendengarkan dan memperhatikan intonasi kata yang

diucapkan yang menggambarkan sesuatu yang berlebihan.

11. Memperhatikan dan mendengarkan apa-apa yang tidak terucap

oleh klien yang menggambarkan sesuatu yang sulit dan

menyakitkan klien.

b. Mengkaji isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, dan respons

klienterhadap halusinasi (mengenal halusinasi)

Sama seperti tindakan perawat yang sudah diuraikan

diatas,mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi

perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa yang dialami oleh

klien. Kemudian keluarga juga perlu mengkaji waktu, frekuensi,

dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh klien. Hal ini

dilakukan untuk menentukan ntervensi khusus pada waktu

terjadinyahalusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya

halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan

terjadinya halusinasi. Kemudian untuk mengetahui dampak

halusinasi pada klien dan apa ada respons klien ketika halusinasi itu

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

45

muncul keluarga dapat menanyakan pada klien hal yang dirasakan

atau dilakukan pada saat halusinasi timbul.

c. Melatih klien mengontrol halusinasi

Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi,

keluarga dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi

kepada klien.

Keempat cara tersebut meliputi:

1. Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri

terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang

muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap

halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan

halusinasinya. Apabila ini bisa dilakukan klien dapat

mengendalikan halusinasinya. Mungkinhalusinasi tetap

muncul, namun dengan kemampuan ini klien klien tidak akan

larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

2) Memperagakan cara menghardik

3) Meminta klien untuk memperagakan ulang

4) Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

46

2. Melatih bercakap-cakap dengan oranglain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Bercakap-cakap dengan

orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi, dan fokus

perhatian klien beralih dari halusinasi ke percakapan yang

dilakukan dengan orang tersebut.

3. Melatih klien beraktivitas secara terjadwal

Libatkan klien dengan terapi modalitas. Untuk

mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan

beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan mengalami

banyak waktu luang yang sering kali mencetuskan halusinasi.

Oleh karena itu halusinasi dapat dikontrol dengan cara

beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur

malam. Tahapan intervensi sebagai berikut:

1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi

2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh klien

3) Melatih klien melakukan aktivitas

4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih. Upayakan klien mempunyai

aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari

dalam seminggu.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

47

5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi

penguatan terhadap perilaku klien yang positif

4. Melatih klien menggunakan obat secara teratur

Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu

dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan

program. Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering

mengalami putus obat sehingga akibatnya klien mengalami

kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi

seperti semula akan lebih sulit. Oleh karena itu klien dilatih

minum obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini

tindakan yang perlu dilakukan keluarga agar klien patuh

menggunakan obat:

a. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

b. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program

c. Jelaskan akibat bila putus obat

d. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

(benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan

benar dosis).

d. Memantau efek samping obat

Keluarga perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan

oleh obat-obat psikotik seperti: mengantuk, tremor, mata melihat

ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersaliva,

pergerakan otot tak terkendali. Untuk mengatasi ini biasanya

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

48

dokter memberikan obat anti parkinsonisme yaitu Trihexyphenidile

3 x 2 mg. Apabila terjadi gejala-gejala yang dialami oleh klien

tidak berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-betul

diminum atau tidak.

c) Mengetahui follow up dan rujukan untuk klien halusinasi

Peran keluarga dibutuhkan dalam mengawasi klien dirumah. Penting

bagi keluarga untuk mengetahui tanda dan gejala yang menunjukkan

klien kambuh atau tidak. Keluarga diharapkan mengetahui kondisi

klien 24 jam agar tingkat kesembuhan klien dapat terkontrol.

Keluarga harus rutin secara berkala membawa klien ke rumah sakit

jiwa atau fasilitas kesehatan lain yang mendukung untuk kontrol

ulang dan mendapat pengobatan serta mengetahui perkembangan

kesehatan klien. Jika perilaku klien tidak terkendali seperti

mengamuk, tidak mau minum obat, maka segera bawa ke rumah

sakit jiwa atau fasilitas kesehatan lain yang mendukung agar

mendapat penanganan yang terbaik.

c. Terapi Generalis Kelompok

Menurut Yosep (2011), Terapi kelompok merupakan suatu

psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan

jalan berdiskusi satusama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh

seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.

Adapun tujuan dari aktivitas kelompok menurut Riyadi &

Purwanto (2009) adalah untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

49

sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan

meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.

Jumlah anggota kelompok dan komposisi dalam terapi kelompok

harus ditentukan terlebih dahulu. Menurut wartono (1976) kelompok

dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 anggota merupakan jumlah yang

ideal, sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Menurut

Caplan, 1971 dalam Yosep, 2011, besarnya anggota kelompok terdiri

dari 7-9 anggota (pria dan wanita) memungkinkan anggota berada

dalam rasa tau suku, latar belakang sosial dan pendidikan sehingga

mirip dengan kehidupan nyata. Sementara menurut Johnson, 1963

dalam Yosep, 2011, terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8

anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi

pada kelompok dengan jumah sebanyak itu. Apabila keanggotaan lebih

dari 10, maka komunikasi sulit untuk difokuskan, sedangkan jika

anggota kurang dari 4, maka akan terlalu banyak tekanan yang

dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih

cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.

Menurut Dalami (2010), terapi aktivitas kelompok untuk klien

halusinasi dibagi dua yaitu:

a. Terapi aktivitas kelompok: stimulasi persepsi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah

terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait

dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam

kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

50

persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Tujuan umum TAK

stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus

kepadanya.

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang

disediakan yaitu baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara

TV (ini merupakan stimulus yang disediakan), stimulus dari

pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien

yang maladaptif atau destruktif misalnya kemarahan, kebencian,

putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi.

Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

1. Terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensosi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensosi adalah

upaya menstimulasi semua panca indera (sensori) agar memberi

respons yang adekuat. Tujuan umum TAK stimulasi sensori agar

klien dapat berespons terhadap stimulus panca indera yang

diberikan yaitu terhadap suara, gambar dan mampu

mengekspresikan perasaan melalui gambar.

Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah musik,

seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat

dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien dapat

digunakan sebagai stimulus.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

51

C. KerangkaTeori

Sumber : Keliat, 1996; Hawari, 2009;Yosep, 2009; Yosep, 2010

D. Kerangka Konsep

Faktor Yang

mempengaruhi

mekanisme

koping

Mekanisme

Koping

- Adaptif

- Maladaptif

Kemampuan

Klien dalam

mencegah

terjadinya

halusinasi

Gangguan Jiwa

- Definisi

- Faktor penyebab

- Jenis-jenis

Gangguan Jiwa

- Penatalaksanaan

Penanganan

Dampak

Klien

Faktor

Predisposisi

- Biologi

- Psikologi

- Sosial

budaya

Faktor

Presipitasi

- Sifat

- Asal

Halusinasi

- Definisi

- Faktor penyebab

- Tanda dan gejala

- Penatalaksanaan

Penanganan

Dampak

Keluarga

Kemampuan

keluarga

dalam

mencegah

terjadinya

halusinasi

Faktor Lain

Psiko

kognitif

Keluarga mampua merawat

klien dengan gangguan jiwa

halusinasi

Kemampuan

mencegah kambuhnya

halusinasi

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Pengertianrepository.ump.ac.id/4402/2/Ratri Dewi Septiani BAB II.pdf · a. Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) kesehatan Kegiatan peningkatan

52

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan suatu Hipotesis penelitian ini yaitu:

Ha : Terdapat hubungan kemampuan keluarga dalam perawatan terhadap

kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi.

Ho : Tidak terdapat hubungan kemampuan keluarga dalam perawatan

terhadap kekambuhan klien gangguan jiwa halusinasi.

Hubungan Kemampuan Kelurga..., Ratri Dewi Septiani , Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017